Formulasi Krim Extra Virgin Olive Oil (Minyak Zaitun Ekstra Murni) sebagai Anti-Aging

(1)

FORMULASI KRIM

EXTRA VIRGIN OLIVE OIL

(Minyak Zaitun Ekstra Murni)

SEBAGAI ANTI-

AGING

SKRIPSI

matera Utar

OLEH:

DESSY OKTAVIA

NIM 121524013

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

FORMULASI KRIM

EXTRA VIRGIN OLIVE OIL

(Minyak Zaitun Ekstra Murni)

SEBAGAI ANTI-

AGING

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

DESSY OKTAVIA

NIM 121524013

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

FORMULASI KRIM

EXTRA VIRGIN OLIVE OIL

(Minyak Zaitun Ekstra Murni)

SEBAGAI ANTI-

AGING

OLEH:

DESSY OKTAVIA

NIM 121524013

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal: 12 Desember 2014 Disetujui Oleh:

Pembimbing I, Panitia Penguji,

Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. Prof. Dr. Karsono, Apt.

NIP 195807101986012001 NIP 195409091982011001

Pembimbing II, Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt.

NIP 195807101986012001

Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt. Dra. Anayanti Arianto, M.Si., Apt.

NIP 195111021977102001 NIP 195306251986012001

Drs. Suryanto, M.Si., Apt. NIP 196106191991031001 Medan, Desember 2014

Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Wakil Dekan I,

Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. NIP 195807101986012001


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa oleh karena kasih dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Formulasi Krim Extra Virgin Olive Oil (Minyak Zaitun Ekstra Murni) sebagai

Anti-Aging”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama masa pendidikan. Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. dan Ibu Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt., selaku pembimbing yang telah memberikan waktu, bimbingan dan nasehat selama penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi

ini. Bapak Prof. Dr. Karsono, Apt., Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., Ibu Dra. Anayanti Arianto, M.Si., Apt., dan Bapak Drs. Suryanto, M.Si., Apt.,

selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritikan kepada penulis hingga selesainya penulisan skripsi ini. Ibu Dra. Azizah Nasution, M.Sc., Ph.D., Apt., sebagai penasehat akademik yang telah membimbing penulis selama masa pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Farmasi USU yang telah mendidik dan memberikan arahan serta bimbingan kepada penulis selama masa perkuliahan. Pimpinan dan semua staf tata usaha Fakultas Farmasi USU yang telah membantu penulis dalam semua proses administrasi.


(5)

Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua tercinta Bapak Alex, Ng dan Ibu Oh Bietin, kakak tercinta Suryani, kedua adik tercinta Albert dan Harianto, juga kepada saudara, teman-teman serta semua orang yang tidak dapat dituliskan satu persatu untuk semua doa, dorongan dan semangat baik moril maupun materil kepada penulis selama masa perkuliahan dan penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi ini. Tuhan yang akan memberkati kalian semua.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu sangat diharapkan kritikan dan saran yang dapat menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Desember 2014 Penulis,


(6)

FORMULASI KRIM EXTRA VIRGIN OLIVE OIL

(Minyak Zaitun Ekstra Murni)SEBAGAI ANTI-AGING

ABSTRAK

Anti-aging adalah sediaan untuk menghambat proses degeneratif sehingga

menghambat timbulnya tanda-tanda penuaan pada kulit. Terapi anti-aging akan

lebih baik apabila dilakukan sedini mungkin. Minyak zaitun memiliki kandungan vitamin E sebanyak 0,014% yang merupakan antioksidan alami yang efektif untuk mencegah penuaan dini. Tujuan penelitian ini adalah untuk memformulasi minyak

zaitun ekstra murni dalam bentuk sediaan krim sebagai anti-aging dan mengetahui

waktu yang dibutuhkan dalam memulihkan kulit yang telah mengalami penuaan. Metode penelitian ini secara eksperimental. Minyak zaitun ekstra murni

diformulasi dalam bentuk krim dengan memodifikasi formula krim sunblock tipe

dasar krim minyak dalam air dengan konsentrasi minyak zaitun ekstra murni 5, 10, 15 dan 20%. Pemeriksaan krim meliputi uji homogenitas, uji tipe emulsi, pengukuran pH, dan uji stabilitas sediaan dengan parameter kestabilan seperti bau, warna dan pH selama penyimpanan 12 minggu dengan pengukuran setiap 2

minggu. Pengujian aktivitas anti-aging dilakukan terhadap 15 orang sukarelawan

wanita yang dibagi menjadi 5 kelompok dengan mengoleskan masing-masing krim dua kali sehari selama 4 minggu pada kulit punggung tangan yang kering dan berkerut karena sering terpapar sinar matahari yang telah ditandai dengan luas lingkaran berdiameter 3 cm dan dilakukan pengukuran parameter kadar air, kehalusan kulit, besar pori, banyaknya noda, keriput dan kedalaman keriput

menggunakan skin analyzer (Aramo-SG) pada kondisi awal dan setiap minggu

selama perawatan 4 minggu.

Hasil penelitian menunjukkan minyak zaitun ekstra murni dapat diformulasi dalam sediaan krim dengan hasil yang homogen, tipe emulsi minyak dalam air, memiliki pH 5,8 - 6,2 dan tidak mengalami perubahan bau maupun warna selama penyimpanan 12 minggu. Semakin tinggi konsentrasi minyak zaitun ekstra murni yang digunakan, semakin baik pemulihan kulit. Pemulihan kulit paling baik pada konsentrasi minyak zaitun ekstra murni 20% yang mampu memulihkan kondisi kadar air dari dehidrasi menjadi normal, kulit menjadi lebih halus, ukuran pori menjadi lebih kecil, jumlah noda menjadi lebih sedikit, kulit berkeriput parah dengan kedalaman keriput 0,41 mm menjadi tidak berkeriput. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa minyak zaitun ekstra murni

dapat diformulasikan dalam sediaan krim sebagai anti-aging dan pemulihan kulit

terjadi pada empat minggu setelah perawatan.


(7)

FORMULATION CREAM OF EXTRA VIRGIN OLIVE OIL AS ANTI-AGING

ABSTRACT

Anti-aging is preparation to inhibit the degenerative process so inhibit the onset of the signs of aging on the skin. Anti-aging therapies would be better if done as early as possible. Olive oil contains vitamin E is 0.014% which is a natural antioxidant that is effective to prevent premature aging. The purpose of this study was to formulate the extra virgin olive oil in the form of dosage of anti-aging creams and determine the time needed to restore skin that has undergone aging.

This research methods by experimental. Extra virgin olive oil was formulated in a cream with sunblock cream formula modified the type of oil in water cream base with extra virgin olive oil concentration of 5, 10, 15 and 20%. Examination of creams included homogeneity test, emulsion type test, measurement of pH, and test the stability of the preparation with the stability parameters such as odor, color and pH during storage of 12 weeks with measurements every 2 weeks. Testing anti-aging activity was done on 15 women volunteers who divided into 5 groups with applied each cream twice daily for 4 weeks on the back of the hand skin is dry and wrinkled because frequent exposure of sunlight that has been marked by a wide circle of diameter 3 cm and was done measurement of parameters level of water, smoothness of skin, large pores, many stains, wrinkles and depth of wrinkles used skin analyzer (Aramo-SG) on initial conditions and every week for 4 weeks of treatment.

The results showed extra virgin olive oil could be formulated in cream with result was homogeneous, type of oil in water emulsion, has a pH of 5.8 - 6.2 and did not change odor or color during 12 weeks of storage. The higher concentration of extra virgin olive oil was used, the better recovery of skin. The best skin recovery visible in extra virgin olive oil concentration of 20% were able to restore the condition level of water from dehydrated became normal, skin became more smooth, pore size became smaller, the amount of stain became fewer, wrinkled skin severe with the depth of wrinkles 0.41 mm became fine line. Based on the results of this study concluded that extra virgin olive oil could be formulated in cream as anti-aging and recovery of skin occured at four weeks after treatment.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Hipotesa Penelitian ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 3

1.5 Manfaat Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit ... 5

2.1.1 Struktur kulit ... 5

2.1.2 Fungsi kulit ... 8

2.1.3 Jenis-jenis kulit ... 11


(9)

2.2.1 Pengertian penuaan dini ... 12

2.2.2 Tanda-tanda penuaan dini ... 13

2.2.3 Faktor penyebab penuaan dini ... 13

2.2.4 Proses terjadinya penuaan dini ... 15

2.3 Anti-aging ... 19

2.3.1 Pengertian anti-aging ... 19

2.3.2 Fungsi dan manfaat anti-aging ... 19

2.3.3 Antioksidan sebagai bahan aktif pada produk anti-aging ... 20

2.4 Krim ... 21

2.5 Bahan-bahan Dalam Krim Anti-Aging ... 22

2.6 Skin Analyzer ... 25

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat-alat ... 27

3.2 Bahan-bahan ... 27

3.3 Sukarelawan ... 27

3.4 Prosedur Kerja ... 28

3.4.1 Formulasi sediaan krim ... 28

3.4.1.1 Formula standar ... 28

3.4.1.2 Formulasi modifikasi ... 28

3.4.1.3 Pembuatan sediaan krim ... 29

3.4.2 Pemeriksaan terhadap sediaan ... 30

3.4.2.1 Pemeriksaan homogenitas ... 30


(10)

3.4.2.3 Penentuan tipe emulsi sediaan ... 30

3.4.2.4 Pengamatan stabilitas sediaan ... 30

3.4.3 Pengujian aktivitas anti-aging ... 31

3.4.4 Analisis data ... 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pembuatan Sediaan Krim ... 33

4.2 Hasil Pemeriksaan Terhadap Sediaan ... 33

4.2.1 Pemeriksaan homogenitas ... 33

4.2.2 Penentuan tipe emulsi ... 34

4.2.3 Evaluasi stabilitas sediaan ... 34

4.3 Hasil Pengujian Aktivitas Anti-aging ... 36

4.3.1 Kadar air (Moisture) ... 36

4.3.2 Kehalusan (Evenness) ... 38

4.3.3 Besar pori (Pore) ... 41

4.3.4 Banyaknya noda (Spot) ... 43

4.3.5 Keriput (Wrinkle) ... 45

4.3.6 Kedalaman keriput ... 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 50

5.2 Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 51


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Perbedaan anatomi antara penuaan intrinsik dan photoaging

pada perubahan epidermis ... 17

2.2 Perbedaan anatomi antara penuaan intrinsik dan photoaging pada perubahan dermis ... 17

2.3 Kandungan nutrisi minyak zaitun per 100 g ... 25

2.4 Parameter hasil pengukuran dengan skin analyzer ... 26

3.1 Komposisi bahan dalam krim ... 29

4.1 Hasil evaluasi stabilitas sediaan (perubahan bau dan warna) ... 35

4.2 Hasil evaluasi stabilitas sediaan (pengukuran pH) ... 35

4.3 Hasil pengukuran kadar air (Moisture) ... 37

4.4 Hasil pengukuran kehalusan (Evenness) ... 39

4.5 Hasil pengukuran besar pori (Pore) ... 41

4.6 Hasil pengukuran banyaknya noda (Spot) ... 44

4.7 Hasil pengukuran keriput (Wrinkle) ... 46


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

4.1 Hasil uji homogenitas ... 33

4.2 Hasil penentuan tipe emulsi ... 34

4.3 Grafik hasil pengukuran kadar air (Moisture) ... 38

4.4 Grafik hasil pengukuran kehalusan (Evenness) ... 40

4.5 Grafik hasil pengukuran besar pori (Pore) ... 42

4.6 Grafik hasil pengukuran banyaknya noda (Spot) ... 45

4.7 Grafik hasil pengukuran keriput (Wrinkle) ... 47


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Sertifikat hasil uji minyak zaitun ... 53

