Perencanaan Jadwal Induk Produksi pada PT. Morawa Electric Transbuana

(1)

PERENCANAAN JADWAL INDUK PRODUKSI PADA PT. MORAWA ELECTRIC TRANSBUANA

TUGAS SARJANA

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh :

ATANIA RASBINA S P 070403068

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N


(2)

PERENCANAAN JADWAL INDUK PRODUKSI PADA

PT. MORAWA ELECTRIC TRANSBUANA

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

oleh

ATANIA RASBINA S P 070403068

Disetujui Oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

(Prof. Dr.Ir. Sukaria Sinulingga, M.Eng) (Ikhsan Siregar, ST, M.Eng )

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N


(3)

ABSTRAK

PT. Morawa Electric Transbuana yang berlokasi di Jalan Raya Medan Tanjung Morawa Km. 20.5, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, adalah perusahaan yang bergerak di bidang perakitan transformator tegangan tinggi yang berproduksi berdasarkan pesanan (make-to-order). Perusahaan ini sering mengalami keterlambatan penyelesaian order dari waktu yang telah ditetapkan bagian produksi. Hal ini terjadi mayoritas disebabkan sistem perencanaan operasional yang kurang terintegrasi dengan mempertimbangkan kapasitas produksi. Saat order dari konsumen datang, perusahaan langsung menerima order tersebut tanpa meninjau terlebih dahulu sumber daya kapasitas produksi yang tersedia. Perusahaan juga memproduksi setiap transformator yang di-order hanya berdasarkan pertimbangan dan pengalaman dari kepala bagian produksi, tanpa menganalisis jadwal proses operasi di lantai pabrik. Sehingga bagian produksi sering tidak dapat menyelesaikan order dari konsumen sesuai dengan batas waktu yang telah ditetapkan dan sering mengadakan kerja lembur (overtime) pada saat pekerjaan menumpuk.

Dengan adanya jadwal induk produksi yang berfungsi sebagai basis dalam penentuan jadwal proses operasi di lantai pabrik, dan jadwal alokasi sumber daya untuk mendukung jadwal pengiriman produk kepada konsumen, maka perusahaan akan dapat melakukan kegiatan produksi secara terencana dan terkendali. Oleh sebab itu, PT. Morawa Electric Transbuana memerlukan perencanaan jadwal induk produksi transformator agar dapat melakukan pengendalian kegiatan produksi secara terintegrasi.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan rancangan jadwal induk produksi dalam upaya memenuhi jadwal pengiriman produk kepada pelanggan pada PT. Morawa Electric Transbuana. Dari hasil penyusunan jadwal induk produksi, semua produk yang dipesan dapat diselesaikan 1 minggu sebelum tanggal yang telah ditetapkan konsumen atau dengan kata lain tidak ditemukan keterlambatan penyelesaian order pada lantai produksi dan juga dapat diperoleh rencana kapasitas kasar yang dibutuhkan perusahaan.

Keywords : Jadwal Induk Produksi (JIP), Rough Cut Capacity Planning (RCCP)


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas sarjana ini.

Tugas sarjana ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana teknik di Departemen Teknik Industri, program studi reguler strata satu, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Adapun judul untuk tugas sarjana ini adalah “Perencanaan Jadwal Induk Produksi pada PT. Morawa Electric Transbuana”.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan tugas sarjana ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan masukan yang sifatnya membangun untuk menyempurnakan tugas sarjana ini. Semoga tugas sarjana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

Medan, Desember 2012 Penulis,


(5)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur dan terimakasih penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Departemen Teknik Industri USU serta telah memberikan kekuatan bagi penulis selama masa kuliah dan penulisan laporan tugas sarjana ini.

Dalam penulisan tugas sarjana ini, penulis telah mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa materi, moral, informasi maupun administrasi. Oleh karena itu sudah selayaknya penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT. selaku Ketua Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Ir. Ukurta Tarigan, MT selaku Sekretaris Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT dan Bapak Ir. Mangara Tambunan, M.Sc selaku Koordinator Tugas Sarjana Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Sukaria S, M.Eng selaku Koordinator Bidang Manufaktur Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan dukungan dan arahan dalam pengajuan judul tugas sarjana dan selaku Dosen Pembimbing I atas waktu, bimbingan, pengarahan, dan masukan yang diberikan kepada penulis dalam penyelesaian tugas sarjana ini.


(6)

5. Bapak Ikhsan Siregar, ST, M.Eng selaku Dosen Pembimbing II atas waktu, bimbingan, pengarahan, dan masukan yang diberikan kepada penulis dalam penyelesaian tugas sarjana ini.

6. Pegawai Departemen Teknik Industri, Bang Ridho, Bang Mijo, Kak Dina, Bang Nurmansyah, dan Ibu Ani, yang telah membantu administrasi pelaksanaan tugas sarjana ini.

