Perancangan Pembuatan Sensor Pir untuk Mendeteksi atau Menghitung Obyek sebagai Pengendali/Pengatur Level Kecepatan Putar Kipas Berbasis Atmega 8535 secara Hardware

(1)

PERANCANGAN PEMBUATAN SENSOR PIR UNTUK

MENDETEKSI ATAU MENGHITUNG OBYEK SEBAGAI

PENGENDALI /PENGATUR LEVEL KECEPATAN PUTAR

KIPAS BERBASIS ATmega 8535 SECARA HARDWARE

TUGAS AKHIR

Disusun Oleh :

FAISAL ARI FITRA 092408032

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIKA INSTRUMENTASI DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(2)

PERANCANGAN PEMBUATAN SENSOR PIR UNTUK

MENDETEKSI ATAU MENGHITUNG OBYEK SEBAGAI

PENGENDALI /PENGATUR LEVEL KECEPATAN PUTAR

KIPAS BERBASIS ATmega 8535 SECARA HARDWARE

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli Madya

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIKA INSTRUMENTASI DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(3)

PERSETUJUAN

Judul : PERANCANGAN PEMBUATAN SENSOR PIR

UNTUK MENDETEKSI ATAU MENGHITUNG OBYEK SEBAGAI PENGENDALI /PENGATUR LEVEL KECEPATAN PUTAR KIPAS BERBASIS ATMEGA 8535 SECARA HARDWARE

Kategori : TUGAS AKHIR

Nama : FAISAL ARI FITRA

Nomor Induk Mahasiswa : 09240832 Program Studi : D3 FISIKA

Departemen : FISIKA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di

Medan, 25 Juli 2012 Diketahui/Disetujui oleh

Program Studi D3 Fisika Pembimbing

Ketua,

Dr.Susilawati, M.Si Drs. Herli Ginting. Ms NIP.1974120720001122001 NIP. 195505191986011001


(4)

PERNYATAAN

PERANCANGAN PEMBUATAN SENSOR PIR UNTUK

MENDETEKSI ATAU MENGHITUNG OBYEK SEBAGAI

PENGENDALI /PENGATUR LEVEL KECEPATAN PUTAR

KIPAS BERBASIS ATmega 8535 SECARA HARDWARE

LAPORAN TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa proyek akhir ini adalah hasil kerja kami berdua, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing – masing disebutkan sumbernya.

Medan, 25 Juli 2012

FAISAL ARI FITRA NIM : 092408032


(5)

ABSTRAK

Kajian ini bertujuan Untuk membuat suatu alat yang dapat mengukur jarak dengan memanfaatkan inframerah dan mikrokontroller sebagai suatu system yang dapat bekerja sama untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. Selain menggunakan perangkat keras, alat ini juga alat ini juga menggunakan perangkat lunak berupa program yang ditanamkan dalam mikrokontroller sehingga kita dapat mengatir kerja dari alat itu sendiri. Objektif utama dari alat ini adalah agar tercipta suatu alat ukur jarak yang memiliki tingkat akurasi yang bagus dengan persentase kesalahan yang kecil


(6)

i

PENGHARGAAN

Alhamdulillahirobbil’alamin,

Segala puji dan syukur bagi Allah Subhanahuwata’ala yang telah melimpahkan barokah, rahmat, hidayah-Nya dan menganugerahkan kemudahan serta kelancaran sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Tugas Akhir ini sesuai dengan judul “Perancangan Pembuatan Sensor PIR Untuk Mendeteksi Atau Menghitung Obyek sebagai Pengendali/Pengatur Level Kecepatan Putar Kipas berbasis ATmega 8535 secara Hardware”. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah Sallallahu’alaihiwassalam sang pembawa petunjuk dan selalu menjadi inspirasi dan teladan bagi penulis

Tugas Akhir ini disusun untuk melengkapi persyaratan dalam mencapai gelar Ahli Madya pada Program Studi Diploma Tiga (III) Fisika Instrumentasi Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa tersusunnya Tugas Akhir ini dari Do’a, perhatian, bimbingan, motivasi dan dukungan berbagai pihak, sehingga dengan keikhlasan dan kerendahan hati pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :


(7)

ii

1. Bapak Dr. Sutarman.M.Sc, selaku Dekan Fak. Mipa Universitas Sumatra Utara 2. Ibu Dr. Susilawati, M.Si, selaku Ketua Program Studi Fisika Instrumentasi

Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam.

3. Bapak Drs. Ferdinand Sinuhaji, M.S, selaku Sekretaris Program Studi Fisika Instrumentasi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam

4. Bapak Drs. Herli Ginting, M.S, selaku dosen pembimbing, yang telah banyak membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

5. Teman – teman dari anak stambuk 2009 seperti Aswan afif, Zulkarnain, Yogi pramana, M. Ridho illahi yang telah banyak membantu dalam penulisan Tugas akhir ini

6. Abang Oki Handinata yang telah banyak memberikan motivasi, semangat dan dukungan sehingga Tugas Akhir ini terselesaikan

7. Para dosen – dosen FISIKA di Universitas Sumatera Utara.

8. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan buku laporan Tugas Akhir ini yang tidak dapat disebutkan satu-persatu oleh penulis.

9. Khusus Kedua orang tua penulis Ayahanda Ir. Rahmad Halomoan dan Ibunda Purnama Dewi serta saudara kandung yang telah memberikan bantuan moril maupun materil, semangat dan do’a yang begitu besar kepada Penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam laporan ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi bahasa maupun sistematikanya, Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna kesempurnaan laporan ini.


(8)

iii

Akhir kata dengan segenap kerendahan hati penulis berharap semoga Buku Laporan Tugas akhir ini dapat memberikan manfaat dan menambah pengetahuan bagi kita semua. Amin.

Belawan, 25 Juli 2012


(9)

iv

DAFTAR ISI

Halaman

PENGHARGAAN………..………... i

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR GAMBAR... vi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2.Rumusan Masalah……….. 2

1.3. Tujuan Penulis……….. 2

1.4. Batasan Masalah……….. 3

1.5. Metodologi Penulisan……….. 3

1.6. Sistematika Penulisan………. 4

BAB 2 LANDASAN TEORI... 6

2.1. PIR ( pasif Infrared )………. 6

2.2. Desain PIR……… 7

2.3. Cara Kerja Sensor PIR (Passive Infra Red)……….. 8

2.4. Mikrokontroller ATmega 8535………. 13

2.4.1. Fitur-fitur yang dimiliki oleh mikrokontroler ATmega8535……….. 13

2.4.2. Pin-pin pada Mikrokontroler ATmega………... 14

2.4.3. Peta Memori ATMega8535………... 16

2.5. Liquid Crystal Display (LCD) 2x16……….... 20


(10)

v

2.7. Relay……… 26

2.8. Transformator………. 27

2.9. Resistor……… 28

BAB 3 PERANCANGAN ALAT DAN CARA KERJA……… 33

3.1. Diagram Block……… 33

3.2. Flowchart Program & kerja alat secara keseluruhan……….. 34

3.3. Perancangan Power Supplay (PSA)……… 35

3.4. Rangkaian Mikrokontroler ATMega8535……….. 36

3.5. Rangkaian LCD (Liquid Crystal Display) 2x16………. 37

3.6. Rangkaian sensor………. 38

3.7. Rangkaian Relay………. 39

BAB 4 PENGUJIAN ALAT DAN PROGRAM………. 41

4.1. Pengujian Rangkaian Power Supply……….. 41

4.2. Pengujian Rangkaian Mikrokontroler ATMega8535………. 41

4.3. Pengujian Rangkaian Liquid Crystal Display (LCD) 2x16………… 41

4.4. Analisa Program……… 43

4.5. Pengujian Rangkaian Sensor Gerak………. 43

4.6. Pengujian Rangkaian Relay………. 44

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN……… 46

5.1. Kesimpulan……… 46

5.2. Saran……… 46 DAFTAR PUSTAKA


(11)

vi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. (a) PIR bagian dalam dan (b) PIR tampak luar…………. 8

Gambar 2.2. Diagram Blok Sensor PIR……….. 9

Gambar 2.3. main area of pir ( daerah jangkauan sensor PIR)………… 11

Gambar 2.4 Konfigurasi pin Atmega8535 (Data Sheet AVR)……… 14

Gambar 2.5Peta Memori Program………. 17

Gambar 2.6 Peta Memori Data………. 17

Gambar 2.7 EEPROM Data Memory………. 18

Gambar 2.8 Status Register ATMega 8535………... 18

Gambar 2.9LCD 2 x 16………. 20

Gambar 2.10 Simbol Tipe Transistor………. 24

Gambar 2.11. Transformator………. 27

Gambar 3.1 Diagram Blok Rangkaian……….. 33

Gambar 3.2 Flowchart Program………. 34

Gambar 3.3 Rangkaian Power Supplay (PSA)……… 35

Gambar 3.4. Rangkaian Mikrokontroller ATmega 8535………. 37

Gambar3.5.Rangkaian LCD……….. 37


(12)

ABSTRAK

Kajian ini bertujuan Untuk membuat suatu alat yang dapat mengukur jarak dengan memanfaatkan inframerah dan mikrokontroller sebagai suatu system yang dapat bekerja sama untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. Selain menggunakan perangkat keras, alat ini juga alat ini juga menggunakan perangkat lunak berupa program yang ditanamkan dalam mikrokontroller sehingga kita dapat mengatir kerja dari alat itu sendiri. Objektif utama dari alat ini adalah agar tercipta suatu alat ukur jarak yang memiliki tingkat akurasi yang bagus dengan persentase kesalahan yang kecil


(13)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Berbagai jenis teknologi telah banyak diciptakan oleh manusia untuk mempermudah manusia dalam melakukan pekerjaannya. Sebagai salah satu teknologi yang berkembang ialah tekhnologi di bidang pengukuran suhu. Alat pengukur suhu sangat banyak diperlukan dalam hal – hal tertentu . Contohnya, pada suatu gudang penyimpanan sangat penting diperhatikan suhu dari ruangan gudang tersebut untuk menyimpan barang dengan baik, pada ruangan server komputer juga dibutuhkan suhu tertentu agar server juga bekerja dengan baik, begitu juga dengan suatu suhu pada suatu ruangan tertentu, suhu harus diperhatikan dan masih banyak lagi aplikasi lainnya.

