Aspek Yuridis Terhadap Hubungan PT. PLN (PERSERO) Wil. Sumut Dengan CV. YAPINDO (Sebagai Supplier Komponen Listrik)

(1)

ASPEK YURIDIS TERHADAP HUBUNGAN PT. PLN (PERSERO)

WIL. SUMUT DENGAN CV. YAPINDO (Sebagai Supplier Komponen

Listrik)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum

OLEH

HELIOS AT THAARIQ 050200300

Departemen Huku m Perdata

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Medan 2010


(2)

ASPEK YURIDIS TERHADAP HUBUNGAN PT. PLN (PERSERO)

WIL. SUMUT DENGAN CV. YAPINDO (Sebagai Supplier Komponen

Listrik)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum

OLEH

HELIOS AT THAARIQ 050200300

Departemen Hukum Perdata

Disetujui oleh :

KETUA DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN

PROF. DR. TAN KAMELO, S.H, MS NIP : 196204211988031004

Pembimbing I Pembimbing II

MARIA KABAN, S.H, M.Hum H. M. SIDDIK, S.H, M.Hum NIP : 196012251987032001 NIP : 131568378


(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana atas rahmat dan hidayahnya-Nya saya dapat menyelesaikan dan menyempurnakan Skripsi ini. Shalawat beriring salam kehariban Nabi Muhmmad SAW yang telah menuntun kita dari alam kebodohan menuju alam yang penuh ilmu pengetahuan.

Skripsi ini berjudul ” ASPEK YURIDIS TERHADAP HUBUNGAN PT. PLN (PERSERO) WIL. SUMUT DENGAN CV. YAPINDO (Sebagai Supplier Komponen Listrik)” yang disusun untuk melengkapi tugas-tugas dan syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum.

Dalam kesempatan ini saya ingin mengucapkan rasa syukur dan ucapan terima kasih atas bimbingan, jasa dan dukungan yang diberikan kepada saya dalam penyelesaian dan penyempurnaan skripsi ini oleh :

1. Allah SWT yang memberikan nafas kehidupan dan kesehatan sehingga saya dapat menuntut ilmu sampai saat ini.

2. Orang tua saya tercinta: Ayah saya Ir. H. Suparyono dan Ibu saya Hj. Hasmayetti S.H, M.Hum yang telah mengasuh, membimbing, serta mendidik saya. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat umur, kesehatan dn rezeki. Amin. 3. Kakak kandung saya: Pertiwi At Thaariq dan adik kandung saya Keumala At

Thaariq.


(4)

5. Bapak Pembantu Dekan I Fakultas Hukum USU Prof. Dr Suhaidi, SH, M.Hum dan bapak Pembantu Dekan II Fakultas Hukum USU Syafruddin Hasibuan, SH, MH, DFM.

6. Bapak Pembantu Dekan III Fakultas Hukum USU M. Husni, SH, M. Hum 7. Ibu MARIA KABAN, S.H, M.Hum sebagai Dosen Pembimbing I yang telah

membimbing saya dan memberikan kemudahan dalam penyelesaian skripsi ini. 8. Bapak H. M. SIDDIK, S.H, M.Hum sebagai Dosen Pembimbing II yang telah

membimbing saya dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Dosen Wali saya: Bapak Sutiarnoto, SH, M.Hum yang telah memberikan arahan, dukungan, motivasi serta bimbingannya selama di bangku perkuliahan.

10.Para Petugas Fakultas Hukum USU baik di bagian Administrasi dan bagian lain yang ada di kampus antara lain: Bg. Anto, Kak Yani, Kak Dila, Bg Muliyono, dll.

11.My Best Friends :

A. Ahmad Almaududy Amri “My Mate” yang selalu siap membantu kapanpun diperlukan bantuan. Teman yang selalu mendukung, membantu, memotivasi serta menasehati saya agar selalu semangat dan “Keep Confidence” dalam menjalani hidup dan meraih cita-cita. Teman yang selalu membantu saya baik dikuliah dan organisasi. Semoga Allah SWT memberikan ganjaran yang setimpal, rahmat serta kebaikan, kepada diri dan keluarganya. Friends Forever! Amin.

B. Zulkifli Siregar “The First Frend” teman yang pertama kali saya kenal on My Campus yang selalu membantu dan mendukung saya khususnya


(5)

support materil. Teman yang baik, ramah dan suka menolong, kapan pun diperlukan pertolongannya akan siap membantu semoga Allah SWT memberikan ganjaran yang setimpal, rahmat, serta kebaikan kepada diri dan keluarganya. Friends Forever! Amin.

C. Diki Elnanda Caniago, “Good Frends” yang mendukung dan membantu saya baik di kuliah dan organisasi. Terimakasih atas dukungan serta nasehatnya. Mudah-mudahan Allah selalu memberikan Rahmat dan Kebaikan kepada diri dan keluarganya. Friends Forever! Amin.

D. Angrek yang Ceria, Irma yang Energik, Yana yang Cool, Etek Nova yang “noisy”, Maya yang Kalem, Tyas, Ririn, Rini. They are Good Frends.

Frend yang selalu bersama semenjak semester satu di grup D sampe klinis pun bersama. Teman yang membantu dan mendukung baik di kuliah dan organisasi. Friends Forever!

12.Teman-teman 7 Flowers FH : Mutia, Amel, Tri, Ocha, Grace, Lola, Mulfa.

Friends Forever!

13.Kawan-Kawan Organisasi : Amelia Herlina, Suci Rahmadani, M. Reza, Sudirman Naibaho, M.Firnanda, Ahmad Parlindungan, dll yang telah mendukung dan membantu saya dalam organisasi baik BTM Aladdinsyah, SH dan HMI FH-USU.

14.Teman-teman stambuk 2005 yang sama-sama berjuang untuk meraih gelar Sarjana Huku m.


(6)

16.Para Junior stambuk 2006, stambuk 2007, dan adik-adik ospek saya stambuk 2008, semoga dapat dijadikan contoh agar lebih rajin kuliah dan belajar dan lebih mendekatkan dirinya kepada para senior.

Saya berharap agar kiranya skripsi ini dapat memberikan manfaat baik bagi saya maupun bagi para pembaca. Disamping itu, saya juga menyadari bahwa tulisan ini masih belum sempurna sehingga kritik dan saran yang menbangun dari para pembaca sangat diharapkan untuk penyempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, saya mohon maaf yang sebesar – besarnya apabila terdapat kesalahan – kesalahan di dalam skripsi ini, karena sebagai manusia biasa pasti tak luput dari kesalahan seperti pepatah “tak ada gading yang tak retak”, sehingga sudi kiranya pembaca memaafkan kesalahan – kesalahan yang terdapat di dalamnya.

Medan, Februari 2010 Hormat Saya,


(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

ABSTRAKSI ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penulisan... 1

B. Perumusan masalah... 3

C. Tujuan dan manfaat penulisan... 4

D. Keaslian penulisan... 5

E. Tinjauan kepustakaan... 6

F. Metode penulisan... 6

G. Sistematika penulisan... 9

BAB II TINJAUAN UMUM DALAM HUBUNGAN PT. PLN (Persero) WIL.SUMUT DENGAN CV YAPINDO (SEBAGAI SUPPLIER KOMPONEN LISTRIK) A. Sekilas Hubungan PT. PLN (PERSERO) WIL. SUMUT Dengan CV. YAPINDO ...………... 11

B. Latar Belakang Hubungan Kerja PT. PLN (PERSERO) WIL. SUMUT Dengan CV. YAPINDO... 12


(8)

C. Efektifitas Kerja yang Diperoleh Dari Hubungan PT. PLN (PERSERO) WIL. SUMUT Dengan CV. YAPINDO... 19 D. Para Pihak Yang Tersangkut Dalam Hubungan Pengadaan

Komponen Listrik ...……… 20

BAB III TINJAUAN TERHADAP PENGADAAN KOMPONEN LISTRIK

A. Mekanisme Pengadaan Komponen Listrik……… 30 B. Hubungan Para Pihak yang Terkait Dalam Pengadaan

Komponen Listrik...…………...……. 45 C. Syarat – Syarat yang Ditetapkan Dalam Pengadaan

Komponen Listrik ...……….. 47

BAB IV ASPEK YURIDIS TERHADAP HUBUNGAN PT. PLN (PERSERO)

WIL. SUMUT DENGAN CV. YAPINDO (Sebagai Supplier Komponen Listrik)

A. Lahirnya Perjanjian Yang Berasal Dari Kontrak Kerja Antara PT. PLN (Persero) dengan CV. YAPINDO (perusahaan

pensuplai komponen listrik) ……….. 63 B. Hak dan Kewajiban Masing – Masing pihak Dalam Perjanjian

Kerja Sama ... 74 C. Akibat Hukum yang Timbul Apabila Salah Satu Pihak


(9)

D. Proses Penyelesaian Apabila Salah Satu Pihak

Wanprestasi ……….. 87

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan... 90 B. Saran... 91

DAFTAR PUSTAKA……… 93


(10)

ABSTRAKSI

Aristoteles, seorang filsuf Yunani menyatakan bahwa manusia adalah zoon politicon, yang artinya manusia sebagai makhluk pada dasarnya selalu ingi bergaul dan berkumpul denan sesama manusia lainnya. Oleh karena itu, manusia tidak dapat hidup sendiri untuk memenuhi kebutuhannya tanpa bantuan manusia lain. Hal ini tentunya tidak hanya berlaku bagi individu (orang-perorangan), tetapi juga berlaku bagi Badan Usaha, sebagaimana hubungan antara PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara dengan CV. YAPINDO dalam hal pemenuhan komponen listrik. Dalam proses pemenuhan kebutuhan inilah timbul hubungan antar kedua Badan Usaha tersebut.

Hubungan hukum antara PT. PLN (Persero) wilayah Sumatera Utara dengan CV. YAPINDO diwujudkan dalam suatu kontrak kerja yang bersumber dari kesepakatan kedua belah pihak. Namun, walaupun demikian, tidak dapat dipungkiri salah satu atau kedua belah pihak tidak dapat memenuhi kewajibannya (wanprestasi). Hal inilah yang menjadi pokok permasalahan yang akan dianalisa dalam penelitian ini, yaitu bagaimana hak dan kewajiban kedua belah pihak, serta bagaimana proses penyelesaiannya apabila salah satu atau kedua belah pihak terkait melakukan wan prestasi.

Adapun metode yang dipergunakan untuk menyelesaikan permasalah tersebut adalah dengan menggunakan metode penelitian kepustakaan (Library Research)

terhadap data-data yang berhubungan dengan permasalahan tersebut dan penelitian lapangan (Field Research) di PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara.

Melalui penelitian ini dapat diketahui bahwa prosedur penyelesaian yang ditempuh oleh kedua belah pihak ketika terjadi wanprestasi sesuai dengan yang ditentukan dalam Keppres Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang /Jasa Pemerintah. Namun, masih perlu diperhatikan penerapan teori sama nilai (Equivalent Theory), agar tercipta kontrak yang seimbang antar kedua belah pihak.


(11)

ABSTRAKSI

Aristoteles, seorang filsuf Yunani menyatakan bahwa manusia adalah zoon politicon, yang artinya manusia sebagai makhluk pada dasarnya selalu ingi bergaul dan berkumpul denan sesama manusia lainnya. Oleh karena itu, manusia tidak dapat hidup sendiri untuk memenuhi kebutuhannya tanpa bantuan manusia lain. Hal ini tentunya tidak hanya berlaku bagi individu (orang-perorangan), tetapi juga berlaku bagi Badan Usaha, sebagaimana hubungan antara PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara dengan CV. YAPINDO dalam hal pemenuhan komponen listrik. Dalam proses pemenuhan kebutuhan inilah timbul hubungan antar kedua Badan Usaha tersebut.

Hubungan hukum antara PT. PLN (Persero) wilayah Sumatera Utara dengan CV. YAPINDO diwujudkan dalam suatu kontrak kerja yang bersumber dari kesepakatan kedua belah pihak. Namun, walaupun demikian, tidak dapat dipungkiri salah satu atau kedua belah pihak tidak dapat memenuhi kewajibannya (wanprestasi). Hal inilah yang menjadi pokok permasalahan yang akan dianalisa dalam penelitian ini, yaitu bagaimana hak dan kewajiban kedua belah pihak, serta bagaimana proses penyelesaiannya apabila salah satu atau kedua belah pihak terkait melakukan wan prestasi.

Adapun metode yang dipergunakan untuk menyelesaikan permasalah tersebut adalah dengan menggunakan metode penelitian kepustakaan (Library Research)

terhadap data-data yang berhubungan dengan permasalahan tersebut dan penelitian lapangan (Field Research) di PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara.