7. Bapak Francis Rajagukguk selaku Kepala Bagian Produksi dan juga kepada seluruh staf dan karyawan PT. Morawa Electric Transbuana yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian tugas sarjana di perusahaan tersebut dan meluangkan waktu dalam membimbing penulis sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik .

8. Kedua orangtua (P. Sembiring Pandia dan L. Sinuhaji), adikku (Lizda Dwiyana, Amd dan Brema Pandia) dan seluruh keluarga besar penulis yang telah banyak mendukung dan mendoakan penulis dalam pengerjaan tugas sarjana.

9. Lidya, Sinur, Elizabeth, Melisa dan seluruh rekan-rekan stambuk 2007 yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, atas dukungan, kerjasama yang baik, masukan serta motivasi yang diberikan kepada penulis.

10. Teman-teman kelompok (Kak Trisna, Yetty, Putri, dan Frisilia) yang senantiasa memberi semangat dan mengajarkan penulis untuk tetap berharap kepada Yesus Kristus dalam setiap hal yang penulis hadapi.


(7)

11. Adik-adik kelompok (Iwin, Samarpal, Dedy, Rido, Daniel, Ijin, Putra, Ardiko, Abram, Nathan, Liel, Roynaldo, Vernando, dan Korintus) yang memberi semangat bagi penulis selama pengerjaan tugas sarjana ini.

Kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas sarjana ini dan tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.


(8)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

SERTIFIKAT EVALUASI TUGAS SARJANA ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTA TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

I PENDAHULUAN ... I-1

1.1. Latar belakang Masalah ... I-1 1.2. Rumusan Masalah ... I-3 1.3. Tujuan Penelitian ... I-4 1.4. Manfaat Penelitian ... I-4 1.5. Batasan dan Asumsi Penelitian ... I-5 1.6. Sistematika Penulisan Tugas Sarjana ... I-5


(9)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

I I GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1

2.1. Sejarah Perusahaan... II-1 2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-2 2.3. Organisasi dan Manajemen ... II-2 2.3.1. Struktur Organisasi ... II-2 2.3.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab ... II-4 2.3.3. Tenaga Kerja dan Jam Kerja Perusahaan ... II-4 2.3.3.1. Tenaga Kerja ... II-4 2.3.3.2. Jam Kerja ... II-7 2.3.4. Sistem Pengupahan ... II-7 2.4. Jumlah dan Spesifikasi Produk ... II-8 2.5. Bahan ... II-9 2.5.1. Bahan Baku ... II-9 2.5.2. Bahan Penolong ... II-11 2.5.3. Bahan Tambahan ... II-12 2.6. Uraian Proses Produksi ... II-13 2.6.1. Proses Pemotongan Silikon (Silicon Steel Cutting) ... II-13 2.6.2. Penggulungan Inti Trafo (Core Winding) ... II-14 2.6.3. Penimbangan Berat Inti (Weight Measurement) ... II-15 2.6.4. Proses Annealing ... II-16 2.6.5. Pengujian Rugi-rugi Inti Transformator (Core Lost Test) II-17


(10)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

2.6.6. Proses Pemotongan dan Pembuatan Kertas Isolasi ... II-18 2.6.7. Penggulungan Kumparan (Coil Winding) ... II-19 2.6.8. Pemasangan dan Koneksi Kumparan ... II-21 2.6.9. Pengeringan Gulungan Kumparan (First Drying) ... II-21 2.6.10.Finishing ... II-22 2.7. Mesin dan Peralatan ... II-25 2.7.1. Mesin ... II-25 2.7.2. Peralatan ... II-26 2.7.3. Utilitas ... II-26 2.7.4. Safety and Fire Protection ... II-27 2.7.5. Waste Treatment ... II-28 2.7.6. Maintenance ... II-28 2.7.7. Tata Letak Pabrik ... II-28

III LANDASAN TEORI ... III-1

3.1. Definisi dan Sasaran Pengendalian Produksi ... III-1 3.2. Perencanaan Agregat ... III-2 3.3. Resource Planning ... III-3 3.4. Jadwal Induk Produksi (JIP) ... III-3 3.5. Perencanaan Kasar Kebutuhan Kapasitas (RCCP) ... III-4 3.6. Peramalan ... III-5


(11)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

3.6.1. Konsep Dasar Peramalan ... III-5 3.6.2. Metode Time Series ... III-6 3.6.3. Kriteria Performance Peramalan ... III-8 3.6.4. Proses Verifikasi ... III-10