2 Gambar bahan dan alat ... 54

3 Gambar sediaan krim ... 55

4 Gambar hasil uji evaluasi stabilitas sediaan krim ... 56

5 Gambar daerah pengolesan krim pada punggung tangan sukarelawan ... 57

6 Hasil pengukuran menggunakan skin analyzer ... 58

7 Data hasil uji statistik ... 67


(14)

FORMULASI KRIM EXTRA VIRGIN OLIVE OIL

(Minyak Zaitun Ekstra Murni)SEBAGAI ANTI-AGING

ABSTRAK

Anti-aging adalah sediaan untuk menghambat proses degeneratif sehingga

menghambat timbulnya tanda-tanda penuaan pada kulit. Terapi anti-aging akan

lebih baik apabila dilakukan sedini mungkin. Minyak zaitun memiliki kandungan vitamin E sebanyak 0,014% yang merupakan antioksidan alami yang efektif untuk mencegah penuaan dini. Tujuan penelitian ini adalah untuk memformulasi minyak

zaitun ekstra murni dalam bentuk sediaan krim sebagai anti-aging dan mengetahui

waktu yang dibutuhkan dalam memulihkan kulit yang telah mengalami penuaan. Metode penelitian ini secara eksperimental. Minyak zaitun ekstra murni

diformulasi dalam bentuk krim dengan memodifikasi formula krim sunblock tipe

dasar krim minyak dalam air dengan konsentrasi minyak zaitun ekstra murni 5, 10, 15 dan 20%. Pemeriksaan krim meliputi uji homogenitas, uji tipe emulsi, pengukuran pH, dan uji stabilitas sediaan dengan parameter kestabilan seperti bau, warna dan pH selama penyimpanan 12 minggu dengan pengukuran setiap 2

minggu. Pengujian aktivitas anti-aging dilakukan terhadap 15 orang sukarelawan

wanita yang dibagi menjadi 5 kelompok dengan mengoleskan masing-masing krim dua kali sehari selama 4 minggu pada kulit punggung tangan yang kering dan berkerut karena sering terpapar sinar matahari yang telah ditandai dengan luas lingkaran berdiameter 3 cm dan dilakukan pengukuran parameter kadar air, kehalusan kulit, besar pori, banyaknya noda, keriput dan kedalaman keriput

menggunakan skin analyzer (Aramo-SG) pada kondisi awal dan setiap minggu

selama perawatan 4 minggu.

Hasil penelitian menunjukkan minyak zaitun ekstra murni dapat diformulasi dalam sediaan krim dengan hasil yang homogen, tipe emulsi minyak dalam air, memiliki pH 5,8 - 6,2 dan tidak mengalami perubahan bau maupun warna selama penyimpanan 12 minggu. Semakin tinggi konsentrasi minyak zaitun ekstra murni yang digunakan, semakin baik pemulihan kulit. Pemulihan kulit paling baik pada konsentrasi minyak zaitun ekstra murni 20% yang mampu memulihkan kondisi kadar air dari dehidrasi menjadi normal, kulit menjadi lebih halus, ukuran pori menjadi lebih kecil, jumlah noda menjadi lebih sedikit, kulit berkeriput parah dengan kedalaman keriput 0,41 mm menjadi tidak berkeriput. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa minyak zaitun ekstra murni

dapat diformulasikan dalam sediaan krim sebagai anti-aging dan pemulihan kulit

terjadi pada empat minggu setelah perawatan.


(15)

FORMULATION CREAM OF EXTRA VIRGIN OLIVE OIL AS ANTI-AGING

ABSTRACT

Anti-aging is preparation to inhibit the degenerative process so inhibit the onset of the signs of aging on the skin. Anti-aging therapies would be better if done as early as possible. Olive oil contains vitamin E is 0.014% which is a natural antioxidant that is effective to prevent premature aging. The purpose of this study was to formulate the extra virgin olive oil in the form of dosage of anti-aging creams and determine the time needed to restore skin that has undergone aging.

This research methods by experimental. Extra virgin olive oil was formulated in a cream with sunblock cream formula modified the type of oil in water cream base with extra virgin olive oil concentration of 5, 10, 15 and 20%. Examination of creams included homogeneity test, emulsion type test, measurement of pH, and test the stability of the preparation with the stability parameters such as odor, color and pH during storage of 12 weeks with measurements every 2 weeks. Testing anti-aging activity was done on 15 women volunteers who divided into 5 groups with applied each cream twice daily for 4 weeks on the back of the hand skin is dry and wrinkled because frequent exposure of sunlight that has been marked by a wide circle of diameter 3 cm and was done measurement of parameters level of water, smoothness of skin, large pores, many stains, wrinkles and depth of wrinkles used skin analyzer (Aramo-SG) on initial conditions and every week for 4 weeks of treatment.

The results showed extra virgin olive oil could be formulated in cream with result was homogeneous, type of oil in water emulsion, has a pH of 5.8 - 6.2 and did not change odor or color during 12 weeks of storage. The higher concentration of extra virgin olive oil was used, the better recovery of skin. The best skin recovery visible in extra virgin olive oil concentration of 20% were able to restore the condition level of water from dehydrated became normal, skin became more smooth, pore size became smaller, the amount of stain became fewer, wrinkled skin severe with the depth of wrinkles 0.41 mm became fine line. Based on the results of this study concluded that extra virgin olive oil could be formulated in cream as anti-aging and recovery of skin occured at four weeks after treatment.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penuaan dini adalah proses penuaan kulit yang lebih cepat dari waktunya

(Noormindhawati, 2013). Penuaan dini bisa terjadi pada siapa saja. Terutama di Indonesia yang merupakan daerah beriklim tropis dengan sinar matahari berlimpah. Proses degeneratif pada kulit yang terlalu sering terpapar sinar ultraviolet berlangsung lebih cepat (Muliyawan dan Suriana, 2013).

Anti-aging atau anti penuaan adalah sediaan yang berfungsi menghambat

proses kerusakan pada kulit (degeneratif), sehingga mampu menghambat timbulnya tanda-tanda penuaan pada kulit (Muliyawan dan Suriana, 2013). Terapi

anti-aging akan lebih baik apabila dilakukan sedini mungkin, yakni disaat seluruh

fungsi sel-sel tubuh masih sehat dan berfungsi dengan baik. Akhir-akhir ini

banyak produk krim mengandung bahan anti-aging, namun kebenaran dari

produk-produk tersebut untuk mencegah penuaan dini sering menjadi bahan untuk

diperbincangkan dan diteliti. Menurut hasil penelitian para pakar, krim anti-aging

dirancang secara khusus untuk mencegah penuaan dini terutama jika diaplikasikan pada malam hari (Fauzi dan Nurmalina, 2012).

Dewasa ini, berbagai terapi ditawarkan untuk mengatasi terjadinya proses penuaan dini. Dari terapi-terapi yang cukup murah hingga terapi-terapi yang membutuhkan biaya yang mahal. Terapi-terapi modern ini memang banyak menawarkan keuntungan, selain itu mereka juga menawarkan cara-cara yang instan, yang hasilnya cepat bisa dirasakan. Namun meskipun begitu, terapi-terapi


(17)

yang sifatnya alami juga sampai sekarang tetap menjadi salah satu pilihan bagi masyarakat. Apalagi kini kesadaran masyarakat untuk kembali pada sesuatu yang bersifat alamiah cenderung meningkat (Darmawan, 2013).

Minyak zaitun ekstra virgin adalah minyak zaitun dengan kualitas paling

tinggi. Proses pengolahan zaitun dilakukan dengan sangat hati-hati tanpa menggunakan suhu yang tinggi, sehingga berbagai khasiat penting zaitun bisa dipertahankan. Minyak zaitun mempunyai peranan penting dalam industri kosmetik. Minyak zaitun digunakan sebagai bahan dalam berbagai jenis kosmetik, karena diyakini berkhasiat untuk menjaga kelembapan dan kelembutan kulit, sehingga kulit tetap awet muda (Muliyawan dan Suriana, 2013).

Penelitian di Jepang menunjukkan bahwa minyak zaitun terbukti mengurangi terjadinya kanker kulit. Hal ini diketahui setelah uji coba yang dilakukan pada tikus yang terpapar sinar UVB. Para peneliti memperkirakan bahwa antioksidan dalam minyak zaitun menetralisir efek berbahaya dari sinar UVB (Budiyanto, et al., 2000).

Kandungan vitamin E dalam minyak zaitun mencapai 14 mg/100 gram. Vitamin E adalah antioksidan alami yang mampu menangkal oksidasi di dalam tubuh yang bisa merusak sel, sehingga kandungan ini efektif untuk mencegah penuaan dini (Agung, 2014). Minyak zaitun memiliki kandungan asam oleat hingga 80% (Surtiningsih, 2005).

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang pemanfaatan extra virgin olive oil (minyak zaitun ekstra murni)


(18)

1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah minyak zaitun ekstra murni dapat diformulasi dalam sediaan

krim sebagai anti-aging.

2. Berapakah waktu yang dibutuhkan sediaan krim minyak zaitun

ekstra murni dalam memulihkan kulit yang telah mengalami penuaan.

1.3 Hipotesa Penelitian

Hipotesa dalam penelitian ini adalah:

1. Minyak zaitun ekstra murni dapat diformulasi dalam sediaan krim

sebagai anti-aging.

2. Waktu yang dibutuhkan untuk sediaan krim minyak zaitun ekstra murni

dalam memulihkan kulit mulai dapat dilihat pada minggu pertama.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk memformulasi minyak zaitun ekstra murni dalam bentuk sediaan

krim sebagai anti-aging.

2. Untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan untuk sediaan krim

minyak zaitun ekstra murni dalam memulihkan kulit yang telah mengalami penuaan.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa minyak

zaitun ekstra murni dapat diformulasi dalam sediaan krim sebagai anti-aging


(19)

dimanfaatkan sebagai antioksidan alami yang baik sebagai bahan dasar untuk menghasilkan produk-produk perawatan kulit.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kulit

Kulit adalah organ terbesar dari tubuh dan meliputi wilayah yang sangat luas. Ketebalan kulit bervariasi di berbagai bagian tubuh. Sel-sel kulit yang paling tipis pada wajah; ini penting untuk penggunaan kosmetik yang harus mampu menembus kulit (Young, 1972). Kulit menutupi seluruh tubuh dan melindungi dari berbagai jenis rangsangan eksternal dan kerusakan serta dari hilangnya

kelembapan. Luas permukaan kulit orang dewasa sekitar 1,6 m2 (Mitsui, 1997).

2.1.1 Struktur kulit

Kulit terdiri atas tiga lapisan, yaitu: lapisan epidermis, dermis, dan hipodermis. Epidermis merupakan lapisan luar tipis kulit. Epidermis terdiri atas lima lapisan, yaitu:

1. Stratum germinativum atau stratum basale

Lapisan ini terdiri dari satu lapis sel, yang terletak paling dekat dengan dermis di bawahnya. Stratum basale berisi beberapa jenis sel, yaitu:

a. Sel-sel punca: yang membelah dan memperbaharui populasi sel punca

serta menghasilkan sel anak (keratinosit).

b. Keratinosit: sel paling banyak pada lapisan ini. Sel ini membelah 3 – 6

kali sebelum bergerak ke atas menuju stratum spinosum.

c. Melanosit: sel-sel penghasil pigmen (melanin). Terdapat 1 melanosit

untuk setiap 4 – 10 keratinosit basal. Jumlah melanosit sama pada setiap orang, namun aktivitasnya jauh lebih tinggi pada orang berkulit


(21)

gelap.

d. Sel-sel Merkel: sel-sel neuroendokrin yang jarang ada, yang berperan

sebagai mekanoreseptor ‘taktil’ yang beradaptasi lambat. Sel-sel ini paling banyak di bibir dan lidah, namun sulit diidentifikasi karena memiliki tampilan serupa dengan melanosit.

