Penerapan Acara Pemeriksaan Cepat Dalam Putusan Tindak Pidana

commit to user 55 Telah mendengar keterangan Terdakwa; Telah memperhatikan barang bukti dalam perkara ini; Menginggat Pasal : 20 Perda Nomor 22 Tahun 2001 serta undang- undang yang bersangkutan. MENGADILI 1. Menyatakan terdakwa Suratno terbukti secara sah dan menyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “menjual minuman keras tanpa surat Ijin dari Instansi yang berwenang.” 2. Menjatuhkan pidana kepada terdakwa oleh karena itu dengan pidana kurungan selama 3 tiga hari atau denda Rp. 100.000,- seratus ribu rupiah. 3. Memerintahkan pidana tersebut tidak perlu dijalani, kecuali kalau dikemudian hari dengan putusan Hakim yang berkekuatan hukum tetap diberikan perintah lain dengan alasan bahwa terpidana sebelum percobaan selama 2 dua bulan berakhir telah bersalah melakukan suatu tindak pidana. 4. Memerintahkan agar barang bukti berupa : - 38 tiga pulub delapan botol minuman keras jenis Anggur merah dan - 2 dua botol minuman keras jenis Anggur Putih dirampas oleh Negara untuk dimusnahkan; 5. Membebankan keadaan terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar Rp. 2.500,- dua ribu rupiah.

