Prosiding Seminar Nasional Current Challenges in Drug Use and Development Tantangan Terkini Perkembangan Obat dan Aplikasi Klinis
3
pada kulit buah. Senyawa fenolik yang memiliki korelasi tinggi dengan aktivitas antioksidan adalah senyawa polifenol yaitu flavonoid Bertoncelj et a.l, 2007.
Penelitian Sari dan Hardiyanti 2013 menunjukkan total senyawa fenolik pada infus teh kulit buah naga sebanyak 223,70 mgL lebih banyak daripada total senyawa fenolik
pada teh hitam yaitu 188,00 mgL Budiyanti et al., 2009. Kombinasi VCO dan buah naga memiliki potensi sebagai antioksidan untuk tubuh,
sehingga penting untuk dilakukan kajian aktivitas antioksidan lebih mendalam, termasuk teknologi pengolahan dan strategi pemasaran dalam bentuk produk spa
sabun. Dalam memenuhi kebutuhannya, konsumen selalu menginginkan kualitas dan mutu produk yang terjamin. Oleh sebab itu, kandungan dan pembuatan produk harus
sesuai dengan standar yang ditetapkan. Agar produk dapat diterima, harus sesuai dengan selera konsumen, sedangkan di lain pihak, dengan keadaan pasar yang heterogen dan
selera konsumen yang berkembang, tentunya sulit diikuti secara terus menerus. Kesadaran akan kesehatan kulit juga akan mempengaruhi permintaan produk ini,
sehingga perlu dilakukan segmentasi pasaragar dapat memenuhi permintaan pasar dan berkelanjutan.
II. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian adalah deskriptif dengan studi kepustakaanliteratur. Dilakukan penelusuran literatur terkait kajian potensi VCO dan buah naga sebagai antioksidan.
Literatur yang digunakan adalah publikasi nasionalinternasional terkait VCO dan buah naga dalam rentang tahun 2000
– 2015. Analisis pemasaran produk spa meliputi sediaan sabun yang masing-masing mengandung kombinasi VCO dan buah naga. Model
analisis dalam implementasi strategi adalah Matrix Internal Factor Evaluation dan analisis SWOT. Penyusunan matriks IFE dimulai dari pembuatan critical success
factor, menentukan bobot dari CSF, menentukan rating setiap CSF, mengalikan bobot nilai dan rating dari masing-masing faktor, menjumlahkan semua skor untuk mendapat
skor total Gambar 1.
Prosiding Seminar Nasional Current Challenges in Drug Use and Development Tantangan Terkini Perkembangan Obat dan Aplikasi Klinis
4
Gambar 1 Analisis aktivitas antioksidan kombinasi buah naga dan virgin coconut oil
VCO dan analisis pemasaran produk diversifikasinya
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Potensi Aktivitas Antioksidan
Virgin Coconut Oil VCO berpotensi sebagai antioksidan alami yang bermanfaat untuk tubuh. Berdasarkan penelitian Supriatna 2008, VCO memiliki aktivitas dalam
menurunkan kadar glukosa darah pada tikus dengan kondisi diabetes mellitus. VCO mengandung asam laurat yang terbukti dapat diubah di dalam tubuh manusia menjadi
senyawa monolaurin monogliserida yang dapat membunuh virus, bakteri, cendawan dan protozoa, sehingga dapat menanggulangi infeksi virus seperti herpes, influenza dan
berbagai bakteri patogen termasuk Listeria monocytogenes dan Helicobacter pylori Budi, 2008. Menurut Five 2004, VCO berkhasiat mengurangi resiko aterosklerosis,
mendukung fungsi imun, membantu mencegah osteoporosis, penyedia sumber energi, mengurangi risiko kanker, mengendalikan diabetes mellitus, menghancurkan virus
herpes, hepatitis B, membantu penurunan berat badan, pencegah penuaan antiaging, menghaluskan kulit, dan lain-lain.
Buah naga berpotensi sebagai antioksidan karena memiliki kandungan senyawa flavonoid. Menurut Ghasemi et al. 2009, buah naga memiliki senyawa betasianin.
Beberapa flavonoid yang terkandung dalam buah naga yaitu kaemferol, quercetin, kaemferol-3-metil eter, aromadendri, quercetin-3-metil eter, faxifolin dan eriodycytol
Ghasemi, 2009. Aktivitas antioksidan dalam buah naga dipengaruhi oleh jumlah senyawa betasianin yang terkandung di dalamnya Potensi dan aktivitas antioksidan
Aktivitas Antioksidan Kombinasi Buah Naga
Virgin Coconut Oil Aktivitas
Antioksidan Buah naga
Hylocereus polyrhizus L
Virgin Coconut Oil Cocos
nucifera Teknologi
Pengolahan Teknologi
Pengolahan VCO
Teknologi Pembuatan
Sabun Analisis
Pemasaran Produk
Produk Spa di Bali sabun
Prosiding Seminar Nasional Current Challenges in Drug Use and Development Tantangan Terkini Perkembangan Obat dan Aplikasi Klinis
5
dapat dilakukan dengan penetapan kadar total senyawa fenolik dan penangkapan radikal bebas metode DPPH Shofiati, 2014.
B. Teknologi Pengolahan
Teknologi Pembuatan VCO Pembuatan VCO dapat dilakukan dengan metode enzimatis, kimia dan pemanasan.