IV METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... IV-1 4.2. Jenis Penelitian ... IV-1 4.3. Objek Penelitian ... IV-1 4.4. Kerangka Konseptual ... IV-1 4.5. Identifikasi Variabel Penelitian ... IV-3 4.5.1. Variabel Independen ... IV-3 4.5.2. Variabel Dependen ... IV-4 4.6. Instrumen Penelitian ... IV-5 4.7. Pengumpulan Data ... IV-5 4.7.1. Sumber Data ... IV-5 4.7.2. Metode Pengumpulan Data ... IV-6 4.8. Metode Pengolahan Data ... IV-7 4.9 . Analisis Pemecahan Masalah ... IV-10


(12)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1

5.1. Pengumpulan Data ... V-1 5.1.1. Data Permintaan Produk ... V-1 5.1.2. Data Stasiun Kerja (Work Center) ... V-2 5.1.3. Data Kapasitas Rata-Rata Setiap Work Center ... V-3 5.2. Pengolahan Data ... V-5 5.2.1. Peramalan ... V-5 5.2.2. Penyusunan Agregat Planning ... V-15

5.2.3. Perhitungan Resource Planning ... V-16 5.2.4. Penyusunan Jadwal Induk Produksi ... V-17 5.2.5. Perhitungan Rough-Cut Capacity Planning (RCCP) ... V-19 5.2.5.1. Perhitungan Kapasitas yang Dibutuhkan ... V-19 5.2.5.2. Perhitungan Kapasitas Tersedia ... V-23 5.2.5.3. Laporan RCCP ... V-24

VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL ... VI-1

6.1. Analisis Hasil Peramalan ... VI-1 6.2. Analisis Agregat Planning ... VI-2 6.3. Analisis Resource Planning ... VI-3


(13)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

6.4. Analisis Jadwal Induk Produksi ... VI-4 6.5. Analisis Rough-Cut Capacity Planning (RCCP) ... VI-5

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1

7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran ... VII-2

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(14)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

2.1. Perincian Jumlah Tenaga Kerja pada PT. Morawa Electric

Transbuana ... II-6 2.2. Jam Kerja PT. Morawa Electric Transbuana ... II-7 2.3. Spesifikasi Produk Transformator Satu Fasa ... II-8 2.4. Spesifikasi Produk Transformator Tiga Fasa ... II-8 2.5. Mesin Produksi pada PT. Morawa Electric Transbuana ... II-26 3.1. Perencanaan JIP ... III-4 5.1. Permintaan Transformator dari Juni 2010 sampai denganMei

2012 ... V-1 5.2. Permintaan Transformator pada Bulan Juni 2012 ... V-2 5.3. Stasiun Kerja (Work Center) ... V-3 5.4. Kapasitas Rata-Rata Setiap Work Center ... V-4 5.5. Perhitungan Parameter Peramalan untuk Metode Siklis ... V-6 5.6. Perhitungan Parameter Peramalan untuk Metode Kuadratis ... V-8 5.7. Perhitungan SEE Metode Siklis ... V-10 5.8. Perhitungan SEE Metode Kuadratis... V-11 5.9. Perhitungan Verifikasi Peramalan... V -13 5.10. Peramalan Permintaan Transformator... V -15 5.11. Agregat Planning untuk Satu Tahun ke Depan... V -16 5.12. Kebutuhan Kapasitas Agregat Work Center VIII untuk Satu


(15)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.13. Proporsi Produk Transformator ... V -18 5.14. Hasil Peramalan Produk Transformator untuk Bulan Juni

2012 ... V-18 5.15. Jadwal Induk Produksi Transformator untuk Bulan Juni 2012 .. V-19 5.16. Rekapitulasi Perhitungan Kapasitas yang Dibutuhkan ... V-20 5.16. Rekapitulasi Perhitungan Kapasitas yang Dibutuhkan

Lanjutan ... V-21 5.16. Rekapitulasi Perhitungan Kapasitas yang Dibutuhkan

Lanjutan ... V-22 5.16. Rekapitulasi Perhitungan Kapasitas yang Dibutuhkan

Lanjutan ... V-23 5.17. Kapasitas Tersedia Tiap Work Center ... V-24 5.18. Laporan RCCP Juni 2012 ... V-25 6.1. Peramalan Permintaan Transformator... VI-2 6.2. Agregat Planning untuk Satu Tahun ke Depan... VI-3 6.3. Hasil Peramalan Produk Transformator untuk Bulan Juni

2012 ... VI-4 6.4. Jadwal Induk Produksi Transformator untuk Bulan Juni 2012 .. VI-5 6.5. Rencana Kapasitas yang Dibutuhkan ... VI-6 6.5. Rencana Kapasitas yang Dibutuhkan Lanjutan... VI-7 6.5. Rencana Kapasitas yang Dibutuhkan Lanjutan... VI-8


