HUBUNGAN JENIS DAN TINDAKAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ORANG TUA BALITA USIA 1-59 BULAN DI POSYANDU NGEBEL, KASIHAN, BANTUL

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN JENIS DAN TINDAKAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ORANG TUA BALITA USIA 1-59 BULAN DI POSYANDU NGEBEL, KASIHAN, BANTUL

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh : NAFI’ATUS SYARIFAH

20130310162

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN JENIS DAN TINDAKAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ORANG TUA BALITA USIA 1-59 BULAN DI POSYANDU NGEBEL, KASIHAN, BANTUL

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh : NAFI’ATUS SYARIFAH

20130310162

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

HALAMAN PENGESAHAN KTI

HUBUNGAN JENIS DAN TINDAKAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ORANG TUA BALITA USIA 1-59 BULAN DI POSYANDU NGEBEL, KASIHAN, BANTUL

Disusun Oleh: NAFI’ATUS SYARIFAH

20130310162

Telah disetujui dan akan diseminarkan pada tanggal 7 November 2016

Dosen Pembimbing Dosen Penguji

dr. Denny Anggoro Prakoso, M.Sc Dr. dr. H. Kusbaryanto, M. Kes

NIK: 19810621200710173076 NIK: 19650807199701173022

Mengetahui,

Kaprodi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran & Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

dr. Alfaina Wahyuni, Sp.OG, M. Kes NIK: 19711028199709173027


(4)

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Nafi’atus Syarifah

NIM : 20130310162

Program Studi : Pendidikan Dokter

Fakultas : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, 28 Oktober 2016 Yang membuat pertanyaan,

Nafi’atus Syarifah


(5)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbilalamin, puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah, rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Hubungan Jenis dan Tindakan Pola Asuh Orang tua dengan Kepatuhan Kunjungan Orang Tua Balita Usia 1-59 Bulan di Posyandu Ngebel, Kasihan, Bantul”. Karya Tulis Ilmiah ini diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh derajat sarjana kedokteran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Sholawat dan salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW yang telah menjadi suri tauladan bagi kita.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan selama penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, antara lain:

1. dr. H. Ardi Pramono, Sp. An., M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. dr. Denny Anggoro Prakoso, MSc selaku dosen pembimbing yang telah

bersedia meluangkan waktu dan membimbing penulis dengan penuh kesabaran untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

3. Dr. dr. H. Kusbaryanto, M. Kes selaku dokter penguji yang telah meluangkan

waktu dan memberikan masukan serta arahan kepada penulis.

4. Bapak Suwarno Kasmoeri, Ibu Suprihatin, Kakak Muhammad Arif Fahmi dan

Adik Muhammad Afif Alwan atas semua kasih sayang, perhatian, nasihat, motivasi, dan doa yang tak pernah putus untuk penulis.

5. Teman-teman AORTA, Avina Aroisa, Riska Anggraeni, Yulia Rachmi

Widiastuti, Dimas Adhi Pradita, Fernanda Arifta Hutama, Oky Somang Setiawan, dan Kalam Majid Biruni yang sudah setia menjadi tempat berkeluh


(6)

kesah dan selalu memberikan dukungan, hiburan serta semangat selama proses pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Teman-teman satu kelompok bimbingan, Tiara Kusumadewi, Nindy Ellena,

dan Novihani Hidayati yang telah membantu dan memberi dukungan satu sama lain.

7. Teman-teman Medallion Pendidikan Dokter Angkatan 2013 yang telah

memberikan banyak bantuan dan dukungan kepada penulis.

8. Semua pihak yang telah membantu dalam kelancaran penelitian ini dan

penyelesainan Karya Tulis Ilmiah ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna sehingga saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diperlukan oleh penulis. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini nantinya dapat bermanfaat bagi pembaca serta menambah khazanah ilmu pengetahuan Kedokteran Indonesia.

Yogyakarta, 28 Oktober 2016

Penulis


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... i

HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL KTI ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ...vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

ABSTRACT ... x

INTISARI ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian... 4

D. Manfaat Penelitian... 5

E. Keaslian Penelitian ... 6

BAB IITINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka ... 9

1. Kepatuhan ... 9

2. Ketidakpatuhan ... 13

3. Pola Asuh Orang tua ... 14

4. Posyandu ... 23

B. Kerangka Teori ... 27

C. Kerangka Konsep ... 28

D. Hipotesis ... 28

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 29

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 29

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31

D. Variabel dan Definisi Operasional ... 31

E. Instrumen Penelitian ... 34

F. Metode Pengumpulan Data ... 34

G. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 35

H. Pengolahan dan Analisis Data ... 37

I. Jalannya Penelitian ... 39

J. Kesulitan Penelitian... 40

K. Etika Penelitian ... 41

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 42

B. Pembahasan ... 51

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 58

B. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59

LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Keaslian Penelitian ... 6 Tabel 2. Pola Pemberian Makanan Balita ... 19 Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Posyandu Kemuning A

Ngebel Kasihan Bantul ... 44 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Balita di Posyandu Kemuning A

Ngebel Kasihan Bantul ... 45 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Jenis Pola Asuh Orangtua di

Posyandu Kemuning A Ngebel Kasihan Bantul... 46 Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pola Asuh Balita di Posyandu Kemuning A

Ngebel, Kasihan, Bantul ... 46 Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Kepatuhan Kunjungan Balita ke

Posyandu Kemuning A Ngebel Kasihan Bantul... 47 Tabel 4.6 Hubungan antara Jenis Pola Asuh dan Kepatuhan Kunjungan

Balita Ke Posyandu. ... 48 Tabel 4.7 Hubungan antara Pola Asuh Makan dan Kepatuhan

Kunjungan Balita Ke Posyandu. ... 49 Tabel 4.8 Hubungan antara Pola Asuh Diri dan Kepatuhan

Kunjungan Balita Ke Posyandu. ... 50 Tabel 4.9 Hubungan antara Tindakan Pola Asuh Kesehatan dan

Kepatuhan Kunjungan Ke Posyandu. ... 50


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Teori ... 27 Gambar 2. Kerangka Konsep ... 28


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Informasi Penelitian

Lampiran 2. Surat Pertujuan (Informed Consent)

Lampiran 3. Form Karakteristik Responden Lampiran 4. Kuesioner Jenis Pola Asuh Lampiran 5. Kuesioner Tindakan Pola Asuh

Lampiran 6. Data Mentah Karakteristik Responden dan Balita

Lampiran 7. Data Mentah Jenis dan Tindakan Pola Asuh serta Kepatuhan Lampiran 8. Distribusi Karakteristik Responden

Lampiran 9. Distribusi Karakteristik Balita Lampiran 10. Analisis Jenis Pola Asuh Lampiran 11. Analisis Tindakan Pola Asuh Lampiran 12. Analisis Kepatuhan

Lampiran 13. Hubungan Jenis Pola Asuh dengan Kepatuhan Lampiran 14. Hubungan Tindakan Pola Asuh dengan Kepatuhan


(11)

ABSTRACT

Background: Based on Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) in 2007 to 2013, the prevalence of low-nutrient children is 19,6% increasing. Nutrient state’s disorder will influence the growth and development from toddler until the next phase. That is the reason why we should pay attention. One of the most important factors in toddler’s nutrient state is parenting. The indication of health service utilization is the presence of people to attend to the health service itself, in this case, Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). The adherence of parents to monitor children’s growth and development using Kartu Menuju Sehat (KMS) is the key.

Purpose: To analyze the relations between parenting and the adherence of toddler’s (1-59 months old) visitation in Ngebel Posyandu, Kasihan, Bantul. Methods: This is a quantitative using analytic observational research with cross-sectional approach. Samples that used are parents with 1-59 months old toddler in Ngebel Posyandu. From these samples, 52 respondents were collected with simple random sampling technique using Chi Square Test and Kolmogorov Smirnov to analyze the data.

Results and Discussion: 28 respondents had authoritative kind of parenting with 29 children with bad eating parenting, 30 children with good self parenting, 33 children with bad health parenting, and 28 respondents were not adherence to visit Posyandu. There is a relation between parenting and the adherence for Posyandu visitation with p value = 0,007 for the parenting type, p value = 0,000 for eating parenting, p value = 0,004 for self parenting and p = 0,015 for health parenting.

Conclusion: There is a relation between parenting and the adherence of Posyandu visitation for toddler between 1-59 months old in Ngebel Posyandu, Kasihan, Bantul

Keywords: Parenting, Adherence, Posyandu


(12)

INTISARI

Latar belakang: Berdasarkan hasil Riset Dasar Kesehatan dari tahun 2007 ke tahun 2013 prevalensi gizi kurang meningkat 19,6%. Gangguan status gizi dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan baik pada masa balita maupun masa berikutnya sehingga perlu mendapatkan perhatian khusus. Salah satu faktor yang berperan dalam status gizi balita adalah pola asuh orang tua. Indikasi pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah kepatuhan kedatangan masyarakat ke pusat pelayanan tersebut, dalam hal ini spesifik pada pemanfaatan Posyandu. Kepatuhan orang tua sangat penting untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS).

Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dengan kepatuhan kunjungan balita usia 1-59 bulan di Posyandu Ngebel, Kasihan, Bantul.

Metode: Jenis penelitian kuantitatif menggunakan rancangan penelitian

observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Sampel penelitian ini

yaitu orang tua yang memiliki balita usia 1-59 bulan di Posyandu dusun Ngebel

berjumlah 52 responden dengan teknik Simple Random Sampling menggunakan

analisis data Chi-Square Test dan Kolmogorov Smirnov.

Hasil dan Pembahasan: Jenis pola asuh autoritatif sebanyak 28 responden dengan tindakan asuh makan tidak baik sebanyak 29 balita, asuh diri baik sebanyak 30 balita, asuh kesehatan tidak baik sebanyak 33 balita dan 28 responden tidak patuh untuk berkunjung ke Posyandu. Pola asuh orang tua berhubungan dengan kepatuhan kunjungan balita ke Posyandu dengan nilai p = 0,007 untuk jenis pola asuh, p = 0,000 untuk tindakan asuh makan, p = 0,004 untuk asuh diri dan p = 0,015 untuk asuh kesehatan.

Kesimpulan: Terdapat hubungan antara pola asuh orang tua dengan kepatuhan kunjungan balita usia 1-59 bulan di Posyandu Ngebel, Kasihan, Bantul.

Kata Kunci: Pola Asuh, Kepatuhan, Posyandu


(13)

(14)

prevalence of low-nutrient children is 19,6% increasing. Nutrient state’s disorder will influence the growth and development from toddler until the next phase. That is the reason why we should pay attention. One of the most important factors in toddler’s nutrient state is parenting. The indication of health service utilization is the presence of people to attend to the health service itself, in this case, Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). The adherence of parents to monitor children’s growth and development using Kartu Menuju Sehat (KMS) is the key.

Purpose: To analyze the relations between parenting and the adherence of toddler’s (1-59 months old) visitation in Ngebel Posyandu, Kasihan, Bantul.

Methods: This is a quantitative using analytic observational research with cross-sectional approach. Samples that used are parents with 1-59 months old toddler in Ngebel Posyandu. From these samples, 52 respondents were collected with simple random sampling technique using Chi Square Test and Kolmogorov Smirnov to analyze the data.