2. Stratum spinosum

Lapisan ini terdiri dari beberapa lapis keratinosit, dan beberapa sel Langerhans.

a. Keratinosit: mengubah ekspresi keratin saat berdiferensiasi.

Filamen-filamen keratin di dalam sel untuk memperkuat hubungan sel-sel dan membuat hubungan erat antar sel.

b. Sel-sel Langerhans: merupakan sel penyaji antigen khusus (sel

dendritik) yang menyusun sekitar 3 – 6% sel pada lapisan stratum spinosum. Saat sel ini terpapar oleh benda asing/ antigen, sel-sel ini bermigrasi keluar epitel dan menuju kelenjar getah bening regional untuk menginisiasi respons imun.

3. Stratum granulosum

Lapisan ini terletak pada bagian atas stratum spinosum. Lapisan ini berisi keratinosit yang telah bergerak ke atas dan selanjutnya berdiferensiasi menjadi sel bergranul. Sel-sel ini menekan lipid khusus pada granula intraselular menuju celah antar sel-sel mati (skuama) pada lapisan di atasnya. Saat bergerak ke atas, sel-sel ini mulai kehilangan nukleus dan organel sitoplasmanya, kemudian mati. Sel-sel mati menjadi ‘skuama’ berkeratin dari lapisan teratas.


(22)

4. Stratum lusidum

Lapisan ini merupakan lapisan kelima yang kadang-kadang ditemukan pada kulit tebal di antara lapisan stratum granulosum dan stratum korneum. Lapisan ini tipis dan transparan serta sulit teridentifikasi pada potongan histologis rutin.

5. Stratum korneum

Lapisan ini merupakan lapisan teratas dan terluar, dan terdiri dari sel-sel mati, yang menjadi datar dan tampak seperti pengelupasan kulit (atau skuama). Sel-sel ini berisi lapisan keratin yang kuat yang berikatan silang, pada bagian dalam terikat pada lipid khusus, dan pada bagian luar membentuk sawar anti-air yang kuat. Skuama akhirnya mengelupas (Peckham, 2014).

Lapisan dermis merupakan lapisan di bawah epidermis yang jauh lebih tebal daripada epidermis. Matriks kulit mengandung pembuluh-pembuluh darah dan saraf yang menyokong dan memberi nutrisi pada epidermis yang sedang tumbuh (Anderson, 1996). Lapisan dermis berfungsi untuk proteksi, sensasi, dan termoregulasi. Lapisan ini berisi saraf, pembuluh darah, dan fibroblas yang menyekresi matriks ekstraselular, dan serat (kolagen dan elastin). Lapisan ini juga berisi kelenjar keringat (pada bagian tepi dengan hipodermis), yang membuka keluar menuju permukaan kulit. Kolagen dan elastin memberikan kekuatan dan daya regang pada kulit (Peckham, 2014).

Lapisan hipodermis atau lapisan subkutan adalah kelanjutan dermis atas jaringan ikat longgar, berisi sel-sel lemak di dalamnya. Lapisan ini merupakan bantalan untuk kulit, isolasi untuk mempertahankan suhu tubuh dan tempat


(23)

penyimpanan energi (Anderson, 1996). Lapisan hipodermis berisikan jaringan adiposa dan kelenjar keringat. Jaringan adiposa ini penting untuk fungsi metabolisme seperti produksi trigliserida dan vitamin D. Arteri yang menyuplai kulit ditemukan di lapisan dalam pada hipodermis. Pada kondisi dingin, aliran darah menuju kapiler superfisial pada kulit dikurangi untuk mempertahankan suhu inti tubuh. Pada kondisi panas, aliran darah ke kulit meningkat dan darah pada kapiler superfisial mengalami pendinginan oleh evaporasi keringat pada permukaan kulit (Peckham, 2014).

2.1.2 Fungsi kulit

Kulit adalah organ dengan berbagai fungsi penting. Fungsi penting dari kulit, antara lain:

1. Perlindungan

Serat elastis dari dermis dan jaringan lemak subkutan bertindak untuk mencegah guncangan mekanik eksternal. Kulit memiliki kapasitas menetralkan alkali dan permukaan kulit dijaga pada pH asam lemah untuk melindungi terhadap racun kimia. Bagian tubuh yang menerima guncangan mekanik kronis seperti kaki, tempurung lutut dan tangan pekerja manual mempunyai lapisan tanduk yang menebal untuk melindungi terhadap rangsangan eksternal. Selain itu, lapisan tanduk terluar dari kulit dan lipid permukaan kulit bertindak sebagai penghalang melawan penetrasi air dan hilangnya cairan tubuh. Mereka juga membentuk penghalang melawan racun eksternal. Asam lemak tak jenuh pada lipid kulit mempunyai sifat bakterisida dan mencegah pertumbuhan bakteri pada kulit. Selain itu, kulit memiliki sel-sel berkaitan dengan


(24)

imunitas yang memberikan tubuh dengan reaksi pertahanan imunitas melalui respon imun. Pigmentasi melanin pada kulit berperan menyerap dan melindungi tubuh terhadap radiasi UV yang berbahaya. Selain itu, ketidakrataan dari permukaan kulit berperan untuk melindungi tubuh dari cahaya yang berbahaya.

2. Pengaturan suhu

Kulit menyesuaikan suhu tubuh dengan mengubah jumlah darah yang mengalir melalui kulit dengan dilatasi dan konstriksi dari kapiler darah kulit dan oleh penguapan keringat. Pusat penyesuaian suhu tubuh ditemukan di hipotalamus; ketika suhu tubuh menurun, hipotalamus meningkatkan aktivitas saraf vasokonstriktor kulit untuk menyempitkan kapiler darah dan mencegah suhu tubuh turun. Ketika suhu tubuh meningkat, aktivitas saraf berkurang, dan kapiler darah melebar sampai meningkatkan kehilangan panas. Pusat berkeringat juga di hipotalamus. Selain itu, lapisan tanduk, jaringan subkutan dan tubuh itu sendiri mencegah perubahan cepat suhu tubuh dengan menghalangi transmisi perubahan suhu eksternal ke bagian dalam tubuh. Otot pembangun rambut juga memainkan peran pengaturan suhu dengan menjebak sebuah lapisan pembatas udara pada permukaan kulit yang mengurangi hilangnya panas tubuh. Otot pembangun rambut (merinding) juga di bawah kendali sistem saraf otonom.

3. Tanggapan sensoris

Kulit mengindra berubah di dalam lingkungan eksternal dan bertanggung jawab pada sensasi kulit. Kulit mengindra tekanan, sentuhan, suhu dan


(25)

nyeri. Ada berbagai reseptor pada kulit untuk mendeteksi perubahan

lingkungan seperti; sel-sel Meissner, cakram Merkel, sel-sel Golgi

Mazzoni yang bertanggung jawab pada sensasi sentuhan. Sel-sel Pacinian

yang dianggap berkaitan dengan rasa tekanan, Krause end bulbs

merasakan dingin, sel-sel Ruffini merasakan suhu, dan ujung saraf bebas

berhubungan dengan sensasi nyeri. Rangsangan eksternal merangsang ujung saraf sensoris ini yang menyampaikan informasi melalui sum-sum tulang belakang, batang otak dan hipotalamus ke korteks otak yang menafsirkan sensasi.

4. Absorpsi

Berbagai zat diserap dari kulit ke dalam tubuh. Ada dua jalur penyerapan, satu melalui epidermis, dan satu melalui kelenjar sebasea dari folikel rambut. Steroid dan bahan larut lemak seperti vitamin A, D, E dan K diserap melalui kulit, tetapi bahan larut air tidak diserap dengan mudah sebagai hasil dari penghalang air dan bahan larut air yang dibentuk oleh lapisan tanduk. Kelarutan lemak dari bahan yang diserap, usia individu, suplai darah kulit, suhu kulit, kandungan air dari lapisan tanduk, tingkatan kerusakan lapisan tanduk, dan suhu lingkungan dan kelembapan semua memainkan peran utama di dalam penyerapan transdermal. Satu manfaat dari jenis penyerapan transdermal ini telah menjadi pengembangan sistem pengantaran obat kulit sebagai metode untuk memasok obat untuk tubuh.

5. Fungsi lain

Kulit juga berperan dalam menunjukkan kondisi emosional, seperti memerah, dan ketakutan (pucat dan rambut tegak), dan dapat digambarkan


(26)

sebagai organ penanda emosi. Kulit juga mensintesis vitamin D melalui kerja sinar UV pada prekursor vitamin-D di kulit (Mitsui, 1997).

2.1.3 Jenis-jenis kulit

Secara umum, berdasarkan pada kandungan air dan minyak, kulit terbagi menjadi 3 jenis, yaitu:

1. Kulit kering

Kulit kering adalah kulit yang memiliki kadar air kurang atau rendah. Ciri-ciri fisik yang tampak pada kulit kering adalah:

a. Kulit tampak kusam dan bersisik.

b. Mulai tampak kerut-kerutan.

c. Pori-pori sangat kecil, sehingga tidak kelihatan.

2. Kulit normal

Kulit normal adalah kulit yang memiliki kadar air tinggi dan kadar minyak rendah sampai normal. Ciri-ciri fisik yang tampak pada kulit normal adalah:

a. Penampilan kulit tampak segar dan cerah.

b. Bertekstur halus dan tegang.

c. Pori-pori kelihatan, namun tidak terlalu besar.

d. Terkadang pada dahi, hidung, dan dagu terlihat berminyak.

3. Kulit berminyak

Kulit berminyak adalah kulit yang memiliki kadar air dan minyak yang tinggi. Ciri-ciri fisik yang tampak pada kulit berminyak adalah:

a. Kulit bertekstur kasar dan berminyak.


(27)

c. Mudah kotor dan sangat rentan berjerawat (Muliyawan dan Suriana, 2013).

Jenis kulit campuran dalam dunia kosmetik dikenal juga dengan istilah jenis kulit kombinasi. Kulit kombinasi memiliki ciri-ciri, seperti daerah bagian tengah atau dikenal juga dengan istilah daerah T (dahi, hidung, dan dagu) terkadang berminyak atau normal. Sementara bagian kulit lain, cenderung lebih normal bahkan kering. Kulit jenis ini bisa dimiliki oleh semua umur. Akan tetapi, sering ditemukan pada usia 35 tahun ke atas (Muliyawan dan Suriana, 2013).

2.2 Penuaan Dini

2.2.1 Pengertian penuaan dini

Penuaan adalah suatu proses alami yang merupakan penuaan intrinsik dan

photoaging mengarah secara progresif kepada kehilangan integritas struktural dan fungsi fisiologis dari kulit. Penuaan intrinsik (penuaan kronologik atau biologis) adalah secara definisi, tidak dapat dihindari karena oleh pengaruh waktu biologis pada kulit, yang tidak dipengaruhi oleh paparan matahari berulang. Paparan kronik berulang dari sinar matahari UV kepada kulit manusia menyebabkan yang ditandai dengan perubahan morfologis, histologis, biokimia, biofisika yang

diuraikan sebagai photoaging (Barel, et al., 2009).

