Gambaran Pengetahuan Ibu-Ibu di Posyandu Kelurahan Polonia Kecamatan Medan Polonia Kota Medan tentang Penggunaan Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas

(1)

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU-IBU DI POSYANDU KELURAHAN POLONIA KECAMATAN MEDAN POLONIA KOTA MEDAN

TENTANG PENGGUNAAN OBAT BEBAS DAN OBAT BEBAS TERBATAS

OLEH:

NIDHYA SEPTIAYU EKA PUTRI NIM: 070100200

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU-IBU DI POSYANDU KELURAHAN POLONIA KECAMATAN MEDAN POLONIA KOTA MEDAN


(2)

DAN OBAT BEBAS TERBATAS

KARYA TULIS ILMIAH

OLEH:

NIDHYA SEPTIAYU EKA PUTRI NIM: 070100200

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Gambaran Pengetahuan Ibu-Ibu di Posyandu Kelurahan Polonia Kecamatan Medan Polonia Kota Medan tentang Penggunaan Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas

Nama : Nidhya Septiayu Eka Putri NIM : 070100200

Pembimbing Penguji I

dr. Tri Widyawati, M.Si dr. Simon Marpaung, M.Kes

NIP. 19760709 200312 2001 NIP . 19451217 196902 1 001

Penguji II

dr. Rusdiana, M.Kes

NIP. 19710915 200112 2 002

Medan, 15 Desember 2010 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH) NIP. 19540220-198011-1-001


(4)

ABSTRAK

Obat didefinisikan sebagai senyawa yang digunakan untuk mencegah, mengobati, mendiagnosis penyakit/gangguan, atau menimbulkan suatu kondisi tertentu, misalnya membuat seseorang infertil, atau melumpuhkan otot rangka selama pembedahan. Penggolongan obat berdasarkan keamanan Permenkes No. 725a/1989 tergolong dalam Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas. Obat Bebas yaitu obat yang dapat diperoleh tanpa resep dokter sedangkan Obat Bebas Terbatas adalah obat yang dijual bebas dan dapat dibeli tanpa resep dokter, tapi disertai dengan tanda peringatan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan responden di posyandu Kelurahan Polonia tentang penggunaan Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Populasi penelitian adalah wanita usia berusia 20-50 tahun yang bertempat tinggal di Kelurahan Polonia, Kecamatan Medan Polonia. Jumlah sampel minimal adalah sebanyak 72 orang. Penarikan sampel menggunakan non probability sampling, dengan teknik stratified random sampling. Pengetahuan responden tentang obat bebas dan obat bebas terbatas diukur melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Pengetahuan ini dikelompokkan menjadi tiga kategori pengetahuan, yaitu pengetahuan baik, pengetahuan sedang dan pengetahuan kurang.

Berdasarkan hasil penelitian dari 72 orang responden, 25 orang (34,7%) memiliki pengetahuan baik dan 42 orang (58,3%) memiliki pengetahuan sedang dan 5 orang (6,9%) memiliki pengetahuan kurang tentang penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas. Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah tingkat pengetahuan ibu-ibu (responden) tentang penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas adalah sedang. Bagi penelitian selanjutnya perlu dinilai sikap, tindakan dan perilaku.


(5)

ABSTRACT

Drugs are defined as compounds that are used to prevent, treat, diagnose the disease/disorder, or cause a particular condition, such as making someone infertile, or paralyze skeletal muscles during surgery. Classification of drugs based on safety in Permenkes No. 725a/1989 classified in Drug Free and Drug-Free limited. Drug free can be obtained without a prescription while a Limited drugs free are sold freely and can be purchased without a prescription, but accompanied by a warning sign.

This study aims to determine respondents' knowledge in posyandu of Polonia District about using Other of The Counter drugs and Other of The Counter drugs Limited. This research use descriptive research method. The study population is women aged 20-50 years old who live in Kelurahan Polonia, Medan Polonia District. The number of samples at least as many as 72 people. Sampling using a non-probability with a stratified random sampling technique. Knowledge respondents is about Other of The Counter drugs and Other of The Counter drugs Limited are measured through interviews using a structured questionnaire. Knowledge grouped into three categories is good knowledge, moderate knowledge and poor knowledge.

Based on research results from 72 respondents, 25 people (34,7%) have the good and 42 people (58,3%) were moderate knowledge and 5 people (6,9%) have poor knowledge about the use of free drugs and free drug is limited. The conclusion that can be drawn from this research is the knowledge level of mothers (respondents) about the use of Other of The Counter drugs and Other of The Counter drugs is currently moderate. For further research needs to be assessed the attitudes, actions and behavior.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kehadirat Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang telah memberikan berkat dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat mengerjakan Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik. Karya Tulis Ilmiah ini merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari Karya Tulis Ilmiah ini dapat selesai berkat bantuan, bimbingan dan arahan dari semua pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu dr. Tri Widyawati, MSi, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan memberikan masukan kepada penulis ketika dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.

3. Bapak dr. Simon Marpaung, M. Kes dan Ibu dr. Rusdiana, M. Kes selaku dosen penguji.

4. Seluruh civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, teristimewa kepada dosen dan staf departemen IKK serta staf Medical

Education Unit (MEU).

5. Kepala Puskesmas Polonia dan para pegawai di Puskesmas Polonia, yang telah banyak membantu dalam memberikan masukan dan informasi dalam melakukan Karya Tulis Ilmiah.

6. Masyarakat Kelurahan Polonia yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian ini.

7. Orang Tua saya, Drs. H. Hadi Winarno, MM, dan Drg. Khairani serta abang saya (dr. Tri Sugeng Hariadi), yang dengan setia memberikan dukungan dan pengertian yang tinggi selama penulis melakukan Karya Tulis Ilmiah.

8. Adik penulis: Andi Akbar Perdana dan M. Naufal Rahadian. Terima kasih untuk dukungan serta doa yang diberikan.


(7)

9. Bapak atau Ibu dosen yang telah memberikan banyak bimbingan dan arahan baik kegiatan belajar mengajar di kelas.

10.Sahabat terbaik saya Dila, Saidatina dan Nadra yang sudah membantu memberikan semangat dan motivasi dengan penuh ketulusan sehingga dapat tetap bersemangat untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

11.Semua teman satu stambuk saya terutama kepada teman satu dosen pembimbing yang telah memberikan dukungan dan dorongan selama melakukan Karya Tulis Ilmiah serta semua pihak yang penulis tidak dapat menyebutkan satu-persatu.

12.Pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan kalian.

Akhirnya saya berharap Karya Tulis Ilmiah ini dapat berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan terutama dalam pengetahuan para Ibu di Puskesmas Polonia mengenai Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas.

Medan, 15 Desember 2010

Penulis

Nidhya Septiayu EP 070100200


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Pengesahan………. i

Abstrak... ii

Abstract... iii

Kata Pengantar……….. iv

Daftar Isi……… vi

Daftar Gambar/skema……… ix

Daftar Tabel……… x

BAB 1 PENDAHULUAN……….... 1

1.1. Latar Belakang……… 1

1.2. Rumusan Masalah……….. 3

1.3. Tujuan Penelitian……… 4

1.4. Manfaat Penelitian………. 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA……… 6

2.1. Pengetahuan……… 6

2.1.1. Definisi Pengetahuan………... 6

2.1.2. Tingkat Pengetahuan………….... 6

2.1.3. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan 7 2.1.4. Pengukuran Pengetahuan………. 8

2.2. Informasi Umum Obat.………... 8

2.2.1. Definisi Obat.………... 8

2.2.2. Penggolongan Obat...…………... 9

2.2.3. Informasi Kemasan, Etiket dan Brosur 14

2.2.4. Cara Pemilihan Obat... 15

2.2.5. Cara Penggunaan Obat... 15

2.2.6. Efek Samping... 16

2.2.7. Cara Penyimpanan Obat... 16

2.2.8. Kadaluarsa dan Obat Rusak…… 16

2.2.9. Hal-hal yang harus Diperhatikan 17


(9)

2.3.1. Obat Bebas...…… 18

2.3.2. Obat Bebas Terbatas...…… 19

2.4. Tempat Penjualan dan Cara Mendapatkan Obat 19 2.4.1. Tempat Penjualan Obat………... 19

2.4.2. Cara Mendapatkan Obat………. 20

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 21

3.1. Kerangka Konsep Penelitian………….. 21

3.2. Definisi Operasional………... 21

3.3. Cara Ukur………... 23

3.4. Alat Ukur……… 23

3.5. Skala Pengukuran……… 24

BAB 4 METODE PENELITIAN………. 25

4.1. Jenis Penelitian………... 25

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian…………. 25

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian………. 25

4.4. Metode Pengumpulan Data……… 27

4.5. Etika penelitian……….….… 28

4.6. Pengolahan dan Analisa Data……….... 29

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 30 5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian……… 30

5.2. Deskripsi Karakteristik Responden…… 30

5.3. Pengetahuan Responden……… 33

5.4. Data Kuantitatif Bentuk Gambar……... 34

5.5. Data Kuantitatif Bentuk Tabel………... 35

5.6. Pembahasan……….…………... 37

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan………....………... 40

6.2. Saran……….……….……. 40

DAFTAR PUSTAKA………... 42 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 3.1. Kerangka Konsep………... 21

Gambar 5.1 Gambaran Pengetahuan Responden Tentang Penggunaan Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas pada ibu-ibu


(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 3.1. Skor Pertanyaan pada Kuesioner

Pengetahuan………... 24

Tabel 4.1. Hasil Uji Vailiditas dan Reliabilitas

Kuesioner Penelitian... 28

Tabel 5.1. Distribusi pengetahuan responden

berdasarkan usia... 30 Tabel 5.2. Distribusi pengetahuan responden

berdasarkan pendidikan... 31

Tabel 5.3. Distribusi pengetahuan responden

berdasarkan pekerjaan... 31

Tabel 5.4. Distribusi pengetahuan responden

berdasarkan peghasilan... 32 Tabel 5.5. Distribusi pengetahuan responden

berdasarkan jumlah anak... 32


(12)

ABSTRAK

Obat didefinisikan sebagai senyawa yang digunakan untuk mencegah, mengobati, mendiagnosis penyakit/gangguan, atau menimbulkan suatu kondisi tertentu, misalnya membuat seseorang infertil, atau melumpuhkan otot rangka selama pembedahan. Penggolongan obat berdasarkan keamanan Permenkes No. 725a/1989 tergolong dalam Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas. Obat Bebas yaitu obat yang dapat diperoleh tanpa resep dokter sedangkan Obat Bebas Terbatas adalah obat yang dijual bebas dan dapat dibeli tanpa resep dokter, tapi disertai dengan tanda peringatan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan responden di posyandu Kelurahan Polonia tentang penggunaan Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Populasi penelitian adalah wanita usia berusia 20-50 tahun yang bertempat tinggal di Kelurahan Polonia, Kecamatan Medan Polonia. Jumlah sampel minimal adalah sebanyak 72 orang. Penarikan sampel menggunakan non probability sampling, dengan teknik stratified random sampling. Pengetahuan responden tentang obat bebas dan obat bebas terbatas diukur melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Pengetahuan ini dikelompokkan menjadi tiga kategori pengetahuan, yaitu pengetahuan baik, pengetahuan sedang dan pengetahuan kurang.