Results and Discussion: 28 respondents had authoritative kind of parenting with 29 children with bad eating parenting, 30 children with good self parenting, 33 children with bad health parenting, and 28 respondents were not adherence to visit Posyandu. There is a relation between parenting and the adherence for Posyandu visitation with p value = 0,007 for the parenting type, p value = 0,000 for eating parenting, p value = 0,004 for self parenting and p = 0,015 for health parenting.

Conclusion: There is a relation between parenting and the adherence of Posyandu visitation for toddler between 1-59 months old in Ngebel Posyandu, Kasihan, Bantul Keywords: Parenting, Adherence, Posyandu


(15)

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan baik pada masa balita maupun masa berikutnya sehingga perlu mendapatkan perhatian khusus. Salah satu faktor yang berperan dalam status gizi balita adalah pola asuh orang tua. Indikasi pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah kepatuhan kedatangan masyarakat ke pusat pelayanan tersebut, dalam hal ini spesifik pada pemanfaatan Posyandu. Kepatuhan orang tua sangat penting untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS).

Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dengan kepatuhan kunjungan balita usia 1-59 bulan di Posyandu Ngebel, Kasihan, Bantul. Metode: Jenis penelitian kuantitatif menggunakan rancangan penelitian

observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Sampel penelitian ini yaitu

orang tua yang memiliki balita usia 1-59 bulan di Posyandu dusun Ngebel berjumlah

52 responden dengan teknik Simple Random Sampling menggunakan analisis data

Chi-Square Test dan Kolmogorov Smirnov.

Hasil dan Pembahasan: Jenis pola asuh autoritatif sebanyak 28 responden dengan tindakan asuh makan tidak baik sebanyak 29 balita, asuh diri baik sebanyak 30 balita, asuh kesehatan tidak baik sebanyak 33 balita dan 28 responden tidak patuh untuk berkunjung ke Posyandu. Pola asuh orang tua berhubungan dengan kepatuhan kunjungan balita ke Posyandu dengan nilai p = 0,007 untuk jenis pola asuh, p = 0,000 untuk tindakan asuh makan, p = 0,004 untuk asuh diri dan p = 0,015 untuk asuh kesehatan.

Kesimpulan: Terdapat hubungan antara pola asuh orang tua dengan kepatuhan kunjungan balita usia 1-59 bulan di Posyandu Ngebel, Kasihan, Bantul.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak bawah lima tahun (balita) merupakan masa terbentuknya dasar kepribadian manusia, kemampuan penginderaan, berpikir, keterampilan berbahasa dan berbicara, bertingkah laku sosial dan lain sebagainya. Perkembangan dan pertumbuhan anak pada masa kini memerlukan perhatian yang lebih khusus. Apabila perkembangan dan pertumbuhan anak mengalami gangguan, hal ini akan berakibat pada terganggunya persiapan terhadap pembentukan anak yang berkualitas (Lubis dan Chairuddin, 2004).

Saat ini perkembangan masalah gizi di Indonesia semakin kompleks dan menjadi persoalan yang harus kita tangani dengan serius (Renstra Kementerian Kesehatan, 2015). Di Indonesia jumlah balita pada tahun 2013 sebanyak + 24 juta jiwa dari jumlah penduduk 250 juta jiwa atau sebesar 9,6%. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai jumlah balita 264.856 dimana 16,2% mengalami gizi kurang atau buruk (Riskesdas, 2013). Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014, perbaikan status gizi masyarakat merupakan salah satu prioritas dengan

menurunkan prevalensi balita gizi kurang (underweight) menjadi 15% pada

tahun 2014. Hasil Riset Dasar Kesehatan (Riskesdas) dari tahun 2007 ke tahun 2013 menunjukkan fakta yang memprihatinkan dimana gizi kurang (underweight) meningkat dari 18,4% menjadi 19,6%. Hal ini terjadi karena kekurangan gizi kronis yang disebabkan oleh kemiskinan dan pola asuh tidak


(17)

tepat yang mengakibatkan kemampuan kognitif tidak berkembang maksimal, mudah sakit dan berdaya saing rendah. Seribu hari pertama kehidupan seorang anak adalah masa kritis yang menentukan masa depannya. Pada periode itu anak Indonesia menghadapi gangguan pertumbuhan yang serius dan apabila lewat dari seribu hari, dampak buruk kekurangan gizi sangat sulit diobati (Renstra Kementerian Kesehatan, 2015).

Status gizi sering dikaitkan dengan berbagai faktor yang mempengaruhinya, yaitu faktor langsung dan tidak langsung. Faktor langsung adalah penyakit infeksi dan konsumsi makanan (Soekirman, 2000). Sedangkan faktor tidak langsung adalah tidak cukup persediaan pangan, pola asuh, pelayanan kesehatan masyarakat dan sanitasi lingkungan tidak memadai. (Soekidjo, 2003).

Pola asuh orang tua merupakan suatu cara yang digunakan oleh orang tua dalam mendidik, menjaga, merawat, dan memelihara anak (Departemen Pendidikan Nasional, 2008). Menurut pandangan Islam selain sebagai anugerah, amanah dan rahmat, anak juga bisa menjadi cobaan bagi orang tua, karena tidak jarang orang tua gagal dalam pengasuhan dan pendidikan anaknya, sesuai yang disebutkan dalam Al-Quran Surat Al-Anfal: 28 yang berbunyi:

“Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.”


(18)

Serta seperti hadist yang telah diriwayatkan oleh HR. Bukhori berikut ini: “Cintailah anak-anak kecil dan sayangilah mereka. Jika engkau menjanjikan sesuatu kepada mereka, penuhilah janjimu itu. Karena mereka itu hanya dapat melihat, bahwa dirimulah yang memberi rizki kepada mereka.” –(HR. Bukhari)

Jadi, perlu usaha yang tidak mudah dan tanggung jawab yang besar untuk menjadikan anak seperti yang orang tua harapkan, karena peran orang tua sangat diperlukan dalam pembentukan karakter anak sesuai dengan apa yang orang tua inginkan. Peran orang tua salah satunya adalah dengan memberikan pola asuh terhadap anak untuk membina akhlak mereka. Ketidaktepatan dalam pemberian pola asuh dapat menimbulkan beberapa gangguan pada tumbuh kembang anak.

Posyandu merupakan wadah untuk mendapatkan pelayanan dasar terutama dalam bidang kesehatan dan keluarga berencana yang dikelola oleh

masyarakat. Posyandu menjadi pelayanan kesehatan penting untuk bayi dan

balita yang paling awal. Namun, pada kenyataannya warga masyarakat sendiri banyak yang tidak memanfaatkan Posyandu (Yulifah dan Johan, 2009). Masyarakat masih lebih banyak sebagai objek daripada sebagai subjek pembangunan kesehatan (Departemen Kesehatan RI, 2009).

Partisipasi balita dalam program Posyandu biasanya menurun setelah anak menginjak umur 2 tahun padahal seharusnya anak berpartisipasi dalam kegiatan Posyandu sampai umur 5 tahun (Anwar dkk, 2010). Ketidakpatuhan kunjungan Posyandu mengakibatkan ibu tidak akan memperoleh informasi dini mengenai kesehatan anak balitanya sehingga tidak ada dorongan untuk memperbaiki status gizi serta pemeliharaan kesehatan anak (Saragih, 2003).


(19)

Kedatangan orang tua sangat penting untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anak dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) melalui penimbangan bulanan balita dan mengetahui keadaan kesehatan serta memberikan pelayanan kesehatan lainnya pada balita. Dengan adanya pemantauan dari KMS dapat meminimalkan terjadinya gizi buruk dan balita berat badannya dibawah garis merah (BGM) (Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial, 2001).

Posyandu Ngebel adalah Posyandu yang mempunyai populasi balita yang cukup besar untuk 1 dusun yaitu 54 balita. Berdasarkan data Posyandu Maret 2015, terdapat 11 balita yang tidak naik berat badannya, dan terdapat 5 balita yang turun berat badannya. Data–data diatas menjadi bahan kajian yang menarik diteliti untuk mengetahui hubungan pola asuh dengan kepatuhan kunjungan di Posyandu Ngebel, Kasihan, Bantul.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, masalah yang penulis rumuskan adalah apakah ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan kepatuhan kunjungan balita usia 1-59 bulan di Posyandu Ngebel, Kasihan, Bantul?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dengan kepatuhan kunjungan balita usia 1-59 bulan di Posyandu Ngebel, Kasihan, Bantul.


(20)

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui pola asuh orang tua pada anak usia 1-59 bulan di

Posyandu Ngebel, Kasihan, Bantul.

b. Mengetahui kepatuhan kunjungan balita usia 1-59 bulan di Posyandu

Ngebel, Kasihan, Bantul. D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :

1. Manfaat Teoritis

Dapat digunakan sebagai referensi ilmiah untuk penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Masyarakat

Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan kepada orang tua dan masyarakat dalam menciptakan pola asuh yang baik untuk balita usia 1-59 bulan dan pentingnya kunjungan di Posyandu.

b. Bagi Petugas Kesehatan

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi bagi petugas kesehatan dan digunakan sebagai bahan edukasi untuk masyarakat.

c. Bagi Pengambil Kebijakan

Diharapkan penelitian ini dapat membantu dalam menentukkan kebijakan atau keputusan yang akan diambil dalam menyelesaikan masalah.


(21)

E. Keaslian Penelitian

Keaslian penelitian dapat dilihat dalam tabel 1.

Tabel 1. Keaslian Penelitian

No Peneliti Judul Desain Variabel Hasil

1. Sugiharti

ningsih dan Vanara (2014) Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Dengan Kepatuhan Mengikuti Kegiatan Posyandu Balita Di Posyandu Wijaya Kusuma Di Desa Jombor Kabupaten Semarang Penelitian kuantitatif dengan metode korelasi. Rancangan penelitian ini adalah pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel secara random sampling. Variabel bebas: Tingkat pengetahua n ibu Variabel terikat: Kepatuhan mengikuti kegiatan Posyandu balita Hasil penelitian

menunjukkan nilai

rhitung = 0,539 dengan

p= 0,000 (p < 0,05)

Kesimpulannya adalah ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan kepatuhan mengikuti kegiatan

Posyandu balita di

Posyandu Wijaya

Kusuma VI Desa Jombor Kabupaten Semarang.

2. Rapar,

dkk. (2014) Hubungan Pola Asuh Ibu dengan Status Gizi

Balita di

Wilayah Kerja Puskesmas Ranotana Weru Kecamatan Wanea Kota Manado Penelitian metode survey analitik dengan pendekatan

waktu cross

sectional. Variabel bebas: Pola asuh ibu Variabel terikat: Status gizi balita

Didapatkan hasil 31 responden gizi baik dengan pola asuh baik, 10 responden mengalami gizi tidak baik dengan pola asuh kurang dan 10 koresponden lainnya gizi tidak baik dengan pola

asuh baik.

Kesimpulannya adalah ada hubungan antara pola asuh dan status gizi balita.