B. Pembahasan

1. Penerapan Acara Pemeriksaan Cepat Dalam Putusan Tindak Pidana

Ringan Nomor : 08TPR2010PN BI Pemeriksaan dengan acara cepat diatur dalam bagian keenam Bab XVI KUHAP. Istilah yang dipakai HIR ialah PERKARA ROL. Ketentuan tentang acara pemeriksaan biasa berlaku pula pada pemeriksaan cepat dengan kekecualian tertentu, hal ini berdasarkan Pasal 210 KUHAP commit to user 56 yang menyatakan bahwa ” ketentuan dalam Bagian kesatu, Bagian kedua, dan Bagian ketiga ini bab 16 tetap berlaku sepanjang peraturan itu tidak bertentangan dengan paragraf ini “. Pemeriksaan cepat dalam perkara pidana dengan putusan No. 08TPR2010PNBI, termasuk kategori acara pemeriksaan tindak pidana ringan, termasuk delik yang diancam dengan pidana penjara atau kurungan paling lama tiga bulan dan atau denda sebanyak – banyaknya tujuh ribu lima ratus dan penghinaan ringan a. Acara Pemeriksaan Tindak Pidana Ringan Undang – undang tidak menjelaskan mengenai tindak pidana yang termasuk dalam pemeriksaan secara ringan, melainkan hanya menentukan ”patokan” dari segi ancamannya. Jadi, untuk menentukan suatu tindak pidana diperiksa dengan acara ringan bertitik tolak dari ancaman tindak pidana yang didakwakan. Adapun ancaman pidana yang menjadi ukuran acara pemeriksaan tindak pidana ringan diatur dalam Pasal 205 ayat 1 yakni : 1 tindak pidana yang ancaman pidananya paling lama 3 bulan penjara atau kurungan, atau 2 denda sebanyak-banyaknya Rp. 7.500,00, dan 3 penghinaan ringan yang dirumuskan dalam Pasal 315 KUHP Ancaman hukuman penghinaan ringan yang dirumuskan dalam Pasal 315 KUHP adalah paling lama 4 bulan, Namun, Penghinaan ringan tetap termasuk ke dalam kelompok perkara yang diperiksa dengan acara pidana ringan, hal ini merupakan pengecualian dari ketentuan dalam Pasal 205 ayat 1. Hal ini dapat dilihat dalam Penjelasan Pasal 205 ayat 1 yang menyebutkan; Tindak Pidana ringan ikut digolongkan perkara yang diperiksa dengan acara pidana ringan karena sifatnya ringan sekalipun ancaman pidana paling empat bulan. Dalam pemeriksaan perkara dengan acara ringan, Pengadilan Negeri menentukan hari-hari tertentu yang khusus untuk melayani commit to user 57 pemeriksaan tindak pidana ringan. Mengenai hal ini diatur dalam Pasal 206 KUHAP yakni hari tertentu dalam tujuh hari, hari – hari tersebut diberitahukan pengadilan kepada penyidik supaya mengetahui dan dapat mempersiapkan pelimpahan berkas perkara tindak pidana ringan. Penetapan hari ini dimaksudkan agar pemeriksaan dan penyelesaian tidak mengalami hambatan. b. Tata Cara Pemeriksaan Tindak Pidana Ringan Pada pemeriksaan tindak pidana ringan Penyidik langsung menghadapkan terdakwa beserta barang bukti, saksi, ahli, dan atau juru bahasa ke pengadilan atas kuasa penuntut umum. Pelimpahan yang demikian merupakan penyimpangan dari ketentuan umum yang mengharuskan penyidik melimpahkan hasil pemeriksaan penyidikan kepada penuntut umum, dan untuk seterusnya penuntut umum yang berwenang melimpahkan ke pengadilan dalam kedudukannya sebagai aparat penuntut. Dengan adanya Pasal 205 ayat 2 KUHAP, prosedur ketentuan umum ini dikesampingkan dalam perkara pemeriksaan tindak pidana ringan. Dengan kata lain, Penyidik mengambil alih wewenang penuntut umum, atau wewenang penuntut sebagai aparat penuntut umum dilimpahkan undang-undang kepada penyidik. Pelimpahan ini adalah ” Demi Hukum “, yang ditegaskan dalam penjelasan Pasal 205 ayat 2 alinea 1; ” yang dimaksud dengan ‘atas kuasa‘ dari penuntut umum kepada penyidik adalah demi hukum “. Oleh karena itu pelimpahan ini berdasar ketentuan undang – undang, dengan demikian penyidik dalam hal ini bertindak atas ” kuasa undang-undang ” dan tidak memerlukan surat kuasa khusus lagi dari penuntut umum. Namun hal ini tidak mengurangi hak penuntut umum untuk menghadiri pemeriksaan sidang, berdasar penjelasan Pasal 205 ayat 2 alinea 2 ; ” dalam hal penuntut umum hadir, tidak mengurangi nilai atas kuasa tersebut “. commit to user 58 Dengan kata lain, tidak ada larangan oleh undang-undang