Melalui penelitian ini dapat diketahui bahwa prosedur penyelesaian yang ditempuh oleh kedua belah pihak ketika terjadi wanprestasi sesuai dengan yang ditentukan dalam Keppres Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang /Jasa Pemerintah. Namun, masih perlu diperhatikan penerapan teori sama nilai (Equivalent Theory), agar tercipta kontrak yang seimbang antar kedua belah pihak.


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya di dalam diri manusia itu terdapat hasrat untuk berkumpul dengan sesamanya dalam suatu kelompok dan hasrat untuk bermasyarakat.

Menurut kodrat alam, manusia dimana-mana dan pada zaman apapun juga selalu hidup bersama, hidup berkelompok- kelompok sekurang-kurangnya kehidupan bersama itu terdiri dari dua orang, suami istri ataupun ibu dan anaknya. Sejak manusia itu ada, sudah ada hasrat untuk berkumpul dengan sesamanya dalam suatu kelompok yaitu hasrat untuk bermasyarakat.

Aristoteltes, seorang ahli fikir yunani menyatakan dalam ajarannya bahwa manusia adalah zoon politicon, yang artinya bahwa manusia itu sebagai makhluk yang pada dasarnya selalu ingin bergaul dan berkumpul dengan sesama manusia lainnya. Oleh karena sifat manusia itu yang suka bergaul antara satu dengan yg lainnya, maka manusia itu disebut sebagai makhluk sosial.1

Dalam hidup bermasyarakat ini yang penting adalah sesama manusia itu ada kerja sama yang positif, sehingga kerja sama itu secara konkrit dapat membawa

Manusia sebagai individu bisa saja mempunyai sifat untuk hidup menyendiri, tetapi manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup menyendiri melainkan ia harus hidup bermasyarakat, sebab manusia itu lahir, hidup, dan meninggal didalam masyarakat.

1


(13)

keuntungan yang besar artinya bagi kehidupan mereka masing-masing sebagai anggota masyarakat tersebut.

Kerja sama secara positif adalah dalam mengejar kehidupan yang layak sebagai manusia, mereka masing-masing tidak boleh mengganggu tetapi harus saling membantu. Sebagai individu, manusia tidak dapat hidup untuk mencapai segala sesuatu yang diinginkannya dengan mudah, tanpa bantuan orang lain atau harus adanya kontak diantara individu dengan individu antara satu sama lainnya agar dapat memenuhi segala kebutuhan mereka. Oleh karena manusia itu saling mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang tidak dapat diwujudkannya seorang diri tanpa bantuan dari manusia lainnya maka untuk itu mereka harus hidup bermasyarakat. Sedangkan kebutuhan-kebutuhan tersebu beraneka ragam bentuknya sesuai dengan kepentingan masing-masing.

Setiap persoalan yang muncul ditengah-tengah kehidupan masyarakat, haruslah ada suatu ketentuan hukum yang mengatur dan mengikuti perkembangan persoalan tersebut. Hal ini menambah kemungkinan untuk lebih terjalinnya suatu kehidupan yang lebih baik, teratur, terlebih-lebih lagi pada suatu negara yang berlandaskan kepada hukum. Didalam hidup bermasyarakat, manusia itu selalu mengadakan hubungan dengan sesamanya demi tercapainya kebutuhan yang mereka harapkan sehari-hari.

Demikian juga halnya dengan PT. PLN (PERSERO) Wilayah Sumatera Utara sebagai Badan Hukum buatan manusia selalu bekerja sama dengan badan hukum lain (pihak ketiga) seperti kepada pemborong-pemborong, perusahaan-perusahaan penagih listrik, dan perusahaan-perusahaan pensuplai komponen listrik.

Sehubungan dengan skripsi ini penulis memaparkan hubungan kerja sama PT. PLN (PERSERO) WIL. SUMUT dengan sebuah perusahaan pensuplai komponen listrik


(14)

yaitu CV. YAPINDO yang bertempat di Medan. Kerja sama itu terjadi didahului oleh adanya suatu perjanjian atau kontrak yang diadakan oleh kedua belah pihak tersebut. Kedua belah pihak bekerja sama dalam suatu perjanjian dalam hal pengadaan LBS Manual (Vacum/Gas) 3Phasas 27 KV, 630 A OD untuk kebutuhan (Basket II) penurunan saidi dan Saifi semester I TA 2008 Cabang Rantau Prapat.

Konsekuensi yang timbul atas kerja sama kedua belah pihak dalam bentuk perjanjian adalah adanya hak dan kewajiban diantara mereka. Selain itu juga mengakibatkan timbulnya akibat hukum dari hubungan tersebut. Misalnya, bila salah satu pihak melakukan wanprestasi atas perjanjian atau kerja sama yang telah dibuat maka akan ada konsekuensi hukum bagi pihak yang melakukan wanprestasi tersebut.

B. Perumusan Masalah

Dari hubungan kerja sama PT. PLN (PERSERO) WIL. SUMUT dengan sebuah perusahaan pensuplai komponen listrik yaitu CV. YAPINDO yang bertempat di Medan. Yang menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Lahirnya Perjanjian yang Berasasl Dari Kontrak Kerja Antara PT. PLN (Persero) dengan CV. YAPINDO ?

2. Bagaimana Hak dan Kewajiban Masing – Masing Pihak Dalam Perjanjian Kerja Sama tersebut ?

3. Bagaimana Akibat Hukum yang Timbul Apabila Salah Satu Pihak Wanprestasi ?

4. Bagaimana Proses Penyelesaian Apabila Salah Satu Pihak Melakukan Wanprestasi ?


(15)

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Tujuan tulisan ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana lahirnya perjanjian yang berasasl dari kontrak kerja antara PT. PLN (Persero) dengan CV. YAPINDO.

2. Untuk mengetahui bagaimana hak dan kewajiban masing – masing pihak dalam perjanjian kerja sama tersebut.

3. Untuk mengetahui bagaimana akibat hukum yang timbul apabila salah satu pihak wanprestasi.

4. Untuk mengetahui bagaimana proses penyelesaian apabila salah satu pihak melakukan wanprestasi.

Manfaat yang diperoleh dari penulisan ilmiah ini adalah: 1. Secara Teoritis

Pembahasan mengenai Aspek Yuridis Hubungan PT. PLN (PERSERO) Wilayah SUMUT dengan CV. YAPINDO sebagai Supplier Komponen Listrik adalah untuk memberikan informasi dan pengetahuan tentang hubungan serta akibat hukum yang timbul dari kerja sama yang dibuat oleh kedua belah pihak tersebut.


(16)

2. Secara Praktis

Pembahasasn ini dapat menjadi informasi dan pengetahuan bagi masyarakat bahwa dalam suatu kerja sama atau perjanjian akan menimbulkan suatu hubungan dan akibat secara hukum antara para pihak yang membuatnya.

D. Keaslian Penulisan

Aspek Yuridis Hubungan PT. PLN (PERSERO) Wilayah SUMUT dengan CV. YAPINDO sebagai Perusahaan Supplier Komponen Listrik” yang diangkat menjadi judul skripsi ini belum pernah dibahas dan ditulis oleh mahasiswa lain di Fakultas Hukum USU. Sejauh pengamatan dan sepengetahuan penulis tentang permasalahan yang menjadi penelitian dalam skripsi ini belum pernah mendapat dan melihat kesamaan masalah yang ada pada penulisan skripsi ini dengan skripsi yang sudah ada sebelumnya, sehingga penulis berkeinginan membahas sesuai judul diatas beserta permasalahannya oleh karena itu maka penulisan ini adalah asli.

Kalaupun ada pendapat dan kutipan lain yang berkaitan dengan/ berhubungan dengan tulisan ini, semata-mata adalah faktor pendukung dan pelengkap dalam usaha penyusunan dan menyelesaikan skripsi ini, karena hal tersebut sangat dibutuhkan dalam penyempurnaan skripsi ini.

E. Tinjauan Kepustakaan

Aspek berarti segi pandangan (terhadap sesuatu hal, peristiwa dan sebagainya).2

2

Kamus Besar Bahasas Indonesia edisi ketiga , Balai Pustaka, Pusat Bahasas Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, 2005.


(17)

Arti kata Yuridis di dalam Kamus Besar Bahasas Indonesia edisi ketiga tahun 2005 berarti yang identik dengan hukum yang berarti peraturan yang dibuat oleh suatu kekuasasan adat yang dianggap berlaku oleh dan untuk orang banyak.

Menurut E. Utrecht, SH, mengartikan “hukum” sebagai himpunan petunjuk hidup (perintah-perintah dan larangan-larangan) yang mengatur tata tertib dalam masyarakat dan seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat yang bersangkutan oleh karena pelanggaran petunjuk hidup tersebut dapat menimbulkan tindakan dari pemerintah masyarakat itu.3

1. Tipe Penelitian

F . M e t o d e P e n e l i t i a n

a. Penelitian kepustakaan (Library Research)

Yaitu dengan melakukan penelitian tentang literatur yang telah diseleksi terlebih dahulu guna mendapatkan bahan – bahan yang bersifat teoritis ilimiah yang digunakan sebagai rujukan dalam pembahasasn skripsi ini untuk memperkuat dalil dan fakta penelitian. hukum yang digunakan dalam penelitian ini meliputi bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum primer terdiri dari peraturan perUndang-Undangan dan produk hukum lainnya, diantaranya seperti Undang – Undang (UU), Peraturan Pemerintah (PP), Keputusan Mentri (Kepmen). Sedangkan bahan hukum sekunder adalah semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen resmi yaitu: buku – buku teks,

3


(18)

makalah, Kamus Umum Bahasa Indonesia, maupun artikel - artikel ilmiah tentang hukum yang terkait dengan permasalahan yang akan dibahas.

b. Penelitian lapangan (Field Reserach)

Yaitu penelitian yang penulis lakukan untuk memperoleh data dengan cara terjun langsung ke lapangan yang menjadi objek dalam penelitian ini. Dalam hal ini penulis melakukan riset di PT. PLN (PERSERO) WIL.SUMUT.

2. Jenis Data

Bahan atau data yang dicari berupa data yang terdiri dari :

a. Bahan/sumber hukum primer berupa peraturan perUndang – Undangan berupa KUHPerdata dan Undang-Undang yang berkaitan dengan penulisan skripsi,

b. Bahan/sumber hukum sekunder berupa bahan acuan lainnya yang berisikan informasi tentang bahan primer berupa tulisan/buku yang berkaitan dengan Hukum Perdata.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian akan dilakukan di PT. PLN (PERSERO) WIL. SUMUT.

4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh suatu kebenaran ilmiah dalam penulisan skripsi maka digunakan metode pengumpulan data dengan cara : Studi Kepustakaan yaitu


(19)

mempelajari dan menganalisa secara sistematis buku-buku yang berhubungan dengan masalah skripsi ini, artikel-artikel dari majalah dan surat kabar, karya-karya ilmiah, bahan-bahan seminar, Undang-Undang/ peraturan-peraturan, bahan-bahan dari internet dan bahan-bahan pustaka lainnya yang berhubungan dengan materi yang dibahas dalam skripsi ini.

5. Teknik Analisa Data

Metode yang dipergunakan untuk menganalisis data adalah analisis kualitatif, yaitu data yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis dan selanjutnya dianalisis secara kualitatif untuk mencapai kejelasasn masalah yang akan dibahas dan hasilnya tersebut dituangkan dalam bentuk skripsi.

G. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan memahami materi skripsi ini dalam upaya ke arah pemahaman masalah, penulis menguraikan secara garis besar sistematikanya yang bertujuan agar tidak terjadi kesimpangsiuran pemikiran/ penafsiran dalam menguraikan lebih lanjut. Pada bagian ini penulis membuat ringkasasn garis besar dari lima BAB, yang dimulai dengan kata pengantar dan dilanjutkan dengan daftar isi.


(20)

Setiap BAB akan terdiri dari beberapa sub BAB yang akan mendukung keutuhan topik dari setiap BAB.

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menerangkan tentang landasasn dan dasar pemikiran, baik mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi ini.

BAB II TINJAUAN UMUM DALAM HUBUNGAN PT. PLN (Persero)

WIL.SUMUT DENGAN CV YAPINDO (SEBAGAI SUPPLIER KOMPONEN LISTRIK)

Bab ini membahas tentang sekilas hubungan PT. PLN (Persero) Wil. Sumut dengan CV Yapindo, latar belakang hubungan PT. PLN (Persero) Wil. Sumut dengan CV Yapindo, efektivitas kerja yang diperoleh dari hubungan PT. PLN (Persero) Wil. Sumut dengan CV Yapindo, para pihak yang tersangkut dalam hubungan pengadaan komponen listrik.

