Realisasi Dakwah Berkemajuan Muhammadiyah Gunungpring dalam Mempersuasi Masyarakat
relevan dengan kondisi kehidupan umat Islam. Namun, memerlukan revitalisasi dan kontekstualisasi dengan dinamika zaman baru dalam semangat “al-muhafazhah ‘alal
qadimis shalih wal ijad memelihara yang baik dari masa lalu dan menciptakan yang terbaik dari masa kini.
Islam berkemajuan yang dianut oleh Muhammadiyah juga diimplementasikan dalam aktivitas dakwah yang memaknai ibadah dalam konteks kehidupan yang sangat
luas. Muhammadiyah menjadikan ibadah sebagai suatu yang melengkapi dan seimbang antara kegiatan habluminallah dan hablumminannas. Maka lebih dari itu,
Muhammadiyah mendorong kadernya untuk menjadikan ibadah sebagai bentuk dari tanggung jawab sosial. Bentuk tanggung jawab sosial tersebut ditunjukkan melalui
banyaknya kegiatan Muhammadiyah yang berkiprah di masyarakat. Sehingga Muhammadiyah juga disebut sebagai gerakan sosial kemasyarakatan.
Hablumminannas yang diperintahkan oleh Allah menunjukkan bahwa agama Islam adalah agama yang sosialis. Memiliki karakter ukhuwah yang tinggi dan luar
biasa. Sehingga hablumminannas dan gerakan Muhammadiyah memiliki keterkaitan yang tidak bisa dipisahkan. Muhammadiyah adalah gerakan islam sosialis yang selalu
berjihad dalam mewujudkan islam yang sebenar-benarnya dan menjunjung tinggi amar ma’ruf nahi munkar.
Muhammadiyah Gunungpring menjadi bukti bahwa jihad Muhammadiyah merupakan gerakan yang membutuhkan usaha kolektif, bukan usaha individual. Jadi,
ranting Muhammadiyah Gunungpring menjadi salah satu suntikan spirit untuk ranting lainnya dan juga untuk tataran Muhammadiyah di atasnya dalam mewujudkan islam
berkemajuan. Islam berkemajuan di Muhammadiyah Gunungpring dibuktikan dengan adanya
bentuk dakwah yang tidak berupa pengajian atau aktivitas dakwah lisan semata.
Karena menurut Haedar Nashir, pengertian tentang islam berkemajuan adalah islam yang bisa masuk di segala bidang dan mampu beradaptasi kapan dan di mana pun.
Maka, Muhammadiyah Gunungpring telah menunjukkan sisi berkemajuan karena telah membuat program-program kemasyarakatan yang berangkat dari visi islam
berkemajuan serta mengimplementasikan beberapa poin hasil tanfidz Mukatamar Muhammadiyah. Walaupun tanfidz dihasilkan di forum pusat, Muhammadiyah
Gunungpring bisa menerapkan itu dalam tataran ranting. Bentuk revitalisasi dan kontekstualisasi yang ada di Muhammadiyah
Gunungpring dalam rangka mewujudkan Islam berkemajuan dan memelihara yang baik dari masalalu dan menciptakan yang terbaik dari masa kini adalah pembangunan
dan konsentrasi Muhammadiyah Gunungpring terhadap pendidikan. Spirit pendidikan yang menggelora di Gunungpring merupakan salah satu warisan dari KH. Ahmad
Dahlan, yang dalam nasehatnya mengatakan bahwa: “Muhammadiyah sekarang ini berbeda dengan Muhammadiyah pada masa
mendatang, karena itu hendaknya muda mudi warga Muhammadiyah menuntut ilmu pengetahuan di mana saja. Jadilah guru kembali pada
Muhammadiyah, jadilah dokter kembali pada Muhammadiyah. Jadilah Meester, Insinyur dan lain lain, dan kembalilah kepada Muhammadiyah.”