Berdasarkan hasil penelitian dari 72 orang responden, 25 orang (34,7%) memiliki pengetahuan baik dan 42 orang (58,3%) memiliki pengetahuan sedang dan 5 orang (6,9%) memiliki pengetahuan kurang tentang penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas. Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah tingkat pengetahuan ibu-ibu (responden) tentang penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas adalah sedang. Bagi penelitian selanjutnya perlu dinilai sikap, tindakan dan perilaku.


(13)

ABSTRACT

Drugs are defined as compounds that are used to prevent, treat, diagnose the disease/disorder, or cause a particular condition, such as making someone infertile, or paralyze skeletal muscles during surgery. Classification of drugs based on safety in Permenkes No. 725a/1989 classified in Drug Free and Drug-Free limited. Drug free can be obtained without a prescription while a Limited drugs free are sold freely and can be purchased without a prescription, but accompanied by a warning sign.

This study aims to determine respondents' knowledge in posyandu of Polonia District about using Other of The Counter drugs and Other of The Counter drugs Limited. This research use descriptive research method. The study population is women aged 20-50 years old who live in Kelurahan Polonia, Medan Polonia District. The number of samples at least as many as 72 people. Sampling using a non-probability with a stratified random sampling technique. Knowledge respondents is about Other of The Counter drugs and Other of The Counter drugs Limited are measured through interviews using a structured questionnaire. Knowledge grouped into three categories is good knowledge, moderate knowledge and poor knowledge.

Based on research results from 72 respondents, 25 people (34,7%) have the good and 42 people (58,3%) were moderate knowledge and 5 people (6,9%) have poor knowledge about the use of free drugs and free drug is limited. The conclusion that can be drawn from this research is the knowledge level of mothers (respondents) about the use of Other of The Counter drugs and Other of The Counter drugs is currently moderate. For further research needs to be assessed the attitudes, actions and behavior.


(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 tercantum secara jelas cita-cita bangsa Indonesia yang sekaligus merupakan tujuan nasional bangsa Indonesia. Tujuan nasional tersebut ialah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi serta keadilan sosial.

Untuk mencapai tujuan nasional tersebut diselenggarakanlah upaya pembangunan yang berkesinambungan yang merupakan suatu rangkaian pembangunan yang menyeluruh, terarah, dan terpadu termasuk diantaranya pembangunan kesehatan (Undang-Undang Kesehatan, 2009).

Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, memiliki rencana strategis yang ingin dicapai pada tahun 2010-2014 yaitu :

1. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, swasta, dan masyarakat madani dalam pembangunan kesehatan melalui kerjasama nasional dan global.

2. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, bermutu, dan berkeadilan, serta berbasis bukti dengan pengutamaan pada upaya promotif dan preventif.

3. Meningkatkan pembiayaan pembangunan kesehatan, terutama untuk mewujudkan jaminan sosial kesehatan nasional.

4. Meningkatkan pengembangan dan pendayagunaan SDM kesehatan yang merata dan bermutu.

5. Meningkatkan ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat dan alat kesehatan serta menjamin keamanan, khasiat, kemanfaatan, dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan.

6. Meningkatkan manajemen kesehatan yang akuntabel, transparan, berdayaguna dan berhasilguna untuk memantapkan desentralisasi kesehatan yang bertanggungjawab (Departemen Kesehatan, 2010).


(15)

Dari rencana strategis ke-5 yang ingin dicapai sebagaimana tersebut di atas maka obat sebagai alat kesehatan dalam pemanfaatannya harus tepat, aman dan rasional dengan kriteria : tepat indikasi, penderita, obat, dosis, cara dan interval waktu pemberian, lama pemberian serta waspada terhadap efek samping obat dan kontraindikasi. Kecermatan dalam pemberian obat sangat diperlukan dengan meletakkan dasar pertimbangan pada azas manfaat dan resiko serta efek samping, terapi optimal perlu diupayakan untuk menghindarkan pasien dari efek samping obat dan lama pengobatan yang membuat biaya tinggi.

Obat pada dasarnya merupakan bahan yang hanya dengan takaran tertentu dan dengan penggunaan yang tepat dapat dimanfaatkan untuk mendiagnosa, mencegah penyakit, menyembuhkan atau memelihara kesehatan. Obat ini digunakan sebagaimana mestinya karena dapat menimbulkan efek negatif. Oleh karena itu sebelum menggunakan obat, harus diketahui sifat dan cara pemakaian obat agar penggunaan tepat dan aman.

Menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1963 tentang Farmasi telah diatur penggolongan obat sebagai berikut :

1. Narkotika (Daftar O = Opiat, Obat Bius) 2. Psikotropika (OKT = Obat Keras Tertentu) 3. Obat Keras (Daftar G = Gevaarlij, Berbahaya)

4. Obat Bebas Terbatas (Daftar W = Waarschuwing, Waspada) 5. Obat Bebas (OTC = Other of the counter drugs)

Selain itu, pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.725a/1989 telah diatur adanya golongan obat yang hanya dapat diperoleh dari resep dokter (Obat G) dan ada obat yang diperoleh tanpa resep dokter (Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas) (Priyanto, 2008).

Obat Bebas dapat diperoleh dari Toko Obat, Pedagang Eceran Obat Berizin yang dipimpin oleh Asisten Apoteker dan dari Apotek. Obat Bebas tersebut dalam kemasan asli dari pabrik dengan disertai tanda lingkaran hijau sebagai tanda Obat Bebas dan disertai brosur yang berisi nama obat, nama dari isi zat berkhasiat, indikasi, dosis atau aturan memakainya, nomor batch dan nomor register, nama pabrik dan alamatnya, dan cara penyimpanannya.

Obat Bebas Terbatas dapat diperoleh tanpa resep dari Pedagang Eceran Obat Berizin yang dipimpin oleh Asisten Apoteker dan Apotek, dalam bungkus asli dari


(16)

pabrik dengan disertai tanda lingkaran berwarna biru sebagai tanda Obat Bebas Terbatas, di samping itu ada tanda peringatan dari P. No. 1 – P. No. 6 sesuai dengan SK Menkes No. 6355/Dirjen/SK/69 tanggal 5 November 1975, dan harus ditandai dengan etiket-etiket atau brosur yang menyebutkan :

a. Nama obat yang bersangkutan

b. Daftar bahan berkhasiat serta jumlahnya yang digunakan c. Nomor batch dan tanggal kadarluarsa, nomor register d. Nama dan alamat produsen

e. Petunjuk kegunaan (indikasi) dan cara pemakaian dan peringatan, pencegahan (kontraindikasi) yang dipandang perlu (Anief, 2008).

Di Indonesia belum terdapat data epidemiologi mengenai Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas termasuk juga di Medan belum mempunyai data mengenai Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas yang beredar di masyarakat.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk menggali lebih lanjut dengan melakukan penelitian dengan judul “Gambaran Pengetahuan Ibu-Ibu di Posyandu Kelurahan Polonia Kecamatan Medan Polonia Kota Medan tentang Penggunaan Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas”.

1.2.Rumusan Masalah

Bertitik tolak dari uraian latar belakang yang telah dikemukakan tersebut diatas, maka rumusan permasalahan yang akan dibahas dalam Karya Tulis Ilmiah ini adalah Bagaimana gambaran pengetahuan Ibu-Ibu di Posyandu Kelurahan Polonia tentang Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas?

1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan Ibu-Ibu di Posyandu Kelurahan Polonia tentang penggunaan Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas.

1.3.2. Tujuan Khusus


(17)

1. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan Ibu-Ibu tentang pengertian Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas

2. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan Ibu-Ibu tentang manfaat Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas

3. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan Ibu-Ibu tentang penggunaan Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas

4. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan Ibu-Ibu tentang ciri dan tanda Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas

5. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan Ibu-Ibu tentang obat yang dibeli tanpa resep dokter

6. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan Ibu-Ibu tentang hal-hal yang diperhatikan dalam kemasan obat

1.4.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :

1. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat terutama Ibu-Ibu agar lebih berhati-hati dalam memberikan atau menggunakan obat.

2. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat terutama Ibu-Ibu untuk mengetahui penandaan (simbol) tentang penggunaan Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas. 3. Sebagai masukan kepada Instansi Pemerintah khususnya Badan POM, Dinas Kesehatan, dan lain-lain dalam pengawasan, perizinan dan sebagai bahan untuk memberikan penyuluhan serta edukasi pada Ibu-Ibu tentang simbol Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas.

4. Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peneliti dalam bidang penelitian.

5. Sebagai bahan yang dapat dipergunakan sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya.


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum Pengetahuan dan Pendidikan 2.1.1. Defenisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari kata tahu dan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek, baik melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba (Notoatmodjo, 2003).

2.1.2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan mempunyai enam tingkatan, yaitu: 1. Tahu

Tahu adalah suatu keadaan dimana seseorang dapat mengingat sesuatu yang telah dipelajari sebelumnya. Tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2. Paham

Paham diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang mampu menjelaskan dengan benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.

4. Analisis

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu objek ke dalam komponen-komponen yang masih dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain, misalnya mengelompokkan dan membedakan.

5. Sintesis

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.


(19)

Evaluasi adalah suatu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek.

2.1.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) dalam Widianti (2007), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

1. Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain. Pengalaman yang diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang.

2. Tingkat pendidikan

Secara umum, orang yang berpendidikan lebih tinggi akan memiliki pengetahuan yang lebih luas daripada orang yang berpendidikan lebih rendah.

3. Keyakinan

Biasanya keyakinan diperoleh secara turun-temurun, baik keyakinan yang positif maupun keyakinan yang negatif, tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.

4. Fasilitas

Fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah majalah, radio, koran, televisi, buku, dan lain-lain.

5. Penghasilan

Penghasilan tidak berpengaruh secara langsung terhadap pengetahuan seseorang. Namun, jika seseorang berpenghasilan cukup besar, maka dia mampu menyediakan fasilitas yang lebih baik.

6. Sosial budaya

Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.

2.1.4. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan memberikan seperangkat alat tes/kuesioner tentang objek pengetahuan yang mau diukur, selanjutnya dilakukan penilaian dimana setiap jawaban benar dari masing-masing pertanyaan diberi nilai satu dan jika salah diberi nilai nol. Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan


(20)

jumlah skor jawaban dengan skor yang diharapkan (tertinggi) kemudian dikalikan 100% dan hasilnya berupa presentase dengan rumus yang digunakan sebagai berikut :

Keterangan:

N = Nilai pengetahuan Sp = Skor yang didapat

Sm = Skor tertinggi maksimum (Notoatmodjo, 2003)

2.2. Informasi Umum Obat 2.2.1. Defenisi Obat

Obat didefinisikan sebagai senyawa yang digunakan untuk mencegah, mengobati, mendiagnosis penyakit/gangguan, atau menimbulkan suatu kondisi tertentu, misalnya membuat seseorang infertil, atau melumpuhkan otot rangka selama pembedahan (Gunawan, 2007).

