Implementasi Hukum Terhadap Perjanjian Penyedia Jasa Pekerja Yang Dilakukan PT. PLN (Persero) Dengan PT. SENTRA (Studi Pada PT. PLN (Persero) Wil. Area Binjai).

IMPLEMENTASI HUKUM TERHADAP PERJANJIAN PENYEDIA JASA PEKERJA YANG DILAKUKAN PT. PLN (Persero) DENGAN PT. SENTRA (Studi Pada PT. PLN (Persero) Wil. Area Binjai)
SKRIPSI
Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
Oleh
TIESA SALEH 100200122
DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA (BW)
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2014
Universitas Sumatera Utara

IMPLEMENTASI HUKUM TERHADAP PERJANJIAN PENYEDIA JASA PEKERJA YANG DILAKUKAN PT. PLN (Persero) DENGAN PT. SENTRA (Studi Pada PT. PLN (Persero) Wil. Area Binjai)
Oleh
TIESA SALEH 100200122
DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA (BW)
Disetujui Oleh

Dr. H. Hasim Purba, SH., M.Hum NIP. 196603031985081001

Dosen Pembimbing I

Dosen Pembimbing II


Dr. Edy Ikhsan, SH., M.A NIP. 196302161988031002

Zulkifli Sembiring, SH., M.Hum NIP:196101181988031010

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2014

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
Perusahaan penyedia jasa pekerja sendiri merupakan wadah pencarian tenaga kerja yang akan dipekerjakan dalam suatu perusahaan sebagai karyawan lepas/buruh kontrak. Dari perusahaan penyedia jasa pekerjalah didapat pekerja sesuai dengan yang dibutuhkan perusahaan untuk dapat menjalankan suatu pekerjaan tertentu yang berguna untuk melancarkan jalannya suatu perusahaan. Permasalahan yang penulis angkat dalam skripsi ini yaitu bagaimanakah Bentuk Penyedia Tenaga Kerja dalam perjanjian PT.PLN dengan PT.SENTRA, hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Perjanjian PT. PLN (Persero) dan PT. SENTRA, dan bagaimanakah Akibat Hukum dan Mekanisme Penyelesaian Sengketa dalam hal Wanprestasi apabila terjadi permasalahan pada perjanjian dikemudian hari.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yuridis normatif yaitu dengan mengkaji dokumen-dokumen perjanjian yang berbentuk baku dengan menggunakan berbagai tolak ukur dari peraturan-peraturan yang mengatur tentang perjanjian kerja pada umumnya.
Bentuk hubungan kerja dalam pelaksanaan pekerjaan dimaksud, diatur dalam perjanjian kerja secara tertulis antara perusahaan penerima pekerjaan dengan pekerja yang dipekerjakan, yang didasarkan atas Perjanjian Kerja Waktu Tertentu atau Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu, sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Hak dan Kewajiban Pihak Pemborong, Hak Pihak pemborong PT.SENTRA berhak mendapatkan pembayaran sesuai dengan kesepakatan yang telah disepakati. Pihak pemborong juga berhak menentukan pekerja yang akan dipekerjakan akan tetapi tetap sesuai dengan prosedur yang telah disepakati dalam perjanjian. Kewajiban pihak pemborong PT.SENTRA diantaranya menyalurkan segala biaya yang telah diperoleh dari PT.PLN (Persero) dan menyediakan tenaga kerja, Menanggung semua pajak/bea, Melaksanakan Komitmen Integritas Layanan Publik, wajib membuat laporan pelaksanaan pekerjaan. Pekerja berkewajiban menjalankan pekerjaan yang telah ditentukan sebelumnya dalam perjanjian dengan sebaik-baiknya. Hak-hak karyawan telah juga disampaikan dalam perjanjian (draf perjanjian) agar segala hak dan kewajiban pekerja tidak bertentangan dari yang disepakati. Hak dari PT.PLN yaitu memperoleh hasil pekerjaan sesuai dengan yang diperjanjikan. Kewajiban dari PT.PLN yaitu melakukan pembayaran terhadap PT.SENTRA sesuai dengan kesepakatan dalam kontrak. Perjanjian kerja sama yang telah disepakati oleh para pihak harus ditandatangani semua pihak dan dimiliki oleh semua pihak yang termuat dalam perjanjian.
Kata Kunci :Implementasi, Perjanjian, Penyedia Jasa Pekerja
i
Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan rahmat-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul IMPLEMENTASI HUKUM TERHADAP PERJANJIAN PENYEDIA JASA PEKERJA YANG DILAKUKAN PT. PLN (Persero) DENGAN PT. SENTRA (Studi Pada PT. PLN (Persero) Wil. Area Binjai)

Guna memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan di Program Studi S-I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan
Penulis menyadari bahwa yang disajikan dalam penulisan Skripsi ini masih terdapat kekurangan yang harus diperbaiki, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun sehingga dapat menjadi perbaikan di masa akan datang.
Dalam penulisan Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak baik secara moril dan materil, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH., M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara. 2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum, selaku Pembantu Dekan I,
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. 3. Bapak Syafruddin Hasibuan, SH., M.Hum, selaku Pembantu Dekan II,
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
ii Universitas Sumatera Utara

4. Bapak Muhammad Husni, SH., M.Hum, selaku Pembantu Dekan III, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Dr. Hasim Purba, SH., M.Hum selaku Ketua Departemen Hukum Perdata, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
6. Bapak Dr. Edy Ikhsan, SH., M.A selaku dosen pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu sehingga terselesaikan skripsi ini.
7. Bapak Zulkifli Sembiring, SH., M.Hum selaku dosen pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu sehingga terselesaikan skripsi ini.
8. Seluruh staf pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. 9. Kepada kedua orang tua ayahanda dan ibunda tercinta H.Irsal Saleh dan Hj.
Hariati yang telah banyak memberikan dukungan doa dan kasih sayang yang tak pernah putus sampai sekarang. 10. Kepada rekan-rekan mahasiswa/i, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang tidak bisa disebutkan satu persatu. 11. Rekan-rekan diluar kampus yang tidak bisa disebutkan satu persatu
Penulis berharap semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya. Akhirnya penulis mengucapkan banyak terima kasih.
Medan, April 2014 Penulis
TIESA SALEH 100200122
iii Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................................... i KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii DAFTAR ISI ................................................................................................... v BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................... 1 B. Perumusan Masalah .................................................................. 10 C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 10 D. Manfaat Penelitian .................................................................... 10 E. Keaslian Penulisan .................................................................... 11 F. Metode Penelitian ..................................................................... 13 G. Sistematika Penulisan ................................................................ 15 BAB II SEKILAS TENTANG HUKUM PERJANJIAN DAN KONTRAK PENYEDIA JASA PEKERJA DI INDONESIA ............................ 18 A. Rumusan Perjanjian dalam Peraturan dan
Ahli Hukum Perjanjian .............................................................. 18 B. Syarat-syarat sah dan jenis perjanjian yang dikenal dalam
Hukum Perjanjian....................................................................... 21 C. Asas-Asas Hukum dan Berakhirnya Suatu Perjanjian ………… 49 D. Kontrak Penyedia Jasa di Indonesia …………………………… 58 BAB III BENTUK PENYEDIA TENAGA KERJA SERTA HAK DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN PT. PLN (PERSERO) DAN PT. SENTRA..................................................... 63 A. Kontrak Tenaga Kerja dan Bentuk Kontrak PT. Sentra dengan
Pekerja........................................................................................ 63
iv
Universitas Sumatera Utara