BAB III TINJAUAN TERHADAP PENGADAAN KOMPONEN LISTRIK

Bab ini akan membahas tentang mekanisme pengadaan komponen listrik, hubungan para pihak yang terkait dalam pengadaan komponen listrik, syarat-syarat yang ditetapkan dalam pengadaan komponen listrik.

BAB IV ASPEK YURIDIS TERHADAP HUBUNGAN PT. PLN (Persero)

WIL.SUMUT DENGAN CV. YAPINDO (SEBAGAI SUPPLIER KOMPONEN LISTRIK)


(21)

Bab ini membahas tentang lahirnya perjanjian yang berasasl dari kontrak kerja antara PT. PLN (Persero) Wil. Sumut dengan CV Yapindo (sebagai supplier komponen listrik), hak dan kewajiban masing-masing pihak dalam perjanjian kerja sama, akibat hukum yang timbul apabila salah satu pihak wanprestasi, proses penyelesaian apabila salah satu pihak wanprestasi.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan bab terakhir dari skripsi ini yang mengemukakan mengenai hal-hal yang sangat penting untuk diketahui dari permasalahan yang ada dalam skripsi ini. Kesimpulan dan saran yang menjadi pokok-pokok pikiran, berdasarkan atas uraian-uraian yang telah dikemukakan dalam skripsi sebelumnya.


(22)

BAB II

TINJAUAN UMUM DALAM HUBUNGAN PT. PLN (PERSERO) WIL. SUMUT DENGAN CV. YAPINDO (Sebagai Supplier Komponen Listrik)

A. Sekilas Hubungan PT. PLN (PERSERO) WIL. SUMUT Dengan CV.

YAPINDO

Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup secara menyendiri,bagaimanapun juga manusia harus hidup dalam bermasyarakat.

Sama halnya dengan PT. PLN (PERSERO) sebagai badan hukum buatan manusia selalu bekerja sama dengan badan hukum lain (pihak ketiga) seperti kepada pemborong – pemborong, perusahaan- perusahaan penagih seperti koperasi-koperasi dan bank – bank. Kerja sama itu terjadi didahului oleh adanya suatu perjanjian dan sebagai konsekuensinya timbullah hak dan kewajiban diantara mereka.

Kerja sama itu dilakukan untuk mencapai tingkat efisiensi yang maksimum dan pelayanan yang semakin baik kepada masyarakat, dan dalam perjanjian kerja sama itu dimuat ketentuan – ketentuan atau peraturan yang harus dilakukan oleh kedua belah pihak agar tercapai pelaksanaan sistem kerja yang lebih efisien dan saling menguntungkan untuk meningkatkan pengawasasn dan peningkatkan pelayanan terhadap pelanggan sesuai dengan tujuan perusahaan.


(23)

B. Latar Belakang Hubungan Kerja PT. PLN (PERSERO) WIL. SUMUT Dengan CV. YAPINDO

Sebelum penulis menguraikan hal – hal yang menjadi latar belakang hubungan PT. PLN (Persero) dengan perusahaan pensuplai komponen listrik terlebih dahulu penulis menguraikan secara singkat sejarah PLN.

Perusahaan listrik pertama berdiri di Indonesia pada tahun 1893 di wilayah Batavia (sekarang Jakarta) kemudian disusul berturut – turut di Surabaya, Medan, Palembang, Makassar (Ujung Pandang) dan Ambon. Listrik pertama kali dikenal di Sumatera Utara pada tahun 1923 dengan dibangunnya PLTD oleh NV Nederlandsche Indische Gas dan Electrisiteit Maatschappij (NIGEM kemudian jadi OGEM) di pinggiran kota Medan di Jl. Listrik No. 8/12, pertapakan kantor PLN cabang Medan sekarang.

Tetapi organisasi kelistrikan yang secara tegas mencakup Sumatera Utara baru ada setelah 3 Oktober 1953 sesuai dengan keputusan Presiden No. 163 yang menasionalisasi NV OGEM, kemudian diubah menjadi PLN distribusi cabang Sumatera Utara di Jl. Batu Gingging, Medan yang mencakup Sumatera Timur, Tapanuli dan Aceh.

Setelah berkali – kali mengalami perubahan daerah eksploitasi, dengan surat keputusan menteri PUTL No. 013/PRT/75 ditetapkan menjadi PLN Wilayah II (sekarang Wilayah Sumut) sampai sekarang membawahkan unit pelaksana :

a. PLN sektor Glugur dan sektor Belawan memproduksi tenaga listrik,

b. PLN unit pengatur beban sistem Sumatera Utara, mengatur beban pembangkitan/penyaluran tenaga listrik,


(24)

c. PLN cabang Medan, Binjai, Pematang Siantar dan Sibolga melaksanakan pendistribusian tenaga listrik.

PLN cabang membawahkan PLN ranting, sub ranting dan kantor jaga, meliputi 50 ranting, 4 sub ranting dan 114 kantor jaga, tersebar di seluruh Sumatera Utara.

Dalam struktur organisasi kantor wilayah, pemimpin membawahkan Deputi bidang : Perencanaan Konstruksi, Pengusahaan, Keuangan dan bidang kepegawaian dan Administrasi. Deputi membawahkan para kepala bagian dan kepala bagian membawahkan kepala seksi pengawasasn dilakukan oleh kepala kontrol Intern yang membawahkan kepala Inspeksi Teknik dan kepala Inspeksi Keuangan dan Administrasi setingkat dengan Kepala Bagian.

Secara Umum PLN Regional Sumut ini melayani daerah yang meliputi 20 Kabupaten, dan 7 Kotamadya se - Propinsi Sumatera Utara. Dalam memberikan layanannya PLN didukung oleh 7 unit Kantor Cabang, 11 Rayon, 50 Ranting, 4 Sub Ranting dan 114 Kantor Jaga dengan jaringan tegangan menengah sepanjang 20.064 Kms, 21.242 Kms jaringan tegangan rendah serta 14.703 buah gardu dibawah naungan PLN Wilayah Sumatera Utara yang melayani 2.104.916 pelanggan (data s/d SePT.ember 2005). 4

4

Selain PLN wilayah Sumut dengan tugas pokok perencanaan jangka panjang, operasi, pemeliharaan dan pembangunan jaringan distribusi di Sumatera Utara masih ada dua unit kerja PLN yang menyelenggarakan kelistrikan, yaitu :


(25)

1. PLN Proyek Induk Pembangkit dan jaringan Sumatera Utara, tugas pokoknya membangun proyek-proyek berskala besar yaitu pusat listrik, gardu induk dan jaringan transmisi 150 KV.

2. PLN UNDIKLAT Tuntungan, tugas pokoknya mengelola pelatihan dan pendidikan tenaga kerja PLN dan non PLN seperti teknisi instalatir anggota AKLI atau KUD. 5

Demikianlah sejarah singkat PT. PLN (Persero) Wilayah II yang kita kenal sekarang dengan Wilayah SUMUT Medan.

Apabila kita melihat pembagian unit kerja PLN ini, dalam pembagian unit kerja itu ada terlihat hubungan atau kerjasama PLN dengan non PLN dalam hal ini termasuk didalamnya perusahaan-perusahaan pensuplai komponen listrik,salah satunya ialah CV. YAPINDO.

CV.YAPINDO adalah biro instalatir yang merupakan badan usaha penunjang tenaga listrik sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang No.15 tahun 1985. Biro Instalatir ini bergerak dalam bidang pembangunan dan pemasasngan peralatan ketenagalistrikan serta pemasok komponen listrik. Ia sering juga disebut kontraktor listrik.

CV. YAPINDO didirikan berdasarkan Akta Notaris No. 29 tanggal 29 Oktober 1990, dibuat dihadapan Sundari Siregar, Sarjana Hukum, Notaris di Medan dan telah diubah terakhir dengan akta perubahan No. 37 tanggal 13 Juni 2007 dibuat dihadapan Jhon Humffrey Maradu Situmorang, Sarjana Hukum, Notaris di Medan dalam hal ini

5


(26)

diwakili oleh Drs. Tommy Yahya, Msc selaku direktur CV. YAPINDO berdomisili di Jl. Perniagaan No.21 Lt. 2 Medan.

Menurut Pasal 21 Peraturan Pemerintah No.10 tahun 1989, semua pekerjaan instalasi ketenagalistrikan, baik untuk penyediaan maupun pemanfaatan tenaga listrik harus dikerjakan oleh Badan Usaha penunjang tenaga listrik. Dengan demikian, pemasasngan instalasi pelanggan PT. PLN (PERSERO) harus dikerjakan oleh Biro Instalatir.

Biro Instalatir selama ini dibina oleh PT. PLN (PERSERO), sesuai dengan Peraturan Menteri No. 23/PRT/178 tanggal 23 Maret 1978. Biro Instalatir yang selama ini merupakan partner kerja PT. PLN (PERSERO), disahkan oleh PT. PLN (PERSERO) Melalui mekanisme ujian dan diberikan Surat Pengesahan Instalatir (SPI), serta diberi izin bekerja setiap tahun dengan Surat Ijin Kerja (SIKA), berdasarkan evaluasi unjuk kerjanya. Dengan berlakunya Undang-Undang No.15 tahun 1985, Peraturan Pemerintah No.10 tahun 1989 dan Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi No. 01 P/40/M. PE/1990 tanggal 16 Juni 1990 maka pembinaan Biro Instalatir yang selama ini dilakukan oleh PT. PLN (PERSERO), dialihkan secara bertahap kepada Pemerintah cq. Direktorat Jenderal Listrik dan Pengembangan Energi, Departeman Pertambangan dan Energi (sesuai dengan Pengumuman Direktur Jenderal Listrik dan Pengembangan Energi No 848/04/610. 3/93 tanggal 10 Maret 1993). 6

Dalam hal meningkatkan kinerja dan efektivitas PLN khususnya peningkatan sumber daya kelistrikan di daerah khususnya di daerah Rantau Prapat maka PLN melakukan kerja sama dengan perusahaan lain seperti CV. YAPINDO dalam hal

6


(27)

pemasok / supplier komponen listrik yakni LBS Manual (Vacum/Gas) 3Phasas 27 KV, 630 A OD untuk kebutuhan (Basket II) penurunan saidi dan Saifi yang fungsinya untuk memutus beban pada sistem saluran udara tegangan menengah 20 KV sebesar rated current (630 A), dengan kekuatan mekanik minimal 5000 kali saat operasi membuka dan menutup, secara lokal, serta dioperasikan secara manual. Hal tersebut bertujuan untuk membantu PLN dalam memperluas jaringan listrik PLN dan pemeliharaan jaringan listrik juga untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

Sebagai perusahaan BUMN, PLN tentunya harus menetapkan standar dan mutu kerja bagi mitra kerja PLN guna mencapai efisiensi yang oPT.imal dan pelayanan yang semakin baik kepada masyarakat. Agar perusahaan pemasok komponen listrik dapat menjalankan tugasnya dengan baik, PT. PLN (Persero) menetapkan syarat – syarat yang harus dipenuhi oleh perusahaan pemasok komponen listrik yaitu :

1. Sifat pekerjaan ini adalah pelelangan umum dan Pascakualifikasi.

2. Rekanan yang diperkenankan mengikuti proyek kerja ini harus memenuhi syarat –syarat sebagai berikut :

- Memiliki Surat Izin Usaha pada bidang usahanya yang dikelaurkan oleh instansi pemerintah yang berwenang yang masih berlaku (SIUP dan SIUJK).

Bidang usaha : Jasa Konstruksi Bidang Pekerjaan : Elektrikal

Sub Bidang Pekerjaan : Jaringan Transmisi dan distribusi kelistrikan Kualifikasi : Usaha kecil


(28)

- Tidak dalam pengawasasn pengadilan, tidak bangkrut, kegiatan usahanya tidak sedang dihentikan dan/atau tidak sedang menjalani sanksi pidana.

- Dalam hal penyedia barang / jasa akan melakukan kemitraan, penyedia barang / jasa wajib mempunyai perjanjian kerja sama operasi / kemitraan yang mempunyai persentase kemitraan dan perusahaan yang mewakili kemitraan tersebut.

- Telah melunasi kewajiban pajak tahun terakhir (SPT. / PPh) serta memiliki laporan bulanan PPh Pasal 25 atau Pasal 21/ Pasal 23 atau PPN sekurang- kurangnya 3 (tiga) bulan terakhir.

- Selama 4 (empat) tahun terakhir pernah memiliki pengalaman menyediakan barang / jasa baik dilingkungan pemerintah atau swasta termasuk pengalaman subkontrak baik di lingkungan pemerintah atau swasta, kecuali penyedia barang / jasa yang baru berdiri kurang dari 3 (tiga) tahun.

- Memiliki kinerja baik dan tidak masuk dalam daftar sanksi atau daftar hitam suatu instansi.

