4 mempunyai
kemampuan mencegah,
meredam, mencapai
kesiapan, dan
mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu UURI
Nomor 24
Tahun 2007
tentang Penanggulangan Bencana.
Tabel Variabel perhitungan tingkat bahaya bencana banjir
Variabel Parameter
Karakteristik banjir lokal
- Tinggi genangan
- Lama genangan
- Frekuensi
genangan Sumber : BNPB dan modifikasi peneliti
3. Kerentanan Vulnerability
Kerentanan adalah suatu keadaan penurunan ketahanan akibat pengaruh
eksternal yang mengancam kehidupan, mata pencaharian,
sumber daya
alam, infrastruktur, produktivitas ekonomi, dan
kesejahteraan. Hubungan antara bencana dan kerentanan menghasilkan suatu kondisi
resiko, apabila kondisi tersebut tidak dikelola dengan baik Wignyosukarto,
2007. Berdasarkan
International Strategi for Disater Reduction ISDR, Diposaptono
dalam Ristya 2012 bahwa kerentanan adalah kondisi yang ditentukan oleh faktor-
faktor
fisik, sosial,
ekonomi, dan
lingkungan atau proses meningkatkan
kerawanan suatu masyarakat terhadap dampak bencana.
a. Kerentanan fisik
Kerentanan fisik menggambarkan suatu kondisi fisik terhadap faktor
bahaya tertentu yang merujuk pada perhatian
serta kelemahan
atau kekurangan
pada lokasi
serta lingkungan terbangun. Kerentanan fisik
meliputi kepadatan bangunan dan kerusakan jaringan jalan.
b. Kerentanan sosial
Kerentanan sosial menggambarkan kondisi tingkat kerapuhan sosial dalam
menghadapi bahaya BAKORNAS PB, 2002. Dengan demikian, kondisi sosial
masyarakat juga mempengaruhi tingkat kerentanan terhadap ancaman bahaya
tertentu
seperti jumlah
penduduk berdasarkan jenis kelamin, penduduk
usia tua, penduduk usia balita, maupun banyaknya penduduk cacat.
c. Kerentanan ekonomi
Kerentanan ekonomi
menggambarkan suatu kondisi tingkat kerapuhan ekonomi dalam menghadapi
ancaman bahaya BAKORNAS PB, 2002.
Kemampuan ekonomi atau status ekonomi
suatu individu
atau masyarakat sangat menentukan tingkat
kerentanan terhadap ancaman bahaya. Pada ummnya masyarakat di daerah
miskin atau kurang mampu lebih rentan terhadap bahaya, karena tidak memiliki
kemampuan finansial memadai untuk melakukan upaya pencegahan atau
mitigasi bencana.
d. Kerentanan lingkungan
Lingkungan hidup suatu masyarakat sangat
mempengaruhi kerentanan.
Masyarakat yang tinggal di daerah pinggiran sungai misalnya, akan selalu
terancam bahaya
banjir. Kondisi
lingkungan tersebut
menentukan tingkat kerentanan terhadap ancaman
bahaya seperti intensitas curah hujan yang tinggi, ketinggian topografi,
drainase permukaan, kemiringan lereng suatu
daerah, penggunaan
lahan
5 maupun jenis tanah dari daerah
tersebut.
4. Banjir
Banjir adalah tinggi muka air melebihi normal pada sungai dan biasanya
mengalir meluap melebihi tebing sungai dan luapan airnya menggenang pada suatu
daerah genangan Hadisusanto, 2011
Kerawanan banjir adalah keadaan yang menggambarkan mudah atau tidaknya
suatu daerah
terkena banjir
dengan didasarkan pada faktor-faktor alam yang
mempengaruhi banjir antara lain faktor meteorologi
intensitas curah
hujan, distribusi curah hujan, frekuensi dan
lamanya hujan
berlangsung dan
karakteristik daerah
aliran sungai
kemiringan lahankelerengan, ketinggian lahan, tekstur tanah dan penggunaan lahan
suherlan, 2001.
Menurut M. Syahril 2009, kategori atau jenis banjir terbagi berdasarkan lokasi
sumber aliran permukaan dan berdasarkan mekanisme terjadinya banjir.
Berdasarkan lokasi
sumber aliran
permukaan: 1.
Banjir kiriman Banjir kiriman ini disebabkan oleh
peningkatan debit air sungai yang mengalir.