B. Sejarah Ikatan Kontrak PT. PLN (Persero) dan PT. Sentra…….. 64 C. Hak dan Kewajiban Para Pihak ……………………………….. 65 D. Objek dan Jangka Waktu Perjanjian …………………………… 69 BAB IV AKIBAT HUKUM DAN MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA DALAM HAL WANPRESTASI .............................. 72 A. Waktu terjadinya Perbuatan Wanprestasi ……………………… 72 B. Konsekuensi Hukum dan Upaya Lain yang dilakukan dalam
Mempertahankan Perjanjian ...................................................... 76 C. Penggunaan Mekanisme ADR………………………………….. 80 D. Potensi Penyelesaian Sengketa Kepengadilan………………….. 86 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN........................................................ 89 A. Kesimpulan …………………………………………………….. 89 B. Saran……………………………………………………………. 94 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
v Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
Perusahaan penyedia jasa pekerja sendiri merupakan wadah pencarian tenaga kerja yang akan dipekerjakan dalam suatu perusahaan sebagai karyawan lepas/buruh kontrak. Dari perusahaan penyedia jasa pekerjalah didapat pekerja sesuai dengan yang dibutuhkan perusahaan untuk dapat menjalankan suatu pekerjaan tertentu yang berguna untuk melancarkan jalannya suatu perusahaan. Permasalahan yang penulis angkat dalam skripsi ini yaitu bagaimanakah Bentuk Penyedia Tenaga Kerja dalam perjanjian PT.PLN dengan PT.SENTRA, hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Perjanjian PT. PLN (Persero) dan PT. SENTRA, dan bagaimanakah Akibat Hukum dan Mekanisme Penyelesaian Sengketa dalam hal Wanprestasi apabila terjadi permasalahan pada perjanjian dikemudian hari.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yuridis normatif yaitu dengan mengkaji dokumen-dokumen perjanjian yang berbentuk baku dengan menggunakan berbagai tolak ukur dari peraturan-peraturan yang mengatur tentang perjanjian kerja pada umumnya.
Bentuk hubungan kerja dalam pelaksanaan pekerjaan dimaksud, diatur dalam perjanjian kerja secara tertulis antara perusahaan penerima pekerjaan dengan pekerja yang dipekerjakan, yang didasarkan atas Perjanjian Kerja Waktu Tertentu atau Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu, sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Hak dan Kewajiban Pihak Pemborong, Hak Pihak pemborong PT.SENTRA berhak mendapatkan pembayaran sesuai dengan kesepakatan yang telah disepakati. Pihak pemborong juga berhak menentukan pekerja yang akan dipekerjakan akan tetapi tetap sesuai dengan prosedur yang telah disepakati dalam perjanjian. Kewajiban pihak pemborong PT.SENTRA diantaranya menyalurkan segala biaya yang telah diperoleh dari PT.PLN (Persero) dan menyediakan tenaga kerja, Menanggung semua pajak/bea, Melaksanakan Komitmen Integritas Layanan Publik, wajib membuat laporan pelaksanaan pekerjaan. Pekerja berkewajiban menjalankan pekerjaan yang telah ditentukan sebelumnya dalam perjanjian dengan sebaik-baiknya. Hak-hak karyawan telah juga disampaikan dalam perjanjian (draf perjanjian) agar segala hak dan kewajiban pekerja tidak bertentangan dari yang disepakati. Hak dari PT.PLN yaitu memperoleh hasil pekerjaan sesuai dengan yang diperjanjikan. Kewajiban dari PT.PLN yaitu melakukan pembayaran terhadap PT.SENTRA sesuai dengan kesepakatan dalam kontrak. Perjanjian kerja sama yang telah disepakati oleh para pihak harus ditandatangani semua pihak dan dimiliki oleh semua pihak yang termuat dalam perjanjian.
Kata Kunci :Implementasi, Perjanjian, Penyedia Jasa Pekerja
i
Universitas Sumatera Utara


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, pemerintah
berusaha menggalakkan pembangunan di segala bidang baik pembangunan fisik maupaun non fisik pembangunan adalah usaha untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu, hasil-hasil pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh rakyat sebagai peningkatan kesejahteraan lahir dan batin secara adil dan merata. Sebaliknya, berhasilnya pembangunan tergantung partisipasi seluruh rakyat, yang berarti pembangunan harus dilaksanakan secara merata oleh segenap lapisan masyarakat.1
Perkembangan ekonomi global, menimbulkan persaingan yang semakin ketat menuntut pelaku usaha melakukan langkah efisiensi dalam segala lini agar perusahaan dapat tetap dan terus eksis dengan ketat harus menimbulkan produk dan atau jasa layanan terbaiknya. Menghadapi kompetisi sebagai akibat semakin diminati kerja lingkungan bisnis, maka perusahaan harus semakin linear dan responsif sehingga selalu mampu menyesuaikan dengan perubahan kerja lingkungan bisnis yang karateristiknya serba cepat dan serba tidak pasti.2
1 Djumialdji, Hukum Bangunan Dasar-Dasar Hukum dan Proyek dan Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: Rineka Cipta, 1996, hal. 1.
2 http;//legalakses.com/2012/08/02/lingkungan-bisnis-perusahaan.httm, diakses pada tanggal 12 Januari 2014
1 Universitas Sumatera Utara