Melihat kutipan tersebut, menunjukkan bahwa jihad Muhammadiyah Gunungpring dalam bidang pendidikan merupakan bentuk dari revitalisasi
Muhammadiyah pada masa kini. Bagaimana Muhammadiyah Gunungpring melalui amal usaha bidang pendidikan, berupaya mendidik para siswa agar dapat menjadi
pribadi yang sukses dan bisa bermanfaat untuk keberlangsungan persyarikatan. Nasehat KH. Ahmad Dahlan tersebut sangat memiliki keterkaitan antara tagline SMP
Muhammadiyah Plus Gunungpring yaitu “sekolah para juara”. Tagline tersebut diambil dari nasehat KH. Ahmad Dahlan di atas, melalui tagline tersebut
menunjukkan bahwa semangat para siswa dalam menimba ilmu adalah bagian dari
jihad yang dipersembahkan untuk Muhammadiyah. Ketika suatu sekolah Muhammadiyah mengedepankan prestasi, maka sekolah tersebut telah menunjukkan
sisi berkemajuan karena telah mampu bersaing dan melakukan perlombaan dalam kebaikan atau fastabiqul khairat. Didirikannya amal usaha bidang pendidikan oleh
Muhammadiyah Gunungpring juga merupakan jihad lanjutan yang diambil dari jihad KH. Ahmad Dahlan pada zaman dulu, ketika berjuang mendirikan sekolah. KH
Ahmad Dahlan telah mempelopori pendirian sekolah islam modern sejak tahun 1911 yang diberi nama Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah. Sekolah tersebut
dikembangkan melalui pemberian pelajaran agama dan pelajaran umum. Itu merupakan “Sekolah Muhammadiyah” pertama yang tidak diselenggarakan di surau
seperti sekolah pada umumnya saat itu. Kemudian pada tahun 1922 didirikan pula Kweek School yang kemudian diubah menjadi Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah
Yogyakarta sebagai sekolah kader Muhammadiyah. Melihat track record KH. Ahmad Dahlan di masa lampau dalam mendirikan lembaga pendidikan, menunjukkan bahwa
sejak berdirinya Muhammadiyah, Muhammadiyah adalah organisasi yang secara konsisten menaruh fokus dan senantiasa mengembangkan dakwahnya dalam bentuk
apapun, termasuk dalam bentuk bidang pendidikan. Sehingga, perjuangan Muhammadiyah Gunungpring dalam mendirikan sekolah di Gunungpring juga
merupakan bentuk jihadnya dalam hal pendidikan, seperti yang dilakukan oleh KH. Ahmad Dahlan pada masa lampau, hanya saja dengan beberapa unsur pengembangan
lembaga pendidikan itu sendiri. Sisi berkemajuan lain yang dimiliki oleh Muhammadiyah Gunungpring ialah
Muhammadiyah Gunungpring mampu mengimplementasikan salah satu poin tanfidz keputusan pada Muktamar Muhammadiyah ke-47 yaitu menegakkan dakwah
Muhammadiyah bagi komunitas khusus yakni model dakwah khusus pada komunitas
kesamaan kepentingan yang diwujudkan dalam bentuk kegiatan pembinaan jama’ah mualaf di sekitar wilayah Muntilan. Hal tersebut menjadi poin lebih bagi
Muhammadiyah Gunungpring dalam mengembangkan persyarikatannya. Pendekatan seperti itulah yang membuat Muhammadiyah Gunungpring menjadi sesuatu yang
dapat diterima dengan baik oleh masyarakat Gunungpring. Muhammadiyah Gunungpring yang giat melakukan binaan terhadap mualaf ini adalah salah satu
refleksi dari apa yang pernah dikatakan oleh KH. Ahmad Dahlan sebagai pencetus Muhammadiyah yang selalu menyerukan dakwah yang membentengi gerakan
kristenisasi. “Islam tak mungkin lenyap dari seluruh dunia, tetapi tidak mustahil Islam hapus
dari bumi Indonesia. Siapakah yang bertanggungjawab?” KH Ahmad Dahlan Terkait gerakan kristenisasi, Muhammadiyah selalu berusaha untuk melenyapkan
misi kristen di Indonesia. Seperti yang dibahas pada tahun 1939, Sidang Tanwir Muhammadiyah di Kudus, juga menolak dicabutnya artikel 177 Indische
Staatsregeling yang isinya adalah kewajiban misionaris untuk mendapat izin dari pemerintah Jajahan. Secara individual, mubaligh Muhammadiyah asal Surakarta, R.
