Karakteristik Sektor Informal Sektor Informal

Menurut Sethurahman istilah sektor informal biasa digunakan untuk menunjukkan sejumlah kegiatan ekonomi yang berskala kecil, tetapi bukan perusahaan kecil. Menurutnya sektor informal merupakan manifestasi dari situasi pertumbuhan ekonomi Negara sedang berkembang, Karena mereka yang masuk sektor ini bertujuan untuk mencari kesempatan kerja dan pendapatan daripada memperoleh keuntungan Manning, 1985:38. Berdasarkan berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa sektor informal adalah sektor usaha berskala kecil dimana untuk memasuki usahanya tidak selalu memerlukan pendidikan formal serta beroperasi atas dasar pemilikan sendiri oleh masyarakat berfungsi sebagai penyedia barang dan jasa terutama bagi masyarakat golongan ekonomi menengah ke bawah yang tinggal dikota-kota seperti bekerja sebagai pedagang kaki lima.

2.2.1 Karakteristik Sektor Informal

Sektor informal merupakan sektor yang dapat memberikan kontribusi yang penting bagi pemerintah dalam hal mengentas pengangguran apabila sektor informal tersebut diperhatikan sebaik mungkin. Sektor informal itu sendiri memiliki ciri atau karakteristik sebagai berikut: a. Kegiatan usaha umumnya sederhana, tidak sangat tergantung kepada kerjasama banyak orang dan system pembagian kerja yang ketat. Dengan demikian dapat dilakukan oleh perorangan atau keluarga, atau usaha bersama antara beberapa orang kepercayaan tanpa perjanjian tertulis. b. Skala usaha relatif kecil, modal usaha, modal kerja dan omset penjualan umumnya kecil, serta dapat dilakukan secara bertahap. c. Usaha sektor informal umumnya tidak memiliki ijin usaha seperti halnya Firma atau Perusahaan Terbatas. d. Untuk bekerja di sektor informal lebih mudah daripada bekerja di sektor formal. e. Tingkat penghasilan di sektor informal umumnya relatif rendah, walaupun tingkat keuntungan terkadang tinggi, akan tetapi karena omset penjualan relatif kecil, maka keuntungan absolute umumnya menjadi kecil. f. Keterkaitan sektor informal dengan usaha-usaha lain sangat kecil. Kebanyakan usaha sektor informal berfungsi sebagai produsen atau penyalur kecil yang langsung melayani konsumennya. g. Pekerjaan sektor informal tidak memiliki jaminan kesehatan kerja dan fasilitas-fasilitas kesejahteraan seperti dana pensiun dan tunjangan keselamatan kerja. h. Usaha sektor informal beraneka ragam seperti pedagang kaki lima, pedagang keliling, penjual Koran, kedai kelontong, tukang cukur, tukang becak, warung nasi dan warung kopi Todaro, 1998:64. Kemudian menurut Hart dalam Manning, Eds. 1991:76 mereka yang terlibat dalam sektor informal pada umumnya miskin, kebanyakan dalam usia kerja utama prime age, bependidikan rendah, upah yang diterima di bawah upah minimum, modal usaha rendah, serta sektor ini memberikan kemungkinan untuk mobilitas vertikal. Menurut Breman dalam Manning, Eds. 1991:142 sektor informal memiliki ciri-ciri sebagai berikut: padat karya, tingkat produktivitas yang rendah, pelanggan yang sedikit dan biasanya miskin, tingkat pendidikan formal yang rendah, penggunaan teknologi menengah, sebagian besar pekerja keluarga dan pemilik usaha oleh keluarga, gampangnya keluar masuk usaha, serta kurangnya dukungan dan pengakuan pemerintah. Sektor informal dapat dilihat sebagai bentuk kegiatan perekonomian ataupun sebagai wadah penampung angkatan kerja, sehingga dapat berperan mengurangi pengangguran . Dari beberapa pendapat tentang karakteristik sektor informal tersebut sesuai dengan objek yang diteliti dalam penelitian ini yaitu sektor informalnya adalah pedagang kaki lima yang berjualan di sekitar jalan Jawa Jember.

2.3 Teori Pedagang Kaki Lima