(16)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

6.5. Rencana Kapasitas yang Dibutuhkan Lanjutan... VI-9 6.6. Kapasitas Tersedia tiap Work Center ... VI-10 6.7. Laporan RCCP Juni 2012 ... VI-11


(17)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1. Struktur Organisasi PT. Morawa Electric Transbuana ... II-3

3.1. Moving Range Chart ... III-10

4.1. Kerangka Konseptual Penelitian ... IV-3

4.2. Pengolahan Peramalan dengan Time Series ... IV-8

4.3. Flow Chart Penyusunan Jadwal Induk Produksi (JIP) dan

RCCP (Rough-Cut Capacity Planning) ... IV-9

4.4. Pengolahan Data ... IV-10

5.1. Scatter Diagram Jumlah Permintaan Transformator ... V-5


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

1. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab ... L.1

2. Mesin dan Peralatan ... L.8

3. Data historis permintaan transformator dari Juni 2010 sampai

dengan Mei 2012 ... L.11

4. Form Tugas Akhir ... L.12

5. Surat Penjajakan ... L.14

6. Surat Balasan Perusahaan ... L.15

7. Surat Keputusan Tugas Akhir ... L.16


(19)

ABSTRAK

PT. Morawa Electric Transbuana yang berlokasi di Jalan Raya Medan Tanjung Morawa Km. 20.5, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, adalah perusahaan yang bergerak di bidang perakitan transformator tegangan tinggi yang berproduksi berdasarkan pesanan (make-to-order). Perusahaan ini sering mengalami keterlambatan penyelesaian order dari waktu yang telah ditetapkan bagian produksi. Hal ini terjadi mayoritas disebabkan sistem perencanaan operasional yang kurang terintegrasi dengan mempertimbangkan kapasitas produksi. Saat order dari konsumen datang, perusahaan langsung menerima order tersebut tanpa meninjau terlebih dahulu sumber daya kapasitas produksi yang tersedia. Perusahaan juga memproduksi setiap transformator yang di-order hanya berdasarkan pertimbangan dan pengalaman dari kepala bagian produksi, tanpa menganalisis jadwal proses operasi di lantai pabrik. Sehingga bagian produksi sering tidak dapat menyelesaikan order dari konsumen sesuai dengan batas waktu yang telah ditetapkan dan sering mengadakan kerja lembur (overtime) pada saat pekerjaan menumpuk.

Dengan adanya jadwal induk produksi yang berfungsi sebagai basis dalam penentuan jadwal proses operasi di lantai pabrik, dan jadwal alokasi sumber daya untuk mendukung jadwal pengiriman produk kepada konsumen, maka perusahaan akan dapat melakukan kegiatan produksi secara terencana dan terkendali. Oleh sebab itu, PT. Morawa Electric Transbuana memerlukan perencanaan jadwal induk produksi transformator agar dapat melakukan pengendalian kegiatan produksi secara terintegrasi.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan rancangan jadwal induk produksi dalam upaya memenuhi jadwal pengiriman produk kepada pelanggan pada PT. Morawa Electric Transbuana. Dari hasil penyusunan jadwal induk produksi, semua produk yang dipesan dapat diselesaikan 1 minggu sebelum tanggal yang telah ditetapkan konsumen atau dengan kata lain tidak ditemukan keterlambatan penyelesaian order pada lantai produksi dan juga dapat diperoleh rencana kapasitas kasar yang dibutuhkan perusahaan.

Keywords : Jadwal Induk Produksi (JIP), Rough Cut Capacity Planning (RCCP)


(20)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pada era globalisasi ini, tingkat persaingan antar perusahaan manufaktur semakin ketat. Dengan meningkatnya persaingan antar perusahaan, pelanggan semakin tidak bersedia untuk menunggu mendapatkan pesanannya. Oleh karena itu, perusahaan yang mampu menghasilkan produk yang tepat waktu dan tepat jumlah merupakan perusahaan yang mampu bertahan dalam persaingan.

PT. Morawa Electric Transbuana yang berlokasi di Jalan Raya Medan Tanjung Morawa Km. 20.5, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, adalah perusahaan yang bergerak di bidang perakitan transformator tegangan tinggi yang berproduksi berdasarkan pesanan (make-to-order). Perusahaan ini sering mengalami keterlambatan penyelesaian order. Pada tahun 2011 terjadi sampai sepuluh kali keterlambatan penyelesaian order dari waktu yang telah ditetapkan bagian produksi. Keterlambatan tersebut terjadi satu kali pada bulan Januari, Februari, April, Mei, September, Oktober, dan dua kali pada bulan November dan Desember. Hal ini terjadi mayoritas disebabkan sistem perencanaan operasional yang kurang terintegrasi dengan mempertimbangkan kapasitas produksi. Saat order dari konsumen datang, perusahaan langsung menerima order tersebut tanpa meninjau terlebih dahulu sumber daya kapasitas produksi yang tersedia. Perusahaan juga memproduksi setiap transformator yang di-order hanya berdasarkan pertimbangan dan pengalaman dari kepala bagian produksi, tanpa