Berangkat dari hal tersebut penulis ingin membuat suatu Pengatur Level Kecepatan Putar Kipas dengan menggunakan Mikrokontroller ATmega 8535

sebagai pusat kendalinya. Adapun sensor yang digunakan yakni adalah Sensor

Pasif Infra Red ( PIR ), LCD sebagai Penampilnya, PSA, Trafo, Relay.Hasil menunjukkan Mikrokontroller ATmega 8535 mempunyai input sensor berbentuk suhu, sensor ini akan mendeteksi suhu yang berada dalam ruangan dan menampilkannya pada LCD. Untuk mendeteksi suhu pada suatu ruangan kita menggunakan sebuah kipas yang berfungsi sebagai pendingin dengan cara kerja mengeluarkan panas yang berlebih pada suatu ruangan, dalam kasus ini kipas


(14)

2

akan menyesuaikan jumlah orang yang terdapat dalam sebuah ruangan. Sehingga kipas berputar secara otomatis dan jumlah orang akan mempengaruhi kecepatan putar kipas.

Alat ini bekerja secara otomatis dengan merespon berapa jumlah orang yang akan masuk kedalam suatu ruangan tersebut yang dideteksi oleh sensor suhu,

Mikrokontroler ATmega 8535 kemudian akan memproses suhu tersebut dan memberikan output yang telah diprogram sebelumnya. Suhu ini kemudian akan ditampilkan pada LCD. Kipas akan bekerja secara otomatis apabila ada perubahan suhu yang disesuaikan oleh programnya.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan hal tersebut diatas maka timbul permasalahan yaitu:

• Bagaimana merencanakan dan membuat suatu alat menghitung jumlah objek bergerak?

• Bagaimana merencanakan dan menggunakan sensor pir untuk membuat suatu alat untuk menghitung counter manusia?

1.3. Tujuan Penulis

Adapun tujuan penulisan laporan Tugas Akhir ini adalah untuk :

1. Dengan alat ini manusia tidak perlu lagi menghidupkan atau mematikan AC atau Kipas ketika melewati suatu ruangan


(15)

3

2. Merancang suatu alat Pengatur Level Kecepatan Putar Kipas Berbasis kemudian ditampilkan pada LCD dengan menggunakan Mikrokontroller ATmega 8535

3. Mengetahui cara kerja sensor PIR ( pasif infrared ) berbasis

Mikrokontroller ATmega 8535.

1.4.Batasan Masalah

Mengacu pada hal diatas Penulis Merancang Sensor PIR pada pengatur kecepatan putar kipas berbasis Mikrokontroller ATmega 8535, dengan batasan – batasan sebagai berikut :

1. Pembahasan Mikrokontroller.

2. Sensor yang digunakan adalah Passive Infrared atau PIR.

3. Pembahasan hanya meliputi rangkaian mikrokontroller ATMega 8535, PIR.

4. Pembahasan hanya sebatas pemrograman mikrokontroller, untuk pemrograman dari computer ke mikrokontroller tidak di bahas.

1.5.Metodologi Penulisan

Adapun metode penulisan yang digunakan dalam menyusun dan menganalisa tugas akhir ini adalah:

• Studi literatur yang berhubungan dengan perancanangan dan pembuatan alat ini.


(16)

4

Merencanakan peralatan yang telah dirancang baik software maupun hardware.

• Pengujian alat

Peralatan yang telah dibuat kemudian diuji apakah telah sesuai yang telah direncanakan.

1.6. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan dan pemahaman, penulis membuat sistematika penulisan bagaimana prinsip kerja dari Perancangan Pembuatan Sensor PIR

Untuk Mendeteksi / Menghitung Obyek Sebagai Pengendali /Pengatur Level Kecepatan Putar Kipas berbasis ATmega 8535, maka penulis menulis Tugas akhir ini dengan urutan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Dalam hal ini berisikan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, batasan masalah, serta sistematika penulis

BAB II LANDASAN TEORI

Dalam bab ini dijelaskan tentang teori pendukung yang digunakan untuk pembahasan dan cara kerja dari rangkaian teori pendukung itu antara lain tentang

Mikrokontroller ATmega 8535, PIR ( passive infrared ), Komponen - komponen yang digunakan, serta cara kerja dari Mikrokontroller ATmega 8535.


(17)

5

BAB III RANCANGAN SISTEM

Dalam bab ini akan dibahas perancangan dari alat, yaitu blok dari rangkaian, skematik dari masing – masing rangkaian dan diagram alir dari program yang diisikan ke Mikrokontroller ATmega 8535.

BAB IV PENGUJIAN RANGKAIAN

Pada bab ini akan dibahas pengujian rangkaian dan hasil pengujian dari masing – masing Mikrokontroller ATmega 8535.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini merupakan penutup yang meliputi tentang kesimpulan dari pembahasan yang dilakukan dari laporan Tugas Akhir ini serta saran apakah rangkaian ini dapat dibuat lebih efisien dan dikembangkan perakitannya pada suatu Metode lain yang mempunyai system kerja yang sama.


(18)

6

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1. PIR ( pasif Infrared )

Sebuah sensor infra merah pasif (PIR sensor) adalah perangkat elektronik yang mengukur inframerah (IR) cahaya memancar dari objek dalam lapangan pandang. Sensor PIR yang sering digunakan dalam pembangunan PIR berbasis detektor gerakan (lihat di bawah). Gerakan jelas terdeteksi jika sebuah sumber inframerah dengan satu suhu , seperti manusia , lewat di depan sumber inframerah dengan yang lain suhu, seperti dinding . Ini bukan untuk mengatakan bahwa sensor mendeteksi panas dari objek lewat di depannya tetapi bahwa objek istirahat bidang sensor yang telah ditentukan sebagai negara normal. Objek apapun, bahkan satu persis suhu yang sama dengan objek sekitarnya akan menyebabkan

PIR untuk mengaktifkan jika bergerak di bidang sensor.

Semua benda di atas nol absolut memancarkan energi dalam bentuk radiasi. Biasanya radiasi inframerah tidak terlihat dengan mata manusia tetapi dapat dideteksi oleh perangkat elektronik yang dirancang untuk tujuan semacam itu.

Pasif istilah dalam hal ini berarti bahwa perangkat PIR tidak memancarkan sinar inframerah tetapi hanya pasif menerima radiasi inframerah masuk. "Infra" yang berarti di bawah kemampuan kita untuk mendeteksi secara visual, dan "Merah" karena warna ini merupakan tingkat energi terendah yang mata kita dapat merasakan sebelum menjadi tak terlihat. Dengan demikian, inframerah cara di


(19)

7

bawah tingkat energi warna merah, dan berlaku untuk banyak sumber energi tak terlihat.

2.2.Desain PIR

Radiasi inframerah masuk melalui bagian depan sensor, dikenal sebagai wajah sensor. Pada inti dari sensor PIR adalah solid state sensor atau seperangkat sensor, dibuat dari persegi sekitar 1/4 inci dari alam atau buatan bahan piroelektrik , biasanya dalam bentuk film tipis , dari galium nitrida (GaN), nitrat cesium (CsNO 3), polivinil fluorida , turunan dari phenylpyrazine , dan kobalt ftalosianin .

(Lihat kristal piroelektrik .) Lithium tantalit (LiTaO 3) adalah kristal menunjukkan

kedua piezoelektrik properti dan piroelektrik.

Sensor ini sering diproduksi sebagai bagian dari sirkuit terintegrasi dan dapat terdiri dari satu (1), dua (2) atau empat (4) 'pixel' dari daerah yang sama dari bahan piroelektrik. Pasangan dari pixel sensor dapat ditransfer sebagai masukan berlawanan dengan sebuah penguat diferensial . Dalam konfigurasi seperti, pengukuran PIR membatalkan satu sama lain sehingga suhu rata-rata bidang pandang akan dihapus dari sinyal listrik; peningkatan energi IR sensor di seluruh diri membatalkan dan tidak akan memicu perangkat. Hal ini memungkinkan perangkat untuk menolak indikasi palsu perubahan dalam hal terkena kilatan cahaya atau iluminasi lapangan luas. (Cahaya terang terus menerus masih bisa menjenuhkan bahan sensor dan membuat sensor tidak dapat mendaftarkan informasi lebih lanjut.) Pada saat yang sama, ini pengaturan diferensial meminimalkan gangguan yang umum, yang memungkinkan perangkat untuk


(20)

8

melawan memicu akibat medan listrik di dekatnya seperti gambar 2.1 dibawah ini. Namun,dari gambar sepasang diferensial sensor tidak dapat mengukur suhu dalam konfigurasi dan karenanya konfigurasi ini adalah khusus untuk detektor gerak,

(a) (b)

Gambar 2.1. (a)PIR bagian dalam dan (b) PIR tampak luar

Dari gambar 2.1 (a) tampak bagian dalam dari sensor PIR dan hubungan dari Port pada sensor PIR ke mikrokontroler Atmega 8535.