penuntut umum menghadiri proses pemeriksaan, namun kehadirannya tidak mempunyai arti apa-apa, seperti pengunjung biasa tanpa wewenang apapun mencampuri jalannya pemeriksaan. Pasal 315 KUHP dalam pemeriksaan cepat diadili oleh Hakim Pengadilan Negeri dengan tanpa ada kewajiban dari Penuntut Umum untuk menghadirinya kecuali bilamana sebelumnya Penuntut Umum menyatakan keinginannya untuk hadir pada sidang itu. Jadi pada pokoknya yang dimaksud perkara-perkara semacam tersebut diatas ialah antara lain perkara-perkara pelanggaran Lalu Lintas, Pencurian Ringan Pasal 364 KUHP, Penggelapan Ringan Pasal 373 KUHP, Penadahan Ringan Pasal 482 KUHP, dan sebagainya. Pasal 205 ayat 2 menegaskan dalam waktu tiga hari, terhitung sejak berita acara pemeriksaan selesai dibuat oleh penyidik, maka terdakwa, barang bukti, saksi ahli, dan juru bahasa dihadapkan ke pengadilan. Berdasarkan Pasal 146 ayat 2 dan penjelasan Pasal 152 ayat 2; menegaskan bahwa panggilan terhadap terdakwa dan saksi harus diterima dalam jangka waktu sekurang-kurangnya 3 hari sebelum sidang dimulai. Dengan demikian tenggang waktu menghadapkan terdakwa dan saksi yang disebut dalam Pasal 205 ayat 2 adalah batas minimum. Penyidik tidak dibenarkan menghadapkan terdakwa dan saksi dalam pemeriksaan dengan acara tindak pidana ringan kurang dari 3 hari sebelum sidang dimulai. Menghadapkan terdakwa dan saksi dalam waktu 1 atau 2 hari sebelum sidang dimulai, adalah bertentangan dengan jiwa yang terkandung dalam ketiga pasal diatas { Pasal 205 ayat 2, jo Pasal 146 ayat 2, jo penjelasan Pasal 152 ayat 2. Dalam Pasal 207 ayat 1 huruf b, ditegaskan bahwa semua perkara tindak pidana ringan yang diterima pengadilan hari itu, segera disidangkan pada hari itu juga. Ketentuan ini bersifat imperatif, karena dalam ketentuan ini terdapat kalimat ”harus segera” disidangkan pada commit to user 59 hari itu. Akan tetapi, dalam pasal ini tidak menyebut sanksi dan tidak mengatur tata cara penyelesaian tindak pidana ringan yang tidak disidangkan atau yang kebetulan tidak dapat disidangkan pada hari itu juga. Dalam hal kemungkinan tindak pidana ringan tidak dapat disidangkan pada hari itu juga, terdapat dua alternatif yang dapat ditempuh, yakni : 1 Perkara lengkap dan memenuhi syarat formal, maka hakim harus melaksanakan ketentuan Pasal 207 ayat 1 huruf b, hakim harus menyidangkan pada hari itu juga, jika tidak maka kelalaian ini menjadi kesalahan dan tanggung jawab hakim. Dalam hal seperti ini hakim tidak dibenarkan mengembalikan berkas perkara kepada penyidik. Meskipun dengan alasan ketidakcukupan waktu. Hal yang dapat dilakukan oleh hakim adalah adalah ” mengundurkan ” atau ” menunda ” pemeriksaan secara resmi di sidang pengadilan, dan memerintahkan terdakwa dan saksi untuk menghadap pada hari sidang yang akan datang, walaupun cara ini sangat bertentangan dengan jiwa dan tujuan lembaga acara pemeriksaan tindak pidana ringan, yang harus diperiksa dan diputus dengan acara cepat. 2 Perkaranya tidak lengkap dan tidak memenuhi syarat formal, misalnya terdakwa dan saksi – saksi tidak lengkap atau panggilan tidak sah, maka; i tanggungjawab berkas selama belum diregister masih tetap berada ditangan penyidik, ii untuk selanjutnya diajukan pada hari sidang yang akan datang. 3 Jika terdakwa tidak hadir tanpa alasan yang sah, putusan dijatuhkan secara verstek; berdasarkan Pasal 214 ayat 27. Demikian penggarisan SEMA No. 91985 4 Jika saksi tidak hadir, tidak menghalangi pemeriksaan dan putusan dijatuhkan, keterangan saksi cukup dibacakan sejalan dengan jiwa Pasal 2088 KUHAP. commit to user 60 Mengenai cara pemberitahuan sidang kepada terdakwa diatur dalam Pasal 207 ayat 1 huruf a, yakni dilakukan : 1 Dengan pemberitahuan secara tertulis 2 Pemberitahuan tertulis itu memuat tentang: hari, tanggal, jam, dan tempat sidang pengadilan 3 Catatan pemberitahuan bersama berkas dikirim ke pengadilan. Hal ini berarti catatan pemberitahuan sidang dan berita acara pemeriksaan penyidik disatukan sebagai berkas yang