(21)

menganalisis jadwal proses operasi di lantai pabrik. Oleh karena itu, bagian produksi sering tidak dapat menyelesaikan order dari konsumen sesuai dengan batas waktu yang telah ditetapkan dan sering mengadakan kerja lembur (overtime) pada saat pekerjaan menumpuk. Hal ini dapat mengakibatkan kepuasan pelanggan tidak tercapai, dan dapat mengurangi tingkat kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan sehingga perusahaan dapat mengalami penurunan tingkat penjualan.

Oleh karena itu, perusahaan perlu membuat jadwal induk produksi sebagai basis dalam penentuan jadwal proses operasi di lantai pabrik, dan jadwal alokasi sumber daya untuk mendukung jadwal pengiriman produk kepada konsumen. Dengan adanya jadwal induk produksi maka perusahaan akan dapat melakukan kegiatan produksi secara terencana dan terkendali sehingga kepuasan pelanggan tercapai karena terpenuhinya order terhadap produk tepat waktu dan tepat jumlah. Menurut Ir. Widya Anggraeni, dan Farry Firman Hidayat, MSIE1

1

Widya Anggraeni, Ir. dan Firman Hidayat, MSIE. 2007. Penerapan Jadwal Induk Produksi Tutup Botol Minuman pada PT. Crown Closures Indonesia. Universitas Gunadarma.

, penelitian Penerapan Jadwal Induk Produksi pada PT. Crown Closures Indonesia menunjukkan bahwa jadwal induk produksi berguna untuk menjadwalkan pesanan produk yang akan dibuat, sebagai landasan untuk penjadwalan kegiatan produksi, sehingga kebutuhan sumber daya yang diperlukan dapat disesuaikan dengan sumber daya yang dimiliki, dimana PT. Crown Closures Indonesia yang dikenal sebagai perusahaan yang memproduksi tutup botol dengan lingkungan manufaktur membuat untuk pesanan, yaitu memproduksi barang berdasarkan permintaan, harus dapat mengidentifikasi permintaan dari konsumen sehingga diperlukan perencanaan produksi yang tepat yang disesuaikan dengan kapasitas semua


(22)

sumber daya. Menurut Bob Rizky Yanuar2, penelitian yang dilakukan pada PT. Satriya Perdana Ekatama menunjukkan bahwa dengan merencanakan jadwal induk produksi dapat dilakukan penjadwalan pesanan-pesanan produksi, memberikan landasan untuk penentuan kebutuhan sumber daya dan kapasitas, dan memberikan basis untuk pembuatan janji tentang penyerahan produk kepada pelanggan, sehingga memenuhi target tingkat pelayanan terhadap konsumen, dan efisiensi sumber daya produksi. Oleh karena itu, dengan merencanakan jadwal induk produksi transformator, PT. Morawa Electric Transbuana dapat melakukan pengendalian kegiatan produksi secara terintegrasi.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan yang dihadapi oleh perusahaaan adalah sering mengalami keterlambatan penyelesaian order oleh bagian produksi yang mayoritas disebabkan sistem perencanaan operasional yang kurang terintegrasi dengan mempertimbangkan kapasitas produksi.

Untuk memecahkan masalah tersebut, maka perlu direncanakan jadwal induk produksi pada PT. Morawa Electric Transbuana sebagai dasar untuk melakukan kegiatan produksi sehingga kepuasan pelanggan tercapai karena terpenuhinya order terhadap produk tepat waktu dan tepat jumlah.

2

Rizky Yanuar, Bob. 2005. Mempelajari Jadwal Induk Produksi pada Pembuatan Oil Tankhidrolic di PT. Satriya Perdana Ekatama. Universitas Gunadarma.


(23)

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini terbagi atas dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mendapatkan rancangan jadwal induk produksi dalam upaya memenuhi jadwal pengiriman produk kepada pelanggan pada PT. Morawa Electric Transbuana.

Tujuan khusus penelitian ini adalah : 1. Meramalkan permintaan satu tahun ke depan 2. Menyusun Agregat Planning

3. Menyusun Resource Planning 4. Menetapkan jadwal induk produksi

5. Menghitung RCCP ( Rough-Cut Capacity Planning )

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Bagi pihak perusahaan

Sebagai masukan bagi perusahaan untuk perbaikan sistem perencanaan produksi.

2. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini berguna untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam memecahkan suatu permasalahan di dunia nyata dengan mengaplikasikan teori yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan.