2
Sesuai kondisi tersebut agar dunia usaha dapat tetap dan terus eksis, banyak perusahaan menggunakan tenaga kerja sesuai kebutuhan perusahaan dengan status hubungan kerja berdasarkan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (selanjutnya disebut PKWT) dan atau menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain, yang dikenal dengan istilah outsourcing.
Praktek hubungan kerja dan PKWT dan atau menyerahkan sebagian pelaksana pekerjaan kepada perusahan lain, sudah lama dikenal di Indonesia. Khusus pelaksana outsourcing telah dikenal sejak jaman kolonial Belanda sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1601 b Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya disebut KUH Perdata) bahwa “ Pemborongan Pekerja adalah perjanjian dengan mana pihak yang satu, sipemborong mengikatkan diri untuk menyerahkan suatu pekerjaan bagi pihak yang lain, pihak yang memborong dan menerima suatu harga yang ditetapkan “.
Perusahaan penyedia jasa pekerja sendiri merupakan wadah pencarian tenaga kerja yang akan dipekerjakan dalam suatu perusahaan sebagai karyawan lepas/buruh kontrak. Dari perusahaan penyedia jasa pekerjalah didapat pekerja sesuai dengan yang dibutuhkan perusahaan untuk dapat menjalankan suatu pekerjaan tertentu yang berguna untuk melancarkan jalannya suatu perusahaan. Melalui perusaan penyedia jasa juga didapat terjadinya perjanjian kerja karena perusahaan dalam mencari karyawan melalui perusahaan penyedia jasa pekerja ini. Dewasa ini hampir tidak ada satu orang pun yang bisa melakukan usahanya dengan hanya mengandalkan dirinya sendiri, apalagi jika usaha tergolong skala besar. Ada banyak faktor yang menjadi penyebabnya, antara lain karena
Universitas Sumatera Utara

3
keterbatasan modal, keterbatasan skill, ataupun karena tuntutan perkembangan usaha yang semakin maju. Untuk mengatasi kesulitan tersebut maka berkembanglah apa yang dinamakan kerjasama. Sebagai dasar dari kerjasama tersebut dibutuhkan apa yang disebut dengan perjanjian kerja sama.
Perjanjian kerja memegang peranan penting dan mewujudkan hubungan kerja yang baik dalam praktek sehari-hari, maka perjanjian kerja pada umumnya hanya berlaku bagi pekerja dan pengusaha yang mengadakan perjanjian kerja. Dengan melakukan perjanjian kerja, pengusaha harus mampu memberikan pengarahan atau penempatan kerja sehubungan dengan adanya kewajiban mengusahakan pekerjaan atau menyediakan pekerjaan, yang tidak lain untuk mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia.
Kemampuan atau kecakapan kedua belah pihak yang membuat perjanjian maksudnya pihak pekerja maupun pengusaha cakap membuat perjanjian. Seseorang dipandang cakap membuat perjanjian jika yang bersangkutan telah cukup umur. Selain itu seseorang dikatakan cakap membuat perjanjian jika orang tersebut tidak terganggu jiwanya atau waras.
Hubungan kerja terjadi apabila seseorang (karyawan, pekerja atau pegawai) menyediakan keahlian dan tenaganya untuk orang lain (majikan atau pimpinan) sebagai imbalan pembayaran sejumlah uang. Hubungan kerja tersebut harus dilakukan secara teratur dan terus-menerus, untuk membedakannya dengan keadaan dimana seorang kontraktor bebas mebuat perjanjian hanya untuk suatu

Universitas Sumatera Utara

4
pekerjan tertentu, lama atau singkat, atau sampai suatu pekerjaan tertentu itu diselesaikan.3
Perjanjian pada dasarnya harus memuat pula ketentuan-ketentuan yang berkenaan dengan hubungan kerja yaitu hak dan kewajiban buruh serta hak dan kewajiban majikan. Ketentuan-ketentuan ini dapat pula diterapkan oleh majikan, yaitu peraturan yang secara sepihak diterapkan oleh majikan juga peraturan perusahaan. Peraturan majikan atau peraturan perusahaan ini atau lengkapnya peraturan perburuhan majikan dibuat secara sepihak oleh majikan, sehingga majikan ini pada dasarnya dapat memasukan apa saja yang diinginkannya. Dia juga dapat dengan bebas mencantumkan segala kewajiban yang dibebankan kepada buruh semaksimal mungkin. Hal ini agak membebankan buruh dengan tanggung jawab yang melebihi ketentuan yang seharusnya didapat oleh para pekerja dalam suatu aturan perusahaan.
Melihat praktek yang sering terjadi dan dialami para pekerja bertolak belakang dari perjanjian yang telah disepakati. Dimana banyak sekali hak dan kewajiban yang diberikan perusahaan kepada para pekerja tidak sebagaimana mestinya. Pekerja diberikan beban pekerjaan sebagai tanggung jawab dan kewajibannya yang melebihi dari hak yang akan diperolehnya dari perusahaan. Pada setiap pekerja seharusnya mendapatkan perlindungan atas diri dan haknya selama menjalankan suatu pekerjaan. Hal ini dirasa perlu agar pekerja tidah mendapatkan diskriminasi yang sering terjadi oleh setiap pekerja yang kurang memahami apa pentingnya perlindungan hukum bagi dirinya sendiri. Ini juga
3 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perjanjian, Bandung: Alumni, 2006, hal. 314.
Universitas Sumatera Utara

5
berdampak kepada para perusahaan untuk mengetahui batasan-batasan dalam melaksanakan perjanjian pekerjaan. Dengan adanya perlindungan kerja yang didapat oleh pekerja dan perusahaan yang megetahui juga batasan dalam suatau perjanjian kerja maka hubungan kerja yang dilaksanakan dapat berjalan dengan baik. Dimana perusahaan dan pekerja dapat bekerja sama untuk menjalankan roda perekonomian yang bertujuan untuk kemajuan negara.
Banyaknya perusahaan yang mengalihkan pekerjaan kepada perusahaan penyedia jasa pekerja, dengan status hubungan kerja PKWT, menimbulkan banyak sekali protes dan pertentangan yang terjadi pada pekerja yang mengharapkan dihapuskannya outsourcing. Jika dilihat lebih teliti hal tersebut sangat membantu pemerintah dan pihak-pihak terkait lainnya untuk mengatasi angka pengangguran yang semakin lama akan semakin meningkat. Sehingga untuk menyikapi praktek pelaksanaan PKWT dan outsourcing, maka UndangUndang Ketenagakerjaan (selanjutnya disebut UUK) dalam beberapa Pasal mengatur mengenai PKWT dengan maksud memberi kepastian hukum pekerja dan sebagai acuan untuk menyelesaikan permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan PKWT dan outsourcing.
Memperhatikan banyaknya perusahaan yang menyerahkan sebagaian pekerjaan kepada perusahaan lain, dengan mengunakan status hubungan kerja PKWT, menimbulkan banyak reaksi dari para pekerja yang menuntut agar outsourcing dihapuskan, padahal disisi lain perkembangan sektor perdagangan dan industri dapat sekali membantu pemerintah dan perusahaan yang melakukan PKWT dalam hal mengurangi angka pengangguran yang semakin meningkat dan
Universitas Sumatera Utara

