Savoy Homann Bidakara Hotel, Bandung, 2 Oktober 2013 ISBN : 978-602-17761-1-7
108
Balai Besar Pulp dan Kertas Bandung
peningkatan opasitas lembaran serat. Ini dapat dimengerti bahan aditif tersebut dengan
ukuran partikelnya yang kecil banyak mengisi ronga-rongga
antara serat
sewaktu pembentukan lembaran serat, sehingga
meningkatan sifat tidak tembus cahaya opasitas meningkat.
E. Pencermatan Sifat Produk Jadi
Percermatan sifat produk tersebut lembaran serat berbasis selulosa secara
menyeluruh memperkuat segala indikasi sebelumnya bahwa pulp selulola mikrobial
hampir seluruhnya terdiri dari rantai polimer selulosa yang tersusun sedemikian rupa
sehingga rantai-rantai
tersebut saling
berkontak secara sejajar satu terhadap lainnya membentuk kelompok cluster dengan
diameter jauh lebih kecil dari pada serat ligno- selulosa Anonim, 2013. Ukuran kecil cluster
berpengaruh positif
terhadap sifat
fisiskekuatanoptik lembaran serat yang dihasilkan, akan tetapi menyebabkan lebih
lamanya waktu drainase air selama pembentukan lembaran tersebut. Atas dasar itu
secara operasional keadaan tersebut tidak ekonomis untuk produk kertas, dan pulp
selulosa mikrobial lebih sesuai untuk produk dengan kemurnian selulosa tinggi antara lain
dissolving pulp. Guna keperluan pembentukan lembaran untuk tujuan produk kertas, pulp
selulosa mikrobial pulp nata de cassava perlu dicampur dengan pulp sabut kelapa pada
proporsi tertentu 75+25 dan 50+50. IV. PROSPEK PEMANFAATAN SERAT
ALTERNATIF
Limbah cair pengolahan tapioka, limbah air buah kelapa, dan limbah sabut kelapa
terindikasi berprospek sebagai serat alternatif untuk pulp dan produk turunannya a.l. kertas
dan dissolving pulp, sehingga ikut berperan mengurangi ketergantungan pemakaian bahan
serat berligno-selulosa konvensional kayu hutan alam. Hal tersebut dapat pula
mengurangi tingkat kerusakan hutan alam akibat antara lain perambahan, pembalakan
liar, dan ekstraksi kayu. Kenyataannya, hutan berperan penting sebagai paru-paru dunia
karena melakukan
proses fotosintesa
khususnya di bagian daun pohon melalui reaksi antara CO
2
dari udara dengan air berasal dari tanah melalui resapan akar, ke
arah batang, cabang, ranting, hingga akhirnya ke daun, menghasilkan senyawa sederhana
karbohidrat dan melalui metabolisme lebih lanjut pada pohon dibentuk antara lain tubuh
pohon. Dengan demikian fenomena tersebut ikut menjaga keseimbangan ekosistem,
mengatur persediaan air tanah, mengurangi intensitas pemanasan global, mencegah
bencana banjir dan erosi, menjaga keanekaragaman hayati flora dan fauna,
menjaga perubahan iklim yang ekstrim antara musin, dan akhirnya melestarikan sumber daya
alam Anonim, 2013b. Pengolahan pulp selulosa mikrobial nata
de coco dan nata de cassava berindikasi lebih ramah lingkungan dan hemat energi, karena
merupakan proses biosintesa dengan bantuan mikrooragnisme bakteri. Pulp tersebut dapat
dicampur dengan pulp kayu atau pulp serat ligno-selulosa lain sabut kelapa hasil
pengolahan konvensional. Pencampuran tersebut bisa mengurangi pemakaian pulp hasil
pengolahan konvensional sehingga dapat mengurangi pula pemakaian energi.
Pengolahan pulp konvensional umumnya banyak mengkonsumsi energi panas dan
listrik Anonim, 2010b; 2013. Pengolahan pulp sabut kelapa dengan
proses semi-kimia soda alkali juga berindikasi lebih ramah lingkungan karena
tidak menggunakan bahan mengandung sulfur yang bersifat racun terhadap mahluk hidup
dan korosif pada peralatan logam, dan juga lebih hemat dalam pemakaian air proses
dibandingkan proses konvensional secara kimia Anonim, 2012a; 2013.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
a. Limbah cair pengolahan tapioka, limbah air buah kelapa, dan limbah sabut kelapa
berprospek sebagai serat alternatif untuk pulpproduk turunannya a.l. kertas dan
dissolving pulp,
sehingga dapat
mengurangi pemakaian bahan serat berligno-selulosa konvensional terutama
kayu hutan alam. b. Konversi serat dari limbah cair
pengolahan tapioka dan limbah air buah kelapa berlangsung melalui proses
biosintesi dengan
bantuan mikroorganismebakteri Acetobacter spp.