Selanjutnya menurut Tan Hoan Tjay dan Kirana Rahardja obat merupakan semua zat baik kimiawi, hewani, maupun nabati yang dalam dosis layak dapat menyembuhkan, meringankan, atau mencegah penyakit berikut gejalanya.

Meskipun obat dapat menyembuhkan tetapi banyak kejadian bahwa seseorang telah menderita akibat keracunan obat. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa obat dapat bersifat sebagai obat dan juga dapat bersifat sebagai racun. Obat itu akan bersifat sebagai obat apabila tepat digunakan dalam pengobatan suatu penyakit dengan dosis dan waktu yang tepat. Jadi bila digunakan salah dalam pengobatan atau dengan kelebihan dosis akan menimbulkan keracunan. Bila dosisnya lebih kecil kita tidak memperoleh penyembuhan.

Obat bila digunakan tidak menurut aturan yang telah ditentukan oleh ahlinya (apoteker/dokter) justru akan dapat membunuhnya. Oleh karena itu dalam menggunakan obat perlu diketahui efek obat tersebut, penyakit apa yang diderita, berapa dosisnya serta kapan dan dimana obat itu digunakan.

2.2.2. Penggolongan Obat


(21)

Untuk memudahkan pengawasan, penggunaan dan pemantauan, obat digolongkan sebagai berikut :

1. Penggolongan Obat Berdasarkan Keamanan (Permenkes No. 725a/1989)

a. Obat Bebas

Simbol :

Obat golongan ini termasuk obat yang paling relatif aman, dapat diperoleh tanpa resep dokter, selain di apotek juga dapat diperoleh di warung-warung. Obat Bebas dalam kemasannya ditandai dengan lingkaran berwarna hijau. Contohnya adalah Parasetamol, Vitamin-C, Asetosal (aspirin), Antasida Daftar Obat Esensial (DOEN), dan Obat Batuk Hitam (OBH).

b. Obat Bebas Terbatas Simbol :

Obat golongan ini juga relatif aman selama pemakaiannya mengikuti aturan pakai yang ada. Penandaan obat golongan ini adalah adanya lingkaran berwarna biru dan 6 peringatan khusus. Sebagaimana Obat Bebas, obat ini juga dapat diperoleh tanpa resep dokter di apotek, toko obat atau di warung-warung. Contohnya obat flu kombinasi (tablet), Klotrimaleat (CTM), dan Mebendazol.

c. Obat Keras Simbol :

Golongan ini pada masa penjajahan Belanda disebut golongan G (gevaarlijk) yang artinya berbahaya. Disebut obat keras karena jika pemakai tidak memperhatikan dosis, aturan pakai, dan peringatan yang diberikan, dapat menimbulkan efek berbahaya. Obat ini hanya dapat diperoleh dengan resep dokter di apotek. Dalam kemasannya ditandai dengan lingkaran merah dengan huruf K ditengahnya. Contoh obat ini adalah Amoksilin, Asam Mefenamat, semua obat dalam bentuk injeksi, dan semua obat baru.

d. Psikotropika

Psikotropika atau dulu lebih dikenal dengan nama obat keras tertentu, sebenarnya termasuk golongan obat keras, tetapi bedanya dapat mempengaruhi aktivitas psikis. Psikotropika dibagi menjadi :

- Golongan I, sampai sekarang kegunaannya hanya ditujukan untuk ilmu pengetahuan, dilarang diproduksi, dan digunakan untuk pengobatan.


(22)

Contohnya : Metilen Dioksi Metamfetamin, Lisergid Acid Diathylamine (LSD), dan Metamfetamin.

- Golongan II, III, dan IV dapat digunakan untuk pengobatan asalkan sudah didaftarkan. Namun, kenyataannya saat ini hanya sebagian dari golongan IV saja yang terdaftar dan digunakan, seperti Diazepam, Fenobarbital, Lorasepam, dan Klordiazepoksid.

e. Narkotika

Narkotika merupakan kelompok obat yang paling berbahaya karena dapat menimbulkan addiksi (ketergantungan) dan toleransi. Obat ini hanya dapat diperoleh dengan resep dokter. Karena berbahaya, dalam peredaran, produksi, dan pemakaiannya narkotika diawasi secara ketat.

2. Berdasarkan Cara Atau Jalur Pemakaian a. Obat Luar

Obat Luar ialah obat yang pemakaiannya tidak melalui saluran pencernaan (mulut). Termasuk obat luar adalah salep, injeksi, lotion, tetes hidung, tetes telinga, dan krim. Obat golongan ini jika diserahkan oleh apotek kepada pasien selalu diberikan dengan etiket berwarna biru.

b. Obat Dalam

Ialah semua obat yang penggunaannya melalui mulut, masuk pada saluran pencernaan, bermuara pada lambung, dan usus halus. Contohnya obat-obat yang berbentuk tablet, kapsul, dan sirup. Jika diserahkan oleh apotek kepada pasien selalu diberikan dengan etiket berwarna putih.

3. Berdasarkan Sumber Atau Asalnya a. Tanaman

Obat dapat bersumber dari akar, batang, daun, dan biji tanaman tertentu atau dari kandungan tanaman seperti alkaloid, glikosida, resin, karbohidrat atau protein.

b. Hewan

Dapat berupa hormon atau enzim, misalnya insulin. c. Mineral


(23)

Dapat berupa elemen-elemen organik atau bentuk garamnya, misalnya alumunium hidroksida, magnesium trisilat, natrium karbonat, dan garam inggris.

d. Sintesis

Kebanyakan obat yang digunakan sekarang bersumber dari semisintesis atau sintesis.

4. Berdasarkan Efek Yang Ditimbulkan, Misalnya : a. Antiinfeksi

b. Antijamur c. Antihitamin d. Antihipertensi e. Vaksin

f. Antikanker

5. Berdasarkan Bentuk Sediaan

a. Padat, meliputi ekstrak, serbuk, pil, tablet, suppositoria, kapsul, dan ovula. b. Cair, meliputi sirup, larutan, suspensi, linimen, lotion, dan infus.

c. Semi padat, meliputi salep, krim, gel, dan pasta. d. Gas, yaitu aerososl, oksigen, dan inhaler.

6. Berdasarkan Penamaan a. Obat Generik

b. Obat dengan nama dagang, obat diberi nama sesuai keinginan dari produsennya, seperti panadol, ponstan, amoksan, dan adalat.

c. Obat dengan nama kimia. Penamaan ini jarang digunakan dalam praktek sehari-hari karena sulit dihafalkan dan disebutkan, nama itu hanya untuk di buku-buku untuk menjamin tidak keliru dengan zat lain. Contoh penamaan obat seperti asetosal (generik), asam asetil salisilat (nama kimia), dan aspirin (nama dagang).

7. Penggolongan Obat Berdasarkan Keamanan Jika Diberikan Selama Kehamilan


(24)

Obat-obat yang telah banyak digunakan oleh wanita hamil tanpa disertai kenaikan frekuensi malformasi janin atau pengaruh buruk lainnya. Misalnya Parasetamol, Penisilin, Eritromisin, Digoksin, Isoniazid, dan Asam Folat. b. Kategori B

Obat-obat yang pengalaman pemakaiannya pada wanita hamil masih terbatas, tetapi tidak terbukti meningkatkan frekuensi malformasi atau pengaruh buruk lainnya pada janin. Kategori B dibagi lagi berdasarkan temuan-temuan pada studi toksikologi pada hewan, yaitu:

- B1: Dari penelitian pada hewan tidak terbukti meningkatnya kejadian kerusakan janin. Contoh simetidin, dipiridamol, dan spektinomisin. - B2: Data dari penelitian pada hewan belum memadai, tetapi ada petunjuk

tidak meningkatnya kejadian kerusakan janin. Contoh tikarsilin, amfoterisin, dopamin, asetilkistein, dan alkaloid belladonna.

- B3: Penelitian pada hewan menunjukkan peningkatan kejadian kerusakan janin, tetapi belum tentu bermakna pada manusia. Misalnya karbamazepin, pirimetamin, griseofulvin, trimetoprim, dan mebendazol. c. Kategori C

Obat-obat yang dapat memberi pengaruh buruk pada janin tanpa disertai malformasi anatomic semata-mata karena efek farmakologiknya. Efeknya bersifat reversibel. Contoh narkotik, fenotiazin, rifampisin, aspirin, AINS, dan diuretika.

d. Kategori D

Obat-obat yang terbukti menyebabkan meningkatnya kejadian malformasi janin pada manusia atau menyebabkan kerusakan janin yang bersifat ireversibel. Obat-obat dalam kategori ini juga mempunyai efek farmakologik yang merugikan terhadap janin. Misalnya: androgen, fenitoin, pirimidon, fenobarbiton, kinin, klonazepam, asam valproat, dan steroid anabolik.

e. Kategori X

Kategori obat yang telah terbukti mempunyai resiko tinggi terjadinya pegaruh buruk yang menetap (irreversibel) pada janin jika diminum pada masa kehamilan. Obat dalam kategori ini merupakan kontraindikasi mutlak selama kehamilan. Misalnya isotretionin dan dietilstilbestrol, talidomid.


(25)

8. Penggolongan Obat Berdasarkan Kelas Terapi

Penggolongan berdasarkan kelas terapi umumnya digunakan dalam buku-buku seperti DOEN, formularium (daftar obat yang digunakan Rumah Sakit), dan panduan terapi. Contoh kelas terapi :

a. Analgetik, antipiretik, antiinflamasi non steroid b. Anestetik

c. Antialergi

d. Antidotum dan obat lain untuk keracunan (Priyanto, 2008).

Sebelum menggunakan obat, termasuk Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas harus diketahui sifat dan cara memakainya agar penggunaannya tepat dan aman. Informasi tersebut dapat diperoleh dari etiket atau brosur pada kemasan Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas.

2.2.3. Informasi Kemasan, Etiket dan Brosur Pada setiap kemasan obat selalu dicantumkan:  Nama obat

 Komposisi  Indikasi

 Informasi cara kerja obat  Aturan pakai

 Peringatan (khusus untuk obat bebas terbatas)  Perhatian

 Nama produsen  Nomor batch/lot  Nomor registrasi

Nomor registrasi dicantukan sebagai tanda izin edar abasah yang diberikan oleh pemerintah pada kemasan obat.

 Tanggal kadaluarsa

2.2.4. Cara Pemilihan Obat

Untuk menetapkan jenis obat yang dibutuhkan perlu diperhatikan : a) Gejala atau keluhan penyakit.


(26)

b) Kondisi khusus misalnya hamil, menyusui, bayi, lanjut usia, diabetes mellitus dan lain-lain.

c) Pengalaman alergi atau reaksi yang tidak diinginkan terhadap obat tertentu.

d) Nama obat, zat berkhasiat, kegunaan, cara pemakaian, efek samping dan interaksi obat yang dapat dibaca pada etiket atau brosur obat.

e) Pilihlah obat yang sesuai dengan gejala penyakit dan tidak ada interaksi obat dengan obat yang sedang diminum.

f) Untuk pemilihan obat yang tepat dan informasi yang lengkap, tanyakan kepada apoteker di apotik.

