Aspek Fisika Gill, 2004 Indikasi Terapi Oksigen Hiperbarik

2.3.2 Sejarah Terapi Oksigen Hiperbarik

Terapi hiperbarik pertama kali dicatat pada tahun 1662, ketika Dr. Henshaw dari Inggris membuat RUBT untuk pertama kalinya. Sejak itu, penggunaan RUBT ini banyak menghasilkan manfaat dalam mengobati penyakit. Pada tahun 1879, penggunaan terapi hiperbarik dalam operasi mulai dilakukan. Pada tahun 1921 Dr. J. Cunningham mulai mengemukakan teori dasar tentang penggunaan oksigen hiperbarik untuk mengobati keadaan hipoksia. Tetapi usahanya mengalami kegagalan. Tahun 1930 penelitian tentang penggunaan oksigen hiperbarik mulai terarah dan mendalam. Sekitar tahun 1960an Dr. Borrema memaparkan hasil penelitiannya tentang penggunaan oksigen hiperbarik yang larut secara fisik di dalam cairan darah sehingga dapat memberi hidup pada keadaan tanpa Hb yang disebut life without blood. Hasil penelitiannya tentang pengobatan gas gangren dengan oksigen hiperbarik membuat Dr. Borrema dikenal sebagai Bapak RUBT. Sejak saat itu, terapi oksigen hiperbarik berkembang pesat dan terus berlanjut sampai sekarang Riyadi, 2013.

2.3.3 Aspek Fisika Gill, 2004

Dasar dari terapi oksigen hiperbarik terletak pada hukum gas ideal yaitu : a. Hukum Boyle menyatakan bahwa pada suhu konstan, tekanan dan volume gas berbanding terbalik. P 1 V 1 = P 2 V 2 Ini adalah dasar untuk banyak aspek terapi hiperbarik, termasuk sedikit peningkatan suhu chamber selama pengobatan dan fenomena yang dikenal sebagai squeeze memeras, yang terjadi ketika tuba eustachius yang tersumbat menghambat equalisasi tekanan gas sehingga kompresi gas memberikan rasa nyeri di telinga tengah. Pada pasien yang tidak bisa secara independen melakukan ekualisasi tekanan, penempatan tabung tympanostomy harus dipertimbangkan untuk menyediakan saluran rongga udara 12 antara telinga luar dan dalam. Demikian pula, gas yang terperangkap dapat membesar dan membahayakan selama dekompresi, seperti dalam contoh langka yaitu pneumotoraks yang terjadi selama pemberian tekanan. b. Hukum Dalton menyatakan bahwa tekanan suatu campuran gas sama dengan jumlah tekanan parsial masing-masing gas. P = P 1 + P 2 + P 3 + ….. c. Hukum Henry menyatakan bahwa jumlah gas terlarut dalam cairan berbanding lurus dengan tekanan parsial gas tersebut pada temperatur tetap. d. Hukum Charles menyatakan bahwa pada volume tetap, temperatur suatu gas berbanding lurus dengan tekanannya. P V T = K

