commit to user 11
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hukum sebagai instrument pengaturan tata kehidupan masyarakat, telah mengariskan ketentuan-ketentuan yang harus ditaati. Ketentuan materiil
tersebut baru dapat ditegakkan jika terdapat Hukum formil yang mengatur bekerja menurut pengetahuan hukum dalam mengerjakan hukum material.
Pendekatan historis dan filsafat selalu menginginkan hukum berkaitan dengan keadilan. Dalam kata lain, pengadilan sebagai pelaksana hukum adalah
suatu lembaga yang akan memberikan keadilan bagi mereka yang mencari keadilan, tidak peduli siapapun dan bagaimanapun latar belakangnya Satjipto
Rahardjo, 2003:117. Hukum pada umumnya dimaksudkan adalah keseluruhan kumpulan
peraturan-peraturan atau kaidah-kaidah dalam suatu kehidupan bersama, yang dapat dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. Hukum itu bukanlah
merupakan tujuan, tetapi sarana atau alat untuk mencapai tujuan yang sifatnya non-yuridis dan berkembang karena rangsangan dari luar hukum. Faktor-
faktor di luar hukum itulah yang membuat hukum dinamis. Penegakan hukum sebagai bentuk konkret penerapan hukum sangat
mempengaruhi secara nyata perasaan hukum, keputusan hukum, manfaat hukum, kebutuhan atau keadilan hukum secara individual atau sosial.
Penegakan hukum juga tidak mungkin lepas dari aturan hukum, pelaku huku, dan lingkungan tempat terjadinya proses penegakan hukum maka dalam hal
ini hukum berlaku sama bagi semua warga Negara. Hukum merupakan sistem berarti bahwa hukum itu merupakan
tatanan, merupakan suatu kesatuan yang utuh yang terdiri dari bagian-bagian yang saling berkaitan erat satu sama lain, setiap tindakan yang melanggar
hukum pidana akan dikenakan pidana sesuai dengan hukum yang berlaku, karena jelas di negara kita ini adalah negara hukum. Sehingga barang siapa
yang bertindak salah supaya dituntut dimuka pengadilan sesuai undang- undang yang berlaku.
1
commit to user 12
Hukum pidana yang berlaku di Indonesia sekarang ini ialah hukum pidana yang telah dikodifisir, yaitu sebagian besar dari aturan-aturannya telah
disusun dalam satu kitab Undang-undang
wetboek,
yang dinamakan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, menurut suatu sistem yang tertentu.
Perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan mana disertai ancaman sanksi yang berupa pidana tertentu, bagi
barangsiapa melanggar larangan tersebut. Dapat juga dikatakan bahwa perbuatan pidana adalah perbuatan yang oleh suatu aturan hukum dilarang dan
diancam pidana, asal saja dalam pada itu diingat bahwa larangan ditujukan kepada perbuatan, yaitu suatu keadaan atau kejadian yang ditimbulkan oleh
kelakuan seseorang yang menimbulkan kejadian itu. Antara larangan dan ancaman pidana ada hubungan yang erat.
Tindak pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum yang mana larangan tersebut disertai ancaman sanksi yang berupa
pidana tertentu bagi barang siapa melanggar larangan tersebut. Tindak pidana dapat dikatakan sebagai bentuk tingkah laku seseorang atau kelompok orang
yang melanggar ketentuan-ketentuan hukum dan atau norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Sebagai salah satu bentuk tingkah laku, perbuatan
ini senantiasa melekat dan akan selalu hadir dalam kehidupan masyarakat dan sulit untuk dilenyapkan, yaitu perilaku meminum minuman keras dan
penggunaan narkoba. Minuman keras memang bukanlah akibat langsung dari timbulnya kejahatan akan tetapi dapat menjadi penyebab seseorang melakukan
tindak pidana karena dalam minuman keras tersebut terkandung alkohol yang dapat menyebabkan keracunan dan kebiusan dari otak, yaitu mengakibatkan
ketidakseimbangan mental dengan disertai gangguan badaniah dengan ciri- cirinya antara lain merasa dirinya hebat, gembira kehilangan rem-rem moril,
kurang kritik terhadap diri sendiri, memandang sepele terhadap bahaya, dan konsentrasi yang berkurang.
Penegakan hukum
law enforcement
merupakan penerapan suatu undang-undang denan maksud untuk menjaga keseimbangan antara hukum
dan etika. Proses penegakan hukum juga merupakan penerapan diskresi yang
commit to user 13
berakibat pada jatuhnya putusan hakim yang didasarkan pada kebenaran dan keadilan. Dengan demikian maka penegakan hukum dapat dilakukan oleh
lembaga peradilan melalui suatu proses tertentu guna mencari keadilan yang diberikan kepada pencari keadilan atau ustitiabelen Achmad Ali, 1996:2.
Undang-undang Kekuasaan Kehakiman UU No. 4 Tahun 2004 sebagai salah satu sumber Hukum Acara Pidana di Indonesia telah
mengariskan bahwa pemeriksaan perkara dilaksanakan berdasarkan asas sederhana, capat dan biaya ringan. Dengan dikemasnya asas tersebut setiap
orang yang dirugikan oleh pihak lain segera dipulihkan melalui bantuan pengadilan. Disisi lain lembaga peradilan harus melakukan pemriksaan
perkara secara cepat termasuk secara sederhana dengan biaya ringan agar perkara yang menjadi beban seseorang cepat selesai dengan diterbitkannya
suatu putusan dari pengadilan dan segera dilaksanakan eksekusi atas putusan tersebut.