6
dengan hal tersebut mengakibatkan perlindungan terhadap pelaku bisnis dan tenaga kerja sejalan seiring dengan krisis global yang saat ini masih melanda dunia juga dalam negeri yang turut mempengaruhinya.
Pemberlakuan peraturan untuk mempergunakan sistem PKWT ini sendiri merupakan jalan terbaik yang mengatasi sebagian permasalahan ekonomi yang terjadi antara perusahaan dan pekerja. Di mana perusahaan menggunakan sistem PKWT sebagai salah satu cara untuk tetap mempertahankan roda bisnis yang dijalankan diera global yang sering terjadi ketidakstabilan dibidang bisnis. Sehingga para pekerja diharap untuk dapat turut serta mengatasi setiap permasalahan dan selain untuk bisnis hal ini juga berdampak positif kepada para pekerja dimana para pekerja dapat meningkatkan taraf kehidupan yang lebih layak dengan mempergunakan penghasilannya untuk memenuhi kebutuhan.
UUK sebagai dasar hukum diberlakukannya outsourcing (Alih Daya) di Indonesia, membagi outsourcing (alih daya) menjadi dua bagian, yaitu: pemborongan pekerjaan dan penyediaan jasa pekerja/buruh.4
Pasal 66 UUK dinyatakan bahwa: 1. Pekerja/buruh dari perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh tidak boleh

digunakan oleh pemberi kerja untuk melaksanakan kegiatan pokok atau kegiatan yang berhubungan langsung dengan proses produksi, kecuali untuk kegiatan jasa penunjang atau kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi.
4 UU No.13 Tahun 2003, istilah Outsourcing dapat diartikan sebagai pemborongan pekerjaan dan penyediaan tenaga kerja, namun pada rancangan UU Tenaga Kerja yang baru (yang kini sedang dikaji ulang), pengertian Outsourcing tampaknya akan disempitkan menjadi penyediaan jasa pekerja, sementara pemborongan pekerjaan diartikan sebagai sub-kontrak.
Universitas Sumatera Utara

7
2. Penyedia jasa pekerja/buruh untuk kegiatan jasa penunjang atau kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi harus memenuhi syarat sebagai berikut: a. Adanya hubungan kerja antara pekerja/buruh dan perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh; b. Perjanjian kerja yang berlaku dalam hubungan kerja sebagaimana dimaksud dalam huruf a adalah perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 dan/atau perjanjian kerja waktu tidak tertentu yang dibuat secara tertulis dan ditandatangani oleh kedua belah pihak; c. Perlindungan upah dan kesejahteraan, syarat-syarat kerja serta perselisihan yang timbul menjadi tanggung jawab perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh; dan d. Perjanjian antara perusahaan pengguna jasa pekerja/buruh dan perusahaan lain yang bertindak sebagai perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh dibuat secara tertulis dan wajib memuat pasal-pasal sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini.
3. Penyedia jasa pekerja/buruh merupakan bentuk usaha yang berbadan hukum dan memiliki izin dari instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan.
4. Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2) huruf a, huruf b, dan huruf d serta ayat (3) tidak terpenuhi, maka demi hukum status hubungan kerja antara pekerja/buruh dan perusahaan penyedia jasa
Universitas Sumatera Utara

8
pekerja/buruh beralih menjadi hubungan kerja antara pekerja/buruh dan perusahaan pemberi pekerjaan.
Selain diatur di dalam UUK, Outsourcing (Alih Daya) juga diatur dalam Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor Kep.101/Men/VI/2004 Tahun 2004 tentang Tata Cara Perijinan Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja / Buruh dan dalam Inpres No. 3 Tahun 2006 tentang paket Kebijakan Iklim Investasi disebutkan bahwa outsourcing (Alih Daya) sebagai salah satu faktor yang harus diperhatikan dengan serius dalam menarik iklim investasi ke Indonesia. Bentuk keseriusan pemerintah tersebut dengan menugaskan menteri tenaga kerja untuk membuat draft revisi terhadap UUK.
Persaingan dunia usaha yang semakin ketat menuntut para pengusaha melakukan banyak perubahan dalam pengelolaan perusahaan. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar pengelolaan perusahaan dapat menjadi lebih efektif dan efisien, sehingga dapat kompetitif dalam persaingan dunia usaha yang semakin ketat. Salah satu upaya yang ditempuh oleh PT. PLN (Persero) dalam meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat yang dalam hal ini adalah pelayanan jasa maka PT. PLN (Persero) Wil Area Binjai berusaha semaksimal mungkin agar dapat memberikan yang terbaik maka pihak PT. PLN (Persero) Wil Area Binjai Area Pelayanan dan Jaringan Kota Binjai dalam pelaksanaan sebagian pekerjaannya cenderung mempercayakan terhadap pihak ketiga atau dengan kata lain outsourcing. Ada beberapa kegiatan PT. PLN (Persero) Wil Area Binjai didelegasikan kepada pihak lain yaitu mempercayakan kepada PT. Sentra yang
Universitas Sumatera Utara

9
merupakan Perseroan Tebatas yang berkedudukan dan berkantor pusat di jalan Tengku Amir Hamzah No. 48 Binjai, Perseroan ini bergerak di bidang kompetensi elektrikal, elektronika, teknologi Informasi dan komunikasi dengan wilayah pemasaran Sumatera Utara. Adaptasi terhadap perubahan trend yang berkembang, PT. Sentra pada saat ini memfokuskan pengembangan produk pada solusi bisnis berbasis tekhnologi. Beberapa unit bisnis di dalam organisasi PT. Sentra memiliki kompetensi dalam bidang teknologi informasi, Man Power (sumber daya manusia) yang meliputi Pemutusan & Penyambungan, Pembacaan Meter Pelanggan, Customer Service Officer, Call Center dan Tekhnik Kelistrikan diantaranya adalah pembacaan stand meter pelanggan dilingkungan PT. PLN (Persero) dan System Online Payment Point (SOPP). Komitmen untuk meningkatkan mutu produk dan layanan diwujudkan dengan penerapan standarisasi mutu perusahaan ISO 9001-2000.
Setelah melalui evaluasi dan verifikasi terhadap keabsahan kelengkapan persyaratan dokumen sertifikasi, PT. Sentra sejak tahun 2007 merupakan salah satu perusahaan yang terdaftar di PT. PLN (Persero) sebagai perusahaan rekanan, khususnya pada PT. PLN (Persero) Wil Area Binjai
Berdasarkan uraian di atas maka penulis memilih judul Implementasi Hukum Terhadap Perjanjian Penyedia Jasa Pekerja Yang Dilakukan PT. PLN (Persero) Dengan PT. Sentra (Studi Pada PT. PLN (Persero) Wil. Area Binjai)