(24)

Penelitian bermanfaat sebagai tambahan referensi yang dapat memperkaya laporan-laporan penelitian Teknik Industri serta dapat digunakan sebagai acuan bagi penelitian-penelitian selanjutnya.

1.5. Batasan dan Asumsi Penelitian

Batasan-batasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Peramalan permintaan hanya satu tahun ke depan (12 periode).

2. Objek penelitian yang diamati merupakan produk yang diorder pada bulan Juni 2012.

Asumsi- asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Proses produksi yang dilakukan perusahaan tidak mengalami perubahan selama penelitian.

2. Setiap mesin yang digunakan selama proses produksi dalam kondisi baik tanpa ada gangguan.

3. Metode kerja operator pada setiap operasi sudah standar dan bekerja dengan normal.

1.6. Sistematika Penulisan Tugas Sarjana

Sistematika yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan, menguraikan latar belakang masalah yang mendasari peneliti melakukan perencanaan jadwal induk produksi, rumusan masalah, tujuan


(25)

penelitian, manfaat penelitian, batasan dan asumsi penelitian, dan sistematika penulisan tugas sarjana.

Bab II Gambaran Umum Perusahaan, menguraikan sejarah perusahaan, ruang lingkup bidang usaha, organisasi dan manajemen perusahaan yang meliputi struktur organisasi, uraian tugas dan tanggung jawab, jam kerja, dan sistem pengupahan, jumlah dan spesifikasi produk, bahan-bahan yang digunakan untuk proses produksi, uraian proses produksi, serta mesin dan peralatan.

Bab III Landasan Teori, menguraikan teori-teori yang digunakan untuk mendukung penelitian seperti defenisi dan sasaran pengendalian produksi, perencanaan agregat, resource planning, jadwal induk produksi, RCCP, dan teknik peramalan. Sumber teori atau literatur yang menjadi referensi berasal dari buku yang dapat dilihat pada daftar pustaka.

Bab IV Metodologi Penelitian, menguraikan tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian yaitu meliputi penentuan lokasi dan waktu penelitian, jenis penelitian, objek penelitian, kerangka konseptual, variabel penelitian, instrumen penelitian, pengumpulan data, pengolahan data, dan analisis pemecahan masalah.

Bab V Pengumpulan dan Pengolahan Data, mengidentifikasikan data yang diperlukan baik data primer seperti data urutan proses produksi transformator dan data sekunder seperti data permintaan produk transformator, dan data kapasitas rata-rata setiap work center. Selain itu, juga terdapat pengolahan data yang terdiri dari peramalan permintaan, perencanaan agregat, penyusunan resource planning, penyusunan jadwal induk produksi dan RCCP.


(26)

Bab VI Analisis Pemecahan Masalah, menguraikan analisis dari hasil pengolahan data.

Bab VII Kesimpulan dan Saran, menguraikan hasil pemecahan masalah yang disesuaikan dengan tujuan penelitian dan memberikan saran kepada pihak perusahaan.


(27)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

Energi listrik sangat dibutuhkan masyarakat pada zaman sekarang ini. Energi listrik mempunyai manfaat yang sangat besar dalam kehidupan sehari-hari masyarakat maupun kegiatan proses produksi pada perusahaan. Pendistribusian energi listrik ini sangat tergantung pada transformator. Transformator adalah suatu peralatan tenaga listrik yang berfungsi untuk menyalurkan tenaga/daya listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya.

Dengan terus bertambahnya kebutuhan energi listrik bagi masyarakat dan perusahaan-perusahaan, menjadi peluang yang besar bagi investor untuk berinvestasi bagi perusahaan penghasil transformator, karena semakin bertambah kebutuhan pendistribusian listrik maka semakin banyak diperlukan transformator. Hal inilah yang mendorong pendirian perusahaan transformator PT. Morawa Electric Transbuana yang berlokasi di Jalan Raya Medan Tanjung Morawa Km 20,5 Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara. Perusahaan yang memproduksi transformator tegangan tinggi dengan kapasitas jenis satu fasa dan tiga fasa ini juga memiliki kantor yang beralamat di Jl. Perniagaan Baru No. 48D-50D Medan, Sumatera Utara. Perusahaan ini didirikan dengan ijin usaha tetap No. 127/M/SK/IMLD/VIII/88, tanggal 9 Agustus 1988. Ijin usaha tersebut kemudian diperluas dengan ijin perluasan No. 120/Kanwil-02/IP/ID-IMLDE/X/98 pada tanggal 5 Oktober 1992.