- Memiliki kemampuan pada bidang pekerjaan yang sesuai untuk usaha kecil termasuk koperasi kecil, untuk usaha bukan kecil memenuhi

KD = 5 NPT. ( KD = Kemampuan Dasar, NPT. = Nilai Pengalaman tertinggi). - Dalam hal bermitra yang diperhitungkan adalah kemampuan dasar dari

perusahaan yang mewakili kemitraan (lead firm).

- Memiliki kemampuan menyediakan fasilitas dan peralatan serta personil yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan.


(29)

- Termasuk dalam penyedia barang / jasa yang sesuai dengan nilai paket pekerjaan.

- Tidak membuat pernyataan yang tidak benar tentang kompetensi dan kemampuan usaha yang dimiliki.

- Memiliki alamat tetap dan jelas serta dapat dijangkau dengan pos. - Mengisi formulir Dokumen Kualifikasi yang disediakan panitia.

- Memiliki surat keterangan Dukungan keuangan dari bank pemerintah / swasta untuk mengikuti sebesar 10% dari nilai perkiraan pekerjaan, kecuali untuk penyedia barang usaha kecil termasuk koperasi kecil.

3. Dilarang ikut sebagai peserta / penjamin dalam penawaran.

- Pegawai Negeri, Pegawai Badan Usaha Milik Negara / Daerah dan Pegawai Bank Milik Pemerintah / Daerah, kecuali yang bersangkutan mengambil cuti diluar tanggungan negara.

- Mereka yang dalam pengawasasn pengadilan. - Mereka yang dinyatakan pailit.

- Mereka yang keikut-sertaannya akan bertentangan dengan tugasnya ( Conflict of Interest).

- Mereka yang masih dikenakan skorsing.

- Mereka yang berwenang menandatangani kontrak atau kuasasnya sedang menjalani hukum pidana.


(30)

Dengan dipenuhinya semua syarat – syarat ini oleh perusahaan pemasok komponen listrik, maka hubungan yang baik kepada PLN akan tercapai. 7

C. Efektifitas Kerja yang Diperoleh Dari Hubungan PT. PLN

(PERSERO) WIL. SUMUT Dengan CV. YAPINDO

Dalam suatu hubungan kerja atau kerja sama pasti ada seuatu yang diharapkan yaitu satu hal yang menguntungkan. Inilah yang disebut efektifitas.

Efektifitas kerja yang diperoleh dalam hubungan PT. PLN (PERSERO) dengan perusahaan pemasok komponen listrik ini adalah PT. PLN (PERSERO) tidak perlu memproduksi alat – alat kebutuhan / komponen listrik sendiri dikarenakan tentu diperlukan modal usaha yang lebih besar untuk dapat memenuhi produksi komponen listrik itu sendiri, oleh karena itu untuk lebih meningkatkan efisiensi kerja, PT. PLN (PERSERO) melakukan kerja sama dengan pihak lainnya yang bergerak di bidang instalasi dan produksi alat dan komponen listrik guna dapat memangkas biaya pengeluaran dalam pengembangan jaringan listrik PLN.

Dengan dibentuknya kerja sama PT. PLN (PERSERO) dengan perusahaan pemasok komponen listrik dapat menghindari resiko terjadinya penyelewengan yang mungkin dilakukan oleh pegawai PT. PLN (PERSERO) terhadap biaya pengeluaran untuk produksi alat atau komponen listrik karena tugas produksi komponen listrik itu telah dilimpahkan kepada perusahaan pemasok komponen listrik, dengan demikian biaya pengadaan komponen listrik itu langsung di atur oleh perusahaan pemasok komponen listrik.

7


(31)

Pelayanan yang baik terhadap pelanggan telah tercapai karena pelaksanaan instalasi dan pengadaan alat / komponen listrik telah dilaksanakan sesuai standart mutu kerja yang telah disepakati bersama, sarana kerja yang baik, jumlah produksi yang harus dipenuhi, petugas instalasi yang mempunyai kemampuan dalam bidang pemasasngan dan pemeliharaan jaringan listrik,

Walaupun demikian masih ada kekurangan – kekurangan dalam hubungan kerja itu yaitu kinerja para petugas perusahaan pemasok komponen listrik dalam melaksanakan tugasnya di bidang instalasi dan produksi komponen listrik belum sesuai dengan yang diharapkan oleh PT. PLN (PERSERO). Tetapi kekurangan – kekurangan ini tidak lebih besar dibandingkan dengan efektifitas kerja yang diperoleh karena setiap alternatif kerja atau suatu kebijakan pasti ada sisi baik dan sisi buruknya.

D. Para Pihak Yang Tersangkut Dalam Hubungan Pengadaan

Komponen Listrik

Hukum itu ditujukan untuk mengatur hubungan anggota – anggota masyarakat yang menimbulkan ikatan – ikatan antara individu dengan individu dan antara individu dengan masyarakat.

Menurut Pasal 1233 KUHPerdata bahwa tiap – tiap perikatan dilahirkan baik karena persetujuan baik karena Undang – Undang.

Perikatan yang bersumber dari Undang – Undang (Pasal 1352 KUHPerdata) diperinci atas :


(32)

a. Perikatan yang bersumber dari Undang – Undang saja.

b. Perikatan yang bersumber dari Undang – Undang sebagai akibat perbuatan manusia (Pasal 1353 KUHPerdata) dibedakan antara :

1. Perbuatan manusia menurut hukum

2. Perbuatan manusia yang melanggar hukum.

Perikatan yang bersumber dari Undang – Undang saja yaitu perikatan oleh Undang – Undang dengan terjadinya peristiwa – peristiwa tertentu ditetapkan melahirkan suatu hubungan hukum (perikatan) diantara pihak – pihak yang berkepentingan, terlepas dari kemauan pihak – pihak tersebut misalnya melewati batas waktu, kematian, dan kelahiran.

Perikatan yang bersumber dari Undang – Undang karena perbuatan orang (manusia) maksudnya dengan dilakukannya suatu perbuatan oleh manusia baik halal maupun tak halal akan menimbulkan suatu perikatan. 8

Menurut ilmu pengetahuan hukum, dianut rumus bahwa perikatan adalah hubungan yang terjadi diantara dua orang atau lebih, yang berhak atas prestasi dan pihak lainnya wajib memenuhi prestasi itu.9

1. Hubungan hukum

Unsur unsur perikatan ada 4 (empat) yaitu :

2. Kekayaan 3. Pihak – pihak

8

Wan Sadjaruddin Baros, Beberapa Sendi Hukum Perikatan, Universitas Sumatera Utara Press, 1992,

hal. 6-7. 9

Mariam Darus Badrulzaman, KUHPerdata, Buku III Hukum Perikatan Dengan Penjelasasnnya, Alumni,


(33)

4. Prestasi

Maksudnya adalah terhadap hubungan – hubungan yang terjadi dalam lalu lintas masyarakat, hukum meletakkan hak dan kewajiban pada satu pihak dan melekatkan kewajiban pada pihak lainnya.

Apabila satu pihak tidak melaksanakan kewajibannya atau melanggar hubungan itu maka hukum memaksakan supaya hubungan tersebut dipenuhi atau dilaksanakan.

Hubungan hukum terjadi antara 2 orang atau lebih, dimana pihak yang satu berhak atas suatu prestasi, sedangkan pihak yang lain wajib memenuhi prestasi atau pihak yang pasif adalah debitur atau si berhutang.

Seorang debitur harus diketahui karena seseorang tidak dapat menagih dari orang yang tidak dikenal.

Dalam perikatan pihak – pihak kreditur dan debitur dapat diganti, sedangkan penggantian kreditur dapat terjadi secara sepihak.

Dalam hubungan hukum pasti ada para pihak sebagai subjek hukum, ada pendukung hak dan kewajiban demikian jugalah pada hubungan pemasok komponen listrik ini, pada hubungan pemasok komponen listrik para pihaknya adalah :

1. PT. . PLN (PERSERO)

2. CV. YAPINDO (Perusahaan Pemasok Komponen Listrik)

Hubungan antara PT. PLN (PERSERO) ini dengan perusahaan pemasok komponen listrik didahului dengan adanya suatu perjanjian yang telah mereka sepakati bersama.


(34)

Suatu perjanjian dinamakan juga suatu persetujuan karena kedua pihak setuju untuk melakukan sesuatu, perkataan persetujuan dan perjanjian adalah sama artinya. 10

Prof. Subekti berpendapat bahwa suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada orang lain atau dimana kedua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal.

Menurut Pasal 1313 KUHPerdata suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.

11

10

Subekti,Hukum Perjanjian, PT. Intermasas, Cetakan VII, 1987, hal. 1.

11

Ibid, hal. 1.

Perjanjian menimbulkan suatu perikatan antara para pihak yang membuatnya. Dalam bentuknya perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji – janji atau kesanggupan baik lisan maupun tulisan.

Seperti diuraikan diatas bahwa setiap perjanjian menimbulkan hak dan kewajiban bagi para pihak yang tersangkut dalam perjanjian itu. Dalam perikatan atau hubungan hukum antara PT. PLN (PERSERO) dengan perusahaan pemasok komponen listrik ini, para pihak baik itu PLN maupun perusahaan pemasok komponen listrik padanya melekat hak dan kewajiban yang mengikat para pihak untuk saling memenuhi hak dan kewajibannya sesuai dengan persetujuan yang telah diperjanjikan.


(35)

a. Memberikan pekerjaan yakni pengadaan LBS Manual (Vacum/Gas) 3Phasas 27 KV, 630 A OD untuk kebutuhan (Basket II) penurunan saidi dan Saifi semester I TA 2008 Cabang Rantau Prapat sebanyak 12 unit.

Kewajiban PT. PLN (Persero) Wil. Sumut antara lain:

b. Memeriksa barang (LBS Manual (Vacum/Gas) 3Phasas 27 KV, 630 A OD) sebanyak 12 unit yang sudah dikemas oleh CV. Yapindo.

c. Menyediakan dan mengeluarkan dana dari Anggaran PLN (APLN) tahun 2008 untuk pelaksanaan pekerjaan pengadaan LBS Manual (Vacum/Gas) 3Phasas 27 KV, 630 A OD untuk kebutuhan (Basket II) penurunan saidi dan Saifi semester I TA 2008 Cabang Rantau Prapat sebanyak 12 unit.

d. Menunjuk Deputi Manajer Konstruksi PT. PLN (Persero) Wil. Sumut Bidang Teknik sebagai Direksi Pekerjaan dalam rangka Pengendalian Pekerjaan tersebut.

e. Melakukan pembayaran atas pekerjaan yang telah selesai seluruhnya kepada CV. Yapindo sesuai waktu dan tempat yang telah ditentukan sebagaimana yang diatur dalam Pasal 6 perjanjian yang dibuat oleh kedua pihak.


(36)

e. Berhak memutuskan perjanjian apabila CV. Yapindo terlambat lebih dari 100 hari kalender terhitung dari tanggal penyerahan barang dan pekerjaan dalam melakukan pekerjaaannya.

Hak PT. PLN (Persero) Wil. Sumut antara lain:

a. Berhak menolak barang dari CV. Yapindo baik untuk seluruhnya maupun sebagian, Apabila pada saat pemeriksaan barang tidak sesuai dengan spesifikasi teknik dan syarat – syarat yang ditentukan dalam perjanjian.

b. Berhak mengganti barang yang rusak / cacat baik dilakukan sendiri maupun oleh pihak ketiga tanpa meminta persetujuan CV. Yapindo, Apabila CV. Yapindo mengabaikan perintah PT. PLN (Persero) Wil. Sumut untuk mengganti barang yang tidak sesuai dengan spesifikasi teknik dan syarat – syarat yang ditentukan dalam perjanjian.

c. Segala biaya yang dikeluarkan oleh PT. PLN (Persero) Wil. Sumut menjadi tanggung jawab CV. Yapindo akibat penggantian barang barang yang rusak / cacat baik dilakukan sendiri maupun oleh pihak ketiga, Apabila CV. Yapindo mengabaikan perintah PT. PLN (Persero) Wil. Sumut untuk mengganti barang yang tidak sesuai dengan spesifikasi teknik dan syarat – syarat yang ditentukan dalam perjanjian. d. Berhak menerima jaminan dari CV. Yapindo sebesar 5 % (lima persen) dari harga

pekerjaan sebagai jaminan pelaksanaan pekerjaan, Apabila CV. Yapindo menarik diri atau tidak sanggup menyerahkan baik seluruhnya ataupun sebagian barang dan / atau pekerjaan, terjadi pemutusan / pembatalan pekerjaan, melanggar ketentuan dalam dokumen pengadaan.