Universitas Sumatera Utara

10
B. Permasalahan Berdasarkan uraian diatas ada beberapa permasalahan yang dibahas dalam
perjanjian penyedia jasa di bidang tenaga kerja yaitu : 1. Bagaimanakah Bentuk Perjanjian Penyedia Tenaga Kerja dalam Perjanjian PT. PLN dan PT. Sentra? 2. Bagaimanakah Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Perjanjian PT. PLN (Persero) dan PT. Sentra? 3. Bagaimanakah Akibat Hukum dan Mekanisme Penyelesaian Sengketa dalam hal Wanprestasi?
C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah : 1. Untuk mengetahui Bentuk Perjanjian Penyedia Tenaga Kerja dalam Perjanjian PT. PLN dan PT. Sentra 2. Untuk mengetahui Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Perjanjian PT. PLN (Persero) dan PT. Sentra. 3. Untuk mengetahui Akibat Hukum dan Mekanisme Penyelesaian Sengketa dalam hal Wanprestasi
D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian merupakan dampak dari pencapaiannya tujuan.
Manfaat penelitian umumnya dipilah menjadi dua kategori, yaitu teoritis/akademis dan praktis/fragmatis
Universitas Sumatera Utara

11
1. Kegunaan teoritis/akademis terkait dengan kontribusi tertentu dari penyelenggaraan penelitian terhadap perkembangan teori dan ilmu pengetahuan serta dunia akademis, antara lain a. Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu hukum pada umumnya. b. Untuk mengetahui secara konkrit sejauh mana perkembangan mengenai perjanjian pemborongan pekerjaan.
2. Kegunaan praktis/fragmatis berkaitan dengan kontribusi praktis yang diberikan dari penyelenggaraan penelitian terhadap obyek penelitian, baik individu, kelompok, maupun organisasi, antara lain : a. Diharapkan dapat menjadi masukan bagi pembaca, khususnya mengenai perjanjian pemborongan pekerjaan dan agar masyarakat mengetahui proses perjanjian pemborongan pekerjaan yang terjadi antara PT. PLN (Persero) dengan PT. Sentra b. Dengan adanya penelitian ini dapat memberikan tambahan pengetahuan tentang cara membuat perjanjian pemborongan pekerjaan yang baik dan dapat mengetahui mengenai klausula pokok
E. Keaslian Penulisan Keaslian penulisan merupakan suatu tanda bagi penulis bahwa apa yang
dibuat dan dijelaskannya pada tugas akhir ini merupakan suatu hasil karya dan buah pikirannya sendiri. Di mana penulis tidak melihat ataupun mencontoh hasil
Universitas Sumatera Utara

12
skripsi orang lain untuk menjadi sebuah karya yang diakui sebagai hasil karyanya sendiri.
Penulis telah menelusuri seluruh daftar skripsi di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan arsip yang ada di Departemen Hukum Perdata, akan tetapi penulis tidak menemukan adanya kesamaan judul ataupun permasalahan dengan judul dan permasalahan yang penulis angkat yaitu tentang “Implementasi Hukum Terhadap Perjanjian Penyedia Jasa Pekerja Yang Dilakukan Oleh PT.PLN (Persero) Wil. SUMUT Dengan PT.Sentra (Studi Pada PT.PLN (Persero) Wilayah Sumut Area Binjai)”. Oleh karena itu, tulisan ini merupakan buah karya asli penulis yang disusun berdasarkan dengan asas-asas keilmuan yang jujur, rasional dan ilmiah.

Adapun judul yang ada di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara antara lain :
1. Pratama Bagus Onto Nim 070200265 dengan judul Aspek Hukum Perjanjian Kerjasama antara Perusahaan Pengguna Jasa Pekerja dan Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja (Studi Penelitian di PT. Gunung Garuda Group)
2. Sherly Nim 030200126 dengan judul Pertanggungjawaban Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja Buruh PPJP/B dalam penempatan Karyawan pada PT. Pusri Medan Dengan demikian, dapat penulis simpulkan bahwa skripsi yang penulis
susun ini merupakan karya asli penulis dan tidak meniru dari kepunyaan orang lain. Penulis berani bertanggung jawab apabila ditemukan adanya kesamaan judul
Universitas Sumatera Utara

13
dan permasalahan skripsi penulis dengan skripsi yang sebelumnya yang terdapat di perpustakaan Departemen Hukum Perdata.
F. Metode Penulisan 1. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yuridis normatif.5 Penelitian yuridis normatif dipergunakan untuk mengkaji dokumen–dokumen perjanjian yang berbentuk baku dengan menggunakan tolak ukur asas kebebasan berkontrak, asas konsensualisme, maupun asas itikad baik dan kepatutan yang dapat di simpulkan dari pasal–pasal mengenai perjanjian yang terkait, serta peraturan–peraturan yang mengatur tentang perjanjian kerja antara PT. PLN (Persero) dan PT. Sentra. 2. Pendekatan penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis-empiris. Pendekatan yuridis digunakan untuk menganalisis berbagai peraturan perundang-undangan terkait dengan perjanjian perjanjian pengadaan barang dan jasa. Sedangkan pendekatan empiris digunakan untuk menganalisis hukum yang dilihat sebagai prilaku masyarakat yang berpola dalam kehidupan masyarakat yang selalu berinteraksi dan berhubungan dalam aspek kemasyarakatan.6 3. Spesifikasi penelitan
Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai pada penelitian ini, maka hasil penelitian ini nantinya akan bersifat deskriptif analitis yaitu memaparkan,
5 Soejono Soekamto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 2006, hal. 7 6 Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999, hal. 36.
Universitas Sumatera Utara

14
menggambarkan atau mengungkapkan pelaksanaan perjanjian pengadaan barang dan jasa. Hal tersebut kemudian dibahas atau dianalisis menurut ilmu dan teoriteori atau pendapat peneliti sendiri, dan terakhir menyimpulkannya.7 4. Jenis dan sumber data
Jenis data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah berupa aturan aturan hukum, fakta-fakta yang terdapat dalam suatu perjanjian dan pendapat para ahli yang berkaitan dengan masalah yang di teliti. Jenis data yang di pergunakan adalah data sekunder yaitu sejumlah data yang diperoleh melalui studi pustaka dengan mencari dan mengumpulkan data yang relevan serta membaca buku atau literatur yang berkaitan dengan penelitian ini. Peraturan perundang-undangan, serta dokumen-dokumen resmi yang meliputi perjanjian kerja dengan ketentuan tenaga outsourcing yang berhubungan dengan obyek yang akan di teliti. 5. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang di gunakan untuk memperoleh data sekunder adalah dengan cara studi kepustakaan dan kajian dokumen.
Untuk melengkapi penelitian ini agar mempunyai tujuan yang jelas dan terarah serta dapat dipertanggung jawabkan sebagai salah satu hasil Karya Ilmiah, maka metode yang digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan untuk mendukung antara lain : a. Library Research atau penelitian kepustakaan