dilanjutkan dengan perlakuan tertentu
ISBN : 978-602-17761-1-7 Savoy Homann Bidakara Hotel, Bandung, 2 Oktober 2013
Balai Besar Pulp dan Kertas Bandung
109
alkali menghasilkan pulp selulosa mikrobial.
c. Pulp selulosa mikrobial hasil biosintesis limbah cair pengolahan tapioka disebut
pulp nata de cassava; sedangkan untuk hasil biosintesis limbah air kelapa disebut
pulp nata de coco. d. Sabut kelapa dikonversi nenjadi serat dan
selanjutnya pulp, melalui tahap persiapan dilanjutkan dengan proses pengolahan
pulp semikimia soda panas terbuka. e. Pada campuran pulp nata de cassava
dengan pulp sabut kelapa, dan campuran pulp nata de coco dengan pulp kayu
mangium, bahan serat dengan porsi campuran pulp kayu mangium dan pulp
sabut kelapa yang semakin tinngi lebih sesuai untuk produk kertas.
f. Porsi campuran optimum untuk produk kertas adalah 75+25 dan 50+50
baik asal campuran pulp nata de coco + pulp kayu mangium; ataupun asal
campuran pulp nata de cassava + pulp sabut kelapa.
g. Bahan serat dari 100 pulp nata de coco atau 100 pulp nata decassava lebih
dikehendaki untuk dissolving pulp. Dissolving pulp melalui proses sintesis
lebih lanjut dihasilkan a.l.. sutera tiruan, plastik, ramuan peledak, bahan keperluan
tekstil, ramuan kosmetik, dan penghambat nyala api.
h. Pengolahan pulp selulosa mikrobial nata de coco dan nata de cassava berindikasi
lebih ramah lingkungan dan hemat energi, karena
merupakan produk
proses biosintesis.
i. Pulp hasil biosintesis tersebut dapat dicampur dengan pulp kayu atau pulp serat
berligno-selulosa lain hasil pengolahan konvensionil. Hal tersebut dapat
mengurangi porsi pemakaian pulp konvensional.
Pengolahan pulp
konvensional umumnya
banyak mengkonsumsi energi.
j. Pengolahan pulp sabut kelapa dengan proses semi-kimia soda alkali juga
berindikasi lebih ramah lingkungan karena tidak menggunakan bahan bersulfur
bersifat racun dan korosif, dan juga lebih hemat pemakaian air proses dibandingkan
proses pulping konvensional secara kimia. k. Secara
keseluruhan mengurangi
ketergantungan pada serat konvensional, dan penerapan proses pengolahan
pulpproduk turunannya yang lebih ramah lingkungan
dan lebih
hemat energipemakaian air ikut berperan pula
melestarikan sumber daya alam
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1998. Bacterial cellulose as surface treatment for fibrous web, U.S. United
States Patent 4861427 Anonim. 2006. Confectioners syrup from
tapioca processing
waste. http:onlinelibrary.wiley.comdoi10.100
2star.19830351207abstract. Diakses: 15 Juni 2013.
Anonim. 2007. Technical Association of the Pulp and Paper Industries TAPPI’s Test
Methods. TAPPI Press. Atlanta, Georgia.
Anonim. 2010. Industri pulp dan kertas Indonesia menghadapi persaingan pasar
global. Makalah disakikan pada Diskusi Panel Industri Kehutanan Menghadapi
Persaingan Pasar Global, di Jakarta pada bulan Agustus 2010. Jakarta.
Anonim. 2010a. The process of tapioca starch production.
http:www.thaitapiocastarch.orgproduct
s.asp. Diakses: 15 Juni 2013.
Anonim. 2010b. Types of pulping processes. http:www.paperonline.orgpaper-
makingpaper-productionpulpingtypes- of-pulping-processes. Diakses pada 12
Desember 2012 Anonim. 2011. Country Wise Paper,
Paperboard Production, and Consumption Statistics.
http:www.paperonweb.comCountry.ht
m. Accessed on 30 April 2013.
Anonim. 2011a. Statistik Indonesia pada 2010. Badan Pusat Statistik Jakarta.
Anonim. 2011b. The cotton fibers. http:algodonsuperior.comitems-of-
interestthe-cotton-fiber?lang=en. Accessed on 22 April 2013.