Penuaan merupakan proses yang alamiah dan tidak ada seorang pun yang dapat menghindarinya. Seiring bertambahnya usia, maka tanda-tanda penuaan pada wajah mulai bermunculan. Proses penuaan yang berlangsung lebih cepat dari yang seharusnya dikenal dengan penuaan dini (Muliyawan dan Suriana, 2013).


(28)

2.2.2 Tanda-tanda penuaan dini

Tanda-tanda penuaan kulit, antara lain:

1. Kulit menjadi kering akibat dari berkurangnya aktivitas kelenjar minyak

dan keringat kulit serta penurunan kemampuan kulit untuk menahan air di dalam sel kulit (sawar kulit).

2. Kulit menjadi tipis akibat berkurangnya kemampuan untuk membentuk sel

baru di lapisan kulit. Gangguan pada rambut menyebabkan kerontokan rambut.

3. Sebaliknya kulit terasa kasar, kusam dan bersisik akibat berkurangnya

kemampuan kulit untuk melepaskan sel kulit lama untuk diganti sel kulit baru.

4. Kulit menjadi kendor dan tidak elastis akibat menurunnya kemampuan

serat kulit terutama kolagen, sehingga menimbulkan kerut dan gelambir.

5. Warna kulit berbercak-bercak akibat berkurangnya daya pigmentasi sel

melanosit dan daya distribusi melanin ke seluruh lapisan kulit. Gangguan pigmentasi pada rambut menyebabkan terjadinya uban.

6. Terjadinya kelainan kulit, bila gangguan tersebut terjadi lebih banyak dan

lebih jelas (Wasitaatmadja, 1997).

2.2.3 Faktor penyebab penuaan dini

Faktor-faktor penyebab yang berperan pada proses penuaan kulit yang umumnya berhubungan satu sama lain, antara lain:

1. Umur

Umur adalah faktor fisiologik yang menyebabkan kulit menjadi tua. Umur bertambah setiap hari, secara perlahan tetapi pasti proses menua terjadi.


(29)

2. Genetik

Faktor genetik (keturunan) menentukan kapan mulai surutnya proses metabolik dalam tubuh, dan dengan kecepatan berapa proses menua berjalan.

3. Rasial

Berbagai ras manusia mempunyai perbedaan struktur dan faal tubuh dalam perannya terhadap lingkungan hidup sehingga mempunyai kemampuan yang berbeda dalam mempertahankan diri terhadap pengaruh lingkungan yang merusak kehidupannya. Misalnya dalam jumlah dan fungsi pigmen melanin.

4. Hormonal

Hormon tertentu dalam tubuh manusia mempunyai peran penting dalam proses pembentukan sel baru dan proses metabolik untuk mempertahankan kehidupan sel secara baik. Pada wanita hormon estrogen yang dibuat di dalam folikel kandung telur memacu pertumbuhan sel epitel sehingga apabila terjadi penurunan kadar estrogen seorang wanita (menopause) pertumbuhan sel baru akan terhambat.

5. Penyakit sistemik

Berbagai penyakit sistemik menyebabkan proses menua berlangsung lebih cepat, misalnya kencing manis, arteriosklerosis, defisiensi gizi, dan penyakit autoimun, yang menyebabkan terganggunya sistem biologik selular.

6. Lingkungan hidup


(30)

suhu, kelembapan, polusi kimia dan terutama sinar ultraviolet. Sinar ultraviolet dapat merusak serabut kolagen kulit dan matrik dermis sehingga kulit menjadi tidak elastis, kering dan keriput. Sinar ultraviolet dapat pula memacu pertumbuhan sel ganas kulit.

7. Lain-lain

Stres psikis, merokok, minuman keras, bahan tambahan dalam makanan,

CO, N2O, radiasi sinar X, dan pajanan bahan kimia, dapat mempercepat

penuaan kulit (Wasitaatmadja, 1997).

Dari faktor-faktor penyebab tersebut di atas, terlihat bahwa kulit menua dapat disebabkan oleh faktor-faktor dari dalam tubuh sendiri, misalnya umur, genetik, rasial, dan hormonal. Penuaan kulit yang terjadi disebut sebagai penuaan kulit intrinsik (sejati) yang sangat sukar dicegah. Penuaan intrinsik akan menghasilkan kulit menua sesuai dengan seharusnya. Sebaliknya, bila penuaan kulit disebabkan oleh faktor luar, misalnya lingkungan hidup, penyakit sistemik, stres, rokok, alkohol, bahan kimia, dan lainnya yang sebenarnya dapat dihindari, disebut sebagai penuaan ekstrinsik. Penuaan ekstrinsik akan menghasilkan kulit menua dini, yaitu lebih cepat dari seharusnya (Wasitaatmadja, 1997).

2.2.4 Proses terjadinya penuaan dini

Paparan sinar matahari yang berlebihan merupakan salah satu faktor penyebab menurunnya produksi kolagen dalam dermis kulit, karena paparan sinar matahari yang berlebih pada kulit menyebabkan munculnya enzim proteolisis dari radikal bebas yang terbentuk. Enzim inilah yang selanjutnya akan merusak kulit, menghancurkan kolagen, dan jaringan penghubung yang ada di bawah kulit


(31)

dermis. Akibatnya, paparan cahaya UV yang berlebih akan menyebabkan proses penuaan pada kulit berlangsung lebih cepat (Muliyawan dan Suriana, 2013).

Wajah dan tengkuk leher serta punggung tangan sering terpapar sinar matahari dan menjadi kasar dan sangat bergaris. Kulit yang terus-menerus terpapar kuat sinar matahari dalam waktu yang lama menunjukkan perubahan karakteristik ini. Tanda-tanda penuaan yang disebabkan oleh sinar UV disebut

photoaging. Kulit pada orang tua yang tidak terpapar sinar matahari, seperti perut dan punggung bawah berbeda dalam struktur internal dari kulit yang terpapar matahari pada orang yang sama. Umumnya dalam penuaan intrinsik, penurunan banyak fungsi dan perubahan atropi terjadi pada kulit seperti penurunan aktivitas selular dan penipisan kulit. Sebaliknya kulit menua yang disebabkan oleh sinar UV adalah menebal, dan ada berbagai gejala disebut elastosis yang menampilkan kehadiran kulit yang menebal dengan jumlah besar, serat elastis terdegradasi menjadi kusut. Tabel 2.1 dan Tabel 2.2 menunjukkan perubahan karakteristik

dalam kedua kasus. Photoaging dan penuaan intrinsik terjadi pada kulit wajah,

tetapi tingkat perubahan penuaan yang berbeda jelas dari individu ke individu

karena photoaging dipengaruhi oleh gaya hidup, seperti lamanya waktu terpapar

sinar matahari dan jenis perawatan harian pelindung kulit dan penuaan intrinsik dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor internal lainnya (Mitsui, 1997).

Fitur karakteristik dari penuaan kulit adalah kemampuan untuk regenerasi kulit yang menurun, menjadi sangat jelas dalam rentang waktu yang dibutuhkan untuk pembaharuan lapisan epidermis. Ini dikenal dengan pergantian epidermis

yang membutuhkan 28 hari pada kulit dewasa muda dan bisa meningkat sampai 40 - 60 hari seiring bertambahnya usia (Barel, et al., 2009).


(32)

Tabel 2.1 Perbedaan anatomi antara penuaan intrinsik dan photoaging pada perubahan epidermis

Bagian kulit Akibat photoaging Akibat penuaan intrinsik

Lapisan epidermis - Tebal - Tipis

Sel-sel epidermis (keratinosit)

- Sel-sel tidak seragam

- Sel-sel terdistribusi tidak

merata

- Pembesaran berkala

- Sel-sel seragam

- Sel-sel terdistribusi secara

merata

- Pembesaran mendadak

Stratum korneum - Peningkatan lapisan sel

- Ukuran serta bentuk

korneosit bervariasi

- Lapisan sel normal

- Ukuran dan bentuk

korneosit seragam

Melanosit - Peningkatan jumlah sel

- Sel-sel bervariasi

- Peningkatan produksi

melanosom

- Pengurangan jumlah sel

- Sel-sel seragam

- Penurunan produksi

melanosom Sel-sel

Langerhans

- Pengurangan sel dalam

jumlah yang besar

- Sel-sel bervariasi

- Pengurangan sel dalam

jumlah yang kecil

- Sel-sel seragam

(Mitsui, 1997).

Tabel 2.2 Perbedaan anatomi antara penuaan intrinsik dan photoaging pada perubahan dermis

Bagian kulit Akibat photoaging Akibat penuaan intrinsik

Jaringan elastis - Meningkat secara drastis

- Berubah menjadi massa

yang tidak berbentuk

- Meningkat tetapi masih

dalam keadaan normal

Kolagen - Serat kolagen dan jaringan

ikat menurun jumlahnya

- Serat kolagen tidak

beraturan, jaringan ikat menebal

Pembuluh kapiler - Abnormal - Normal

(Mitsui, 1997).

Perubahan penuaan dari fungsi fisiologis kulit, yaitu:

1. Lapisan tanduk (stratum korneum)

Parameter yang paling penting dari fungsi lapisan tanduk adalah kadar air yang umumnya dikatakan menurun seiring bertambahnya usia. Perubahan penuaan di dalam kehilangan air, yang dipengaruhi oleh fungsi penghalang dari lapisan tanduk, belum dikonfirmasi dengan jelas. Selain itu,


(33)

penurunan lipid permukaan kulit dan keringat adalah faktor dalam penampilan kulit kering pada orang lanjut usia.

2. Epidermis

Proliferasi sel epidermis berkurang dalam epidermis dari individu yang lebih tua. Akibatnya, pergantian epidermis, atau metabolisme berkurang. Data sehubungan dengan pergantian epidermis telah didapat tanpa merusak kulit dengan mengukur ukuran korneosit. Luas permukaan dari korneosit pipi dan lengan bawah meningkat seiring bertambahnya usia, menunjukkan bahwa aktivitas proliferasi sel epidermis (keratinosit) berkurang.

3. Dermis

Sama seperti aktivitas proliferasi dari keratinosit pada epidermis menurun seiring dengan usia, bahwa fibroblas di dalam dermis juga menurun seiring bertambahnya usia. Produksi kolagen, elastin dan glikosaminoglikan oleh fibroblas juga menurun seiring bertambahnya usia. Selain itu, karena laju pergantian kolagen dan protein struktural lainnya sangat lambat, berbagai perubahan degeneratif seperti ikatan silang terjadi pada komponen ini, yang membuat elastisitas kulit berkurang. Penurunan elastisitas diduga terkait dengan pembentukan keriput.

4. Jaringan adiposa subkutan

Penuaan menyebabkan penurunan jaringan adiposa subkutan dan cenderung menjadi kuning sebagai hasil dari peningkatan kadar kolesterol. Penurunan jaringan adiposa subkutan mengurangi kemampuan untuk


(34)

menahan guncangan fisik pada kulit dan juga diduga menjadi penyebab keriput dan kendur.

5. Sejumlah lipid kulit

Sejumlah sebum menurun seiring bertambahnya usia. Hal ini diamati lebih jelas pada wanita dibandingkan laki-laki, dan tingkat perubahan dengan usia berbeda-beda berdasarkan pada bagian wajah yang terlibat.

6. Aliran darah kulit

Aliran darah tergantung pada bagian tubuh yang terlibat, tetapi umumnya ada yang berkurang aliran dengan penuaan dan penurunan kemampuan untuk menahan rangsangan dingin dan penyinaran UV (Mitsui, 1997).