3. Nazri,

dkk. (2016) Factors influencing mother’s participation in Posyandu for

improving

Penelitian

desain

cross-sectional. Teknik pengambilan sampel dengan Variabel bebas: Faktor yang mempenga ruhi partisipasi

Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam

usia, status perkawinan,tingkat

pendidikan, pekerjaan, ukuran keluarga, dan jarak ke Posyandu antara


(22)

nutritional status of children under-five in Aceh Utara district, Aceh province, Indonesia metode multistage random sampling. Ibu Variabel terikat: Partisipasi Ibu di Posyandu untuk meningkat kan status nutrisi anak dibawah lima tahun di wilayah Aceh Utara kelompok partisipasi yang rendah kecuali untuk pendapatan rumah tangga bulanan. Di antara sosio – demografis faktor, hanya pendapatan rumah tangga bulanan memiliki

hubungan yang signifikan dengan frekuensi partisipasi ibu.

Kepuasan, sikap, dan niat yang terkait dengan partisipasi. Regresi logistik menunjukkan bahwa pemantauan status gizi balita adalah alasan utama bahwa ibu berpartisipasi dalam Posyandu. Ibu yang puas

dengan layanan Posyandu lebih mungkin

untuk menghadiri daripada mereka yang tidak puas.

4. Evelyn

dan Savitri (2015) Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Pola Pengasuhan Orang Tua Middle Childhood Dari Keluarga Miskin Penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif non-eksperimenta

l dengan

desain prospektif Variabel bebas: Dukungan sosial Variabel terikat: Pola pengasuha n orang tua middle childhood dari keluarga miskin

Dukungan sosial tidak

mempunyai pengaruh

signifikan terhadap pola pengasuhan autoritatif dan permisif. Sebaliknya, dukungan sosial mempengaruhi pola pengasuhan otoriter secara signifikan.

Perbedaan dengan ketiga penelitian tersebut adalah pada penelitian ini menggunakan variabel bebas pola asuh orang tua dan variabel terikat


(23)

kepatuhan kunjungan di Posyandu dengan subjek penelitian balita usia 1-59 bulan serta penelitian ini dilakukan di Posyandu Ngebel, Kasihan, Bantul.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka 1. Kepatuhan

a. Definisi Kepatuhan

Kepatuhan berasal dari kata patuh yang berarti taat, suka menurut dan disiplin terhadap perintah, aturan dan sebagainya (Departemen

Pendidikan Nasional, 2008). Kepatuhan adalah sebagai tingkat

penderita melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokter atau orang lain (Slamet, 2007).

b. Faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan

Niven (2008) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan adalah:

1) Usia

Tingkat kematangan dan kekuatan sesorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja seiring dengan bertambahnya umur. Dari segi kepercayaan, masyarakat lebih mempercayai orang yang lebih dewasa daripada orang yang belum cukup tinggi tingkat kedewasaannya. Hal ini berkaitan dengan pengalaman dan kematangan jiwanya. Semakin dewasa seseorang, maka cara berpikir semakin matang.


(25)

2) Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan seseorang dapat meningkatkan kepatuhan, sepanjang bahwa penddikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif.

3) Pekerjaan

Pekerjaan merupakan tindakan yang dilakukan oleh setiap orang sebagai suatu rutinitas atau kebiasaan setiap hari dimana setiap tindakan tersebut mendapat penghargaan atau imbalan baik berupa uang ataupun barang. Pekerjaan seseorang dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan orang tersebut.

4) Akomodasi

Suatu usaha harus dilakukan untuk memahami ciri kepribadian seseorang yang dapat mempengaruhi kepatuhan adalah jarak dan waktu. Hal ini bisa jadi sangat mempengaruhi kepatuhan seseorang.

5) Dukungan keluarga

Keluarga adalah unit terkecil masyarakat yang terdiri atas 2 orang atau lebih, adanya ikatan persaudaraan atau pertalian darah,


(26)

hidup dalam suatu rumah tangga berinteraksi satu sama lain, dan mempertahankan kebudayaan. Dukungan positif dari keluarga dapat meningkatkan kepatuhan orang tersebut.

6) Meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan klien

(kualitas pelayanan)

Meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan klien adalah suatu hal penting untuk memberikan umpan balik pada klien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis. Suatu penjelasan penyebab penyakit dan bagaimana pengobatan dapat meningkatkan kepatuhan, semakin baik pelayanan yang diberikan tenaga kesehatan, semakin teratur pula ibu dalam kunjungannya ke Posyandu.

c. Manfaat Kepatuhan Kunjungan ke Posyandu

Pemeliharaan kesehatan dapat diusahakan dengan cara memonitor morbiditas balita dan segera membawa berobat ke tempat pelayanan kesehatan apabila sakit. Pelayanan kesehatan merupakan salah satu faktor langsung yang erat kaitannya dengan kejadian infeksi penyakit atau morbiditas. Upaya penurunan angka morbiditas balita dapat diusahakan dengan memanfaatkan akses pelayanan kesehatan dan penatalaksanaan kasus penderita secara benar dan tepat waktu (Hidayat dan Jahari, 2011). Salah satu indikasi pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah kepatuhan kunjungan masyarakat ke pusat pelayanan tersebut yang dalam hal ini spesifik kepada pemanfaatan pelayanan


(27)

kesehatan Posyandu (Hutami dan Ardianto, 2015). Pentingnya keberadaan Posyandu di tengah-tengah masyarakat yang merupakan pusat kegiatan masyarakat dimana masyarakat sebagai pelaksana sekaligus memperoleh pelayanan kesehatan serta keluarga berencana. Selain itu, wahana ini juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk

tukar menukar informasi, pendapat dan pengalaman serta

bermusyawarah untuk memecahkan berbagai masalah yang dihadapi baik masalah keluarga atau masalah masyarakat itu sendiri (Sembiring, 2004).

Keaktifan keluarga pada setiap kegiatan Posyandu tentu akan berpengaruh pada keadaan status gizi anak balitanya, karena salah satu tujuan Posyandu adalah memantau peningkatan status gizi masyarakat terutama anak balita dan ibu hamil (Meilani, dkk., 2009). Kegiatan Posyandu penting untuk bayi dan balita, karena tidak terbatas hanya pemberian imunisasi saja, tetapi juga memonitor tumbuh kembang bayi dan balita melalui kegiatan penimbangan dan pemberian makanan tambahan. Pencegahan dan penanganan gizi buruk juga dapat segera ditangani sedini mungkin, karena pada dasarnya anak balita bergizi buruk tidak semua lahir dalam keadaan berat badan tidak normal (Suhardjo, 2003).


(28)

2. Ketidakpatuhan

a. Definisi Ketidakpatuhan

Ketidakpatuhan adalah perilaku yang ditandai dengan beberapa bentuk tindakan seperti menunda mencari bantuan kesehatan (pengobatan), tidak berpartisipasi dalam program kesehatan, melanggar kesepakatan, atau gagal mengikuti instruksi (Bittikaka, 2011).

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan

Dalam jurnal yang dikemukakan oleh Sulistiyanti dan Untariningsih (2013), ada beberapa hal yang menyebabkan ibu balita tidak datang ke Posyandu. Menurut Kasmita (2000), meliputi: pekerjaan rumah tangga, anak sakit, bepergian ketempat lain, bekerja ditempat lain dan lupa. Sedangkan menurut Widiastuti dan Kristiani (2006) alasan ibu balita tidak datang ke Posyadu antara lain:

1) Ibu balita yang tidak mau datang ke Posyandu karena tidak

mengetahui manfaat Posyandu.

2) Alasan ibu balita tidak membawa ke Posyandu karena faktor anak

sakit atau sedang tidur atau anak takut ditimbang.

3) Alasan lain ibu balita enggan berkunjung ke Posyandu, khususnya

ibu balita kelompok menengah ke atas karena merasa telah membawa anaknya ke dokter.

4) Faktor pekerjaan ibu balita merupakan salah satu faktor


(29)

Posyandu. Ibu yang bekerja tidak membawa anaknya ke Posyandu kemungkinan karena Posyandu diselenggarakan pada hari kerja dan jam kerja.

c. Dampak ketidakpatuhan terhadap balita

Gangguan kesehatan yang terjadi pada balita perlu mendapatkan perhatian karena sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan baik pada masa balita maupun masa berikutnya. Dampak ketidakpatuhan kunjungan balita ke Posyandu adalah tidak terpantaunya pertumbahan anak sehingga orang tua tidak mengetahui bahwa anak menderita gizi kurang atau gizi buruk, terjadinya drop out cakupan imunisasi dan apabila terdapat kelainan pada anak balita tidak dapat dilakukan rujukan segera ke Puskesmas (Hutami dan Ardianto, 2015). Dari hasil analisis data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), diperoleh informasi bahwa balita yang sehat dan status gizi baik berdasarkan BB/U, TB/U maupun BB/TB lebih banyak pada balita yang memanfaatkan Posyandu dan balita yang sakit lebih dan status gizi buruk banyak pada balita yang tidak pernah ke Posyandu (Hidayat dan Jahari, 2011).

3. Pola Asuh Orang tua

a. Definisi Pola Asuh

Orang tua menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),

artinya adalah ayah dan ibu(Departemen Pendidikan Nasional, 2008).


(30)

orang tua dalam penelitian ini yaitu ayah dan ibu kandung dari anak (anak tinggal bersama ayah dan ibu) (Ulumuddin, 2014). Pola berarti model, contoh, sistem atau cara kerja, sedangkan asuh berarti menjaga, merawat, memelihara dan mendidik anak. Jadi pengertian pola asuh adalah suatu cara yang digunakan oleh orang tua dalam mendidik,

menjaga, merawat, dan memelihara anak (Departemen Pendidikan

Nasional, 2008). Perkembangan seorang anak dapat dipengaruhi oleh peranan lingkungan dan interaksi dengan orang tua. Tanpa adanya suasana hangat penuh kasih sayang yang mendasari terjalinnya hubungan batin dan kedekatan emosi antara orang tua dan anak, proses tumbuh kembang tidak akan berjalan optimal (Lidyasari, 2012).

b. KlasifikasiPola Asuh

Widyarini (2011) berpendapat bahwa secara garis besar pola pengasuhan orang tua terhadap anak dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu, autoritatif, otoriter dan permisif.

1) Autoritatif

Orang tua dengan pola asuh autoritatif berusaha untuk membuat anaknya berpikir secara rasional, beorientasi pada masalah yang dihadapi, menghargai komunikasi yang saling memberi dan menerima, menjelaskan alasan rasional yang mendasari tiap-tiap permintaan atau disiplin tetapi juga menggunakan kekuasaan bila perlu, mendidik anak untuk mandiri dan saling menghargai antara anak dan orang tua. Orang tua tidak


(31)

mengambil posisi mutlak, tetapi juga tidak mendasarkan pada kebutuhan semata.

2) Otoriter

Orang tua dengan pola asuh otoriter berusaha untuk membentuk, mengendalikan, dan mengevaluasi perilaku setiap sikap anak sesuai dengan serangkaian standar mutlak, nilai-nilai kepatuhan, menghormati otoritas, kerja, tradisi, tidak saling memberi dan menerima dalam komunikasi verbal. Terkadang orang tua menolak anak dan sering menerapkan hukuman kepada anak.

