Mekanisme Penghapusan Piutang Pajak dan Masalahnya di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Petisah

(1)

LAPORAN TUGAS AKHIR

MEKANISME PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK DAN MASALAHNYA DI KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA MEDAN PETISAH

O L E H

NAMA : LEDI KURNIADI NIM : 122600038

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan segala hikmat dan karunia-Nya serta untuk setiap berkat yang telah dianugerahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini yang diberi judul “Mekanisme Penghapusan piutang Pajak Dan Masalahnya Di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Petisah” dengan baik guna memenuhi salah satu syarat kelulusan untuk menyelesaikan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan tugas akhir ini, Penulis telah banyak menerima bantuan moril, spiritual, dorongan serta bimbingan maupun informasi dari berbagai pihak yang sangat berperan aktif mulai dari tahap awal hingga selesainya tugas akhir ini. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Drs. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Sumatera Utara.


(3)

2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si, selaku Ketua Program Studi Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Sumatera Utara. 3. Ibu Arlina, SH, M.Hum, selaku Sekretaris Jurusan Program Studi Administrasi

Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Arifin Lubis, M.M. Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah membantu serta membimbing penulis dalam menyusun dan menyelesaikan Tugas Akhir ini dari awal hingga selesai.

5. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh staf dan pegawai Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu, mendidik, membimbing penulis selama perkuliahan.

6. KPP Pratama Medan Belawan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan riset.

7. Bang Johan,Bang wijaya sebagai supervisor di KPP Pratama Medan Belawan yang telah banyak membantu dalam memberikan data.

8. Bu Corby Siburian, Bang Afrizal Pasaribu,S.Sos dan Pak Indra Efendi Rangkuti,S.Sos yang telah membantu saya dalam segala urusan kegiatan yang berhubungan dengan adminstrasi.

9. Kedua orangtua ayah Safaruddin Lubis & Ibunda tercinta Nuriana yang telah memberikan kasih sayang, perjuangan dan setia mendoakan saya.


(4)

10.Kakak, Abang dan Keluargaku yang telah mendoakan dan banyak membantu serta memberikan masukan untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

11.Teman-teman seperjuangan Dela Aria dahaka, Akbar rishandy NST, Liza Ardina, Smayana, Srifauziah, Ika Sarah Mashita, M.Faris Ilham, Saifullah, Okka Junita Fauzie, Dita selyn, Norman, Rezky Ketsyah, Cut Heltrisha, Dyna Hutagalung, Vicky, Novrizal, Agus Abdillah dan semua yang tidak dapat dituliskan dilembaran ini. Terimakasih telah menjadi sahabat-sahabat terbaik selama enam semester ini yang tidak akan terlupakan dalam suka dan duka. 12.Untuk sahabat-sahabat Masria Silalahi, Nurmawillis Nst, Ishar Marzuki, Irham

Sanjaya, Sahrial, Rizal Lubis, Abi Dermawan terimakasih sudah setia menjadi sahabat terbaik sampai dengan sekarang, suka maupun duka.

13.Kelas TAX A,B & C 2012, yang menjadi teman dan tempat aku berbagi, dan Pengurus IMPROSAJA FISIP USU Periode 2014-2015.

14.Seluruh pihak yang membantu penulis, baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.

Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis menyadari kekurangan dan kelemahan baik dalam teknik penulisan maupun isi, untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan Tugas Akhir ini. Akhir kata, penulis mendoakan semoga Allah SWT selalu memberikan magfirah-Nya


(5)

kepada kita semua dan semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Medan, Juni 2015

Ledi Kurniadi NIM : 122600038


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………... i

DAFTAR ISI………....…...iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 1

B.Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 3

C.Uraian Teoritis ... 5

D.Ruang Lingkup Praktek Kerja Lapangan Mandiri ... 8

E.Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 9

F.Metode Pengumpulan Data ... 11

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM ... 12

A.Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Petisah ... 12

B.Visi dan Misi KPP Pratama Medan Petisah ... 16

C.Tugas dan Fungsi KPP Pratama Medan Petisah ... 18

D.Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Petisah ... 19

E.Gambaran Pegawai KPP Pratama Medan Petisah ... 27

BAB III GAMBARAN DATA PKLM ... 29

A.Ketentuan ... 29


(7)

C. Syarat-Syarat dan Prosedur Pelaksanaan Penghapusan Piutang Pajak ... 38

D.Mekanisme Pengusulan dan Tindak Lanjut Keputusan Penghapusan Piutang Pajak ... 47

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI DATA ... 52

A.Mekanisme Pelaksanaan Penghapusa Piutang Pajak dan Penetapan Besarnya Penghapusan Piutang Pajak Di KPP Pratama Medan Petisah ... 52

B.Hambatan-Hambatan dalam Pelaksanaan Penghapusan Piutang Pajak... .59

C.Upaya-Upaya Yang Dilakukan untuk Mengatasi Hambatan Penghapusan Piutang Pajak ... 60

D.Penghapusan Piutang Pajak Yang Belum Dilaksanakan Di KPP Pratama Medan Petisah…………... ... 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 63

A.Kesimpulan ... 63

B.Saran ... 65 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(8)

(9)

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Pemerintah berupaya untuk mewujudkan masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera dengan cara melaksanakan perbaikan dan pembangunan disegala bidang. Dalam melaksanakan program pembangunan tersebut maka pemerintah Indonesia membutuhkan anggaran dana yang besar. Dana tersebut diperoleh dari penerimaan dalam negeri dan penerimaan luar negeri yang berupa bantuan dari pinjaman dari luar negeri.

Namun, perekonomian negara tidak dapat terus-menerus bergantung kepada bantuan dan pinjaman dari luar negeri. Maka, sesuai dengan fungsi pajak yang sering disebut dengan fungsi budgeter yaitu sumber dana untuk membiayai pengeluaran rutin negara, pemerintah mengupayakan pajak sebagai dana utama pembangunan.

Pemerintah menetapkan pajak sebagai sumber dana utama dalam pembangunan dikarenakan penerimaan pajak merupakan pemasukan dana yang paling potensial bagi negara karena besarnya pajak seiring dengan laju pertumbuhan penduduk, perekonomian, dan stabilitas politik.

Pajak dapat diartikan sebagai iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapat kontraprestasi secara langsung yang dapat ditujukan dan


(11)

2

digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Mengingat pentingnya fungsi dari pajak tersebut diperlukan suatu cara atau sistem untuk memperlancar jalannya pelaksanaan pungutan pajak.

Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER – 02/PJ/2012, Piutang Pajak adalah piutang yang timbul atas pendapatan pajak sebagaimana diatur dalam Undang - Undang Perpajakan yang belum dilunasi sampai dengan akhir periode pelaporan.

Piutang pajak bagi Negara adalah utang pajak bagi wajib pajak.Timbulnya piutang pajak dalam Self Assestment adalah secara formal yaitu pada saat wajib pajak memasukkan Surat Pemberitahuan.Hal ini berbeda dengan system Official Assestment yaitu menurut ketentuan Peraturan Perundang – Undangan Perpajakan Penghapusan piutang pajak dapat dilakukan dari: Wajib Pajak yang meninggal dunia dengan tidak meninggalkan harta warisan, dan tidak mempunyai ahli waris, wajib pajak yang tidak mempunyai harta kekayaan lagi, dibuktikan dengan surat keterangan dari pejabat yang berwenang, wajib pajak yang hak penagihannya telah daluwarsa berdasarkan pasal 22 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007, Wajib Pajak yang tidak dapat ditagih lagi karena sebab lain, seperti Wajib Pajak yang tidak dapat ditemukan lagi.

Berdasarkan uraian-uraian yang dikemukan diatas, maka penulis tertarik untuk mengangkat judul tentang “Mekanisme Penghapusan Piutang Pajak Dan Masalahnya Di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Petisah”.


(12)

B.Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri

1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Adapun yang menjadi tujuan dari pelaksanaan PKLM adalah :

1.1Untuk mengetahui Langkah - Langkah Mekanisme Penghapusan Piutang Pajak di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Petisah.

1.2 Untuk mengetahui apa saja yang menjadi hambatan–hambatan dalam pelaksanaan Mekanisme Penghapusan Piutang Pajak tersebut.

1.3Untuk mengetahui upaya - upaya yang akan dilakukan oleh pemerintah dalam mengatasi hambatan-hambatan Mekanisme Penghapusan Piutang Pajak.

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri 2.1 Bagi Mahasiswa

a. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan di bidang perpajakan. b. Agar dapat menerapkan teori - teori yang didapat selama perkuliahan. c. Belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja.

d. Menguji dan mengukur kemampuan yang dimiliki mahasiswa dalam menghadapi situasi dunia kerja.

e. Mengaplikasikan disiplin ilmu yang telah dipelajari ke dalam permasalahan yang timbul selama PKLM khususnya tentang administrasi perpajakan. 2.2 Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah


(13)

4

a. Sebagai sarana untuk mempererat hubungan yang positif antara Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah dengan Program Studi Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara.

b. Sebagai bahan masukan bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah dalam melaksanakan pemungutan pajak.

c. Dengan dilaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), mahasiswa dapat memberikan kritik dan saran untuk memperbaiki sistem pelayanan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah.

2.3 Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

a. Mempererat hubungan kerjasama Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dengan instansi pemerintah khususnya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah.

b. Membuka interaksi antara Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah dalam memberikan uji nyata mengenai ilmu pengetahuan yang diterima mahasiswa melalui PKLM.

c. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia di kalangan mahasiswa Program Studi Administrasi Perpajakan FISIP USU.


(14)

d. Mempromosikan Universitas Sumatera Utara sebagai Penghasil Sumber Daya Manusia yang berkualitas dan layak saing di dunia kerja.