2.3. Cara Kerja Sensor PIR (Passive Infra Red)

1. Ketika obyek melewati sensor PIR maka sensor akan menangkap pancaran inframerah pasif yang dipancarkan oleh obyek (manusia).

2. Ketika tubuh manusia melewati sensor PIR maka sensor akan mendeteksi dengan jarak 5 meter dari sensor.


(21)

9

Cara kerja dari sensor PIR ini ditunjukkan juga pada gambar berikut ini :

Gambar 2.2. Diagram Blok Sensor PIR

Dari gambar diatas bahwa PIR (Passive Infrared Receiver) merupakan sebuah sensor berbasiskan infrared. Akan tetapi, tidak seperti sensor infrared kebanyakan yang terdiri dari IR LED dan fototransistor. PIR tidak memancarkan apapun seperti IR LED. Sesuai dengan namanya ‘Passive’, sensor ini hanya merespon energi dari pancaran sinar inframerah pasif yang dimiliki oleh setiap benda yang terdeteksi olehnya. Benda yang bisa dideteksi oleh sensor ini biasanya adalah tubuh manusia.

Sensor gerak dengan modul pir sangat simpel dan mudah diaplikasikan karena Modul PIR membutuhkan tegangan input DC 5V cukup efektif untuk mendeteksi gerakan hingga jarak 5 meter. Ketika tidak mendeteksi gerakan, keluaran modul adalah LOW. Dan ketika mendeteksi adanya gerakan, maka keluaran akan berubah menjadi HIGH. Adapun lebar pulsa HIGH adalah ±0,5 detik. Sensitifitas Modul PIR yang mampu mendeteksi adanya gerakan pada jarak 5 meter


(22)

10

memungkinkan kita membuat suatu alat pendeteksi gerak dengan keberhasilan lebih besar.

Dengan output yang hanya memberikan 2 logika High dan Low ini kita dapat membuat aplikasi sensor gerak yang berfariatif. Misal kita ingin langsung aplikasikan pada alarm, kita tinggal membuat rangkaian driver untuk mengaktifkan alarm tersebut. Atau misal ingin digunakan untuk mengaktifkan lampu, maka tinggal di buat driver untuk memberikan sumber tegangan ke lampu. Modul sensor gerak PIR memiliki output yang langsung bisa di hubungkan dengan komponen digital TTL atau CMOS dan juga dapat langsung dihubungkan ke mikrokontroler.

Di dalam sensor PIR ini terdapat bagian-bagian yang mempunyai perannya

masing-masing, yaitu Fresnel Lens, IR Filter, Pyroelectric sensor, amplifier, dan

comparator.

Sensor PIR ini bekerja dengan menangkap energi panas yang dihasilkan dari pancaran sinar inframerah pasif yang dimiliki setiap benda dengan suhu benda diatas nol mutlak. Seperti tubuh manusia yang memiliki suhu tubuh kira-kira 32 derajat celcius, yang merupakan suhu panas yang khas yang terdapat pada lingkungan. Pancaran sinar inframerah inilah yang kemudian ditangkap oleh Pyroelectric sensor yang merupakan inti dari sensor PIR ini sehingga menyebabkan Pyroelectic sensor yang terdiri dari galium nitrida, caesium nitrat dan litium tantalate menghasilkan arus listrik. Mengapa bisa menghasilkan arus listrik? Karena pancaran sinar inframerah pasif ini membawa energi panas.


(23)

11

Prosesnya hampir sama seperti arus listrik yang terbentuk ketika sinar matahari mengenai solar cell.

Mengapa sensor PIR hanya bereaksi pada tubuh manusia saja? Hal ini disebabkan karena adanya IR Filter yang menyaring panjang gelombang sinar inframerah pasif. IR Filter dimodul sensor PIR ini mampu menyaring panjang gelombang sinar inframerah pasif antara 8 sampai 14 mikrometer, sehingga panjang gelombang yang dihasilkan dari tubuh manusia yang berkisar antara 9 sampai 10 mikrometer ini saja yang dapat dideteksi oleh sensor seperti gambar 2.3 dibawah ini:

Gambar 2.3. main area of pir ( daerah jangkauan sensor PIR

Dari gambar 2.3 diatas konstruksinya adalah ketika seseorang berjalan melewati sensor, sensor akan menangkap pancaran sinar inframerah pasif yang dipancarkan oleh tubuh manusia yang memiliki suhu yang berbeda dari lingkungan sehingga menyebabkan material pyroelectric bereaksi menghasilkan arus listrik karena


(24)

12

adanya energi panas yang dibawa oleh sinar inframerah pasif tersebut. Kemudian sebuah sirkuit amplifier yang ada menguatkan arus tersebut yang kemudian dibandingkan oleh comparator sehingga menghasilkan output.

Ketika manusia berada di depan sensor PIR dengan kondisi diam, maka sensor PIR akan menghitung panjang gelombang yang dihasilkan oleh tubuh manusia tersebut. Panjang gelombang yang konstan ini menyebabkan energi panas yang dihasilkan dapat digambarkan hampir sama pada kondisi lingkungan disekitarnya. Ketika manusia itu melakukan gerakan, maka tubuh manusia itu akan menghasilkan pancaran sinar inframerah pasif dengan panjang gelombang yang bervariasi sehingga menghasilkan panas berbeda yang menyebabkan sensor merespon dengan cara menghasilkan arus pada material Pyroelectricnya dengan besaran yang berbeda beda. Karena besaran yang berbeda inilah comparator menghasilkan output.

Jadi sensor PIR tidak akan menghasilkan output apabila sensor ini dihadapkan dengan benda panas yang tidak memiliki panjang gelombang inframerah antar 8 sampai 14 mikrometer dan benda yang diam seperti sinar lampu yang sangat terang yang mampu menghasilkan panas, pantulan objek benda dari cermin dan suhu panas ketika musim panas.


(25)

13

2.4.Mikrokontroller ATmega 8535

Mikrokontroler adalah IC yang dapat diprogram berulang kali, baik ditulis atau dihapus. Biasanya digunakan untuk pengontrolan otomatis dan manual pada perangkat elektronika.

Beberapa tahun terakhir, mikrokontroler sangat banyak digunakan terutama dalam pengontrolan robot. Seiring perkembangan elektronika, mikrokontroler dibuat semakin kompak dengan bahasa pemrograman yang juga ikut berubah. Salah satunya adalah mikrokontroler AVR (Alf and Vegard’s Risc processor) ATmega8535 yang menggunakan teknologi RISC (Reduce Instruction Set Computing) dimana program berjalan lebih cepat karena hanya membutuhkan satu

siklus clock untuk mengeksekusi satu instruksi program. Secara umum, AVR dapat dikelompokkan menjadi 4 kelas, yaitu kelas ATtiny, keluarga AT90Sxx, keluarga ATmega, dan AT86RFxx. Pada dasarnya yang membedakan masing-masing kelas adalah memori, peripheral, dan fungsinya. Dari segi arsitektur dan instruksi yang digunakan, mereka bisa dikatakan hampir sama.

2.4.1. Fitur-fitur yang dimiliki oleh mikrokontroler ATmega8535

1. Saluran I/O sebanyak 32 buah, yaitu port A, port B, port C, dan port D. 2. ADC internal sebanyak 8 saluran.

3. Tiga buah Timer/Counter dengan kemampuan pembandingan. 4. CPU yang terdiri atas 32 buah register.

5. SRAM sebesar 512 byte.


(26)

14

7. Port antarmuka SPI

8. EEPROM sebesar 512 byte yang dapat diprogram saat operasi. 9. Antarmuka komparator analog.

10. Port USART untuk komunikasi serial.

11. Sistem mikroprosesor 8 bit berbasis RISC dengan kecepatan maksimal 16 MHz.

2.4.2. Pin-pin pada Mikrokontroler Atmega

Port – port pada mikrokontroller ATmega 8535 dapat dilihat pada gambar 2.4 dibawah ini :


(27)

15

Dari gambar 2.4. diatas, Konfigurasi pin Atmega8535 dengan kemasan 40 pin DIP (Dual Inline Package) dapat dilihat pada gambar 2.4. Dari gambar di atas dapat dijelaskan fungsi dari masing-masing pin Atmega8535 sebagai berikut:

1. VCC merupakan pin yang berfungsi sebagai masukan catu daya. 2. GND merukan pin Ground. \

3. Port A (PortA0…PortA7) merupakan pin input/output dua arah dan pin

masukan ADC.

4. Port B (PortB0…PortB7) merupakan pin input/output dua arah dan dan

pin fungsi khusus, Timer/counter, komparator analog, dan SPI

5. Port C (PortC0…PortC7) merupakan pin input/output dua arah dan pin

fungsi khusus yaitu, TWI, komparator analog, dan Timer oscilat

6. Port D (PortD0…PortD7) merupakan pin input/output dua arah dan pin

fungsi khusus,yaitu,komparator analog, interupsi external, komunikasi serial.