2.2.5. Cara Penggunaan Obat

a) Penggunaan obat tidak untuk pemakaian secara terus menerus.

b) Gunakan obat sesuai dengan anjuran yang tertera pada etiket atau brosur. c) Bila obat yang digunakan menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan,

hentikan penggunaan dan tanyakan kepada apoteker di apotik dan dokter. d) Hindarkan menggunakan obat orang lain walaupun gejala penyakitnya

sama.

e) Untuk mendapatkan informasi penggunaan obat yang lebih lengkap, tanyakan kepada apoteker di apotik.

Cara Pemakaian Obat Yang Tepat

Obat digunakan sesuai dengan petunjuk penggunaan, pada saat yang tepat dan dalam jangka waktu terapi sesuai dengan anjuran.

• Minum obat sesuai waktunya

• Bila anda hamil atau menyusui tanyakan obat yang sesuai • Gunakan obat sesuai dengan cara penggunaannya

2.2.6. Efek Samping

Efek samping obat adalah setiap respons obat yang merugikan dan tidak diharapkan yang terjadi karena penggunaan obat dengan dosis atau takaran normal pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis, dan terapi.

Yang perlu diketahui tentang efek samping adalah :

• Baca dengan seksama kemasan atau brosur obat, efek samping yang mungkin timbul.


(27)

• Untuk mendapatkan informasi tentang efek samping yang lebih lengkap dan apa yang harus dilakukan bila yang mengalaminya, tanyakan pada apoteker. • Efek samping yang mungkin timbul antara lain reaksi alergi gatal-gatal, ruam,

mengantuk, mual dan lain-lain.

• Menggunakan obat pada kondisi tertentu seperti pada ibu hamil, menyusui, lanjut usia, gagal ginjal dan lain-lain dapat menimbulkan efek samping yang fatal, penggunaan obat harus di bawah pengawasan dokter-apoteker.

2.2.7. Cara Penyimpanan Obat

1. Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat.

2. Simpan obat pada suhu kamar dan terhindar dari sinar matahari langsung atau yang seperti tertera pada kemasan.

3. Simpan obat ditempat yang tidak panas atau tidak lembab karena dapat menimbulkan kerusakan.

4. Jangan menyimpan obat cair dalam lemari pendingin agar tidak beku, kecuali jika tertulis pada etiket obat.

5. Jangan menyimpan obat kadaluarsa atau rusak. 6. Jauhkan dari jangkauan anak-anak

2.2.8. Kadaluarsa dan Obat Rusak

Tanggal kadaluarsa menunjukkan bahwa sampai dengan tanggal yang dimaksud, mutu dan kemurnian obat dijamin masih tetap memenuhi syarat. Tanggal kadaluarsa biasanya dinyatakan dalam bulan dan tahun. Tanggal kadaluarsa berlaku untuk obat dalam kemasan aslinya.

Perubahan mutu obat dapat terlihat pada: 1. Tablet

• Terjadinya perubahan warna, bau atau rasa

• Kerusakan berupa noda, berbintik-bintik, lubang, sumbing, pecah,retak dan atau terdapat benda asing, jadi bubuk dan lembab

• Kaleng atau botol rusak 2. Kapsul

• Perubahan warna isi kapsul


(28)

3. Tablet salut

• Pecah-pecah, terjadi perubahan warna • Basah dan lengket satu dengan lainnya

• Kaleng atau botol rusak sehingga menimbulkan kelainan fisik 4. Cairan

• Menjadi keruh atau timbul endapan • Konsistensi berubah

• Warna atau rasa berubah • Botol plastik rusak atau bocor 5. Salep

• Warna berubah

• Pot atau tube rusak atau bocor

• Bau berubah (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007). 2.2.9. Hal-hal yang harus Diperhatikan

1. Kemasan/wadah

Harus tersegel dengan baik, tidak rusak, tidak berlubang, tanggal kadaluarsa jelas terbaca.

2. Penandaan pada wadah

• Baca zat berkhasiat dan manfaatnya

• Baca aturan pakainya, misalnya sebelumdan sesudah makan

• Untuk pencegahan overdosis, jangan minum obat 2 kali dosis bila sebelumnya lupa minum obat

• Baca kontraindikasinya

Misalnya: - tidak boleh diminum oleh ibu hamil/menyusui - tidak boleh diminum oleh penderita gagal ginjal • Baca efek samping yang mungkin timbul

• Baca cara penyimpanannya

3. Bila ragu tanyakan pada Apoteker di apotek 4. Bila sakit berlanjut hubungi dokter


(29)

2.3.1. Obat Bebas

Obat Bebas yaitu obat yang dapat diperoleh tanpa resep dokter dan bisa diperoleh di apotek, toko obat, toko dan pedagang eceran. Pada kemasan obat ditandai dengan lingkaran hitam dengan latar berwarna hijau. Contohnya Parasetamol (pereda nyeri dan demam), dan produk-produk vitamin (Widodo, 2004).

Obat Bebas adalah obat-obat yang telah digunakan dalam pengobatan modern (ilmiah) dan tidak mempunyai bahaya yang mengkhawatirkan. Obat Bebas yang diperjualbelikan tanpa resep dokter harus disetai dengan brosur yang menerangkan cara pemakaiannya, jumlah takaran, kontraindikasinya dan peringatan terhadap kemungkinan gangguan-gangguan akibat allergi terhadap obat yang bersangkutan serta gejala-gejalanya, ditulis dengan huruf Latin dalam bahasa Indonesia.

Berdasarkan S.K Menkes R.I No.2380/A/SK/IV/83 tanda khusus untuk Obat Bebas adalah berupa lingkaran berwarna hijau dengan garis tepi berwarna hitam.

Simbol :

2.3.2. Obat Bebas Terbatas

Obat Bebas Terbatas adalah obat yang dijual bebas dan dapat dibeli tanpa resep dokter, tapi disertai dengan tanda peringatan. Tanda khusus untuk obat ini adalah lingkaran berwarna biru dengan garis tepi hitam.

Simbol :

Khusus untuk Obat Bebas Terbatas, selain terdapat tanda khusus lingkaran biru, diberi pula tanda peringatan untuk aturan pakai obat, karena hanya dengan takaran dan kemasan tertentu, obat ini aman dipergunakan untuk pengobatan sendiri. Tanda peringatan berupa empat persegi panjang dengan huruf putih pada dasar hitam yang terdiri dari 6 macam yaitu :

P. No. 1 yaitu: Awas ! Obat Keras Bacalah aturan memakainya

P. No. 2 yaitu: Awas ! Obat Keras Hanya untuk kumur, jangan ditelan P. No. 3 yaitu: Awas ! Obat Keras Hanya untuk bagian luar badan P. No. 4 yaitu: Awas ! Obat Keras Hanya untuk dibakar

P. No. 5 yaitu: Awas ! Obat Keras Tidak boleh ditelan

P. No. 6 yaitu: Awas ! Obat Keras Obat Wasir, jangan ditelan

2.4. Tempat Penjualan dan Cara Mendapatkan Obat 2.4.1 Tempat Penjualan Obat


(30)

Pedagang Eceran Obat (diatur oleh Per. Menkes No. 167/Kab/B VII/1972) ialah orang atau Badan Hukum Indonesia yang memiliki izin untuk menyimpan Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas (daftar W) untuk dijual secara eceran di tempat tertentu sesuai dengan syarat izinnya.

Obat yang boleh dijual pedagang eceran obat hanya Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas dalam bungkusan asli dari pabrik yang membuatnya secara eceran. Obat yang dijual harus bermutu baik dan berasal dari pabrik farmasi atau Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang berizin dari Depkes. Yang boleh mengusahakan adalah Perusahaan Negara, Perusahaan Swasta dan Perorangan.

2.4.2 Cara Mendapatkan Obat

Obat Bebas dapat diperoleh dari Toko Obat, Pedagang Eceran Obat Berizin yang dipimpin oleh asisten apoteker dan dari apotek. Obat Bebas tersebut dalam kemasan asli dari pabrik dengan disertai tanda lingkaran hijau sebagai tanda Obat Bebas dan disertai brosur yang berisi nama obat, nama dari isi zat berkhasiat, indikasi, dosis atau aturan memakainya, nomor batch dan nomor register, nama pabrik dan alamatnya, cara penyimpanannya.

Di apotek boleh membungkus kembali dari pengemasan besar, tetapi disertai etiket apotek di mana ditulis nama obat serta aturan pemakaiannya atau dosis dan hanya boleh dijual langsung pada si pemakai.

Obat Bebas Terbatas dapat diperoleh tanpa resep dari Pedagang Eceran Obat Berizin yang dipimpin oleh asisten apoteker dan apotek, dalam bungkus asli dari pabrik dengan disertai tanda lingkaran berwarna biru sebagai tanda Obat Bebas Terbatas, di samping itu ada tanda peringatan dari P. No. 1 – P. No. 6 sesuai dengan SK Menkes No. 6355/Dirjen/SK/69 tanggal 5 November 1975, dan harus ditandai dengan etiket-etiket atau brosur yang menyebutkan:

a) Nama obat yang bersangkutan.

b) Daftar bahan berkhasiat serta jumlahnya yang digunakan. c) Nomor batch dan tanggal kadarluarsa, nomor register. d) Nama dan alamat produsen.

e) Petunjuk kegunaan (indikasi) dan cara pemakaian dan peringatan, pencegahan (kontraindikasi) yang dipandang perlu (Anief, 2007).


(31)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep adalah gambaran sederhana (ringkas) dan jelas mengenai keterkaitan satu konsep dengan konsep yang lainnya, atau menggambarkan pengaruh atau hubungan antara satu kejadian (fenomena) dengan kejadian (fenomena) yang lainnya. Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitan ini adalah :

Gambar 3.1. Kerangka Konsep

3.2. Defenisi Operasional 3.2.1. Defenisi Pengetahuan

Di sini penelitian perlu dijabarkan untuk menghindari perbedaan persepsi dalam menginterpretasi masing-masing variabel penelitian. Adapun definisi operasional dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas Pengetahuan Ibu


(32)

a. Tingkat Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang diperoleh ibu baik tamat maupun tidak tamat saat dilakukan wawancara. Tingkat pendidikan dapat dikategorikan menjadi:

• Tidak sekolah • SD

• SMP • SMA • Diploma • Sarjana

Dalam hal ini, tingkat pendidikan dibagi dua, yaitu :

a. Pendidikan rendah : tidak sekolah, tamat SD (atau pendidikan sederajat), atau tamat SMP (atau pendidikan sederajat)

b. Pendidikan tinggi : tamat SMA (atau pendidikan sederajat) atau tamat kuliah (D1, D3, S1, S2, atau S3).

b. Umur adalah lamanya hidup ibu yang dihitung sejak dilahirkan sampai ulang tahun terakhir saat diadakannya wawancara. Umur dapat dikategorikan menjadi:

• 20-30 tahun • 30-40 tahun • 40-50 tahun

c. Pekerjaan adalah aktivitas sehari-hari yang ditekuni dan dilakukan oleh ibu. Pekerjaan dapat dikategorikan menjadi:

• Ibu rumah tangga • Pegawai Negeri/Swasta • Wiraswasta

• Buruh

d. Penghasilan dikategorikan menjadi:

• Rendah, yaitu dengan penghasilan dibawah Rp. 1.000.000,00 per bulan. • Sedang, yaitu dengan penghasilan Rp. 1.000.000,00 sampai dengan

Rp. 2.500.000,00 per bulan.


