Analisis Perencanaan Dan Pengendalian Produksi Pada Pembuatan Produk Ballast Ekspor A-1 (Studi kasus Di PT. Nikkatsu Electric Work)

(1)

(CASE STUDY AT PT. NIKKATSU ELECTRIC WORK)

THESIS

Assignment that arranged as one condition to get bachelor degree at industrial engineering major

Arranged By:

OKTRAPIALDI EKA SAKTI NIM 1.03.07.012

INDUSTRIAL ENGINEERING MAJOR

ENGINEERING AND COMPUTER SCIENCE FACULTY INDONESIA COMPUTER UNIVERSITY

BANDUNG 2011


(2)

(STUDI KASUS DI PT. NIKKATSU ELECTRIC WORK)

TUGAS AKHIR

Karya tulis yang disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Teknik Program Studi Teknik Industri

Disusun Oleh:

OKTRAPIALDI EKA SAKTI NIM 1.03.07.012

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(3)

The Making Of Ballast Export A-1 Product

(Case Study at Pt. Nikkatsu Electric Work Bandung)

Oktrapialdi Eka Sakti

1.03.07.012

Manufacturing control inculpate all of activities start from entering raw material become finished goods. Activities in production planning covered: process planning, master production schedule, requirement material planning, capacity planning, controlling production activity (shoop floor)

PT. Nikkatsu Electric Work operating on industrial manufactur sector and play a part in development of national economic in real sector which produce import although export product, that in great quantity ask worker implement partnership program with low industry. PT Nikkatsu Electric Work doing factory expansion and varian product development such as:

Ballast 10 – 40w, Transformer 1VA-35KVA, Energy provident lamp

5W-65W and etc.

In this thesis research, the object that be examined is Ballast A-1, that this Ballast A-1 have 40 watt power, 127 volt voltage, and 40 Hz frequency. This Ballast A-1 be exported to Egypt.

Production and Planning Control of Ballast A-1 covered: Forecasting for next 1 year regarding the plot of demand 12 periods ago, counting of production aggregate planning, determine Master Production Schedulle (MPS), counting of lotting and Material Requirement Planning (MRP)

From the result of research, we can see production planning that have minimation cost criteria, production capacity to do Master Production Schedulle, quantity of material requirement also the time of order or production to meet a demand of finished goods regarding Master Production Schedulle, determine the rate of minimal requirement for each material that be needed, also determine of doing oder planning that means, MRP can give indication when to order or cancel the order should do.

Key words: Forecasting, Aggregate Production Planning, Master


(4)

ii

ABSTRAK

Analisis Perencanaan dan Pengendalian Produksi Pada

Pembuatan Produk Ballast Ekspor A-1

(Studi Kasus di PT NIKKATSU ELECTRIC WORK)

Oktrapialdi Eka Sakti

1.03.07.012

Pengendalian manufacturing melibatkan seluruh aktifitas mulai dari pemasukan

bahan mentah sampai menjadi produk jadi. Aktivitas - aktivitas dalam perencanaan produksi meliputi perencanaan proses, jadwal induk produksi, perencanaan kebutuhan material, perencanaan kapasitas, dan pengendalian aktivitas produksi (shop floor).

PT. Nikkatsu Electric Work bergerak dibidang industri manufaktur dan berperan serta dalam pembangunan ekonomi nasional di sector riil dengan mengasilkan

produk impor maupun ekspor yang banyak menyerap tenaga kerja serta melaksanakan

program kemitraan dengan para industri kecil. PT. Nikkatsu Electric Works, melakukan perluasan pabrik dan pengembangan jenis produk seperti: Ballast 10w

– 40 w, Transformer 1VA – 35 KVA, Lampu hemat energi 5W – 65W, Core, dan

lain – lain.

Pada penelitian akhir ini objek yang diteliti adalah Ballast Ekspor A-1, dimana Ballast Ekspor A-1 ini memiliki daya 40 watt, tegangan 127 volt, dan frekuensinya 40 Hz. Ballast A-1 ini diekspor ke daerah Timur Tengah terutama Arab Saudi.

Perencanaan dan pengendalian produksi Ballast A-1 diantaranya: forecasting 12

periode mendatang berdasarkan plot data demand 12 periode sebelumnya,

menghitung rencana produksi agregat, menentukan Master Production Schedulle

(MPS), Menghitung lotting, dan MRP (Material Requirement Planning).

Dari hasil penelitian dapat dilihat perencanaan produksi dengan kriteria minimasi ongkos, kebutuhan kapasitas produksi untuk melaksanakan MPS, jumlah kebutuhan material serta waktu pemesanan atau pembuatannya dalam rangka memenuhi permintaan produk akhir yang sudah direncanakan dalam MPS, menentukan besarnya kebutuhan minimal dari setiap material yang diperlukan, serta menentukan pelaksanaan rencana pemesanan yang berarti MRP mampu untuk memberikan indikasi kapan pemesanan atau pembatalan atas pemesanan harus dilakukan

Kata Kunci: Forecasting, Rencana Produksi Agregat, Master Production


(5)

iii

Puji dan syukur penyusun panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir.

Laporan tugas akhir yang berjudul “Analisis Perencanaan dan Pengendalian Produksi

Pada Pembuatan Produk Ballast Ekspor di PT NIKKATSU ELECTRIC WORKS” ini

diajukan sebagai salah satu syarat kelulusan untuk mata kuliah tuugas akhir.

Penulis menyadari bahwa laporan yang disusun ini masih jauh untuk dikatakan sempurna, oleh sebab itu penulis mengharapkan masukan, saran dan kritikan yang bersifat membangun sehingga dalam penyusunan laporan dimasa yang akan dating diharapkan akan menjadi lebih baik.

Alhamdullilah selama proses pembuatan laporan tugas akhir ini, penulis banyak mendapatkan dukungan, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Tanpa itu semua, penulis yakin laporan ini tidak akan terlaksana. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Papa mama yang rela berkorban fisik dan materi, membanting tulang demi

anaknya menjadi sarjana, sungguh sampai kapanpun takkan terbalas semua jasa beliau, serta sanak famili dan segenap keluarga tercinta yang selalu memberikan dukungan dan doa.

2. Suci Febriani, Antika Reenaltas, Julia Indraz, Mutiara Ermy, Ane Dinda Kirani,

Semua orang yang aku sayang dan sayang sama aku, trima kasih atas

pengalaman hidup yang tak terlupakan, Spesial thank’s buat Syerli Yulanda, I

Love You So Much, Thank’s for your smile, Thank’s for your care, Thank’s for

the spirit,I’m Nothing Without You.

3. Pihak perusahaan PT NIKKATSU ELECTRIC WORKS yang telah memberikan


(6)

4. Bu Julian Robecca, M.T selaku koordinator dan pembimbing tugas akhir, yang dengan sabar membimbing saya dalam menyusun laporan tugas akhir.

5. Pak I Mada Aryantha A, M.T dan Pak Agus Riyanto selaku dosen penguji

diwaktu seminar dan siding, terima kasih atas semua kritik dan saran dalam penyusunan laporan.

6. Kapado kawan – kawan muda mudi gonjong limo Bandung.

7. Seluruh staff dan dosen jurusan teknik industri di Universitas Komputer

Indonesia.

8. Teman-teman terdekat yang telah banyak memberikan doa dan dukungan moril

dan materil tentunya kepada kami selama ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan para pembaca pada umumnya.

Wassalam, Bandung, Agustus 2011


(7)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pengendalian manufacturing melibatkan seluruh aktifitas mulai dari pemasukan

bahan mentah sampai menjadi produk jadi. Termasuk diantaranya accounting,

order entry, pelayanan pelanggan, logistik, budgeting, dan perencanaan strategi

dalam manufacturing. Keterpaduan semua hal ini sering disebut dengan MRP

(Manufacturing Resource Planning).

Aktivitas - aktivitas dalam perencanaan produksi meliputi perencanaan proses, jadwal induk produksi, perencanaan kebutuhan material, perencanaan kapasitas,

dan pengendalian aktivitas produksi (shop floor). Dalam penjabaran lebih lanjut,

maka perencanaan manufacturing diuraikan menjadi proses apa saja yang harus

dikerjakan, siapa pelaksananya, kapan, dimana dan perkiraan ongkos yang ditimbulkan.

PT. Nikkatsu Electric Work bergerak dibidang industri manufaktur dan berperan serta dalam pembangunan ekonomi nasional di sector riil dengan mengasilkan produk impor maupun ekspor yang banyak menyerap tenaga kerja serta melaksanakan program kemitraan dengan para industri kecil.

PT. Nikkatsu Electric Works sejalan dengan majunya pembangunan pelistrikkan di negara kita yang semakin pesat, perusahaan berupaya mengembangkan sayapnya, diantaranya dengan melakukan perluasan pabrik dan pengambangan

jenis produk seperti: Ballast 10w – 40 w, Transformer 1VA – 35 KVA, Lampu

hemat energi 5W – 65W, Core, dan lain – lain. Diharapkan nantinya dapat

memenuhi kebutuhan peralatan listrik bagi pemakai di dalam negeri maupun luar negeri.


(8)

Namun di PT. Nikkatsu Electric Works sering mengalami masalah dalam hal perencanaan dan pengendalian produksi. Waktu baku yang dijadikan patokan

menggunakan waktu baku standar rata – rata yang lama, berbeda dengan real

dilapangan (di lantai produksi), sehingga kapasitas produksi seringkali tidak sesuai dengan perkiraan. Hal ini juga mungkin yang menyebabkan adanya keterlambatan pemesanan bahan baku, keterlambatan datangnya pesanan, jumlah pesanan yang terkadang kurang atau lebih dari yang seharusnya, sehingga mengakibatkan penambahan ongkos untuk mencukupinya, dan, hal itu juga mengakibatkan ongkos yang tidak sesuai dengan perencanaan. Perlu adanya evaluasi secara berkala dan perencanaan yang matang dalam produksi agar sesuai kebutuhan dengan minimasi ongkos.

Berdasarkan pandangan-pandangan di atas, penulis mengambil judul penelitian

Tugas Akhir Analisis Perencanaan Dan Pengendalian Produksi Pada

Pembuatan Ballast Export”. Diharapkan hasil laporan ini bisa memberikan usulan terhadap perusahaan.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah yang timbul dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Bagaimana konsep kebutuhan produksi, proses produksi dan permintaan pasar

produk.