dikirimkan ke pengadilan. Pemberitahuan dimaksudkan agar terdakwa dapat memenuhi kewajiban untuk datang ke sidang pengadilan pada hari, tanggal, jam, dan tempat yang ditentukan. Sedangkan mengenai cara pemanggilan saksi atau ahli yang tidak disebutkan dalam pasal ini, menurut Yahya Harahap berpedoman pada Pasal 145 ayat 1, jo Pasal 146 ayat 2 yang berarti pemanggilan saksi atau ahli berlaku aturan umum tentang tata cara pemanggilan menghadap ke sidang pengadilan sebagaimana yang diatur dalam bagian kesatu Bab XVI. Setelah pengadilan menerima perkara dengan acara pemeriksaan tindak pidana ringan, hakim yang bertugas memeriksa perkara memerintahkan panitera mencatat dalam buku register. Berdasarkan penjelasan Pasal 207 ayat 2 huruf a KUHAP; ” oleh karena penyelesaiannya yang cepat maka perkara yang diadili menurut acara pemeriksaan cepat sekaligus dimuat dalam buku register dengan masing – masing diberi nomor untuk dapat diselesaikan secara berurutan “, maka untuk perkara-perkara yang tidak dapat disidangkan pada hari itu juga karena alasan perkaranya belum memenuhi syarat formal atau perkaranya tidak lengkap, sebaiknya jangan di register agar dapat dikembalikan kepada penyidik untuk dilengkapi. Akan tetapi, jika menganut pandangan yang memperbolehkan pemeriksaan tindak pidana ringan dapat diputus dengan verstek pemeriksaan acara tindak pidana ringan dapat diputus di luar hadirnya terdakwa , maka commit to user 61 bisa langsung di register, karena hadir atau tidaknya terdakwa perkaranya dapat diputus. Register tindak pidana ringan berdasarkan pada Pasal 61 Undang-undang No.2 Tahun 1986, tentang Peradilan Umum, kemudian sesuai dengan Pasal 207 ayat 2 huruf b KUHAP, buku register perkara dalam acara pemeriksaan tindak pidana ringan memuat : nama lengkap, tempat lahir, umur tanggal lahir , jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama, pekerjaan terdakwa, tindak pidana yang didakwakan. Karenanya pengajuan dan pemeriksaan perkara dengan cara tindak pidana ringan tanpa surat dakwaan, dalam hal ini surat dakwaan dianggap tercakup dalam catatan buku register. Alasan pembuat undang – undang mencukupkan register sebagai pengganti surat dakwaan, dapat dibaca dalam penjelasan Pasal 207 ayat 2 huruf b yang berbunyi ; ”ketentuan ini memberikan kepastian di dalam mengadili menurut acara pemeriksaan cepat tersebut tidak diperlakukan surat dakwaan yang dibuat oleh penuntut umum seperti untuk pemeriksaan dengan acara biasa, melainkan tindak pidana yang didakwakan cukup ditulis dalam buku register tersebut pada huruf a “ Untuk pemeriksaan dengan acara biasa Pengadilan mengadili dengan hakim tunggal pada tingkat pertama dan terakhir, kecuali dalam hal dijatuhkan pidana perampasan kemerdekaan terdakwa dapat minta banding {Pasal 205 ayat 3 KUHAP}. Hal ini berarti jika tidak dijatuhkan pidana penjara atau kurungan, maka terpidana tidak dapat melakukan upaya hukum berikutnya yakni banding. Selain itu, saksi dalam acara pemeriksaan tindak pidana ringan tidak mengucapkan sumpah atau janji kecuali hakim menganggap perlu Pasal 208 KUHAP Pasal 209 ayat 2 KUHAP menyebutkan : ”Berita acara pemeriksaan sidang tidak dibuat kecuali jika dalam pemeriksaan tersebut ternyata ada hal yang tidak sesuai dengan berita acara pemeriksaan yang dibuat oleh penyidik.” Dengan demikian panitera tidak diwajibkan membuat berita acara sidang. Pemeriksaan di sidang commit to user 62 pengadilan dilakukan tanpa membuat berita acara sidang. Hal ini mungkin didasarkan pada tata cara pemeriksaan yang sifatnya adalah cepat atau expedited procedure, disamping perkaranya hanya tindak pidana ringan. Putusan dalam acara tindak pidana ringan tidak dibuat secara khusus dan tersendiri seperti putusan perkara dengan acara biasa. Putusan tersebut tidak dicatat dan disatukan dalam berita acara sidang seperti yang berlaku dalam perkara pemeriksaan dengan acara singkat. Putusannya cukup berupa bentuk ‘catatan‘, yang sekaligus berisi amar putusan berbentuk ”catatan dalam daftar