(37)

f. Berhak memutuskan perjanjian ini secara sepihak sebelum masas perjanjian ini berakhir dengan terlebih dahulu menyampaikan secara tertulis kepada pihak yang lainnya dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kerja sebelum tanggal yang dinyatakan untuk pemutusan perjanjian, apabila salah satu pihak dalam perjanjian ini tidak dapat memenuhi kewajiban – kewajiban dan tanggung jawabnya terhadap pihak lainnya, serta melanggar kesepakatan – kesepakatan perjanjian ini.

Kewajiban CV. Yapindo antara lain :

a. Melakukan pengemasasn barang dengan baik sesuai dengan spesifikasi teknik dan syarat – syarat yang ditentukan dalam perjanjian.

b. Menjaga barang dengan baik sesuai dengan spesifikasi teknik dan syarat – syarat yang ditentukan dalam perjanjian supaya tidak rusak selama dalam pengangkutan sampai diperiksa PT. PLN (Persero) Wil. Sumut.

c. Menggantikan barang yang rusak / cacat yang tidak sesuai dengan spesifikasi teknik dan syarat – syarat yang ditentukan dalam perjanjian.

d. Menanggung biaya yang dikeluarkan oleh PT. PLN (Persero) Wil. Sumut menjadi tanggung jawab CV. Yapindo akibat penggantian barang barang yang rusak / cacat baik dilakukan sendiri maupun oleh pihak ketiga, Apabila CV. Yapindo mengabaikan perintah PT. PLN (Persero) Wil. Sumut untuk mengganti barang yang tidak sesuai dengan spesifikasi teknik dan syarat – syarat yang ditentukan dalam perjanjian.


(38)

e. Memberikan jaminan sebesar 5 % (lima persen) dari harga pekerjaan kepada PT. PLN (Persero) Wil. Sumut sebagai jaminan pelaksanaan pekerjaan, Apabila CV. Yapindo menarik diri atau tidak sanggup menyerahkan baik seluruhnya ataupun sebagian barang dan / atau pekerjaan, terjadi pemutusan / pembatalan pekerjaan, melanggar ketentuan dalam dokumen pengadaan.

f. Memperpanjang masas berlakunya jaminan pelaksanaan pekerjaan tersebut apabila masas berlaku jaminan pelaksanaan sudah akan berakhir sedangkan pekerjaan yang dimaksud belum selesai.

g. Membayar denda keterlambatan sebesar 1 / 1000 (satu perseribu) untuk setiap hari kalender dengan batas maksimum sebesar 10 % dari harga pekerjaan, apabila penyerahan pekerjaan mengalami keterlambatan atau melewati batas waktu yang telah dientukan dalam perjanjian tersebut.

h. Memberitahukan secara tertulis kepada PT. PLN (Persero) Wil. Sumut dalam waktu 14 hari kalender terhitung sejak kejadian force majeure.

i. Menyerahkan dokumen – dokumen kepada PT. PLN (Persero) Wil. Sumut berupa : - Spesifikasi teknis / brosur dari barang minimal 1 (satu) set yang telah diapproval

oleh PT. PLN (Persero) Wil. Sumut.

- Surat pernyataan dari CV. Yapindo bahwa barang yang diserahkan dalam keadaan baru.

- Dokumen keterangan asasl – usul barang.

j. Menjamin PT. PLN (Persero) Wil. Sumut baik sekarang maupun dikemudian hari tidak akan mendapat tuntutan dari pihak lain yang menyatakan mempunyai hak atas barang tersebut.


(39)

k. Menanggung beban dan tanggung jawab dari semua biaya yang diperlukan oleh PT. PLN (Persero) Wil. Sumut sebagai akibat dari tuntutan pihak yang lain.

l. Bertanggung jawab sepenuhnya atas pelunasasn pajak – pajak. m. Menanggung beban bea materai atas perjanjian tersebut.

n. Menanggung beban pajak dan semua pungutan , apabila dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut dikenakan pajak / pungutan oleh pemerintah pusat maupun daerah.

o. Tidak mengalihkan pekerjaaan sebagian atau seluruhnya kepada pihak lain tanpa persetujuan tertulis dari PT. PLN (Persero) Wil. Sumut.

p. Menanggung beban dan tanggung jawab segala resiko dan kecelakaan kerja yang timbul dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut.

Hak CV. Yapindo antara lain :

a. Berhak menerima pekerjaan dari PT. PLN (Persero) Wil. Sumut yakni pengadaan LBS Manual (Vacum/Gas) 3 Phasas 27 KV, 630 A OD untuk kebutuhan (Basket II) penurunan saidi dan Saifi semester I TA 2008 Cabang Rantau Prapat sebanyak 12 unit.

b. Menerima pembayaran atas pekerjaan yang telah selesai seluruhnya dari PT. PLN (Persero) Wil. Sumut sesuai waktu dan tempat yang telah ditentukan sebagaimana yang diatur dalam Pasal 6 perjanjian yang dibuat oleh kedua pihak.


(40)

BAB III

TINJAUAN TERHADAP PENGADAAN KOMPONEN LISTRIK

A. Mekanisme Pengadaan Komponen Listrik

Sebelum Penulis menguraikan mekanisme pengadaan komponen listrik yang diadakan oleh CV. YAPINDO dengan PT. PLN (Persero) Wilayah Medan, terlebih dahulu diuraikan tentang Pengadaan Barang / Jasa serta hal-hal yang timbul dari kegiatan Pengadaan Barang/ Jasa tersebut.

Pengadaan barang/jasa dimulai dari adanya transaksi pembelian/penjualan barang di pasar secara langsung (tunai). Kemudian berkembang kearah pembelian berjangka waktu pembayaran. Dengan membuat dokumen pertanggungjawaban (pembeli dan penjual), dan pada akhirnya melalui pengadaan melalui proses pelelangan. Dalam prosesnya, pengadaan barang/jasa melibatkan beberapa pihak terkait, sehingga perlu ada etika, norma, dan prinsip pengadaan barang/jasa, untuk dapat mengatur atau yang dijadikan dasar penetapan kebijakan pengadaan barang/jasa.12

Pengadaan barang dimulai sejak adanya dasar dimana orang dapat membeli dan atau menjual barang. Cara atau metode yang digunakan dalam jual beli barang di pasar adalah dengan cara tawar menawar secara langsung antara pihak pembeli (pengguna) dengan pihak penjual (penyedia barang). Apabila dalam proses tawar menawar telah tercapai kesepakatan harga, maka dilanjutkan dengan transaksi jual beli, yaitu pihak

12

Sutedi Adrian, S.H, M.H, Aspek Hukum Pengadaan Barang dan Jasa, dan Berbagai Permasalahannya,


(41)

penyedia barang menyerahkan barang kepada pihak pengguna dan pihak pengguna membayar berdasarkan harga yang disepakati kepada pihak penyedia barang. Proses tawar menawar dan proses transaksi jual beli dilakukan secara langsung tanpa didukung dengan dokumen pembelian maupun dokumen pembayaran dan penerimaan barang.13

Namun demikian, pembelian barang tidak terbatas pada pembelian barang yang telah ada di pasar saja, tetapi juga pembelian barang yang belum tersedia di pasar. Pembelian barang yang belum tersedia di pasar dilakukan dengan cara pesanan. agar barang yang dipesan dapat dibuat seperti yang diinginkan, maka pihak pemesan (pengguna) menyusun nama, jenis, jumlah barang yang dipesan beserta spesifikasinya secara tertulis dan menyerahkannya kepada pihak penyedian barang. Dokumen ini Banyaknya jumlah dan jenis barang yang akan dibeli, tentunya akan membutuhkan waktu lama bila harus dilakukan tawar menawar. Biasasnya pengguna akan membuat daftar jumlah dan jenis barang yang akan dibeli secara tertulis, yang selanjutnya diserahkan kepada penyedia barang agar mengajukan penawaran secara tertulis pula. Daftar barang yang disusun secara tertulis tersebut merupakan asasl usul dokumen pembelian. Sedangkan penawaran harga yang dibuat secara tertulis merupakan asasl usul dokumen penawaran.

Pada perkembangan selanjutnya, pihak pengguna menyampaikan daftar barang yang akan dibeli tidak hanya kepada satu, tetapi kepada beberapa penyedia barang. Dengan meminta penawaran kepada beberapa penyedia barang, pengguna dapat memilih harga penawaran yang paling murah dari setiap jenis barang yang akan dibeli. Cara yang demikian merupakan cikal bakal pengadaan barang dengan cara lelang.

13


(42)

selanjutnya disebut dokumen pemesanan barang yang menjadi cikal bakal dokumen lelang.

Pengadaan barang dengan cara pemesanan ternyata tidak terbatas pada pesanan barang bergerak, tetapi juga barang tidak bergerak seperti rumah, gedung, jembatan, bendungan dan lain-lainnya. Untuk pemesanan barang berupa bangunan, pihak pengguna biasasnya menyediakan gambar rencana atau gambar teknis dari bangunan yang dipesan. Pemesanan atau pengadaan barang berupa bangunan tersebut merupakan asal – usul pengadaan pekerjaan pemborongan yang kemudian disebut pengadaan jasa pemborongan.14

Kedudukan dan hakekat pengadaan barang/jasa15

- Perencanaan (planning)

Kedudukan barang/jasa tidak terlalu sama tingkatannya, tergantung dari jenis pengadaan barang/jasa. Berikut ini disajikan beberapa posisi/kedudukan pengadaan barang/jasa antara lain: dalam pelaksanaan pembangunan (fisik dan non fisik), dalam kegiatan yang dibiayai dari pinjaman luar negeri, dan dalam manajemen logistik (persediaan). Kedudukan pengadaan barang/jasa dalam pelaksanaan pembangunan :

- Pemrograman (programing) - Penganggaran (budgeting) - Pengadaan (procurement)

14

Ibid, hal.2 15


(43)

- Pelaksanaan kontrak & pembayaran (contract implementation & payment)

- Penyerahan pekerjaan selesai

- Pemanfaatan dan pemeliharaan (operation & maintenance).

Pengadaan barang/jasa pada hakekatnya adalah upaya pihak pengguna untuk mendapatkan atau mewujudkan barang/jasa yang diinginkannya, dengan menggunakan metode dan proses tertentu agar kesepakatan harga, waktu dan kesepakatan lainnya.

Agar hakekat atau esensi pengadaan barang/jasa tersebut dapat dilaksanakan sebaik-baiknya, maka kedua belah pihak yaitu pihak pengguna dan penyedia haruslah selalu berpatokan kepada filosofi pengadaan barang/jasa, tunduk kepada etika dan norma pengadaan barang/jasa yang berlaku, mengikuti prinsip-prinsip, metode dan proses pengadaan barang/jasa yang baku.

Untuk menentukan pemilihan penyedia barang/jasa dilakukan dengan cara Pelelangan Umum, Pelelangan Terbatas, Pemilihan Langsung, dan Penunjukan Langsung. Dari keempat metode tersebut, ditentukan bahwa metode Pelelangan Umum merupakan prinsip utama dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa. Penunjukan Langsung dan sebagian kecil dengan cara Pelelangan Umum.

Pelelangan umum adalah metode pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan secara terbuka dengan pengumuman secara luas melalui media massa dan papan pengumuman resmi untuk penerangan umum sehingga masyarakat dunia usaha yang berminat dan memenuhi kualifikasi dapat mengikutinya. Sementara metode penunjukan langsung adalah metode yang dapat dilakukan dengan syarat memenuhi kriteria keadaan tertentu dan keadaan khusus, selanjutnya menunjuk langsung satu


(44)

penyedia barang/jasa dengan cara melakukan negosiasi baik teknis maupun biaya sehingga diperoleh harga yang wajar dan secara teknis dapat dipertanggungjawabkan.

Terkait proses pemilihan penyedia barang/jasa melalui keempat metode tersebut ditentukan melalui prakualifikasi maupun pasca kualifikasi lebih dahulu. Pengertian prakualifikasi adalah proses penilaian kompetensi dan kemampuan usaha serta pemenuhan persyaratan tertentu lainnya dari penyedia barang/jasa sebelum memasukkan penawaran. Sedangkan pasca kualifikasi intinya adalah penilaian terhadap penyedia barang/jasa dilakukan setelah memasukkan penawaran.

Pengadaan adalah meliputi barang dan jasa. Untuk pengadaan jasa meliputi jasa pemborongan, jasa lainnya, dan jasa konsultansi. Dengan pertimbangan karena pada umumnya dalam praktek pengadaan prosentase terbesar adalah pada pengadaan barang, jasa pemborongan, dan jasa lainnya, maka penulis hanya menitikberatkan pada pengadaan barang, jasa pemborongan, dan jasa lainnya, sementara untuk jasa konsultansi tidak penulis bahas.