7. RESET merupakan pin yang digunakan untuk me-reset mikrokontroler. 8. XTAL1 dan XTAL2 merupakan pin masukan clock eksternal.

9. AVCC merupakan pin masukan tegangan untuk ADC. 10.AREFF merupakan pin masukan tegangan referensi ADC.

Kapabiltas detail dari ATMega 8535 adalah sebagai berikut :

1. Sistem mikroprosesor 8 bit berbasis RISC dengan kecepatan maksimal 16 MHz.


(28)

16

2. Kapabiltas memori flash 8 Kb, SRAM sebesar 512 byte, dan EEPROM (Electrically Erasable Programmable Read Only Memory) sebesar 512 byte.

3. ADC internal dengan fidelitas 10 bit sebanyak 8 channel.

4. Portal komunikasi serial (USART) dengan kecepatan maksimal 2,5 Mbps. 5. Enam pilihan mode sleep menghemat penggunaan daya listrik.

2.4.3. Peta Memori ATMega8535

ATMega8535 memiliki dua jenis memori yaitu Program Memory dan Data Memory ditambah satu fitur tambahan yaitu EEPROM Memory untuk penyimpan data.

a. Program Memori

ATMEGA 8535 memiliki On-Chip In-System Reprogrammable Flash Memory

untuk menyimpan program. Untuk alasan keamanan, program memory dibagi menjadi dua bagian, yaitu Boot Flash Section dan Application Flash Section. Boot Flash Section digunakan untuk menyimpan program Boot Loader, yaitu program yang harus dijalankan pada saat AVR reset atau pertama kali diaktifkan.

Application Flash Section digunakan untuk menyimpan program aplikasi yang dibuat user. AVR tidak dapat menjalankan program aplikasi ini sebelum menjalankan program Boot Loader. Besarnya memori Boot Flash Section dapat diprogram dari 128 word sampai 1024 word tergantung setting pada konfigurasi bit di register BOOTSZ. Jika Boot Loader diproteksi, maka program pada


(29)

17

Application Flash Section juga sudah aman seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.5 dibawah ini :

b. Data Memory

Gambar berikut menunjukkan peta memori SRAM pada ATMEGA 8535. Terdapat 608 lokasi address data memori. 96 lokasi address digunakan untuk Register File dan I/O Memory sementara 512 lokasi address lainnya digunakan untuk internal data SRAM. Register file terdiri dari 32 general purpose working register, I/O register terdiri dari 64 register seperti yang ditunjukkan gambar 2.6 dibawah ini:

Gambar 2.6 Peta Memori Data Gambar 2.5 Peta Memori Program


(30)

18

c. EEPROM Data Memory

ATMEGA 8535 memiliki EEPROM 8 bit sebesar 512 byte untuk menyimpan data. Loaksinya terpisah dengan system address register, data register dan control register yang dibuat khusus untuk EEPROM. Alamat EEPROM dimulai dari $000 sampai $1FF seperti gambar yang ditunjukkan gambar dibawah ini :

Gambar 2.7 EEPROM Data Memory

d. Status Register (SREG)

Status register adalah register berisi status yang dihasilkan pada setiap operasi yang dilakukan ketika suatu instruksi dieksekusi seperti gambar 2.8 dibawah ini. SREG merupakan bagian dari inti CPU mikrokontroler.


(31)

19

Bit 7 – I : Global Interrupt Enable

Jika bit Global Interrupt Enable diset, maka fasilitas interupsi dapat dijalankan. Bit ini akan clear ketika ada interrupt yang dipicu dari hardware, setelah program interrupt dieksekusi, maka bit ini harus di set kembali dengan instruksi SEI.

Bit 6 – T : Bit Copy Storage

Instruksi bit copy BLD dan BST menggunakan bit T sebagai sumber atau tujuan dalam operasi bit.

Bit 5 – H: Half Carry FlagBit 4 – S : Sign Bit

Bit S merupakan hasil exlusive or dari Negative Flag N dan Two’s Complement Overflow Flag V.

1. Bit 3 – V : Two’s Complement Overflow Flag Digunakan dalam operasi aritmatika

2. Bit 2 – N : Negative Flag

Jika operasi aritmatika menghasilkan bilangan negatif, maka bit ini akan set.

3. Bit 1 – Z : Zero Flag

Jika operasi aritmatika menghaslkan bilangan nol, maka bit ini akan set.

4. Bit 0 – C : Carry Flag


(32)

20

2.5. Liquid Crystal Display (LCD) 2x16

Kegunaan LCD banyak sekali dalam perancangan suatu system dengan

menggunakan mikrokontroler. LCD (Liquid Crystal Display) dapat berfungsi untuk menampilkan suatu nilai hasil sensor, menampilkan teks, atau menampilkan menu pada aplikasi mikrokontroler Seperti gambar 2.9 dibawah ini :

Gambar 2.9 LCD 2 x 16

Dari gambar 2.9 LCD yang digunakan adalah LCD 16 x 2 yang artinya lebar display 2

baris 16 kolom dengan 16 Pin konektor.

Adapun konfigurasi dan deskripsi dari pin-pin LCD antara lain: 5. VCC (Pin 1)

Merupakan sumber tegangan +5V.

6. GND 0V (Pin 2)

Merupakan sambungan ground.

7. VEE (Pin 3)


(33)

21

8. RS Register Select (Pin 4)

Merupakan Register pilihan 0 = Register Perintah, 1 = Register Data.

9. R/W (Pin 5)

Merupakan read select, 1 = read, 0 = write.

10.Enable Clock LCD (Pin 6)

Merupakan masukan logika 1 setiap kali pengiriman atau pembacaan data.

11.D0 – D7 (Pin 7 – Pin 14) Merupakan Data Bus 1 -7

12.Anoda ( Pin 15)

Merupakan masukan tegangan positif backlight 13.Katoda (Pin 16)

Merupakan masukan tegangan negatif backlight

Setiap memori mempunyai fungsi-fungsi tersendiri: a. DDRAM

DDRAM merupakan memori tempat karakter yang ditampilkan. Contohnya karakter ‘A’ atau 41h yang ditulis pada alamat 00 akan tampil pada baris pertama dan kolom pertama dari LCD. Apabila karakter tersebut di alamat 40h, karakter tersebut akan tampil pada baris kedua kolom pertama dari LCD.


(34)

22

b. CGRAM

CGRAM merupakan memori untuk menggambarkan pola seluruh karakter dan bentuk karakter dapat diubah-ubah sesuai keinginan. Akan tetapi isi memori akan hilang saat power supply tidak aktif sehingga pola karakter akan hilang.

c. CGROM

CGROM adalah memori untuk menggambarkan pola sebuah karakter dan pola tersebut ditentukan secara permanen dari HD44780 sehingga pengguna tidak dapat mengubah lagi. Oleh karena ROM bersifat permanen, pola karakter tersebut akan hilang walaupun power supply tidak aktif.

Display karakter pada LCD diatur oleh pin EN, RS dan RW. Jalur EN dinamakan Enable. Jalur ini digunakan untuk memberitahu LCD bahwa sebuah data sedang dikirimkan. Untuk mengirimkan data ke LCD, maka melalui program EN harus dibuat logika low “0” dan set pada dua jalur kontrol yang lain RS dan RW. Ketika dua jalur yang lain telah siap, set EN dengan logika “1” dan tunggu dan berikutnya di set.

2.6 Transistor

Transistor adalah alat semikonduktor yang dipakai sebagai penguat, sebagai sirkuit pemutus dan penyambung switching, stabilisasi tegangan, modulasi sinyal atau sebagai fungsi lainnya. Transistor dapat berfungsi semacam kran listrik dimana berdasarkan arus inputnya (BJT) atau tegangan inputnya (FET),


(35)

23

memungkinkan pengaliran listrik yang sangat akurat dari sirkuit sumber listriknya.

Pada umumnya transistor memiliki tiga terminal. Tegangan atau arus yang dipasang diterminalnya mengatur arus yang lebih besar melalui 2 terminal lainnya. Transistor adalah komponen yang sangat penting dalam dunia elektronik modern. Dalam rangkaian analog transistor digunakan dalam amplifier (penguat). Rangkaian analog melingkupi pengeras suara, sumber listrik stabil, dan penguat sinyal radio. Dalam rangkaian-rangkaian digital, transistor digunakan sebagai saklar berkecepatan tinggi. Beberapa transistor juga dapat dirangkai sedemikian rupa sehingga berfungsi sebagai logic gate, memori, dan komponen-komponen lainnya.

Transistor adalah komponen elektronika yang mempunyai tiga buah terminal. Terminal itu disebut emitter,basis, dan kolektor. Transistor seakan-akan dibentuk dari penggabungan dua buah diode. Dioda yang satu dengan yang lain saling digabungkan dengan menyambung salah satu sisi diode senama. Dengan cara penggabungan seperti itu dapat diperoleh dua buah diode sehingga menghasilkan transistor NPN. Bahan mentah digunakan untuk menghasilkan bahan N dan bahan P adalah silicon dan germanium. Oleh karena itu dikatakan:

1. Transistor germanium PNP 2. Transistor silicon NPN 3. Transistor silicon PNP 4. Transistor germanium NPN


(36)

24

Semua komponen didalam rangakaian transistor dengan symbol. Anak panah yang terdapat di dalam symbol menunjukkan arah yang melalui transistor. Berikut ini adalah gambar simbol tipe dari transistor NPN dan PNP.