C.Uraian Teoritis

1. Definisi Pajak

Beberapa definisi pajak menurut para ahli:

Menurut Rochmat Soemitro (Mardiasmo, 2006:1) menyatakan bahwa : “Pajak adalah iuran rakyat kepada Negara berdasarkan Undang-Undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”.

Menurut P. J. A. Adriani (Waluyo, 2010:3) yang dimaksud : “Pajak adalah iuran wajib masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (Undang-Undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjukan dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan”.

Menurut N.J.Feldman (Resmi, Siti 2003:1): “Pajak adalah prestasi yang dipaksakan oleh sepihak dan terutang kepada pengusaha oleh pihak yang terutang kepada pengusaha (menurut norma-norma yang ditetapkan secara umum), tanpa adanya kontraprestasi dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum”.


(15)

6

2. Fungsi Pajak 2.1 Fungsi Budgeter

Yaitu memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke kas negara, dengan tujuan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara.

2.2 Fungsi Reguler

Yaitu pajak digunakan sebagai alat untuk mengatur masyarakat baik di bidang ekonomi, sosial, maupun politik dengan tujuan tertentu.

3. Pengertian Wajib Pajak

Wajib Pajak orang adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. (Pasal 1 angka 2 UU KUP)

4. Piutang Pajak

Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER – 02/PJ/2012, Piutang Pajak adalah piutang yang timbul atas pendapatan pajak sebagaimana diatur dalam Undang - Undang Perpajakan yang belum dilunasi sampai dengan akhir periode pelaporan.

Piutang pajak bagi Negara adalah utang pajak bagi wajib pajak.Timbulnya piutang pajak dalam Self Assestment adalah secara formal yaitu pada saat wajib pajak memasukkan


(16)

Surat Pemberitahuan.Hal ini berbeda dengan system Official Assestment yaitu menurut ketentuan Peraturan Perundang – Undangan Perpajakan.

Berdasakan Peraturan Menteri Keuangan No. 68/PMK.03/2012 tanggal 2 Mei 2012 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Pajak dan Penetapan Besarnya Penghapusan Piutang Pajak yang dapat dihapuskan adalah:

1. Piutang pajak yang tercantum dalam: a. Surat Tagihan Pajak (STP);

b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB);

c. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT); d. Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT);

e. Surat Ketetapan Pajak (SKP);

f. Surat Ketetapan Pajak Tambahan (SKPT);

g. Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali yang menyebabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar bertambah.

2. Piutang pajak yang dapat dihapuskan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 untuk Wajib Pajak orang pribadi adalah piutang pajak yang tidak dapat ditagih lagi karena:

a. Wajib Pajak dan atau Penanggung Pajak meninggal dunia dan tidak mempunyai harta warisan atau kekayaan;


(17)

8

b. Wajib Pajak dan atau Penanggung Pajak tidak dapat ditemukan; c. Hak untuk melakukan penagihan pajak sudah daluwarsa;

d. Dokumen sebagai dasar penagihan pajak tidak ditemukan dan telah dilakukan penelusuran secara optimal sesuai dengan ketentuan Perundang-undangan di bidang perpajakan; atau

e. Hak Negara untuk melakukan penagihan pajak tidak dapat dilaksanakan karena kondisi tertentu sehubungan dengan adanya perubahan kebijakan dan atau berdasarkan pertimbangan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

3. Piutang pajak yang dapat dihapuskan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 untuk Wajib Pajak Badan adalah piutang pajak yang tidak dapat ditagih lagi karena:

a. Wajib Pajak bubar, likuidasi,atau pailit dan Penanggung Pajak tidak dapat ditemukan;

b. Hak untuk melakukan penagihan pajak sudah daluwarsa;

c. Dokumen sebagai dasar penagihan pajak tidak ditemukan dan telah dilakukan penelusuran secara optimal sesuai dengan ketentuan Perundang-undangan di bidang perpajakan.

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri


(18)

1. Langkah-Langkah Pelaksanaan Mekanisme Penghapusan Piutang Pajak di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Petisah..

2. Apa saja yang menjadi hambatan-hambatan dalam pelaksanaan Mekanisme Penghapusan Piutang Pajak tersebut.

3.Upaya - upaya yang akan dilakukan oleh pemerintah dalam mengatasi Mekanisme Penghapusan Piutang Pajak.

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Metode yang akan digunakan dalam pelaksanaan PKLM ini adalah : 1. Tahap Persiapan

Yaitu melakukan penentuan judul dan tempat pelaksanaan PKLM, menyusun proposal serta konsultasi dengan pihak - pihak yang berhubungan dengan pelaksanaan PKLM ini.

2. Studi Literatur

Yaitu kegiatan studi mencari data dan informasi dengan membaca landasan teori, menelaah buku - buku literatur, peraturan perundang - undangan dibidang perpajakan, majalah, surat kabar, internet, catatan-catatan, maupun bahasa tertulis lainnya yang berhubungan dengan laporan PKLM yang mendukung laporan ini.


(19)

10

Yaitu dengan melakukan peninjauan atau pengamatan secara langsung pada objek praktek kerja lapangan untuk mengetahui sistem - sistem yang berlaku serta mempelajari laporan - laporan yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas.

4. Pengumpulan Data

Dalam hal ini penulis mengumpulkan data primer dan skunder yang berhubungan dengan apa yang dikerjakan pada PKLM nanti yang diperlukan dalam penyusunan laporan akhir dari kegiatan PKLM. Data primer adalah data yang diperoleh dari pihak pendukung seperti laporan, atau dokumen-dokumen.

5. Analisis Data dan Evaluasi

Yaitu kegiatan studi yang dilakukan dengan cara menganalisa permasalahan dan kendala yang dihadapi dan mencari tahu atau menanyakan solusi/jalan keluar yang terbaik untuk memecahkan masalah tersebut.

F. Metode Pengumpulan Data

Dalam melakukan pengumpulan data digunakan tiga metode yaitu : 1. Metode Pengamatan (Observation)

Pengumpulan dan pencarian data dengan cara langsung maupun tidak langsung terjun ke lapangan untuk melakukan peninjauan yang dilakukan oleh penulis


(20)

dengan mengadakan pengamatan langsung ditempat PKLM sehubungan dengan objek studi yang akan di spesialisasikan oleh penulis.

2. Daftar Dokumentasi (Documentation)

Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dari buku - buku, peraturan undang - undang perpajakan serta sumber lainnya.


(21)

12 BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM

A. Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Petisah

Sebagai gambaran umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah semula bernama Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara didirikan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 94/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994 yang kemudian diubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak Medan Petisah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 443/KMK.01/2001 tanggal 23 Juli 2001 dan dengan adanya modernisasi di lingkungan DJP, maka sejak tanggal 27 Mei 2008 berubah nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 191/KMK.01/2008 yang merupakan gabungan dari Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan serta Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak, yang akan melayani Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), serta melakukan pemeriksaan tetapi bukan lembaga yang memutuskan keberatan.

Seiring dengan perubahan kinerja di lingkungan DJP untuk menuju yang lebih baik, maka dilakukan reorganisasi di lingkungan DJP melalui sistem modernisasi. Dengan adanya reorganisasi tersebut, maka unit kerja yang dulu dikenal KPP diganti dengan KPP Pratama dan KPP Madya. Unit kerja tersebut adalah :


(22)

1. KPP Madya Medan

2. KPP Pratama Medan Barat 3. KPP Pratama Medan Petisah 4. KPP Pratama Binjai

5. KPP Pratama Medan Belawan 6. KPP Pratama Medan Kota 7. KPP Pratama Medan Timur 8. KPP Pratama Medan Polonia 9. KPP Pratama Lubuk Pakam

Adapun ruang lingkup wilayah kerja dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah meliputi :

1. Waskon I yang wilayah kerjanya meliputi : a. Sekip.

b. Sei Sikambing C II. c. Sei Sikambing D. d. Sei Putih Tengah. e. Sei Putih Timur. f. Helvetia Timur.

2. Waskon II yang wilayah kerjanya meliputi : a. Petisah Tengah.


(23)

14

3. Waskon III yang wilayah kerjanya meliputi : a. Sunggal.

b. Tanjung Rejo. c. Helvetia Tengah. d. Tanjung Gusta. e. Babura Sunggal. f. Kampung Lalang.

4. Waskon IV yang wilayah kerjanya meliputi : a. Sei Putih Tengah.

b. Sei Putih Timur II. c. Cinta Damai. d. Dwi Kora. e. Helvetia.

f. Sei Sikambing B. g. Simpang Tanjung.

Adapun jumlah Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Medan Petisah periode 31 Desember 2014 berjumlah yang terdiri dari:


(24)

Tabel 1 Jumlah Wajib Pajak KPP Pratama Medan Petisah

No Jenis Wajib Pajak Jumlah 1 Orang Pribadi 88.932

2 Badan 11.424

3 Bendaharawan 217

Sumber: KPP Pratama Medan Petisah

` KPP Pratama adalah instansi vertikal Direktoral Jenderal Pajak yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah. KPP Pratama mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan dan pelayanan pajak di bidang Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM), dan Pajak Bumi dan Bangunan dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan per Undang-Undangan yang berlaku.

Makna Logo Direktorat Jenderal pajak

Dalam menentukan logo, tentu saja instansi yang bersangkutan memiliki pertimbangan-pertimbangan khusus, apalagi instansi kepemerintahan seperti Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah yang berada di bawah naungan Menteri Keuangan (MenKeu) Republik Indonesia. Setiap logo tentunya memiliki makna-makna tersendiri begitu juga dengan Departemen Keuangan Republik Indonesia.


(25)

16

Keterangan :

1) Tulisan yang berbunyi “Nagara Dana Rakca” artinya penghimpunan negara. 2) Bentuk padi melambangkan kemakmuran.

3) Bentuk kapas melambangkan bersih.