Keppres Nomor 80 Tahun 2003 menentukan bahwa prosedur pelelangan umum dengan prakualifikasi meliputi Pengumuman Prakualifikasi, Pengambilan Dokumen Prakualifikasi, Pemasukan Dokumen Prakualifikasi, Evaluasi Dokumen Prakualifikasi, Penetapan Hasil Prakualifikasi, Pengumuman Hasil Prakualifikasi, masa sanggah Prakualifikasi, Undangan kepada peserta yang lulus prakualifikasi, Pengambilan Dokumen Lelang Umum, Penjelasan, Penyusunan Berita Acara Penjelasasn Dokumen Lelang dan Perubahannya, Pemasukan Penawaran, Pembukaan Penawaran, Evaluasi Penawaran, Penetapan Pemenang, Pengumuman Pemenang, Masa Sanggah, Penunjukan Pemenang, Penandatangan Kontrak, Pelaksanaan Kontrak, Pemeriksaan Hasil


(45)

Pekerjaan, dan Serah Terima Hasil Pekerjaan. Sedangkan Pelelangan Umum dengan pasca kualifikasi perbedaan prosedurnya hanya pada evaluasi penawaran sekaligus juga termasuk evaluasi kualifikasi. Sedangkan untuk metode pelelangan terbatas, pemilihan langsung, dan penunjukan langsung pada prinsipnya prosedurnya sama hanya bedanya lebih disederhanakan lagi khususnya dalam hal penentuan calon penyedia barang/jasa. Untuk penyederhanaan, dari sekian prosedur tersebut selanjutnya penulis mengelompokkan dalam Tahapan Pra Kontrak/Perjanjian Pendahuluan dan Tahapan Kontrak/Perjanjian sesungguhnya.

Tahapan Pra Kontrak/Perjanjian Pendahuluan mulai dari Pengumuman sampai dengan Penunjukan Pemenang. Sedangkan pada Tahapan Kontrak/Perjanjian sesungguhnya meliputi Penandatangan Kontrak, Pemeriksaan Hasil Pekerjaan, dan Serah Terima Hasil Pekerjaan. Penulis sebut sebagai tahapan Pra Kontrak/Perjanjian Pendahuluan oleh karena mengandung substansi sebagai perjanjian pula, karena sifatnya mengawali sebelum ditandatangani perjanjian sebenarnya. Atau dengan kata lain, bahwa Perjanjian Pendahuluan/Pra Kontrak tersebut harus ada lebih dahulu sebelum perjanjian sesungguhnya dilakukan/ditandatangani oleh para pihak. Atau dapat diartikan pula bahwa tahapan perjanjian pendahuluan/pra kontrak menjadi dasar dilakukannya tahapan kontrak/perjanjian sesungguhnya.

Pada tahapan Perjanjian Pendahuluan pada dasarnya telah tercipta hak dan kewajiban para pihak, yaitu antara pihak Pejabat Pembuat Komitmen dan/ Panitia / Pejabat Pengadaan dengan para calon penyedia barang/jasa, dimana para calon penyedia barang/jasa mempunyai hak untuk mengikuti seleksi/proses pemilihan penetapan penyedia barang/jasa. Sedangkan kewajiban Pejabat Pembuat Komitmen dan atau


(46)

Panitia/Pejabat Pengadaan berkewajiban mengikutsertakan para calon penyedia barang/jasa yang mendaftar untuk mengikuti seleksi dalam rangka pemilihan satu penyedia barang/jasa yang nantinya akan diberikan pekerjaan pengadaan barang/jasa.

Mekanisme Pengadaan Komponen Listrik

Pelaksanaanpengadaan LBS Manual (Vacum/Gas) 3Phasas 27 KV, 630 A OD untuk kebutuhan (Basket II) penurunan saidi dan Saifi semester I TA 2008 Cabang Rantau Prapat sebanyak 12 unit dimulai dengan Penawaran, Evaluasi Penawaran, Jaminan Penawaran, Penetapan Calon Pemenang, Pengumuman Pemenang, Penunjukan Pemenang, Pelelangan Ulang (jika gagal).

A. Penawaran

Peserta agar mengajukan penawaran harga penawaran barang dan jasa melalui sistem e-Procruitment yang tersedia diruang Bidding melalui sistem Bidding. Berkas- berkas surat penawaran dibuat dalam rangkap satu asli lengkap dengan lampirannya. Surat penawaran harus bermaterai cukup, bertanggal, ditandatangani oleh penanggung jawab perusahaan dan bila penandatanganan dikuasaskan maka penerima kuasas harus mencantumkan dalam akte pendirian atau perubahannya. Harga penawaran dan rincian ditulis dengan jelas dan benar, jumlah yang tertera dalam angka harus sesuai dengan jumlah yang tertera dalam huruf, Berkas surat penawaran dilengkapi dengan data administrasi dan teknis dan disusun dalam bundel, pada sampul berkas surat penawaran hanya dicantumkan kepada : PT. PLN (Persero) WIL. SUMUT, Alamat : Jln. K.L.Yosudarso No.284 Medan, dan pada sudut atas sebelah kiri ditulis pekerjaan : Pengadaan LBS Manual (Vacum/Gas) 3 Phasas 27 KV, 630 A OD untuk kebutuhan


(47)

(Basket II) penurunan saidi dan Saifi semester I TA 2008 Cabang Rantau Prapat sebanyak 12 unit.

Dokumen penawaran disampaikan dengan sistem satu sampul yaitu keseluruhan dokumen dimasukkan kedalam satu sampul, yang mencakup semua persyaratan. Harga penawaran dalam dokumen dicantumkan dengan jelas dalam angka dan huruf. Jumlah yang tertera dalam angka harus sesuai dengan jumlah yang tertera dalam huruf, sudah termasuk biaya – biaya yang terkait dalam pekerjaan ini Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10%.

Dokumen penawaran hanya boleh dikirim kepada : PT. PLN (Persero) WIL. Sumut, Alamat : Jln. K.L.Yosudarso No.284 Medan. Dokumen penawaran disampaikan pada waktu yang telah ditentukan dan sekaligus dimasukkan kedalam tempat / kotak tertutup yang terkunci dan tersegel ang disediakan oleh panitia pengadaan barang dan jasa. Dokumen penawaran yang diterima setelah batas waktu pemasukkan penawaran tidak diikutsertakan / gugur. Sampul – sampul dokumen penawaran tersebut tidak tembus pandang. Penawaran berlaku selama tiga bulan terhitung sejak tanggal pembukaan surat penawaran dan apabila diperlukan harus bersedia diperpanjang.

Surat penawaran harus sudah diterima panitia pelelangan lewat kotak yang tersedia untuk pembukaan penawaran selambat – lambatnya pada hari senin tanggal 17 maret 2008 jam 10.00 WIB s/d 11.00 WIB dikantor PLN WIL. SUMUT gedung B lantai I (Ruang Bidding) Jln. K.L.Yosudarso No.284 Medan.

Penawaran akan dinyatakan gugur apabila surat penawaran tidak memenuhi sebagaimana diminta dalam dokumen pengadaan, disampaikan dengan tidak sebagaimana yang dimaksud, sampai dengan saat pembukaan penawaran tidak dapat


(48)

menyerahkan surat jaminan penawaran yang aslinya, disampaikan diluar batas waktu yang telah ditentukan, spesifikasi teknik yang ditawarkan tidak sesuai.

B. Evaluasi Penawaran

Evaluasi penawaran menggunakan sistem gugur. Kriteria penilaian surat penawaran untuk penetapan calon pemenang adalah berdasarkan pada ketentuan yang diatur didalam Keputusan Direksi PT. PLN (Persero) No : 100.K/010/DIR/2004 tanggal 7 Juni 2004, No : 159 – 1.K/010/DIR/2004 tanggal 1 Agustus 2004, No : 200.K/010/DIR/2004 tanggal 28 SePT.ember 2004, No : 227.K/010/DIR/2004 tanggal 27 Oktober 2004 dan No : 034-1.K/010/DIR/2005 tanggal 14 Februari 2005.

Adapun tahapan – tahapan Evaluasi Penawaran : a. Tahap I : Evaluasi Administrasi.

Yang memenuhi syarat administrasi apabila :

1. Sesuai dengan syarat yang diminta dokumen pengadaan dipenuhi. 2. Isi dokumen benar.

3. Dokumen penawaran menunjukkan persaingan sehat. 4. Jaminan penawaran :

a. Dari Bank Umum atau asuransi yang mempunyai program surety bond dan punya dukungan reasuransi

b. Redaksi, masas laku, nama penawar, nilai, nama proyek, penulisan nama paket yang dijamin benar sesuai dokumen pengadaan.

5. Melampirkan copy bukti tanda terima SPT. PPh tahun terakhir, dan copy setoran pajak SSP PPh dari kantor pajak setempat.


(49)

Bila ada yang meragukan dapat dilakukan klarifikasi tanpa mengubah substansi penawaran. Hasil yang diperoleh pada evaluasi administrasi adalah memenuhi syarat administrasi / lulus atau tidak memenuhi syarat administrasi / gugur.

b. Tahap II : Evaluasi Teknis.

Evaluasi teknis hanya dilakukan terhadap penawaran yang dinyatakan memenuhi persyaratan / lulus administrasi.

1. Yang memenuhi syarat Teknis apabila : a. Brosur material yang ditawarkan

b. Jangka waktu pelaksanaan tidak melampaui batas yang ditetapkan dalam dokumen lelang.

c. Jenis, kapasitas dan jumlah alat, memenuhi syarat teknis yang ditetapkan dokumen lelang.

d. Spesifikasi teknis sesuai dengan yang ditetapkan

e. Personil inti yang ditempatkan sesuai dengan persyaratan. f. Memenuhi syarat teknis lain yang ditetapkan.

2. Dapat dilakukan klarifikasi.

3. Tidak menggugurkan teknis dari harga satuan

4. Metode kerja sesuai dengan syarat – syarat yang ditetapkan dalam dokumen pengadaan.


(50)

Hasil yang diperoleh pada evaluasi teknis adalah memenuhi syarat teknis / lulus atau tidak memenuhi syarat teknis / gugur.

c. Tahap III : Evaluasi Harga.

Evaluasi harga dilakukan tehadap penawaran yang dinyatakan memenuhi / lulus persyaratan administrasi dan teknis.

1. Surat penawaran yaitu :

a. Redaksi sesuai dokumen lelang b. Ditandatangani oleh yang berhak

c. Masas laku penawaran sesuai dengan dokumen lelang d. Materai dan bertanggal.

2. Daftar kuantitas dan harga setiap jenis pekerjaan diisi lengkap.

3. Analisa harga satuan pekerjaan utama yang diminta dalam dokumen lelang dirinci dengan lengkap.

4. Panitia melakukan koreksi aritmatik.

5. Diperiksa apakah melampaui pagu anggaran dalam APLN tahun 2008 6. Nilai penawaran angka dan huruf harus sesuai

7. Unsur – unsur yang mempengaruhi substansi / lengkap / kualitas pekerjaan (dapat menggugurkan penawaran).

Hasil yang diperoleh pada evaluasi harga panitia / pejabat pengadaan membuat daftar urutan penawaran yang dimulai dari urutan harga penawaran terendah dan penawaran terendah panitia / pejabat pengadaan akan melakukan klarifikasi dan negoisasi.


(51)

d. Tahap IV : Klarifikasi dan Negosiasi. Klarifikasi dan negosiasi dilaksanakan :

1. Kepada penawar yang lulus prakualifikasi untuk mendapatkan barang / jasa yang sesuai dengan spesifikasi yang tercantum dalam dokumen pengadaan

2. Terhadap harga satuan item – item pekerjaan yang harga penawarannya lebih tinggi dari harga satuan yang tercantum dalam HPS

3. Apabila tidak terjadi kesepakatan urutan pertama, maka klarifikasi dan negosiasi dilakukan kepada urutan penawar terendah berikutnya, demikian seterusnya.

C. Jaminan Penawaran ( Bid Bond).

Besarnya jaminan penawaran adalah 1% sampai 3% dari nilai total Harga Perhitungan Sendiri (HPS). Jaminan penawaran yang sah adalah yang dikeluarkan oleh : Bank Umum yang diakui oleh PT. PLN (Persero), perusahaan asuransi yang mempunyai program asuransi kerugian (surety bond) yang mempunyai dukungan reasuransi sebagaimana persyaratan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Masas berlakunya jaminan penawaran minimal sama dengan berlakunya harga penawaran yaitu 3 bulan. Apabila masas berlaku jaminan penawaran sudah habis, sedangkan keputusan pelelangan belum ditetapkan, maka PT. PLN (Persero) WIL. SUMUT berhak minta perpanjangan masas berlakunya jaminan penawaran tersebut.


