25
Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha di bidang pedagangan yang memiliki tempat usaha berbeda dengan domisili lebih dari satu Santi,
2012.
6. Kesadaran Wajib Pajak
Kesadaran adalah keadaan mengetahui atau mengerti, sedangkan perpajakan adalah perihal pajak. Sehingga kesadaran perpajakan adalah
keadaan mengetahui atau mengerti perihal pajak Jotopurnomo dan Mangoting, 2013. Menurut Muliari dan Setiawan 2011 Wajib Pajak
dikatakan memiliki kesadaran apabila sesuai dengan hal-hal berikut: a.
Mengetahui adanya undang-undang dan ketentuan perpajakan. b.
Mengetahui fungsi pajak untuk pembiayaan negara. c.
Memahami bahwa kewajiban perpajakan harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
d. Memahami fungsi pajak untuk pembiayaan negara.
e. Menghitung, membayar, melaporkan pajak dengan suka rela.
f. Menghitung, membayar, melaporkan pajak dengan benar.
Widayati dan Nurlis 2010 menjelaskan bahwa terdapat tiga macam kesadaran membayar pajak yang mendorong Wajib Pajak untuk membayar
pajak. Pertama, kesadaran bahwa pajak merupakan salah satu bentuk partisipasi dari rakyat dalam menunjang pembangunan negara. Jika Wajib
Pajak menyadari hal ini, maka Wajib Pajak bersedia membayar pajak karena merasa tidak dirugikan dari pemungutan pajak yang dilakukan. Kedua,
26
kesadaran bahwa penundaan pembayaran pajak dan pengurangan beban pajak sangat merugikan negara. Jika Wajib Pajak menyadari hal ini, maka
Wajib Pajak bersedia membayar pajak karena memahami bahwa penundaan membayar pajak dan pengurangan beban pajak berdampak pada kurangnya
sumber daya finansial yang diterima negara yang dapat mengakibatkan terhambatnya pembangunan negara. Ketiga, kesadaran bahwa pajak
ditetapkan dengan Undang-undang dan dapat dipaksakan. Jika Wajib Pajak menyadari hal ini, maka Wajib Pajak bersedia membayar pajak karena
pembayaran pajak memiliki landasan hukum yang kuat dan merupakan kewajiban mutlak setiap warga negara.
7. Lingkungan Wajib Pajak
Menurut Jotopurnomo dan Mangoting 2013 lingkungan adalah sesuatu yang ada di alam sekitar yang memiliki makna atau pengaruh
tertentu kepada individu. Lingkungan dapat mempengaruhi seseorang untuk compliance dan non compliance tidak dapat ditinjau dari satu variabel
penyebab saja. Santi 2012 menjelaskan terdapat tiga tipe lingkungan yang compliance yang pada akhirnya membuat Wajib Pajak patuh dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Lazy compliance, merupakan tipe lingkungan yang berkaitan erat dengan
tipe atau komponen perilaku Wajib Pajak sendiri dengan mengharuskan untuk belajar kerumitan seperti perubahan peraturan, formulir yang sulit
di mengerti, pencatatan yang mendetail serta permintaan palaporan
27
penghasilan yang bermacam-macam sehingga banyak orang yang gagal
untuk meluangkan waktu dan energi dalam melaporkan pajaknya.
b. Brokered compliance, merupakan tipe lingkungan dimana kepatuhan
Wajib Pajak timbul ketika seseorang mendapat anjuran dari professional.
c. Social compliance, merupakan kepatuhan seseorang terhadap hukum
yang secara langsung maupun tidak langsung merupakan hasil dari
tekanan dan pengharapan orang-orang disekitar dan komunitas.
Indikator lingkungan Wajib Pajak berada ditunjukkan dengan masyarakat atau lingkungan, perekonomian dan prosedur pelaporan.
Ketidakpatuhan Wajib Pajak dapat diminimalkan apabila kondisi lingkungan Wajib Pajak kondusif, seperti lingkungan kondusif Wajib Pajak
berada mudah untuk menerapkan yang berlaku, prosedur yang mudah dan sederhana dan biaya yang dikeluarkan untuk urusan kantor pajak sebanding
dengan apa yang didapatkan Nalendro, 2014.
8. Sikap Religiusitas Wajib Pajak
Kepatuhan membayar pajak merupakan salah satu tanggung jawab bagi pemerintah dan Wajib Pajak kepada Tuhan, dimana kedua pihak
memiliki hak dan kewajiban yang harus dipenuhi. Kewajiban pemerintah adalah melakukan pengaturan penerimaan dan pengeluaran sehingga berhak
melakukan pemungutan atas Wajib Pajak berdasarkan Undang-undang yang berlaku, sedangkan Wajib Pajak memiliki kewajiban membayar pajak
kemudian berhak untuk melakukan pengawasan atas penggunaan iuran yang