4) Bentuk sayap merupakan hakekat dari struktur yang kuat dan tangguh serta terkoordinir.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa lambang Menteri Keuangan memiliki makna, yaitu: “Menteri keuangan yang bertugas sebagai penghimpun dana negara yang bersih demi kemakmuran rakyat Indonesia”.

B. Visi dan Misi KPP Pratama Medan Petisah

Keberhasilan program modernisasi di lingkungan DJP, tidak hanya dapat membawa perubahan paradigma dan perubahan perilaku pegawai DJP, tetapi lebih jauh juga dapat memberikan dampak positif terhadap percepatan penerapan praktek-praktek good


(26)

governance pada institusi pemerintah secara keseluruhan. Untuk mencapai tujuan tersebut, Direktorat Jenderal Pajak telah mencanangkan visi dan misi sebagai pedoman dalam melakukan setiap kegiatan.

Adapun Visi dan Misi tersebut adalah sebagai berikut :

Visi Menjadi institusi pemerintahan yang menyelenggarakan sistem administrasi perpajakan modern yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi

Misi Misi Fiskal : Menghimpun penerimaan dalam negeri dari sektor pajak yang mampu menunjang kemandirian pembiayaan pemerintah berdasarkan Undang-Undang Perpajakan dengan tingkat efektifitas dan efisiensi yang tinggi.

Misi Ekonomi : Mendukung kebijaksanaan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ekonomi bangsa dengan kebijakan perpajakan dengan meminimalkan distorsi.

Misi Politik : Mendukung proses demokratisasi bangsa.

Misi Kelembagaan : Senantiasa memperbaharui diri, selaras dengan aspirasi masyarakat dan teknologi perpajakan serta admistrasi perpajakan mutakhir.

Moto Pelayanan Kantor Pelanyanan Pajak (KPP) Pratama Medan Petisah Profesional


(27)

18

Amanah Sederhana Transparan Inovatif

C. Tugas dan Fungsi KPP Pratama Medan Petisah

Dalam melaksanakan tugasnya, KPP Pratama Medan Petisah menyelenggarakan fungsi:

a. Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, serta penilaian objek Pajak Bumi dan Bangunan.

b. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan.

c. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya.

d. Penyuluhan perpajakan.

e. Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak. f. Pelaksanaan ekstensifikasi.

g. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak. h. Pelaksanaan pemeriksaan pajak.

i. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak. j. Pelaksanaan konsultasi perpajakan


(28)

k. Pelaksanaan intensifikasi l. Pembetulan ketetapan pajak

m. Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/ atau Bangunan.

n. Pelaksanaan administrasi kantor.

D. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Petisah

Struktur Organisasi adalah suatu bagan yang menggambarkan secara sistematis mengenai penetapan tugas-tugas, fungsi dan wewenang serta tanggung jawab pegawai masing-masing telah ditentukan sebelumnya. Tujuannya adalah untuk membina keharmonisan kerja agar pekerjaan dapat dilaksanakan dengan baik, teratur dan efisien. Jenis struktur organisasi yang digunakan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah adalah jenis struktur line and staff organization atau gabungan dari jenis struktur organisasi garis dan organisasi fungsional.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah dipimpin oleh seorang Kepala Kantor yang secara operasional bertanggung jawab kepada Kepala Kantor wilayah Ditjen Pajak. Adapun organisasi yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah, antara lain :

1. Sub Bagian Umum

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) 3. Seksi Pelayanan


(29)

20

4. Seksi Pemeriksaan 5. Seksi Penagihan 6. Seksi Ekstensifikasi

7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I 8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II 9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III 10. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV

11. Kelompok Fungsional Pemeriksa Pajak dan Penilai PBB

Tugas dan fungsi masing-masing akan di uraikan dalam setiap seksi, untuk dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Masing-masing seksi dipimpin oleh seorang kepala seksi. Untuk dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsi sesuai Keputusan Menteri Keuangan Nomor 94/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994, maka pembagian tugas dan wewenang masing-masing seksi dalam struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah adalah :

1. Kepala KPP (Kepala Kantor)

Tugas dan fungsi nya adalah sebagai berikut :

a. Mengkoordinasi penyusunan rencana kerja kantor sebagai bahan penyusunan rencana strategi kantor wilayah.


(30)

b. Mengkoordinasi penyusunan rencana pengamanan penerimaan pajak berdasarkan potensi pajak, perkembangan kegiatan ekonomi keuangan dan realisasi peerimaan tahun lalu.

c. Mengkoordinasi pelaksanaan tindak lanjut nota kesepahaman (MOU) sesuai arahan kepala kantor wilayah.

d. Mengkoordinasi rencana pencarian data strategis dan potensial dalam rangka intensifikasi/ ekstensifikasi perpajakan.

e. Mengkoordinasi pelaksanaan rencana pencarian data strategis dan potensial dalam rangka intensifikasi/ ekstensifikasi perpajakan

f. Mengkoordinasi pengolahan data yang sumber datanya strategis dan potensial dalam rangka intensifikasi/ ekstensifikasi perpajakan.

g. Mengkoordinasi pembuatan risalah perincian dasar pengenaan pemotongan atau pemungutan pajak atas permintaan wajib pajak berdasarkan hasil perhitungan ketetapan pajak.

h. Mengkoordinasi pengolahan data guna menyajikan informasi perpajakan. i. Mengkoordinasi penyusunan monografi perpajakan.

j. Mengkoordinasi pemantauan pelaporan dan pembayaran masa dan tahunan PPh dan pembayaran masa PPN/PPnBM serta pembayaran BPHTB dan PBB untuk mengetahui tingkat kepatuhan wajib pajak serta mengendalikan pelaksanaan pemeriksaan pajak.


(31)

22

2. Sub Bagian Umum

Tugas dan fungsi nya adalah sebagai berikut:

a. Pelaksanaan Tata Usaha dan Kepegawaian yang bertugas membantu menangani Tata Usaha dan Kepegawaian.

b. Pelaksanaan Keuangan yang bertugas menangani urusan Keuangan.

c. Pelaksanaan Rumah Tangga yang bertugas menangani urusan perlengkapan Rumah Tangga.

3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Tugas dan fungsi nya adalah sebagai berikut:

a. Melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan.

b. Perekaman dokumen perpajakan. c. Merekam SSP lembar 3.

d. Merekam SPT Masa PPN 1107, 1107A dan 1107B. e. Merekam PPh Pasal 21.

f. Merekam PPh Pasal 23/26.

g. Merekam PPh Final Pasal 4 ayat 3

h. Melakukan urusan tata usaha penerimaan perpajakan.

i. Melakukan pengalokasian Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.


(32)

j. Memberikan pelayanan dukungan teknis komputer. k. Pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filing.

l. Pelaksanaan i-SISMIOP dan SIG. m. Penyiapan laporan kinerja. 4. Seksi Pelayanan

Tugas dan fungsi nya adalah sebagai berikut:

a. Melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan. b. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan.

c. Melakukan Penyuluhan Perpajakan.

d. Menerima, meneliti, dan merekam surat permohonan dari Wajib Pajak dan surat-surat lainnya.

e. Melakukan penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan Wajib Pajak dan surat lainnya.

f. Melakukan penatausahaan pendaftaran, pemindahan data, dan pencabutan identitas Waib Pajak.

g. Melakukan urusan kearsipan Wajib Pajak h. Melakukan Kerjasama Perpajakan 5. Seksi Penagihan

Tugas dan fungsi nya adalah sebagai berikut:


(33)

24

b. Pelaksanaan penagihan, yang bertugas membantu penyiapan surat tagihan, surat paksa, surat perintah, melaksanakan penyitaan, usulan lelang, dan penagihan lainnya.

c. Pelaksanaan penatausahaan Surat Ketetapan Pajak dan Surat Tagihan Pajak beserta bukti pembayarannya.

d. Pelaksanaan penatausahaan Surat Keputusan Pembetulan/ Keberatan/Putusan Banding/ Pengurangan atau Pembatalan ketetapan Pajak dan Surat Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi pada Seksi Penagihan.

6. Seksi Pemeriksaan

Tugas dan fungsi nya adalah sebagai berikut: a. Melakukan penyusunan rencana pemeriksaan. b. Pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan.

c. Penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

7. Seksi Ekstensifikasi

Tugas dan fungsi nya adalah sebagai berikut:

a. Pelaksanaan Pemprosesan dan Penatausahaan Dokumen Masuk di Seksi Ektensifikasi Perpajakan.

b. Melakukan pengamatan potensi perpajakan. c. Pendataan objek dan subjek pajak.


(34)

d. Pembentukan dan pemutakhiran basis data nilai objek pajak dalam menunjang ekstensifikasi.

8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi

Tugas dan fungsi nya adaah sebagai berikut:

a. Melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak.

b. Membimbingan/menghimbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis perpajakan.

c. Melakukan penyusunan profil Wajib Pajak. d. Menganalisis kinerja Wajib Pajak.

e. Memberikan konsultasi kepada wajib pajak tentang ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

f. Memberikan usulan pembetulan ketetapan pajak, pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan.

g. Pelaksanaan penyelesaian permohonan keberatan, pembetulan, pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah di KPP.

h. Melakukan evaluasi hasil banding.

i. Melakukan rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya.


(35)

26

j. Penyuluhan perpajakan. 9. Fungsional Pemeriksa dan Penilai

Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perUndang-Undangan yang berlaku. Kelompok jabatan fungsional terdiri dari sejumlah jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang keahliannya.

a) Pejabat fungsional pemeriksa koordinasi dengan seksi pemeriksaan sedangkan pejabat fungsional penilai berkoordinasi dengan seksi ekstensifikasi.

b) Setiap kelompok tersebut dikoordinasikan oleh pejabat fungsional senior yang ditunjuk oleh kepala kantor wilayah sebagai supervisor, atau kepala KPP yang bersangkutan.

c) Jumlah jabatan fungsional ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja. d) Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur sesuai dengan peraturan


(36)

STRUKTUR ORGANISASI

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN PETISAH

E. Gambaran Pegawai KPP Pratama Medan Petisah

Telah dijelaskan di atas bahwa wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah adalah Kecamatan Medan Petisah, Kecamatan Medan Sunggal, dan Kecamatan Medan Helvetia. Kantor Pelayanan Pajak Medan Petisah ini dikepalai oleh seorang Kepala Kantor yang membawahi 10 seksi dan 1 kelompok jabatan Fungsional.