2. Apakah perencanaan produksi sesuai permintaan pasar dengan kriteria

minimasi biaya produksi.

3. Bagaimana kebutuhan kapasitas yang digunakan untuk melaksanakan jadwal

induk produksi/ MPS (Master Production Schedulle).

4. Berapa jumlah pesanan dengan minimasi ongkos simpan.

5. Apakah sistem mampu menghasilkan informasi untuk melakukan aksi yang

tepat (pembuatan pesanan, penjadwalan pemesanan, dan lain – lain), yang


(9)

1.3. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, maka masalah yang akan dibatasi pada penelitian ini adalah:

 Membahas PPC (Produciont Planning Control) pada perusahaan, seperti

proses kedatangan pesanan konsumen, perencanaan proses produksi, perencanaan dan pengendalian kegiatan produksi.

 Penelitian hanya membahas PPC untuk 1 jenis produk yaitu produk Ballast

Ekspor A-1

1.4. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi konsep kebutuhan produksi, proses produksi dan permintaan

pasar produk.

2. Mengetahui perencanaan produksi sesuai permintaan pasar dengan kriteria

minimasi biaya produksi.

3. Menghitung kebutuhan kapasitas yang digunakan untuk melaksanakan jadwal

induk produksi/ MPS (Master Production Schedulle).

4. Menghitung jumlah pesanan dengan minimasi ongkos simpan.

1.5. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian yang dilakukan menurut data primer/langsung, metode yang digunakan adalah melakukan observasi langsung untuk mengetahui

bagaimana PPC (Production Planning Control) pada perusahaan, melakukan

pengumpulan data baik dari data-data yang didapat dari pembimbing langsung di perusahaan maupun teori atau literature yang didapat dari buku dan internet.


(10)

1.6. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan laporan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:

Bab 1. Pendahuluan

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai: masalah-masalah yang akan dibahas, masalah-masalah yang timbul berdasarkan latar belakang permasalahan, batasan permasalahan yang akan dibahas secara lebih spesifik, maksud dan tujuan dilaksanakannya penelitian, dan langkah-langkah dalam penulisan laporan Tugas Akhir.

Bab 2. Landasan Teori

Pada bagian ini akan dibahas secara lebih jelas mengenai teori-teori yang berhubungan dengan persoalan yang akan dibahas berdasarkan penelitian yang

sudah dilakukan, meliputi: Rencana Produksi Agregat, Disagregasi, Rought Cut

Capacity Planning (RCCP), Lotting, Material Requirement Planning (MRP).

Bab 3. Metodologi Pemecahan Masalah

Dalam kerangka pemecahan masalah akan dijelaskan mengenai : secara singkat tahap-tahap dalam melakukan penelitian, langkah yang diambil dalam pemecahan

masalah dalam bentuk diagram alir atau Flowchart, langkah-langkah pemecahan

masalah secara sistematis dan berdasarkan Flowchart Pemecahan Masalah yang

sudah dibuat sebelumnya.

Bab 4. Pengumpulan Dan Pengolahan Data

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai : data-data yang diperoleh dan dikumpulkan pada saat penelitian dilakukan, dan membahas langkah-langkah dalam pengolahan data berdasarkan data-data yang sudah diperoleh.

Bab 5. Analisa

Pada bab ini akan dianalisa segala kemungkinan yang menjadi penyebab timbulnya sebuah masalah berdasarkan hasil pengolahan data hingga didapatkan sebuah solusi pemecahan masalah.


(11)

Bab 6. Kesimpulan dan Saran

Bab ini akan membahas mengenai :kesimpulan secara singkat dari masalah yang dibahas, dan saran-saran untuk perbaikan pelaksanaan Tugas Akhir, baik untuk pihak perusahaan, pihak universitas maupun bagi mahasiswa lainnya yang akan melakukan penelitian tugas akhir.


(12)

6

2.1. Perencanaan Produksi

Perencanaan produksi adalah pernyataan rencana produksi ke dalam betuk agregat. Perencanaan produksi ini merupakan alat komunikasi antara manajemen

teras (top management) dan manufaktur. Di samping itu juga, perencanaan

produksi merupakan pegangan untuk merancang jadwal induk produksi. Beberapa fungsi lain dari perecanaan produksi adalah:

1. Menjamin rencana penjualan dan rencana produksi konsisten terhadap rencana

strategis perusahan.

2. Sebagai alat ukur performansi proses perencanaan produksi.

3. Menjamin kemampuan produksi konsisten terhadap rencana produksi.

4. Memonitor hasil produksi aktual terhadap rencana produksi dan membuat

penyesuaian.

5. Mengatur persediaan produk jadi untuk mencapai target produksi dan rencana

strategis.

6. Mengarahkan penyusunan dan pelaksanaan Jadwal Induk Produksi.

Adapun tujuan dari perecanaan produksi adalah:

1. Sebagai langkah awal untuk menentukan aktivitas produksi yaitu sebagai

referensi perencanaan lebih rinci dari rencana produksi agregat menjadi item dalam jadwal induk produksi.

2. Sebagai masukan rencana sumber daya sehingga perencanaan sumber daya

dapat dikembangkan untuk mendukung perencanaan produksi.

3. Meredam (stabilisasi) produksi dan tenaga kerja terhadap fluktuasi permintaan.

Perencanaan produksi dinyatakan dalam kelompok produk atau famili (agregat). Satuan unit yag dipakai bervariasi dari satu pabrik ke pabrik lain. Hal ini bergantung dari jenis produk seperti: ton, liter, kubik, jam mesin atau jam orang. Jika satuan menit sudah ditetapkan maka faktor konversi harus ditetapkan sebagai


(13)

alat komuikasi dengan departemen lainnya seperti departemen pemasaran dan akutansi.

Pengendalian manufacturing melibatkan seluruh aktifitas mulai dari pemasukan

bahan mentah sampai menjadi produk jadi. Termasuk diantaranya accounting,

order entry, pelayanan pelanggan, logistik, budgeting, dan perencanaan strategi

dalam manufacturing. Keterpaduan semua hal ini sering disebut dengan MRP II

(Manufacturing Resource Planning), yang keterkaitannya dapat dilihat pada bagan dibawah ini:

Bussines Planning

Marketing Planning

Production Planning

Master Product Schedule

Material Requirement Planning

Resource Planning

Rought-Cut Capacity Planning

Capacity Requirement Planning Final Assembly

Scheduling Demand Management Forecasting Distribution Requirements Planning

Order Entry

Production Activity Control Order release Operation scheduling

Dispatching Expendin Production reporting

Purchasing Vendor selection Order placement Vendor scheduling

Order follow up

Performance Measurement

Top Management Planning

Operations Management Planning

Operations Management Execuiton

Gambar 2.1. Keterkaitan MRP II

Aktivitas-aktivitas dalam perencanaan produksi meliputi perencanaan proses, jadwal induk produksi, perencanaan kebutuhan material, perencanaan kapasitas,

dan pengendalian aktivitas produksi (shop floor). Dalam penjabaran lebih lanjut,

maka perencanaan manufacturing diuraikan menjadi proses apa saja yang harus

dikerjakan, siapa pelaksananya, kapan, dimana dan perkiraan ongkos yang ditimbulkan.

2.1.1. Faktor Penentu Keberhasilan Sistem Produksi

 Kedekatan hubungan antara pekerja dan sistemnya.


(14)

Kunci keberhasilan perusahaan industri terletak pada kemampuan perusahaan

untuk memenuhi kepuasan konsumen (customer satisfaction). Apabila kepuasan

konsumen dapat dijabarkan lebih lanjut, maka faktor kunci keberhasilan perusahaan industri pada dasarnya mencakup:

 Kualitas (Quality).

 Biaya atau Ongkos (Cost).

 Waktu Penyerahan (Delivery Time).

Faktor keberhasilan ini lebih dikenal dengan istilah QCD. Dalam sistem produksi terdapat ruang lingkup yang terdiri dari: 1. Production and Inventory Management (PIM)

Merupakan suatu aktivitas yang meliputi design, operation dan control suatu

system manufaktur sampai dengan distribusi produk jadi. Dalam arti lain PIM

adalah serangkaian rantai logistic yang meliputi:

 Tingkat retail.

 Tingkat warehouse.

 Tingkat manufacturing.

2. Strategi Product Positioning

Terdapat empat tipe industri jika dilihat dari Product Positioning yaitu:

A. Make to Stock

Merupakan tipe industri yang membuat produk akhir untuk disimpan. Kebutuhan

konsumen diambil dari persediaan digudang. Ciri–ciri dari tipe Make to Stock

yaitu:

Standard item, high volume.

 Terus menerus dibuat, lalu disimpan.

 Harga wajar.

B. Make to Order

Merupakan tipe industri yang membuat produk hanya untuk memenuhi pesanan. Ciri–ciri dari Make to Order yaitu:

Inputnya bahan baku.

 Biasanya untuk item dengan banyak jenis.


(15)

Lead Time ditetapkan oleh konsumen atau pesaing.

 Perlu keahlian khusus.

 Komponen biasa dibeli untuk persediaan.

C.Assemble to Order

Merupakan tipe industri yang membuat produk dengan cara assembling hanya

untuk memenuhi pesanan. Ciri–ciri dari Assembly to Order yaitu:

Inputnya komponen.

 Untuk suplly item dengan banyak jenis.

 Harga cukup mahal.

Lead Time ditetapkan oleh konsumen.

D.Enginnering to Order

Merupakan tipe industri yang membuat produk untuk memenuhi pesanan khusus

dimulai dari perancangan produksi sampai pengiriman produk. Ciri–cirinya yaitu:

 Produk sangat spesifik.

Lead Time panjang.

 Harganya mahal.

3. Strategi Process Positioning

Merupakan strategi yang dipilih suatu industri untuk menentukan jenis proses yang akan digunakan untuk menghasilkan produk. Tipe industri ditinjau dari strategi Process Design yaitu:

Flow Shop:

- Continuous Flow.

- Dedicated Repetitive.

- Batch Flow.

- Mixed Model Repetitive Flow.

Job Shop.


(16)

Manufacturing Layout

V

e

n

d

o

r

Procurement Purchasing

Material Control

Receiving IQC Material Planning

Production Planning Desiner

Enginnering

Production QC/QA Shipping

Gambar 2.2. Manufacturing Layout

2.2. Analisa Kebutuhan (Forecasting)

Forecasting atau peramalan diambil dari buku “Forecasting Method and Application” karangan Makridalis Wheel Wright dapat diartikan sebagai upaya untuk memperkirakan apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Analisa kebutuhan adalah suatu usaha untuk melihat atau memperkirakan prospek ekonomi atau kegiatan usaha sejauh mana pengaruh lingkungan terhadap kelangsungan kegiatan usaha tersebut.

Salah satu tugas pengendalian produksi adalah meramalkan permintaan konsumen akan produk yang dihasilkan perusahaan. Peramalan adalah perkiraan tingkat permintaan satu atau lebih produk selama beberapa periode mendatang. Peramalan pada dasarnya merupakan suatu taksiran. Namun demikian dengan menggunakan teknik-teknik tertentu maka peramalan akan menjadi bukan hanya sekedar taksiran.

Dapat dikatakan bahwa peramalan tersebut merupakan taksiran ilmiah. Tentu saja peramalan akan semakin baik jika mengandung sesedikit mungkin kesalahan, walaupun kesalahan peramalan tetap merupakan suatu hal yang sangat manusiawi. Agar berarti maka hasil peramalan seharusnya dinyatakan dalam satuan produk (unit) dan mencakup periode perencanaan tertentu. Peramalan dalam jangka yang terlalu pendek tidak mungkin untuk digunakan untuk mengambil tindakan yang


(17)

efektif.Secara umum peramalan dapat digolongkan kedalam dua bagian yaitu metode kualitatif dan kuantitatif.

Metode peramalan sangat bervariasi, dari yang amat kasar sampai metode yang amat canggih. Banyak teknik yang membutuhkan tenaga yang sudah ahli untuk menggunakannya. Keunggulan dan kelemahan masing-masing teknik tersebut harus dikenali terlebih dahulu agar dapat dimanfaatkan secara maksimal. Suatu perusahaan biasanya menggunakan prosedur 3 tahap untuk sampai pada peramalan penjualan. Mereka melakukan peramalan lingkungan yang diikuti dengan peramalan industri dan diakhiri dengan peramalan penjualan perusahaan.

Analisa kebutuhan untuk masa yang akan datang biasa disebut sebagai peramalan adalah upaya untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Objek yang diramalkan dapat meliputi apa saja. Kegunaan peramalan ini untuk melihat pola tingkah laku dari kejadian ekonomi atau kegiatan usaha, saingan (lingkungan). Suatu kebijakan usaha memang tidak akan terlepas dari usaha untuk meningkatkan performansi dan keberhasilan perusahaan, agar tujuan-tujuan tersebut dapat tercapai maka segala sesuatu yang akan terjadi dimasa yang akan datang harus diantisipasi sedini mungkin agar segala

sesuatunya berjalan dengan lancar. Usaha–usaha untuk mengantisipasi apa yang

akan terjadi dimasa yang akan datang tidak akan terlepas dari kegiatan peramalan atau forecasting.

Peramalan diperlukan disamping untuk memperkirakan apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang juga para pengambil keputusan perlu untuk membuat

planning, disamping itu didalam suatu manufacturing ada yang dinamakan

dengan Lead time atau pembagian waktu dalam membuat suatu rencana produksi.

Oleh sebab itu pembahasan peramalan dalam suatu manufacturing banyak


(18)

Dalam suatu manufakturing peramalan merupakan langkah awal dalam

penyusunan Production Inventory Management, Manufacturing and Planning

Control dan Manufacturing Resource Planning, dimana objek yang diramalkan

adalah kebutuhan. Pada industri yang menganut sistem Make To Stock peramalan

merupakan input utama, sedangkan pada industri yang menganut Make To Order

peramalan hanya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan kebutuhan mesin. Selain itu ada beberapa informasi yang penting yang bisa didapat dari peramalan yaitu informasi penjadwalan produksi, transportasi, personal, maupun inforamsi tentang rencana perluasan usaha baik jumlah atau sumber daya. Ditinjau dari segi proyeksi, peramalan secara teknis di kualifikasikan dalam dua cara yaitu peramalan kualitatif dan kuantitatif.

2.2.1. Karakteristik Peramalan yang Baik

Karakteristik peramalan yang baik harus memenuhi beberapa kriteria yaitu yang terdiri dari hal-hal sebagai berikut:

 Ketelitian

Ramalan harus mempunyai tingkat ketelitian yang cukup, karena apabila terlalu

besar akan menyebabkan inventory yang berlebihan dan biaya operasi tambahan

sedangkan apabila terlelu kecil akan menyebabkan kekurangan inventory, back

order, perusahaan kehilangan pelanggan dan profit.

 Biaya

Biaya untuk mengembangkan model peramalan dan melakukan peramalan akan menjadi signifikan jika jumlah produk dan data lainya semakin besar. Mengusahakan melakukan peramalan jangan sampai menimbulkan ongkos yang terlalu besar ataupun terlalu kecil.

Response

Ramalan harus stabil dan tidak terpengaruh oleh fluktuasi demand.

Simple

Keuntungan utama menggunakan peramalan yang sederhana yaitu kemudahan untuk melakukan peramalan. Jika kesulitan terjadi pada metode sederhana,

diagnosa lebih mudah dilakukan secara umum lebih baik menggunakan metode yang paling sederhana yang sesuai dengan kebutuhan peramalan.


(19)

2.2.2. Prinsip – Prinsip Peramalan

Plossi mengemukakan lima prinsip peramalan yang perlu dipertimbangkan:

 Peramalan yang melibatkan kesalahan (error). Peramalan hanya mengurangi

ketidakpastian tetapi tidak menghilangkannya, ini memungkinkan adanya kesalahan peramalan

 Peramalan sebaiknya memakai tolak ukur kesalahan peramalan. Besar

kesalahan dapat dinyatakan dalam satu unit atau persentase permintaan aktual

akan jatuh dalam interval peramalan.

 Peramalan family produk lebih akurat dari peramalan produk individu (item). Jika satu family produk tertentu diramalkan sebagai satu kesatuan, persentase kesalahan cenderung lebih kecil daripada persentase kesalahan peramalan

produk–produk individu penyusunan family.

 Peramalan jangka pendek lebih akurat dari pada peramalan jangka panjang.

Dalam waktu jangka pendek, kondisi yang mempengaruhi permintaan cenderung tetap atau berubah lambat, sehingga peramalan jangka pendek cenderung lebih akurat

 Jika dimungkinkan, hitung permintaan dari pada meramal permintaan. Untuk

produk yang bersifat memproduksi untuk disimpan (make to stock), jumlah

permintaan belum diketahui sehingga jadwal produksi harus dibuat berdasarkan peramalan. Pada saat jadwal produksi telah disusun, kebutuhan komponen dan bahan baku untuk mendukung jadwal produksi dapat dihitung dan peramalan tidak perlu dilakukan.

Dari sifat ramalan yang telah disusun

 Peramalan kuantitatif yaitu peramalan yang didasarkan atas data kuantitatif

masa lalu.


(20)

Hasil-hasil peramalan sangat diperlukan untuk menentukan keputusan-keputusan yang akan diambil oleh organisasi antara lain:

 Penjadwalan sumber-sumber tersedia, misalnya: Peramalan tingkat permintaan

produk, material, keuangan, buruh atau pelayanan adalah input untuk

menjadwalkan produksi, transportasi, keuangan dan personil.

 Kebutuhan sumber daya tambahan, misalnya: Peramalan untuk kebutuhan

sumber daya tambahan masa datang.

 Penentuan sumber daya yang diinginkan, misalnya: peramalan faktor-faktor

lingkungan masa datang.

2.2.3. Teknik Peramalan

Ditinjau dari segi proyeksi, peramalan secara teknis dikualifikasikan dalam dua cara yaitu peramalan kualitatif dan kuantitatif.

Metode Peramalan secara Kuantitatif

Metode kualitatif digunakan jika tidak tersedia data kuantitatif masa lalu karena alasan:

Tidak tercatat.

Yang diramalkan adalah hal yang baru.

Situasi telah berubah.

Situasi turbulen dan memerlukan human mind.

Kesalahan peramalan tidak dapat diprediksi.

Teknik Peramalan Kuantitatif, antara lain:

Jury of Executive Opinion

Metode peramalan yang paling umum digunakan mengambil pendapat

dari kelompok kecil dari manager tingkat tinggi, menghasilkan kelompok

demand. Pengambilan keputusan bersifat konsensus, executivesenior

dapat membiaskan seluruh juri. Peramalan akan baik selama input dari

masing-masing individu baik.


(21)

a) Sales force (tenaga penjualan) adalah sumber informasi yang baik berhubungan

dengan demand.

b) Setiap tenaga penjualan mengestimasikan demand untuk daerahnya, kemudian

digabungkan pada tingkat distrik dan nasioanal untuk mencapai peramalan keseluruhan.

c) Kemungkinan terjadi over estimate dan under estimate sangat dipengaruhi oleh

pengalaman.

Metode kuantitatif dapat digunakan jika tersedia data masa lalu, dari data tersebut dicari pola hubungan yang ada. Metode ini cocok digunakan pada

kondisi yang statis, jelas dan tidak memerlukan human mind. Dengan metode

ini, ketelitian ramalan dapat diprediksi sejak awal sebagai bahan pengambilan keputusan, atas dasar tersebut metode kualitatif lebih disukai.

Metode kualitatif secara garis besar dapat dikelompokan menjadi 2, yaitu:

A.Time Series

Metoda ini digunakan untuk kondisi dimana kita dapat menjelaskan faktor-faktor

apa yang akan dapat menyebabkan terjadinya event yang diramalkan (Black Box),

sehingga waktu yang dianggap sebagai variable terjadinya event tersebut.

Secara garis besar, Metode Time series dapat dikelompokan menjadi:

1. Metode rata-rata bergerak (Averaging)

a. Metode rata-rata bergerak (Moving Average)

Peramalan didasarkan pada proyeksi serial data yang dimuluskan dengan rata-rata bergerak. Satu set data (N periode terakhir) dicari rata-rata-ratnya, selanjutnya dipakai sebagai peramalan untuk periode berikutnya. Istilah rata-rata bergerak digunakan karena setiap diperoleh observasi (data aktual) baru maka rata-rata data yang baru dapat dihitung dengan mengeluarkan/meninggalkan data periode yang terlama dan memasukan data periode yang baru/terakhir. Rata-rata yang baru ini kemudian dipakai sebagai peramalan untuk periode yang akan datang, dan seterusnya. Serial data yang digunakan jumlahnya selalu tetap dan termasuk data periode terakhir.


(22)

Secara matematik, rumus peramalan dengan metode rata-rata bergerak sederhana sebagai berikut :

N X X X N X

F t t t N

N t t i i t 1 1 1 1 ...         

………(2.1.)

Dimana :

t

X : Data pengamatan periode t.

N : Jumlah deret waktu yang digunakan.

1 

t

F : Nilai peramalan periode t1.

b. Metode rata-rata bergerak tertimbang (Weighted Moving Average)

Metode rata-rata bergerak sederhana menggunakan bobot yang sama pada setiap periode. Hal ini menunjukan bentuk peramalan linier. Dalam banyak hal,

periode yang diramalkan (periode t + 1) banyak memiliki keadaan yang sama

dengan periode t dibandingkan dengan periode lain, misalnya t-1 atau t-2. Oleh

karena itu, periode terakhir sebaiknya mendapat bobot yang lebih besar dibandingkan dengan periode sebelumnya (disini menyiratkan adanya bentuk peramalan yang non linier). Metode rata-rata tertimbang dikembangkan untuk dapat memenuhi keinginan itu.

Metode rata-rata bergerak tertimbang juga menggunakan data N periode terakhir sebagai data histories untuk melakukan peramalan, tetapi setiap periode mendapat bobot yang berbeda. Rumus metode rata-rata bergerak tertimbang sebagai berikut :

1 1 1 1 1 1 1 ... . ... . .               N t t t N t N t t t t t t W W W X W X W X W F ………..(2.2.) Dimana : t

W = persentasi bobot yang diberikan untuk periode t apabila

1

... 1

1    t tN

t W W

W , rumus nilai peramalan untuk periode t1dapat

disederhanakan menjadi :

1 1 1

1

1 . .  ...  .     t tt t   t N t N

t W X W X W X


(23)

c. Moving Average With Linear Trend

Metode ini akan efektif jika trend linear dan faktor random error tidak besar. Rumus dalam menghitung peramalan menggunakan metode Moving Average With Trend adalah:

F(t) = Sum x (i) / m, untuk I dari t-m+1 sampai t

F’(t)= F’(t-1) + a [(m-1)*X(t) + (m+1)*X(t-m) – 2m F(t-1)]

f(t+h)= F(t) + F’(t) [((m-1)/2)+h]………(2.3.) Dimana:

F(t) = nilai asal rata – rata bergerak tunggal peramalan pada periode data actual

F’(t) = nilai asal rata – rata bergerak ganda peramalan pada periode data actual

Xi = data actual pada bulan ke- i

Sum X(i) = jumlah data actual bulan ke-i sampai t f(t+h) = periode peramalan sebenarnya pada t dan h t = waktu pada periode data actual

m = panjang rata- rata bergerak dengan a = 6/[m(m2-1)]

2. Metode pemulusan (Eksponensial)

a. Metode pemulusn eksponensial tunggal (Single Exponensial Smoothing)

Metode eksponensial tunggl menmbahkan parameter α dalam modelnya

untuk mengurangi factor kerandoman. Nilai peramalan yang dicari dengan menggunakan rumus berikut ini :

t

t

t X F

F1 .  1 . ………..(2.4.)

Dimana :

t

X = Data permintaan pada periode t.

 = Faktor/konstanta pemulusan.

1 

t

F = Peramalan untuk periode t.

b. Metode pemulusan (Eksponensial Linier)

Metode eksponensial tunggal hanya akan efektif apabila serial data yang


(24)

memiliki unsur trend yang konsisten, nilai-nilai peramlannya akan selalu berada dibelakang nilai aktualnya. Metode yang tepat untuk peramalan serial

data yang memiliki unsur trend adalah metode pemulusan eksponensial linier.

Salah satu metode yang digunakan adalah metode pemulusan eksponensial

linier, yang menggunakan rumusan sebagai berikut :



 

m T S F T S S T T S X S t t m t t t t t t t t t . . 1 . 1 . 1 1 1 1                    ……….(2.5.) Dimana : m t

F : Peramalan eksponensial linier

t

S : Faktor stationer pada saat t

t

T : Faktor trend pada saat t

m : periode yang akan diramalkan

Pemulusaan eksponensial linier menambahkan rumusan Tt untuk memperoleh

pemulusan trend dan menggabungkan trend ini dengan rumusan pemulusan

standar sehingga menghasilkan rumusan Ft. Metode dari Holt ini

menggunakan dua parameter, dan , yang masing-masing nilainya dapat

dipilih dari setiap angka antara 0 sampai dengan 1. kedua parameter itu dapat mempunyai nilai yang sama atau berbeda besarnya.

c. Metode Pemulusan Eksponensial Musiman (Eksponensial Smoothing With

Trend)

Sebagaimana halnya dengan rumusan pemulusan eksponensial linier yang

dapat digunakan untuk meramalkan serial data yang memiliki pola trend,

bentuk rumusan yang lebih tinggi dapat digunakan jika pola dasar serial data yang berpola musiman adalah metode pemulusan eksponensial linier dan musiman dari winter. Metode ini didasarkan atas tiga rumusan, yaitu unsur

stationer, trend dan musiman, yang dirumuskan sebagai berikut : F(t)= a x (t) + (1-a) [F(t-1)+T(t-1)]

T(t)= b [F(t)-F(t-1)+(1-b)T(t-1)


(25)

Dimana:

F(t) = nilai pemulusan tahap pertama

T(t)= nilai pemulusan tahap kedua

Xt= data actual pada bulan ke-t

f(t+h)= periode peramalan sebenarnya pada t dan h

t = waktu pada periode data actual

a = parameter pemulusan tahap pertama dari 0 sampai 1

b = parameter pemulusan tahap kedua dari 0 sampai 1

d. Metode Dauble Exponential Smoothing

Metode ini digunakan untuk memuluskan peramalan pada single exponential

smoothing. Dimana rumus perhitungan untuk peramalan ini sebagai berikut :

1 1

1 .( ) (1 ). 

    t

t F FSD

FSD   ……….(2.7.)

Dimana :

1 

t

FSD : peramalan double exponential smoothing

 : Faktor pemulusan

t

F : peramalan pada periode t

1 

t

FSD : peramalan double exponential smoothing sebelumnya.

e. Metode Double Exponential Smoothing With Linier Trend

Metode ini digunakan untuk memuluskan peramalan pada Exponential

Smoothing With Linier Trend. Dimana rumus perhitungan untuk peramalan ini sebagai berikut :

m T S X

Ftmt( tt). ………(2.8.)

Dimana :

Ft+m : Nilai peramalan

Xt : nilai pengamatan pada periode t St : Faktor stationer pada saat t Tt : Faktor trend pada saat t m : periode yang akan diramalkan


(26)

3. Metode Dekomposisi

Metode dekomposisi mengasumsikan suatu data terdiri atas pala dasar dan kesalahan, atau dalam bentuk matematikanya, sebagai berikut :

t t t t

t f S T C R

X  , , , ……….(2.9.)

Dimana :

St : Komponen musiman pada periode t Tt : Komponen trend pada periode t Ct : Komponen siklus pada periode t

Rt : Komponen random (kesalahn) pada periode t

4. Metode Holt-Winters Multiplicative Algorithm

Metode Holt-Winters Multiplicative Algorithm digunakan untuk data yang

bersifat acak (random). Dimana dalam rumusannya nilai c merupakan titik yang menunjukan refleksi musiman secara tidak teratur. Rumusan yang digunakan oleh Holt dan Winters adalah sebagai berikut :

c c c h c h t S t hT t F h t f c h c h t S t hT t F h t f c t S t f t x t S t T t F t F t T t T t F c t S t x t F 2 ,...., 2 , 1 ) 2 ( ) ( ) ( ) ( ,...., 2 , 1 ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) 1 ( ) ( / ) ( ) ( ) 1 ( ) 1 ( ) 1 ( ) ( ) ( ) 1 ( ) 1 ( ) 1 ( ) ( / ) ( ) (                                      ………..(2.10.)

B.Metode Causal

Metode ini dipakai untuk kondisi dimana variable penyebab terjadinya item yang

akan diramalkan sudah diketahui. Dengan adanya hubungan tersebut, output dapat

diketahui jika input diketahui. Adapun metode yang termasuk di dalamnya adalah:

Multiple Regresi

Econimetrik


(27)

Metode Kualitatif

Metode kualitatif disebut juga metode Technological Forecasting, karena sering

digunakan untuk meramalkan lingkungan dan teknologi, yang dapat dikelompokkan sebagai berikut:

Metode Subyektif.

Metode Exlporatory.

Metode Normative.

2.2.4. Kesalahan Peramalan

Ukuran kesalahan (error) adalah besarnya penyimpangan antar actual demand

dengan hasil ramalan (e(t)) Apabila dirumuskan

………(2.11.)

Ada dua macam ukuran kesalahan yaitu ukuran statistik dan ukuran relatif. Dalam menentukan ukuran kesalahan secara statistik ada 4 cara, yaitu:

Mean Error ( ME )

n n

1 t et ME

  

………..(2.12.)

Mean Absolute Error ( MAE)

n n

1 t et MAE

  

………..(2.13.)

Sum Square Error ( SSE )

   n 1 t t 2 e SSE ……….(2.14.)

Mean Square Error ( MSE )

n n 1 t t 2 e MSE    ...(2.15.) (t) F (t) X (t)


(28)

Standard Deviation Error ( SDE ) 1 n n 1 t t 2 e SDE     ………...(2.16.)

Sedangkan dalam menentukan kesalahan secara relatif ada 3 macam cara, yaitu:

Percentage Error

0 10 * t X t F t X t

PE

        ………(2.17.)

Mean Percentage Error

n n

1 t PEt MPE

  

………..(2.18.)

Mean Absolute Percentage Error

n n

1 t PEt MAPE    ………(2.19.) keterangan:

a =Intercept t = Waktu b = Slope (kemiringan) n= jumlah data X =Variabel yang diramalkan

2.2.5. Prosedur Peramalan

Dalam melakukan peramalan perlu diikuti prosedur yang benar untuk mendapatkan hasil yang baik. Prosedur peramalan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

 Urutkan data untuk random sampling sekitar tiga puluh item dengan interval

waktu harian, mingguan, atau bulanan tergantung dari kebutuhan perusahaan.

 Jika data termasuk kedalam jenis trend dan season, lebih baik menggunakan

model winters.

 Tentukan konstanta smoothing dengan cara eksperimen atau coba-coba.

 Inisialisasi sistem dengan faktor smoothing yang terpilih.

 Perbaharui sistem secara periodik.


(29)

Beberapa metode peramalan yang dikembangkan yaitu:

Metode Brown’s

Metode ini dikembangkan oleh Brown untuk mengatasi adanya perbedaan yang

muncul antara data actual dan nilai peramalan apabila terdapat trend pada plot

data.

Metode Holts-Winter

Metode ini sebenarnya adanya penggabunngan dari dua metode yaitu metode

double exponential smoothing dengan dua parameter yang dikembangkan oleh

Holt dan metode Triple exponential smoothing dengan tiga parameter yang

dikembangkan oleh Winter.

Metode Linier Regresi

Untuk pola data yang memperlihatkan fluktuasi random di sekitar garis lurus yang menunjuk atau menurun terhadap waktu.

2.2.6. Tracking Signal

Merupakan suatu ukuran bagaimana baiknya suatu ramalan memperkirakan nilai-nilai aktual. Suatu ramalan diperbaharui setiap minggu, bulan, atau triwulan, sehingga data permintaan yang baru dapat dibandingkan dengan nilai-nilai ramalan.

Running sum of forescast errors (RSFE)

0

1  

t n

t e ………(2.20.)

Sistem peramalan yang baik apabila memiliki RSFE yang rendah, dan mempunyai

positive error yang sama banyak atau seimbang dengan negative error, sehingga

pusat dari tracking signal mendekati nol.

2.3. Rencana Produksi Agregrat (RPA)

Dalam suatu organisasi yang sehat, para perencana terus menerus merencanakan jadwal terinci aktivitas untuk beberapa periode mendatang, merencanakan bagaimana kondisi optimal ketersediaan sumber daya dengan ekspektasi permintaan produk, serta mengembangkan strategi penggunaan sumber daya itu.


(30)

Dalam bab ini akan dibahas rencana jangka menengah yang ditujukan bagi periode perencanaan antara satu bulan sampai dengan satu tahun kedepan. Dalam kurun waktu ini fasilitas fisik diasumsikan tetap selama periode perencanaan.

Perencanaan agregate mencari kombinasi terbaik untuk meminimasi ongkos atas

beberapa pilihan yang dihadapi untuk memenuhi permintaan produk. Tujuan

perencanaan agregate adalah merencanakan jadwal induk produksi untuk

beberapa periode mendatang, merencanakan kondisi optimal ketersediaan sumber daya terhadap ekspektasi permintaan produk, serta pengembangan strategi penggunaan sumber daya itu.

2.3.1. Strategi Perencanaan Agregat

Ada beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk melakukan perencanaan yaitu dengan melakukan manipulasi persediaan, laju produksi, jumlah tenaga kerja, kapasitas atau variabel terkendali lainnya. Jika perubahan dilakukan terhadap suatu variabel sehingga terjadi perubahan laju produksi disebut sebagai strategi

murni (pure strategy). Sebaliknya, strategi gabungan (mixed strategy), merupakan

gabungan perubahan dua atau lebih strategi murni sehingga diperoleh perencanaan produksi fleksibel.

Seandainya datangnya permintaan dari konsumen bersifat rutin dan dapat diketahui dengan pasti baik besarnya maupun waktunya maka perencanaan produksi tidak diperlukan lagi. Namun pada kenyataannya pola permintaan ini tidak dapat ditentukan dengan pasti.Masalah tersebut mengakibatkan perusahaan harus menemukan cara atau strategi berproduksi agar fluktuasi permintaan tersebut dapat diantisipasi tentu saja dengan cara yang ekonomis sehingga tujuan perusahaan mencari keuntungan dapat tercapai. Jadi dalam perencanaan agregat, tidak dihasilkan rencana dalam bentuk individual produk melainkan dalam betuk agregat produk.


(31)

Penggunaan satuan agregat ini dilakukan mengingat keuntungan – keuntungan yang dapat diperoleh antara lain :

a. Kemudahan dalam pengolahan data

Dengan menggunakan satuan agregat maka pengolahan data tidak dilakukan untuk setiap individual produk. Keuntungan ini akan semakin terasa jika pabrik tempat perencanaan dilakukan memproduksi banyak jenis produk.

b. Ketelitian hasil yang didapatkan

Dengan hanya mengolah satu jenis data produk maka kemungkinan untuk menerapkan metode yang canggih semakin besar sehingga ketelitian hasil yang didapatkan semakin baik.

c. Kemudahan untuk melihat dan memahami mekanisme sistem produksi yang terjadi dalam implementasi rencana.Secara garis besar terdapat tiga strategi murni yang dapat dilakukan untuk menghadapi fluktuasi permintaan ini, yaitu :

1. Melakukan pengaturan setiap saat atas jumlah tenaga kerja yang dipergunakan dalam hal ini merekrut tenaga kerja baru bila permintaan meningkat dan memberhentikan sebagian tenaga kerja bila permintaan menurun.

2. Tetap mempertahankan jumlah tenaga kerja tetapi yang diatur adalah kecepatan produksi, misalnya jika permintaan meningkat kecepatan produksi ditingkatkan misalkan dengan mengadakan jam lembur.

3. Tetap mempertahankan baik jumlah tenaga kerja maupun kecepatan produksi dan untuk mengatasi fluktuasi permintaan diadakan persediaan (inventory).

Masing-masing strategi akan memberikan konsekuensi ongkos. Dalam kenyataannya mengandalkan pada strategi tersebut secara murni seringkali menimbulkan ongkos yang masih tidak ekonomis sehingga strategi yang digunakan adalah mengkombinasikan ketiga strategi tersebut.


(32)

2.3.2. Strategi Perencanaan Agregat Secara Murni (Pure Strategy)

Dikatakan pure strategy, jika perubahan dilakukan terhadap suatu variabel sehingga terjadi perubahan laju produksi. Beberapa strategi murni yaitu:

a. Mengendalikan jumlah persediaan. Persediaan dapat dilakukan pada saat kapasitas produksi dibawah permintaan ( demand ). Persediaan ini selanjutnya dapat digunakan pada saat permintaan berada diatas kapasitas produksi.

b. Mengendalikan jumlah tenaga kerja. Manajer dapat melakukan perubahan jumlah tenaga kerja dengan menambah atau mengurangi tenaga kerja sesuai dengan laju produksi yang diinginkan. Tindakan lain yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan jam lembur.

c. Subkontrak. Subkontrak dapat dilakukan untuk menaikkan kapasitas perusahaan pada saat perusahaan sibuk sehingga permintaan dapat dipenuhi.

d. Mempengaruhi demand. Karena perubahan permintaan merupakan faktor utama dalam masalah perencanaan agregat, maka pihak manajemen dapat melakukan tindakan, yaitu dengan mempengaruhi pola permintaan itu sendiri. Sebagai contoh PT.TELKOM memberi potongan jasa pulsa telpon pada malam hari, potongan harga supermarket pada 10 hari pertama awal bulan, dll.

2.3.3. Strategi Perencanaan Agregat Secara Gabungan (Mixed Strategy)

Setiap pure strategy akan melibatkan biaya yang besar dan sering pure strategy menjadi tidak layak, oleh karena itu kombinasi dari pure strategy ini menjadi

mixed strategy lebih sering digunakan Ketika suatu perusahaan

mempertimbangkan kemungkinan dari pencampuran strategi yang bervariasi dengan tidak terbatasnya rasio untuk melakukan strategi yang bervariasi tersebut, maka perusahaan baru akan menyadari tantangan yang sedang dihadapinya. Bagian pengendalian produksi dan bagian pemasaran harus menghasilkan master schedule yang mencakup beberapa kebijakasanaan perubahan dan prosedur


(33)

pengoperasian. Karena masalah yang kompleks ini , maka dalam pengendalian

keputusan diperlukan diskusi tentang THE VALUE OF DECISION RULES.

2.3.4. Nilai dari Aturan – aturan Pengambilan Keputusan (The Value of Decision Rules).

Untuk menentukan perubahan production level merupakan keputusan yang sulit, dan akan melibatkan uang dan waktu dalam jumlah yang sangat besar. Dengan menentukan decision rules, manager pengendalian produksi dan manager pengoperasian akan menetapkan aturan mainnya. Setelah penerapan beberapa kebijaksanaan dan mengurangi perubahan terhadap kebijaksanaan ini, maka

keputusan mingguan dapat diambil untuk menyelesaikan masalah –

masalah pengoptimal sumber daya. Untuk mengoptimalkan aturan ini , perlu ditinjau struktur biaya yang terjadi.

2.3.5 Ongkos – ongkos

A. Ongkos Upah Normal dan Ongkos Lembur (Normal and Overtime Cost)

Perbandingan antara ongkos produksi dan tingkat produksi adalah merupakan suatu perbandingan kurva garis lurus (10.2.).Kenaikan yang tiba – tiba mungkin disebabkan oleh adanya penambahan peralatan yang baru. Ongkos produksi regular time diasumsikan untuk para pekerja fulltime. Ongkos ini akan meningkat sesuai dengan bertambahnnya jumlah pekerja. Adapun grafik ongkos ini dapat dilihat pada gambar 2.3. berikut :


(34)

Tetapi selain itu perusahaan juga harus menentukan berapa faktor biaya ,antara lain mempertahankan jumlah tenaga kerja yang perubahanna disebabkan oleh tekanan sosial , pendapat masyarakat, tingginya biaya pelatihan. Dengan

memasukkan faktor – faktor ini biaya tenaga kerja akan menjadi konstan, seperti

terlihat pada gambar 2.4. dibawah ini :

Gambar 2.4. ongkos tenaga kerja

Bentuk kurva dan ongkos waktu lembur (overtime) dari jumlah tenaga kerja dapat dilihat pada gambar 10.4. Biaya ini dijaga agar tetap minimum, pada saat fasilitas dioperasikan pada level yang optimum . Biaya akan meningkat jika perusahaan beroperasi pada kapasitas yang rendah. Dengan peningkatan permintaan, maka produksi akan semakin terjadwal.


(35)

B. Ongkos Perubahan Kecepatan Produksi.

Biaya akibat perubahan tingkat produksi bisa disebabkan oleh jumlah tenaga kerja perubahan biaya, pemberhentian dan perekrutan tenaga kerja, dapat dilihat gambar 2.6. di bawah ini :

Gambar 2.6. Ongkos Perubahan Tingkat Tenaga Kerja

Dengan bertambahnya jumlah tenaga kerja, biaya – biaya yang dikeluarkan antara

lain : Ongkos rekrut, ongkos pelatihan, yang menyebabkan turunnya produktivitas selama periode tertentu. Begitu juga dengan pemberhentian tenaga kerja. Biaya peningkatan produksi dan penurunan tingkat produksi adalah berbeda.

C. Ongkos Persediaan, Permintaan /Kekurangan Pesanan.

Tingkat persediaan agregat yang optimum, merupakan pendekatan dari jumlah

rata – rata safety stock dan ½ dari optimum batch size, yang ditentukan dari tiap

item, seperti yang terlihat pada gambar 2.7. dibawah ini :


(36)

Ongkos persediaan berkisar antara 5% sampai 90% dari harga item tersebut. Total ongkos persediaan adalah merupakan jumlah dari ongkos persediaan semua item. Biaya backorder dan lost sales merupakan masalah keuangan yang sama. Jika sering terjadi lost sales, maka keadaan ini akan membuka peluang bagi kompetitor dan menyebabkan semua biaya produksi meningkat . Biaya lost sales sangat sulit diperkirakan. Dari angka peramalan permintaan, biaya inventory,back order, digambarkan pada gambar 2.8. pada halaman sebelah

sebagai berikut :

Gambar 2.8. Biaya Inventori dan Shortage

D. Ongkos Subkontrak.

Alternatif lain untuk merubah tingkat produksi dan persediaan, sebuah perusahaan bisa memilih subkontrak untuk memenuhi permintaan. Subkontrak bisa juga tidak menguntungkan, karena akan akan menyebabkan biaya yang lebih besar dan akan membuka peluang kompetitor. Selain itu subkontrak juga sulit dijalankan, karena untuk mencari supplier yang on time dan reliable tidak mudah.

2.3.6. Metode – Metode Perencanaan Agregat.

Banyak metode yang telah dikembangkan untuk perencanaan agregat ini tetapi pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu:

a. Dengan pendekatan Optimasi :

– progamma linier


(37)

– search Decision Rule

b. Dengan pendekatan Heuristik :

– metode grafik

– metode koefisien manajemen

– metode parametric

Tidak semua metode ini akan dijelaskan pada buku ini Namun pada prinsipnya semua metode yang ada akan menghasilkan kecepatan produksi pada periode perencanaan yang dibuat, jumlah tenaga kerja yang digunakan, serta tingkat persediaan yang terjadi.

2.3.7. Perencanaan Agregat dengan Metode Grafis

Metode grafis ini adalah metode perencanaan agregat yang sangat sederhana dan

mudah dipahami. Dasar metode ini sebenarnya adalah “trial and error” dengan

melihat gambaran antara permintaan kumulatif dan rata-rata permintaan kumulatifnya. Secara garis besar langkah perencanaan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Gambarkan histogram permintaan dan tentukan kecepatan produksi (Pt) rata-rata yang diperlukan untuk memenuhi permintaan.

2. Gambarkan grafik permintaan kumulatif terhadap waktu serta grafik

permintaan rata-rata kumulatif terhadap waktu. Identifikasikan periode –

periode tempat terjadinya kekurangan barang (back order) dan periode-periode adanya kelebihan barang (inventory).

3. Tentukan strategi yang akan digunakan untuk menanggulangi kekurangan dan kelebihan barang tersebut.

4. Hitung ongkos yang ditimbulkan oleh setiap strategi dan pilih yang memberikan ongkos terkecil. Contoh berikut ini akan memberikan gambaran metode grafis ini.


(38)

Perusahaan ABC telah meramalkan permintaan akan produknya secara agregatyang dapat diliihat pada Tabel 2.1. sebagai berikut :

Tabel 2.1. Permintaan akan Produk Secara Agregat

Gambar 2.9. Kecepatan Produksi


(39)

Histogram dan kumulatif permintaan di atas menggambarkan bagaimana permintaan menyimpang dari rata-rata kebutuhan. Dengan menggunakan strategi murni beberapa alternatif yang dapat dilakukan yaitu :

1. Alternatif 1 : Mengendalikan jumlah tenaga kerja

Alternatif ini melibatkan penambahan dan pengurangan jumlah tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan. Laju produksi akan sama dengan permintaan. Biaya rencana ini yaitu Rp 138.000,- ( lihat tabel 2. 2)

Tabel 2.2. Pengendalian Jumlah Tenaga Kerja

2. Alternatif 2: Mengendalikan jumlah persediaan

Jika perusahaan tidak ingin melakukan perubahan jumlah tenaga kerja, maka strategi yang dapat dilakukan yaitu memproduksi dengan laju ratarata permintaan dan fluktuasi permintaan dipenuhi menggunakan persediaan. Rencana ini dihitung pada tabel 3 dan berdasarkan perhitungan di bawah, kekurangan maksimum sebesar 270 unit terjadi pada periode 5. Karena adanya ketidakpastian dalam peramalan maka kekurangan ini dipenuhi mulai dari periode pertama. Biaya rencana total Rp.96.500,-, (lihat tabel 2.3.)


(40)

Tabel 2.3. Pengendalian Jumlah Persediaan

3. Alternatif 3: Subkontrak

Perusahaan menginginkan memproduksi sejumlah permintaan minimum dan sisa permintaan dipenuhi dengan subkontrak.Biaya rencana total Rp.108.000,- dihitung pada tabel 2.4.

Tabel 2.4. Subkontrak

4. Alternatif 4 : Strategi Hibrid

Strategi hibrid dilakukan dengan menggabungkan beberapa strategimurni dengan kebijaksanaan sebagai berikut :

1. Laju produksi konstan sebesar 200 unit/3 bulan dan dimungkinkan untuk melakukan lembur sebesar 25 % jika permintaan melebihi laju produksi.

2. Jika dengan lembur belum terpenuhi, penambahan-pengurangan tenaga kerja akan dilakukan. Perhitungan setiap langkah kebijaksanaan diatas dapat dilhat pada tabel 2.5, pada halaman disebelah sebagai berikut :


(41)

Tabel 2.5. Contoh Metode Hibrid

Berdasarkan hasil perhitungan Tabel 2.5, biaya rencana total Rp 101500,-. Jika dilakukan analisa, subkontrak ternyata lebih murah dibandingkan melakukan penambahan pengurangan tenaga kerja. Berdasarkan hasil diatas, beberapa kombinasi strategi murni masih dapat dilakukan. Walaupun metode grafik tidak memberi solusi optimum, tetapi sangat membentuk sebagai pegangan untuk melakukan operasi harian.

2.3.8. Perencanaan Agregat Metode Tabular ( model transportasi )

Metode transportasi digunakan untuk model program linier. Berikut ini akan dibahas suatu kasus menggunakan model transportasi dengan data-data :


(42)

Persediaan awal : 100 unit

Persediaan akhir yang diinginkan : 150unit Biaya jam normal : Rp 100/unit

Biaya jam lembur : Rp 125/ unit Biaya Subkontrak: Rp 150/unit Biaya Persediaan : Rp 20/unit/periode

Penyelesaian masalah menggunakan metode transportasi menghasilkan

perencanaan produksi dengan biaya total Rp 445750.Tabel perhitungan dapat dilihat pada gambar 2.6, dibawah ini:


(43)

Keterangan :

1. Total Cost : 400 (100) + 300 (140) + 800 (100) + 250 (145) + 900 (100) + 250 (125) + 500 (100) + 350 (125)

2. Yang diproduksi adalah :

Tabel 2.7. rencana produksi

Sistem produksi tidak Back Order seghingga kebutuhan pada periode I tidak mungkin dipenuhi oleh periode 2.

Jadwal Produksi induksinya adalah :

0 unit

2.3.9. Pengetahuan Mengenai Kapasitas

Kapasitas pabrik adalah jumlah produk yang dapat dibuat pada suatu periode waktu tertentu. Istilah kapasitas sendiri harus dilihat dari tiga perspektif agar lebih jelas. Kapasitas desain adalah keluaran maksimum pada kondisi ideal (tidak ada

konflik penjadwalan, tidak ada produk rusak atau cacat, maintenence hanya yang

rutin dan lain sebagainya). Kapasitas efektif menunjukkan keluaran maksimum pada tingkat operasi tertentu. Umumnya kapasitas efektif lebih rendah daripada kapasitas desain. Kapasitas aktual menunjukkan keluaran nyata yang dapat dihasilkan oleh fasilitas. Kapasitas aktual harus diusahakan sama dengan kapasitas efektif.

Perencanaan kapasitas ditujukan untuk mengetahui jumlah sumber daya yang dimiliki. Tujuan perencanaan kapasitas adalah melihat apakah pabrik mampu memenuhi permintaan pasar seperti yang diramalkan. Jika tidak maka harus


(44)

diputuskan apakah pabrik akan mempertinggi sumber daya yang dimilikinya. Kapasitas suatu pabrik dapat dipertinggi dengan cara:

 Pembangunan pabrik baru: Jika kapasitas pabrik yang ada pada saat ini

diramalkan tidak mampu memenuhi permintaan pasar, maka perlu dipertimbangkan untuk mendirikan pabrik baru yang dapat memenuhi permintaan pasar. Pembangunan pabrik baru memiliki dimensi perencanaan yang panjang (5 tahun keatas).

 Penambahan mesin dan perkakas baru: Hal ini dilakukan untuk meningkatkan

kapasitas pabrik dalam jangka menengah (1 sampai dengan 5 tahun), untuk mengatasi peningkatan permintaan jangka menengah.

 Kebijaksanaan pemenuhan kebutuhan kapasitas jangka pendek: yang dilakukan

untuk mengatasi kekurangan kapasitas yang mendesak. Tercakup didalamnya kebijaksanaan lembur, subkontrak dan lain sebagainya.

Dalam jangka pendek, pengadaan mesin dan pabrik baru tidak mungkin dilakukan. Untuk itu perusahaan harus melakukan berbagai macam kebijaksanaan untuk memenuhi permintaan dengan menggunakan lembur, variasi tenaga kerja,

subkontrak, atau pembatalan order.

2.3.10. Satuan Agregate

Satuan agregate adalah satuan yang dapat mewakili berbagai macam produk

sehingga total kebutuhan untuk produk-produk tersebut dapat dibandingkan dengan kapasitas fasilitas produksi yang tersedia. Dalam hal penyusunan jadwal induk produksi perlu diingat bahwa penggunaan satu fasilitas produksi memiliki dampak ongkos yang sama dan sulit untuk dibebankan pada tiap produk yang menggunakan fasilitas produksi tersebut. Adanya satuan agregat ini diperlukan

mengingat berbagai item produk membutuhkan jam mesin dan waktu setup yang

berlainan serta ongkos produksi yang digunakan secara bersama-sama.

Satuan agregat akan mewakili agregasi seluruh item produk sehingga permintaan


(45)

dapat dikemukakan ialah satuan agregat ton baja walaupun baja yang dihasilkan dapat berupa baja batangan, baja kawat, baja lembaran atau baja rol. Dalam hal

satuan agregat ini dapat digunakan satuan unit surrogate product (produk yang

mewakili) atau satuan jam orang atau satuan jam mesin. Tujuan:

Membuat perencanaan produksi sesuai permintaan pasar dengan kriteria minimisasi biaya produksi.

2.3.11. Langkah Pelaksanaan Rencana Produksi

Berikut ini adalah langkah-langkah dalam melakukan proses perencanaan produksi:

a. Tentukan batasan perencanaan produksi yang akan dilakukan. Cari informasi

mengenai data yang dibutuhkan.

b. Tentukan standar satuan yang akan digunakan dalam perencanaan produksi.

c. Tentukan tenaga kerja yang dibutuhkan dalam kurun perencanaan dengan

kriteria ongkos minimum, dengan menggunakan alternatif 1 (tenaga kerja

tetap), alternatif 2 (tenaga kerja sesuai demand), alternatif 3 (tenaga kerja mix

strategy) dan alternatif 4 (transportasi).

d. Rencana jumlah produksi dalam agregat.

e. Jika item > 1, lakukan proses disagregasi sesuai dengan faktor konversinya.

Perencanaan produksi merupakan bagian dari rencana strategis perusahaan dan

dibuat secara harmonis dengan rencana bisnis (Bussiness Planning) dan rencana

pemasaran (Marketing Planning). Perencanaan produksi dapat diartikan

menentukan tingkat/rate produksi pabrik yang dinyatakan secara aggregate.

Aggregate itu sendiri adalah perencanaan yang dibuat untuk seluruh produk yang menggunakan sumber yang sama, tanpa dirinci ke dalam masing-masing produk

yang berbeda (end item). Dan tujuannya adalah:

a. Mengatur strategi produksi

1. Memproduksi sesuai demand.

2. Memproduksi pada kegiatan konstan.

b. Menentukan kebutuhan sumber daya yang meliputi tenaga kerja, material,


(46)

c. Menjadi langkah awal bagi seluruh kegiatan produksi.

Karakter dari perencanaan produksi biasanya tidak rinci, rencana dibuat untuk famili atau kelompok produk. Dan satuan yang digunakan dapat berbeda antar satu perusahaan dengan perusahaan lainnya, seperti ton, galon waktu produksi standar, satuan uang, dan lainnya. Namun hal ini juga tergantung pada tipe bisnis

apakah Make to Order atau Make to Stock.

Dalam menghadapi demand yang berfluktuasi, strategi metode perencanaan

produksi agregat yang menghadapi meliputi:

1. Produksi bervariasi mengikuti tingkat demand yang terjadi, yaitu:

a. Dengan menambah atau mengurangi tenaga kerja, atau mengubah jumlah

shift.

b. Dengan melakukan lembur atau mengurangi jumlah waktu kerja.

2. Produksi pada tingkat konstan, yaitu:

a. Dengan menumpuk jumlah tenaga kerja, tetapi melakukan lembur atau

mengurangi jumlah waktu kerja.

b. Dengan menambah atau mengurangi sub-kontrak.

3. Kombinasi strategi-strategi diatas.

4. Strategi Hibrid.

5. Metode Program Linier (Transportasi).

Tabel-tabel yang digunakan:

Tabel 2.8. Format Strategi Hibrid

Periode HK Demand

Produksi Jam Normal

Kebutuhan Tamabahan

Produksi

Lembur KSNL

Penambahan laju produksi

Pengurangan

laju produksi Inventori


(47)

Tabel 2.9. Mix Strategi Periode (t) Hari Kerja Demand (unit) RMH (jam orang)) TK yang Diperlukan TK terpakai UPRT (unit) UPOT (unit) Hiring (orang) Lay Off (orang) Inv. Akhir (unit) Total

Tabel 2.10. Kapasitas Strategi Transportasi

Periode Demand RT Capacity OT Capacity SC Capacity Total

Rumus-rumus yang digunakan dalam perencanaan agregate:

 Rencana Produksi = ramalanINVINVawal………(2.21)

 Kebutuhan Jam Orang = Rencana Produksi x Waktu Baku……(2.22.)

 Kebutuhan Tenaga Kerja = ...(2.23.)

/hari JK HK Kerja Jam Kebutuhan  

 Jam Kerja = ...(2.24.)

JK HK WB Demand    

 RMH =

.) 25 . 2 ...( ... ... ... ... ... ... ... ... JK HK TKt

Regular Time = ...(2.26.) /unit

Orang Jam Kebutuhan

RMH

Inventory Akhir = UPRTDemandInventoryt1...(2.27.)

 Kolom tenaga kerja yang diperlukan= ...(2.28.)

/hari JK HK Orang Jam Kebutuhan t

Total Supply = UPRT UPOTUPCS……….(2.29.) Ending Inventory = Total SupplyDemandInventoryt1...(2.30.)


(48)

2.4.Disagregasi

Tujuan:

Menyusun tabel disagregasi yang digunakan untuk menghitung RCCP. Langkah Pelaksanaan:

a. Tentukan faktor konversi dan harga proporsi masing-masing enditem.

b. Buat disagregasi berdasarkan harga proporsi masing-masing item dengan

menggunakan metode family set up.

Proses disagregasi adalah proses penyamaan (generalisasi) dari satuan aggregate

kedalam satuan end item berdasarkan factor konversi. Proses disagregasi sebagai

proses merubah hasil rencana agregate menjadi jumlah yang harus diproduksi

untuk setiap produk atau item, hasil disagregasi ini berupa jadwal induk

produksi/MPS. Tujuan dari proses disagregasi adalah untuk menyusun jadwal

induk produksi (MPS), setelah diketahui jadwal produksi aggregate-nya. Dengan

kata lain proses disagregasi adalah proses perencanaan yang dibuat untuk seluruh produk yang menggunakan unsur yang sama dan dirinci kedalam masing-masing produk yang berbeda.

Menggunakan aturan-aturan tertentu untuk memperoleh solusi yang baik tidak ada jaminan bahwa solusi itu optimum. Yang termasuk kedalam metode ini adalah:

 Model koefisien manajemen.

 Model parametric.

Searth decision rules.

 Model programa linier.

 Model transportasi.

 Model programa integer campuran.

Linier decision rule.

Hasil yang diperoleh dari proses disagregasi adalah:

a. Demand tiap end item.

b. On hand tiap end item.


(49)

Metode yang digunakan dalam proses disagregasi, adalah:

 Metode Heuristik.

 Metode Analitik.

Linier Progrmming method.

Integer Programming method.

Family Set Up Method.

Tabel-tabel yang digunakan:

Tabel 2.11. Tabel Disagregasi

Family

(I0) Item (J)

Inventory

(Iij t-1)

Demand

(Dij.t)

Konversi

(Kij) Kij– Dij t

Family

(I0)

Item

(J)

Inventory

(Iij t-1)

Demand

(Dij.t)

Safety Stock(Sij)

Expected Quantity (Iij t-1-Dij t)

Konvers

i (Kij) Status

Metode-metode dalam disagregasi:

A.Pendekatan Hax and Meal, dimana Hak and Meal membagi produk kedalam

tiga tingkatan:

Item


(50)

 Tingkat terendah dalam struktur produk.

 Suatu jenis produksi mungkin terdiri atas banyak item yang dibedakan dari

warna, kemasan, etiket, merek, dan lain-lain.

Keluarga (Family)

Yaitu sekelompok item yang menaggung secara bersama ongkos setup bila

suatu mesin sudah disiapkan untuk membuat suatu item dari suatu keluarga

yang sama dapat diproduksi, dengan melakukan perubahan kecil pada saat

setup.

Tipe

Yaitu kelompok beberapa family yang memiliki ongkos produksi persatuan

yang sama. Berikut contoh dari tipe:

 Ongkos buruh langsung.

 Ongkos simpan.

 Jumlah produk per satuan waktu dan sebagainya.

B.Pendekatan Britian and Hax, Prosedur disagregasi Britian and Hax terdiri

atas:

Memilih family produk yang akan diproduksi pada periode yang

bersangkutan. Suatu family i produk akan diproduksi bila salah satu item j

dari family i tersebut, memenuhi syarat berikut:

Iijt1DijtSSij...(2.31) dimana:

1 

ij

I = Tingkat persediaan pada akhir periode t-1 dari item j family i

ijt

D = Permintaan item j family I pada periode t.

ij

SS = Cadangan pengaman item j dalam family i.