(33)

e. Jumlah anak adalah Jumlah anak yang menjadi tanggungan keluarga. • 1 – 2 sedikit

• 3 – 5 sedang • > 5 banyak

3.3. Cara Ukur : Adapun cara pengukuran dengan pertanyaan dalam bentuk angket/kuesioner.

3.4. Alat Ukur : Alat ukur yang digunakan berupa kuesioner yang terdiri atas 14 pertanyaan dengan 3 pilihan jawaban, yaitu: jawaban yang benar diberi skor 2, jawaban yang salah diberi skor 1, jawaban tidak tahu diberi skor 0 .

1) Pertanyaan no.1, no.2, no.4, no.6, no.7, no.13, no.15, dan no.16 tidak memiliki poin. Pertanyaan-pertanyaan ini tidak dimasukkan ke dalam penilaian tingkat pengetahuan, tetapi dijadikan sebagai data kualitatif.

2) Untuk pertanyaan no.3, no.5, no.8, no.9, no.10, no.11, dan no.12 jika responden menjawab benar, maka responden mendapat skor 2. Jika menjawab salah responden mendapat skor 1, jika tidak tahu responden mendapat skor 0. 3) Total poinnya adalah 14.

4) Seluruh skor yang didapatkan oleh responden akan dijumlahkan.

5) Nilai yang didapat oleh responden akan dihitung dengan menggunakan rumus: Total poinnya adalah 14. Seluruh skor yang didapatkan oleh responden akan dijumlahkan. Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh responden, maka ukuran pengetahuan responden (ibu-ibu) menurut Pratomo dkk (1990), dilakukan dengan menggunakan sistem skoring dengan memakai skala sebagai berikut :

a. Baik, bila jawaban responden benar > 75% dari total skor atau total nilai 11-14.

b. Sedang, bila jawaban responden benar antara 40-75% dari total skor atau total nilai 6-10.


(34)

c. Kurang, bila jawaban responden benar <40% dari total skor atau total nilai <5.

3.5. Skala pengukuran : Skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal dan sistem nilai (skoring) dapat dilihat di tabel 3.1.

Tabel 3.1. Sistem Skor Kuesioner Aspek Pengetahuan

No. Skor

3 A=2 B=1 C=0

5 A=2 B=1 C=0

8 A=2 B=1 C=0

9 A=2 B=1 C=0

10 A=2 B=1 C=0

11 A=2 B=1 C=0

12 A=2 B=1 C=0

BAB 4


(35)

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan desain penelitian cross sectional. Penelitian ini dilakukan untuk menilai gambaran pengetahuan responden (ibu-ibu) tentang Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas di Kelurahan Polonia Kecamatan Medan Polonia Kota Medan. Penelitian ini akan dilakukan dengan metode observasi kuantitatif dengan menggunakan kuesioner.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Posyandu kelurahan Polonia Kecamatan Medan Polonia selama 2 bulan pada bulan Juni sampai dengan bulan Agustus 2010. Lokasi ini dipilih dengan alasan karena:

a. Jarak kelurahan Polonia tidak terlalu jauh dari tempat tinggal peneliti, sehingga dapat meringankan dalam hal waktu, tenaga dan dana dalam melaksanakan penelitian.

b. Kelurahan Polonia merupakan kelurahan dengan penduduk terbanyak di Kecamatan Medan Polonia.

c. Tingkat pengetahuan ibu-ibunya beragam.

d. Di daerah penelitian ini belum pernah diadakan penelitian sebelumnya mengenai gambaran pengetahuan ibu-ibu tentang Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas di Kelurahan Polonia Kecamatan Medan Polonia Kota Medan.

4.3.Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi Penelitian

Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah semua Ibu-Ibu yang datang ke Posyandu Kelurahan Polonia. Dari hasil survei awal, besar anggota populasi terjangkau ini adalah 300 orang.

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :

1. Ibu-ibu yang bersedia menjadi responden penelitian setelah memperoleh persetujuan setelah penjelasan (informed consent).

2. Terdaftar sebagai warga di Kelurahan Polonia. 3. Ibu-ibu berumur 20-50 tahun.


(36)

4. Sudah menikah

5. Karakteristik ibu berdasarkan tingkat pendidikan, umur, pekerjaan, jumlah anak dan penghasilan.

6. Responden berada di tempat pada saat mengumpulkan data.

Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah : 1. Tidak bersedia menjadi responden penelitian.

4.3.2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian diambil dengan menggunakan metode Stratified Random

Sampling. Karakteristik ibu yang digunakan dalam penelitian ini adalah berdasarkan

tingkat pendidikan, umur, pekerjaan, jumlah anak dan penghasilan. Penggunaan metode ini dilakukan dengan pertimbangan agar sampel yang terkumpul dapat mewakili semua populasi yang akan diteliti.

Menurut Wahyuni (2007), jumlah sampel minimal akan dihitung dengan menggunakan rumus :

Keterangan :

n = Besar sampel minimum

Z1-α/2 = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu P = harga proporsi di populasi

d = kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir N = jumlah di populasi

Berdasarkan rumus diatas, nilai yang harus di cari adalah nila p (harga proporsi), sedangkan nilai yang ditetapkan oleh peneliti adalah Zαdan nilai d. Dalam penelitian

N. Z²1 – α/2. p. (1-p) n = _________________________ (N-1) d² + Z²1 – α/2. p. (1-p)


(37)

ini, proporsi di populasi adalah 50% (0,50), q adalah 1-p (1-0,50) yaitu, 0,50. Peneliti menetapkan α sebesar 5% sehingga Z1-α/2 = 1,96, dengan kesalahan absolut yang masih bisa ditolerir (d) di tetapkan sebesar 10% (0,1).

Dengan demikian, besar sampel yang diperlukan adalah : n = N. Z2 1-α/2.p.(1-q)

(N-1 )d2 +Z2 1-α/2.p.(1-q) = 300x1,962x0,5x0,5 (300-1)x 0,12+1,962x0,5x0,5 = 72

Jadi besar sampel minimum yang diperlukan adalah 72 subyek.

4.4.Metode Pengumpulan Data 4.4.1. Data primer

Pada penelitian ini, digunakan data primer yang didapat langsung dari responden. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dengan alat pengumpulan data berupa kuesioner yang berisikan daftar pertanyaan serta pilihan jawaban yang telah dipersiapkan. Pertanyaan-pertanyaan di dalam kuesioner ditanyakan langsung oleh surveyor kepada responden.

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas 14 pertanyaan. Sebelum digunakan dalam penelitian, kuesioner disebarkan kepada 20 orang responden non sampel penelitian, yang terdiri atas 3 orang responden tamat SD, 4 orang tamat SMP, 12 orang tamat SMA, dan 1 orang tamat perguruan tinggi. Kuesioner ini diuji validitas dan reliabilitasnya dengan menggunakan SPSS versi 17.0.

Berikut ini adalah hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner penelitian yang dilakukan uji validitas konstrak dengan Korelasi Pearson dan uji reliabilitas dengan metode Alpha Cronbach.

Tabel 4.1 : Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Penelitian

Variabel Nomor Total Status Alpha Status Pertanyaan Pearson

Correlation


(38)

5 0,554 Valid Reliabel 8 0,706 Valid Reliabel 9 0,511 Valid Reliabel 10 0,531 Valid Reliabel 11 0,626 Valid Reliabel 12 0,644 Valid Reliabel

4.4.2. Data Sekunder

Data sekunder pada penelitian ini yang diperoleh dari Puskesmas Polonia adalah Ibu-Ibu yang tinggal di Kelurahan Polonia tahun 2010, yaitu sebanyak 300 orang. Data ini diperlukan untuk mengetahui apakah jumlah subyek mencukupi di dalam populasi tersebut.

4.5. Etika penelitian

Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dalam bentuk angket/kuesioner, dan sebelum pengisian kuesioner akan dilampirkan lembar persetujuan responden. Kuesioner tersebut berisikan pertanyaan-pertanyaan berupa pengetahuan dampak penggunaan kosmetik pemutih terhadap kesehatan kulit. Baik nama serta identitas diri pasien akan menjadi rahasia peneliti dan tidak akan disebarluaskan. Sedangkan hasil penelitian serta jawaban yang diberikan responden hanya akan digunakan untuk keperluan penelitian. Waktu pengisian kuesioner memakan waktu kurang lebih 25 menit.

4.6.Pengolahan dan Analisa Data

Dalam penelitian ini, data penelitian yang diperoleh dari hasil kuesioner berupa jawaban dari responden diubah menjadi data kuantitatif dalam bentuk skor nilai. Kemudian data yang telah terkumpul tersebut dilakukan pengolahan. Langkah-langkah dalam pengolahan data tersebut adalah sebagai berikut (Wahyuni, 2007):

a. Editing

Editing adalah langkah untuk meneliti apakah isian kuisioner sudah lengkap atau belum sehingga apabila ada kekurangan dapat segera dilengkapi.


(39)

Coding adalah suatu usaha memeberikan kode/menandai jawaban-jawaban responden atas pertanyaan yang ada pada kuisioner yang nantinya akan memudahkan proses dengan komputer.

c. Entry data

Memasukkan data melalui pengolahan komputer dengan menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 17.0.

d. Cleaning

Adalah pembersihan data. Kegiatan meneliti kembali data yang sudah ada, apakah ada kesalahan atau tidak.

Setelah data diolah kemudian data tersebut dianalisa secara deskriptif untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu-ibu di Posyandu Kelurahan Polonia Kecamatan Medan Polonia Kota Medan tentang Penggunaan Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas. Hasil dari analisa data tersebut akan disajikan dalam bentuk narasi dan tabel distribusi frekuensi dan proporsi.

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini dipaparkan hasil penelitian beserta pembahasannya. Penelitian dilakukan sejak penyusunan proposal hingga penyusunan laporan hasil penelitian. Proses pengumpulan data penelitian dilakukan pada bulan Juni-Agustus 2010 dengan melakukan wawancara terhadap 72 orang ibu-ibu yang bertempat tinggal di Kelurahan Polonia tentang penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas.