Gambar 2.10 Simbol Tipe Transistor

Keterangan: C = Kolektor E = Emiter B = Basis

Didalam pemakaiannya transistor dipakai sebagai komponen saklar (switching) dengan memanfaatkan daerah penjenuhan (saturasi) dan daerah penyumbatan (cut off) yang ada pada karakteristik transistor. Dari banyak tipe-tipe transistor modern, pada awalnya ada dua tipe dasar transistor bipolar junction transistor (BJT) dan field effect transistor (FET), yang masing-masing bekerja secara berbeda. Transistor bipolar dinamakan demikian karena kanal konduksi utamanya menggunakan dua polaritas pembawa muatan yaitu electron dan lubang untuk membawa arus listrik. Dalam BJT arus listrik utama harus melewati satu daerah atau lapisan pembatas dinamakan depletion zone, dan ketebalan lapisan ini dapat diatur dengan kecepatan tinggi dengan tujuan untuk mengatur aliran arus utama


(37)

25

tersebut. FET (juga dinamakan transistor unipolar) hanya menggunakan satu jenis pembawa muatan (electron atau hole, tergantung dari tipe FET).

Dalam FET, arus listrik utama mengalir dalam satu kanal konduksi sempit dengan depletion zone dikedua sisinya ( dibandingnya dengan transistor bipolar dimana daerah basis memotong arah arus listrik utama). Dan ketebalan dari daerah pembatas ini dapat berubah dengan perubahan tegangan yang diberikan, untuk mengubah ketebalan kanal konduksi tersebut. Secara umum transistor dapat dibeda-bedakan berdasarkan banyak kategori, yaitu: materi semikonduktor, Germanium, Silikon, Gallium Arsenide.

1. Kemasan fisik: Though Hole Metal, Though Hole Pasic, Surface Mount, IC, dan lain-lain.

2. Tipe: UJT, BJT, JFET, MOSFET, IGBT, HBT, MISFET, VMOSFET,MESFET, HEMT, SCR serta pengembangan dari transistor yaitu IC.

3. Polaritas : NPN atau N-Channel, PNP atau P-channel

4. Maximum kapasitas daya : Low Power, Medium Power, High Power 5. Maksimum frekwensi kerja : low, medium, atau high frequency, RF

transistor, Microwave, dan lain-lain.

6. Aplikasi : Amplifier, Saklar, General purpose, Audio, Tegangan Tinggi, dan lain-lain.

Pada daerah penjenuhan nilai resistansi persambungan kolektor emitter secara ideal sama dengan nol atau kolektor dan emitter terhubung langsung (short).


(38)

26

Keadaan ini menyebabkan tegangan kolektor emitter (Vce)=0 Volt pada keadaan, tetapi pada keadaan ideal, tetapi pada kenyataanya Vce bernilai 0 sampai 0,3 volt.

2.7.Relay

Relay adalah suatu rangkaian switch magnetic yang bekerja bila mendapatkan catu dan suatu rangkaian trigger. Relay memiliki tegangan dan arus nominal yang harus dipenuhi ouput rangkaian pendriver atau pengemudinya. Arus yang digunakan adalah arus DC (Direct Current).

Relay terdiri dari rangkaian kawat (coil) yang dililitkan pada inti besi lunak. Jika kawat mendapatkan medan magnet dan menarik switch kontak. Switch kontak mengalami gaya listrik magnet sehingga berpindah posisi ke kutub lain atau terlepas dari kutub asalnya. Keadaan ini akan bertahan selama arus mengalir pada kumparan relay. Dan relay akan kembali ke posisi semula yaitu normally ON atau normally OFF, bila tiada arus yang mengalir maka, posisi normal relay tergantung pada jenis relay yang termakan. Dan pemakaian jenis relay tergantung pada keadaan yang diinginkan pada suatu rangkaian. Menurut kerjanya relay dapat dibedakan menjadi :

1. Normally Open (ON), saklar akan terbuka bila dialiri arus.

2. Normally Close (OFF), saklar akan tertutup bila dialiri arus listrik

3. Change over (CO), relay ini mempunyai saklar tunggal yang normalnya tertutup, bila kumparan satu dialiri arus maka saklar akan terhubung ke Terminal A, Sebaliknya bila kumparan dua dialiri arus maka saklar terhubung ke terminal B


(39)

27

2.8. Transformator

a. Komponen Transformator (trafo)

Transformator (trafo) adalah alat yang digunakan untuk menaikkan atau menurunkan tegangan bolak-balik (AC). Transformator terdiri dari 3 komponen pokok yaitu: kumparan pertama (primer) yang bertindak sebagai input, kumparan kedua (skunder) yang bertindak sebagai output, dan inti besi yang berfungsi untuk memperkuat medan magnet yang dihasilkan, Seperti gambar 2.11 dibawah ini :

Bagian-Bagian Transformator

Contoh Transformator Lambang Transformator


(40)

28

b. Prinsip Kerja Transformator

Prinsip kerja dari sebuah transformator adalah sebagai berikut. Ketika Kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik, perubahan arus listrik pada kumparan primer menimbulkan medan magnet yang berubah. Medan magnet yang berubah diperkuat oleh adanya inti besi dan dihantarkan inti besi ke kumparan sekunder, sehingga pada ujung-ujung kumparan sekunder akan timbul ggl induksi. Efek ini dinamakan induktansi timbal-balik (mutual inductance).

c. Penggunaan Transformator

Transformator (trafo) digunakan pada peralatan listrik terutama yang memerlukan perubahan atau penyesuaian besarnya tegangan bolak-balik. Misal radio memerlukan tegangan 12 volt padahal listrik dari PLN 220 volt, maka diperlukan transformator untuk mengubah tegangan listrik bolak-balik 220 volt menjadi tegangan listrik bolak-balik 12 volt. Contoh alat listrik yang memerlukan transformator adalah: TV, komputer, mesin foto kopi, gardu listrik dan sebagainya.

2.9. Resistor

Resistor adalah komponen elektronik dua kutub yang didesain untuk menahan arus listrik dengan memproduksi tegangan listrik di antara kedua kutubnya, nilai tegangan terhadap resistansi berbanding dengan arus yang mengalir, berdasarkan hukum Ohm:


(41)

………

Resistor digunakan se dan merupakan salah dibuat dari bermacam yang dibuat dari padu

Karakteristik utama da dihantarkan. Karakte induktansi.

Resistor dapat diinte bahkan sirkuit terpadu kebutuhan daya resis rangkaian agar tidak t

Penandaan resistor

Resistor aksial biasa resistansi. Resistor pa untuk dapat ditandai, terlalu kecil untuk dapa atau hijau, walaupun abu.

………

n sebagai bagian dari jejaring elektronik dan sir ah satu komponen yang paling sering digunakan.

am-macam kompon dan film, bahkan kawat r duan resistivitas tinggi seperti nikel-kromium).

dari resistor adalah resistansinya dan daya lis kteristik lain termasuk koefisien suhu, des

ntegrasikan kedalam sirkuit hibrida dan papa adu. Ukuran dan letak kaki bergantung pada sistor harus cukup dan disesuaikan dengan k terbakar.

asanya menggunakan pola pita warna untuk pasang-permukaan ditandas secara numerik ji ndai, biasanya resistor ukuran kecil yang seka

dapat ditandai. Kemasan biasanya cokelat muda upun begitu warna lain juga mungkin, seperti mer

29

……. (2.1)

sirkuit elektronik, an. Resistor dapat t resistansi (kawat

).

listrik yang dapat desah listrik, dan

pan sirkuit cetak, ada desain sirkuit, n kebutuhan arus

untuk menunjukkan k jika cukup besar karang digunakan uda, cokelat, biru, erah tua atau


(42)

abu-30

Resistor awal abad ke-20 biasanya tidak diisolasi, dan dicelupkan ke cat untuk menutupi seluruh badan untuk pengkodean warna. Warna kedua diberikan pada salah satu ujung, dan sebuah titik (atau pita) warna di tengah memberikan digit ketiga. Aturannya adalah "badan, ujung, titik" memberikan urutan dua digit resistansi dan pengali desimal. Toleransi dasarnya adalah ±20%. Resistor dengan toleransi yang lebih rapat menggunakan warna perak (±10%) atau emas (±5%) pada ujung lainnya.

Identifikasi empat pita

Identifikasi empat pita adalah skema kode warna yang paling sering digunakan. Ini terdiri dari empat pita warna yang dicetak mengelilingi badan resistor. Dua pita pertama merupakan informasi dua digit harga resistansi, pita ketiga merupakan faktor pengali (jumlah nol yang ditambahkan setelah dua digit resistansi) dan pita keempat merupakan toleransi harga resistansi. Kadang-kadang terdapat pita kelima yang menunjukkan koefisien suhu, tetapi ini harus dibedakan dengan sistem lima warna sejati yang menggunakan tiga digit resistansi.