2.3 Anti-aging

2.3.1 Pengertian anti-aging

Produk-produk yang populer digunakan untuk menghambat proses

penuaan dini adalah produk anti-aging. Anti-aging atau anti penuaan adalah

sediaan yang berfungsi menghambat proses kerusakan pada kulit (degeneratif), sehingga mampu menghambat timbulnya tanda-tanda penuaan pada kulit (Muliyawan dan Suriana, 2013).

2.3.2 Fungsi dan manfaat anti-aging

Fungsi dari produk anti-aging, yaitu:

1. Menyuplai antioksidan bagi jaringan kulit.

2. Menstimulasi proses regenerasi sel-sel kulit.

3. Menjaga kelembapan dan elastisitas kulit.


(35)

5. Melindungi kulit dari radiasi ultraviolet (Muliyawan dan Suriana, 2013).

Manfaat dari produk anti-aging, yaitu:

1. Mencegah kulit dari kerusakan degeneratif yang menyebabkan kulit

terlihat kusam dan keriput.

2. Kulit tampak lebih sehat, cerah, dan awet muda.

3. Kulit tampak kenyal, elastis, dan jauh dari tanda-tanda penuaan dini

(Muliyawan dan Suriana, 2013).

2.3.3 Antioksidan sebagai bahan aktif pada produk anti-aging

Antioksidan adalah senyawa penting yang sangat bermanfaat bagi kesehatan kulit. Zat ini berfungsi untuk menangkal radikal bebas yang dapat merusak jaringan kulit. Radikal bebas adalah molekul atau atom yang sifat kimianya sangat tidak stabil. Senyawa ini memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan. Sehingga, senyawa ini cenderung reaktif menyerang molekul lain untuk mendapatkan elektron guna menstabilkan atom atau molekulnya sendiri. Serangan ini menyebabkan timbulnya senyawa abnormal yang memicu terjadinya reaksi berantai sehingga merusak sel dan jaringan-jaringan tubuh. Radikal bebas juga disinyalir sebagai penyebab penuaan dini pada kulit, karena serangan radikal bebas pada jaringan dapat merusak asam lemak dan menghilangkan elastisitas, sehingga kulit menjadi kering dan keriput. Antioksidan berperan aktif menetralkan radikal bebas, di mana pada jaringan senyawa radikal bebas ini mengorbankan dirinya teroksidasi menstabilkan atom atau molekul radikal bebas. Sel-sel pada jaringan kulit pun terhindar dari serangan radikal bebas. Oleh karena itu, produk-produk perawatan kulit selalu mengandung senyawa antioksidan sebagai salah satu bahan aktif. Termasuk produk-produk


(36)

anti-aging, yang juga mengandalkan antioksidan untuk melindungi kulit dari pengaruh radikal bebas yang menjadi salah satu faktor penyebab penuaan dini (Muliyawan dan Suriana, 2013).

Penggunaan vitamin E dalam perawatan kulit memiliki manfaat anti-aging

berdasarkan pada sifat pelembapnya tapi sebagian besar pada kemampuan pelindungnya (Burgess, 2005). Vitamin E memiliki manfaat penting bagi kesehatan dan peremajaan kulit, antara lain: sebagai antioksidan yang berperan penting melindungi sel dari kerusakan dan menangkal radikal bebas, sebagai

UV-protection (melindungi kulit dari bahaya radiasi sinar matahari yang dapat

menyebabkan penuaan dini), dan sebagai pelembap (Muliyawan dan Suriana, 2013).

Peranan utama dari vitamin E adalah untuk melindungi jaringan tubuh dari reaksi merusak (peroksidasi) yang timbul dari banyak proses metabolik normal dan senyawa toksik eksogen. Vitamin E juga disebut dengan vitamin pelindung dan digunakan dalam industri kosmetika sebagai antioksidan untuk kulit ataupun formulasi. Itu juga menghaluskan kulit dan mengurangi kondisi kulit yang kering (Salvador dan Chisvert, 2007).

2.4 Krim

Emulsi adalah sediaan dasar berupa sistem dua fase, terdiri dari dua cairan yang tidak dapat bercampur, dimana salah satu cairan terdispersi dalam bentuk globul dalam cairan lainnya. Jika konsistensinya lebih kental biasanya disebut krim (Ditjen POM, 1985).


(37)

Emulsi dinyatakan sebagai sistem minyak dalam air (m/a), jika fase dispersi merupakan fase yang tidak campur dengan air, dan air merupakan fase kontinyu. Jika terjadi sebaliknya maka emulsi tersebut dinyatakan emulsi air dalam minyak (a/m) (Ditjen POM, 1985).

Pada umumnya, sebagian besar sediaan kosmetika yang beredar adalah sistem minyak dalam air, karena mudah menyebar pada permukaan kulit. Dengan pemilihan komponen formula yang tepat, akan diperoleh emulsi yang tidak berlemak dan tidak lengket. Emulsi air dalam minyak digunakan untuk formulasi yang mengandung minyak kadar tinggi, yang diperlukan untuk massa berminyak, misalnya krim malam, krim pijat, krim mata, dan sediaan lain untuk kulit kering (Ditjen POM, 1985).

2.5 Bahan-bahan Dalam Krim Anti-Aging

Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan sediaan krim anti-aging, yaitu:

1. Propilen glikol

Propilen glikol adalah cairan jernih, tidak berwarna, kental, tidak berbau, dengan rasa manis, agak sangit menyerupai gliserin. Bahan ini dapat berfungsi sebagai pengawet antimikroba, disinfektan, humektan, plasticizer, pelarut, stabilizer, dan pelarut pembantu yang dapat bercampur dengan air (Rowe, et al., 2009).

2. Natrium edetat

Natrium edetat digunakan sebagai zat pengkelat. Natrium edetat membentuk kompleks stabil yang dapat larut dalam air (kelat) dengan ion logam berat, yaitu: kompleks logam-edetat (Rowe, et al., 2009).


(38)

3. Trietanolamin

Trietanolamin (TEA) adalah cairan kental jernih, tidak berwarna hingga berwarna kuning pucat yang mempunyai bau agak menyerupai amoniak. TEA digunakan secara luas dalam formulasi bidang farmasi, terutama dalam pembentukan emulsi. TEA jika dicampur dengan asam lemak seperti asam stearat atau asam oleat akan membentuk sabun anionik yang dapat berfungsi sebagai pengemulsi untuk menghasilkan emulsi minyak dalam air yang stabil (Rowe, et al., 2009).

4. Vaselin

Vaselin atau petrolatum adalah massa berminyak lembut, berwarna kuning pucat hingga kuning, tembus cahaya, tidak berbau, dan tidak berasa. Vaselin digunakan terutama dalam formulasi bidang farmasi sebagai dasar salep dan emolien. Vaselin juga digunakan dalam formulasi krim (Rowe, et al., 2009).

5. Setil alkohol

Setil alkohol digunakan secara luas dalam formulasi kosmetik dan bidang farmasi, seperti krim. Setil alkohol digunakan dalam pembuatan krim karena sifat emolien, daya absorpsi air, dan pengemulsi yang dimilikinya. Hal itu akan meningkatkan stabilitas, memperbaiki tekstur, dan meningkatkan konsistensi (Rowe, et al., 2009).

6. Asam stearat

Asam stearat digunakan dalam formulasi topikal digunakan sebagai zat pengemulsi. Konsentrasi asam stearat yang biasa digunakan dalam


(39)

formulasi krim berkisar antara 1 – 20%. Asam stearat dapat larut dalam propilen glikol (Rowe, et al., 2009).

7. Gliseril monostearat

Gliseril monostearat dapat digunakan sebagai zat pengemulsi nonionik, stabilizer, emolien, dan plasticizer dalam aplikasi kosmetik (Rowe, et al., 2009).

8. Butil hidroksi toluen

Butil hidroksi toluen (BHT) digunakan sebagai antioksidan dalam kosmetik. BHT digunakan terutama untuk menunda atau mencegah ketengikan oksidatif dari lemak dan minyak, selain itu untuk mencegah kehilangan aktivitas vitamin yang dapat larut dalam minyak. Konsentrasi BHT yang biasa digunakan dalam formulasi topikal berkisar antara 0,0075 – 0,1% (Rowe, et al., 2009).

9. Nipagin

Nipagin digunakan secara luas sebagai pengawet antimikroba dalam formulasi kosmetika, produk makanan, dan bidang farmasi. Khasiat pengawet dari nipagin juga ditingkatkan dengan penambahan propilen glikol sebanyak 2 – 5%. Konsentrasi nipagin yang biasa digunakan dalam sediaan topikal berkisar antara 0,02 – 0,3% (Rowe, et al., 2009).

10.Minyak zaitun ekstra murni

Minyak zaitun ekstra murni (Extra Virgin Olive Oil) atau biasa disebut

minyak zaitun perasan pertama adalah minyak zaitun yang didapat dari ekstraksi buah zaitun segar, yang menggunakan proses mekanik tanpa pemanasan dan tanpa penambahan zat aditif, serta tanpa pelarut apa pun.


(40)

Extra Virgin Olive Oil diproses dari pasta buah zaitun, lalu diperas tanpa adanya pemanasan ataupun penambahan bahan lain. Minyak ini kaya akan antioksidan serta memiliki kandungan minyak zaitun asli dengan aroma dan rasa yang khas. Tabel 2.3 menunjukkan kandungan nutrisi dari minyak zaitun per 100 gram. Kandungan vitamin E dalam minyak zaitun mencapai 14 mg/100 g. Vitamin E adalah antioksidan alami yang mampu menangkal oksidasi di dalam tubuh yang bisa merusak sel, sehingga kandungan ini efektif untuk mencegah penuaan dini (Agung, 2014).

Tabel 2.3 Kandungan nutrisi minyak zaitun per 100 g

Energi 3,701 kJ (885 kcal)

Karbohidrat 0 g

Lemak Jenuh

Tak jenuh tunggal Tak jenuh ganda Lemak omega-3 Lemak omega-6

100 g 14 g 73 g 11 g < 1,5 g 3,5 – 21 g

Protein 0 g

Vitamin E 14 mg

Vitamin K 62 μg

Keterangan:

Setiap 100 g minyak zaitun sama dengan 109 ml (Agung, 2014).

2.6 Skin Analyzer

Skin analyzer merupakan sebuah perangkat yang dirancang untuk

mendiagnosa keadaan pada kulit. Skin analyzer dapat mendukung diagnosa dokter

yang tidak hanya meliputi lapisan kulit teratas namun mampu memperlihatkan sisi lebih dalam dari lapisan kulit, dengan menggunakan mode pengukuran normal


(41)

menyebabkan alat ini dapat menampilkan hasil lebih cepat dan akurat (Aramo, 2012).

Menurut Aramo (2012), pengukuran yang dapat dilakukan menggunakan

skin analyzer, yaitu: moisture (kadar air), evenness (kehalusan), pore (pori), spot

(noda), wrinkle (keriput), dan kedalaman keriput juga terdeteksi dengan alat ini.

Tabel 2.4 menunjukkan parameter hasil pengukuran dengan menggunakan skin

analyzer.

