1
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cidera jarum suntik dan benda tajam merupakan kejadian kecelakaan kerja yang paling sering terjadi pada tenaga medis di pelayanan kesehatan. Mahasiswa
keperawatan termasuk salah satu yang sangat beresiko terkena cidera jarum suntik dan benda tajam di rumah sakit. Smith Leggat 2005 dalam penelitiannya menyebutkan
13.9 dari 274 mahasiswa keperawatan pernah mengalami cidera jarum suntik dan benda tajam selama 12 bulan menjalani praktik klinik. Hal yang sama juga
dikemukakan oleh Talas 2005 bahwa pada survey yang telah dilakukan didapatkan hasil 71.1 489688 mahasiswa keperawatan di Iran mengalami cidera jarum suntik
dan benda tajam Talas, 2009. Sementara itu studi pendahuluan yang dilakukan oleh bagian profesi PSIK FKIK UMY didapatkan hasil 93 mahasiswa pada tahap profesi
mengalami cidera jarum suntik dan benda tajam selama 14 minggu pertama pendidikan profesi.
Banyak penyebab tingginya angka cidera jarum suntik dan benda tajam pada mahasiswa keperawatan. Yang pertama, terbatasnya pengalaman klinik yang dimiliki
oleh mahasiswa keperawatan. Kedua, kurangnya bimbingan yang dilakukan oleh preseptor klinik. Ketiga, rendahnya kesadaran dan pengetahuan mahasiswa
keperawatan mengenai akibat cidera luka tusukan jarum dan benda tajam Sharma, et.al., 2009; Talas, 2009; Smith Leggat, 2005.
Bahaya terkena cidera jarum suntik dan benda tajam beraneka macam. Dari mulai tertular HIV, hepatitis, bahkan sampai infeksi. Jika mahasiswa keperawatan sudah
terpapar pada komplikasi akibat cidera jarum suntik dan benda tajam akan mengakibatkan terkendalanya proses belajar mengajar sehingga mahasiswa tidak dapat
menyelesaikan studi bahkan bisa mengalami kecacatan seumur hidup.
2
Salah satu cara untuk mengurangi kejadian cidera tusukan jarum suntik dan benda tajam adalah dengan menciptakan lingkungan belajar yang aman untuk mahasiswa
keperawatan. Bimbingan yang baik dari preseptor akan menciptakan suasana yang nyaman saat belajar dan akan menjadi role model yang baik bagi mahasiswa
keperawatan. Upaya yang dilakukan dengan kegiatan bed side teaching yang terarah.
Bedside teaching BST merupakan komponen penting dalam pendidikan kedokteran, khususnya pendidikan keperawatan. BST merupakan metode pembelajaran di samping
pasien. Metode ini merupakan cara yang paling efektif untuk meningkatkan kompetensi ketrampilan mahasiswa. Selain itu, dalam pembelajaran ini juga
memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk belajar tentang pengkajian riwayat dan pemeriksaan fisik. Metode pembelajaran ini menempatkan perawat sebagai role
model baik role model ketrampilan maupun sikap
B. Perumusan Masalah