Sebagai contoh, hijau-biru-kuning-merah adalah 56 x 104

Ω = 560 kΩ ± 2%. Deskripsi yang lebih mudah adalah: pita pertama, hijau, mempunyai harga 5 dan pita kedua, biru, mempunyai harga 6, dan keduanya dihitung sebagai 56. Pita ketiga,kuning, mempunyai harga 104, yang menambahkan empat nol di belakang 56, sedangkan pita keempat, merah, merupakan kode untuk toleransi ± 2%, memberikan nilai 560.000Ω pada keakuratan ± 2%. Supaya lebih mudah kita bisa lihat daftar tabel 2.1 dibawah ini :


(43)

31

Tabel 2.1. Kode Warna Resistor

Warna Pita pertama Pita kedua Pita ketiga (pengali) Pita keempat (toleransi) Pita kelima (koefisien suhu)

Hitam 0 0 × 100

Cokelat 1 1 ×101 ± 1% (F) 100 ppm

Merah 2 2 × 102 ± 2% (G) 50 ppm

Jingga (oranye)

3 3 × 103 15 ppm

Kuning 4 4 × 104 25 ppm

Hijau 5 5 × 105 ± 0.5% (D)

Biru 6 6 × 106 ± 0.25% (C)

Ungu 7 7 × 107 ± 0.1% (B)

Abu-abu 8 8 × 108 ± 0.05% (A)

Putih 9 9 × 109

Emas × 10-1 ± 5% (J)

Perak × 10-2 ± 10% (K)


(44)

32

Dari tabel 2.1 diatas kita dapat menentukan sebuah resistor dengan berbagai jenis tahanan.

Identifikasi lima pita

Identifikasi lima pita digunakan pada resistor presisi (toleransi 1%, 0.5%, 0.25%, 0.1%), untuk memberikan harga resistansi ketiga. Tiga pita pertama menunjukkan harga resistansi, pita keempat adalah pengali, dan yang kelima adalah toleransi. Resistor lima pita dengan pita keempat berwarna emas atau perak kadang-kadang diabaikan, biasanya pada resistor lawas atau penggunaan khusus. Pita keempat adalah toleransi dan yang kelima adalah koefisien suhu.


(45)

33

Uc Atmega 8535

KIPAS PIR 1

RELAY LCD

PIR 2

BAB 3

PERANCANGAN ALAT DAN CARA KERJA

3.1 Diagram Blok

Diagram dari alat ini adalah seperti yang dilihat seperti gambar 3.1. dibawah :

Gambar 3.1 Diagram Blok Rangkaian

Dari gambar 3.1. diatas, perancangan alat penghitung jumlah orang yang masuk dan keluar terdiri dari enam blok rangkaian utama. Untuk dapat mengetahui orang yang memasuki dan meninggalkan ruangan digunakan sensor gerak. Sensor ini terdiri dari 2


(46)

34

buah pir sebagai penghitung masuk dan keluar. Nilai yang ditampilkan pada display akan terus bertambah setiap ada orang yang memasuki ruangan dan akan mengurangi nilainya apabila ada orang yang meninggalkan ruangan. Mikrokontroler ATmega8535 merupakan otak dari seluruh sistem. Di dalam mikrokontroler inilah semua data akan diolah.

3.2 Flowchart Program & kerja alat secara keseluruhan Flowchart dari gambar keseluruhan alat ini adalah sebagai berikut :

start

Ada orang yang masuk?

tdk

Ada orang yang

keluar? tdk

ya

ya

Tambah 1 nilai pada display &naikkan kecepatan kipas

Kurang 1 nilai pada display& turunkan keceapatan kipas

Gambar 3.2 Flowchart Program

Dari gambar diatas maka Program diawali dengan start. Kemudian program akan mengecek apakah sensor mendeteksi ada orang yeng memasuki ruangan atau tidak. Jika ada maka program akan menambahkan 1 nilai pada display dan relay akan menghidupkan satu kipas . Jika tidak ada orang yang memasuki ruangan maka program


(47)

35

akan mengecek apakah ada orang yang keluar dari ruangan jika ada orang yang keluar ruangan maka program akan mengurangi 1 nilai pada display dan relay akan mematikan 1 kipas, tetapi jika sensor tidak mendapatkan input data berarti tidak ada orang yang memasuki atau keluar dari ruangan. Dan program kembali ke routine awal

3.3. Perancangan Power Supplay (PSA)

Rangkaian ini berfungsi untuk mensupplay tegangan ke seluruh rangkaian yang ada. Rangkaian PSA yang dibuat terdiri dari dua keluaran, yaitu 5 volt dan 12 volt, keluaran 5 volt digunakan untuk mensupplay tegangan ke seluruh rangkaian. Rangkaian power supplay ditunjukkan pada gambar 3.1 berikut ini :

Gambar 3.3 Rangkaian Power Supplay (PSA)

Dari gambar 3.3. diatas, Trafo CT merupakan trafo stepdown yang berfungsi untuk menurunkan tegangan dari 220 volt AC menjadi 12 volt AC. Kemudian 12 volt AC akan disearahkan dengan menggunakan dua buah dioda, selanjutnya 12 volt DC akan diratakan oleh kapasitor 2200 µF. Regulator tegangan 5 volt (LM7805CT) digunakan agar keluaran yang dihasilkan tetap 5 volt walaupun terjadi


(48)

36

perubahan pada tegangan masukannya. LED hanya sebagai indikator apabila PSA dinyalakan. Transistor PNP TIP 32 disini berfungsi untuk mensupplay arus apabila terjadi kekurangan arus pada rangkaian, sehingga regulator tegangan (LM7805CT) tidak akan panas ketika rangkaian butuh arus yang cukup besar. Tegangan 12 volt DC langsung diambil dari keluaran 2 buah dioda penyearah.

3.4. Rangkaian Mikrokontroler ATMega8535

ATmega8535 adalah mikrokontroler CMOS 8-bit daya-rendah berbasis arsitektur RISC yang ditingkatkan. Kebanyakan instruksi dikerjakan pada satu siklus clock, ATmega8535 mempunyai throughput mendekati 1 MIPS per MHz membuat disainer sistem untuk mengoptimasi komsumsi daya versus kecepatan proses.

Dengan memberikan program sederhana pada mikrokontroler tersebut, dapat diketahui apakah rangkaian minimum tersebut sudah bekerja dengan baik atau tidak. Pin 11 merupakan ground dihubungkan dengan ground pada power supplay. Pin 10

merupakan sumber tegangan positif dihubungkan dengan + 5 volt dari power supplay, seperti gambar dibawah ini :


(49)

37

Gambar3. 1 Rangkaian Skematik Minimum Mikrokontroler ATMega 8535

Gambar 3.4. Rangkaian Mikrokontroller ATmega 8535

3.5. Rangkaian LCD (Liquid Crystal Display) 2x16

LCD adalah suatu display dari bahan cairan Kristal yang berfungsi menampilkan suatu nilai hasil sensor, menampilkan teks, atau menampilkan menu pada aplikasi mikrokontroler. Rangkaian dari LCD seperti pada gambar dibawah ini :


(50)

38

3.6. Rangkaian Sensor

Untuk dapat mendeteksi orang yang lewat, maka alat ini dilengkapi dengan dua buah sensor pir. Kedua sensor ini mempunyai rangkaian yang sama, hanya penempatannya saja yang berbeda.

Jika tidak ada orang yang melewati sensor, maka pancaran sinar infra merah dari tubuh masnusia tidak mengenai pir. Perbedaan intensitas pantulan inilah yang digunakan untuk mendeteksi adanya orang yang melewati sensor atau tidak.

Setiap pancaran yang diterima oleh pir akan diolah dan dijadikan data digital, sehingga bila pir mendapatkan pancaran dari pemancar infra merah, maka akan mengirimkan sinyal high ke mikrokontroler ATmega8535. Dengan demikian mikrokontroler dapat mendeteksi sensor yang mengirimkan sinyal high dan mengambil tindakan untuk menampilkan jumlah orang yang masuk ke dalam ruangan.

Pancaran dari sinar infra merah akan diterima oleh pir, kemudian akan diolah oleh rangkaian penerima agar menghasilkan sinyal tertentu, dimana jika pir menerima pancaran sinar infra merah maka output dari rangkaian penerima ini akan mengeluarkan logika high, namun jika photodioda tidak menerima pancaran sinar infra merah, maka output dari rangkaian penerima akan mengeluarkan logika low.


(51)

39

3.7. Rangkaian Relay

Relay berfungsi sebagai saklar elektronik yang dapat menghidupkan atau mematikan peralatan elektronik (dalam hal ini kipas). Rangkaian relay pengendali kipas tampak seperti gambar 3.6 berikut :

4k7 C945

relay NO

Kipas 1

+

-NO NC

Gambar 3.6 Rangkaian Relay Pengendali Kipas

Dari gambar 3.6.,Relay merupakan salah satu komponen elektronik yang terdiri dari lempengan logam sebagai saklar dan kumparan yang berfungsi untuk menghasilkan medan magnet. Pada rangkaian ini digunakan relay 12 volt.

Pada rangkaian ini untuk mengaktipkan atau menon-aktipkan relay digunakan transistor tipe NPN. Dari gambar dapat dilihat bahwa negatip relay dihubungkan ke kolektor dari transistor NPN (C945) dan positif relay dihubungkan pada tegangan 12 volt., ini berarti jika transistor dalam keadaan aktip maka kolektor akan terhubung ke emitor dimana emitor langsung terhubung ke ground yang menyebabkan tegangan di kolektor menjadi 0 volt, keadaan ini akan mengakibatkan relay aktip. Disaat relay aktif maka kaki-kaki relay yang berfungsi sebagai Normali Close sudah mendapatkan tegangan 12 volt. Sementara kaki-kaki relay yang berfungsi sebagai Normali open masih belum mendapatkan tegangan 12 volt sebelum ada inputan (inputan berupa logika high atau 5 volt). Sebaliknya jika transistor tidak aktip, maka kolektor tidak terhubung ke emitor, sehingga tegangan pada kolektor menjadi 12 volt, keadaan ini menyebabkan relay tidak


(52)

40

aktip. Resistor didalam rangkaian berfungsi sebagai pull up untuk menaikkan tegangan agar inputan mikrokontroler sanggup mengaktifkan relay.