3) Permisif

Orang tua dengan pola asuh permisif menunjukkan sikap menerima dan bersikap positif terhadap impuls, keinginan-keinginan, dan perilaku anaknya, jarang menggunakan hukuman, berkonsultasi kepada anak, hanya sedikit memberi tanggung jawab rumah tangga, membiarkan dan tidak mengontrol anak untuk mengatur aktivitasnya sendiri, berusaha mencapai sasaran tertentu dengan memberikan alasan, namun tidak menunjukkan kekuasaan.

c. TindakanPola Asuh

1) Asuh Makan

Dikutip dari Waryana (2010), asuh makan adalah cara makan seseorang atau sekelompok orang dalam memilih makanan dan memakannya sebagai tanggapan terhadap pengaruh fisiologi,


(32)

psikologi budaya dan sosial. Perilaku pemberian makan adalah seperangkat interaksi yang kompleks antara pengasuh/ orang tua dan anak yang melibatkan proses pemilihan, konsumsi dan regulasi makanan (Burn, 2004). Perilaku pemberian makan orang tua dapat diartikan juga sebagai aktifitas orang tua untuk memenuhi diet, kesehatan dan keamanan, membantu mengembangkan dan mempertahankan perilaku makan yang baik, dan mempromosikan lingkungan makan yang menyenangkan (Nugroho, dkk., 2014). Pola asuh makan pada balita berkaitan dengan kebiasaan makan yang telah ditanamkan sejak awal pertumbuhan manusia (Adriani dan Kartika, 2011). Pemberian makanan bergizi mutlak dianjurkan untuk anak melalui peran ibu atau pengasuhnya (Diana, 2006).

Masalah kurang gizi (malnutrisi) pada balita dapat

disebabkan oleh perilaku ibu dalam pemilihan bahan makanan

(Jayanti, dkk., 2011). Malnutrisi akan menyebabkan berkurangnya

kualitas sumber daya manusia, perlambatan pertumbuhan fisik, perkembangan mental, kecerdasan, penurunan produktivitas, peningkatan penyakit dan kematian (Anwar, dkk., 2010).

Bahar (2002) menyatakan bahwa pengasuhan makanan anak fase 6 bulan pertama adalah pemenuhan kebutuhan anak oleh ibu dalam bentuk pemberian ASI atau makanan pendamping/pengganti ASI pada anak. Dinyatakan cukup bila diberi ASI semata dengan frekuensi kapan saja anak minta sejak lahir sampai usia 4-6 bulan


(33)

dan dinyatakan kurang bila tidak memenuhi kriteria tersebut. Pengasuhan makanan anak pada fase 6 bulan kedua adalah pemenuhan kebutuhan makanan untuk bayi yang dilakukan ibu, dinyatakan cukup bila anak diberikan ASI plus makanan pendamping ASI (MP-ASI) seperti makanan lumat yang terdiri dari tepung-tepungan dicampur susu, dan atau nasi (berupa bubur atau nasi biasa) bersama ikan, daging atau putih telur lainnya ditambah sayuran (dalam bentuk kombinasi atau tunggal) diberi dalam frekuensi sama atau lebih 3 x per hari, dan kurang bila tidak memenuhi kriteria tersebut.

Pada dasarnya pemberian makanan kepada bayi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan zat-zat gizi bayi. Bayi usia 6-12 bulan membutuhkan zat gizi terutama energi dan protein sejumlah 650 kalori dan 16 gram protein. Kandungan gizi Air Susu Ibu (ASI) adalah 400 kalori dan 10 gram protein, sehingga kebutuhan yang diperoleh dari MP-ASI adalah 250 kalori dan 6 gram protein. Kandungan gizi ASI adalah sekitar 350 kalori dan 8 gram protein, sehingga kebutuhan yang diperoleh dari MP-ASI adalah sekitar 500 kalori dan 12 gram protein (Depkes RI, 2006).

Kreatifitas ibu dalam penyajian makanan untuk balita sangat diperlukan agar makanan terlihat menarik sehingga dapat menimbulkan selera makan anak. Penyajian makanan yang akan diberikan kepada anak balita harus memperhatikan porsi dan


(34)

frekuensi makan yang dianjurkan dalam sehari. Pemberian makanan dibagi menjadi tiga waktu makan yaitu pagi, siang, dan malam. Pemberian makanan selingan yaitu antara dua waktu makan yaitu antara makan pagi dan makan siang serta antara makan siang dan makan malam seperti tercantum dalam tabel di bawah ini:

Tabel 2. Pola Pemberian Makanan Balita

Umur Bentuk Makanan Frekuensi

0 – 6 Bulan

ASI Eksklusif Sesering Mungkin

Minimal 8 Kali/Hari 6 – 9 Bulan Makanan Lumat /

Lembek

2 kali sehari, 2 sendok makan Setiap kali makan

9 – 12 Bulan Makanan Lembek 3 kali sehari

ditambah 2 kali makanan selingan 1 – 3 tahun Makanan keluarga

1 – 1 ½ piring Nasi / pengganti

2 – 3 potongan sedang lauk hewani

1 – 2 potong sedang lauk nabati ½ mangkuk sayur 2-3 potong buah-buahan 1 gelas susu

4 – 6 tahun

1 – 3 piring nasi /pengganti

2 – 3 Potongan lauk hewani

1 – 2 potong lauk nabati

1 – 1 ½ mangkuk sayur

2 – 3 potong buah – buahan

1 – 2 gelas susu Sumber : Depkes RI, 2006


(35)

Selain takaran dan frekuensi makanan untuk balita, ada juga anjuran pemberian makanan untuk balita berdasarkan Depkes RI (2006), yaitu:

a) Umur 0-6 bulan, anjuran pemberian makanan yaitu:

(1) Beri ASI minimal 8 kali sehari yaitu pagi, siang dan malam

setiap kali bayi menginginkan minum ASI

(2) Jangan berikan makanan atau minuman selain ASI

(3) Susu bayi dengan payudara kanan dan kiri secara

bergantian

b) Umur 6-12 bulan, anjuran pemberian makanan yaitu:

(1) Teruskan pemberian ASI sampai usia 2 tahun

(2) Kenalkan makanan pendamping ASI pada umur 6-9 bulan

dalam bentuk lumat dimulai dari bubur susu sampai nasi tim lumat, 2 kali sehari

(3) Makanan pendamping ASI diberikan setelah pemberian

ASI

(4) Umur 9-12 bulan, beri makanan pendamping ASI, dimulai

dari bubur nasi, sampai nasi tim, 3 kali sehari

(5) Pada makanan pendamping ASI, tambahan telur atau ayam

atau ikan atau tempe atau tahu atau daging sapi atau wortel atau bayam atau kacang hijau atau santan atau minyak

(6) Bila menggunakan makanan pendamping ASI dari pabrik,


(36)

kadaluwarsa produk tersebut

(7) Beri makanan selingan 2 kali sehari diantara waktu makan

c) Umur 1- 2 tahun, anjuran pemberian makanan yaitu:

(1) Beri ASI kapanpun balita menginginkan

(2) Beri nasi lembek 3 kali sehari

(3) Beri makanan selingan 2 kali sehari diantara waktu makan

(4) Beri buah-buahan atau sari buah

(5) Bantu anak untuk makan sendiri

d) Umur 2-3 tahun, anjuran pemberian makanan yaitu :

(1) Beri makanan yang biasa dimakan oleh keluarga 3 kali

sehari yang terdiri dari nasi, lauk pauk, sayur dan buah

(2) Beri makanan selingan 2 kali sehari diantara waktu makan

(3) Jangan berikan makanan yang manis dan lengket diantara

waktu makan

e) Umur 3-5 tahun anjuran pemberian makanannya sama dengan

anjuran pemberian makanan umur 2-3 tahun

Memberi makan pada anak harus dengan kesabaran dan ketekunan, sebaiknya menggunakan cara-cara tertentu seperti dengan membujuk anak. Jangan memaksa anak, bila dipaksa akan menimbulkan emosi pada anak sehingga anak menjadi kehilangan nafsu makan (Pudjiadi, 2005).

2) Asuh Kesehatan


(37)

Hal ini berkaitan dengan interaksi terhadap sarana dan prasarana yang ada di lingkungan rumah tangga dan lingkungan sekelilingnya. Status kesehatan merupakan salah satu faktor pola asuh yang dapat mempengaruhi status gizi balita kearah yang lebih baik (Anas, 2013). Menurut Budi (2006), jenis sakit yang dialami, frekuensi sakit, lama sakit yang diderita sangat mempengaruhi kesehatan dan status gizi balita.

Perilaku ibu dalam menghadapi anak balita yang sakit dan pemantauan kesehatan terprogram adalah pola pengasuhan kesehatan yang sangat mempengaruhi status gizi balita. Balita yang tidak mendapatkan imunisasi, lebih tinggi mengalami resiko penyakit. Anak balita yang dipantau status gizinya di Posyandu melalui kegiatan penimbangan akan lebih mudah mendapatkan informasi akan adanya gangguan status gizi pada balita. Sakit yang tidak kunjung sembuh akan mempengaruhi nafsu makan sehingga menyebabkan rendahnya asupan gizi pada balita (Anas, 2013).

3) Asuh Diri

Sulistjiani (2001) berpendapat bahwa lingkungan yang sehat terkait dengan keadaan bersih, rapi dan teratur. Hal ini harus diupayakan secara perlahan-lahan dan terus menerus serta dibiasakan karena tidak dapat dilakukan dalam sekaligus. Oleh karena itu, anak perlu dilatih untuk mengembangkan sifat-sifat sehat seperti berikut:

a) Mandi 2 kali sehari


(38)

c) Makan teratur 3 kali sehari

d) Menyikat gigi sebelum tidur

e) Buang air kecil pada tempatnya/WC.

Hasil penelitian Anwar (2000), asuh diri meliputi perilaku ibu memelihara kebersihan rumah, hygiene makanan, dan sanitasi lingkungan. Pemberian nutrisi tanpa memperhatikan kebersihan akan meningkatkan risiko balita mengalami infeksi seperti diare.

Rendahnya sanitasi dan hygiene pada pemberian MP ASI akan

meningkatkan risiko atau infeksi lain pada balita karena kemungkinan terjadinya kontaminasi oleh mikroba (Bambang, 2005).

4. Posyandu

a. Definisi Posyandu

Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) merupakan salah satu bentuk upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi (Kementrian Kesehatan RI, 2011).

Sedangkan menurut Ismawati (2010), Posyandu adalah kegiatan

kesehatan dasar yang diselenggarakan dari, oleh, dan untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan di suatu wilayah kerja puskesmas,


(39)

dimana program ini dapat dilaksanakan di balai dusun, balai kelurahan, maupun tempat tempat lain yang mudah didatangi oleh masyarakat.

b. Tujuan Posyandu

Tujuan Posyandu yaitu penurunan angka kematian bayi, anak balita dan angka kelahiran, mempercepat penerimaan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS), meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI), meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan lain yang menunjang sesuai kebutuhan, dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam rangka alih teknologi untuk swakelola usaha-usaha kesehatan masyarakat, memelihara dan menngkatkan kesehatan bayi, balita, ibu hamil, dan pasangan usia subur (Ismawati, 2010).

c. Sasaran Posyandu

Menurut Iskandar (2009), sasaran Posyandu adalah seluruh masyarakat, terutama bayi (0-11 bulan), anak balita (12 bulan-60 bulan), ibu hamil, melahirkan, nifas, menyusui, dan pasangan usia subur.

d. Kegiatan Posyandu

Jenis kegiatan Posyandu dikenal dengan Panca Krida Posyandu yaitu Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), imunisasi, Keluarga Berencana (KB), peningkatan gizi dan penanggulangan diare (Ismawati 2010).