Mengadakan penelitian terhadap data-data yang diperoleh dari buku-buku literatur, catatan kuliah, kliping, majalah-majalah ilmiah yang ada kaitannya
7 Ibid., hal 27
Universitas Sumatera Utara

15

dengan skripsi ini dan KUHPerdata sebagai sumber dalam hukum perjanjian yang digunakan sebagai rujukan dalam pembahasan skripsi ini untuk memperkuat dalil dan fakta penelitian. b. Field Research atau penelitian lapangan
Pengumpulan data melalui riset dilakukan dengan melakukan wawancara kepada Rita Angraini selaku Assisten Bidang Administrasi PT. PLN (Persero) Wil. Sumut Area Binjai yang ada kaitannya dengan pembahasan skripsi ini. 6. Analisis data
Analisis data yang digunakan adalah metode analisa deskriptif dengan teknik induksi, hal ini dilakukan terhadap data yang sifatnya data sekunder yang diperoleh melalui kajian kepustakaan. Teknik induksi digunakan untuk menganalisis data primer maupun data sekunder yang berbentuk dokumen perjanjian. Data yang telah diperoleh kemudian dikumpulkan yang selanjutnya diolah dan dianalisis dengan menggunakan teknik editing yaitu memeriksa data yang telah diperoleh untuk menjamin apakah dapat dipertanggung jawabkan.

G. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penulisan skripsi ini agar permasalahan yang diangkat

dengan pembahasan skripsi sesuai, maka diperlukan adanya sistematika penulisan

yang teratur yang saling berkaitan satu sama lain. Tiap bab terdiri dari setiap sub

bab dengan maksud untuk mempermudah dalam hal-hal yang dibahas dalam


skripsi ini. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah :

BAB I

PENDAHULUAN

Universitas Sumatera Utara

16

BAB II BAB III BAB IV

Pendahuluan merupakan pengantar. Didalamnya termuat mengenai gambaran umum tentang penulisan skripsi yang terdiri dari latar belakang penulisan skripsi, perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, keaslian penulisan, metode penelitian dan sistematika penulisan. SEKILAS TENTANG HUKUM PERJANJIAN DAN KONTRAK PENYEDIA JASA PEKERJA DI INDONESIA. Didalam bab ini penulis mencoba menjelaskan rumusan perjanjian dalam peraturan dan ahli hukum perjanjian, syarat-syarat sah dan jenis-jenis penjanjian yang dikenal dalam hukum perjanjian, asasasas hukum dan berakhirnya suatu perjanjian serta kontrak penyedia jasa pekerja di Indonesia BENTUK PERJANJIAN PENYEDIA TENAGA KERJA SERTA HAK DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN PT. PLN (Persero) dan PT. SENTRA. Dalam bab ini penulis membahas mengenai kontrak tenaga kerja dan Bentuk Kontrak antara PT. PLN (Persero) dan PT. Sentra, Sejarah Ikatan Kontrak PT. PLN (Persero) dan PT. Sentra, Hak dan Kewajiban para Pihak, Objek dan Jangka Waktu Perjanjian AKIBAT HUKUM DAN MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA DALAM HAL WANPRESTASI Dalam bab ini terlebih dahulu akan dijelaskan mengenai waktu terjadinya perbuatan wanprestasi, konsekuensi hukum dan upaya

Universitas Sumatera Utara

17

BAB V


lain yang dilakukan dalam mempertahankan perjanjian, penggunaan mekanisme ADR (alternative dispute resolution), potensi penyelesaian sengketa kepengadilan. KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan bagian terakhir dari penulisan skripsi ini. Bab ini berisi kesimpulan dari permasalahan pokok dari keseluruhan isi. Kesimpulan bukan merupakan rangkuman ataupun ikhtisar. Saran merupakan upaya yang diusulkan agar hal-hal yang dikemukakan dalam pembahasan permasalahan dapat lebih berhasil guna berdaya guna.

Universitas Sumatera Utara

BAB II
SEKILAS TENTANG HUKUM PERJANJIAN DAN KONTRAK PENYEDIA JASA PEKERJA DI INDONESIA
A. Rumusan Perjanjian dalam Peraturan dan Ahli Hukum Perjanjian. Menurut ketentuan Pasal 1313 KUHPerdata Perjanjian didefinisikan
sebagai:“perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih” Jika diperhatikan dengan seksama, rumusan yang dinyatakan dalam Pasal 1313 KUHPerdata tersebut ternyata menegaskan kembali bahwa perjanjian mengakibatkan seseorang mengikatkan dirinya dengan orang lain.8 Karena itu suatu perjanjian akan lebih luas juga tegas artinya, jika pengertian mengenai perjanjian tersebut diartikan sebagai suatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih saling mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal dalam lapangan harta kekayaan.9
KUHPerdata tidak memberikan rumusan, definisi maupun istilah “perikatan”. Diawali dengan ketentuan Pasal 1233 dinyatakan bahwa “Tiap-tiap perikatan dilahirkan baik karena persetujian, baik karena undang-undang”, ditegaskan bahwa setiap kewajiban perdata dapat terjadi karena dikehendaki oleh pihak-pihak yang terikat dalam perikatan yang secara singkat dibuat oleh mereka, ataupun karena ditentukan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan demikian berarti perikatan adalah hubungan hukum antara dua atau lebih
8 Kartini Muljadi & Gunawan Widjaja (2), Perikatan Yang Lahir dari Perjanjian, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2003, hal 92
9 Abdul khadir Muhammad, Op.cit hal 78 18
Universitas Sumatera Utara

19
orang/pihak dalam bidang/lapangan harta kekayaan yang melahirkan kewajiban pada salah satu pihakdalam hubungan hukum tersebut.10 Dari rumusan yang diberikan di atas dapat diketahui bahwa suatu perikatan, sekurangnya membawa serta didalamnya empat unsur yaitu :11
1. Bahwa perikatan itu adalah suatu hubungan hukum. 2. Hubungan hukum tersebut melibatkan dua atau lebih orang (Pihak). 3. Hubungan hukum tersebut adalah hubungan hukum dalam lapangan
hukum harta kekayaan. 4. Hubungan hukum tersebut melahirkan kewajiban pada salah satu pihak
dalam perikatan. Bila diperhatikan dengan seksama rumusan yang diberikan dalam Pasal 1234 KUHPerdata, dimana dinyatakan bahwa “tiap perikatan adalah untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu”, maka dapat kita dibahwa KUHPerdata sangat menekankan pada kewajiban pemenuhan perikatan, yang dikelompokan menjadi tiga macam, yaitu dalam bentuk kewajiban untuk memberikan sesuatu, melakukan sesuatu dan atau untuk tidak melakukan sesuatu.12
Perjanjian atau verbintenis mengandung pengertian yaitu suatu hubungan Hukum Kekayaan/harta benda antara dua orang atau lebih, yang memberikan kekuatan hak pada satu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus

10 Ibid, hal. 17 11 Ibid 12 Ibid., hal. 19

Universitas Sumatera Utara

20
mewajibkan pada pihak lain untuk menunaikan prestasi.13 Dari pengertian singkat di atas dijumpai didalamnya beberapa unsur yang memeberikan wujud pengertian perjanjian, antara lain hubungan hukum (rechtbetrekking) yang menyangkut hukum kekayaan antara dua orang (person) atau lebih yang memberikan hak pada satu pihak dan kewajiban pada pihak lain tentang suatu prestasi.14 Dengan demikian, perjanjian/verbintenis adalah Hubungan Hukum/ rechtsbetrekking yang oleh hukum itu sendiri diatur dan disahkan cara perhubungannya. Oleh karena itu perjanjian yang mengandung Hubungan Hukum perorangan/person adalah hal-hal yang terletak dan berada dalam lingkungan hukum.15
Menurut J.Satrio perbedaan pengertian dari perikatan dengan perjanjian, dengan memberikan definisi dari perikatan sebagai berikut :
Suatu perikatan adalah suatu perhubungan hukum antara dua orang atau dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntutsesuatu hal dari pihak lain, dan pihak yang berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu.16
Istilah lain yang sering dipersamakan dengan perjanjian menurut Lawrence M Friedman adalah kontrak. Hukum kontrak merupakan terjemahan dari bahasa inggris, yaitu contract of law. Hukum kontrak adalah perangkat hukum yang hanya mengatur aspek tertentu dari pasar dan mengatur jenis perjanjian tertentu.17
13 Kartini Muljadi & Gunawan Widjaja (1), Perikatan Pada Umumnya, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003, hal. 16
14 M.Yahya Harahap,Segi-segi Hukum Perjanjian, Bandung: Alumni, 1986, hal.6. 15 Ibid , hal.6 16 J.Satrio, Hukum Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1995, hal 7 17 Lawrence M Friedman, dalam Salim H.S, Hukum Kontrak Teori dan Ternik, Jakarta: Sinar Grafika, 2003, hal 3
Universitas Sumatera Utara

21
Selain J. Satrio dan Lawrence M Friedman, ada beberapa sarjana yang memberikan rumusan tentang definisi perjanjian, antara lain :
Menurut R. Subekti : “Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu”18 Beliau juga menyatakan “bahwa suatu perjanjian juga dinamakan persetujuan, karena dua pihak setuju untuk melakukan sesuatu. Dapat juga dikatakan bahwa dua perkataan (perjanjian dan persetujuan) itu adalah sama artinya”19. Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa suatu persetujuan dan perjanjian mempunyai pengertian yang sama, yaitu sama-sama memberikan keterikatan kepada para pihak agar janji yang telah disepakati dapat dilaksanakan bagi para pihak. Pengertian perjanjian menurut Tirtodiningrat yang dikutip oleh Mariam Darus, perjanjian adalah suatu perbuatan hukum berdasarkan kata sepakat di antara dua orang atau lebih untuk menimbulkan akibat-akibat hukum yang diperkenankan oleh undang-undang.20
B. Syarat-Syarat Sah dan Jenis Perjanjian yang Dikenal dalam Hukum Perikatan 1. Syarat-syarat sah suatu perjanjian
Pada suatu perjanjian dapat dilihat apakah suatu perjanjian dapat dikatakan sah atau tidak dengan melihat syarat-syarat yang terlebih dahulu oleh
18 R. Subekti (1), Hukum Perjanjian, Jakarta: Intermasa, 1990, hal. 29 19 Ibid, hal.12 20 Mariam Darus Badrulzaman, Kompilasi Hukum Perikatan, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001, hal. 6
Universitas Sumatera Utara

22
KUHPerdata telah diatur. Dalam KUHPerdata syarat-syarat sahnya suatu perjanjian dalam Pasal 1320 KUHPerdata dinyatakan bahwa:
“Untuk sahnya perjanjian-perjanjian, diperlukan empat syarat: a. Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya. b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan. c. Suatu pokok persoalan tertentu. d. Suatu sebab yang tidak terlarang.” Pasal 1320 ini, merupakan Pasal yang sangat populer karena menerangkan
tentang syarat yang harus dipenuhi untuk lahirnya suatu perjanjian. Syarat tersebut baik mengenai pihak yang membuat perjanjian maupun syarat mengenai perjanjian itu sendiri (isi perjanjian).
Kesepakatan yang dimaksud dalam Pasal ini adalah persesuaian kehendak antara para pihak, yaitu bertemunya antara penawaran dan penerimaan. Kesepakatan ini dapat dicapai dengan berbagai cara, baik dengan tertulis maupun secara tidak tertulis. Dikatakan tidak tertulis, bukan lisan karena perjanjian dapat saja terjadi dengan cara tidak tertulis dan juga tidal lisan, tetapi bahkan hanya dengan menggunakan simbol-simbol atau dengan cara lainnya yang tidak secara lisan.21
Kecakapan adalah kemampuan menurut hukum untuk melakukan perbuatan hukum (perjanjian). Pada pasal 1329 KUH Perdata dinyatakan bahwa “setiap orang adalah cakap untuk membuat perikatan-perikatan, jika ia oleh
21 Ahmadi Miru, & Sakka Pati, Hukum Perikatan Penjelasan makna Pasal 1233 sampai 1456 BW, Jakarta: Rajawali Pers, 2008, hal.68
Universitas Sumatera Utara

23
undang-undang dinyatakan tak cakap”. Pada pasal 330 KUHPerdata dinyatakan Pasal 1330 dinyatakan bahwa yang tak cakap membuat persetujuan :
1) Anak yang belum dewasa 2) Orang yang dibawa pengampuan 3) Perempuan yang telah kawin dalam hal-hal yang ditentukan undang-
undang dan pada umumnya semua orang yang oleh undang-undang dilarang untuk membuat persetujuan tertentu (telah dicabut dengan Surat Edaran Mahkamah Agung No.3 tahun 1963) Khusus untuk orang yang menikah sebelum usia 21 tahun tersebut, tetap dianggap cakap walaupun dia bercerai sebelum menginjak usia 21 tahun. Jadi, janda atau duda tetap dianggap cakap walaupun usianya belum mencapai 21 tahun.22 Walaupun ukuran kecakapan didasarkan pada usia 21 tahun atau sudah menikah, tidak semua orang yang telah mencapai usia 21 tahun dan telah menikah secara otomatis dapat dikatakan cakap menurut hukum karena ada kemungkinan orang yang telah mencapai usia 21 tahun atau telah menikah tetapi tetap dianggap tidak cakap karena berada dibawah pengampuan, misalnya karena gila atau bahkan karena boros. Syarat ketiga untuk sahnya perjanjian ini menerangkan tentang harusnya adanya objek perjanjian yang jelas. Jadi suatu perjanjian tidak bisa dilakukan tanpa objek tertentu. Jadi tidak bisa seseorang menjual “sesuatu” (tidak tertentu)