Tabel 2.4 Parameter hasil pengukuran dengan skin analyzer

Analisa Parameter

Moisture

(kadar air) (%)

Dehidrasi Normal Hidrasi

0 – 29 30 – 50 51 – 100

Evenness

(Kehalusan)

Halus Normal Kasar

0 – 31 32 – 51 52 – 100

Pore

(Pori)

Kecil Beberapa besar Sangat besar

0 – 19 20 – 39 40 – 100

Spot

(Noda)

Sedikit Beberapa noda Banyak noda

0 – 19 20 – 39 40 – 100

Wrinkle

(Keriput)

Tidak berkeriput Berkeriput Banyak keriput

0 – 19 20 – 52 53 – 100


(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini dilakukan secara eksperimental. Penelitian ini meliputi pembuatan sediaan krim minyak zaitun ekstra murni dengan konsentrasi 5%, 10%, 15% dan 20%, pemeriksaan terhadap sediaan (uji homogenitas, uji pH, penentuan tipe emulsi, uji stabilitas sediaan), pengelompokan sukarelawan, dan

pembuktian kemampuan sediaan sebagai anti-aging.

3.1 Alat-alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: skin analyzer dan

moisture checker (Aramo-SG), lumpang porselin, stamfer, cawan porselin, alat-alat gelas, kertas perkamen, penangas air, spatula, sudip, pot plastik, aluminium foil, pH meter (Hanna Instrument), dan neraca analitik (Dickson).

3.2 Bahan-bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: aquadest, propilen glikol, natrium edetat, trietanolamin, vaselin, setil alkohol, asam stearat, gliseril monostearat, butil hidroksi toluen, nipagin, minyak zaitun ekstra murni (extra virgin olive oil) “Borges”, metil biru, larutan dapar pH asam (pH 4,01), larutan dapar pH netral (pH 7,01).

3.3 Sukarelawan

Sukarelawan wanita berumur 20 – 25 tahun memiliki kulit punggung tangan yang kering dan berkerut karena sering terpapar sinar matahari.


(43)

3.4 Prosedur Kerja

3.4.1 Formulasi sediaan krim 3.4.1.1 Formula standar

Sediaan krim dibuat berdasarkan formula dasar sunblock yang

menggunakan tipe dasar krim minyak dalam air (Mitsui, 1997) :

R/ Aquadest 54,95%

Propilen glikol 7,0

Natrium edetat 0,05

Trietanol amin 1,0

Petrolatum 5,0

Setil alkohol 3,0

Asam stearat 3,0

Gliseril monostearat 3,0

Titanium dioksida 5,0

Oxibenzon 2,0

Oktilmetoksinamat 5,0

Etil poliakrilat 1,0

Squalen 10

Antioksidan q.s.

Pengawet q.s.

Parfum q.s.

3.4.1.2 Formulasi modifikasi

Formulasi krim dimodifikasi dengan mengeluarkan bahan-bahan yang

berfungsi sebagai sunblock dan emolien kemudian diganti dengan sejumlah air.

Formulasi dasar krim sebagai berikut:

R/ Propilen glikol 7,0

Natrium edetat 0,05

Trietanol amin 1,0

Vaselin 5,0

Setil alkohol 3,0

Asam stearat 3,0

Gliseril monostearat 3,0

Butil hidroksi toluen 0,1%

Nipagin 0,1%


(44)

Konsentrasi minyak zaitun ekstra murni yang digunakan dalam pembuatan

sediaan krim anti-aging masing-masing adalah 5%, 10%, 15%, dan 20%.

Formulasi dasar krim tanpa minyak zaitun ekstra murni dibuat sebagai blanko. Rancangan formulasi dijelaskan sebagai berikut (Tabel 3.1).

Tabel 3.1 Komposisi bahan dalam krim

Bahan

Konsentrasi (gram) Krim A

(Blanko)

Krim B (5%)

Krim C (10%)

Krim D (15%)

Krim E (20%)

Minyak zaitun ekstra murni - 5 10 15 20

Dasar krim 100 95 90 85 80

3.4.1.3Pembuatan sediaan krim

Cara pembuatan: Ditimbang semua bahan yang diperlukan. Pisahkan bahan menjadi dua kelompok yaitu fase minyak dan fase air. Fase minyak terdiri dari vaselin, asam stearat, gliseril monostearat, dan setil alkohol dilebur di atas penangas air dengan suhu 70 – 75ºC. Setelah melebur, ditambahkan butil hidroksi toluen ke dalam fase minyak. Fase air yang terdiri dari larutan nipagin, propilen glikol, natrium edetat, trietanol amin dan aquadest dimasukkan ke dalam beaker glass dengan diaduk homogen pada suhu 70°C, lalu dimasukkan ke dalam lumpang panas, kemudian ditambahkan secara perlahan-lahan fase minyak ke dalamnya dengan pengadukan yang konstan pada suhu lebih kurang 70ºC sampai diperoleh massa krim. Setelah terbentuk massa krim, ditambahkan minyak zaitun ekstra murni sedikit demi sedikit, digerus sampai terbentuk krim yang homogen.


(45)

3.4.2 Pemeriksaan terhadap sediaan 3.4.2.1 Pemeriksaan homogenitas

Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM, 1979).

3.4.2.2 Pengukuran pH sediaan

Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan pH meter. Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar pH netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 gram sediaan dan dilarutkan dalam 99 ml air suling. Kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan (Rawlins, 2002).

3.4.2.3 Penentuan tipe emulsi sediaan

Penentuan tipe emulsi sediaan dilakukan dengan penambahan sedikit biru metil ke dalam sediaan, jika larut sewaktu diaduk, maka emulsi tersebut adalah tipe minyak dalam air (Ditjen POM, 1985).

3.4.2.4 Pengamatan stabilitas sediaan

Masing-masing formula krim dimasukkan ke dalam pot plastik, disimpan pada suhu kamar dan diukur parameter-parameter kestabilan seperti bau, warna, dan pH dievaluasi selama penyimpanan 12 minggu dengan pengamatan setiap 2 minggu (National Health Surveillance Agency, 2005).


(46)

3.4.3 Pengujian aktivitas anti-aging

Pengujian aktivitas anti-aging menggunakan sukarelawan sebanyak 15

orang dan dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu:

a. Kelompok I : 3 orang sukarelawan untuk krim A (blanko)

b. Kelompok II : 3 orang sukarelawan untuk krim B

(konsentrasi minyak zaitun ekstra murni 5%)

c. Kelompok III : 3 orang sukarelawan untuk krim C

(konsentrasi minyak zaitun ekstra murni 10%) d. Kelompok IV : 3 orang sukarelawan untuk krim D

(konsentrasi minyak zaitun ekstra murni 15%)

e. Kelompok V : 3 orang sukarelawan untuk krim E

(konsentrasi minyak zaitun ekstra murni 20%)

Semua sukarelawan ditandai lingkaran pada punggung tangan berdiameter

3 cm, diukur kondisi kulit awal meliputi: kadar air (moisture), kehalusan

(evenness), besar pori (pore), banyaknya noda (spot), keriput (wrinkle) dan

kedalaman keriput dengan menggunakan skin analyzer sesuai dengan parameter

pengukuran. Setelah pengukuran kondisi kulit awal, perawatan mulai dilakukan dengan pengolesan krim sebutir jagung hingga merata seluas area yang telah ditandai, krim dioleskan berdasarkan kelompok yang telah ditetapkan di atas, pengolesan dilakukan sebanyak 2 kali sehari selama 4 minggu. Perubahan kondisi

kulit diukur setiap minggu selama 4 minggu dengan menggunakan skin analyzer.

3.4.4 Analisis data

Data hasil penelitian dianalisis menggunakan program SPSS (Statistical

Product and Service Solution) 18. Data terlebih dahulu dianalisis distribusinya

menggunakan Shapiro-Wilk Test. Selanjutnya data dianalisis menggunakan


(47)

berdasarkan formula krim yang diuji. Selanjutnya untuk menganalisis perubahan

kondisi kulit selama perawatan empat minggu digunakan Friedman Test. Jika

terdapat nilai signifikansi p < 0,05, data selanjutnya dianalisis dengan Wilcoxon

Signed Ranks Test untuk melihat perbedaan perubahan kondisi kulit setiap minggu selama perawatan empat minggu.


(48)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pembuatan Sediaan Krim

Sediaan krim anti-aging menggunakan minyak zaitun ekstra murni dibuat

dengan menggunakan formula standar krim sunblock (Mitsui, 1997), formula

standar ini dimodifikasi di mana bahan-bahan yang berperan sebagai sunblock

dikeluarkan. Minyak zaitun ekstra murni yang digunakan dalam membuat sediaan

krim anti-aging adalah konsentrasi masing-masing 5%, 10%, 15% dan 20%.

Sediaan krim yang diperoleh berupa krim berwarna putih kekuningan, bau khas minyak zaitun ekstra murni.

4.2 Hasil Pemeriksaan Terhadap Sediaan 4.2.1 Pemeriksaan homogenitas

Uji homogenitas memberikan hasil krim yang homogen tidak ada butiran kasar, seperti yang terlihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Hasil uji homogenitas krim blanko, krim minyak zaitun ekstra murni 5%, 10%, 15% dan 20%


(49)

4.2.2 Penentuan tipe emulsi

Penentuan tipe emulsi pada sediaan krim dengan mencampur biru metil ke

dalam masing-masing krim anti-aging yang dibuat, seperti terlihat pada Gambar

4.2, biru metil larut sewaktu diaduk maka tipe emulsi pada sediaan krim yang dibuat adalah tipe emulsi minyak dalam air.

Gambar 4.2 Hasil penentuan tipe emulsi krim blanko, krim minyak zaitun ekstra murni 5%, 10%, 15% dan 20%

4.2.3 Evaluasi stabilitas sediaan

Evaluasi stabilitas sediaan dilakukan selama penyimpanan 12 minggu dengan pengamatan setiap 2 minggu, sediaan krim disimpan pada suhu kamar dan diamati perubahan bau, warna dan pH. Hasil uji menunjukkan bahwa sediaan krim tetap stabil pada penyimpanan suhu kamar selama 12 minggu, di mana tidak terjadi perubahan bau, warna dan pH. Hasil evaluasi stabilitas dari tiap parameter dapat dilihat dalam Tabel 4.1 dan Tabel 4.2.

Pengukuran pH pada krim A (blanko) diperoleh 6,1; krim B (konsentrasi minyak zaitun ekstra murni 5%) 6,0; krim C (konsentrasi minyak zaitun ekstra


(50)

Tabel 4.1 Hasil evaluasi stabilitas sediaan (perubahan bau dan warna) krim blanko, krim minyak zaitun ekstra murni 5%, 10%, 15% dan 20% pada pengamatan awal dan pengamatan setiap 2 minggu pada penyimpanan selama 12 minggu

Minggu Ke - Formula/Parameter Krim A (Blanko) Krim B (5%) Krim C (10%) Krim D (15%) Krim E (20%)

B W B W B W B W B W

0 1a 2a 1b 2b 1b 2b 1b 2b 1b 2b

2 1a 2a 1b 2b 1b 2b 1b 2b 1b 2b

4 1a 2a 1b 2b 1b 2b 1b 2b 1b 2b

6 1a 2a 1b 2b 1b 2b 1b 2b 1b 2b

8 1a 2a 1b 2b 1b 2b 1b 2b 1b 2b

10 1a 2a 1b 2b 1b 2b 1b 2b 1b 2b

12 1a 2a 1b 2b 1b 2b 1b 2b 1b 2b

Keterangan: B = Bau (1a: Tidak berbau, 1b: Khas minyak zaitun ekstra murni)

W = Warna (2a: Putih, 2b: Putih kekuningan)

Tabel 4.2 Hasil evaluasi stabilitas sediaan (pengukuran pH) krim blanko, krim minyak zaitun ekstra murni 5%, 10%, 15% dan 20% pada pengukuran awal dan pengukuran setiap 2 minggu pada penyimpanan selama 12 minggu

Minggu Ke -

Hasil pengukuran pH rata-rata Krim A (Blanko) Krim B (5%) Krim C (10%) Krim D (15%) Krim E (20%)

0 6,1 6,0 5,9 5,9 5,8

2 6,1 6,0 6,0 5,9 5,9

4 6,2 6,0 6,0 5,9 5,9

6 6,1 6,0 5,9 5,9 5,9

8 6,1 6,1 6,0 5,9 5,9

10 6,2 6,1 6,0 6,0 5,9

12 6,2 6,1 6,0 6,0 5,9

murni 10%) 5,9; krim D (konsentrasi minyak zaitun ekstra murni 15%) 5,9 dan krim E (konsentrasi minyak zaitun ekstra murni 20%) diperoleh 5,8. Hasil pengukuran pH sediaan krim dapat dilihat pada Tabel 4.2. Berdasarkan hasil pengukuran pH yang diperoleh, pH sediaan krim B, C, D dan E lebih rendah dari pH krim A (blanko). pH sediaan krim yang dibuat masih memenuhi batas pH


(51)

fisiologis kulit, menurut literatur pH kosmetik diusahakan sama atau sedekat mungkin dengan pH fisiologis kulit yaitu 4,5 – 6,5 (Latifah dan Tranggono, 2007).