Kumparan pada relay akan menghasilkan tegangan singkat yang besar ketika relay dinon-aktipkan dan ini dapat merusak transistor yang ada pada rangkaian ini. Untuk mencegah kerusakan pada transistor tersebut sebuah dioda harus dihubungkan ke relay tersebut. Dioda dihubungkan secara terbalik untuk mengantisipasi sentakan listrik yang terjadi pada saat relay berganti posisi dari on ke off agar tidak merusak komponen di sekitarnya, sentakan itu hanya terjadi ketika relay dinonaktipkan, pada saat ini arus akan terus mengalir melalui kumparan dan arus ini akan dialirkan ke dioda. Tanpa adanya dioda sentakan listrik itu akan mengalir ke transistor, yang mengakibatkan kerusakan pada transistor.


(53)

41

BAB 4

PENGUJIAN ALAT DAN PROGRAM

4.1. Pengujian Rangkaian Power Supply

Pengujian rangkaian power supply ini bertujuan untuk mengetahui tegangan yang dikeluarkan oleh rangkaian tersebut, dengan mengukur tegangan keluaran dari power supply menggunakan multimeter digital. Setelah dilakukan pengukuran maka diperoleh besarnya tegangan keluaran sebesar 5 volt. Dengan begitu dapat dipastikan apakah terjadi kesalahan terhadap rangkaian atau tidak. Jika diukur, hasil dari keluaran tegangan tidak murni sebesar +9 Volt dan +12 Volt, tetapi +8.97Volt dan +12.03 Volt. Hasil tersebut dikarenakan beberapa faktor, diantaranya kualitas dari tiap-tiap komponen yang digunakan nilainya tidak murni. Selain itu, tegangan jala-jala listrik yang digunakan tidak stabil.

4.2. Pengujian Rangkaian Mikrokontroler ATMega8535

Pengujian pada rangkaian mikrokontroler ATMega8535 ini dapat dilakukan dengan menghubungkan rangkaian ini dengan rangkaian power supply sebagai sumber tegangan. Kaki 10 dihubungkan dengan sumber tegangan 5 volt, sedangkan kaki 11 dihubungkan dengan ground. Kemudian tegangan pada kaki 10 diukur dengan menggunakan Voltmeter. Dari hasil pengujian didapatkan tegangan pada kaki 10 sebesar 4,9 volt. Langkah selanjutnya adalah memberikan program sederhana pada mikrokontroler ATMega 8535, program yang diberikan adalah sebagai berikut:


(54)

42

#include <mega8535.h> #include <delay.h> #include <stdio.h>

while (1) {

// Place your code here PORTA=0xFF;

DDRA=0xFF;

{

delay_us(100); PORTA=0x00; DDRA=0x00;

}

4.3. Pengujian Rangkaian Liquid Crystal Display (LCD) 2x16

Pengetesan ini bertujuan untuk mengetahui apakah LCD tersebut dapat menampilkan pesan-pesan sesuai dengan proses yang diharapkan. Listing program pengetesan LCD :

// LCD module initialization lcd_init(16);

lcd_gotoxy(0,0); lcd_putsf("uji"); lcd_gotoxy(0,1); lcd_putsf("coba") ;


(55)

43

Analisa Pengujian LCD :

Setelah program pengujian LCD didownload ke modul, maka pada layar LCD akan menghasilkan tampilan sebagai berikut :

Pada baris 1 tampil ‘ uji ‘ dan baris 2 tampil ‘ coba’

4.4. Analisa Program

Bahasa C adalah bahasa pemrograman yang dapat dikatakan berada antara bahasa tingkat rendah (bahasa yang berorientasi pada mesin) dan bahasa tingkat tinggi (bahasa yang berorientasi pada manusia). Seperti yang diketahui, bahasa tingkat tinggi mempunyai kompatibilitas antara platform. Karena itu, amat mudah untuk membuat program pada berbagai mesin. Berbeda halnya dengan menggunakan bahasa mesin, sebab setiap perintahnya sangat bergantung pada jenis mesin.

Pembuat bahasa C adalah Brian W. Kernighan dan Dennis M. Ritchie pada tahun 1972. C adalah bahasa pemrograman terstruktur, yang membagi program dalam bentuk blok. Tujuannya untuk memudahkan dalam pembuatan dan pengembangan program. Program yang ditulis dengan bahasa C mudah sekali dipindahkan dari satu jenis program ke bahasa program lain. Hal ini karena adanya standarisasi bahasa C yaitu berupa standar ANSI ( American National Standar Institut) yang dijadikan acuan oleh para pembuat kompiler.

4.5. Pengujian Rangkaian Sensor Gerak

Pengujian pada rangkaian sensor gerak ini Dapat dilakukan dengan cara menghubungkan rangkaian ini dengan sumber tegangan 5 volt, kemudian meletakkan pir di tempat yang telah ditentukan. Ketika diletakkan, saat


(56)

44

manusia melewati sensor pir, maka sensor akan menerima pancaran infra merah dari tubuh manusia, dan akan mengeluarkan tegangan 5volt, sebaliknya jika tidak ada manusia yang lewat maka pir tidak menerima pancaran infra merah dan akan mengeluarkan tegangan 0 volt

Pengujian selanjutnya dilakukan dengan cara menghubungkan rangkaian ini dengan rangkaian mikrokontroler ATmega, dan memberikan program tertentu pada mikrokontroler ATmega .Untuk mendeteksi adanya sinyal yang dikirimkan oleh sensor, maka mikrokontroler harus diprogram untuk dapat mengecek sinyal apa yang dikirimkan oleh sensor. Jika sinyal yang dikirimkan adalah sinyal high (1), berarti t ada orang yang masuk ke dalam ruangan, namun jika sinyal yang dikirimkan adalah sinyal low (0), maka ini berarti t i d a k ada orang yang masuk ke dalam ruangan. Program untuk mendeteksi pengiriman sinyal dari rangkaian sensor ini adalah

4.6. Pengujian Rangkaian Relay

Pengujian rangkaian relay dapat dilakukan dengan memberikan tegangan 5 volt dan 0 volt pada basis transistor C945 merupakan transistor jenis NPN transistor jenis ini akan aktif jika pada basis diberi tegangan > 0,7 volt aktifnya transistor mengaktifkan relay.

Pada alat ini relay digunakan untuk mengaktifkan/menonaktifkan kipas secara otomatis, dimana hubungan yang digunakan adalah normally open (NO), berarti


(57)

45

relay aktif jika diberi input 5 volt (high) dari mikrokontroler. Dengan demikian jika relay aktip maka kipas juga akan aktif, sebaliknya jika relay tidak aktip, maka kipas juga akan aktif.

Pengujian dilakukan dengan memberikan tegangan 5 volt pada basis transistor, jika relay aktip dan kipas juga aktif, maka rangkaian ini telah berfungsi dengan baik.

Pengujian selanjutnya dilakukan dengan menghubungkan input rangkaian ini ke mikrokontroler pada PD.0 kemudian memberikan program sederhana pada mikrokontroler ATmega. Program yang diberikan adalah sebagai berikut:

PORTD.0=1

. . .

Perintah di atas akan memberikan logika high pada P2.4, sehingga PD.0 akan mendapatkan tegangan 5 volt. Tegangan 5 volt ini akan mengaktipkan

transistor C945, sehingga relay menjadi aktip dan kipas juga aktif. Berikutnya memberikan program sederhana untuk menonaktipkan relay. Programnya sebagai berikut:

PORTD.0=0

. . .

Perintah di atas akan memberikan logika low pada PD.0 sehingga PD.0 akan mendapatkan tegangan 0 volt. Tegangan 0 volt ini akan menonaktipkan


(58)

46

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.KESIMPULAN

1. Ketika diletakkan, saat manusia melewati sensor pir, maka sensor akan menerima pancaran infra merah dari tubuh manusia, dan akan mengeluarkan tegangan 5volt, sebaliknya jika tidak ada manusia yang lewat maka pir tidak menerima pancaran infra merah dan akan mengeluarkan tegangan 0 volt.

2. Sensor PIR dapat mendeteksi suatu objek bergerak dengan panjang sampai 5 meter

3. Temperatur yang digunakan untuk menyesuaikan sensor PIR sekitar 250C

5.2.SARAN

1. Sensor PIR tidak dapat digunakan diluar ruangan karena sensor PIR mudah rusak.

2. Supaya rangkaian yang digunakan tidak terganggu, sebaiknya alat ini dikemas dalam bentuk yang lebih aman dan terlindungi, sehingga penggunaannya lebih efektif


(59)

DAFTAR PUSTAKA

- http://id.wikipedia.org/wiki/Resistor

- Bejo,Agus. 2005. C & AVR Rahasia Kemudahan Bahasa C dalam Mikrokontroler ATMega8535 . Edisi Pertama. Yogyakarta: Penerbit Gava

Media.