(28)

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

PT. Morawa Electric Transbuana memproduksi dua jenis transformator yaitu transformator satu fasa dan transformator tiga fasa. Transformator yang dihasilkan dikonsumsi oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN), yang merupakan konsumen utama dari PT. Morawa Electric dan juga perusahaan-perusahaan swasta lainnya seperti PT. Ariwabana, dan PT. Caltex Pasific Indonesia dan PT. SOCI. Transformator yang diproduksi juga diekspor ke luar negeri seperti Malaysia dan Singapura.

2.3. Organisasi dan Manajemen 2.3.1. Struktur Organisasi

Struktur organisasi PT. Morawa Electric Transbuana berbentuk lini dan fungsional. Pada struktur organisasi lini, wewenang dari atasan disalurkan secara vertikal kepada bawahan. Begitu juga sebaliknya, pertanggungjawaban dari bawahan secara langsung di tujukan kepada atasan yang memberi perintah. Adapun struktur organisasi fungsional dapat dilihat dengan adanya pembagian tugas, pendelegasian wewenang serta pembatasan tanggung jawab yang tegas pada setiap bidang yaitu bagian pemasaran, pabrik (produksi), keuangan dan administrasi berdasarkan fungsinya masing-masing dalam struktur organisasi. Struktur organisasi PT. Morawa Electric Transbuana dapat dilihat pada Gambar 2.1.


(29)

Direktur Pemasaran

Direktur Keuangan / ADM

Kepala Keuangan Presiden Direktur

Kepala Personalia Direktur

Pabrik Direktur

Pabrik

Kepala Penjualan

Kepala Proses Akhir

Manajer Produksi

Kepala Pengujian Kepala Design

Kepala Gudang Kepala Bengkel

Kepala Pembelian Kepala Distribusi


(30)

Pada PT. Morawa Electric Transbuana, order yang masuk dari pelanggan diterima oleh Kepala Penjualan, kemudian SPK (Surat Perintah Kerja) yang berisi informasi tentang pemesan, lead time, dan jumlah pesanan diserahkan Direktur Pemasaran kepada Direktur Pabrik. Direktur Pabrik kemudian mengadakan pertemuan dengan seluruh Kepala Bagian di pabrik untuk membahas order yang masuk. Kepala Design membuat desain dan modifikasi desain sesuai dengan surat perintah kerja yang ada dan menghitung bahan yang diperlukan untuk pembuatan transformator yang akan diproduksi untuk diserahkan kepada Kepala Pembelian dan Kepala Gudang. Manajer Produksi membagikan desain sesuai dengan surat perintah kerja kepada Kepala Pengujian dan Kepala Proses Akhir. Kemudian Manajer Produksi menjadwalkan dan mengawasi proses produksi transformator di lantai pabrik.

2.3.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab

Uraian tugas dan tanggung jawab pada masing-masing bagian PT. Morawa Electric Transbuana dapat dilihat pada lampiran 1.

2.3.3. Tenaga Kerja dan Jam Kerja Perusahaan 2.3.3.1. Tenaga Kerja

Sebagai salah satu faktor produksi, PT. Morawa Electric Transbuana sangat memperhatikan kualitas dan kuantitas tenaga kerja yang akan direkrut. Setelah proses perekrutan, dilakukan proses seleksi, penempatan, orientasi, dan


(31)

melakukan pelatihan (training) kepada calon tenaga kerja yang baru. Hal ini bertujuan untuk menjamin tersedianya tenaga kerja yang terampil.

Pada PT. Morawa Electric Transbuana terdapat dua golongan tenaga kerja yaitu tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tidak langsung. Penempatan posisi setiap tenaga kerja diatur oleh pihak manajemen perusahaan. Perincian jumlah tenaga kerja pada PT. Morawa Electric Transbuana dapat dilihat pada Tabel 2.1.


(32)

Tabel 2.1. Perincian Jumlah Tenaga Kerja pada PT. Morawa Electric Transbuana

No Jabatan Jumlah

(orang)

1 Presiden Direktur 1

2 Direktur Pemasaran 1

3 Direktur Keuangan/ADM 1

4 Direktur Pabrik 1

5 Manajer Produksi 1

6 Kepala Bagian Penjualan 1

7 Kepala Bagian Distribusi 1

8 Kepala Bagian Desain 1

9 Kepala Bagian Pembelian 1

10 Kepala Bagian Proses Akhir 1

11 Kepala Bagian Pengujian 1

12 Kepala Bagian Bengkel 1

13 Kepala Bagian Gudang 1

14 Kepala Bagian Keuangan 1

15 Kepala Bagian Personalia 1

16 Karyawan Seksi Desain 1

17 Karyawan Seksi Perawatan 1

18 Karyawan Seksi Bengkel 16

19 Karyawan Seksi Pengujian Material 3

20 Karyawan Seksi Produksi Inti 2

21 Karyawan Seksi Pemanggangan Inti 1

22 Karyawan Seksi Pengujian Inti 1

23 Karyawan Seksi Pembuatan Kertas Isolasi 2 24 Karyawan Seksi Penggulungan Kumparan 9 25 Karyawan Seksi Perakitan/Koneksi Kumparan 7