4.3 Hasil Pengujian Aktivitas Anti-aging

Pengujian aktivitas anti-aging dengan menggunakan skin analyzer Aramo,

di mana parameter uji meliputi: pengukuran kadar air (moisture), pengukuran

kehalusan kulit (evenness) dan besar pori (pore), pengukuran banyaknya noda

(spot), pengukuran keriput (wrinkle) dan kedalaman keriput. Pengukuran aktivitas

anti-aging dimulai dengan mengukur kondisi kulit awal sebelum dilakukan

perawatan, hal ini bertujuan untuk bisa melihat seberapa besar pengaruh krim yang digunakan dalam memulihkan kulit yang telah mengalami penuaan tersebut.

Hasil pengukuran aktivitas anti-aging akan dibahas per parameter.

4.3.1 Kadar air (Moisture)

Pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan alat moisture

checker yang terdapat dalam perangkat skin analyzer Aramo. Hasil pengukuran yang terdapat pada Tabel 4.3 dan Gambar 4.3 menunjukkan kondisi awal kadar air kulit semua kelompok sukarelawan terjadi dehidrasi pada kulit, perawatan setelah 1 minggu kondisi kadar air kulit menjadi normal untuk kulit yang dirawat dengan krim B, C, D dan E (konsentrasi minyak zaitun ekstra murni 5%, 10%, 15% dan 20%). Kulit yang dirawat dengan krim minyak zaitun ekstra murni 15% dan 20% selama empat minggu kelembapan kulit lebih meningkat dibandingkan dengan kulit yang dirawat dengan krim minyak zaitun ekstra murni 5% dan 10%. Krim A (blanko) dapat melembapkan kulit setelah perawatan selama empat


(52)

minggu. Pemulihan kulit yang paling baik pada krim minyak zaitun ekstra murni 20% karena mampu meningkatkan kadar air lebih baik dibandingkan dengan krim lain.

Data statistik yang diperoleh dengan Kruskal Wallis Test menunjukkan

kondisi kadar air kulit pada kondisi awal dan pemulihan 1 minggu setelah perawatan tidak ada perbedaan yang signifikan antar formula karena diperoleh nilai p > 0,05. Pada pemulihan 2, 3 dan 4 minggu setelah perawatan diperoleh

Tabel 4.3 Hasil pengukuran kadar air (Moisture) pada kulit punggung tangan sukarelawan kelompok blanko, krim minyak zaitun ekstra murni 5%, 10%, 15% dan 20% pada kondisi awal sebelum perawatan serta pemulihannya pada 1, 2, 3 dan 4 minggu setelah perawatan

Krim Sukarelawan

Kadar air (%) Kondisi

awal

Pemulihan setelah perawatan

1 minggu 2 minggu 3 minggu 4 minggu

A

1 28 28 29 29 30

2 29 29 30 30 30

3 29 29 29 29 30

28,67±0,58 28,67±0,58 29,33±0,58 29,33±0,58 30,00±0,00 B

1 29 32 32 33 34

2 27 30 31 33 33

3 28 31 32 33 33

28,00±1,00 31,00±1,00 31,67±0,58 33,00±0,00 33,33±0,58 C

1 26 30 31 33 34

2 29 33 33 35 36

3 28 32 33 34 34

27,67±1,53 31,67±1,53 32,33±1,15 34,00±1,00 34,67±1,15 D

1 27 31 33 35 36

2 28 33 34 36 37

3 27 32 34 36 37

27,33±0,58 32,00±1,00 33,67±0,58 35,67±0,58 36,67±0,58 E

1 25 31 33 34 36

2 26 32 34 37 38

3 27 33 35 37 38

26,00±1,00 32,00±1,00 34,00±1,00 36,00±1,73 37,33±1,15

Keterangan:

Normal 30 – 50; Dehidrasi 0 – 29; Hidrasi 51 – 100 (Aramo, 2012) Krim A : Dasar krim (blanko)

Krim B : Krim minyak zaitun 5% Krim C : Krim minyak zaitun 10% Krim D : Krim minyak zaitun 15% Krim E : Krim minyak zaitun 20%


(53)

Gambar 4.3 Grafik hasil pengukuran kadar air (Moisture) pada kulit punggung tangan sukarelawan selama 4 minggu perawatan: dehidrasi 0 – 29; normal 30 – 50; hidrasi 51 – 100

nilai p < 0,05 di mana ada perbedaan yang signifikan antar formula. Data statistik

yang diperoleh dengan Friedman Test menunjukkan perbedaan yang signifikan

kondisi air kulit selama waktu perawatan karena diperoleh nilai p < 0,05. Data

statistik yang diperoleh dengan Wilcoxon Signed Ranks Test menunjukkan

perbedaan yang signifikan kondisi kadar air kulit menjadi lebih baik dari kondisi awal, pemulihan 1 minggu, 2 minggu, 3 minggu sampai 4 minggu setelah perawatan.

4.3.2 Kehalusan (Evenness)

Pengukuran kehalusan kulit (Evenness) dengan menggunakan perangkat

skin analyzer lensa perbesaran 60x dan mode pembacaan normal dengan warna

lampu sensor biru. Hasil pengukuran kehalusan kulit seperti yang terlihat dalam Tabel 4.4 dan Gambar 4.4 menunjukkan kondisi awal kehalusan kulit semua kelompok sukarelawan adalah normal, setelah perawatan selama 1 minggu

0 5 10 15 20 25 30 35 40

0 1 2 3 4

K ada r a ir (%) Waktu (minggu)

Krim A (blanko)

Krim B (minyak zaitun ekstra murni 5%) Krim C (minyak zaitun ekstra murni 10%) Krim D (minyak zaitun ekstra murni 15%) Krim E (minyak zaitun ekstra murni 20%)


(54)

kehalusan kulit menjadi lebih halus dibandingkan kondisi awal dengan ditunjukkan pada hasil pengukuran kehalusan kulit skor yang diperoleh menjadi lebih kecil dibandingkan kondisi awal. Krim D dengan konsentrasi minyak zaitun ekstra murni 15% dan krim E dengan konsentrasi minyak zaitun ekstra murni 20% menunjukkan tingkat pemulihan yang lebih baik dibanding krim lainnya. Hasil pengukuran kehalusan kulit pada kelompok krim E dari kondisi awal normal menjadi halus pada 3 minggu setelah perawatan, sedangkan krim D menjadi halus

Tabel 4.4 Hasil pengukuran kehalusan (Evenness) pada kulit punggung tangan sukarelawan kelompok blanko, krim minyak zaitun ekstra murni 5%, 10%, 15% dan 20% pada kondisi awal sebelum perawatan serta pemulihannya pada 1, 2, 3 dan 4 minggu setelah perawatan

Krim Sukarelawan

Kehalusan Kulit Kondisi

awal

Pemulihan setelah perawatan

1 minggu 2 minggu 3 minggu 4 minggu

A

1 42 42 42 42 41

2 34 34 34 33 33

3 43 43 43 42 42

39,67±4,93 39,67±4,93 39,67±4,93 39,00±5,20 38,67±4,93 B

1 37 35 35 34 33

2 40 39 37 34 33

3 38 36 35 34 34

38,33±1,53 36,67±2,08 35,67±1,15 34,00±0,00 33,33±0,58 C

1 44 43 39 37 33

2 42 39 37 36 32

3 41 36 35 34 33

42,33±1,53 39,33±3,51 37,00±2,00 35,67±1,53 32,67±0,58 D

1 43 39 34 34 31

2 44 39 35 32 31

3 43 40 38 32 30

43,33±0,58 39,33±0,58 35,67±2,08 32,67±1,15 30,67±0,58 E

1 38 34 31 31 27

2 45 43 38 31 28

3 49 44 36 32 31

44,00±5,57 40,33±5,51 35,00±3,61 31,33±0,58 28,67±2,08

Keterangan:

Normal 32 – 51; Halus 0 – 31; Kasar 52 – 100 (Aramo, 2012) Krim A : Dasar krim (blanko)

Krim B : Krim minyak zaitun 5% Krim C : Krim minyak zaitun 10%


(55)

Krim D : Krim minyak zaitun 15% Krim E : Krim minyak zaitun 20%

Gambar 4.4 Grafik hasil pengukurankehalusan (Evenness) pada kulit punggung tangan sukarelawan selama 4 minggu perawatan: halus 0 – 31; normal 32 – 51; kasar 52 – 100

pada 4 minggu setelah perawatan. Pemulihan kulit yang paling baik pada krim minyak zaitun ekstra murni 20% karena mampu menurunkan skor kehalusan kulit lebih baik dibandingkan dengan krim lain.

Data statistik parameter kehalusan kulit yang diperoleh dengan Kruskal

Wallis Test menunjukkan kondisi kulit pada kondisi awal, pemulihan 1 minggu dan 2 minggu setelah perawatan tidak ada perbedaan kehalusan kulit yang

signifikan antar formula karena diperoleh nilai p > 0,05. Pada pemulihan 3 minggu dan 4 minggu setelah perawatan diperoleh nilai p < 0,05 di mana ada

perbedaan yang signifikan antar formula. Data statistik yang diperoleh dengan

Friedman Test menunjukkan perbedaan kehalusan kulit yang signifikan selama

waktu perawatan karena diperoleh nilai p < 0,05. Data statistik yang diperoleh

dengan Wilcoxon Signed Ranks Test menunjukkan perbedaan yang signifikan

0 10 20 30 40 50

0 1 2 3 4

K eha lus an kul it Waktu (minggu)

Krim A (blanko)

Krim B (minyak zaitun ekstra murni 5%) Krim C (minyak zaitun ekstra murni 10%) Krim D (minyak zaitun ekstra murni 15%) Krim E (minyak zaitun ekstra murni 20%)


(56)

kondisi kulit menjadi lebih halus dari kondisi awal, pemulihan 1 minggu, 2 minggu, 3 minggu sampai 4 minggu setelah perawatan.