(40)

Pencapaian hasil kegiatan Posyandu program gizi dapat dilihat melalui balok SKDN (S= jumlah anak balita yang ada di wilayah kerja Posyandu tertentu, K= jumlah anak balita yang memiliki KMS (Kartu Menuju Sehat), D= jumlah anak balita yang datang ditimbang, N= jumlah anak balita yang menunjukkan kenaikan berat badannya). Data pada balok SKDN sesuai fungsinya dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: kelompok data yang dapat digunakan untuk pemantauan pertumbuhan balita di suatu wilayah, yaitu N/D, sedangkan kelompok lainnya adalah yang digunakan untuk tujuan pengelolaan program/kegiatan di Posyandu, yaitu D/S dan K/S (Depkes RI, 2006). D/S (jumlah balita yang datang ke Posyandu setiap bulan untuk ditimbang dibandingkan jumlah semua balita di wilayah Posyandu) memberikan gambaran tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan penimbangan bulanan. Target atau “standar cakupan minimal untuk D/S adalah 85%” (RenStra Kementrian Kesehatan, 2010).

e. Pelayanan Posyandu

Posyandu dilaksanakan sebulan sekali yang ditentukan oleh kader, tim penggerak PKK desa/ kelurahan serta petugas kesehatan dari Puskesmas. Posyandu sebaiknya berada pada tempat yang mudah didatangi oleh masyarakat dan ditentukan oleh masyarakat sendiri (Ismawati 2010). Pelayanan Posyandu dilakukan dengan “pola lima meja” yaitu:


(41)

1) Meja 1 : Pendaftaran (Pencatatan bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui dan (pasangan usia subur)

2) Meja 2 : Penimbangan bayi dan anak balita

3) Meja 3 : Pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS)

4) Meja 4 : Penyuluhan perorangan

5) Meja 5 : Pelayanan oleh tenaga profesional meliputi

pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga Berencana (KB), imunisasi dan pengobatan, serta pelayanan lain sesuai kebutuhan setempat.

Petugas pada meja 1-4 dilakukan oleh kader Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) sedangkan meja 5 merupakan meja pelayanan paramedis (Ismawati, 2010).


(42)

B. Kerangka Teori

Gambar 1. Kerangka Teori Pola Asuh Orang tua

Faktor-faktor Ketidakpatuhan:

1. Ibu balita tidak

mengetahui manfaat Posyandu 2. Balita sakit,

tidur, takut 3. Ibu sudah

membawa balita ke dokter 4. Pekerjaan Klasifikasi: 1. Autoritatif 2. Otoriter 3. Permisif Tindakan:

1. Asuh makan 2. Asuh diri 3. Asuh kesehatan

Penilaian dengan KMS Faktor-faktor Kepatuhan: 1. Usia 2. Pendidikan 3. Pekerjaan 4. Akomodasi 5. Dukungan keluarga 6. Kualitas pelayanan Kepatuhan Kunjungan Ke Posyandu


(43)

C. Kerangka Konsep

__________= Variabel yang diteliti --- = Variabel yang tidak diteliti

Gambar 2. Kerangka Konsep D. Hipotesis

1. H0: Tidak ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan kepatuhan

kunjungan balita usia 1-59 bulan di Posyandu Ngebel, Kasihan, Bantul.

2. H1: Adanya hubungan antara pola asuh orang tua dengan kepatuhan

kunjungan balita usia 1-59 bulan di Posyandu Ngebel, Kasihan, Bantul.

Kepatuhan kunjungan balita usia 1-59 bulan di

Posyandu Pola asuh orang tua

Variabel lain: 1. Usia 2. Pendidikan 3. Pekerjaan 4. Akomodasi

5. Dukungan keluarga 6. Kualitas pelayanan


(44)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini diarahkan untuk menjelaskan suatu keadaan atau situasi atau yang biasa disebut dengan desain penelitian observasional analitik. Penelitian ini menggunakan pendekatan analitik dengan rancangan penelitian

secara cross sectional mengenai pola asuh orang tua terhadap kepatuhan

kunjungan balita usia 1-59 bulan. Penelitian ini menekankan waktu pengukuran/ observasi data variabel bebas dan terikat hanya satu kali dan secara simultan pada suatu saat, sehingga tidak ada tindak lanjut. Dengan studi ini, akan diperoleh prevalensi atau efek suatu fenomena dihubungkan dengan penyebab (Nursalam, 2015).

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh orang tua yang mempunyai anak usia 1-59 bulan yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Berdasarkan data yang diperoleh dari data kependudukan dusun Ngebel, Kasihan, Bantul, Yogyakarta, jumlah populasi adalah sebanyak 54 orang.

2. Sampel

Menurut Taro Yamane dan Slovin (1962), apabila jumlah populasi (N) diketahui maka teknik pengambilan besar sampel dapat menggunakan rumus sebagai berikut:


(45)

�= N N. d + 1 Keterangan:

n = Besar jumlah sampel N = Besar populasi

d = Presisi (ditetapkan 5% dengan tingkat kepercayaan 95%) (Ridwan, 2010)

Berdasarkan rumus tersebut, dengan jumlah populasi 54 balita maka diperoleh jumlah sampel minimal sebagai berikut:

n = N

N.d2+ = .( , ) + = 47,8 = 48 balita

Kriteria sampel meliputi kriteria inklusi dan kriteria ekslusi, dimana kriteria tersebut yang menentukan dapat atau tidaknya sampel digunakan. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi adalah sebagai berikut:

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:

1) Orang tua yang memiliki balita usia 1-59 bulan di Posyandu dusun

Ngebel

2) Bersedia menjadi koresponden

b. KriteriaEksklusi

Kriteria ekslusi penelitian ini adalah:

1) Balita yang tidak mempunyai atau kehilangan Kartu Menuju Sehat


(46)

Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah adalah Simple Random Sampling, karena semua sampel memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel penelitian (Notoatmodjo, 2002). Cara pengambilan

sampel dengan random yang digunakan adalah dengan cara mengundi

nomer sesuai kedatangan pada saat Posyandu dengan jumlah undian yang diambil sesuai jumlah sampel yaitu 48 balita.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 di Posyandu Dusun Ngebel Kasihan, Bantul, Yogyakarta.

D. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variabel

a. Variabel Bebas

Pola asuh orang tua balita usia 1-59 bulan.

b. Variable Terikat

Kepatuhan kunjungan balita usia 1-59 bulan.

c. Variabel Pengganggu

Variabel pengganggu dalam penelitian ini adalah:

1) Usia orang tua

2) Pendidikan orang tua

3) Pekerjaan orang tua

4) Akomodasi orang tua

5) Dukungan keluarga


(47)

2. Definisi Operasional

a. Pola Asuh Orang tua

1) Jenis Pola Asuh

Jenis pola asuh adalah kebiasaan perilaku yang diterapkan orang tua pada anak yang bersifat relatif dan konsisten dari waktu ke waktu. Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak dari segi negatif ataupun positif. Skala yang digunakan adalah skala nominal. Cara pengukuran dengan menggunakan kuesioner yang terdiri 30 pertanyaan: 13 pertanyaan ototiter, 13 pertanyaan autoritatif, dan 4 pertanyaan permisif. Parameter yang digunakan yaitu setiap pertanyaan mempunyai nilai mulai dari “Tidak Pernah” sampai “Selalu” dan nilai 1 2 3 4 5 6. Di akhir setiap bagian, semua nilai dijumlahkan dan dibagi dengan jumlah pertanyaan pada bagian tersebut. Skor yang paling tinggi menujukkan pola asuh yang diterapkan.

2) Tindakan Pola Asuh

Tindakan pola asuh adalah tindakan orang tua yang dapat menggambarkan pola asuh makan, pola asuh diri, dan pola asuh kesehatan. Skala yang digunakan adalah skala nominal. Cara pengukuran dengan menggunakan alat ukur yaitu kuesioner masing - masing 8 pertanyaan untuk pola asuh makan, pola asuh diri, dan 10 pertanyaan pola asuh kesehatan. Parameter berdasarkan skala Guttman dimana setiap jawaban yang benar diberi skor 1, dan


(48)

jawaban yang salah diberi skor 0, sehingga total skor berkisar antara 0-8. Berdasarkan jumlah skor yang diperoleh maka tindakan pola asuh dapat dikatakan baik apabila bobot nilai yang dicapai > 50% dan kurang baik apabila bobot nilai yang dicapai <50% (Anas, 2013).

b. Kepatuhan

Definisi kepatuhan dalam peneitian ini adalah orang tua yang patuh mengikuti anjuran atau aturan yang telah ditetapkan sesuai dengan jadwal pelaksanaan program Posyandu. Skala yang digunakan adalah skala ordinal. Cara pengukuran menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS), yaitu menghitung seberapa sering balita berkunjung ke Posyandu dan menghitung D/S Posyandu yang mengindikasikan jumlah balita yang datang ke Posyandu setiap bulan untuk ditimbang dibandingkan jumlah semua balita di wilayah Posyandu dengan target >85%. Parameter yang digunakan untuk menilai kepatuhan adalah

dengan menggunakan modifikasi formula complience yaitu rasio dari

jumlah kegiatan Posyandu yang diikuti dibagi jumlah kegiatan Posyandu yang harus diikuti dan dinyatakan dalam bentuk prosentasi (Hayness, 1979).

C = Jumlah kegiatan Posyandu yang diikuti x 100%

Jumlah kegiatan Posyandu yang harus diikuti

Nilai hasil ukur tingkat kepatuhan “C” (Complience) yaitu antara 0-100%. Dikatakan patuh apabila nilai kepatuhan 75-100%, dikatakan


(49)

cukup patuh apabila nilai kepatuhan 26-74%, dan dikatakan tidak patuh apabila nilai kepatuhan 0-25%.

E. Instrumen Penelitian

1. Kuesioner

Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari formulir data berisi

karakteristik responden, informed consent sebagai bukti kesediaan menjadi

responden, kuesioner jenis pola asuh, dan kuesioner tindakan pola asuh oleh Robinson, dkk (1995) yang telah dikembangkan oleh Evelyn dan Savitri (2015).

2. Alat

a. Kartu Menuju Sehat (KMS)

b. Printer

c. Alat tulis

3. Bahan

Kertas HVS A4

F. Metode Pengumpulan Data

1. Sumber Data

a. Data Primer

Data yang diambil secara langsung pada responden meliputi data identitas ibu dan data anak, data pola asuh orang tua dan data kepatuhan kunjungan Posyandu di dusun Ngebel, Kasihan, Bantul.

b. Data Sekunder


(50)

Posyandu Ngebel yaitu jumlah ibu yang mempunyai anak usia 1-59 bulan di dusun Ngebel, Kasihan, Bantul.

2. Cara Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara menyebar kuesioner untuk memperoleh data pola asuh orang tua dan mencatat frekuensi kunjungan balita ke Posyandu melalui Kartu Menuju Sehat (KMS).

G. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas (kesahihan dan keterandalan) sudah pernah dilakukan sebelumnya dalam penelitian Robinson, dkk (1995) yang dikembangkan oleh Evelyn dan Savitri (2015). Uji validitas dilakukan

dengan cara mengukur korelasi item dengan skor total item menggunakan

Corrected Item Total Correlation, dengan ketentuan jika nilai r hitung > r tabel

maka dinyatakan valid dan sebaliknya, pada taraf signifikan 0,05 dengan uji dua sisi dan jumlah data n = 30. Didapat dari tabel r tabel 0,361 (Priyatno, 2010).

Ketentuan kuesioner dikatakan valid pada penelitian ini, jika :

1. Nilai r CorrectedItemTotalCorrelation > 0,361 dikatakan valid

2. Nilai r CorrectedItemTotalCorrelation < 0,361 dikatakan tidak valid

Reliabilitas dapat menunjukkan ketepatan dan dapat dipercaya

dengan m enggunakan metode Cronbach’s Alpha, yaitu menganalisis


(51)

nilai koefisien reliabilitas yang terukur dalam interval >0,60 sampai dengan 0,95 maka dinyatakan reliabel.

Kuesioner jenis pola asuh sudah pernah dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas. Untuk pola asuh autoritatif didapatkan hasil seluruh variabel

autoritatif sebanyak 13 pertanyaan mempunyai nilai corrected item total>

0,361 dengan nilai cronch’s alpha 0,83, maka dapat disimpulkan bahwa

seluruh pertanyaan variabel pola asuh autoritatif valid dan reliabel. Untuk uji validitas pola asuh otorier seluruh variabel otoriter sebanyak 13 pertanyaan

mempunyai nilai corrected item total > 0,361 dengan nilai cronch’s alpha

0,81, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan variabel otoriter valid dan reliabel. Untuk uji validitas pola asuh permisif seluruh variabel

permisif sebanyak 4 pertanyaan mempunyai nilai corrected item total >

0,361 dengan nilai cronch’s alpha 0,65, maka dapat disimpulkan bahwa

seluruh pertanyaan variabel permisif valid dan reliabel. Kuesioner tindakan pola asuh sudah pernah dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas sebelumnya. Untuk uji validitas dan relibilitas pola asuh makan didapatkan hasil seluruh variabel asuh makan usia 0-59 bulan sebanyak 32 pertanyaan mempunyai

nilai corrected item total> 0,361 dengan nilai cronch’s alpha 0,953, maka

dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan variabel asuh makan valid dan reliabel. Untuk uji validitas dan reliabilitas pola asuh diri seluruh variabel

asuh diri sebanyak 10 pertanyaan mempunyai nilai corrected item total >

0,361 dengan nilai cronch’s alpha 0,880, maka dapat disimpulkan bahwa


(52)

H. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Pengolahan data dalam penelitian menggunakan teknik statistik, yaitu pengolahan data yang manggunakan analisis statistik dengan bantuan alat computer (Notoatmojo, 2003). Pengolahan data dilakukan melalui kegiatan sebagai berikut:

a. Pengeditan

Data yang diperoleh selanjutnya diedit sesuai kebenarannya dan kevalidannya, ini dilakukan untuk mengetahui penyimpangan data-data yang didapatkan selama pengukuran jika ditemui data-data yang salah pengisian maka data itu tidak dipergunakan.

b. Pengkodean (coding)

Pengkodean yaitu kode-kode tertentu pada jawaban responden. Dalam pengkodean penelitian ini sebagai berikut:

1) Jenis Pola Asuh

a) Autoritatif kode 1

b) Otoriter kode 2

c) Permisif kode 3

2) Tindakan Pola Asuh

a) Baik kode 1

b) Tidak baik kode 2

3) Kepatuhan Kunjungan Balita Usia 1-59 bulan


(53)

b) Cukup Patuh kode 2

c) Tidak Patuh kode 3

c. Scoring

Scoring adalah memberikan penilaian terhadap item-item yang perlu diberi penilaian atau skor. Pemberian skor dalam penelitian ini

adalah dari jawaban responden untuk dengan range 1-6, jawaban

selalu diberi skor 6, dan untuk jawaban tidak pernah diberi skor 0 untuk kuesioner jenis pola asuh. Untuk kuesioner Tindakan Pola Asuh diberi skor 1 jika jawaban benar dan 0 untuk jawaban yang salah.

d. Tabulasi Data

Sebelum data dikelompokkan berdasarkan kategori yang telah ditentukkan, data ditabulasikan dengan melakukan penentuan data sehingga diperoleh frekuensi dari masing-masing variabel penelitian, kemudian memindahkan data kedalam tabel yang sesuai dengan kriteria.

2. Analisis Data

Data yang diambil berupa karakteristik responden dan kuesioner pola asuh orang tua menggunakan kuesioner jenis pola asuh dan kuesioner tindakan pola asuh yang telah tervalidasi, dan kepatuhan kunjungan balita

menggunakan perhitungan metode Complience. Distribusi data kemudian

dilihat normalitasnya menggunakan program analisis statistik komputer.

Setelah itu, dilakukan uji hipotesis dengan uji hubungan metode


(54)

I. Jalannya Penelitian

1. Tahap prapenelitian

Tahap ini meliputi studi pustaka terhadap penelitian, dan studi pendahuluan ke Posyandu Ngebel, Kasihan, Bantul untuk menentukan waktu penelitian, dan persiapan materi dan konsep untuk mendukung jalannya penelitian.

2. Tahap persiapan penelitian

Tahap ini meliputi kegiatan perumusan masalah, penyusunan proposal, penyusunan instrumen penelitian, pengurusan surat izin untuk melaksanakan penelitian.

3. Tahap penelitian

Pelaksanaan penelitian dimulai dengan mengumpulkan calon responden berdasarkan kelompok umur di Posyandu Ngebel, Kasihan, Bantul. Penelitian dilakukan pada saat diadakannya kegiatan Posyandu

untuk melakukan pengambilan data dengan metode interviewer completed

questioner yaitu pengisian kuesioner yang diisikan oleh peneliti. Sebelum pengisian kuesioner dimulai, perlu dipastikan bahwa responden sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Setelah itu, responden diberi penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian serta penjelasan singkat mengenai kuesioner yang akan diberikan dan apabila ibu balita yang menjadi calon responden bersedia, maka responden dipersilakan


(55)

dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada responden dengan acuan kuesioner serta dilakukan pencatatan data kunjungan balita dengan melihat Kartu Menuju Sehat (KMS). Setelah pengisian selesai, peneliti melakukan pengecekan ulang mengenai komponen kuesioner dan kelengkapan pencatatan data kunjungan ke Posyandu. Penelitian dilanjutkan dengan mendatangi rumah calon responden yang tidak hadir saat kegiatan Posyandu.

4. Tahap penyelesaian

Data yang diperoleh kemudian dianalisis dan dibahas untuk penyusunan karya tulis ilmiah dan dilanjutkan dengan pendadaran.

J. Kesulitan Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mengalami beberapa kesulitan dalam jalannya penelitian, antara lain:

1. Jadwal Posyandu hanya sekali dalam sebulan dan dilakukan di pagi hari.

2. Mayoritas usia kader sudah tidak termasuk dalam usia produktif sehingga

kinerja kader tidak maksimal dan kurang berperan aktif dalam kegiatan Posyandu.

3. Pelaksanaan Posyandu yang tidak tepat waktu membuat beberapa orang

tua mengurungkan niatnya untuk mengikuti kegiatan Posyandu.

4. Pencarian alamat rumah responden orang tua yang tidak datang ke


(56)

K. Etika Penelitian

Etika penelitian menurut Hidayat (2007) terdapat 5 macam, antara lain; informed consent, anonimity, confidentiality, do not harm, dan fair treatment. Penelitian ini berjudul “Hubungan Pola Asuh Orang tua dengan Kepatuhan Kunjungan Balita Usia 1-59 Bulan di Posyandu Ngebel, Kasihan, Bantul” memperhatikan beberapa hal yang menyangkut etika penelitian sebagai berikut:

1. Informed consent, yaitu peneliti memberikan lembar permohonan menjadi responden dan persetujuan menjadi responden pada calon responden. Jika responden menolak, maka peneliti tidak akan memaksakan dan menghormati hak responden.

2. Anonimity, yaitu nama responden hanya diketahui oleh peneliti. Pada saat publikasi juga tidak dicantumkan nama responden melainkan menggunakan kode angka.

3. Confidentiality, yaitu data atau informasi yang didapat selama penelitian akan dijaga kerahasiaannya dan hanya peneliti yang dapat melihat data tersebut.

4. Do not harm, yaitu meminimalkan kerugian dan memaksimalkan manfaat penelitian yang timbul pada penelitian ini.

5. Fair treatment, yaitu melakukan perlakuan yang adil dan memberikan hak yang sama pada setiap responden.


(57)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Wilayah

Kabupaten Bantul merupakan sebuah kabupaten yang berada di bawah wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kabupaten Bantul terdiri dari 17 kecamatan, 75 desa dan 933 dusun. Desa Tamantirto adalah sebuah desa di Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul dengan luas wilayah +672,000 Ha. Batas wilayah Desa Tamantirto adalah sebagai berikut:

a. Utara : Desa Ambarketawang

b. Selatan : Desa Bangunjiwo

c. Barat : Desa Bangunjiwo

d. Timur : Desa Tirtonimolo

Desa Tamantirto memiliki 89 Rukun Tetangga (RT) dengan jumlah penduduk sebanyak 25.108 orang. Kepadatan penduduk mencapai 3.736

jiwa/km2 dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 7.149 yang tersebar

dalam 10 dusun, yaitu Gatak, Ngebel, Ngrame, Jetis, Jadan, Brajan, Gonjen, Kasihan, dan Kembaran.

Dusun Ngebel terdiri dari 10 Rukun Tetangga serta terdapat 2 Posyandu yaitu Kemuning A dan Kemuning B. Posyandu Kemuning A mencakup RT 1 hingga RT 5, sedangkan Kemuning B mencakup RT 6 hingga RT 10.


(58)

2. Deskripsi Karakteristik Responden

Data karakteristik responden pada penelitian ini yang dilihat dari usia, alamat, pendidikan, dan pekerjaan dengan jumlah responden sebanyak 52 orang menunjukkan bahwa hasil perhitungan statistik usia ibu saat dilakukannya penelitian berkisar antara 21 - 50 tahun dengan proporsi terbesar yaitu 51,9% pada usia ibu antara 21 - 30 tahun yang berjumlah 27 responden. Sementara karakteristik respoden yang dilihat dari alamat RT dari RT 1 hingga RT 5 dengan proporsi terbesar yaitu 32,7% pada RT 02 yang berjumlah 17 responden. Untuk karakteristik pendidikan responden, mayoritas adalah SMA dengan proporsi 38,5% berjumlah 20 orang, sedangkan untuk pekerjaan dari responden, mayoritas adalah Ibu Rumah Tangga dengan proporsi 61,5% berjumlah 33 responden. Secara rinci karakteristik responden dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini:


(59)

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Posyandu Kemuning A Ngebel Kasihan Bantul (N=52)

No Kriteria Frekuensi %

1 Usia (tahun)

21 – 30 27 51.9

31 – 40 21 40.4

41 – 50 4 7.7

2 Alamat RT

RT 1 12 23.1

RT 2 17 32.7

RT 3 9 17.3

RT 4 8 15.4

RT 5 6 11.5

3 Pendidikan

SMP 14 26.9

SMA 20 38.5

Sarjana 18 34.6

4 Pekerjaan

Ibu Rumah Tangga 32 61.5

Bukan Ibu Rumah Tangga 20 38.5

3. Deskripsi Karakteristik Balita

Karakteristik balita meliputi umur, dan jenis kelamin yang berjumlah 52 balita. Hasil perhitungan statistik untuk karakteristik balita yang dilihat dari usia balita menunjukkan bahwa usia balita 0-6 bulan berjumlah 6 balita (11,5%), 7-12 bulan berjumlah 5 balita (9,6%), 12-23 bulan 14 balita (26,9%), dan 24-59 bulan 27 balita (51,9%).