2. Banjir lokal
Banjir lokal disebabkan oleh tingginya intensitas curah hujan dan belum
tersedianya sarana drainase memadai dan lebih bersifat setempat, sesuai
dengan luas sebaran hujan lokal.
3. Banjir Rob
Banjir ini disebabkan oleh tingginya pasang surut air laut yang melanda
daerah pinggiran laut atau pantai.
Berdasarkan mekanisme banjir yaitu : 1.
Reguler Flood : Banjir yang diakibatkan oleh hujan
2. Irreguler Flood : Banjir yang
diakibatkan oleh selain hujan, seperti tsunami,
gelombang pasang,
dan hancurnya bendungan.
5. Metode SkoringPembobotan
Menurut Departemen
Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata,
Fakultas Kehutanan, IPB, pembobotan merupakan teknik pengambilan keputusan
pada suatu proses yang melibatkan berbagai faktor secara bersama-sama dengan cara
memberi bobot pada masing-masing faktor tersebut.
Pada penelitian ini penentuan bobot diperoleh dari pendapat atau penilaian para
pakar dalam bentuk kuesioner penilaian. Sementara itu pembobotan faktor yang
terbaik menurut BNPB 2012 diperoleh melalui konsensus pendapat para ahli atau
yang terkenal disebut Analytic Hierarchy Proses AHP.
D. METODE PENELITIAN
1. Konsep Penelitian
Penelitian ini dirumuskan dengan menentukan tingkat bahaya banjir kemudian
menentukan kerentanan wilayah terhadap banjir. Penentuan kelas kerentanan maupun
tingkat bahaya banjir di analisis dengan menggunakan
metode skoring
dan pembobotan.
Tingkat bahaya
banjir dilihat
berdasarkan karakteristik banjir seperti lama genangan, tinggi genangan, dan frekuensi
genangan. Kerentanan wilayah terhadap banjir dilihat berdasarkan kondisi sosial,
kondisi ekonomi, kondisi lingkungan dan kondisi fisik dimana dari kondisi-kondisi
tersebut
tersebut terdapat
parameter- parameter yang mendukungnya.
6 Parameter
kerentanan wilayah
terhadap banjir dalam penelitian ini yaitu tingkat kepadatan penduduk, penduduk
berdasarkan jenis
kelamin, presentase
jumlah penduduk usia tua-balita, penduduk penyandang
disabilitas, kemiskinan
penduduk, persentase rumah tangga yang bekerja di sektor rentan, tingkat kepadatan
bangunan, presentase kerusakan jaringan jalan, intensitas curah hujan, penggunaan
lahan, ketinggian topografi, dan jarak dari sungai.
2. Lokasi Penelitian
Bahan BPBD
DIY telah
mengeluarkan peta
Sebaran Kejadian
Bencana Banjir di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2015 seperti pada gambar
4.1. Dengan demikian penelitian ini mengambil studi kasus di daerah kecamatan
mantrijeron dan kecamatan kraton yang berkemungkinan mempunyai tingkat bahaya
dan kerentanan yang tinggi terhadap bencana banjir, dengan alasan lain melihat
daerah tersebut juga merupakan daerah yang memiliki tingkat kejadian banjir yang
tinggi berdasarkan peta.
3. Kerangka kerja penelitian
4. Pengumpulan data
Pada dasarnya
penelitian ini
menggunakan data sekunder dan data primer. Sebagian besar yang dikumpulkan
dalam penelitian ini berupa data sekunder dan studi kepustakaan yang bersumber dari
instansi-instansi berkaitan
dengan pengumpulan data penelitian. Sebagian lagi
berupa data primer diperoleh dari survei lapangan yang langsung dilakukan di daerah
penelitian dengan melakukan kuisioner dan wawancara kepada penduduk sehingga
A. Kerangka kerja penelitian
Mulai Studi pendahuluan :
Latar belakang
Tujuan
Rumusan masalah
Survey lapangan dan Wawancara masyarakat
Kuesioner para pakar di instansi-
instansi terkait
Hasil dan Pembahasan Kesimpulan dan Saran
Selesai Data sekunder :
Peta sebaran kejadian bencana banjir di Daerah DIY
Data BPS 2015
Data penggunaan lahan Kota Yogyakarta
Data curah hujan Kota Yogyakarta
Pembobotan
Analisis tingkat bahaya banjir Analisis tingkat kerentanan
bencana banjir