catatan perkara“. Adapun tata cara membuat putusan, a.n : 1 Hakim mencatat putusan dalam daftar catatan putusan, ini berarti dalam berkas perkara yang dikirimkan penyidik, telah tersedia daftar catatan perkara. Dalam daftar catatan itulah isi putusan dimuat, berupa catatan bunyi amar yang dijatuhkan 2 Panitera memuat catatan putusan dalam buku register, oleh panitera catatan putusan hakim yang dicatat dalam daftar catatan perkara, dicatat dalam buku register 3 Pencatatan putusan dalam buku register ditandatangani oleh hakim dan panitera, Menurut penjelasan Pasal 209, pembuat undang-undang sengaja mengatur pembuatan berita acara dan bentuk putusan sedemikian rupa dalam pemeriksaan perkara dengan acara tindak pidana ringan, dimaksudkan untuk mempercepat penyelesaian perkara. Penjelasan ini pula memperingatkan agar jangan sampai mengurangi ‘ketelitian‘ hakim memeriksa dan memutus perkara yang diperiksa dengan acara tindak pidana ringan. Sedangkan mengenai sifat putusan dalam acara ini, disebutkan dalam Pasal 205 ayat 3, yang menegaskan antara lain: ” pengadilan mengadili dengan hakim tunggal pada tingkat pertama dan terakhir “, yang berarti : commit to user 63 1 Putusan pengadilan negeri bersifat putusan ” tingkat terakhir “ 2 Karena itu putusan tersebut tidak dapat diajukan permintaan banding. Oleh karena sifat putusan merupakan putusan tingkat pertama dan tingkat terakhir maka : 1 Upaya hukum banding dengan sendirinya tertutup 2 Upaya hukum yang dapat ditempuh terdakwamengajukan kasasi kepada Mahkamah Agung, sebagai instansi yang berwenang memeriksa perkara putusan pidana yang dijatuhkan pada tingkat terakhir oleh pengadilan lain selain Mahkamah Agung Namun sifat diatas tidak mencakup semua putusan, sesuai dengan ketentuan Pasal 205 ayat 3: dalam hal dijatuhkan ” pidana perampasan kemerdekaan“, terdakwa dapat meminta banding, dengan demikian UU membedakan dua putusan dalam acara pemeriksaan tindak pidana ringan dalam dua kelompok ; 1 Putusan yang bersifat tingkat pertama dan terakhir yang tidak dapat diajukan permintaan banding; putusan yang bukan perampasan kemerdekaan, misalnya hanya berupa denda, maka tidak diperkenankan mengajukan banding, upaya hukum yang dapat ditempuh adalah kasasi. 2 Putusan yang tidak bersifat tingkat pertama dan terakhir dan dapat diminta banding; putusan yang berupa perampasan kemerdekaan. c. Prosedur Pemeriksaaan Tindak Pidana Ringan Tipiring di pengadilan Negeri Boyolali Prosedur pemeriksaan tindak pidana ringan di pengadilan negeri sebagai berikut : 1 Penyidik atas kuasa Penuntut Umum, dalam waktu 3 tiga hari sejak Berita Acara Pemeriksaan selesai dibuat, menghadapkan Terdakwa beserta barang bukti, saksi, ahli, dan atau juru bahasa ke Sidang pengadilan Pasal 295 Ayat 2 KUHAP; commit to user 64 2 Jaksa Penuntut Umum dapat hadir di persidangan dengan sebelumnya menyatakan keingiannya untuk hadir pada sidang Pedoman Pelaksanaan Tugas Administrasi Pengadilan Buku II, Cetakan Ke-5, MA RI,2004; 3 Pengadilan mengadili dengan Hakim Tunggal, pada tingkat pertama dan terakhir, kecuali dalam hal dijatuhkan pidana perampasan kemerdekaan terdakwa dapat banding Pasal 296 Ayat 3 KUHAP; 4 Pengadilan menetapkan hari tertentu dalam tujuh hari untuk mengadili perkara dengan acara pemeriksaan Tipiring Pasal 206 KUHAP;-cat: Jadi ditetapkan oleh KPN, salah satu hari yang khusus ditunjuk sebagai hari dilaksanakannya pemeriksaan Tipiring. 5 Penyidik memberitahukan secara tertulis kepada Terdakwa tentang hari, tanggal, jam, dan tempat ia harus menghadap sidang pengadilan dan hal tersebut dicatat dengan baik oleh penyidik, selanjutnya catatan bersama berkas dikirim ke Pengadilan Pasal 207 Ayat 1 poin a KUHAP; 6 Perkara Tipiring yang diterima harus disidangkan pada hari sidang itu juga Pasal 207 Ayat 1 poin b KUHAP; 7 Hakim yang bersangkutan memerintahkan panitera mencatat dalam buku register semua perkara yang diterimanya, dengan memuat nama lengkap, tempat lahir, umurtanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, termpat tinggal, agama dan pekerjaan terdakwa serta apa yang didakwakan kepadanya Pasal 207 ayat 2 poin a dan b KUHAP; 8 Perkara Tipiring dicatat dalam Register Induk khusus untuk itu- Pasal 61 UU No.2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum, Register Perkara Cepat terdiri dari Tipiring dan Lantas. 9 Saksi tidak disumpahjanji, kecuali hakim menganggap perlu Pasal 208 KUHAP; Selanjutnya Tidak dibuatkan Surat Putusan secara tersendiri, melainkan dicatat dalam daftar catatan perkara kemudian panitera commit to user 65 mencatat dalam buku register serta ditandatangani oleh hakim dan panitera ybs. Pasal 209 Ayat 1 KUHAP; Putusan dijatuhkan pada hari yang sama dengan hari diperiksanya perkara itu juga, toleransi penundaan dapat dilakukan apabila ada permohonan dari Terdakwa; Putusan pemidanaan dapat dijatuhkan cukup dengan keyakinan hakim yang didukung satu alat bukti yang sah Penjelasan Pasal 184 KUHAP. Bagan pemeriksaan cepat yang dilakukan di Pengadilan Negeri Boyolali sesuai dengan keterangan Sri Indah Rahmawati, S.H dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 3. Urutan Acara Pemeriksaan Cepat Di Pengadilan Negeri Boyolali HAKIM Membuka Acara Pemeriksaan Cepat PENYIDIK Membaca Uraian Singkat Perkara TERDAKWA ditanya oleh hakim benar atau tidak perkara Barang Bukti Dicocokkan PUTUSAN Pemeriksaan Cepat Perkara Tindak Perkara Ringan commit to user 66 Keterangan : 1. Sidang dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum; 2. Terdakwa dipanggil masuk, lalu diperiksa identitasnya; 3. Beritahukan Jelaskan perbuatan pidana yang didakwakan kepada terdakwa dan pasal undang- undang yang dilanggarnya; dapat dilihat dari bunyak surat pengantar pelimpahan perkara Penyidik 4. Perlu ditanya apakah terdakwa ada Keberatan terhadap dakwaan maksudnya menyangkal atau tidak terhadap dakwaan tsb, jika ada, putuskan keberatan tersebut apakah diterima atau ditolak , dengan pertimbangan misalnya:”… oleh karena keberatan terdakwa tersebut sudah menyangkut pembuktian, maka keberatannya ditolak dan sidang dilanjutkan dengan pembuktian…” 5. Terdakwa disuruh pindah duduk, dan dilanjutkan dengan memeriksa saksi- saksi; Jika Hakim memandang perlu misal, karena terdakwa mungkir, maka sebaiknya saksi disumpah; Penyumpahan dapat dilakukan sebelum atau pun sesudah saksi memberikan keterangan. 6. Hakim memperlihatkan barang bukti jika ada kepada saksi dan terdakwa dan kemudian dilanjutkan dengan Pemeriksaan terdakwa; 7. Sesudah selesai, hakim memberitahukan ancaman pidana atas tindak pidana yang didakwakan kepada terdakwa; hal ini dilakukan karena tidak ada acara Requisitoir Penuntut Umum 8. Hakim harus memberi kesempatan bagi terdakwa untuk mengajukan pembelaan atau permintaan sebelum menjatuhkan putusan; 9. Hakim menjatuhkan putusannya. Jika terbukti bersalah, rumusannya tetap berbunyi: “…terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana…”. Jika dihukum denda, maka biasanya juga dicantumkan subsidernya atau hukuman pengganti apabila denda tidak dibayar bentuknya pidana kurungan. wawancara tanggal 24 Maret 2011 Dari hasil wawancara hakim Sri Indah Rahmawati, S.H dapat diungkapkan proses pemeriksaan acara cepat yang dilakukan di Pengadilan Negeri Boyolali dengan Putusan No. 08TPR2010PN.Bi. sebagai berikut : ”……..dalam pemeriksaan cepat semua terdakwa, saksi, penyidik, barang bukti ada, maka dapat dilangsungkan dengan pemeriksaan cepat, pada pokoknya hanya kesesuaian alat bukti, keterangan saksi, keterangan terdakwa. Pembuktiannya tidak susah dan tidak berbelit-belit seperti acara pemeriksaan biasa. Hal ini sesuai dengan dengan pasal 351-352 KUHAP.” wawancara tanggal 24 Maret 2011 Selanjutnya diungkapkan juga : “…….selanjutnya jika semua sudah ada saksi, bukti, terdakwa,penyidik tinggal mencocokkan dengan alat bukti yang ada kemudian terdakwa ditanya benar atau tidak kemudian tinggal diputuskan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang ada.” wawancara tanggal 24 Maret 2011 commit to user 67