Menentukan jumlah yang akan diproduksi dari family yang terpilih dengan

model Knapsack.

.) 32 . 2 ...( ... ... .

2 .

ijt

ij D

K i Si Xi Hi

MinZ   


(51)

Dimana:

Hi = Holding cost untuk item j dalam family i

= Jumlah unit family i yang diproduksi

Si = Ongkos setup untuk family i

Xi = Faktor konversi untuk item j dalam family i terhadap unit produk

agregate.

ij

D = Demand untuk item j dalam family i selama masa produk t

Z = Set dari family yang akan diproduksi

Batas bawah:

ij ijt 1 ij

...(2.33) JEi SS D K D MAX

LBi 

Batas bawah bila dikehendaki ada safety stock

Batas atas: .) 34 . 2 ( ... ... ... 1 1 0

                 JEi ij ijt n k tk ij

ij D t I SS

K UBi

Batas atas bila tidak diinginkan, akan mengakibatkan akumulasi inventory

terlalu banyak. Batas atas dan batas bawah bisa diabaikan bila tidak dikehendaki atau tidak sesuai rencana produksi. Bila dikehendaki ada batas, dan

*

...(2.35.)

    iEZ iEZ UBi X LBi

C.Rencana yang lebih tinggi menjadi pembatas atau kendala bagi rencana tingkat

rendah.


(52)

2.4.1. Algoritma Disagregasi Family

Buat B = 1, P +, Z 1= untuk iterasi 1 Langkah 1

Hitung untuk semua iEZ

.) 36 . 2 ...( ... ... ... ) . ( ) . ( 1 B iEZ jEi t ij ij jEi ijt ij B P D K Si D K Si

Y  

 

 

Langkah 2

Untuk Setiap i

Z 1 jika Lbi  Ubi maka buat Y2* = Y1B untuk family lain

teruskan ke langkah 3 Langkah 3

Bagi family lain ke dalam 2 kelompok

Z +B = { i

Z B ; Y1B > UBi } set dari semua family dimana Y1B > UBi

Hitung:

)

(

1 1 1

 

Z i B

UB

Y

……….(2.37.) Langkah 4

 Bila +≥ -, buat YiB = UBi untuk semua i

Z+B.

 Bila + < -, buat YiB = UBi untuk semua i

ZB.

 Buat B = B+1.

 ZB+1 = ZB (semua family yang YiB telah diperoleh).

 PB+1 = PB - YiB (untuk semua i yang dijadwalkan dalam interasi B).

 Bila ZB+1 = 0 (stop).


(1)

147

BAB 6

KESIMPULAN dan SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari langkah langkah pengolahan data yang telah dilakukan maka dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain:

1. Berdasarkan plot data yang berfluktuasi (naik turun), ada yang berulang pada interval waktu tertentu mengikuti pola trend maka dilakukan peramalan menggunakan 4 metode yaitu: metode Moving Averagge With Linear Trend, metode Single Exsponential Smoothing With Trend, metode Double Exponential Smoothing With Trend, dan metode Linear Regresi. Dari keempat metode peramalan diatas, metode peramalan terbaik dan terpilih adalah metode Linear Regresi karena memiliki MSE terkecil sebesar 83649420 dan tracking signal berada antara -4 dan 4. Sebagai metode yang terpilih, maka hasil peramalan dengan menggunakan metode Linear Regresi ini digunakan sebagai demand pada perhitungan rencana produksi agregat

2. Rencana Produksi Aggregat dilakukan dengan dua alternatif yaitu metode hibrid dan transportasi, ,-.Dari kedua metode tersebut ternyata hasil output mempunyai ongkos sama, dimana ongkos yang diperlukan sebesar Rp 15.770.449.700,-. Namun dipilih metode karena lebih baik dan terlihat semua ongkos disetiap periodenya. Sehingga metode transportasi dipilih dan total supplaynya dijadikan patokan untuk master schedule.


(2)

148

3. Dalam MPS terdapat batas waktu penyesuaian pesanan yang dibagi kedalam Demand Time Fences (DTF) dan Planing Time Fences (PTF). Dalam perhitungan MPS, DTF ditentukan pada periode ke-3 dan PTF pada periode ke-6. Perhitungan PAB dibagi kedalam beberapa daerah yaitu daerah sebelum DTF menggunakan aktual order, pada daerah kedua yaitu PTF menggunakan maksimasi antara aktual order dan Forecast. PTF dan DTF sangat mempengarui jumlah PAB yang dibuat.

4. Rough Cut Capacity Planing

1. Perencanaan kapasitas kasar ini akan menjadi kerangka dasar untuk

perencanaan kebutuhan, penjadwalan dan implementasi

selanjutnya.

2. Dari pengolahan data dapat disimpulkan bahwa kapasitas yang tersedia memenuhi kapasitas yang dibutuhkan dalam produksi. 5. Lotting

 Pada metode EOQ, permintaan (kebutuhan) diketahui dengan pasti dan konstan (tetap) sepanjang waktu. Pemesanan kembali dilakukan ketika persediaan mencapai titik nol, dan akan langsung diterima seketika, sesuai ukuran pemesanan yang dilakukan, sehingga tidak akan terjadi kekurangan persediaan

 Pada teknik POQ, interval pemesanan ditentukan dengan suatu

perhitungan yang didasarkan pada logika EOQ klasik yang telah dimodifikasi sehingga dapat digunakan permintaan yang berperiode waktu diskrit. Jadi pada teknik POQ ini interval atau periode pemesanan sama dan pemintaannya bisa jadi berubah (diskontinuitas). 6. Material Requirement Planning

Dari perhitungan MRP diperoleh data perencanakan pembuatan/pembelian komponen/bahan baku yang diperlukan untuk melaksanakan MPS sehingga kita dapat menentukan hal – hal sebagai berikut:


(3)

149

 Menentukan jumlah kebutuhan material secara tepat serta waktu pemesanan atau pembuatannya dalam rangka memenuhi permintaan produk akhir yang sudah direncanakan dalam MPS.

 Menentukan besarnya kebutuhan minimal dari setiap material yang diperlukan.

 Menentukan pelaksanaan rencana pemesanan yang berarti MRP mampu

untuk memberikan indikasi kapan pemesanan atau pembatalan atas pemesanan harus dilakukan.

 Menentukan penjadwalan ulang produksi atau pembatalan atas suatu jadwal produksi yang sudah direncanakan.

6.2. Saran

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran atau referensi bagi perusahaan dalam meningkatkan produktivitas dan menambah kapasitasnya. Adapun saran yang mungkin menjadi bahan acuan bagi perusahaan, penulis cantumkan dalam poin-poin sebagai berikut:

 Perusahaan harus melakukan perencanaan produksi secara matang dan secara rinci agar dapat meningkatkan produktivitas.

 Perusahaan harus memperhatikan kapan pemesanan dilakukan, kapan

datangnya pesanan dan berapa jumlah pesanan yang seharusanya dilakukan.

 Perusahaan melakukan evaluasi secara berkala, melihat real dilapangan, dimana waktu baku yang ada dilapangan berbeda dengan waktu standar baku lama yang dimiliki perusahaan.

 Perusahaan harus mengetahui kapasitas yang dimiliki perusahaan agar tidak terjadi keterlambatan order atau penambahan ongkos.

 Perusahaan harus memilih metode perencanaan yang tepat, sehingga dapat


(4)

DAFTAR PUSTAKA

1. Gazpersz, Vincent (2005),Production Planning and Inventory Control, PT Gramedia Pustaka: Jakarta.

2. Ginting, Rosnani (2007), Sistem Produksi, Graha Ilmu: Yogyakarta.

3. Henny (2009), Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Hand Out Mata Kuliah PPC 2, Teknik Industri UNIKOM, Bandung.

4. Laboratorium Sistem Produksi (2009), Panduan Praktikum Sistem

Produksi , Teknik Industri UNIKOM, Bandung.

5. Robecca, Julian (2009), Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Hand Out Mata Kuliah PPC 1, Teknik Industri UNIKOM, Bandung.


(5)

Curriculum Vitae

Data Pribadi

 Nama : Oktrapialdi Eka Sakti

 Nama Panggilan : Aldi

 Jenis Kelamin : Laki-laki

 Tempat dan Tanggal Lahir : Alahan Panjang,01 Oktober 1989

 Kewarganegaraan : WNI (Warga Negara Indonesia)

 Agama : Islam

 Status : Belum menikah

 Nama Orang Tua : - Ben Indones

- Emni Yulita

 Tempat Tinggal Sekarang : Jl. Titimplik No. 44C

RT. 02/ RW. 06 Bandung 40133

 Telp. Seluler : 085668355789 / 02292840924

Pendidikan Formal

 Universitas Komputer Indonesia Bandung (2007-2011)

 Tamatan SMA International Islamic Boarding School RI (2005-2007)

 Tamatan SLTP Negeri 1 Dangung - Dangung (2002-2005)

 Tamatan SD Negeri 44 Ompek Diateh (1996-2002)

 Tamatan TK Restu Ibu (1995-1996)

Keorganisasian

 SD : Pramuka, Perangkat Kelas (Ketua Kelas)

 SLTP : Pramuka, OSIS, Marching Band, Basket

 SMA : Pramuka, Baskelball Club, Jurnalis, Student Representative Council, Nasyid Club, Martial Art (Tapak Suci)


(6)

 UNIKOM Bandung : Himpunan Mahasiswa Jurusan Teknik Industri, LKMM, Muda Mudi Gonjong Limo Bandung.

 Luar Kampus :Muda Mudi Gonjong Limo Bandung,LPK SUFIKOM, Basketball Kaskus Bandung

Seminar

 Emotional Spiritual Question (ESQ) (2007)

 Latihan Kepemimpinan Manajemen Mahasiswa (2008)

 Pelatihan Autocad (2010)

Kemampuan

Computer literature Dapat mengoperasikan Micosoft Office

(Word, Excel, Powerpoint)

Internet Familiar dengan Internet

Team Work Leader Saya mempunyai pengalaman dalam

kepemimpinan dalam tim

Public Speaking Berkemampuan dalam berkomunikasi

dan bernegosiasi

Hobi

Membaca Koran, Majalah, Comics, Nonton Film, Bermain Basket, dan Internet Browsing