Untuk proses penjernihan rendemen minyak yang dihasilkan dapat menggunakan bahan adsorben bentonit dan zeolit. Penelitian Cahyono menunjukkan metode fermentasi
merupakan metode pembuatan VCO yang paling sesuai digunakan untuk skala produksi industri rumah tangga. Fermentasi dapat menggunakan ragi tape maupun ragi tempe.
Berdasarkan Badan Standardisasi Nasional 2006 menyatakan bahwa persyaratan Standar Nasional Indonesia tentang mutu dan kualitas VCO yaitu kandungan air dan
senyawa menguap maksimal 0,2, asam lemak bebas maksimal 0,2, bilangan iod 4,1- 11,0 gram iod100 gram, bilangan peroksida maksimal 2,0 mgekkg, asam lemak laurat
45,1-53,2, asam kaprilat 4,6-10,0, asam kaprat 5,0-8,0, asam miristat 16,8-21,0, asam palmitat 7,5-10,2, asam stearat 2,0-4,0, asam oleat 5,0-10,0, asam linoleat
1,0-2,5, cemaran mikroba dengan angka lempeng total maksimal 10 koloni ml, cemaran logam timbale maksimal 0,1 mgkg, tembaga maksimal 0,4 mgkg, besi
maksimal 5,0 mgkg, cadmium maksimal 0,1 mgkg, dan arsen maksimal 0,1 mgkg. Teknologi Pembuatan Sediaan Sabun
Sabun merupakan produk pembersih yang dibuat dengan mereaksikan senyawa basa natrium atau kalium dengan senyawa asam lemak dari minyak nabati atau lemak hewani
secara reaksi kimia. Bahan tambahan yang digunakan untuk sabun antara lain zat pewangi dan pelembab moisturizer. Sabun merupakan salah satu bentuk sediaan
kosmetikspa yang dapat menggunakan bahan-bahan alami sebagai komponen aktifnya, seperti memanfaatkan VCO dan buah naga. Sabun dapat terdiri atas berbagai bentuk
sediaan, seperti sabun batang padat, sabun cair likuid dan sabun gel semisolid. Asam laurat yang terkadung dalam VCO menghasilkan sifat mengeraskan,
membersihkan dan menghasilkan busa yang lembut pada sabun. Standar mutu sabun mandi padat menurut SNI 06-3532-1994 meliputi kadar air maksimal 15, jumlah
asam lemak lebih dari 70 dan jumlah alkali bebas yang dihitung sebagai NaOH sebesar maksimal 0,1.
Prosiding Seminar Nasional Current Challenges in Drug Use and Development Tantangan Terkini Perkembangan Obat dan Aplikasi Klinis
6
Untuk dapat memperoleh sabun yang diinginkan, perlu dilakukan optimasi terhadap formula produk. Beberapa bahan dalam formula pembuatan sabun meliputi : fase lemak
yaitu asam stearat dan minyak VCO, fase basa yaitu Natrium hidroksida NaOH, potongan buah naga, air, gliserin, etanol 70, sukrosa, propilen glikol, asam sitrat dan
pewangi. Propilen glikol dengan kadar 15 dapat bertindak sebagai pengawet pada sabun.
Gambar 2
Teknologi pembuatan sediaan sabun padat Usmania, 2012
Analisis strategi pemasaran produk Menurut Kotler 2002, pemasaran merupakan kebutuhan need, keinginan wants
dan permintaan demand, produk barang, jasa, gagasan, nilai, biaya, kepuasan; pertukaran; transaksi; hubungan dan jaringan; pasar; serta pemasaran dan prospek.
Pengembangan produk ini memerlukan strategi pemasaran agar produk ini dapat menjadi sustainable. Strategi pemasaran merupakan pernyataan bagaimana suatu
merklini produk mencapai tujuannya. Unsur dalam strategi pemasaran meliputi unsur strategi persaingan; unsur taktik pemasaran dan unsur nilai pemasaran.
Teknologi Pembuatan Sabun Asam stearat dilelehkan + VCO + NaOH
Reaksi Penyabunan Sabun Opaque + Larutan sukrosa dan Alkohol + Potongan Buah Naga --
pengadukan kembali Asam sitrat -- Pengadukan kembali
Gliserin + Propilenglikol + Pewangi Pengadukan pendinginan dan pencetakan sabun
Prosiding Seminar Nasional Current Challenges in Drug Use and Development Tantangan Terkini Perkembangan Obat dan Aplikasi Klinis
7
Unsur strategi persaingan dikelompokkan menjadi 3 yaitu segmentasi pasar, targeting dan positioning. Agar dapat memenuhi permintaan pasar, dilakukan
segmentasi pasar.
Matriks Internal
Factor Evaluation
diperlukan untuk
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan produk dengan pengukuran bobot, rating dan skor. Selain matriks IFE, digunakan matrix profil kompetitif Competitive Profil
Matrix untuk mengidentifikasi profil usaha kompetitir. Matriks ini dilakukan dengan memberikan penilaian terhadap pangsa pasar, loyalitas konsumen, penerapan harga,
kualitas produk, promosi, dan posisi keuangan dari usaha industri kosmetik lokal yang memproduksi produk spa.
IV. KESIMPULAN