KEPALA KANTOR

KASUBBAG

SEKSI PDI SEKSI PELAYANAN

SEKSI PEMERIKSAAN SEKSI

PENAGIHAN

SEKSI

PENGAWASAN DAN KONSULTASI

SEKSI EKSTENSIFIKASI

PERPAJAKAN

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL


(37)

28

Dan berdasarkan data hingga Januari 2013, jumlah pegawai KPP Medan Petisah adalah sebanyak 90 orang, dengan perincian sebagai berikut :

1. Berdasarkan Pendidikan  Master (S2) 8 orang  Sarjana 32 orang  D-IV 5 orang

 D-III/Sarjana Muda 20 orang  D-I 17 orang

 SLTA 8 orang 2. Berdasarkan Pangkat

 Golongan IV 1 orang  Golongan III 52 orang  Golongan II 37 orang 3. Berdasarkan Esselon

 Eselon III 1 orang  Eselon IV 9 orang  Fungsional 12 orang

Account representative (AR) 20 orang  Pelaksana 40 orang


(38)

BAB III

GAMBARAN DATA PKLM

A. Ketentuan

1.Sistem Pemungutan Pajak a. Official Assesment System

Sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan aparatur perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Dalam sistem ini, inisiatif serta kegiatan menghitung dan memungut pajak sepenuhnya berada ditangan para aparatur perpajakan. Dengan demikian berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak tergantung pada aparatur perpajakan.

b. Self Assessment System

Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang Wajib Pajak dalam menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Dalam sistem ini, inisiatif serta kegiatan menghitung dan memungut pajak sepenuhnya berada di tangan Wajib Pajak. Wajib Pajak dianggap mampu menghitung pajak, mampu memahami undang-undang yang sedang berlaku dan mempunyai kejujuran tinggi, serta menyadari akan arti pentingnya membayar pajak. Oleh karena itu, Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk memperhitungkan sendiri pajak yang terutang, membayar


(39)

30

sendiri jumlah pajak yang terutang, melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang dan mempertanggungjawabkan pajak yang terutang. Dengan demikian, berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak terutang pada Wajib Pajaknya sendiri. c. With Holding System

Sistem pemungutan pajak memberi wewenang kepada pihak ketiga yang ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Penunjukan pihak ketiga ini dilakukan sesuai peraturan perundan g-undangan perpajakan, keputusan presiden dan peraturan lainnya untuk memotong dan memungut pajak, menyetor dan mempertanggungjawabkan melalui sarana perpajakan yang tersedia. Berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak tergantung pada pihak ketiga yang ditunjuk.

1.2 Hak dan Kewajiban Wajib Pajak a. Kewajiban

Sebagai Wajib Pajak tentunya memiliki kewajiban yang harus mereka penuhi sebagai wujud kepatuhan berdasarkan undang-undang dan pera serta dalam pembangunan, kewajiban Wajib Pajak menurut undang-undang No. 16 Tahun 2009 adalah sebagai berikut :

1. Mendaftarkan diri pada Kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan


(40)

kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak, apabila telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif.

2. Melaporkan usahanya pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Pengusaha dan tempat kegiatan dilakukan untuk dikukuhkan menjadi Pengusha Kena Pajak.

3. Mengisi Surat Pemberitahuan dengan benar, lengkap dan jelas dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf latin,angka arab, satuan mata uang Rupiah, serta menandatangani dan menyampaikan kekantor Direktorat Jenderal Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak.

4. Menyampaikan Surat Pemberitahuan dalam Bahasa Indonesia dengan menggunakan satuan mata uang selain Rupiah yang diizinkan, yang pelaksanaanya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. 5. Membayar atau menyetor pajak yang terutang dengan menggunakan surat setoran pajak ke Kas Negara melalui tempat pembayaran yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

6. Membayar pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dengan menggunakan Surat Ketetapan Pajak.

7. Menyelenggarakan Pembukuan bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan Wajib Pajak Badan yang


(41)

32

melakukan pencatatan bagi wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.

8. Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak atau Objek yang terutang pajak, memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang yang dipandang perlu dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan dan/atau memberikan keterangan lain yang perlu diperiksa apabila diperiksa. b. Hak-Hak Wajib Pajak

Hak-hak Pajak menurut Undang-undang No. 16 Tahun 2009 adalah sebagai berikut:

1. Melaporkan beberapa Masa Pajak dalam 1 Surat Pemberitahuan Masa.

2. Mengajukan surat keberatan dan banding bagi wajib pajak dengan kriteria tertentu.

3. Memperpanjang waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan untuk paling lama 2 bulan dengan cara menyampaikan pemberitahuan secara tertulis atau dengan cara lain kepada Direktorat Jenderal Pajak.

4. Menyampaikan pernyataan tertulis, dengan syarat Direktorat Jenderal Pajak belum melakukan tindakan pemeriksaan.


(42)

6. Mengajukan Keberatan kepada Direktorat Jenderal Pajak.

7. Mengajukan permohonan banding kepada badan peradilan pajak atau Surat Keputusan Keberatan.

8. Menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa khusus untuk menjalankan hak dan memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Memperoleh pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi berupa bunga atas keterlambatan pelunasan kekurangan pembayaran pajak dalam hal Wajib Pajak menyampaikan pembetulan Surat Pemberitauan Tahunan Pajak Penghasilan Tahunan Pajak Penghasilan sebelum Tahun 2007, yang mengakibatkan pajak yang masih harus dibayar menjadi lebih besar dan dilakukan paling lama dalam jangka waktu 1 (satu) tahun setelah berlakunya UU No.28 Tahun 2007. 1.3. Subjek Dan Objek Pajak

1. Subjek Pajak

Yang dimaksud dengan subjek pajak adalah orang pribadi atau badan dan bentuk usaha tetap, warisan tidak/belum dibagi yang bertempat tinggal di Indonesia yang memungkinkan dapat menerima atau memperoleh penghasilan di Indonesia.

2. Objek Pajak

Secara teoritis yang dimaksud dengan Objek Pajak adalah keadaan-keadaaan, peristiwa-peristiwa, atau perbuatan yang melibatkan objek berupa penghasilan yang selayaknya dikenakan pajak.


(43)

34

B.Pengertian Dan Dasar Hukum Mekanisme Penghapusan Piutang Pajak 1. Pengertian Penghapusan Piutang Pajak

Piutang Pajak adalah piutang yang timbul atas pendapatan pajak sebagaimana diatur dalam undang-undang perpajakan yang belum dilunasi sampai dengan akhir periode laporan keuangan.

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 539/KMK.03/2002 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menter Keuangan No. 68/PMK.03/2012 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Pajak dan Penetapan Besarnya Piutang Pajak mengatur tentang Piutang Pajak yang dapat dihapuskan.

Dirjen Pajak memberikan kebijaksanaan dan kepastian hukum bagi Wajib Pajak yang masih memiliki kewajiban pajak yang masih terhutang namun dapat dihapuskan sebagaimana dalam ketentuan tersebut.

1. Piutang pajak yang dapat dihapuskan adalah piutang pajak yang tercantum dalam: a. Surat Tagihan Pajak (STP);

b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB);

c. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT); d. Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT);

e. Surat Ketetapan Pajak (SKP);


(44)

g. Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar bertambah.

2. Piutang pajak yang dapat dihapuskan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk Wajib Pajak orang pribadi adalah piutang pajak yang tidak dapat atau tidak mungkin ditagih lagi, disebabkan karena:

a. Wajib Pajak dan/atau Penanggung Pajak meninggal dunia dan tidak mempunyai harta warisan atau kekayaan;

b. Wajib Pajak dan/atau Penanggung Pajak tidak dapat ditemukan; c. Hak untuk melakukan penagihan pajak sudah daluwarsa;

d. Dokumen sebagai dasar penagihan pajak tidak ditemukan dan telah dilakukan penelusuran secara optimal sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di bidang perpajakan; atau

e. Hak negara untuk melakukan penagihan pajak tidak dapat dilaksanakan karena kondisi tertentu sehubungan dengan adanya perubahan kebijakan dan/atau berdasarkan pertimbangan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

3. Piutang pajak yang dapat dihapuskan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk Wajib Pajak badan adalah piutang pajak yang tidak dapat atau tidak mungkin ditagih lagi, disebabkan karena:


(45)

36

a. Wajib Pajak bubar, likuidasi, atau pailit dan Penanggung Pajak tidak dapat ditemukan;

b. Hak untuk melakukan penagihan pajak sudah daluwarsa;

c. Dokumen sebagai dasar penagihan pajak tidak ditemukan dan telah dilakukan penelusuran secara optimal sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di bidang perpajakan; atau

d. Hak negara untuk melakukan penagihan pajak tidak dapat dilaksanakan karena kondisi tertentu sehubungan dengan adanya perubahan kebijakan dan/atau berdasarkan pertimbangan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

2. Dasar Hukum Penghapusan Piutang Pajak

Adapun yang menjadi dasar hokum mekanisme penghapusan piutang pajak ini adalah sebagai berikut :

1. Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2009 Tentang KetentuanUmum Dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP).

2. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 68/PMK. 03/2012 Tentang :Tata Cara Penghapusan Piutang Pajak Dan Penetapan Besarnya Penghapusan.