Moehammad Sardjana, pernah menerbitkan buku “Agama Kristen” sebagai jawaban terhadap dua jilid buku tokoh Gereja, Henderick Kraemer, yang berjudul “Agama
Islam”. Secara kelembagaan, Muhammadiyah masih terus menjadi salah satu garda penting umat Islam dalam membendung arus Kristenisasi, sampai hengkangnya
penjajah Kristen dari bumi Indonesia. Bentuk dakwah Muhammadiyah Gunungpring dalam banyak bidang lainnya yang
menunjukkan sisi berkemajuan dapat disajikan sebagai berikut: s a. Bidang Dakwah
- Menyelenggarakan pengajian rutin Ahad pagi.
- Melakukan pembinaan guru dan karyawan AUM Pendidikan - Mengoptimalkan masjid dan musala sebagai media dakwah
b. Bidang Pendidikan - Penguatan kelembagaan TKPAUD, SD dan SMP
- Pengembangan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan - Pengajian rutin guru dan karyawan
c. Bidang Ekonomi dan Kewirausahaan - Mengikutsertakan pelatihan budidaya kambing di Muhammadiyah Putra
Muntilan. - Mengikuti peresentasi pengolahan kayu di Ranting Keji.
d. Bidang Wakaf dan ZIS - Pendataan tanah wakaf di Gunungpring
- Penyertifikatan tanah wakaf untuk PAUD dan TK ABA Nepen e. Bidang Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat
- Mengkoordinir pemeriksaan kesehatan siswa-siswa TK ABA di Gunungpring. - Mengadakan sosialisasi masalah kesehatan melalui forum pengajian Ahad pagi
dan pertemuan lain yang diadakan oleh PRM. - Membantu pelaksanaan khitanan massal yang diselenggarakan oleh SMP
Muhammadiyah Plus Gunungpring.
Selain menjadi bentuk dakwah berkemajuan, banyaknya kegiatan kemasyarakatan yang dimiliki oleh Muhammadiyah Gunungpring menjadi daya
tarik tertentu, yang mampu mempersuasi masyarakat untuk ikut serta aktif dalam bermuhammadiyah. Masyarakat melihat bahwa Muhammadiyah adalah organisasi
keagamaan yang tidak hanya bergelut seputar agama semata, namun disempurnakan
dengan kegiatan-kegiatan sosial. Hal ini yang menjadi faktor pengubah perspektif masyarakat Gunungpring terhadap kegiatan dakwah Muhammadiyah yang
jangkauannya luas, tidak berhenti pada kegiatan spiritual belaka. Maka, alur persuasi yang terjadi di Muhammadiyah Gunungpring adalah banyaknya kegiatan sosial
sebagai bentuk dakwah berkemajuan, kemudian masyarakat terlibat dalam kegiatan itu, masyarakat tertarik dan masyarakat terpersuasi untuk ikut bermuhammadiyah.
BAB IV PENUTUP
Komunikasi persuasif menjadi salah satu faktor penting yang dibutuhkan dalam mengembangkan sebuah organisasi. Upaya persuasif dibutuhkan untuk meningkatkan
kualitas organisasi, baik internal maupun eksternal organisasi. Begitu pula yang dilakukan oleh Muhammadiyah Gunungpring, sebagai salah satu bagian dari Muhammadiyah, selalu
melakukan upaya-upaya persuasi guna meningkatkan kualitas persyarikatan dan mengembangkan dakwah Muhammadiyah yang memiliki kredo berkemajuan.
Muhammadiyah mengalami perkembangan dari waktu ke waktu, mengikuti perkembangan zaman dan menyesuaikan perubahan sosial yang terjadi di masyarakat.