- Malvino, A. P. 1992. Prinsip-prinsip Elektronika. Jakarta: Erlangga. - http://maxup01.blogspot.com/2011/12/cara-kerja-sensor-pir.html


(60)

(61)

(62)

Program Keseluruhan dari system

/***************************************************** This program was produced by the

CodeWizardAVR V2.05.3 Standard Automatic Program Generator

© Copyright 1998-2011 Pavel Haiduc, HP InfoTech s.r.l. http://www.hpinfotech.com

Project : Version :

Date : 14/07/2012 Author : ari & fuad Company : fin d3 Comments:

Chip type : ATmega8535 Program type : Application

AVR Core Clock frequency: 8,000000 MHz Memory model : Small

External RAM size : 0 Data Stack size : 128


(63)

#include <mega8535.h>

// Alphanumeric LCD functions

#include <alcd.h> #include <delay.h>

#include <stdio.h>

// Declare your global variables here

signed int j,l,c=0; //variabel j,l,c sebagai integer(bilangan bulat) unsigned char jlh[16];

unsigned char lvl[16];

void main(void) //program utama {

// Declare your local variables here // Input/Output Ports initialization // Port A initialization

// Func7=In Func6=In Func5=In Func4=In Func3=In Func2=In Func1=In Func0=In

// State7=P State6=P State5=P State4=P State3=P State2=P State1=P State0=P PORTA=0xFF;

DDRA=0x00;

// Port B initialization

// Func7=In Func6=In Func5=In Func4=In Func3=In Func2=In Func1=In Func0=In


(64)

// State7=T State6=T State5=T State4=T State3=T State2=T State1=T State0=T PORTB=0x00;

DDRB=0x00;

// Port C initialization

// Func7=In Func6=In Func5=In Func4=In Func3=In Func2=In Func1=In Func0=In

// State7=T State6=T State5=T State4=T State3=T State2=T State1=T State0=T PORTC=0x00;

DDRC=0xFF;

// Port D initialization

// Func7=Out Func6=Out Func5=Out Func4=Out Func3=Out Func2=Out Func1=Out Func0=Out

// State7=0 State6=0 State5=0 State4=0 State3=0 State2=0 State1=0 State0=0 PORTD=0x00;

DDRD=0xFF;

// Timer/Counter 0 initialization // Clock source: System Clock // Clock value: Timer 0 Stopped // Mode: Normal top=0xFF // OC0 output: Disconnected TCCR0=0x00;


(65)

TCNT0=0x00; OCR0=0x00;

// Timer/Counter 1 initialization // Clock source: System Clock // Clock value: Timer1 Stopped // Mode: Normal top=0xFFFF // OC1A output: Discon. // OC1B output: Discon. // Noise Canceler: Off

// Input Capture on Falling Edge // Timer1 Overflow Interrupt: Off // Input Capture Interrupt: Off // Compare A Match Interrupt: Off // Compare B Match Interrupt: Off TCCR1A=0x00;

TCCR1B=0x00; TCNT1H=0x00; TCNT1L=0x00; ICR1H=0x00; ICR1L=0x00; OCR1AH=0x00; OCR1AL=0x00; OCR1BH=0x00;


(66)

OCR1BL=0x00;

// Timer/Counter 2 initialization // Clock source: System Clock // Clock value: Timer2 Stopped // Mode: Normal top=0xFF // OC2 output: Disconnected ASSR=0x00;

TCCR2=0x00; TCNT2=0x00; OCR2=0x00;

// External Interrupt(s) initialization // INT0: Off

// INT1: Off // INT2: Off MCUCR=0x00; MCUCSR=0x00;

// Timer(s)/Counter(s) Interrupt(s) initialization TIMSK=0x00;

// USART initialization // USART disabled


(67)

UCSRB=0x00;

// Analog Comparator initialization // Analog Comparator: Off

// Analog Comparator Input Capture by Timer/Counter 1: Off ACSR=0x80;

SFIOR=0x00;

// ADC initialization // ADC disabled ADCSRA=0x00;

// SPI initialization // SPI disabled SPCR=0x00;

// TWI initialization // TWI disabled TWCR=0x00;

// Alphanumeric LCD initialization // Connections are specified in the

// Project|Configure|C Compiler|Libraries|Alphanumeric LCD menu: // RS - PORTA Bit 0


(68)

// RD - PORTA Bit 1 // EN - PORTA Bit 2 // D4 - PORTA Bit 3 // D5 - PORTA Bit 4 // D6 - PORTA Bit 5 // D7 - PORTA Bit 6 // Characters/line: 16 lcd_init(16);

lcd_clear(); //fungsi untuk menghapus layar lcd

lcd_gotoxy(0,0); //penempatan kolom ke-0 dan baris ke-0

lcd_putsf("fuad said"); //tampilkan ke lcd tulisan dalam tanda petik lcd_gotoxy(0,1);

lcd_putsf("092408021"); delay_ms(2000);

lcd_clear(); lcd_gotoxy(0,0); lcd_putsf("faisal ari"); lcd_gotoxy(0,1);

lcd_putsf("092408032"); delay_ms(2000); lcd_clear();

lcd_gotoxy(0,0);

lcd_putsf("inisialisasi"); delay_ms(6000);


(69)

while (1) //looping berulang-ulang {

/***********program counter***********/

if (PINB.0==1) //deteksi pin pir 1 untuk counter masuk {

delay_ms(1000); PINB.2=0; j++;

delay_ms(2000); }

if (PINB.2==1) ; {

delay_ms(1000); PINB.0=1;

j--; delay_ms(2000); }

if (PINB.0==1) PORTC.0=1; else


(70)

if (PINB.2==1) PORTC.2=1; else

PORTC.2=0;

/**************program pertambahan level kecepatan sesuai jumlah manusia****/

if(j==1) {

for(c=0;c<=10;c++) {delay_us(10); PORTD=0x04;} l=1;}

if(j==2)

{PORTD=0x0C; l=2;} if(j==3)

{PORTD=0x0E; l=3;}

if(j==4) {


(71)

PORTD=0x0F; l=4;}

/*********jika telah melebihi dari 4***********/ if(j>=5)

{ j=5;

lcd_clear(); lcd_gotoxy(0,0);

lcd_putsf("jlh manusia max"); delay_ms(500);

}

/*****jika masih 0 orang*************/ if(j<=0)

{ j=0;

PORTD=0x00; lcd_clear(); lcd_gotoxy(0,0);

lcd_putsf("tidak ada orang"); delay_ms(500);

}

/*****jika orangya diantara 1 sampai 4*********/ if(j>0 & j<=4)


(72)

lcd_clear();

sprintf(jlh,"jumlah manusia=%d",j); lcd_gotoxy(0,0);

lcd_puts(jlh);

sprintf(lvl,"lvl kec=%d",l); lcd_gotoxy(0,1);

lcd_puts(lvl); delay_ms(500); } }


(73)

(1)

// RD - PORTA Bit 1 // EN - PORTA Bit 2 // D4 - PORTA Bit 3 // D5 - PORTA Bit 4 // D6 - PORTA Bit 5 // D7 - PORTA Bit 6 // Characters/line: 16 lcd_init(16);

lcd_clear(); //fungsi untuk menghapus layar lcd

lcd_gotoxy(0,0); //penempatan kolom ke-0 dan baris ke-0

lcd_putsf("fuad said"); //tampilkan ke lcd tulisan dalam tanda petik lcd_gotoxy(0,1);

lcd_putsf("092408021"); delay_ms(2000);

lcd_clear(); lcd_gotoxy(0,0); lcd_putsf("faisal ari"); lcd_gotoxy(0,1);

lcd_putsf("092408032"); delay_ms(2000); lcd_clear();

lcd_gotoxy(0,0);

lcd_putsf("inisialisasi"); delay_ms(6000);


(2)

while (1) //looping berulang-ulang {

/***********program counter***********/

if (PINB.0==1) //deteksi pin pir 1 untuk counter masuk {

delay_ms(1000); PINB.2=0; j++;

delay_ms(2000); }

if (PINB.2==1) ; {

delay_ms(1000); PINB.0=1;

j--; delay_ms(2000); }

if (PINB.0==1) PORTC.0=1; else


(3)

if (PINB.2==1) PORTC.2=1; else

PORTC.2=0;

/**************program pertambahan level kecepatan sesuai jumlah manusia****/

if(j==1) {

for(c=0;c<=10;c++) {delay_us(10); PORTD=0x04;} l=1;}

if(j==2)

{PORTD=0x0C; l=2;} if(j==3)

{PORTD=0x0E; l=3;}

if(j==4) {


(4)

PORTD=0x0F; l=4;}

/*********jika telah melebihi dari 4***********/ if(j>=5)

{ j=5;

lcd_clear(); lcd_gotoxy(0,0);

lcd_putsf("jlh manusia max"); delay_ms(500);

}

/*****jika masih 0 orang*************/ if(j<=0)

{ j=0;

PORTD=0x00; lcd_clear(); lcd_gotoxy(0,0);

lcd_putsf("tidak ada orang"); delay_ms(500);

}

/*****jika orangya diantara 1 sampai 4*********/ if(j>0 & j<=4)


(5)

lcd_clear();

sprintf(jlh,"jumlah manusia=%d",j); lcd_gotoxy(0,0);

lcd_puts(jlh);

sprintf(lvl,"lvl kec=%d",l); lcd_gotoxy(0,1);

lcd_puts(lvl); delay_ms(500); } }


(6)