3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 85/PMK.03/2010 tanggal 13 April 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 24/PMK.03/2008


(46)

Tentang cara Pelaksanaan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa dan Pelaksanaan Penagihan Seketika Sekaligus.(2010).

4. Surat Edaran Direktorat Jenderal PajakNomor SE-13/PJ/2013 Tentang Tata Cara Pengusulan Dan Tindak Lanjut Penghapusan Piutang Pajak.

5. Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER – 02/PJ/2012 Tentang Penggolongan Kualitas Piutang Pajak Dan Cara Penyisihan Piutang Pajak.

Tahun 2009, Tanggal 25 Mar 2009.

Keuangan - 539/KMK.03/2002, Tanggal 31 Des 2002.

8.

Keputusan Menteri Keuangan - 565/KMK.04/2000, Tanggal 26 Des 2000.

10.

23 Mei 1997.

11.


(47)

38

C.Syarat-Syarat Dan Prosedur Pelaksanaan Penghapusan Piutang Pajak

1. Syarat-Syarat Mekanisme Penghapusan Piutang Pajak

1.1 Syarat-syarat Penghapusan Piutang Pajak

Penghapusan piutang pajak dapat dilakukan dalam hal hak menagih Direktorat Jenderal Pajak telah melampaui jangka waktu dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak penerbitan Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, serta Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali.

Untuk memastikan keadaan Wajib Pajak atau piutang pajak yang tidak dapat atau tidak mungkin ditagih lagi, Direktorat Jenderal Pajak wajib dilakukan penelitian setempat atau penelitian administrasi dan hasilnya dilaporkan dalam Laporan Hasil Penelitian. Laporan Hasil Penelitian tersebut harus menggambarkan keadaan Wajib Pajak atau Piutang Pajak yang bersangkutan sebagai dasar untuk menentukan besarnya Piutang Pajak yang tidak dapat ditagih lagi sehingga diusulkan untuk dihapus.

Piutang Pajak hanya dapat diusulkan untuk dihapuskan setelah adanya Laporan Hasil Penelitian dan Kepala Kantor Pelayanan Pajak setiap akhir tahun takwim menyusun Daftar Usulan Penghapusan Piutang Pajak berdasarkan Laporan Hasil Penelitian. Usulan Penghapusan Piutang Pajak setiap awal tahun berikutnya disampaikan kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak atasannya. Selanjutnya, Kepala Kantor Wilayah


(48)

Direktorat Jenderal Pajak menyampaikan Daftar Usulan Penghapusan Piutang Pajak yang telah diteliti kepada Direktur Jenderal Pajak.

1.2Penelitian Setempat dan Penelitian Administrasi

Dalam Pasal 2 Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor 625/PJ./2001 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Pajak dan Penetapan Besarnya Penghapusan Piutang Pajak dijelaskan yang dimaksud dengan penelitian setempat dan penelitian administrasi. Penelitian setempat dilakukan oleh Juru Sita Pajak Negara terhadap piutang pajak yang tidak dapat atau tidak mungkin ditagih lagi karena:

o Wajib Pajak yang meninggal dunia dengan tidak meninggalkan harta warisan dan tidak mempunyai ahli waris, atau ahli waris tidak dapat ditemukan, yang dibuktikan dengan Surat Keterangan kematian dan surat keterangan yang menyatakan bahwa Wajib Pajak yang meninggal dunia tersebut tidak meninggalkan harta warisan dan tidak mempunyai ahli waris dari pejabat yang berwenang;

o Wajib Pajak yang tidak mempunyai harta kekayaan lagi, dibuktikan dengan surat keterangan dari pejabat yang berwenang yang menyatakan bahwa Wajib Pajak memang benar-benar sudah tidak mempunyai harta kekayaan lagi;

o Berdasarkan surat perintah penelitian setempat yang diterbitkan oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak.


(49)

40

Selanjutnya, penelitian administrasi adalah penelitian terhadap piutang pajak yang tidak dapat ditagih lagi karena Wajib Pajak yang hak penagihannya telah daluwarsa berdasarkan Pasal 22 UU KUP dan hasilnya dituangkan dalam Laporan Hasil Penelitian Administrasi.

2. Pelaksanaan Penghapusan Piutang Pajak

1. Wajib Pajak/Penanggung Pajak badan tidak mempunyai harta kekayaan lagi dimaksudakan bahwa aktiva Wajib Pajak/Penanggung Pajak sudah habis terjual tetapi masih mempunyai hutang termasuk hutang pajak. Dalam hal demikian maka Wajib Pajak/Penanggung Pajak badan tersebut dapat dikatakan tidak mempunyai harta kekayaan lagi.

Untuk mendukung keadaan Wajib Pajak badan tersebut diperlukan dokumen berupa:

- Akta Pembubaran - Neraca Likuidasi - Pernyataan Kepailitan

Piutang pajak yang masih tersisa harus diupayakan tindakan penagihannya kepada wakilnya atau Penanggung Pajaknya. Sebagaimana diketahui bahwa Negara mempunyai hak mendahulu untuk tagihan pajak begitu pula atas barang-barang milik wakilnya, serta orang atau badan yang menurut undang-undang perpajakan pasal 32 ayat (2) KUP dan ketentuan Undang-Undang lainnnya, bertanggung jawab secara pribadi dan/atau secara renteng.


(50)

Pengecualian dari tanggung jawab tentang renteng pada wakil tersebut yaitu dalam hal mereka dapat membuktikan dan meyakinkan Direktorat Jenderal Pajak bahwa mereka dalam kedudukan benar-benar tidak mungkin untuk dibebani tanggung jawab atas yang terhutang tersebut.

Dalam hal Pratik akan dijumpai kasus-kasus dimana Wajib Pajak badan masih ada, belum dinyatakan benar atau likuidasi tetapi selalu non aktif. Apabila Wajib Pajak/Penanggung Pajak badan tersebut mempunyai aktiva dapat disita dan dilelang untuk membayar pajak, akan tetapi banyak Wajib Pajak badan yang diminta untuk menunjukkan neraca saja, kadang-kadang tidak memenuhi.

Dalam golongan ini biasanya Wajib Pajak yang muncul sebagai rekanan-rekanan pemerintah. Dalam hal aktiva badan tidak ada lagi, maka piutang pajak ditagih lagi kepada wakilnya. Jika penagihan sampai tingkat ini piutang pajak tetap tidak mungkin ditagih karena:

- Wakilnya secara nyata juga sudah jatuh miskin dan dikuatkan dengan surat keterangan dari pejabat daerah setempat (Lurah) atau,

- Wakilnya dapat membuktikan dan meyakinkan Jenderal Pajak bahwa mereka benar-benar tidak mungkin dibebani tanggung jawab atas pajak terhutang.

- Maka piutang pajak tersebut dapat dihapuskan dengan syarat wajib pajak badan yang bersangkutan harus membubarkan diri atau dalam hal Wajib


(51)

42

Pajak tidak bersedia membubarkan diri maka penghapusan dilakukan sesudah hak untuk menagih daluwarsa.

2. Bagi Wajib Pajak/Penanggung Pajak Perseorangan maka untuk penghapusan pajaknya diperlukan:

- Surat keterangan dari pejabat daerah setempat (minimal Lurah) yang menyatakan hal itu.

- Surat keterangan dari pemberi kerja apabila Wajib Pajak/Penanggung Pajak menjadi Karyawan, tentang besarnya penghasilan yang diterima.

Keterangan tersebut akan menjadi bahan pertimbangan fiskus untuk meneliti apakah Wajib Pajak/Penanggung Pajak masih mungkin menyisihkan penghasilannya untuk tujuan mengangsur hutang pajaknya.

Wajib Pajak yang hak penagihannya telah daluwarsa berdasarkan pasal 22 Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan bahwa:

Hak untuk melakukan penagihan pajak, termasuk bunga, denda, kenaikan, dan biaya penagihan pajak, daluwarsa setelah melampaui waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak penerbitan Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, serta Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan Surat Keputusan


(52)

Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali, sebagaimana dijelaskan dalam memori penjelasan Pasal 22 ayat (1) Undang-Undang tersebut.

Daluwarsa penagihan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh apabila:

a. diterbitkan Surat Paksa;

b. ada pengakuan utang pajak dari Wajib Pajak baik langsung maupun tidak langsung;

c. diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5), atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (4); atau

d. dilakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan.

Wajib Pajak yang tidak dapat ditagih lagi karena sebab lain, seperti Wajib Pajak yang tidak dapat ditemukan lagi, atau dokumen-dokumen sebagai dasar penagihan pajak tidak lengkap atau tidak dapat ditelusuri lagi disebabkan keadaan yang tidak dapat dihindarkan seperti bencana alam, kebakaran, dan sebagainya. 1. Penyusunan Daftar Piutang Pajak yang diperkirakan tidak dapat atau tidak mungkin


(53)

44

a. Sumber penyusunan daftar ini adalah tindakan STP/SKP/SKPT yang belum lunas.

b. Dari tindakan STP/SKP/SKPT yang belum lunas tersebut dapat diketahui tindakan-tindakan penagihan yang telah dilakukan dicatat dalam tindakan STP/SKP/SKPT yang bersangkutan.

c. Apabila tindakan penagihan telah mencapai tingkat paksa ataupun bahkan sita maka keterangan lebih lanjut dapat dibaca dari laporan pelaksanaan Surat Paksa atau Berita Acara Sita.

d. Penyusunan daftar tersebut dilakukan antara tanggal 25 sampai akhir bulan setiap bulan. Daftar yang dipergunakan adalah: “daftar piutang pajak yang diperkirakan tidak mungkin ditagih lagi”.

e. Kepala Seksi Penagihan bertanggung jawab dalam penyusunan dan menyusun daftar tersebut di atas Kepala Seksi Penerimaan dan Penagihan melakukan penelitian terhadap daftar tersebut selanjutnya ditandatangani dan kemudian diteruskan kepada Kepala KPP.

f. Kepala KPP memberikan catatan atas daftar tersebut dan meneruskan kepada Kepala Seksi Penagihan.