(52)

Nama peserta lelang, nama pengguna barang / jasa yang menerima jaminan penawaran, paket pelelangan yang dijamin sama dengan yang tercantum dalam surat jaminan penawaran dan besar jaminan dicantumkan dalam angka dan huruf. Bagi peserta yang bukan menjadi calon pemenang dalam pelelangan ini, jaminan penawaran akan dikembalikan setelah surat Keputusan Penetapan Penyedia Barang dan Jasa ditandatangani. Bagi peserta yang ditunjuk sebagai calon pemenang, jaminan penawaran akan dikembalikan setelah menyerahkan jaminan pelaksanaan (performance bond) kepada PT. PLN (Persero) WIL. SUMUT.

Bagi peserta yang telah memasukkan penawaran lengkap dengan jaminan penawaran tetapi menarik diri (membatalkan sebagian atau seluruh penawarannya) dari pekerjaan ini sebelum ada keputusan pemenang, maka jaminan penawaran tersebut akan dicairkan dan menjadi milik negara.

Bagi peseta yang sudah ditunjuk menjadi pemenang dalam pelelangan ini dan tidka bersedia menanda tangani Surat Keputusan Penetapan Penyedia Barang / jasa dan atau surat perjanjian, maka jaminan penawaran peserta yang bersangkutan akan dicairkan dan menjadi milik negara serta dikenakan sanksi berupa larangan mengikuti kegiatan pengadaan barang / jasa di PT. PLN (Persero) Wil. SUMUT selama 2 (dua) tahun dan PT. PLN (Persero) Wil. SUMUT berhak menunjuk peserta pemenang urutan berikutnya sesuai harga penawaran.


(53)

D. Penetapan Calon Pemenang

Apabila harga penawaran telah dianggap wajar dan dalam batas ketentuan yang ada, maka panitia menetapkan tiga penawaran yang paling menguntungkan bagi negara dalam arti :

1. Penawaran secara teknis dapat dipertanggungjawabkan

2. Harga yang ditawarkan wajar dan dapat dipertanggungjawabkan

3. Penawaran tersebut adalah yang terendah diantara penawaran yang memenuhi syarat – syarat sebagaimana yang dimaksud dalam poin sebelumnya.

4. Telah memperhatikan penggunaan semaksimal mungkin hasil produksi dalam negeri.

5. Telah dilakukan klarifikasi dan negoisasi.

E. Pengumuman Pemenang

Keputusan pejabat yang berwenang tentang penetapan pemenang pelelangan diumumkan oleh panitia kepada para peserta dan pada papan pengumuman PT. PLN (Persero) WIL. Sumut. Kepada peserta yang merasas keberatan atas penetapan pemenang pelelangan tersebut, diberikan kesempatan untuk mengajukan sanggahan secara tertulis kepada atasasn dari pejabat yang berwenang selambat – lambatnya dalam waktu lima hari kerja setelah pengumuman tersebut.

Sanggahan dapat diajukan bila panitia dan atau pejabat yang berwenang menyalahgunakan wewenangnya dan atau terjadi Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) diantara peserta lelang dan atau dengan anggota panitia / pejabat yang


(54)

berwenang dan atau terdapat rekayasas atau pihak – pihak tertentu yang mengakibatkan pelelangan tidak adil, tidak transparan dan tidak terjadi persaingan yang sehat.

F. Penunjukkan Pemenang

Peserta yang ditunjuk sebagai pemenang wajib menerima penunjukkan, apabila memundurkan diri hanya dapat dilakukan dengan alasasn yang dapat diterima oleh Pengguna Barang / Jasa PT. PLN (Persero) WIL. SUMUT. Jaminan penawaran dari peserta yang memundurkan diri menjadi milik negara dan dikenakan sanksi tidak boleh mengikuti pelelangan pengadaan barang / jasa selama satu tahun.

G. Pelelangan Ulang / Gagal. Pelelangan dinyatakan gagal apabila :

- Harga penawaran terendah lebih tinggi dari nilai pagu ( anggaran yang tersedia).

- Jumlah penawaran kurang dari 3 peserta.

- Harga yang ditawarkan dianggap tidak wajar atas dasar analisis secara tertulis.

- Sanggahan dari rekanan ternyata benar.

- Pelaksanaan pelelangan tidak sesuai dengan dokumen lelang.

Dalam hal pelelangan dinyatakan gagal, apabila pelelangan atas permintaan Pengguna Barang / Jasa melakukan pelelangan ulang.


(55)

B. Hubungan Para Pihak yang Terkait Dalam Pengadaan Komponen Listrik

Pengadaan barang/jasa melibatkan beberapa pihak, yaitu pihak pembeli atau pengguna dan pihak penjual atau penyedia barang dan jasa.

Pembeli atau Pengguna Barang/Jasa adalah pihak yang membutuhkan barang/jasa. Dalam pelaksanaan pengadaan, pihak pengguna adalah pihak yang meminta atau memberi tugas kepada pihak penyedia untuk memasok atau membuat barang atau melaksanakan pekerjaan tertentu. Pengguna barang/jasa dapat merupakan suatu lembaga/organisasi dan dapat pula orang perseorangan. Yang tergolong lembaga antara lain : instansi pemerintah (Pemerintah pusat, Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten, Pemerintah Kota). Badan usaha (BUMN, BUMD, Swasta), dan organisasi masyarakat. Sedangkan yang tergolong orang perseorangan adalah individu atau orang yang membutuhkan barang dan jasa.16

Bagi pengguna yang kurang memahami seluk beluk pengadaan dan atau kurang mengetahui detail teknis barang dan jasa yang akan diadakan dapat meminta bantuan Untuk membantu pengguna dalam melaksanakan pengadaan dapat dibentuk panitia pengadaan. Lingkup tugas panitia dapat melaksanakan seluruh proses pengadaan mulai dari penyusunan dokumen pengadaan, menyeleksi dan memilih para calon penyedia barang/jasa, meminta penawaran dan mengevaluasi penawaran, mengusulkancalon penyedia barang dan jasa dan membantu pengguna dalam menyediakan dokumen kontrak, atau sebagian dari tugas tersebut. Dengan ketentuan pengadaan barang/jasa berdasarkan Keppres 80 tahun 2003, telah dimungkinkan adanya Pejabat Pengadaan untuk pengadaan dalam nilai pengadaan tertentu.

16


(56)

kepada ahli (pihak ketiga) yang memahami baik dari segi teknis maupun seluk beluk pengadaan yang diinginkan.

Penyedia barang/jasa adalah pihak yang melaksanakan pemasokan atau mewujudkan barang atau melaksanakan pekerjaan atau melaksanakan layanan jasa berdasarkan permintaan atau perintah resmi atau kontrak perkerjaan dari pihak pengguna. Penyedia barang dan jasa dapat merupakan badan usaha, atau orang perseorangan. Penyedia yang bergerak dalam bidang pemasokan barang disebut pemasok atau leveransir, bidang jasa pemborongan disebut pemborong atau kontraktor, dan bidang jasa konsultasi disebut konsultan.

Hubungan PT. PLN (Persero) WIL. SUMUT sebagai Pembeli atau Pengguna Barang/Jasa dengan CV. YAPINDO sebagai Penyedia Barang / Jasa adalah hubungan kerja sama dalam hal Pengadaan LBS Manual (Vacum/Gas) 3Phasas 27 KV, 630 A OD untuk kebutuhan (Basket II) penurunan saidi dan Saifi semester I TA 2008 Cabang Rantau Prapat sebanyak 12 unit yang dibuat dalam Surat Perjanjian No : 048.PJ/611/BISAD/2008 tanggal 14 April 2008.

C. Syarat – Syarat yang Ditetapkan Dalam Pengadaan Komponen Listrik

Pengadaan barang/jasa pada dasarnya melibatkan dua pihak yaitu pihak pengguna barang/jasa dan pihak penyedia barang/jasa, tentunya dengan keinginan / kepentingan berbeda bahkan dapat dikatakan bertentangan. Pihak pengguna barang/jasa menghendaki memperoleh barang dan jasa dengan harga semurah-murahnya, sedangkan pihak penyedia barang/jasa dalam menyediakan barang/jasa sesuai kepentingan pengguna barang/jasa ingin mendapatkan keuntungan yang setinggi-tingginya. Dua


(57)

keinginan / kepentingan ini akan sulit dipertemukan kalau tidak ada saling pengertian dan kemauan untuk mencapai kesepakatan. Untuk itu perlu adanya etika dan norma yang harus disepakati dan dipatuhi bersama.

Etika Pengadaan Barang dan Jasa

Etika adalah asas – asas akhlak / moral (kamus umum Bahasas Indonesia). Asas – asas adalah dasar – dasar atau pondasi atau suatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berfikir. Akhlak adalah watak, tabiat, budi pekerti, sedangkan moral adalah merupakan perbuatan baik dan buruk.

Etika dalam pengadaan barang/jasa adalah perilaku yang baik dari semua pihak yang terlibat dalam proses pengadaan. Yang dimaksud perilaku yang baik adalah perilaku untuk saling menghormati terhadap tugas dan fungsi masing – masing pihak, bertindak secara profesional, dan tidak saling mempengaruhi untuk maksud tercela atau untuk kepentingan/keuntungan pribadi dan atau kelompok dengan merugikan pihak lain.17

b. bekerja secara profesional dan mandiri atas dasar kejujuran, serta menjaga kerahasiaan dokumen pengadaan barang/jasa yang seharusnya Etika pengadaan barang/jasa sebagaimana diatur dalam Keppres No.80 tahun 2003 Pasal 5 butir a sampai dengan h, adalah sebagai berikut :

a. melaksanakan tugas secara tertib, disertai tanggung jawab untuk mencapai sasasran kelancaran dan ketepatan tercapainya tujuan pengadaan barang/jasa.

17


(58)

dirahasiakan untuk mencegah terjadinya penyimpangan dalam pengadaan barang/jasa.

c. tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung untuk mencegah dan menghindari terjadinya persaingan yang tidak sehat

d. menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang ditetapkan sesuai dengan kesepakatan para pihak.

e. menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan para pihak terkait, langsung maupun tidak langsung dalam proses pengadaan barang/jasa (conflict of interest)

f. menghindari dan mencegah terjadinya pemborosan dan kebocoran dan kebocoran keuangan negara dalam pengadaan barang/jasa.

g. tidak menerima, tidak menawarkan atau tidak menjanjikan untuk memberi atau menerima hadiah, imbalan berupa apa saja kepada siapapun yang diketahui atau patut diduga berkaitan dengan pengadaan barang/jasa.

Dari uraian diatas maka perbuatan yang tidak patut dilakukan dan sangat bertentangan dengan etika pengadaan adalah apabila salah satu pihak atau secara bersama – sama melakukan praktek korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).

Pengadaan barang dan jasa dapat menjadi titik rawan terjadiny praktek KKN, oleh karena itu perlu adanya upaya untuk meningkatkan mutu pelaksanaan pengadaan barang dan jasa. Upaya tersebut diantaranya dapat dilakukan melalui penyempurnaan peraturan perUndang-Undangan yang berkaitan dengan pengadaan, meningkatkan


(59)

profesionalisme para pelaku pengadaan, meningkatkan pengawasasn serta penegakan hukum.

Norma Pengadaan Barang dan Jasa

Agar tujuan pengadaan barang dan jasa dapat tercapai dengan baik, maka semua pihak yang terlibat dalam proses pengadaan harus mengikuti norma yang berlaku.

Suatu norma baru ada apabila terdapat lebih dari satu orang, karena norma pada dasarnya mengatur tata cara bertingkah laku seseorang terhadap orang lain atau terhadap lingkungannya (Ilmu PerUndang-Undangan, Dasar-dasar dan Pembentukannya oleh Maria Farida Indrati).

Sebagaimana norma lain yang berlaku, norma pengadaan barang/jasa terdiri dari norma tidak tertulis dan norma tertulis.

Norma tidak tertulis pada umumnya adalah norma yang bersifat ideal, sedangkan norma tertulis pada umumnya adalah norma yang bersifat operasional. Norma ideal pengadaan barang/jasa antara lain tersirat dalam pengertian tentang hakekat, filosofi, etika, profesionalisme dalam bidang pengadaan barang/jasa.18 Sedangkan norma pengadaan barang/jasa bersifat operasional pada umumnya telah dirumuskan dan dituangkan dalam peraturan perUndang-Undangan yaitu berupa Undang – Undang, peraturan, pedoman, petunjuk dan bentuk produk statuter lainnya.

18


(60)

Prinsip Pengadaan Barang dan Jasa

Pengadaan barang/jasa harus dilaksanakan berdasarkan prinsip – prinsip pengadaan yang dipraktekkan secara nasional dan internasional yaitu prinsip efisiensi, efektifitas, persaingan sehat, keterbukaan/transparansi, tidak diskriminasi, dan akuntabilitas.