5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah Kelurahan Polonia. Kelurahan Polonia merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan Medan Polonia yang dipimpin oleh Ibu Lenawati Syah, SH. Kelurahan ini memiliki luas 1,57 km2 dan dibagi menjadi 13 lingkungan. Penelitian mencakup seluruh lingkungan yang ada di Kelurahan Polonia. Secara geografis, kelurahan ini memiliki batas-batas sebagai berikut:

Utara: Kelurahan Anggrung atau Mongonsidi

Barat: Kelurahan Padang Bulan atau Sungai Barbura Timur: Kelurahan Sukadamai atau jalan Polonia


(40)

Selatan: landasan terbang Bandar Udara Polonia Medan atau Kelurahan Sari Rejo

5.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Responden penelitian adalah ibu-ibu dengan rentang usia 20 sampai 50 tahun yang bertempat tinggal di Kelurahan Polonia.

Tabel 5.1 : Distribusi responden berdasarkan usia

No. Usia Jumlah (orang) %

1. 20-30 30 21,6

2. 31-40 34 24,48

3. 41-50 8 5,76

Total 100

Berdasarkan tabel 5.1 di atas diketahui bahwa usia responden paling banyak adalah 31-40 tahun yaitu 34 orang (24,48%), sedangkan usia responden paling sedikit adalah 41-50 tahun yaitu 8 orang (5,76%).

Tabel 5.2 : Distribusi responden berdasarkan pendidikan

No. Pendidikan Jumlah (orang) %

1. SD 9 12,5

2. SMP 16 22,2

3. SMA/SMK 42 58,3

4. D2/D3 2 2,8

5. S1/S2 3 4,2

Total 72 100,0

Berdasarkan tabel 5.2 di atas di atas pendidikan responden dikelompokkan menjadi yaitu dua kategori, yaitu pendidikan rendah (tamat SD/sederajat atau SMP/sederajat) dan pendidikan tinggi (tamat SMA/sederajat atau tamat Perguruan Tinggi). Dari hasil pengelompokkan diatas, didapatkan 25 orang (34,7%) berpendidikan rendah dan 47 orang (65,3%) berpendidikan tinggi.

Tabel 5.3 : Distribusi responden berdasarkan pekerjaan


(41)

1. ibu RT 64 88,9 2. pegawai

swasta/pegawai negeri

7 9,7

3. Pedagang 1 1,4

Total 72 100

Berdasarkan tabel 5.3 di atas diketahui bahwa pekerjaan responden paling banyak adalah ibu RT (rumah tangga) yaitu 64 orang (88,9%), sedangkan pekerjaan responden paling sedikit adalah pedagang yaitu 1 orang (1,4%).

Tabel 5.4 : Distribusi responden berdasarkan penghasilan

No. Penghasilan Jumlah (orang) %

1. <1 juta 36 50,0

2. 1 juta-2,5 juta 31 43,1

3. >2,5 juta 5 6,9

Total 72 100,0

Berdasarkan tabel 5.4 di atas diketahui bahwa penghasilan responden paling banyak adalah kelompok yang berpenghasilan di bawah Rp. 1.000.000,00 per bulan yaitu 36 orang (50,0%), sedangkan penghasilan responden paling sedikit adalah kelompok yang berpenghasilan di atas Rp. 2.500.000,00 per bulan yaitu 5 orang (6,9%).

Tabel 5.5 : Distribusi responden berdasarkan jumlah anak

No. Jumlah Anak Jumlah (orang) %

1. 1 orang 17 23,6

2. 2 orang 25 34,7

3. 3 orang 17 23,6

4. 4 orang 8 11,1

5. 5 orang 4 5,6

6. 6 orang 1 1,4


(42)

Berdasarkan tabel 5.5 di atas diketahui bahwa jumlah anak responden paling banyak adalah 1-2 orang yaitu 42 orang (58,3%), 3-5 orang yaitu 29 orang (40,3%), sedangkan jumlah anak responden paling sedikit adalah 6 orang yaitu 1 orang (1,4%).

5.3. Deskriptif Pengetahuan Responden tentang Penggunaan Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas

Responden pada penelitian ini yang pernah membeli obat di warung sebesar 65 orang (90,3%), sedangkan yang tidak pernah membeli obat di warung sebesar 7 orang (9,7%). Dan yang pernah memperhatikan lambang atau simbol obat yang dibeli sebesar 42 orang (58,3%) serta responden yang tidak memperhatikan lambang atau simbol obat yang dibeli sebesar 30 orang (41,7%).

Sedangkan tempat membeli obat responden paling banyak adalah apotik sebesar 51 orang (70,8%), dan di warung sebesar 21 orang (29,2%). Untuk obat yang biasa dibeli responden paling banyak adalah obat demam sebesar 25 orang (34,7%), diikuti oleh obat sakit kepala sebesar 22 orang (30,6%), obat batuk sebesar 21 orang (29,2%), obat pilek sebesar 3 orang (4,2%), dan lain-lain yaitu 1 orang (1,4%).

Obat yang bisa dibeli tanpa resep dokter menurut responden paling banyak adalah obat demam sebesar 39 orang (54,2%), obat batuk sebesar 15 orang (20,8%), obat pilek sebesar 14 orang (19,4%), dan antibiotik sebesar 4 orang (5,6%). Sementara itu pengetahuan obat yang dibeli tanpa resep dokter menurut responden paling banyak adalah melalui media elektronik yaitu 36 orang (50,0%), pelayan kesehatan yaitu 33 orang (45,8%), dan lain-lain yaitu 3 orang (4,2%).

Untuk gejala setelah makan obat bebas terbatas menurut responden paling banyak adalah mengantuk sebesar 58 orang dan yang tidak mengantuk sebesar 3 orang (84,8%), jantung berdebar-debar sebesar 15 orang serta yang tidak ada jantung berdebar-debar sebesar 11 orang (36,1%), keringat dingin sebesar 6 orang serta yang tidak ada keringat dingin sebesar 14 orang (27,7%), mual sebesar 4 orang serta yang tidak ada mual sebesar 11 orang (20,9%), diare/mencret sebesar 4 orang serta yang tidak ada diare/mencret sebesar 13 orang (23,7%), muntah sebesar 2 orang serta yang tidak ada muntah sebesar 14 orang (22,2%). Untuk hal


(43)

yang diperhatikan responden dalam kemasan obat paling banyak adalah dosis sebesar 45 orang (62,5%), cara penggunaan sebesar 18 orang (25,0%), indikasi sebesar 6 orang (8,3%), dan isi obat sebesar 3 orang (4,2%).

5.4. Hasil Data Kuantitatif Bentuk Gambar

Gambaran Pengetahuan Responden

Gambar 5.1 Gambaran Pengetahuan Responden Tentang Penggunaan Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas

Berdasarkan gambar 5.1. di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 25 orang (34,7%) responden mempunyai tingkat pengetahuan baik tentang penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas, sebanyak 42 orang (58,3%) responden mempunyai tingkat pengetahuan sedang, sedangkan sebanyak 5 orang (6,9%) responden mempunyai tingkat pengetahuan kurang.

5.5. Hasil Data Kuantitatif Bentuk Tabel

Skor

Pengetahuan Sedang

58,3%

Pengetahuan Baik 34,7% Pengetahuan

Kurang 6,9%


(44)

No. Pertanyaan Isi 0 1 2 Total

n % n % n %

1. 3 Pengetahuan

pengertian obat bebas

5 6,9 5 6,9 62 86,1 72

2. 5 Pengetahuan

lambang atau simbol obat bebas

17 23,6 8 11,1 47 65,3 72

3. 8 Pengetahuan

efek samping obat bebas

25 34,7 27 37,5 20 27,8 72

4. 9 Pengetahuan

pengertian

obat bebas terbatas

22 30,6 7 9,7 43 59,7 72

5. 10 Pengetahuan

lambang atau simbol obat bebas terbatas

22 34,7 19 26,4 28 38,9 72

5. 11 Pengetahuan

efek samping

obat bebas

terbatas

18 25 18 25 36 50 72

6. 12 Pengetahuan

tentang salah satu peringatan obat bebas terbatas

3 4,2 69 95,8 72

Berdasarkan tabel 5.5 di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 62 orang (86,1%) responden mempunyai skor pengetahuan 2, sebanyak 5 orang (6,9%) responden mempunyai skor pengetahuan 1 dan sebanyak 5 orang (6,9%) mempunyai skor pengetahuan 0 tentang pengertian obat bebas. Serta dapat dilihat bahwa sebanyak 47 orang (65,3%) responden mempunyai skor pengetahuan 2, sebanyak 8 orang (11,1%) responden mempunyai skor pengetahuan 1 dan sebanyak 17 orang (23,6%) mempunyai skor pengetahuan 0 tentang lambang atau simbol obat bebas.


(45)

Berdasarkan tabel 5.5 di atas juga dapat dilihat bahwa sebanyak 20 orang (27,8%) responden mempunyai skor pengetahuan 2, sebanyak 27 orang (37,5%) responden mempunyai skor pengetahuan 1 dan sebanyak 25 orang (34,7%) mempunyai skor pengetahuan 0 tentang efek samping obat bebas. Sementara itu sebanyak 43 orang (59,7%) responden mempunyai skor pengetahuan 2, sebanyak 7 orang (9,7%) responden mempunyai skor pengetahuan 1 dan sebanyak 22 orang (30,6%) mempunyai skor pengetahuan 0 tentang pengertian obat bebas terbatas.

Pada table juga didapatkan sebanyak 28 orang (38,9%) responden mempunyai skor pengetahuan 2, sebanyak 19 orang (26,4%) responden mempunyai skor pengetahuan 1 dan sebanyak 22 orang (34,7%) mempunyai skor pengetahuan 0 tentang lambang atau simbol obat bebas. Dan sebanyak 36 orang (50%) responden mempunyai skor pengetahuan 2, sebanyak 18 orang (25%) responden mempunyai skor pengetahuan 1 dan sebanyak 18 orang (25%) mempunyai skor pengetahuan 0 tentang efek samping obat bebas terbatas.

Berdasarkan tabel di atas juga dapat dilihat bahwa sebanyak 69 orang (95,8%) responden mempunyai skor pengetahuan 2, dan sebanyak 3 orang (4,2%) mempunyai skor pengetahuan 0 tentang salah satu peringatan obat bebas terbatas.

5.6. Pembahasan

Dari hasil penelitian terhadap 72 responden yang diteliti dapat disimpulkan bahwa gambaran tingkat pengetahuan ibu-ibu di posyandu kelurahan polonia tentang penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas mempunyai pengetahuan sedang yaitu 42 orang (58,3%). Sementara itu, sebanyak 25 orang (34,7%) mempunyai gambaran pengetahuan tentang obat bebas dan obat bebas terbatas tergolong baik, sedangkan untuk gambaran pengetahuan kurang sebanyak 5 orang (6,9%).


(46)

Berdasarkan penelitian dapat dilihat bahwa sebanyak 62 orang (86,1%) responden mempunyai pengetahuan baik, sebanyak 5 orang (6,9%) responden mempunyai pengetahuan sedang dan sebanyak 5 orang (6,9%) mempunyai pengetahuan kurang tentang pengertian obat bebas. Dalam hal ini yang dimaksud dengan pengertian obat bebas adalah sesuai dengan pengertian obat bebas dalam penggolongan obat berdasarkan keamanan (Peraturan Menteri Kesehatan, 1989).