Muhammadiyah Gunungpring mampu merealisasikan salah satu tanfidz keputusan Muktamar yakni mengadakan dakwah komunitas dan menjadi ranting yang sangat konsisten dalam
mengembangkan dan memajukan bidang pendidikan. Dalam mengembangkan pendidikan sebagai Amal Usaha Muhammadiyah, Muhammadiyah Gunungpring juga memegang teguh
fokus pendidikan sebagai salah satu trisula Muhammadiyah. Sehingga, dua hal tersebut mampu menjadikan Muhammadiyah Gunungpring dikategorikan sebagai ranting yang
berkemajuan. A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian kualitatif deskriptif dengan teknik observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi yang dilaksanakan di Pimpinan Ranting
Muhammadiyah Gunungpring, Muntilan, Magelang pada periode Muktamar ke-47, kesimpulan yang dapat diambil pada penelitian ini adalah:
1. Komunikasi persuasif merupakan bentuk dakwah, dan dakwah merupakan bentuk lain dari komunikasi persuasif. Unsur yang ada pada komunikasi
persuasif sama dengan unsur-unsur yang ada pada kegiatan dakwah. Kesamaan
unsur antara komunikasi persuasif dengan dakwah meliputi komunikator sebagai da’i, komunikan sebagai mad’u, serta pesan dalam komunikasi persuasif
maupun dalam kegiatan dakwah menjadi satu unsur yang sama. 2. Komunikasi persuasif dan sebuah kegiatan persuasi merupakan satu kesatuan
yang tak terpisahkan. Komunikasi persuasif tidak selalu berbentuk kegiatan persuasif itu sendiri, karena komunikasi persuasif bisa diwujudkan dan secara
tersirat terdapat pada kegiatan-kegiatan persuasif lainnya. Misalnya komunikasi atau upaya persuasif dapat dimunculkan dalam kegiatan pengajian, kegiatan
kemasyarakatan serta kegiatan lainnya. 3. Bentuk dakwah di Muhammadiyah Gunungpring terdiri dari dakwah bil lisan
dan dakwah bil hal, kedua jenis dakwah tersebut diwujudkan dalam pengajian, ceramah dan kegiatan sosial keagamaan ataupun sosial kemasyarakatan. Bentuk
dakwah ini menjadikan masyarakat Gunungpring menjadi masyarakat yang memiliki perspektif luas terhadap kajian dakwah. Karena menurut pengurus
ranting Muhammadiyah Gunungpring, hal mendasar yang terjadi pasca Muhammadiyah hadir di Gunungpring adalah perspektif masyarakat yang
berubah. 4. Dakwah yang dikembangkan di Muhammadiyah Gunungpring adalah dakwah
berkemajuan, sesuai dengan kredo Muhammadiyah saat ini. Dakwah berkemajuan adalah dakwah yang jangkauan dakwahnya tidak hanya berhenti di
taraf dakwah lisan seperti pengajian saja. Maka, karena dakwah Muhammadiyah Gunungpring juga diwujudkan dalam bentuk kegiatan sosial
dalam berbagai bidang, sehingga Muhammadiyah Gunungpring menjadi bagian dari dakwah yang berkemajuan.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan beberapa permasalahan yang terjadi di Muhammadiyah Gunungpring, sehingga peneliti mengajukan beberapa saran, saran
tersebut di antaranya: 1. Pengajian Ahad rutin yang diadakan oleh Muhammadiyah Gunungpring, akan
lebih menarik dan mampu meningkatkan jumlah jama’ah yang datang ke Masjid Mujahidin jika pada pengajian tersebut juga diadakan semacam bazar belanja
murah. Bazar tersebut dapat diadakan tiap sebulan sekali, hal tersebut juga dapat dijadikan sebagai bagian dari kegiatan dakwah dalam bidang ekonomi.
2. Pimpinan Ranting Muhammadiyah Gunungpring harus lebih intensif dan aktif dalam mendampingi masjid dan musala yang tersebar di Gunungpring sebagai
media dakwah. Serta, pengajian yang dilaksanakan di masjid dan musala tersebut hendaknya lebih ditingkatkan lagi keaktifannya.
3. Pimpinan Ranting Muhammadiyah Gunungpring harus lebih aktif dalam memperbanyak kegiatan sosial masyarakat yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat saat ini. Misalnya, penyuluhan kesehatan dalam menghadapi musim pancaroba, sehingga masyarakat dapat mengetahui bagaimana upaya preventif
dalam mencegah penyakit tersebut. Muhammadiyah Gunungpring juga hendaknya lebih mempererat hubungan dengan pemerintah desa Gunungpring,
sehingga tiap ada permasalahan di Gunungpring, Muhammadiyah Gunungpring langsung dapat memberikan kontribusi utuk desa.
4. Pimpinan Ranting Muhammadiyah Gunungpring harus menambah waktu untuk kegiatan pembinaan mualaf, akan lebih baik jika tidak hanya pada Ahad saja,
sehingga para jamaah mualaf jadi lebih memiliki banyak waktu untuk belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Buku: Alvonco, Johnson. 2014. Practical Communication Skill. Jakarta: Elex Media
Komputindo. Anshoriy, HM Nasruddin. 2010. Matahari Pembaruan. Yogyakarta: Percetakan
Galangpress. Aziz, Moh Ali, Suhartini dan A. Halim. 2005. Dakwah Pemberdayaan Masyarakat.
Yogyakarta: Pustaka Pesantren. Basit, Abdul. 2006. Wacana Dakwah Kontemporer. Yogyakarta: STAIN Purwokerto
Press dan Pustaka Pelajar. Bungin, Burhan. 2006. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Fajar Interpratama Mandiri.
Effendy, Onong Uchjana. 2008. Dinamika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Gamble, Teri Kwal, and Michael Gamble. 2006. Communication Works. America: McGraw-Hill.
Hogan, Kevin. 2007. How to Persuade Others to Your Way of Thinking. Gretna: Pelican Publishing Company.
Ilaihi, Wahyu. 2010. Komunikasi Dakwah. Bandung: Remaja Rosdakarya. Ismail, Nawari. 2015. Metode Penelitian Untuk Studi Islam. Yogyakarta: Penerbit
Samudra Biru. Keraf, Gorys. 2004. Komposisi. Flores: Nusa Indah.
Kusmartuti, Eni. 2012. Berdakwah Melalui Seni Ketoprak. Yogyakarta: LPCR PP Muhammadiyah.
Malik, Dedy Djamaluddin. 1994. Komunikasi Persuasif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Moleong, Lexy J. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mubarok, Achmad. 2014. Psikologi Dakwah. Malang: Madani Press.
Mulkhan, Abdul Munir. 2010. Marhaenis Muhammadiyah. Yogyakarta: Penerbit Galangpress.
Mu’ti, Abdul., et al. 2016. Kosmopolitanisme Islam Berkemajuan. Surakarta: Muhammadiyah University Press.
Nashir, Haedar. 2010. Muhammadiyah Gerakan Pembaruan. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah.
Rakhmat, Jalaluddin. 2012. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Romli, Asep Syamsul M. 2013. Komunikasi Dakwah. Bandung.
Shihab, Alwi. 2016. Membendung Arus. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah. Suciati. 2015. Psikologi Komunikasi. Yogyakarta: Buku Litera.
Website: http:www.muhammadiyah.or.ididnews-7670-detail-haedar-nashir-jadilah-kader-
muhammadiyah-yang-haus-ilmu.html , diakses pada 4 November 2016
Lampiran Interview Guide
1. Apa saja bentuk dakwah yang dilakukan oleh PRM Gunungpring? 2. Mengapa bentuk dakwah tersebut dipilih untuk mengembangkan
dakwah di Gunungpring? 3. Bagaimana pendekatan PRM Gunungpring terhadap seluruh lapisan
masyarakat untuk aktif dalam kegiatan dakwah? 4. Bagaimana upaya persuasif Pimpinan Ranting Muhammadiyah
Gunungpring dalam mengembangkan dakwah Muhammadiyah? 5. Bagaimana usaha PRM Gunungpring dalam merangkul 12 dusun yang
tersebar di desa Gunungpring untuk aktif dalam kegiatan dakwah? 6. Bagaimana respon masyarakat terhadap kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh PRM Gunungpring? 7. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam kegiatan dakwah di
Gunungpring? 8. Bagaimana perubahan sosial yang terjadi di Gunungpring pasca
menggeliatnya gerakan Muhammadiyah di Gunungpring? 9. Bagaimana upaya PRM Gunungpring dalam meraih dan
mempertahankan kategori “ranting unggulan”? 10. Bagaimana upaya yang dilakukan untuk membendung kristenisasi di
Gunungpring Muntilan? 11. Seperti apa pendekatan yang dilakukan para pembina mualaf?