Sementara itu karakteristik balita dilihat dari jenis kelamin, balita laki-laki berjumlah 25 balita (48,1%) dan balita perempuan berjumlah 27 balita (51,9%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa antara laki – laki dan perempuan memiliki jumlah yang hampir sama.


(60)

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Balita di Posyandu Kemuning A Ngebel Kasihan Bantul (N=52)

No Kriteria Frekuensi %

1 Usia (bulan)

0-6 bulan 6 11.5

7-11 bulan 5 9.6

12-23 bulan 14 26.9

24-59 bulan 27 51.9

2 Jenis Kelamin

Laki-laki 25 48.1

Perempuan 27 51.9

4. Pola Asuh Orang tua

Pola asuh orang tua dalam penelitian terbagi menjadi dua, yaitu

jenis pola asuh dan tindakan pola asuh.

a. Jenis Pola Asuh

Jenis pola asuh dalam penelitian ini adalah autoritatif, otoriter, dan permisif. Berdasarkan hasil kuesioner didapatkan hasil bahwa pola asuh orang tua autoritatif sebanyak 28 responden (53,9%), untuk otoriter berjumlah 5 orang (9,6%), dan untuk permisif berjumlah 19 responden (36,5%).


(61)

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Jenis Pola Asuh Orangtua di Posyandu Kemuning A Ngebel Kasihan Bantul (N=52)

No Jenis Pola Asuh Frekuensi %

1 Autoritatif 28 53.9

2 Permisif 19 36.5

3 Otoriter 5 9.6

Mayoritas orang tua di Posyandu Kemuning A Ngebel, Kasihan, Bantul menerapkan jenis pola asuh autoritatif. Hal ini menujukkan bahwa orang tua berusaha untuk membuat anaknya berpikir secara rasional, beorientasi pada masalah yang dihadapi, serta menghargai komunikasi yang saling memberi dan menerima.

b. Tindakan Pola Asuh

Tindakan pola asuh dalam penelitian ini terbagi menjadi pola asuh makan, pola asuh kesehatan, dan pola asuh diri.

Secara rinci dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pola Asuh Balita di Posyandu Kemuning A Ngebel, Kasihan, Bantul (N=52)

No Pola Asuh

Baik Tidak baik

N % N %

1 Asuh Makan 0-6 7-11 12-23 24-59 4 2 5 12 66.7 40.0 35.7 44.4 2 3 9 15 33.3 60.0 64.3 55.6

2 Asuh Diri 30 57.7 22 42.3


(62)

5. Kepatuhan Kunjungan Balita Ke Posyandu

Kepatuhan kunjungan balita ke Posyandu dinilai menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) dengan cara menghitung rasio seberapa sering balita berkunjung ke Posyandu dibagi jumlah kegiatan Posyandu yang harus diikuti dan dinyatakan dalam bentuk prosentasi. Dikatakan patuh apabila nilai kepatuhan 75-100%, dikatakan cukup patuh apabila nilai kepatuhan 26-74%, dan dikatakan tidak patuh apabila nilai kepatuhan 0-25%. Mayoritas balita tidak patuh untuk berkunjung ke Posyandu. Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Kepatuhan Kunjungan Balita ke Posyandu Kemuning A Ngebel Kasihan Bantul (N=52)

No Kepatuhan Frekuensi %

1 Patuh 0 0

2 Cukup Patuh 24 46.15

3 Tidak Patuh 28 53.85

6. Hubungan Pola Asuh dan Kepatuhan Kunjungan Balita Ke Posyandu

Data untuk variabel pola asuh diperoleh dari kuesioner yang diisi oleh responden, yaitu kuesioner jenis pola asuh dan tindakan pola asuh.

a. Jenis Pola Asuh dan Kepatuhan Kunjungan Balita Ke Posyandu

Terdapat 3 jenis pola asuh yang dihubungkan dengan kepatuhan kunjungan balita ke Posyandu, yaitu otoriter, autoritatif, dan permisif. Masing – masing jenis pola asuh di hubungkan dengan kategori kepatuhan. Rincian tabel sebagai berikut :


(63)

Tabel 4.6 Hubungan antara Jenis Pola Asuh dan Kepatuhan Kunjungan Balita KePosyandu (N=52)

Jenis Pola Asuh

Kepatuhan Kunjungan Ke Posyandu Total

P

Patuh Cukup

Patuh

Tidak Patuh

N % N % N %

Permisif 0 0 4 21.05 15 78.95 19

0.007

Otoriter 0 0 1 20 4 80 5

Autoritatif 0 0 19 67.85 9 32.15 28

Total 0 0 24 46.15 28 53.85 52

Berdasarkan Tabel 4.6 diketahui bahwa dari 19 balita dengan pola pengasuhan permisif, sebanyak 4 balita masuk dalam kategori cukup patuh dan 15 balita tidak patuh. Sebanyak 5 balita dengan pola pengasuhan otoriter, 1 balita masuk dalam kategori cukup patuh dan 4 balita tidak patuh. Sedangkan 28 balita dengan pola pengasuhan autoritatif, 19 balita masuk dalam kategori cukup patuh dan tidak patuh sebanyak 9 balita. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa tidak ada balita yang masuk dalam kategori patuh dari masing-masing jenis pola asuh. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas orang tua yang menjadi responden dari ketiga jenis pola asuh tersebut tidak patuh untuk membawa balitanya berkunjung ke Posyandu. Berdasarkan hasil

uji statistik dengan Kolmogorov Smirnov diperoleh nilai p sebesar

0.007 (<0.05), sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara jenis pola asuh dengan kepatuhan kunjungan balita ke

Posyandu. Uji Kolmogorov Smirnov dilakukan karena syarat untuk uji


(64)

b. Tindakan Pola Asuh dan Kepatuhan Kunjungan Balita Ke Posyandu Terdapat 3 jenis tindakan pola asuh yang dihubungkan dengan kepatuhan kunjungan balita ke Posyandu, yaitu pola asuh makan, pola asuh diri, dan pola asuh kesehatan. Secara rinci akan dibahas pada tabel berikut ini :

Tabel 4.7 Hubungan antara Pola Asuh Makan dan Kepatuhan Kunjungan Balita Ke Posyandu

Pola Asuh Makan

Kepatuhan Kunjungan Ke Posyandu Total

P

Patuh Cukup

Patuh

Tidak Patuh

N % N % N %

Baik 0 0 17 73.9 6 26.01 23

0.000 Tidak

Baik

0 0 7 24.1 22 75.9 29

Total 0 0 24 46.15 28 53.85 52

Berdasarkan Tabel 4.7 diketahui bahwa dari 23 balita dengan kategori pola asuh makan baik, 17 balita cukup patuh untuk berkunjung ke Posyandu, 6 balita lainnya tergolong dalam kategori tidak patuh. Sedangkan 29 balita dengan pola asuh makan tidak baik terdapat 7 balita dengan kategori tidak patuh dan 22 balita dengan kategori tidak patuh. Dari data tersebut, dapat pula dilihat bahwa baik dari kedua kategori pola asuh makan, tidak ada balita yang tergolong dalam kategori patuh.

Berdasarkan hasil uji statistik dengan Chi-square diperoleh nilai p sebesar

0.000 (<0.05), sehingga disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara pola asuh makan balita dengan kepatuhan kunjungan ke Posyandu.


(65)

Tabel 4.8 Hubungan antara Pola Asuh Diri dan Kepatuhan Kunjungan Balita Ke Posyandu

Pola Asuh Diri

Kepatuhan Kunjungan Ke Posyandu Total

P

Patuh Cukup

Patuh

Tidak Patuh

N % N % N %

Baik 0 0 19 63.3 11 36.7 30

0.004 Tidak

Baik

0 0 5 22.7 17 77.3 22

Total 0 0 24 46.15 28 53.85 52

Berdasarkan Tabel 4.8 diketahui terdapat 30 balita dalam kategori pola asuh diri baik, 19 balita tergolong dalam kategori cukup patuh, serta 11 balita tidak patuh untuk berkunjung ke Posyandu. Untuk kategori pola asuh diri yang tidak baik terdapat 22 balita, yaitu 5 balita tergolong dalam kategori cukup patuh dan lainnya 17 balita tergolong tidak patuh. Tidak ada balita yang tergolong dalam kategori patuh untuk berkunjung ke Posyandu dari kedua kategori pola asuh diri. Berdasarkan hasil uji

statistik dengan Chi-square diperoleh nilai p sebesar 0.004 (<0.05),

sehingga disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara pola asuh diri dengan kepatuhan kunjungan ke Posyandu.

Tabel 4.9 Hubungan antara Tindakan Pola Asuh Kesehatan dan Kepatuhan Kunjungan Ke Posyandu

Pola Asuh Diri

Kepatuhan Kunjungan Ke Posyandu Total

P

Patuh Cukup

Patuh

Tidak Patuh

N % N % N %

Baik 0 0 13 68.4 6 31.6 19

0.015 Tidak

Baik

0 0 11 33.3 22 66.7 33


(1)

kepada balita, dan orang tua tidak memantau setiap jenis makanan yang dikonsumsi balita (termasuk jajanan).

Distribusi kepatuhan kunjungan balita ke Posyandu didapatkan hasil bahwa secara umum kepatuhan kunjungan balita ke posyandu tergolong tidak patuh. Hal ini dibuktikan dengan hasil sejumlah 24 balita tergolong dalam kategori cukup patuh. Sisanya yaitu sejumlah 28 balita tergolong dalam kategori tidak patuh dan tidak ada balita yang tergolong dalam kategori patuh.