Selanjutnya dapat disimpulkan juga bahwa sebanyak 43 orang (59,7%) responden mempunyai tingkat pengetahuan baik, sebanyak 7 orang (9,7%) responden mempunyai tingkat pengetahuan sedang dan sebanyak 22 orang (30,6%) mempunyai tingkat pengetahuan kurang tentang pengertian obat bebas terbatas. Dalam hal ini yang dimaksud dengan pengertian obat bebas terbatas dalam penggolongan obat berdasarkan keamanan (Peraturan Menteri Kesehatan, 1989).

Berdasarkan penelitian dapat dilihat bahwa sebanyak 47 orang (65,3%) responden mempunyai tingkat pengetahuan baik, sebanyak 8 orang (11,1%) responden mempunyai tingkat pengetahuan sedang dan sebanyak 17 orang (23,6%) mempunyai tingkat pengetahuan kurang tentang lambang atau simbol obat bebas. Tanda khusus obat bebas adalah berupa lingkaran berwarna hijau dengan garis tepi berwarna hitam (Menteri Kesehatan R.I., 1983).

Selanjutnya berdasarkan penelitian dapat disimpulkan juga bahwa sebanyak 28 orang (38,9%) responden mempunyai tingkat pengetahuan baik, sebanyak 19 orang (26,4%) responden mempunyai tingkat pengetahuan sedang dan sebanyak 25 orang (34,7%) mempunyai tingkat pengetahuan kurang tentang lambang atau simbol obat bebas terbatas. Tanda khusus obat bebas terbatas adalah lingkaran berwarna biru dengan garis tepi hitam (Menteri Kesehatan R.I., 1983).

Berdasarkan penelitian dapat dilihat bahwa sebanyak 20 orang (27,8%) responden mempunyai tingkat pengetahuan baik, sebanyak 27 orang (37,5%) responden mempunyai tingkat pengetahuan sedang dan sebanyak 25 orang (34,7%) mempunyai tingkat pengetahuan kurang tentang efek samping obat bebas. Dan sebanyak 36 orang (50%) responden mempunyai tingkat pengetahuan baik, sebanyak 18 orang (25%) responden mempunyai tingkat


(47)

pengetahuan sedang dan sebanyak 18 orang (25%) mempunyai tingkat pengetahuan kurang tentang efek samping obat bebas terbatas.

Efek samping obat adalah setiap respons obat yang merugikan dan tidak diharapkan yang terjadi karena penggunaan obat dengan dosis atau takaran normal pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis, dan terapi salah satunya alergi. Hal ini berlaku untuk obat bebas maupun obat bebas terbatas (Departemen Kesehatan R.I., 2007).

Berdasarkan penelitian dapat dilihat bahwa sebanyak 69 orang (95,8%) responden mempunyai tingkat pengetahuan baik, dan sebanyak 3 orang (4,2%) mempunyai tingkat pengetahuan kurang tentang salah satu peringatan obat bebas terbatas. Hal ini berkaitan dengan Obat Bebas Terbatas karena selain terdapat tanda khusus lingkaran biru, diberi pula tanda peringatan untuk aturan pakai obat. Tanda peringatan berupa empat persegi panjang dengan huruf putih pada dasar hitam yang terdiri dari 6 macam (Menteri Kesehatan R.I., 1983).

Dalam penelitian ini diperoleh bahwa sebagian besar pengetahuan responden termasuk kategori sedang tentang penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas, hal ini disebabkan keterbatasan pengetahuan tentang berbagai produk obat yang beredar di pasaran terutama golongan obat bebas dann obat bebas terbatas. Sebagian besar responden tidak memperhatikan dan mengetahui ciri dan tanda yang terdapat pada kemasan luar obat. Seperti tanda khusus untuk obat bebas adalah berupa lingkaran berwarna hijau dengan garis tepi berwarna hitam, sedangkan tanda khusus obat bebas terbatas adalah lingkaran berwarna biru dengan garis tepi hitam. Untuk obat bebas terbatas selain terdapat tanda khusus lingkaran biru, diberi pula tanda peringatan untuk aturan pakai obat, berupa tanda peringatan empat persegi panjang dengan huruf putih pada dasar hitam.


(48)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai “ Gambaran Pengetahuan Ibu-Ibu di Posyandu Kelurahan Polonia Kecamatan Medan Polonia Kota Medan tentang Penggunaan Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas“ serta seluruh pembahasan yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Secara umum, pengetahuan responden berada pada kategori sedang (58,3%). 2. Pengetahuan responden tentang pengertian obat bebas paling banyak berada

pada kategori baik (86,1%).

3. Pengetahuan responden tentang pengertian obat bebas terbatas banyak berada pada kategori baik (59,7%).

4. Pengetahuan responden tentang lambang atau simbol obat bebas paling banyak berada pada kategori baik (65,3%).


(49)

5. Pengetahuan responden tentang lambang atau simbol obat bebas terbatas paling banyak berada pada kategori baik (38,9%).

6. Pengetahuan responden tentang efek samping obat bebas paling banyak berada pada kategori sedang (37,5%).

7. Pengetahuan responden tentang efek samping obat bebas terbatas paling banyak berada pada kategori baik (50%).

8. Pengetahuan responden tentang salah satu peringatan obat bebas terbatas paling banyak berada pada kategori baik (95,8%).

6.2. Saran

 Puskesmas yang memiliki wilayah kerja di Kelurahan Polonia, sebagai unit kesehatan primer di masyarakat sekaligus perpanjangan tangan dari Dinas Kesehatan Kota Medan, diharapkan dapat meningkatkan promosi kesehatan dalam bentuk penyuluhan, terutama tentang penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas. Sebaiknya penyuluhan juga disertai dengan sampel obat-obatan yang banyak beredar dipasaran pada Obat Bebas yang dalam kemasan asli dari pabrik disertai tanda lingkaran hijau sebagai tanda dan Obat Bebas Terbatas yang dalam bungkus asli dari pabrik dengan disertai tanda lingkaran berwarna biru sebagai tanda Obat Bebas di samping itu ada tanda peringatan dari P. No. 1 – P. No. 6 agar para ibu-ibu dapat lebih memahami tentang penggunaan Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas.

 Pihak lain, baik pemerintah maupun swasta, juga dapat berperan aktif dalam menyebarluaskan informasi tentang penggunaan Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas. Informasi dapat disebarkan melalui media cetak (seperti koran, majalah, dan tabloid) atau media elektronik (seperti radio dan televisi) karena kedua media ini mudah diakses oleh masyarakat. Peneliti menyarankan agar menggalakkan penggunaan media elektronik dalam menyebarluaskan informasi tentang penggunaan Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas karena media ini merupakan media yang paling banyak digunakan masyarakat untuk mengakses informasi tentang penggunaan Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas.

 Masyarakat, khususnya para ibu-ibu, sangat dianjurkan untuk lebih proaktif dalam mencari informasi seputar sifat dan cara memakai Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas agar penggunaannya tepat dan aman. Informasi tersebut dapat


(50)

diperoleh dari etiket atau brosur pada kemasan yang menerangkan cara pemakaiannya, jumlah takaran, kontraindikasinya dan peringatan terhadap kemungkinan gangguan-gangguan akibat allergi terhadap obat yang bersangkutan serta gejala-gejalanya.

 Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menyempurnakan penelitian ini. Peneliti merekomendasikan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti sikap, perilaku dan tindakan apa saja yang menyebabkan masih kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penggunaan Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas.

DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. 1997. Apa Yang Perlu Diketahui Tentang Obat, Edisi: Ketiga.Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Hal: 133-141

Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia, 2008. Informatorium Obat

Nasional Indonesia 2008. Sagung Seto. Jakarta. Hal: 1-3

Chaerunisaa, Y. A. Surahman, E. dan Soeryati, S. 2009. Farmasetika Dasar, Konsep

Teoritis Dan Aplikasi Pembuatan Obat. Widya Padjadjaran. Bandung. Hal:

8-14

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1996. Kompendia Obat Bebas. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan. Jakarta. Hal: xiii-xv

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007. Pedoman Penggunan Obat Bebas

Dan Bebas Terbatas. Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik,

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan. Jakarta. Hal: 3-19 Gunawan, G. S. 2007. Farmakologi Dan Terapi. Edisi ; 5. Departemen Farmakologi

dan Terapeutik Fakultas Kedokteran-Universitas Indonesia. Jakarta. Hal: 5-12. Hambuako, L. 2009. Visi dan Misi DEPKES tahun 2010-2014. Available from:

http://dinkesbanggai.wordpress.com [ Accessed : 19 Februari 2010].

Himpunan Peraturan Perundang-Undangan. 2009. Undang-Undang Kesehatan. Fokusmedia. Bandung. Hal: 76-78

Katzung, B.G. 1998. Farmakologi Dasar Dan Klinik. Edisi ; VI. EGC. Jakarta. Hal: 1002

Notoadmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Notoadmodjo, Soekidjo. 2007. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.


(51)

Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Seni. Rineka Cipta. Jakarta. Hal:143-146

Pratomo, H dan Sudarti, 1990. Pedoman Usulan Penelitian Bidang Kesehatan

Masyarakat. Depdikbud.

Priyanto, 2008. Farmakologi Dasar Untuk Mahasiswa Farmasi & Keperawatan,

Edisi ; II. Leskonfi. Jakarta. Hal: 3-10

Sastroasmoro, Sudigdo., dan Ismael, Sofyan., 2008. Dasar-dasar Metodologi

Penelitian Klinis. Edisi 3. Jakarta: Sagung Seto.

Tan, H.T. dan Rahardja, K. 2008. Obat-Obat Penting Kasiat, Penggunaan Dan

Efek-Efek Sampingnya. Edisi ; 6. Kompas-Gramedia. Jakarta. Hal: 6-12

Wahyuni, A. 2008. Statistika Kedokteran. Jakarta : Bamboedaea Communication, Widodo R, 2004. Panduan Keluarga Memilih Dan Menggunakan Obat. Kreasi

Wacana. Yogyakarta. Hal: 18-20.