(54)

a. Untuk memastikan keadaan Wajib Pajak yang tercantum dalam daftar Wajib Pajak yang harus dilakukan penelitian setempat, maka harus dilakukan penelitian setempat terhadap Wajib Pajak yang bersangkutan.

b. Penelitian dilakukan oleh Jurusita

Kepala KPP dapat menunjuk jurusita yang dibebani tugas penelitian setempat tersebut dengan mengeluarkan Surat Perintah Penelitian.

c. Laporan hasil penelitian setempat harus menggambarkan keadaan Wajib Pajak yang bersangkutan sebagai dasar untuk menentukan piutang pajak yang tidak dapat ditagih lagi.

Laporan hasil penelitian setempat ini merupakan salah satu syarat untuk dapat menghapusan piutang pajak.Oleh karena itu selain menggambarkan keadaan Wajib Pajak harus diperkuat dengan dokumen-dokumen/ Surat Keterangan dari pihak ketiga.Setelah laporan hasil penelitian setempat ditandatangani oleh kepala KPP:

- Asli laporan disampaikan kepada Kasi Penerimaan dan Peanagihan untuk ditatausahakan.

- Tembusan ke-1 untuk Seksi Tata Usaha Perpajakn (ke berkas induk Wajib Pajak).

- Tembusan ke-2 sebagai arsip penelitian/jurusita. 3. Penelitian Administrasi Tentang Kadaluwarsa


(55)

46

a. Sebagaimana halnya dengan laporan hasil penelitian setempat, maka laporan hasil penelitian administrasi tentang kadaluwarsa hak untuk menagih piutang pajak ini juga merupakan syarat untuk dapat menghapuskan piutang pajak. b. Penelitian administrasi ini dilakukan sejalan dengan pasal 22 KUP dan

dilaksanakan oleh Petugas Pembuat Daftar Usulan Penghapusan Piutang Pajak.

c. Setelah laporan ditandatangani oleh Kepala KPP maka:

- Asli laporan disampaikan kepada Kasie Penagihan untuk ditatausahakan. - Tembusan tersebut menggambarkan secara jelas mengenai alasan

kadaluwarsa tersebut.

4. Pembukuan laporan Hasil Penelitian Setempat

a. Subseksi Tata Usaha Piutang Pajak menyelenggarakan Buku Register Usulan Penghapusan Piutang Pajak.

b. Buku Register Usulan Penghapusan Piutang Pajak dilakukan setiap bulan dengan maksud agar pekerjaan dapat dilakukan secara teliti, berkesinambungan pada akhir bulan.

Setiap bulan Kepala KPP mengirimkan Buku Register Usulan Penghapusan Piutang Pajak itu ke Kantor Wilayah atasannya untuk apabila perlu dilakukan penelitian ulang sekiranya data yang diterima tersebut meragukan. Hasil penelitian oleh Kanwil tersebut diberitahukan kepada Kepala KPP yang bersangkutan untuk dapat melakukan


(56)

penyesuaian sehingga Buku Register tersebut akan memuat daftar piutang yang betul-betul tidak dapat/tidak mungkin ditagih lagi. Salinan SK Menteri Keuangan RI serta Daftar Usulan Penghapusan Piutang Pajak yang berlogo diterima di KPP dan juga dicatat dalam Buku Agenda Surat Masuk, nomor dan tanggal SK tersebut dicatat pula pada Buku Register Usulan Penghapusan Piutang Pajak.

D.Mekanisme Pengusulan Dan Tindak Lanjut Keputusan Penghapusan Piutang Pajak

1. Tata Cara Pengusulan Penghapusan Piutang Pajak

Berdasarkan Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak Nomor SE-13/PJ/2013 Tentang Tata Cara Pengusulan dan Tindak Lanjut Penghapusan Piutang Pajak Bahwa:

1. Usulan penghapusan piutang pajak dilakukan dengan prinsip kehati-hatian. 2. Untuk mencerminkan prinsip kehati-hatian pada angka 1 diatas, Jurusita Pajak wajib:

a. Melakukan pengawasan terhadap piutang pajak yang hak penagihannya akan daluwarsa dan belum dilakukan tindakan penagihan pajak

b. Melakukan penelitian atas piutang pajak yang tidak dapat ditagih lagi, baik penelitian administrasi maupun penelitian setempat, sebagaimana dimaksud


(57)

48

dalam Pasal 2 ayat (1) Peraturan Menteri Keuangan No 68/PMK.03/2012 tanggal 2 Mei 2012 tentang Tata Cara Pengahapusan Piutang Pajak dan Penetapan Besarnya Penghapusan.

3. Penelitian administrasi adalah penelitian yang dilakukan dalam rangka penghapusan piutang pajak yang tidak dapat ditagih lagi karena hak Negara untuk melakukan penagihan pajak tidak dapat dilakukan karena kondisi tertentu sehubungan dengan adanya perubahan kebijakan dan/atau berdasarkan pertimbangan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan dimaksud dalam Pasal 1 ayat (2) huruf e serta Pasal 1 ayat (3) huruf d Peraturan Menteri Keuangan Nomor 68/PMK.03/2012 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Pajak dan Penetapan Besarnya Penghapusan, karena:

a. Hak untuk melakukan penagihan pajak sudah daluwarsa.

b. Dokumen sebagai dasar penagihan pajak tidak ditemukan dan telah dilakukan penelusuran secara optimal sesuai dengan ketentuan Perundang-undangan di bidang perpajakan.

4. Penelitian setempat adalah penelitian yang dilakukan dalam rangka penghapusan piutang pajak yang tidak dapat ditagih lagi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (2) huruf a dan b serta Pasal 1 ayat (3) huruf a Peraturan Menteri Keuangan


(58)

Nomor 68/PMK.03/2012 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Pajak dan Penetapan Besarnya Penghapusan, karena:

a. Wajib Pajak Orang Pribadi dan/atau Penanggung Pajak meninggal dunia dan tidak mempunyai harta warisan atau kekayaan.

b. Wajib Pajak Orang Pribadi dan/atau Penanggung Pajak tidak dapat ditemukan.

c. Wajib Pajak Badan bubar, likuidasi, atau pailit dan Penanggung Pajak tidak dapat ditemukan.

5. Penelitian yang dilakukan dalam rangka Penghapusan Piutang Pajak yang tidak dapat ditagih lagi karena Hak Negara untuk melakukan penagihan pajak tidak dapat dilaksanakan karena kondisi tertentu sehubungan dengan adanya perubahan kebijakan dan/atau berdasarkan pertimbangan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (2) huruf e serta pasal 1 ayat (3) huruf d Peraturan Menteri Keuangan Nomor 68/PMK.03/2012 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Pajak dan Penetapan Besarnya Penghapusan, dapat dilakukan dengan penelitian administrasi maupun penelitian setempat tergantung kondisi dan latar belakang penghapusan piutang pajak tersebut.


(59)

50

6. Pengusulan Penghapusan Piutang Pajak dilakukan secara berjenjang dari Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak dan selanjutnya kepada Direktorat Jenderal Pajak.

7. Usulan Penghapusan Piutang Pajak dari Kepala KPP harus telah diteliti kebenarannya oleh Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak sebelum disampaikan kepada Direktorat Jenderal Pajak.

8. Keseluruhan proses pengusulan Penghapusan Piutang Pajak dan tindak lanjut penerbitan Keputusan Menteri Keuangan (KMK) tentang Penghapusan Piutang Pajak harus diadministrasikan secara tertib dan cermat untuk tujuan pelaporan keuangan dan evaluasi kinerja penagihan.

1. Tindak Lanjut Penghapusan Piutang Pajak

1.a. Dalam rangka menindak lanjuti Keputusan Menteri Keuangan, tentang Penghapusan Piutang Pajak, Kantor Pelayanan Pajak:

a. Memperhatikan tata cara tindak lanjut keputusan penghapusan piutang pajak. b. Mengurangkan data piutang pajak paling lambat 1 (satu) bulan sejak penerimaan

salinan Keputusan Menteri Keuangan tentang Penghapusan Piutang Pajak dan Keputusan Direktur Jenderal Pajak tentang Rincian Penghapusan Piutang Pajak.


(60)

2.a. Dalam rangka menindaklanjuti Keputusan Menteri Keuangan tentang penghapusan piutang pajak, Kantor Wilayah DJP memperhatikan tata cara tindak lanjut keputusan penghapusan piutang pajak.

3.a. Dalam rangka menindaklanjuti Keputusan Menteri Keuangan tentang penghapusan piutang pajak, Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan memperhatikan tata cara tindak lanjut keputusan penghapusan piutang pajak.


(61)

52 BAB IV

ANALISA DAN EVALUASI DATA

A. Mekanisme Pelaksanaan Penghapusa Piutang Pajak dan Penetapan Besarnya Penghapusan Piutang Pajak Di KPP Pratama Medan Petisah.

Bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 24 beberapa kali diubah terakhir dengan menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Pajak dan Penetapan Besarnya Penghapusan.

1.

Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4999);

2. Surat Edaran Direktur Jendral Pajak Nomor SE-13/PJ/2013 tentang Tata Cara Pengusulan dan Tindak Lanjut Penghapusan Piutang Pajak;


(62)

3. Berita acara Penelitian Usulan Penghapusan Piutang Pajak angka 5 yakni “Telah dilakukan penagihan pajak sekurang-kurangnya sampai dengan pemberitahuan Surat Paksa dalam hal piutang pajak tidak dapat ditagih lagi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (2) huruf a dan huruf b serta Pasal 1 ayat (3) huruf a Peraturan Menteri Keuangan Nomor 68/PMK.03/2012 tentang Tata Cara Piutang Pajak dan Penetapan Besarnya;

4.