2. Hambatan Yang Dialami Dalam Penerapan Acara Pemeriksaan

Dokumen yang terkait

Proses Penyelesaian Perkara Pidana Di Lingkungan TNI (Studi Pada Pengadilan Militer Medan)

2 80 77

ANALISIS PENERAPAN KETENTUAN PIDANA MINIMAL OLEH HAKIM PENGADILAN NEGERI SURAKARTA DALAM PERSIDANGAN PERKARA KORUPSI

0 4 84

PENULISAN HUKUM / SKRIPSI TINJAUAN YURIDIS VISUM ET REPERTUM SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PERSIDANGAN PERKARA TINDAK PIDANA PERKOSAAN (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Wonogiri ).

0 2 13

PENDAHULUAN TINJAUAN YURIDIS VISUM ET REPERTUM SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PERSIDANGAN PERKARA TINDAK PIDANA PERKOSAAN (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Wonogiri ).

0 3 13

PENUTUP TINJAUAN YURIDIS VISUM ET REPERTUM SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PERSIDANGAN PERKARA TINDAK PIDANA PERKOSAAN (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Wonogiri ).

0 3 4

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PUTUSAN BEBAS (VRIJSPRAAK) DALAM PERKARA TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN Tinjauan Yuridis Terhadap Putusan Bebas (Vrijspraak) dalam Perkara Tindak Pidana Pembunuhan.

0 3 19

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DISPARITAS PIDANA DALAM PERKARA TINDAK PIDANA PENCURIAN Tinjauan Yuridis Terhadap Disparitas Pidana Dalam Perkara Tindak Pidana Pencurian.

0 1 17

PELAKSANAAN ASAS SEDERHANA, CEPAT DAN BIAYA RINGAN DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PERDATA DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA.

0 2 13

TINJAUAN YURIDIS PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP ANAK PELAKU TINDAK PIDANA DI PENGADILAN NEGERI MAKASSAR

0 0 135

KEKUATAN KETERANGAN SAKSI DALAM PERKARA PIDANA DI PERSIDANGAN PENGADILAN NEGERI SEMARANG (STUDI KASUS TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN PEMBERATAN DI PENGADILAN NEGERI SEMARANG) - Unika Repository

0 0 9