Kondisi lingkungan tempat tinggal, terutama lingkungan keluarga sangat mempengaruhi derajat kesehatan anak. Orang tua khususnya seorang ibu di dalam rumah tangga mempunyai peranan yang sangat penting dalam mempengaruhi kesehatan anak mulai dari dalam kandungan sampai anak menjadi dewasa. Berdasarkan studi ekonomi dan demografi menunjukan bahwa seorang ibu merupakan kunci bagi kesehatan dan pengatur gizi, serta kesejahteraan dalam keluarga karena faktor yang menentukan kesehatan anak berhubungan positif dengan kondisi orang tuanya terutama dengan ibunya. 14

Kepatuhan kunjungan balita ke Posyandu dapat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti usia, pengetahuan dan pekerjaan orang tua. Tingkat kematangan seseorang akan lebih matang dalam berpikir seiring dengan bertambahnya usia. Semakin dewasa seseorang, maka cara berpikir semakin matang. Pengetahuan juga mempunyai peranan yang penting dalam partisipasi balita di Posyandu. Pengetahuan tentang posyandu akan membantu orang tua dalam memanfaatkan Posyandu. Seorang ibu dengan pengetahuan yang mencukupi akan meningkatkan kesadaran tentang pemanfaatan sarana kesehatan khususnya untuk memantau kesehatan balitanya, sehingga angka kunjungan balita ke posyandu semakin tinggi atau menyebabkan kunjungan menjadi rutin. Pengetahuan seseorang akan suatu program kesehatan akan mendorong orang tersebut mau berpartisipasi di dalamnya. 15 Kepatuhan ibu juga dapat dipengaruhi oleh faktor lain, yaitu faktor keterlibatan tenaga kesehatan khususnya


(2)

kader Posyandu. Semakin baik pelayanan yang diberikan kader, semakin teratur pula ibu dalam kunjungannya ke Posyandu. Meskipun dari segi usia, pekerjaan dan pengetahuan responden telah baik namun kendala kualitas pelayanan yang kurang baik menjadikan alasan ibu untuk tidak mengikuti kegiatan Posyandu. Pengetahuan bukan merupakan dasar yang kuat mempengaruhi ibu berkunjung ke Posyandu. Ibu mengetahui bahwa penting untuk menimbangkan berat badan balita ke Posyandu, namun pada saat yang sama ibu lebih memilih menyelesaikan pekerjaan rumah dimana acara Posyandu juga diadakan pada pagi hari. Hal ini membuktikan bahwa peran serta aktif kader Posyandu sangat menentukan kepatuhan ibu untuk datang ke Posyandu.16

Berdasarkan data yang sudah diperoleh terdapat 28 respoden (53,9%) dengan pola asuh autoritatif, 19 responden (36,5%) dengan pola asuh permisif, dan 5 responden (9,6%) dengan pola asuh otoriter. Saat dianalisis dan dihubungkan dengan kepatuhan kunjungan balita ke posyandu, didapatkan nilai p <0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara jenis pola asuh dengan kepatuhan kunjungan balita ke Posyandu. Upaya ibu untuk membawa balita ke pelayanan kesehatan seperti Posyandu merupakan suatu aktivitas yang positif sebagai bentuk kesadaran agar dapat mencegah terjadinya masalah gizi dan kesehatan balita. Terdapat faktor langsung dan tidak langsung yang dapat mempengaruhi status gizi balita. Salah satu faktor tidak langsungnya adalah pola asuh orang tua. Maka dapat disimpulkan bahwa jenis pola asuh orang tua menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan kunjungan balita ke Posyandu. 17

Berdasarkan data tindakan pola asuh makan, didapatkan 23 responden (44.2%) mempunyai pola asuh makan baik, sedangkan untuk 29 responden (55,8%) lainnya mempunyai pola asuh makan tidak baik. Saat dianalisis hubungannya dengan kepatuhan kunjungan balita menggunakan chi - square didapatkan hasil p value <0,05 yang berarti terdapat hubungan antara pola asuh makan dengan kepatuhan kunjungan balita ke Posyandu.


(3)

Pemberian makanan bergizi mutlak dianjurkan untuk anak melalui peran ibu atau pengasuhnya. Pola asuh makan yang kurang baik tercermin dari perilaku orang tua khususnya ibu yang kurang memperhatikan asupan gizi keluarga. Faktor yang cukup dominan yang menyebabkan perilaku pola asuh makan yang kurang benar dikalangan masyarakat ialah dalam memilih dan memberikan makanan kepada anggota keluarganya, terutama pada anak – anak. 18

Berdasarkan data tindakan pola asuh diri, didapatkan 30 responden (57.7%) mempunyai pola asuh diri baik, sedangkan untuk 22 responden (42,3%) lainnya mempunyai pola asuh diri tidak baik. Saat dianalisis hubungannya dengan kepatuhan kunjungan balita menggunakan chi - square didapatkan hasil p value <0,05 yang berarti terdapat hubungan antara pola asuh makan dengan kepatuhan kunjungan balita ke Posyandu. Pola asuh diri berkaitan dengan tindakan orang tua dalam menjaga kebersihan balita dan lingkungan sekitar. Perlu adanya peningkatan pengetahuan tentang kebersihan balita dan lingkungan secara umum, terutama melalui bimbingan yang diberikan oleh kader-kader Posyandu. Kader Posyandu yang belum mempunyai banyak pengetahuan dan pengalaman menyebabkan kurangnya komunikasi dan informasi pada waktu melakukan bimbingan. Oleh karena itu, dalam meningkatkan bimbingan diperlukan adanya dukungan dari berbagai sektor untuk diadakan pelatihan kader yang dapat meningkatkan kemampuan kader dalam memberikan bimbingan kepada masyarakat. 19

Berdasarkan data tindakan pola asuh kesehatan, didapatkan 19 responden (36.5%) mempunyai pola asuh kesehatan baik, sedangkan untuk 33 responden (63,5%) lainnya mempunyai pola asuh kesehatan tidak baik. Saat dianalisis hubungannya dengan kepatuhan kunjungan balita menggunakan chi - square didapatkan hasil p value <0,05 yang berarti terdapat hubungan antara pola asuh kesehatan dengan kepatuhan kunjungan balita ke Posyandu. Pola asuh kesehatan berhubungan dengan interaksi terhadap sarana dan prasarana


(4)

yang ada di lingkungan rumah tangga dan lingkungan sekelilingnya. Status kesehatan merupakan salah satu faktor pola asuh yang dapat mempengaruhi status gizi balita kearah yang lebih baik. Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional dan dapat menjadi modal dasar dalam rangka pengembangan pengetahuan daripada mereka yang berpendidikan lebih rendah atau cukup. Responden dalam penelitian ini mayoritas berpendidikan menengah sehingga pendidikan yang ada pada diri responden dapat mempengaruhi tingkat pengetahuannya tentang masalah kesehatan terutama kesehatan balitanya. Oleh sebab itu, peningkatan pengetahuan tentang kesehatan dapat dilakukan dengan meningkatkan fasilitas pelayanan di Posyandu, kader dan petugas kesehatan memberikan bimbingan dan pembinaan kepada ibu yang mempunyai balita, dan kerjasama antar petugas kesehatan dalam meningkatkan kegiatan di Posyandu secara terus menerus.16

Kesimpulan

Terdapat hubungan antara pola asuh orang tua dengan kepatuhan kunjungan balita ke Posyandu.

Saran

Berdasarkan penelitian tersebut terdapat beberapa rekomendasi untuk para pihak yang terkait, diantaranya :

1. Bagi orang tua

Diharapkan orang tua dapat menciptakan pola asuh yang baik dalam keluargadan pentingnya kunjungan ke Posyandu.


(5)

Diharapkan kader Posyandu dapat meningkatkan kinerja serta pengetahuan tentang masalah kesehatan serta mengajak para orang tua yang masih belum rutin datang ke Posyandu.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan peneliti selanjutnya untuk mengkaji lebih dalam tentang faktor - faktor lain yang dapat berpengaruh terhadap kepatuhan kunjungan balita ke Posyandu selain pola asuh yang menjadi fokus penelitian kali ini.

Daftar Pusaka

1. Lubis, Chairuddin. 2004. Usaha pelayanan kesehatan anak dalam membina keluarga sejahtera. Medan: Universitas Sumatra Utara.

2. Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar). 2013. Laporan Komunikasi Data Gizi dan KIA Terintregasi Tahun 2013. Jakarta: Pusdatin Kementrian Kesehatan.

3. RenStra (Rencana Strategis) Kementerian Kesehatan. 2015. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

4. Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya: Untuk keluarga dan masyarakat. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional.

5. Soekidjo, N. 2003. Prinsip-prinsip Dasar Ilmu Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

6. Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ke-4. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

7. Yulifah, R., Johan, T. A. Y. 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika.

8. Departemen Kesehatan RI. 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta: Depkes RI.

9. Anwar, H. 2000. Peranan Gizi dan Pola Asuh dalam Meningkatkan Kualitas Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Medika.

10. Saragih, K. 2003. Kontribusi Posyandu Bagi Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia. Warta Posyandu, 2

11. Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial. 2001. Rencana Strategis Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial 2001-2004. Jakarta: Depkes dan Kessos.

12. Yamane, Taro., Slovin. 1962. Mathematics For Economists : An Elementary Survey. Englewoodcliff: Prentice-Hall.

13. Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

14. Sulistiyanti, A., Untariningsih, R. D. 2013. Hubungan Status Pekerjaan dengan Keaktifan Ibu Menimbangkan Balita di Posyandu Puri Waluyo Desa Gebang Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen. Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan. 15. Hutami, I. R., Ardianto, E. 2015. Faktor yang Berhubungan dengan Kunjungan Balita di

Posyandu Desa Bulak Lor Wilayah Kerja Puskesmas Jatibarang 2015. Indramayu: Fakultas Kesehatan Masyarakat Unversitas Wiralodra


(6)

Dengan Kepatuhan Mengikuti Kegiatan Posyandu Balita Di Posyandu Wijaya Kusuma Di Desa Jombor Kabupaten Semarang. Profesi Volume 11 / Maret – Agustus 2014 17. Hidayat, T. S., Jahari, A. B. 2011. Perilaku Pemanfaatan Posyandu Hubungannya

Dengan Status Gizi Dan Morbiditas Balita. Bul. Penelit. Kesehat, Vol. 40, No. 1, Maret, 2012: 1 – 10.

18. Diana, F. M. 2006. Hubungan Pola Asuh Dengan Status Gizi Anak Batita Di Kecamatan Kuranji Kelurahan Pasar Ambacang Kota Padang Tahun 2004. Padang: Staf Pengajar PSIKM FK Unand.

19. Sari, N. N. 2015. Bimbingan Kader Posyandu Dengan Kepatuhan Kunjungan Ibu Balita Di Posyandu. Surabaya: Fakultas Keperawatan Universitas Katolik Widya Mandala.


Dokumen yang terkait

Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Orang Tua dengan Perilaku Pencegahan Diare Di Gampong Kuala Langsa Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa

7 85 115

Pola Asuh Orang Tua Anak Korban Perceraian Dampingan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Sumatera Utara (KPAID-SU)

6 100 113

Jatuhnya Hak Hadhanah Kepada Orang Tua Laki-Laki Karena Perceraian Berdasarkan Putusan Pengadilan Agama. (Studi Pada Putusan Pengadilan Agama Medan No. 1521/Pdt.G/2011/PA.Mdn)

1 59 103

Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Temperamen Anak Usia Sekolah Di Desa Tanjung Rejo Dusun XI Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

45 175 87

Efektifitas pelatihan perawatan kolostomi terhadap perilaku orang tua yang memiliki anak dengan kolostomi di RB2 anak RSUP H. Adam Malik Medan

7 78 76

Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam

10 72 110

Hubungan Pola Asuh Orang Tua terhadap Perkembangan Anak Balita di Posyandu Sakura Ciputat Timur

1 20 248

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERKEMBNGAN BAHASA DAN BICARA PADA BALITA DI Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Perkembangan Bicara dan Bahasa di Posyandu Gonilan Surakarta.

0 2 14

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERKEMBNGAN BAHASA DAN BICARA PADA BALITA DI Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Perkembangan Bicara dan Bahasa di Posyandu Gonilan Surakarta.

0 2 13

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS BALITA Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Perkembangan Motorik Halus Balita Di Posyandu Gonilan, Kartosuro.

0 5 14