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3686) sebagaimana telah diubah dengan Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3987);

5. Keputusan Presiden Nomor 56/P Tahun 2010;

Dalam Pasal 1:

(1) Piutang pajak yang dapat dihapuskan adalah piutang pajak yang tercantum dalam: Surat Tagihan Pajak (STP);

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB);

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT); Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT);

Surat Ketetapan Pajak (SKP);


(63)

54

Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar bertambah.

(2) Piutang pajak yang dapat dihapuskan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk Wajib Pajak orang pribadi adalah piutang pajak yang tidak dapat ditagih lagi karena: a. Wajib Pajak dan/atau Penanggung Pajak meninggal dunia dan tidak mempunyai

harta warisan atau kekayaan;

b. Wajib Pajak/dan atau Penanggung Pajak tidak dapat ditemukan; c. Hak untuk melakukan penagihan pajak sudah daluwarsa;

d. Dokumen sebagai dasar penagihan pajak tidak ditemukan dan telah dilakukan penelusuran secara optimal sesuai dengan ketentuan Perundang-Undangan di bidang perpajakan; atau

e. Hak Negara untuk melakukan penagihan pajak tidak dapat dilaksanakan karena kondisi tertentu sehubungan dengan adanya perubahan kebijakan dan/atau berdasarkan pertimbangan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

(3) Piutang pajak yang dapat dihapuskan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk Wajib Pajak badan adalah piutang pajak yang tidak dapat ditagi lagi karena:

a. Wajib Pajak bubar, likuidasi, atau pailit dan Penanggung Pajak tidak dapat ditemukan;


(64)

c. Dokumen sebagai dasar penagihan pajak tidak ditemukan dan telah dilakukan penelusuran secara optimal sesuai dengan ketentuan Perundang-Undangan di bidang perpajakan; atau

d. Hak Negara untuk melakukan penagihan pajak tidak dapat dilaksanakan karena kondisi tertentu sehubungan dengan adanya perubahan kebijakan dan/atau berdasarkan pertimbangan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

Pada Pasal 2:

(1) Untuk memastikan keadaan Wajib Pajak atau piutang pajak yang tidak dapat ditagih lagi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, wajib dilakukan penelitian setempat atau penelitian administrasi oleh Kantor Pelayanan Pajak.

(2) Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Jurusita Pajak dan hasilnya dituangkan dalam laporan hasil penelitian.

(3) Laporan hasil penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus menguraikan keadaan Wajib Pajak dan piutang pajak yang bersangkutan sebagai dasar untuk menentukan besarnya piutang pajak yang tidak dapat ditagih lagi dan diusulkan untuk dihapuskan.

Pada Pasal 3:

(1) Berdasarkan laporan hasil penelitian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2), Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyusun daftar usulan penghapusan piutang pajak.


(65)

56

(2) Daftar usulan penghapusan piutang pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak atasannya. (3) Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak menyampaikan daftar usulan

penghapusan piutang pajak yang telah dilakukan penelitian kepada Direktur Jenderal Pajak.

(4) Direktur Jenderal Pajak mengusulkan penghapusan piutang pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (3) kepada Menteri Keuangan.

Pada pasal 4:

(1) Berdasarkan usulan penghapusan piutang pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (4), Menteri Keuangan menerbitkan Keputusan Menteri Keuangan mengenai penghapusan piutang pajak.

(2) Keputusan Menteri Keuangan mengenai penghapusan piutang pajak untuk menghapuskan piutang pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (2) huruf a, huruf b, huruf c dan huruf d serta Pasal 1 ayat (3) huruf a, huruf b dan huruf c, dibuat sesuai dengan contoh format sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pada Pasal 5:

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan mengenai penghapusan piutang pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Direktur Jenderal Pajak melakukan:


(66)

b. hapus tagih dan hapus buku atas piutang pajak tersebut sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan yang berlaku.

Pada Pasal 6:

Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan atas penugasan dari Menteri Keuangan melakukan reviu atas usulan penghapusan piutang pajak yang disampaikan oleh Direktorat Jenderal Pajak.

Pada Pasal 7:

Ketentuan mengenai tata cara pengusulan dan tindak lanjut penghapusan piutang pajak serta penetapan bentuk lampiran Keputusan Menteri Keuangan mengenai penghapusan piutang pajak, diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal Pajak.

Pada Pasal 8:

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku:

1. Keputusan Menteri Keuangan Nomor

Penghapusan Piutang Pajak dan Penetapan Besarnya Penghapusan; dan

2. Keputusan Menteri Keuangan Nomor

Keputusan Menteri Keuangan

3. No

Besarnya Penghapusan,


(67)

58

Kemudian Pada Pasal 9:

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Dari penjelasan diatas, penulis dapat menganalisa masalah penghapusan piutang pajak yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah bahwa kurangnya kesadaran masyarakat untuk membayar pajak. Sehingga piutang-piutang pajak yang sudah daluwarsa yang tidak dapat ditagih lagi karena belum dibayar oleh pihak Wajib Pajak maka akan diadakannya penghapusan piutang pajak. Bisa juga penghapusan piutang pajak disebabkan karena Wajib Pajak bangkrut, tidak mampu membayar pajaknya lagi.

Berdasarkan tujuan PKLM yang pertama untuk mengetahui Tata Cara Penghapusan Piutang Pajak yaitu:

Piutang pajak yang dapat dihapuskan dalam:

a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB);

b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT); c. Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT);


(68)

e. Surat Ketetapan Pajak Tambahan (SKPT);

f. Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar bertambah;

B. Hambatan-Hambatan dalam Pelaksanaan Penghapusan Piutang Pajak

Dalam pelaksanaan kegiatan penghapusan piuatang pajak yang dilakukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah belum cukup berhasil, hal ini dikarenakan adanya beberapa hambatan :

a.Terbatasnya Kualitas SDM yang tersedia, sehingga perlu ditingkatkan melalui berbagai pembinaan,pelatihan dan sejenisnya.

b.Tidak mendukungnya sistem informasi yang memadai,sehingga seluruh proses perekaman,pemutakhiran dan penyusunan laporan perkembangan piutang pajak hingga saat ini masih dilakukan secara manual.

c.Keterbatasan fasilitas sarana dan prasarana di tiap-tiap KKP termasuk KPP Medan Petisah.

d.Sistem pengamanan dan pengendalian akses ke sistem informasi DJP belum sempurna.


(69)

60

f.Seksi Penagihan tidak menerima tembusan permohonan keberatan atas SKP bersangkutan tidak diketahui.

g.Pemutakhiran data piutang pajak atas wajib pajak pindah tidak akurat.

h.Perubahan atas isi dokumen penagihan Wajib Pajak tanpa sepengetahuan petugas yang berwenang.

i.Piutang pajak yang telah daluwarsa atau tidak dapat ditagih lagi belum dibuatkan usulan penghapusan oleh WP.

C. Upaya Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengatasi Hambatan Penghapusan Piutang Pajak

 Penambahan jumlah pegawai guna menyelesaikan pekerjaan secara baik dan cepat.  Mengingkatkan upaya penyuluhan yang dilakukan pemerintah melalui DJP

sehingga semua lapisan masyarakat mengerti hak dan kewajiban perpajakannya.  Pembatasan akses ke sistem informasi, khususnya masterfile Wajib Pajak dengan

pemberian username dan password hanya kepada pegawai yang langsung berkepentingan.

 Meningkatkan pengamanan dalam teknologi sistem informasi, terutama database Wajib Pajak.

 Melakukan scanning dokumen Wjaib Pajak dan menyimpannya dalam 1 CD khusus atas nama Wajib Pajak yang bersangkutan.


(70)

 Melampirkan daftar rekapitulasi data pembayaran melalui SSP yang diterima dalam bulan bersangkutan, melampirkan print-out data MPN, melampirkan daftar rekapitulasi SKP/STP yang diterbitkan dalam bulan bersangkutan, dan melampirkan daftar rekapitulasi SK Keberatan/Putusan PK/Banding yang diterbitkan dalam bulan bersangkutan dalam Laporan Perkembangan Piutang Pajak yang disampaikan ke Kanwil.

 Pengembangan aplikasi manajemen piutang pajak yang dapat menampilkan proses maupun produk dari unit lain yang langsung mempengaruhi data piutang pajak.  Menertbitkan khor/dokumen dari berkas Wajib Pajak yang hilang.

 Mengembangkan aplikasi Sistem informasi manajemen piutang pajak.

 Menginventarisir SKP/STP yang telah daluwarsa atau tidak dapat ditagih lagi secara berkala, dan melakukan penelitian setempat atas SKP/STP bersangkutan untuk kemudian diajukan penghapusan piutang.

 Melakukan pengawasan terhadap KPP di wilayahnya dalam hal usulan penghapusan piutang.

D. Penghapusan Piutang Pajak Yang Belum Dilaksanakan Di KPP Pratama Medan Petisah

Pada dasarnya di KPP Pratama Medan Petisah akan dilakukan Penghapusan Piutang Pajak, tapi sampai saat ini belum dapat dilaksanakan dikarenakan belum adanya persetujuan dari Direktorat Jenderal Pajak. Sehingga banyak sekali Piutang Pajak di KPP Pratama Medan


(71)

62

Petisah yang belum\terselesaikan. Usulan Penghapusan Piutang Pajak di Kantor Pelayanan Pajak dikirimkan ke Kantor Wilayah (Kanwil) lalu Kanwil mengusulkan ke Dirjen Pajak kemudian ke pusatnya yaitu Menteri Keuangan. (sumber, KPP Pratama Medan Petisah).