Lampiran 1: Informed Consent

PENGANTAR DAN INFORMED CONSENT

Pengantar

Saya, Nidhya Septiayu EP, mahasiswi FK USU semester VI, sedang melakukan penelitian tentang Gambaran Pengetahuan Ibu-Ibu di Posyandu Kelurahan Polonia Kecamatan Medan Polonia Kota Medan tentang Penggunaan Obat


(1)

juta

CC 3

4 smp ibu RT

<1 juta

3 ora ng ya

apot ik

dema

m ya

obat pilek

media

elektronik ya

tidak menjawa b

tidak menjawa

b isi obat ya

tid

ak Mall

DD 3 8

sma/

smk ibu RT 1 juta-2,5 juta

3 ora ng ya

apot ik

dema m

tid ak

obat dema m

media

elektronik ya ya

tidak menjawa b

cara pengguna

an obat ya ya Swalayan

EE 2 5

sma/

smk ibu RT

<1 juta

2 ora ng ya

war ung

sakit kepala ya

obat dema m

pelayan

kesehatan ya

tidak menjawa b

tidak menjawa

b isi obat ya ya Mall

FF 4 0

sma/

smk ibu RT

<1 juta

2 ora ng ya

war ung

sakit kepala ya

obat dema m

pelayan kesehatan

tidak menjawa

b ya

tidak menjawa

b dosis obat ya tid

ak Swalayan

GG 2 1

sma/

smk ibu RT

<1 juta

1 ora ng

tid ak

apot ik

dema

m ya

antibi

otik lain-lain tidak tidak tidak dosis obat ya ya mall

HH 3

0 sd ibu RT 1 juta-2,5 juta

2 ora ng ya

war ung

sakit kepala

tid ak

obat pilek

media

elektronik ya

tidak menjawa b

tidak menjawa

b dosis obat ya ya Mall

II 4 5

sma/

smk ibu RT

<1 juta

2 ora ng ya

apot ik

sakit kepala

tid ak

obat batuk

pelayan

kesehatan ya

tidak menjawa b

tidak menjawa b

indikasi

obat ya

tid

ak Mall

JJ 3 0

sma/

smk ibu RT

<1 juta

1 ora ng ya

apot

ik batuk tid ak

antibi otik

pelayan kesehatan

tidak menjawa

b ya

tidak menjawa

b dosis obat ya ya

klinik kecantikan

kulit

KK 3

7 smp ibu RT 1 juta-2,5 juta

3 ora ng ya

apot ik

sakit kepala

tid ak

obat pilek

media

elektronik ya

tidak menjawa b

tidak menjawa

b dosis obat ya ya Swalayan

LL 4 3

sma/

smk ibu RT 1 juta-2,5 juta

4 ora ng ya

apot ik

dema m

tid ak

obat dema m

pelayan

kesehatan ya

tidak menjawa b

tidak menjawa

b dosis obat ya tid


(2)

MM 3 2

s1/s 2

pegawai swasta/p egawai negeri

>2,5 juta

3 ora ng ya

apot ik

dema m

tid ak

obat dema m

pelayan kesehatan

tidak menjawa b

tidak menjawa b

tidak menjawa b

indikasi

obat ya ya Mall

NN 2 9

sma/

smk ibu RT 1 juta-2,5 juta

1 ora ng ya

apot ik

dema m

tid ak

obat dema m

media

elektronik ya

tidak menjawa b

tidak menjawa

b dosis obat ya ya Mall

OO 3

0 smp ibu RT 1 juta-2,5 juta

2 ora ng ya

apot ik

dema m

tid ak

obat dema

m lain-lain ya

tidak menjawa b

tidak menjawa

b dosis obat ya ya

klinik kecantikan

kulit

PP 2 7

sma/

smk ibu RT 1 juta-2,5 juta

2 ora ng ya

apot

ik batuk ya

obat batuk

media

elektronik ya

tidak menjawa b

tidak menjawa

b dosis obat ya tid

ak Mall

QQ 2

6 smp ibu RT 1 juta-2,5 juta

2 ora ng ya

apot

ik batuk ya

obat dema m

pelayan kesehatan

tidak menjawa

b ya

tidak menjawa b

cara pengguna

an obat ya ya mall

RR 2 5

sma/

smk ibu RT

<1 juta

2 ora ng ya

apot

ik batuk ya

antibi otik

pelayan kesehatan

tidak menjawa

b ya

tidak menjawa b

cara pengguna an obat ya

tid ak

klinik kecantikan

kulit

SS 2 3

sma/

smk ibu RT 1 juta-2,5 juta

1 ora ng

tid ak

apot ik

dema

m ya

obat pilek

media

elektronik ya

tidak menjawa b

tidak menjawa

b dosis obat ya tid

ak Swalayan

TT 2 5

d2/d 3

pegawai swasta/p egawai negeri

1 juta-2,5 juta

1 ora ng ya

apot

ik batuk ya

obat dema m

media

elektronik ya

tidak menjawa b

tidak menjawa

b dosis obat ya tid ak

klinik kecantikan

kulit

UU 2 2

sma/

smk ibu RT

<1 juta

1 ora ng ya

apot ik

dema m

tid ak

obat dema m

media

elektronik ya ya

tidak menjawa

b dosis obat ya tid

ak Swalayan

VV 4 s1/s pegawai >2,5 2 ya apot pilek ya obat media ya tidak tidak cara ya

tid


(3)

0 2 swasta/p egawai negeri

juta ora ng

ik pilek elektronik pengguna

an obat

WW 3 6

sma/

smk ibu RT

<1 juta

3 ora ng ya

apot ik

sakit kepala

tid ak

obat batuk

pelayan

kesehatan ya

tidak menjawa b

tidak menjawa

b dosis obat ya tid

ak Mall

XX 3

4 sd ibu RT

<1 juta

2 ora ng ya

war

ung pilek tid ak

obat batuk

media

elektronik ya

tidak menjawa b

tidak menjawa b

indikasi

obat ya

tid ak

klinik kecantikan

kulit

YY 3

0 sd ibu RT

<1 juta

3 ora ng ya

apot ik

sakit kepala

tid ak

obat dema m

pelayan

kesehatan ya

tidak menjawa b

tidak menjawa

b dosis obat ya ya mall

ZZ 3

8 smp ibu RT 1 juta-2,5 juta

2 ora ng ya

apot ik

dema

m ya

obat pilek

media

elektronik ya

tidak menjawa b

tidak menjawa

b dosis obat ya tid

ak Mall

AAA 4

0 sd ibu RT

<1 juta

3 ora ng ya

war ung

sakit kepala ya

obat dema m

pelayan

kesehatan ya

tidak menjawa b

tidak menjawa b

cara pengguna an obat ya

tid

ak Mall

BBB 2

6 smp ibu RT

<1 juta

1 ora ng ya

war ung

sakit kepala ya

obat dema m

media

elektronik ya

tidak menjawa b

tidak menjawa b

indikasi

obat ya

tid ak

klinik kecantikan

kulit

CCC 2

1 sd ibu RT 1 juta-2,5 juta

2 ora ng ya

apot ik

dema

m ya

obat pilek

media

elektronik ya

tidak menjawa b

tidak menjawa b

cara pengguna

an obat ya ya Mall

DDD 4 0

s1/s 2

pegawai swasta/p egawai negeri

<1 juta

2 ora ng

tid ak

apot

ik batuk tid ak

obat dema m

pelayan

kesehatan ya

tidak menjawa b

tidak menjawa

b dosis obat ya ya Mall

EEE 3 6

sma/

smk ibu RT 1 juta-2,5 juta

2 ora ng ya

apot ik

sakit kepala ya

obat dema m

pelayan

kesehatan ya

tidak menjawa b

tidak menjawa

b dosis obat ya tid ak

klinik kecantikan

kulit

FFF 3 sd ibu RT <1 1 ya war batuk ya obat pelayan ya tidak tidak cara ya

tid


(4)

1 juta ora ng

ung dema

m

kesehatan menjawa

b

menjawa b

pengguna an obat

GGG 5 0 sd

pegawai swasta/p egawai negeri

<1 juta

3 ora ng ya

apot

ik batuk ya

obat dema m

media

elektronik ya ya

tidak menjawa b

cara pengguna an obat ya

tid

ak mall

HHH 4

1 smp ibu RT

<1 juta

5 ora ng ya

apot ik

dema

m ya

obat batuk

pelayan kesehatan

tidak menjawa b

tidak menjawa b

tidak menjawa

b dosis obat ya tid

ak Mall

III 3 5

sma/ smk

pegawai swasta/p egawai negeri

<1 juta

1 ora ng ya

apot ik

dema m

tid ak

obat dema m

pelayan

kesehatan ya

tidak menjawa b

tidak menjawa

b dosis obat ya tid

ak Swalayan

JJJ 2 9

sma/

smk ibu RT

<1 juta

3 ora ng ya

war ung

sakit kepala ya

obat dema m

pelayan

kesehatan ya

tidak menjawa b

tidak menjawa

b dosis obat ya ya Swalayan

KKK 3

5 smp ibu RT

<1 juta

3 ora ng ya

war

ung batuk ya

obat dema m

pelayan

kesehatan ya

tidak menjawa b

tidak menjawa

b dosis obat ya tid

ak Mall

LLL 3 2

sma/

smk ibu RT

<1 juta

2 ora ng

tid ak

apot ik

sakit kepala

tid ak

obat dema m

pelayan

kesehatan ya

tidak menjawa b

tidak menjawa

b dosis obat ya ya Swalayan

MMM 2

4 smp ibu RT

<1 juta

1 ora ng ya

war

ung batuk ya

antibi otik

pelayan

kesehatan tidak tidak tidak

cara pengguna an obat ya

tid ak

klinik kecantikan

kulit

NNN 4 0

sma/

smk ibu RT 1 juta-2,5 juta

5 ora ng

tid ak

apot

ik batuk tid ak

obat batuk

pelayan

kesehatan ya

tidak menjawa b

tidak menjawa

b dosis obat ya ya Mall

OOO 3 5

sma/

smk ibu RT

<1 juta

4 ora ng ya

war ung

dema

m ya

obat batuk

pelayan

kesehatan ya tidak tidak

cara pengguna

an obat ya ya Mall

PPP 4 0

sma/

smk ibu RT

<1 juta

4 ora ng ya

war ung

dema

m ya

obat dema m

media

elektronik ya tidak tidak dosis obat ya tid ak

klinik kecantikan


(5)

QQQ 3 4

sma/

smk ibu RT 1 juta-2,5 juta

6 ora ng

tid ak

apot ik

dema m

tid ak

obat dema m

pelayan

kesehatan ya

tidak menjawa b

tidak menjawa

b dosis obat ya tid

ak Mall

RRR 3

2 smp ibu RT

<1 juta

3 ora ng ya

apot

ik batuk ya

obat batuk

pelayan

kesehatan ya tidak ya dosis obat ya ya Mall

SSS 3 0

sma/

smk ibu RT

<1 juta

2 ora ng ya

war

ung pilek tid ak

obat pilek

media

elektronik ya

tidak menjawa b

tidak menjawa

b dosis obat ya tid ak

Klinik kecantikan

kulit

TTT 3 3

sma/

smk ibu RT

<1 juta

4 ora ng ya

war

ung batuk tid ak

obat batuk

media

elektronik ya

tidak menjawa b

tidak menjawa


(6)

Lampiran 8

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama

: Nidhya Septiayu Eka Putri

Tempat/Tanggal Lahir : Tebing Tinggi/05 September 1988

Agama

: Islam

Alamat : Jl. Karya Wisata Komplek Villa Prima Indah Blok B

No. 47 Medan

Riwayat Pendidikan : 1. TK Tadika Puri Medan (1993-1994)

2. SD Al-azhar Medan (1994-2000)

3. SMP Al-azhar Medan (2000-2003)

4. SMA Negeri 2 Medan (2003-2006)

Riwayat Pelatihan : -