4.3.3 Besar pori (Pore)

Hasil pengukuran besar pori ditunjukkan pada Tabel 4.5 dan Gambar 4.5. Besar pori kulit semua sukarelawan pada kondisi awal adalah beberapa besar, setelah perawatan selama 1 minggu skor hasil pengukuran besar pori yang diperoleh menjadi lebih kecil dibandingkan kondisi awal. Krim D dengan

Tabel 4.5 Hasil pengukuran besar pori (Pore) pada kulit punggung tangan sukarelawan kelompok blanko, krim minyak zaitun ekstra murni 5%, 10%, 15% dan 20% pada kondisi awal sebelum perawatan serta pemulihannya pada 1, 2, 3 dan 4 minggu setelah perawatan

Krim Sukarelawan

Besar Pori

Kondisi awal Pemulihan setelah perawatan

1 minggu 2 minggu 3 minggu 4 minggu

A

1 20 20 20 20 20

2 24 24 24 24 24

3 24 24 24 24 24

22,67±2,31 22,67±2,31 22,67±2,31 22,67±2,31 22,67±2,31 B

1 24 20 16 16 16

2 27 25 24 24 22

3 20 16 16 16 14

23,67±3,51 20,33±4,51 18,67±4,62 18,67±4,62 17,33±4,16 C

1 24 20 16 12 12

2 24 20 20 16 12

3 27 24 20 16 12

25,00±1,73 21,33±2,31 18,67±2,31 14,67±2,31 12,00±0,00 D

1 27 20 16 14 12

2 24 20 16 12 8

3 24 16 12 12 8

25,00±1,73 18,67±2,31 14,67±2,31 12,67±1,15 9,33±2,31 E

1 33 24 16 12 8

2 24 18 12 8 8

3 31 24 16 12 8

29,33±4,73 22,00±3,46 14,67±2,31 10,67±2,31 8,00±0,00

Keterangan:

Kecil 0 – 19; Beberapa besar 20 – 39; Sangat besar 40 – 100 (Aramo, 2012) Krim A : Dasar krim (blanko)

Krim B : Krim minyak zaitun 5% Krim C : Krim minyak zaitun 10% Krim D : Krim minyak zaitun 15% Krim E : Krim minyak zaitun 20%


(57)

konsentrasi minyak zaitun ekstra murni 15% dan krim E dengan konsentrasi minyak zaitun ekstra murni 20% menunjukkan tingkat pemulihan yang lebih baik dibanding krim lainnya. Pemulihan kulit yang paling baik pada krim minyak zaitun ekstra murni 20% karena mampu menurunkan skor besar pori lebih baik

dibandingkan dengan krim lain. Analisa besar pori menggunakan perangkat skin

analyzer yang sama dengan pengukuran kehalusan yaitu lensa perbesaran 60x dan mode pembacaan normal dengan warna lampu sensor biru, pada waktu melakukan analisa kehalusan kulit, secara otomatis analisa besar pori ikut terbaca (Aramo, 2012).

Gambar 4.5 Grafik hasil pengukuran besar pori (Pore) pada kulit punggung tangan sukarelawan selama 4 minggu perawatan: kecil 0 – 19; beberapa besar 20 – 39; sangat besar 40 – 100

Data statistik parameter pengukuran besar pori yang diperoleh dengan

Kruskal Wallis Test menunjukkan kondisi kulit pada kondisi awal, pemulihan 1 minggu dan 2 minggu setelah perawatan tidak ada perbedaan yang signifikan

0 5 10 15 20 25 30

0 1 2 3 4

B es ar por i Waktu (minggu)

Krim A (blanko)

Krim B (minyak zaitun ekstra murni 5%) Krim C (minyak zaitun ekstra murni 10%) Krim D (minyak zaitun ekstra murni 15%) Krim E (minyak zaitun ekstra murni 20%)


(58)

antar formula karena diperoleh nilai p > 0,05. Pada pemulihan 3 minggu dan 4 minggu setelah perawatan diperoleh nilai p < 0,05 di mana ada perbedaan yang

signifikan antar formula. Data statistik yang diperoleh dengan Friedman Test

menunjukkan perbedaan yang signifikan selama waktu perawatan karena

diperoleh nilai p < 0,05. Data statistik yang diperoleh dengan Wilcoxon Signed

Ranks Test menunjukkan perbedaan yang signifikan kondisi besar pori kulit

menjadi lebih kecil dari kondisi awal, pemulihan 1 minggu, 2 minggu, 3 minggu sampai 4 minggu setelah perawatan.

4.3.4 Banyaknya noda (Spot)

Pengukuran banyaknya noda dengan menggunakan perangkat skin

analyzer lensa perbesaran 60x dan mode pembacaan polarisasi dengan warna

lampu sensor jingga. Hasil pengukuran banyaknya noda seperti yang terlihat dalam Tabel 4.6 dan Gambar 4.6 menunjukkan terdapat banyak noda pada kondisi awal kulit semua sukarelawan, setelah perawatan selama satu minggu skor hasil pengukuran banyaknya noda yang diperoleh menjadi lebih kecil dibandingkan kondisi awal. Krim D dengan konsentrasi minyak zaitun ekstra murni 15% dan krim E dengan konsentrasi minyak zaitun ekstra murni 20% menunjukkan tingkat pemulihan yang lebih baik dibanding krim lainnya. Pemulihan kulit yang paling baik pada krim minyak zaitun ekstra murni 20% karena mampu menurunkan skor banyaknya noda lebih baik dibandingkan dengan krim lain.

Data statistik parameter pengukuran banyaknya noda yang diperoleh

dengan Kruskal Wallis Test menunjukkan kondisi kulit pada kondisi awal,

pemulihan 1 minggu dan 2 minggu setelah perawatan tidak ada perbedaan yang signifikan antar formula karena diperoleh nilai p > 0,05. Pada pemulihan


(1)

Kruskal Wallis Test

Ranks

Formula N Mean Rank

KondisiAwal Krim A 3 4.00

Krim B 3 7.67

Krim C 3 5.00

Krim D 3 9.33

Krim E 3 14.00

Total 15

P.Minggu1 Krim A 3 8.33

Krim B 3 8.67

Krim C 3 6.00

Krim D 3 6.00

Krim E 3 11.00

Total 15

P.Minggu2 Krim A 3 13.00

Krim B 3 9.00

Krim C 3 5.67

Krim D 3 7.33

Krim E 3 5.00

Total 15

P.Minggu3 Krim A 3 14.00

Krim B 3 10.00

Krim C 3 7.67

Krim D 3 5.00

Krim E 3 3.33

Total 15

P.Minggu4 Krim A 3 14.00

Krim B 3 11.00

Krim C 3 8.00

Krim D 3 4.33

Krim E 3 2.67


(2)

Test Statisticsa,b

KondisiAwal P.Minggu1 P.Minggu2 P.Minggu3 P.Minggu4

Chi-Square 9.535 4.337 6.481 10.748 13.198

Df 4 4 4 4 4

Asymptotic Significance .049 .362 .166 .030 .010

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: Formula

Friedman Test

Test Statisticsa

N 15

Chi-Square 47.613

Df 4

Asymptotic Significance .000

a. Friedman Test

Wilcoxon Signed Ranks Test

Test Statisticsb

P.Minggu1 - KondisiAwal

P.Minggu2 - P.Minggu1

P.Minggu3 - P.Minggu2

P.Minggu4 - P.Minggu3

P.Minggu4 - KondisiAwal

Z -2.937a -2.966a -3.068a -3.064a -3.061a

Asymptotic

Significance (2-tailed)

.003 .003 .002 .002 .002

a. Based on positive ranks b. Wilcoxon Signed Ranks Test


(3)

Kedalaman keriput

Tests of Normalityb,c,d,e,f,g

Formula Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Significance Statistic df Significance

KondisiAwal Krim A .385 3 . .750 3 .000

Krim B .253 3 . .964 3 .637

Krim C .385 3 . .750 3 .000

Krim D .260 2 .

Krim E .385 3 . .750 3 .000

P.Minggu1 Krim A .385 3 . .750 3 .000

Krim B .385 3 . .750 3 .000

Krim C .385 3 . .750 3 .000

Krim D .260 2 .

Krim E .361 3 . .807 3 .132

P.Minggu2 Krim A .385 3 . .750 3 .000

Krim C .385 3 . .750 3 .000

Krim E .334 3 . .860 3 .266

P.Minggu3 Krim A .385 3 . .750 3 .000

Krim B .385 3 . .750 3 .000

Krim C .385 3 . .750 3 .000

Krim E .385 3 . .750 3 .000

P.Minggu4

1

Krim A .385 3 . .750 3 .000

Krim B .175 3 . 1.000 3 1.000

a. Lilliefors Significance Correction

b. P.Minggu2 is constant when Formula = Krim B ... c. P.Minggu2 is constant when Formula = Krim D ... d. P.Minggu3 is constant when Formula = Krim D ... e. P.Minggu4 is constant when Formula = Krim C ... f. P.Minggu4 is constant when Formula = Krim D ... g. P.Minggu4 is constant when Formula = Krim E ...


(4)

Kruskal Wallis Test

Ranks

Formula N Mean Rank

KondisiAwal Krim A 3 4.33

Krim B 3 4.50

Krim C 3 6.17

Krim D 3 11.33

Krim E 3 13.67

Total 15

P.Minggu1 Krim A 3 9.00

Krim B 3 9.33

Krim C 3 4.00

Krim D 3 7.17

Krim E 3 10.50

Total 15

P.Minggu2 Krim A 3 13.00

Krim B 3 7.50

Krim C 3 6.00

Krim D 3 7.50

Krim E 3 6.00

Total 15

P.Minggu3 Krim A 3 14.00

Krim B 3 11.00

Krim C 3 8.00

Krim D 3 4.50

Krim E 3 2.50

Total 15

P.Minggu4 Krim A 3 13.00

Krim B 3 10.00

Krim C 3 4.50


(5)

Test Statisticsa,b

KondisiAwal P.Minggu1 P.Minggu2 P.Minggu3 P.Minggu4

Chi-Square 11.202 4.084 5.924 13.462 12.754

Df 4 4 4 4 4

Asymptotic Significance .024 .395 .205 .009 .013

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: Formula

Friedman Test

Test Statisticsa

N 14

Chi-Square 47.983

Df 4

Asymptotic Significance .000

a. Friedman Test

Wilcoxon Signed Ranks Test

Test Statisticsb

P.Minggu1 - KondisiAwal

P.Minggu2 - P.Minggu1

P.Minggu3 - P.Minggu2

P.Minggu4 - P.Minggu3

P.Minggu4 - KondisiAwal

Z -2.807a -2.823a -2.944a -2.943a -3.186a

Asymptotic

Significance (2-tailed)

.005 .005 .003 .003 .001

a. Based on positive ranks b. Wilcoxon Signed Ranks Test


(6)

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN IKUT SERTA DALAM

PENELITIAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama

:

Umur

:

Alamat

:

Telah mendapat penjelasan secukupnya bahwa saya akan melakukan uji

krim minyak zaitun terhadap kulit sebagai sediaan krim anti-

aging

. Setelah

mendapat penjelasan secukupnya tentang manfaat penelitian ini dan efek

sampingnya, maka saya menyatakan

SETUJU

untuk ikut serta dalam penelitian

dari Dessy Oktavia dengan judul “FORMULASI MINYAK

ZAITUN (

Olea europaea

L.) DALAM SEDIAAN KRIM SEBAGAI

ANTI-AGING

”, sebagai usaha untuk mengetahui apakah sediaan krim anti-

aging

dari

minyak zaitun yang dihasilkan mampu atau tidak dalam memulihkan kulit yang

telah mengalami penuaan. Saya menyatakan sukarela dan bersedia untuk

mengikuti prosedur penelitian yang telah ditetapkan.

Persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari

pihak manapun. Demikian surat pernyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan

sebagaimana mestinya.

Medan, 30 April 2014