Hal ini sesuai dengan ketentuan dan Keppres No. 80 tahun 2003 Pasal 3 huruf a sampai dengan f dengan penjelasasn sebagai berikut:19

19

Ibid, hal.12

a. Efisien, berarti pengadaan barang/jasa harus diusahakan dengan menggunakan dana dan daya terbatas untuk mencapai sasasran yang ditetapkan dalam waktu sesingkat-singkatnya dan dapatdipertanggungjawabkan.

b. Efektif, bahwa dalam pengadaan barang/jasa harus didasarkan pada kebutuhan yang telah ditetapkan (sasasran yang ingin dicapai) dan dapat memberikan manfaat yang tinggi dan sebenar-benarnya sesuai dengan sasasran yang dimaksud.

c. Persaingan Sehat, yang dimaksud dengan persaingan sehat dalam pengadaan barang/jasa adalah diberinya kesempatan kepada semua penyedia barang/jasa yang setara dan memenuhi persyaratan sesuai ketentuan, untuk menawarkan barang/jasanya berdasarkan etika dan norma pengadaan yang berlaku, dan tidak terjadi kecurangan dan praktek KKN.


(61)

d. Transparansi (Keterbukaan), yaitu memberikan semua informasi dan ketentuan mengenai pengadaan barang/jasa, termasuk syarat teknis administrasi pengadaan, tata cara evaluasi, hasil evaluasi, penetapan calon penyedia barang/jasa, yang sifatnya terbuka kepada peserta penyedia barang/jasa yang berminat, serta bagi masyarakat luas pada umumnya.

e. Tidak Diskriminatif (Adil), yaitu pemberian perlakuan yang sama kepada calon penyedia barang/jasa yang berminat mengikuti pengadaan barang/jasa, dan tidak mengarah untuk memberi keuntungan kepada pihak tertentu dengan cara dan atau alasasn apapun.

f. Akuntabilitas, yaitu adanya pertanggungjawaban pelaksanaan pengadaan barang/jasa (laporan) kepada para pihak yang terkait dan masyarakat berdasarkan etika, norma, dan keuntungan peraturan perUndang-Undangan yang berlaku. Dalam arti bahwa pengadaan barang/jasa harus mencapai sasasran, baik secara fisik, maupun keuangannya serta manfaat atas pengadaan tesebut terhadap tugas umum pemerintahaan dan/atau pelayanan masyarakat sesuai dengan prinsip – prinsip serta ketentuan yang berlaku dalam pengadaan barang/jasa.

Dalam hal syarat – syarat yang ditetapkan dalam pengadaan komponen listrik antara PT. PLN (PERSERO) WIL. SUMUT dengan CV. YAPINDO terdapat didalam dokumen pengadaan tentang pengadaan LBS Manual (Vacum/Gas) 3Phasas 27 KV, 630 A OD untuk kebutuhan (Basket II) penurunan saidi dan Saifi semester I TA 2008


(62)

Cabang Rantau Prapat dengan No. 002.DP / 611 / PPLBJ (B) – B.TEK / 2008 yang terdiri dari IV BAB dan Pasal - Pasal.

Adapun syarat – syarat yang dimaksud adalah :

1. Syarat – Syarat Umum sebagaimana yang diatur dalam Bab I Dokumen Pengadaan tersebut :

 Lingkup pengadaan yaitu pengadaan LBS Manual (Vacum/Gas) 3Phasas 27 KV, 630 A OD untuk kebutuhan (Basket II) penurunan saidi dan Saifi semester I TA 2008 Cabang Rantau Prapat sebanyak 12 unit (Pasal 4).

 Pengadaan ini dilaksanakan berdasarkan ketentuan - ketentuan pengadaan barang dan jasa yang tercantum dalam keputusan direksi PT. PLN (PERSERO) No : 100.K/010/DIR/2004 tanggal 7 Juni 2004, No : 159 – 1.K/010/DIR/2004 tanggal 1 Agustus 2004, No : 200.K/010/DIR/2004 tanggal 28 SePT.ember 2004, No : 227.K/010/DIR/2004 tanggal 27 Oktober 2004 dan No : 034-1.K/010/DIR/2005 tanggal 14 Februari 2005 (Pasal 5).

 Sifat pengadaan adalah pelelangan umum dengan system pemilihan langsung, syarat –syarat pengadaan adalah rekanan / pemborong yang diUndang dan telah memenuhi syarat / lulus prakualifikasi, dilarang ikut sebagai perserta / penjamin dalam penawaran antara lain : Pegawai Negeri, Pegawai BUMN/Daerah dan Pegawai Bank Milik Pemerintah/Daerah, mereka yang dalam pengawasasn pengadilan, yang dinyatakan pailit, yang keikutsertaannya akan bertentangan dengan tugasnya, yang masih dikenakan skorsing dan mereka yang berwenang menandatangani kontrak atau kuasasnya sedang menjalani hokum pidana (Pasal 6).


(63)

 Bentuk syarat – syarat kelengkapan surat penawaran antara lain : peserta agar mengajukan penawaran harga pengadaan barang dan jasa melalui system e-Procruitment yang tersedia diruang Bidding melalui system Bidding, berkas – berkas penawaran dibuat dalam rangkap satu asli lengkap dengan lampiran – lampirannya dan bermaterai, bertanggal, ditandatangani oleh penanggung jawab perusahaan dan bila penandatanganan penawaran dikuasaskan maka penerima kuasas harus mencantumkan dalam akte pendirian atau perubahannya, harga penawaran dan rincian ditulis dengan benar, kepengkapan data administrasi dan teknis disusun dalam bundel dengan dilengkapi / dilampiri antara lain :

a. Kelengkapan administrasi :

- Copy Tanda Daftar Perusahaan (TDP) yang masih berlaku.

- Copy Surat Keterangan Izin Tempat Usaha (SKITU) yang masih berlaku. - Copy Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SPPKP) yang masih

berlaku.

- Referensi bank tahun berjalan dari bank umum yang diakui oleh PT. PLN (Persero).

- Asli dan copy jaminan penawaran (Bid Bond). - Surat pernyataan dibuat sesuai dengan formulir. - Surat dukungan dari pabrik atau distributor.

- Memiliki sertifikat mutu SPM/LMK dan lulus uji jenis / tipe tes yang dikeluarkan dari PT. PLN Jasa Teknik Kelistrikan yang masih berlaku. - Memiliki sertifikat ISO 9001.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah penulis jabarkan pada pokok bahasasn di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. lahirnya perjanjian yang berasasl dari kontrak kerja antara PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara dan CV. YAPINDO didasarkan pada adanya hubungan dalam pemenuhan kebutuhan akan komponen listrik, yang disesuakian dengan unsur-unsurnya sahnya suatu perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata.

2. Setelah mencermati perihal hak dan kewajiban kedua belah pihak dalam surat perjanjian antara PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara dengan CV. YAPINDO terdapat kecenderungan bahwa PT. PLN (Persero) lebih mendominasi kontrak kerja tersebut, melihat dari minimnya kewajiban yang dibebankan terhadap PT. PLN (Persero) apabila terjadi wan prestasi. Namun, karena perjanjian tersebut merupakan kedua elah pihak, maka telah sesuai dengan asas konsensualitas dalam perjanjian.

3. Apabila terjadi wan prestasi oleh salah satu atau kedua belah pihak maka akan diselesaikan dengan jalan musyawarah. Namun, apabila msyawarah tidak menemukan jalan keluar maka akan diselesaikan secara litigasi melalui Pengadilan Negeri, sebagaimana diaitur dalam Pasal 16 Surat Perjanjian antara PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara dengan CV. YAPINDO tentang


(2)

Pengadaan LBS Manual (Vacum/Gas) 3 Phasas 27 KV, 630 A OD untuk Kebuthan (Basket II) Penurunan Saidi dan Saifi Semester I TA 2008 Cabang Rantau Parapat-LBS Manual (Vacum/Gas) 3 Phasas 27 KV, 630 A OD = 12 Unit.

4. Pross penyelesaian yang ditempuh oleh PT. PLN (Persero) dan CV. YAINDO sebagaimana disebutkan di atas telah sesua dengan ketentuan yang diatur dalam Keppres Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah.

B. Saran

1. Perjanjian yang dibuat sebaiknya tidak memberatkan pada salah satu pihak dimana PT. PLN (Persero) sebagai pihak pembeli / pengguna dalam hal membuat perjanjian / kontrak dengan CV. YAPINDO sebagai pihak penyedia barang dan jasa sebaiknya merupakan hasil kesepakatan bersama bukan kontrak baku.

2. Perlu adanya Undang – Undang tentang pengadaan barang dan jasa untuk memperkuat dasar hukum pengadaan barang dan jasa, dimana status hukum pengadaan barang dan jasa diatur dalam KEPPRES No. 80 Tahun 2003 tentang pedoman pelaksanaan pengadaan barang dan jasa belum memadai.

3. Dalam kontrak pengadaan barang sangat rentan dengan apa yang dikenal publik dengan mark up / penggelembungan dana,dimana hal ini ujungnya berakibat pada kerugian negara.oleh karena itu disarankan agar para pihak lebih transparan


(3)

utk memaparkan data-data yang ada agar dapat dipertanggungjawabkan nantinya jika ada yang tidak sesuai dengan prosedur kontrak.

4. Untuk mencegah terjadinya mark up / penggelembungan dana dalam pengadaan barang dan jasa, maka diperlukan peningkatan pengawasasn oleh lembaga atau institusi pemantau pengadaan barang dan jasa, misalnya Lembaga Pemantau Pengadaan Barang dan Jasa Indonesia (Indonesia Procurement Watch).

5. Adanya proses perencanaan pengadaan yang dilakukan secara profesional, dan sebaiknya sesuai dengan rencana strategis dari dokumen perencanaan pembangunan yang ditetapkan.

6. Melakukan pembinaan dan pelatihan bagi pekerja PT.PLN (Persero) Wil. Sumut oleh pihak CV. YAPINDO untuk dapat memelihara dan merawat alat – alat yang telah dibeli agar PT. PLN (Persero) Wil. Sumut dapat mandiri dalam melakukan pemeliharaan juga mengurangi biaya pemeliharaan alat – alat tersebut agar lebih efisien.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Buku – buku

Subekti, R, Aneka Perjanjian, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995. :

Arrasjid, Chainur, Pengantar Ilmu Hukum, Yani Corporation 1988.

Badrulzaman, Mariam Darus, KUHPerdata, Buku III Hukum Perikatan Dengan Penjelasasnnya, Alumni, 1993.

Baros , Wan Sadjaruddin, Beberapa Sendi Hukum Perikatan, Universitas Sumatera Utara Press, 1992.

Fuady, Munir, Hukum Kontrak; Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001.

Harahap, M. Yahya, Segi- Segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung, 1986.

Kamaroesid, Herry, Tata Cara Penyusunan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Mitra Wacana Media, Jakarta, 2009.

Kamus Besar Bahasas Indonesia edisi ketiga , Balai Pustaka, Pusat Bahasas Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, 2005.

Muhammad, Abdul Kadir, Hukum Perikatan, Alumni, Bandung, 1982.

Prodjodikoro, Wirjono, R, Asas-asas Hukum Perdata, Sumur, Bandung, 1983.

Rusli Hardijan, Hukum Perjanjian Indonesia Dan Common Law, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1993.

Salim H.S, Hukum Kontrak, Teori & Teknik Penyusunan Kontrak, Sinar Grafika, Jakarta, 2006.

Simanjuntak P.N.H, Pokok – Pokok Hukum Perdata Indonesia, Djambatan, Jakarta, 2009.

Soekanto, Soerjono, Penelitian Hukum Normatif, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,1994.


(5)

Suharnoko, MLI, Hukum Perjanjian, Teori dan Analisa Kasus, Prenada Media Group, Jakarta, 2008.

Sutedi Adrian, Aspek Hukum Pengadaan Barang dan Jasa, dan Berbagai Permasalahannya, Sinar Grafika, Jakarta, 2008.

Utrecht, E, Pengantar Dalam Hukum Indonesia, Ichtiar, Jakarta, 1962.

Dokumen dan Brosur

Brosur Perusahaan Listrik Negara Wilayah II Sumatera Utara, Tahun 2008. Dokumen Pengadaan Barang CV. YAPINDO, 15 Mei 2007.

Surat Perjanjian Antara PT. PLN (PERSERO) Wilayah Sumatera Utara dengan CV. Yapindo tentang Pengadaan Barang LBS Manual (Vacum/Gas) Nomor : 048. PJ / 611 /BISAD /2008 pada tanggal 14 April 2008.

Tim Naskah Akademis BPHN, “Naskah Akademis Lokakarya Hukum Perikatan,” Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional, 1985.

Internet :


(6)

Peraturan PerUndang-Undangan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Keppres No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah.