Landasan Teori TINJAUAN PUSTAKA

13 terlihat bermain mulut, merangkak dan menarik benda-benda. Resiko cedera yang mungkin pada anak usia ini adalah aspirasi,tenggelam, jatuh, keracunan, luka bakar, kecelakaan, kendaraan bermotor, kerusakan tubuh. b. Masa usia bermain 1-3 tahun toddler Di usia ini anak belajar jalan, berlari, memanjat, mereka bisa membuka pintu dan gerbang, menjelajah segala sesuatu dengan mulut, di usia ini rasa ingin tau anak sangat besar, anak naik turun tangga, mereka tidak mewaspadai potensi bahaya yang di timbulkan oleh orang asing atau orang lain. Resiko cedera pada usia ini ialah kecelakaan kendaraan bermotor, tenggelam, luka bakar, keracunan. Jatuh, tersedak, kerusakan tubuh. Pemahaman tentang tingkat perkembangan anak perlu diikuti dengan pemahaman pentingnya antisipasi terhadap bahaya yang dapat muncul karena aktivitas dari anak usia toddler, yaitu tidak bisa diam dan bergerak terus. Oleh karena itu, orang tua harus diberi pengertian tentang bahaya yang dapat terjadi pada anak Kusbiantoro. D, 2014. c. Masa kanak –kanak awal 3-5 tahun preschool Usia prasekolah ini anak akan mulai tertarik dengankecepatan dan gerakan, semakin terlibat dalam aktivitas- aktifitas yang jauh dari rumah, anak akan dapat bekerja keras untuk menyempurnakan 14 suatu keterampilan, mempunyai aktivitas motorik kasar yang bersifat waspada tetapi bukan takut, mereka menikmati danmencoba hal baru, mobilitas menjurus ke peningkatan kemandirian. Resiko cedera yang mungkin pada usia ini ialah kecelakaan kendaraan bermotor, tenggelam, luka bakar, keracunan cedera tubuh. Menurut Nugrahatmaja, A.S 2011 cit khasanah, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kecelakaan pada anak dapat dikatagorikan menjadi tiga bagian, yaitu: a. Karakterisitik anak Karakteristik ini merupakan hal yang sangat penting untuk mengetahui insidensi, tipe dan resiko cidera yang dialami anak. Karakteristik anak meliputi umur dan tingkat perkembangan, jenis kelamin, kemampuan kognitif, afektif dan motorik serta tingkat aktivitas anak. Secara naluri anak mempunyai rasa ingin tahu dan mereka akan belajar dari apa yang mereka lihat, sentuh, dengar, cium dan mereka rasakan. b. Karakteristik agen penyebab Agen penyebab kecelakaan yang penting untuk diketahui adalah air, api, mainan, tempat bermain dan bahan beracun. Menghindari kemungkinan kecelakaan dapat 15 dilakukan dengan melibatkan anak dengan memberikan pemahaman terhadap agen penyebab danbahaya yang bisa terjadi sehingga anak mengerti dan dapat menghindarinya. c. Karakteristik lingkungan Lingkungan fisik dan sosiokultural dapat mempengaruhi terjadinya kecelakaan pada anak. Lingkungan fisik meliputi lingkungan rumah dan lingkungan luar rumah. Lingkungan sosiokultural meliputi pola asuh, respon keluarga dan kepedulian dari pemerintah atau masyarakat sekitar. Strategi pencegahan menurut National Safety council 2006 dalam Dewi. R, indarwati 2011 yaitu strategi yang pertama adalah dengan peraturan yang mewajibkan penggunaan sabuk pengaman dan pengikat tempat duduk anak di dalam mobil, dan juga upaya mengurangi pengemudi yang mabuk dan yang menggunakan telepon saat berkendara. Strategi yang ke dua yaitu dengan pemeriksaan keamanan produk untuk anak yang terbukti telah mengurangi cedera pada anak. Strategi yang ketiga yaitu kesadaran masyarakat untuk memasang alarm kebakaran untuk mengurangi cedera kematian akibat kebakaran. Strategi keempat menggunakan pelindung kepala saat bersepeda. Dan strategi kelima yaitu dengan 16 mengadakan mengadakan program pendidikan untuk anak- anak tentang pencegahan kebakaran, keracunan, penggunaan sabuk, keselamatan, dan keamanan air. 2. Pencegahan cedera oleh Orang Tua Orang tua menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah ayah dan ibu kandung. Peran orang tua terhadap anak usia balita yaitu memahami tumbuh kembang anak, memenuhi kebutuhan gizi, membeikan kebebasan agar mereka dapat melakukan berbagai hal yang tidak membahayakan, mengnyimpan benda –benda yang dapat membahayakan anak, mengawasi setiap yang dilakukan anak Potter Perry, 2010. Pemahaman orang tua terhadap perkembangan anak sangat penting untuk menghindari cedera pada anak Kusbiantoro. D, 2014, selain itu pengawasan orang tua juga sangat penting untuk mengurang cedera pada anak Kuschithawati, et all, 2007. Pencegahan cedera pada balita menurut Kusbiantoro .D 2014 yang dapat dilakukan petugas kesehatan angtara lain memberikan informasi dan pengetahuan pada orang tua serta selalu waspada pada gerak gerik yang dilakukan oleh anak. Upaya pencegahan yang dapat di lakukan orang tua di rumah yaitu dengan: a. Menyimpan benda tajam di dalam laci yang dapat di kunci. b. Membuat lemari khusus untuk zat yang berbahaya. Orang tua menyimpan harus menyimpan semua racun potensial, 17 termasuk tumbuhan, subtansi pembersih dan obat obatan ini di lakukan agar menciptakan lingkungan yang aman bagi anak Potter Perry, 2010 c. Menjaga lantai tetap bersih dan kering. Menghindari tumpahan air minum di lantai agar mengurangi kejadian jatuh pada anak Atak, et all, 2010 d. Memberikan alat bermain yang sesuai dengan usia anak e. Melakukan pengawasan terhadap anak dengan cara memberikan perhatian pada anak. Pengawasan saat anak beraktifitas sendiri karena anak suka memasukan benda ke dalam mulutnya untuk mencegah keracunan pada anak Amal.AI, et all ,2013 Pencegahan cedera penurut Wong 2009 berdasarkan klasifikasi tipe kecelakaan yang bisa terjadi sebagai berikut: a. Kendaraan bermotor Gunakan restrain mobil yang tersedia atau gunakan sabuk pengaman, awasi anak saat bermain diluar, jangan biarkan anak bermain di pinggir jalan atau belakang mobil yang sedang parkir, awasi saat bermain sepeda roda tiga, kunci pagar pintu bila tidak bisa mengawasi anak secara 18 langsung dan ajarkan anak untuk mematuhi peraturan keamanan pejalan kaki. b. Tenggelam Awasi anak dengan ketat ketika berada dekat sumber air. termasukember, jaga pintu kamar mandi dan toilet agar tetaptertutup, pasang pagar disekeliling kolam renang dan kunci gerbangnya, dan ajari berenang dan keamanan dalam air. c. Luka bakar Putar pegangan teko kearah kompor, simpan korek api dan pematik api rokok di daerah yang terkunci atau tidak dapat di jangkau, letakan lilin dan obat nyamuk bakar yang menyala, makanan panas dan rokok di luar jangkauan, tutup soket listrik dengan penutup plastik pengaman, letakan kabel listrik secara tersembunyi dan tidak dapat di jangkau, jangan mengizinkan anak bermain dengan peralatan listrik , kabel atau korek api , tekankan bahaya api yang terbuka , ajari tentang apa artinya panas , dan selalu periksa suhu air mandi, atau suhu air 48. 9̊ C, atau lebih rendah, jangan biarkan anak bermain keran air. Mengatur suhu air mandi dengan thermometer, memastikan makanan dan minuman 19 agar tidak terlalu panas, jauhkan anak dari dapur saat memasak Zou.K, at all, 2015. d. Keracunan Letakan semua bahan yang berpotensi beracun diluar jangkauan atau di dalam lemari terkunci, waspada terhadap makanan, bahan makanan yang tidak bisa dikunyah seperti tanaman, letakan kembali obat atau bahan beracun setelah dipakai dengan segera, pasang penutup obat bertakaran secara tepat, berikan obat sebagai obatbukan permen, ajarkan anak agar tidak bermain –main dalam wadah sampah, jangan lepaskan label dari wadah beracun dan cari tau nomor dan lokasi pengendalian racun terdekat. e. Jatuh Pasang jaring – jaring pada jendela, paku dengan aman, dan pasang terali pelindung, pasang gerbang di atas dan bawah tangga, ganti karpet yang sudah robek atau tidak aman, jaga pintu pagar tetap terkunci agar tidak bisa terbuka oleh anak, pasang karpet dibawah tempat tidur dan di kamar mandi, awasi tempat bermain, pilih tempat bermain dengan lantai di lapisi bahan yang lembut dan aman dan yang terakhir kenakan pakaian yang aman. 20 f. Tersedak atau asfikasi Hindari potongan daging yang besar dan bulat, hindari buah yang ada bijinya, ikan berduri, buncis kering, permen keras, permen karet, kacang, popcorn dan anggur, dan pilihlah mainan yang besar dan kuat tanpa tepi yang tajam atau bagian kecil yang bisa di lapisi g. Kerusakan tubuh Hindari benda tajam atau runcing seperti pisau, gunting atau tusuk gigi terutama jika belajar atau berlari, ajarkan tindakan kewaspadaan keamanan, simpan semua peralatan berbahaya, peralatan berkebun dalam tempat yang terkunci, waspada terhadap bahaya dari binatang yang di awasi dan binatang peliharaan, ajarinama, alamat, dan nomor telepon serta minta bantuan dari orang yang benar jika tersesat, pasang indentifikasi pada anak, ajari tindakan keamanan terhadap orang asing, jangan pergi bersama orang asing dan selalu mendengarkan kekhawatiran anak mengenai perilaku orang lain. 3. Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera 21 penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang Notoatmodjo 2003. Pengetahuan tentang tumbuh kembang pada anak penting untuk mencegah cedera pada anak selain itu pengetahuan tentang pertumbuhan dan perkembangan perlu di ikuti dengan pemahaman tentang pentingnya pencegahan terhadap bahaya yang dapat terjadi pada anak Kusbiantoro.D, 2014. Jika orang tua memiliki pengetahuan yang baik maka tingkat pencegahan yang di lakukan juga cukup baik Dewi. R indarwati, 2011, dan semakin meningkatnya pendidikan ibu, maka ibu akan makin dapat mengidentifikasi resiko cedera pada anak Atak, et all, 2010. Ada 6 enam tingkatan pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif, yaitu: a. Tahu know Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali recall sesuatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata 22 kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apayang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya. b. Memahami comprehension Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. c. Aplikasi application Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real sebenarnya. Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi ataupenggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. d. Analisis analysis Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat 23 dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan membuat bagan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya. e. Sintesis synthesis Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada. f. Evaluasi evaluation Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yangditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria- kriteria yang telah ada Notoatmodjo, 2003. Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Budiman Agus. R 2013 antara lain: 24 1. Pendidikan Pendidikan adalah suatu usaha mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam maupun di luar sekolah, berlangsung seumur hidup. Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang, maka mudah bagi orang tersebut untuk menerima informasi. 2. Informasi media masa Informasi adalah “that of which one is apprised or told: intelegence, news” Oxford English Dictionary. Kamus lain menyebutkan bahwa informasi adalah sesuatu yang dapat di ketahui, namun ada pula yang menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan, menganalisa, dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu Undang- Undang Teknologi Informasi. 3. Sosial, Budaya, dan Ekonomi Kebiasaanm dan tradisi yang dilakukan orang –orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau 25 buruk. Dengan demikian, seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang di perlukan untuk kegiatan tertentu sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan pengetahuan seseorang. 4. Lingkungan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak, yang akan direspons sebagai pengetahuan oleh setiap individu. 5. Pengalaman Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan profesional, serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat 26 mengembangkankemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya. 6. Usia Usia memengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial, serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua. Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya. 4. Perilaku Orang Tua Perilaku dari segi biologi adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme makhluk hidup yang bersangkutan Notoatmodjo, 2007. Menurut Skinner 1983 dalam Notoatmodjo 2007 menyatakan bahwa perilaku merupakan respon seorang terhadap stimulus rangsangan dari luar. Perilaku merupakan komponen yang paling berpengaruh pada 27 status kesehata. Menurut Bloom membedakan perilaku menjadi tiga bidang yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor, Bloom, dalam Notoatmodjo, 2003. Menurut Kurt merumuskan model hubungan perilaku yang menyatakan bahwa perilaku dipengaruhi karakteristik individu dan lingkungan. Karakteristik individu meliputi berbagai variabel seperti motif, nilai, sifat kepribadian dan sikap yang saling berinteraksi satu sama lain dan kemudian berinteraksi pula dengan faktor-faktor lingkungan dalam menentukan perilaku. Faktor lingkungan mempunyai kekuatan besar dalam menentukan perilaku bahkan kadang kekuatannya lebih besar dari pada karakteristik individu, hal inilah yang menjadikan perilaku lebih kompleks Azwar, Saifuddin. 2012. Orang tua sebagai suri tauladan utama bagi anak merupakan unsur terpenting dalam membina keselamatan anak, oleh karena itu perilaku orang tua di pandang sebagai salah satu faktor utama yang menentukan derajat kesehatan dan keamanan anak. Menurut Vranda 2011, banyak orang tua berpersepsi bahwa kecelakaan dan cedera pada anak usia toddler merupakan hal yang alami sebagai kompensasi dari periode tumbuh kembang. Sehingga kondisi seperti terjatuh, terpeleset, merupakan hal yang wajar dan di anggap sebagai kejadian sebagai kejadian yang tidak terlalu penting. 28 Perilaku di pengaruhi oleh beberapa faktor menurut teori Green. Lawrece di kutip dari Notoatmodjo 2007 yaitu sebagai berikut: a. Faktor predisposes Faktor ini berupa faktor pengetahuan, sikap, umur, pendidikan, ekonomi, budaya dan lainnya. Sikap yang baik pada orang tua dapat mempengaruhi pencegahan yang baik pula. Pengetahuan yang baik tentang tumbuh kembang anak juga mempengaruhi dalam pencegahan cedera pada anak Dewi. R indarwati, 2011.Tingkat pendidikan orang tua yang tinggi berpengaruh terhadap perilaku, pengetahuan membuat seseorang berpikir akan suatu objek atau stimulus Kusbiantoro. D 2014. b. Faktor enabling Faktor ini berupa fasilitas dan pendidikan atau informasi kesehatan. Informasi mengenai pencegahan cedera pada anak penting agar orang tua bisa lebih waspada terhadap resiko cedera. Menurut Widianingsih 2014 dalam penelitiannya menyebutkan bahwa perilaku orang tua dalam pencegahan cedera pada balita mayoritas baik, hal tersebut di sebabkan karena fasilitas kesehatan seperti PUSKESMAS, Sekolah Kesehatan, Rumah Sakit dekat dengan daerah tersebut, sehingga akses mendapatkan pelayanan dan informasi lebih mudah. 29 c. Faktor reinforcing Faktor ini berupa perilaku tokoh masyarakat, perilaku petugas kesehatan dan komitment pemerintah. Domain perilaku menurut Bloom di klasifikasikan menjadi tiga tingkat yaitu: a. Pengetahuan Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang overt behavior. Pengetahuan orangtua tentang pencegahan cedera pada toddler di pengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya adalah pendidikan, pengalaman terhadap suatu kejadian dan fasilitas. Semakin tua usia seseorang maka semakin banyak juga pengetahuannya. Selain itu pengetahuan juga di pengaruhi oleh konsistensi seseorang terpapar informasi Vranada. A, 2011 b. Sikap Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Sikap dibentuk oleh komponen yaitu kepercayaan, ide, konsep terhadap suatu objek, kecenderungan 30 untuk bertindak Vranada. A, 2011. Pada pennelitian yang dilakukan Dewi. R indarwati 2011, mengatakan bahwa sebagian orang tua memiliki praktik yang baik di karenakan sikaporang tua yang sebagian besar positif. Sikap merupakan kesiapan untuk bertindak, dengan sikap yang positif di harapkan praktik yang di hasilkan juga baik. c. Tindakan atau praktek Tindakan ini merujuk pada perilaku yang diekspresikan dalam bentuk tindakan, yang merupakan bentuk nyata dari pengetahuan dan sikap yang telah dimiliki Notoatmodjo, 1985. Praktik pencegahan juga di pengaruhi oleh pekerjaan orang tua, pada penelitia Vranada.A 2011 pekerjaan sebagai buruh dapat mempengaruhi responden dalam mempraktikan pencegahan pada kecelakaan yang mungkin terjadi pada anaknya. Sebagai buruh, orang tua juga kadang kurang memperhatikan perilaku anaknya, sehingga kurang mengetahui apakah anaknya berperilaku membahayakan dirinya atau tidak. Pada penelitian Kuschitawati, et all 2007, menyebutkan bahwa praktik pencegahan cedera yang di lakukan yaitu berupa tindakan pengawasan yang masih rendah merupakan faktor yang paling berperan terhadap kejadian cedera pada anak, setelah faktor lingkungan anak yang tidak aman. 31 B. Kerangka Konsep Factor -faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan - Pendidikan - Informasi media masa - Lingkungan - Pengalaman - Usia - pekerjaan Keterangan: : Di lakuan penelitian : Tidak di lakukan penelitian Pengetahuan pencegahan cedera Perilaku pencegahan cedera balita

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasional. Desain penelitian ini dipilih karena peneliti mencoba mencari tahu hubungan tingkat pengetahuan dan perilakuorang tua terhadap pencegahan cedera balita. Pendekatan yang di gunakan adalah pendekatan cross sectional. B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah orang tua kandung yang memiliki anak usia balita di dusun Ngebel Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta dengan jumlah 40 keluarga. 2. Sample Teknik pengambilan sampel yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu dengan cara total sampling. Kriteria sampel dalam penelitian ini meliputi kriteria inklusi dan eksklusi yaitu: a. Kriteria inklusi pada penelitian ini 1. Bersedia menjadi responden dalam penelitan yang di lakukan oleh peneliti. 2. Orang tua yang memiliki anak balita. 33 b. Kriteria eksklusi pada penelitian ini. 1. Anak di asuh oleh orang lain 2. Orang tua bekerja di luar kota C. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini di lakukan di Dusun Ngebel, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta. Penelitian ini laksanakan pada bulan Juli 2016. D. Variabel Penelitian 1. Variabel independent Variabel yang mempengaruhi atau nilainya mempengaruhi variabel lain Nursalam, 2013. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan orang tua dalam pencegahan cedera pada anak usia balita. 2. Variabel dependent Variabel yang di pengaruhi nilainya di tentukan oleh variabel lain Nursalam, 2013. Variabel terkait pada penelitian ini adalah perilaku orang tua dalam pencegahan cedera pada anak usia balita. 34 E. Definisi Operasional Tabel 1. Definisi operasional N o Variabel Definisi oprasional Alat ukur Skala ukur Hasil ukur 1 Tingkat pengetahua n Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang di dapat dari proses pembelajara n dan pengalaman ayah atau ibu dalam pencegahan cedera Kuesioner tentang tingkat pengetahua n Ordinal - Baik jika nilainya ≥ 76-100 - Cukup jika nilainya 60 – 75 - Kurang jika nilainya ≤ 60 2 Perilaku orang tuadalam pencegahan cedera balita Perilaku merupakan suatu respon yang di orang tua untuk memberikan keselamatan balita dalam pencegahan cedera yang mungkin terjadi pada balita. Dengan menggunak an kuesioner Ordinal - Baik jika nilai yang di dapat ≥ 76-100 - Cukup jika nilai yang di dapat 60 – 75 - Buruk jika nilai yang di dapat ≤ 60 35 F. Instrument penelitian Intrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan kuesioner. 1. Kuesioner tingkat pengetahuan Kuesioner tingkat pengetahuan ini untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat pengetahuan pada pencegahan cedera pada balita. Terdapat 28 butir pertanyaan untuk mengetahui tingkat pengetahuan terhadap pencegahan cedera dengan menggunakan skala Guttman. Skala dalam penelitian ini, akan di dapat jawaban yang tegas, yaitu”benar dan salah”. Instrumen penelitian ini menggunakan daftar pertanyaan yang berbentuk kuesioner, responden hanya diminta untuk memberikan tanda centang √ pada jawaban yang dianggap sesuai dengan responden. Penilaian pada kuesioner ini yaitu:” benar dan salah”. Rumus yang di gunakan untuk mengukur presentase dari jawaban yang di dapat dari kuesioner menurut Arikunto 2013, yaitu � � �� � = Jumlah nilai yang benar jumlah soal x 100 Arikunto 2010 membuat kategori tingkat pengetahuan seseorang menjadi tiga tingkatan yang didasarkan pada nilai persentase yaitu sebagai berikut.

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK DI SDN NGEBEL TAMANTIRTO KASIHAN BANTUL

0 3 63

HUBUNGAN JENIS DAN TINDAKAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ORANG TUA BALITA USIA 1-59 BULAN DI POSYANDU NGEBEL, KASIHAN, BANTUL

1 8 128

HUBUNGAN TINGKAT KETERGANTUNGAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI DUSUN NGRAME TAMANTIRTO, KASIHAN, BANTUL

3 31 120

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU WIJAYA KUSUMA RT 04 GEBLANGAN TAMANTIRTO KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA

0 3 73

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WARGA TENTANG PROGRAM 3M DAN TINGKAT PELAKSANAAN PROGRAM 3M DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI DESA TAMANTIRTO DUSUN NGEBEL RT 8 YOGYAKARTA

0 4 59

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DUSUN DUA GATAK TAMANTIRTO KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA KERACUNAN MAKANAN NONCOROSIVE AGENT

8 40 106

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL DAN PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG ISPA PADA BALITA Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Formal Dan Pengetahuan Orang Tua Tentang Ispa Pada Balita Di Puskesmas Gatak.

0 3 14

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU VERBAL ABUSE ORANG TUA PADA ANAK DI DUSUN KUWON SIDOMULYO BAMBANGLIPURO BANTUL YOGYAKARTA

0 0 8

HUBUNGAN ANTARA LINGKAR PINGGANG DENGAN KADAR KOLESTEROL DARAH PADA USIA DEWASA DI DUSUN IV NGRAME TAMANTIRTO KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA

0 1 11

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA LANJUT USIA DI POSYANDU LANSIA FLAMBOYAN DUSUN JETIS TAMANTIRTO KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA

0 0 11