2.3.4 Efek Fisiologis

Pada oksigen hiperbarik, tekanan yang diberikan lebih besar dari tekanan atmosfer di atas permukaan laut 1 atm = 14.7 psi, 1 kgcm 2 , 101.3 kPa, 760 torr atau 760 mmHg. Pada tekanan 1 atm, konsentrasi oksigen dalam plasma darah yaitu sebesar 0.3 mLdL . Dalam keadaan istirahat, jaringan akan mengambil 5-6 mL oksigen per desiliter darah bila perfusi normal. Pemberian 100 oksigen dalam tekanan yang normobaric akan meningkatkan oksigen yang terlarut dalam darah hingga 1.5 mLdL, dan bila diberikan pada tekanan 3 atm, maka oksigen terlarut akan menjadi kurang lebih 6 mLdL, sehingga akan lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan sel tanpa memerlukan keterlibatan dari haemoglobin. Adanya oksigen yang terlarut ini, maka oksigen akan teralirkan ke daerah yang tidak dapat dijangkau oleh eritrosit, dan dapat menyebabkan terjadinya oksigenasi jaringan meskipun tanpa pengangkutan Hb dengan oksigen, seperti pada keadaan keracunan karbon monoksida dan anemia yang parah Emi Latham, 2014. HBO meningkatkan terbentuknya oksigen bebas radikal yang dapat mengoksidasi protein dan membran lipid, menghancurkan DNA dan menghambat fungsi metabolik bakteri. HBO efektif dalam melawan bakteri 13 anaerob dan membantu system oksigen dependent peroxidase dimana terjadi peranan leukosit yang membunuh bakteri. HBO juga meningkatkan transport dari antibiotic yang oxygen dependent melewati dinding sel bakteri Gill 2004. HBO meningkatkan penyembuhan luka dengan cara meningkatkan gradient oksigen di sepanjang tepi luka yang iskemik, dan membantu peningkatan terbentuknya kolagen yang diperlukan dalam proses angiogenesis Gill, 2004. Beberapa efek terapi hiperbarik oksigen pada tubuh antara lain:

1. Angiogenesis. Terapi HBO dapat menstimulasi pertumbuhan dari

kapiler-kapiler pada jaringan yang hipoksia sehingga dapat meningkatkan kecepatan penyembuhan luka.

2. Hiperoksigenasi. Terapi HBO dapat meningkatkan kadar oksigen

karena oksigen dapat diangkut melalui plasma.

3. Osteogenesis. Terapi HBO dapat menstimulasi produksi dari sel-sel

tulang baru.

4. Microbiological. Dengan kadar oksigen tinggi dapat membunuh

bakteri, terutama yang bersifat anaerob.

5. Imunologi. Terapi HBO dapat meningkatkan kemampuan dari fungsi

fagositosis dan sel-sel natural killer.

6. Menurunkan inflamasi. Terapi HBO dapat menurunkan mediator-

mediator inflamasi.

7. Vasokonstriksi. Terapi HBO dapat meyebabkan penyempitan dari

lumen pembuluh darah sehingga mengurangi oedema.

8. Reduksi gelembung udara. Terapi HBO dengan tekanan tinggi

dapat menyebabkan penurunan volume dari gelembung udara termasuk gelembung nitrogen pada DCS.

9. Perbaikan jaringan. Terapi HBO dapat meningkatkan kecepatan

perbaikan jaringan.

2.3.5 Indikasi Terapi Oksigen Hiperbarik

14 Indikasi mutlak terapi oksigen hiperbarik adalah Riyadi, 2013: 1. Emboli gas 2. Decompression sickness 3. Keracunan gas karbon monoksida Indikasi terapi HBO yang diterima secara universal:  Kondisi akut terapi HBO harus diberikan sedini mungkin dikombinasi dengan terapi konvensional: 1. Ulkus yang tidak mengalami penyembuhan, luka bermasalah, cangkok kulit yang mengalami reaksi penolakan. 2. Crush injury, sindrom kompartemen dan penyakit iskemi traumatik akut yang lain. 3. Gas gangreninfeksi clostridium. 4. Infeksi jaringan lunak yang necrotizing jaringan subkutan, otot, fascia 5. Thermal burn 6. Anemia parah 7. Abses intrakranial 8. Post-anoxic encephalopathy 9. Luka bakar 10. Tuli mendadak 11. Iskemik okuler patologik 12. Emboli udara atau gas terapi kuratif lini utama pengobatan 13. Penyakit dekompresi terapi kuratif lini utama pengobatan 15 14. Keracunan karbon monoksida dan inhalasi asap terapi kuratif lini utama pengobatan  Kondisi kronis 1. Ulkus yang tidak mengalami penyembuhan luka bermasalah diabetes vena dll 2. Kerusakan jaringan akibat radiasi 3. Cangkok kulit dan flap yang mengalami reaksi penolakanrejection 4. Osteomyelitis kronis refrakter.

2.3.6 Kontraindikasi Terapi Oksigen Hiperbarik