Perlu diketahui bahwa perkara pidana yang diselesaikan melalui pengadilan memang bermacam-macam jenisnya. Untuk persidangan perkara
pidana proses pemeriksaannya ada yang diacarakan sebagai pemeriksaan biasa, pemeriksaan singkat, pemeriksaan cepat dan acara pemeriksaan perkara
pelanggaran lalu lintas hal ini sesuai dengan KUHAP. Berkaitan dengan upaya penegakan hukum, undang-undang telah
mengariskan bahwa pemeriksaan perkara wajib dilaksanakan secara cepat, sederhana dan biaya ringan. Yang dimaksud dengan “sederhana” adalah acara
pemeriksaan perkaranya jelas, mudah dipahami dan tidak berbelit-belit. Makin sedikit dan sederhana formalitas yang diwajibkan dan diperlukan dalam
beracara di pengadilan, maka akan semakin baik. Terlalu banyak formalitas yang sukar dipahami akan kurang menjamin kepastian hukum, sehingga tdak
mustahil menimbulkan keengganan dan ketakutan masyarakat pencari keadilan
justitiabelen
untuk berperkara di depan pengadilan. Sudikno, 1988:2
Suatu peradilan dikatakan “cepat” jika dilaksanakan sesegera mungkin. Capat artinya proses peradilan dilaksanakan dengan memperhatikan efisiensi
commit to user 14
waktu, sehingga pencari keadilan tidak terkatung-katung nasibnya. Kecepatan dalam proses peradilan tidak hanya tertuju pada pemriksaaan di muka sidang,
tetapi juga dalam penyelesaian berita acara pemeriksaan BAP sidang, sampai pada penandatangganan putusan oleh hakim dan pelaksanaaan eksekusi
putusan tersebut Sudikno, 1988:25. Dalam Acara Pemeriksaan CepatRoll biasanya berhubungan dengan
tindak pidana ringan. 205 KUHAP, yang diperiksa menurut acara pemeriksaan tindak pidana ringan ialah perkara yang diancam dengan pidana
penjara atau kurungan paling lama tiga bulan atau denda sebanyak-banyaknya tujuh ribu lima ratus rupiah dan penghinaan ringan, kecuali yang dalam
paragraf 2 bagian ini. Perbedaan mendasar antara acara pemeriksaan singkat dan cepat adalah, untuk acara pemeriksaan singkat tetap menggunakan JPU
sedangkan acara pemeriksaan cepat langsung penyidik dengan hakim tunggal. Adapun acara pemeriksaan cepat diperuntukan bagi delik tindak pidana yang
diancam dengan pidana penjara atau kurungan paling lama tiga bulan biasanya merupakan tindak pidana ringan tipiring.
Pada penelitian
ini melakukan
studi putusan
Nomor :
08TPR2010PN.BI secara singkat putusan perkara tipiring sebagai berikut : “Tindak Pidana Ringan yang melibatkan Suratno yang melakukan
penjualan minuman keras tanpa ada Surat Ijin yang berwenang di Toko milik Terdakwa di Dukuh Manggung RT. 02III Desa Manggung Kec.
Ngemplak Boyolali dengan barang bukti berupa 38 tiga puluh delapan botol minuman keras jenis Anggur Merah dan 2 dua botol minuman
keras jenis Anggur Putih.. dari tindakan ini terdakwa Suratno terbukti berdasarkan putusan secara sah dan menyakinkan bersalah melakukan
tindak pidana : menjual minuman keras tanpa surat ijin dari instansi yang berwenang.”
Pada kasus di atas putusan diterbitkan dengan acara pemeriksaan cepat yang dilakukan oleh Pengadilan Negeri Boyolali. Acara Pemeriksaan Cepat
dilakukan karena pada kasus ini masuk ke dalam Tindak Pidana Ringan Tipiring sesuai dengan nomor register perkara yaitu TPR pada nomor
putusannya.
commit to user 15
Pentingnya masalah ini dikaji, diharapkan penelitian ini memberikan pembelajaran bahwa perkara-perkara ringan yang masuk ke dalam register
TPR dapat diselesaikan melalui proses acara pemeriksaan cepat yang tentunya perkara pidana dapat diselesaikan dengan cepat sehingga tidak perlu berlarut-
larut dengan proses yang panjang. Hal ini sesuai dengan Undang-undang Kekuasaan Kehakiman Pasal 2 2 UU No. 4 Tahun 2004.
Cepatnya proses
pemeriksaaan perkara
akan meninggikan
penghormatan masyarakat kepada institusi peradilan. Hukum berserta segenap aparatnya akan mempunyai wibawa. Masyarakat akan semakin percaya
kepada pengadilan. Sebaliknya, lambatnya proses pemeriksaaan perkara akan memerosotkan kewibawaan hukum dan pengadilan dimata masyarakat.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis ingin mengkaji lebih jauh tentang acara pemeriksaan tindak pidana ringan bentuk karya ilmiah berupa skripsi
dengan judul : “TINJAUAN YURIDIS PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN
CEPAT DALAM
PERSIDANGAN PERKARA
TINDAK PIDANA RINGAN DI PENGADILAN NEGERI BOYOLALI Studi Kasus Putusan Nomor: 08TPR2010PN BI”
B. Perumusan Masalah