(72)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.KESIMPULAN

Dari uraian-uraian pada bab sebelumnya, penulis menyimpulkan. Pajak merupakan sumber pendapatan Negara yang paling potensial. Oleh karena itu, pemerintah berupaya meningkatkan jumlah Wajib Pajak sehingga penerimaan pajak juga meningkat. Mengenai Mekanisme Penghapusan Piutang Pajak di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Petisah. Dari data-data yang ada pada bab terdahulu dapat disimpulkan:

1. Adapun mekanisme penghapusan piutang pajak :

KPP lebih memperhatikan dan melaksanakan ketentuan tata cara manajemen piutang pajak sebagaimana tertuang dalam SE-36/PJ/2010. Salah satunya dengan melaksanakan pengawasan dan penelitian terhadap piutang-piutang pajak yang diperkirakan tidak dapat atau tidak mungkin ditagih lagi, penghapusan piutang pajak dapat dilakukan dari:

Wajib Pajak yang meninggal dunia dengan tidak meninggalkan harta warisan, dan tidak mempunyai ahli waris, wajib pajak yang tidak mempunyai harta kekayaan lagi, dibuktikan dengan surat keterangan dari pejabat yang berwenang, wajib pajak yang hak penagihannya telah daluwarsa berdasarkan pasal 22 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007, Wajib Pajak yang tidak dapat ditagih lagi karena sebab lain, seperti


(73)

64

Wajib Pajak yang tidak dapat ditemukan lagi. Piutang pajak dapat juga dihapuskan yang tertera dalam:

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT), Surat Ketetapan Pajak (SKP), Surat Ketetapan Pajak Tambahan (SKPT), Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar bertambah, atau Piutang Pajak yang menurut data administrasi Kantor Pelayanan Pajak yang tidak dapat atau tidak mungkin ditagih lagi.

2. Hambatan-hambatan mekanisme penghapusan piutang pajak :

Dalam pelaksanaan kegiatan penghapusan piuatang pajak yang dilakukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah belum cukup berhasil, hal ini dikarenakan adanya beberapa hambatan :

a. Tidak mendukungnya sistem informasi yang memadai,sehingga seluruh proses perekaman,pemutakhiran dan penyusunan laporan perkembangan piutang pajak hingga saat ini masih dilakukan secara manual.

b. Keterbatasan fasilitas sarana dan prasarana di tiap-tiap KKP termasuk KPP Medan Petisah.


(74)

3. Upaya-upaya yang dilakukan mengatasi hambatan-hambatan dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, penambahan jumlah pegawai, Meningkatkan pengamanan dalam teknologi sistem informasi, pemeriksaan penulisan dan keakuratan data dan alamat yang dicantumkan Wajib Pajak, meningkatkan upaya penyuluhan yang dilakukan pemerintah melalui DJP, Mengembangkan aplikasi Sistem informasi manajemen piutang pajak dan Melakukan pengawasan terhadap KPP di wilayahnya dalam hal usulan penghapusan piutang.

B.SARAN

1. Menambah jumlah tenaga kerja pada Seksi Penagihan khususnya dalam menangani masalah penghapusan agar lebih banyak tugas yang dapat dikerjakan dengan baik dan efisien.

2. Hendaknya memperhatikan dan melaksanakan ketentuan tata cara manajemen piutang pajak sebagaimana tertuang dalam SE-36/PJ/2010.

3. Dalam hal tata cara penghapusan piutang pajak hendaknya dilaksanakan dalam waktu yang singkat, dan dengan cara yang efisien agar tidak terjadi piutang pajak yang daluwarsa yang sangat merugikan.

4. Dalam hal mekanisme penghapusan piutang pajak hendaknya dilakukan pengawasan,penelitian, danmanipulasi Wajib Pajak.


(75)

1

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Mardiasmo, (2006), “Perpajakan Edisi Revisi”, Yogyakarta: Andi Publisher. Waluyo, (2010),” Perpajakan Indonesia”, Jakarta: Salemba Empat.

Siti Resmi, (2003), “Perpajakan: Teori dan Kasus” Jakarta: Salemba Empat. Undang-Undang dan Peraturan:

Undang – Undang Nomor : 28 Tahun 2007 tentang KetentuanUmum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP).

Undang – Undang Nomor : 16 Tahun 2009 tentang KetentuanUmum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP).

tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4999).


(76)

Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor: 625/PJ./2001 Tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Pajak dan Penetapan Besarnya Penghapusan Piutang Pajak.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 68/PMK. 03/2012 Tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Pajak dan Penetapan Besarnya Penghapusan.

Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak Nomor : SE-13/PJ/2013 Tentang Tata Cara Pengusulan dan Tindak Lanjut Penghapusan Piutang Pajak.

Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor : PER – 02/PJ/2012 Tentang Penggolongan Kualitas Piutang Pajak Dan Cara Penyisihan Piutang Pajak.

Internet :

http://www.ortax.org


(77)

1

Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER – 02/PJ/2012 Tentang Penggolongan Kualitas Piutang Pajak Dan Cara Penyisihan Piutang Pajak.

Internet :

http://www.ortax.org


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.KESIMPULAN

Dari uraian-uraian pada bab sebelumnya, penulis menyimpulkan. Pajak merupakan sumber pendapatan Negara yang paling potensial. Oleh karena itu, pemerintah berupaya meningkatkan jumlah Wajib Pajak sehingga penerimaan pajak juga meningkat. Mengenai Mekanisme Penghapusan Piutang Pajak di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Petisah. Dari data-data yang ada pada bab terdahulu dapat disimpulkan:

1. Adapun mekanisme penghapusan piutang pajak :

KPP lebih memperhatikan dan melaksanakan ketentuan tata cara manajemen piutang pajak sebagaimana tertuang dalam SE-36/PJ/2010. Salah satunya dengan melaksanakan pengawasan dan penelitian terhadap piutang-piutang pajak yang diperkirakan tidak dapat atau tidak mungkin ditagih lagi, penghapusan piutang pajak dapat dilakukan dari:

Wajib Pajak yang meninggal dunia dengan tidak meninggalkan harta warisan, dan tidak mempunyai ahli waris, wajib pajak yang tidak mempunyai harta kekayaan lagi, dibuktikan dengan surat keterangan dari pejabat yang berwenang, wajib pajak yang hak penagihannya telah daluwarsa berdasarkan pasal 22 Undang-Undang Nomor 28


(2)

Wajib Pajak yang tidak dapat ditemukan lagi. Piutang pajak dapat juga dihapuskan yang tertera dalam:

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT), Surat Ketetapan Pajak (SKP), Surat Ketetapan Pajak Tambahan (SKPT), Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar bertambah, atau Piutang Pajak yang menurut data administrasi Kantor Pelayanan Pajak yang tidak dapat atau tidak mungkin ditagih lagi.

2. Hambatan-hambatan mekanisme penghapusan piutang pajak :

Dalam pelaksanaan kegiatan penghapusan piuatang pajak yang dilakukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah belum cukup berhasil, hal ini dikarenakan adanya beberapa hambatan :

a. Tidak mendukungnya sistem informasi yang memadai,sehingga seluruh proses perekaman,pemutakhiran dan penyusunan laporan perkembangan piutang pajak hingga saat ini masih dilakukan secara manual.

b. Keterbatasan fasilitas sarana dan prasarana di tiap-tiap KKP termasuk KPP Medan Petisah.


(3)

65

3. Upaya-upaya yang dilakukan mengatasi hambatan-hambatan dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, penambahan jumlah pegawai, Meningkatkan pengamanan dalam teknologi sistem informasi, pemeriksaan penulisan dan keakuratan data dan alamat yang dicantumkan Wajib Pajak, meningkatkan upaya penyuluhan yang dilakukan pemerintah melalui DJP, Mengembangkan aplikasi Sistem informasi manajemen piutang pajak dan Melakukan pengawasan terhadap KPP di wilayahnya dalam hal usulan penghapusan piutang.

B.SARAN

1. Menambah jumlah tenaga kerja pada Seksi Penagihan khususnya dalam menangani masalah penghapusan agar lebih banyak tugas yang dapat dikerjakan dengan baik dan efisien.

2. Hendaknya memperhatikan dan melaksanakan ketentuan tata cara manajemen piutang pajak sebagaimana tertuang dalam SE-36/PJ/2010.

3. Dalam hal tata cara penghapusan piutang pajak hendaknya dilaksanakan dalam waktu yang singkat, dan dengan cara yang efisien agar tidak terjadi piutang pajak yang daluwarsa yang sangat merugikan.

4. Dalam hal mekanisme penghapusan piutang pajak hendaknya dilakukan pengawasan,penelitian, danmanipulasi Wajib Pajak.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Mardiasmo, (2006), “Perpajakan Edisi Revisi”, Yogyakarta: Andi Publisher.

Waluyo, (2010),” Perpajakan Indonesia”, Jakarta: Salemba Empat.

Siti Resmi, (2003), “Perpajakan: Teori dan Kasus” Jakarta: Salemba Empat.

Undang-Undang dan Peraturan:

Undang – Undang Nomor : 28 Tahun 2007 tentang KetentuanUmum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP).

Undang – Undang Nomor : 16 Tahun 2009 tentang KetentuanUmum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP).

tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4999).


(5)

2

Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor: 625/PJ./2001 Tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Pajak dan Penetapan Besarnya Penghapusan Piutang Pajak.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 68/PMK. 03/2012 Tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Pajak dan Penetapan Besarnya Penghapusan.

Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak Nomor : SE-13/PJ/2013 Tentang Tata Cara Pengusulan dan Tindak Lanjut Penghapusan Piutang Pajak.

Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor : PER – 02/PJ/2012 Tentang Penggolongan Kualitas Piutang Pajak Dan Cara Penyisihan Piutang Pajak.

Internet :

http://www.ortax.org


(6)

Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER – 02/PJ/2012 Tentang Penggolongan Kualitas Piutang Pajak Dan Cara Penyisihan Piutang Pajak.

Internet :

http://www.ortax.org