12. Bagaimana upaya PRM Gunungpring dalam mempertahankan Amal Usaha Muhammadiyah yang sudah diakui keunggulannya?
13. Hambatan apa yang dirasakan oleh PRM Gunungpring dalam mengembangkan dakwah Muhammadiyah?
Lampiran transkrip wawancara
Wawancara Para Pengurus Pimpinan Ranting Muhammadiyah Gunungpring 9 Oktober 2016.
1. Ranting Gunungpring mendapat kategori ranting terbaik se-Jawa Tengah, kelebihan apa yang dimiliki ranting ini?
Jamaah lebih dari lima puluh orang, ada masjid, amal usaha yang dirasakan oleh masyarakat, punya kesekretariatan. Kalau kami lebih ke
amal usaha sebenarnya, amal usaha pendidikan pada khususnya. Setingkat ranting seperti kami sudah memiliki SMP, padahal kalau SMP kan di
bawah naungan PDM. Tapi kami walaupun ranting, sudah mampu untuk itu.
2. Amal usaha apa yang ada di sini?
Amal usaha pendidikan ya, TK kami memiliki 4, PAUD 2, SD 1, SMP 1, dan saat ini sedang berencana untuk mendirikan Sekolah Taruna
Muhammadiyah.
3. Tadi bapak menyebutkan, bahwa Gunungpring memiliki 11 desa, lalu bagaimana cara untuk merangkul seluruh warga Muhammadiyah?
Oh iya, kami kan memiliki musholla di tiap dukuh, jadi pembinaannya juga dilakukan di tiap musholla. Walaupun centralnya di Masjid
Mujahidin ini, tapi kegiatan binaan di mushola juga aktif. 4.
Perubahan mendasar apa yang terjadi di Gunungpring setelah ada Muhammadiyah?
Muhammadiyah kan gerakan pembaruan ya, yang saya amati sih masyarakat kita jadi meninggalkan hal-hal yang bid’ah. Hal ini jadi
rujukan bagi masyarakat lain, termasuk yang non muhammadiyah. Selain itu, hal mendasar yang menjadi pembeda lainnya adalah cara berpikir
masyarakat, memandang satu masalah tidak hanya satu kacamata. 5.
Program atau kegiatan apa yang saat ini sedang digiatkan oleh Muhammadiyah Gunungpring?
Di kami, kan ada bidang dakwah, nah bidang dakwah ini memiliki salah satu kegiatan yang sangat bagus yakni pembinaan mualaf. Jadi, para
pengurus ranting di sini membina para mualaf di lingkup Muntilan. Kami bekerjasama dengan paguyuban mualaf magelang, kami membina para
mualaf dan mencoba untuk membendung kristenisasi yang ada di Gunungpring.
Wawancara dengan Pak Slamet, perintis Muhammadiyah di Gunungpring, 28 November 2016
1. Bisa diceritakan pak? Bagaimana sejarah berdirinya Muhammadiyah di Gunungpring?
Awal berdirinya Muhammadiyah di Gunungpring adalah pasca bubarnya partai Masyumi pada 1959, bubarnya Masyumi menjadi
momentum untuk pemuda Gunungpring mendirikan Muhammadiyah, dengan para tokoh Masyumi sebagai pendorong dan penasehat
Muhammadiyah pada saat itu. Tokoh Masyumi yang saat itu memicu