22Ibid

Universitas Sumatera Utara

24
dengan harga seribu rupiah misalnya karena kata sesuatu itu tidak menunjukkan hal tertentu, tetapi hal yang tidak tertentu.23
Syarat keempat mengenai suatu sebab yang halal, ini juga merupakan syarat tentang isi perjanjian. Kata halal ini bukan bermaksud untuk memperlawankan dengan kata haram dalam hukum Islam, tetapi yang dimaksudkan disini adalah bahwa isi perjanjian tersebut tidak dapat bertentangan dengan undang-undang kesusilaan dan ketertiban.24
Dari keempat syarat di atas yang telah diatur oleh KUHPerdata kemudian dalam doktrin ilmu hukum yang berkembang, digolongkan ke dalam:25
a) Dua unsur pokok yang menyangkut subyek (pihak) yang mengadakan perjanjian(unsur subyektif), dan
b) Dua unsur pokok lainnya yang berhubungan langsung dengan obyek perjanjian (unsur obyektif).
Unsur subyektif mencakup adanya unsur kesepakatan secara bebas dari para pihak yang berjanji, dan kecakapan dari pihak-pihak yang melaksanakan perjanjian. Sedangkan unsur obyektif meliputi keberadaan dari pokok persoalan yang merupakan obyek yang diperjanjikan, dan klausa dari obyek yang berupa prestasi yang disepakati untuk dilaksakan tersebut haruslah sesuatu yang tidak dilarang atau diperkenankan menurut hukum. Seperti pada pasal 1446 KUHPerdata dinyatakan bahwa “semua perikatan yang dibuat oleh orang-orang yang ditaruh dibawah pengampuan, adalah batal demi hukum, dan atas penuntutan yang dimajukan oleh atau dari pihak mereka, harus dinyatakan batal, semata-mata
23 Ibid, hal.69 24 Ibid 25 Kartini Muljadi & Gunawan Widjaja (2), Op.cit, hal.93
Universitas Sumatera Utara

25
atas dasar kebelumdewasaan atau pengampuannya. Perikatan-perikatan yang dibuat oleh orang-orang perempuan yang bersuami dan oleh orang-orang belum dewasa yang telah mendapat suatu pernyataan persamaan dengan orang dewasa hanyalah batal demi hukum, sekadar perikatan-perikatan tersebut melampaui kekuasaan mereka”. Tidak terpenuhinya salah satu unsur dari ke empat unsur tersebut menyebabkan cacat dalam perjanjian, dan perjanjian tersebut diancam dengan kebatalan, baik dalam bentuk dapat dibatalkan (jika tedapat pelanggaran terhadap untur subyektif), maupun batal demi hukum (dalam hal tidak terpenuhinya unsur obyektif) dengan pengertian bahwa perikatan yang lahir dari perjanjian tersebut tidak dapat dipaksa pelaksanaannya. ad. a) Syarat Subyektif
Seperti telah dikatakan diatas bahwa syarat subyektif sahnya perjanjian, digantungkan pada dua macam keadaan:26 (1.) Kesepakatan Bebas.
Kesepakatan bebas antara para pihak diantara para pihak ini pada prinsipnya adalah pengejawatahan dari asas konsensualitas. Jika dibaca dan perhatikan dengan seksama ketentuan yang diatur dalam Pasal 1321 hingga Pasal 1328 KUHPerdata, maka tidak akan menemukan pengertian, definisi atau makna dari kesepakatan bebas. Menurut ketentuan yang diatur oleh KUHPerdata tersebut, dapat dikatakan bahwa pada dasarnya kesepakatan bebas dapat terjadi ketika pada saat perjanjian dibuat oleh para pihak, kecuali dapat dibuktikan bahwa kesepakatan tersebut terjadi karena adanya kekhilafan, paksaan maupun penipuan,
26 Ibid, hal.94
Universitas Sumatera Utara

26
sebagaimana ditentukan pada Pasal 1321 KUHPerdata, dinyatakan bahwa: Tiada suatu perjanjian pun mempunyai kekuatan jika diberikan karena kekhilafan atau diperoleh dengan paksaan atau penipu. Sebelum masuk membahas mengenai kekhilafan, penipuan dan paksaan, akan di bahas terlebih dahulu pengertian kesepakatan, bagaimana kesepakatan dapat terwujud dan kapan suatu kesepakatan dianggap telah terjadi.
Kesepakatan dalam perjanjian merupakan perwujudan dari kehendak dua atau lebih pihak dalam perjanjian mengenai apa yang mereka kehendaki untuk dilaksakan, dan siapa yang harus melaksanakannya. Pada dasarnya sebelum para pihak sampai pada kesepaktan mengenai hak-hak tersebut, maka salah satu atau lebih pihak dalam perjanjian tersebut akan menyampaikan terlebih dahulu suatu bentuk pernyataan mengenai apa yang dikehendaki para pihak dengan segala macam persyaratan yang mungkin dan diperkenankan oleh hukum untuk disepakati oleh para pihak. Pernyataan yang disampaikan tersebut dikenal dengan nama “penawaran”.27 Penawaran diartikan sebagai suatu usul untuk menutup perjanjian yang diajukan kepda pihak lawan janjinya, usul tersebut telah dirumuskan sedemikian rupa sehingga penerimaan usul itu langsung menimbulkan perjanjian.28
Dalam perjanjian konsensuil, KUHPerdata menentukan bahwa segera setelah terjadi kesepakatan, maka lahirlah perjanjian, pada saat yang bersamaan
27 Kartini Muljadi & Gunawan Widjaja (2), Op.cit, hal 96 28 Ibid, hal 98
Universitas Sumatera Utara

27
juga menerbitkan perikatan diantara para pihak yang telah sepakat dan berjanji tersebut.29
Menutup suatu perjanjian adalah suatu tindakan hukum, dan arena kehendaknya ditujukan kepada timbulnya suatu akibat hukum tertentu (sesuatu yang dikehendaki). Tetapi apa yang sebenarnya dikehendaki oleh satu pihak tidak diketahui oleh pihak lain. Kehendak seseorang baru dapat diketahui oleh pihak lain, kalau kehendak tersebut dinyatakan. Jadi untuk itu perlu adanya pernyataan kehendak.30 Pernyataan kehendak tersebut harus merupakan pernyataan, bahwa ia menghendaki timbulnya hubungan hukum.
Cara mengutarakan kehendak yang bisa bermacam-macam, ada lima cara pernyataan