26 Karyawan Seksi Pengeringan Trafo 2

27 Karyawan Seksi Finishing 6

28 Karyawan Seksi Gudang 1

29 Karyawan Seksi Lokal 1

30 Karyawan Seksi Ekspor 1

31 Karyawan Seksi Administrasi 4

32 Karyawan Seksi Keamanan 8

Total 81


(33)

2.3.3.2. Jam Kerja

PT. Morawa Electric Transbuana memberlakukan jam kerja selama enam hari dalam seminggu yaitu dari hari Senin sampai Sabtu. Apabila perusahaan memiliki order yang banyak, maka hari Minggu juga bekerja (khusus bagian produksi) untuk menyelesaikan pesanan tersebut. Karyawan yang memiliki jam kerja melebihi jam kerja yang telah ditentukan dianggap lembur. Pembagian jam kerja pada PT. Morawa Electric Transbuana dapat dilihat pada Tabel 2.2. berikut.

Tabel 2.2. Jam Kerja PT. Morawa Electric Transbuana

Hari Jam Kerja Keterangan Senin-Kamis

08.30 - 12.00 Kerja 12.00 - 13.00 Istirahat 13.00 - 16.00 Kerja Jumat

08.30 - 12.00 Kerja 12.00 - 13.30 Istirahat 13.30 - 16.00 Kerja Sabtu

08.30 - 12.00 Kerja 12.00 - 13.00 Istirahat 13.00 - 15.00 Kerja

Sumber: PT. Morawa Electric Transbuana

2.3.4. Sistem Pengupahan

Pembayaran upah karyawan oleh PT. Morawa Electric Transbuana dilakukan setiap awal bulan dimana besar upah berdasarkan jabatan, keahlian, kecakapan, pendidikan, dan prestasi kerja karyawan yang bersangkutan. Adapun perincian upah pada PT. Morawa Electric Transbuana adalah gaji pokok, upah lembur, tunjangan kesehatan dan keluarga, dan insentif kerajinan. Disamping


(34)

upah yang diterima setiap awal bulan, karyawan juga mendapatkan tunjangan hari raya dan bonus tahunan berdasarkan keuntungan yang diperoleh perusahaan.

2.4. Jumlah dan Spesifikasi Produk

PT. Morawa Electric Transbuana memproduksi dua jenis transformator inti (core type) yaitu transformator satu fasa dan tiga fasa. Untuk spesifikasi produk transformator satu fasa dapat dilihat pada Tabel 2.3, sedangkan spesifikasi produk transformator tiga fasa dapat dilihat pada Tabel 2.4.

Tabel 2.3. Spesifikasi Produk Transformator Satu Fasa

Uraian Spesifikasi Transformator

Daya Pengenal kVA 5 10 15 25 50

Jumlah Fasa - 1 1 1 1 1

Frekuensi Pengenal Hz 50 50 50 50 50

Tegangan Primer kV 20 20 20 20 20

Tegangan Sekunder kV 231/462 231/462 231/462 231/462 231/462

Arus Beban Nol % 2,4 2,3 2 1,6 1,4

Sumber: PT. Morawa Electric Transbuana

Tabel 2.4. Spesifikasi Produk Transformator Tiga Fasa

Uraian Spesifikasi Transformator

Daya Pengenal kVA 25 50 100 160 200 250 315 400 500 630 800 1000 1250 1600

Jumlah Fasa - 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

Frekuensi

Pengenal Hz 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 Tegangan Primer kV 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 Tegangan

Sekunder kV 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 Arus Beban Nol % 2,3 2,3 2,3 2,1 2 1,9 1,9 1,8 2 2 2 2 2 2


(35)

2.5. Bahan

Adapun bahan yang digunakan untuk proses produksi pada PT. Morawa Electric Transbuana adalah sebagai berikut.

2.5.1 Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan dalam memproduksi transformator adalah:

1. Plat Silicon Steel

Silicon steel digunakan untuk pembuatan inti transformator. Jenis silicon steel yang digunakan adalah Grain Oriented Core HHB atau Z8H produksi Nippon Steel Jepang dan jenis RG8H produksi Kawasaki Steel Jepang. Silicon steel berbentuk lembaran plat yang tergulung berlapis-lapis.

2. Kawat Tembaga (Cooper Wire)

Kawat tembaga yang digunakan terdiri dari dua jenis, yaitu:

a. Enameled Copper Wire, kawat berbentuk silinder untuk gulungan primer dengan diameter 1,60 mm.

b. Rectangular Copper Wire, kawat berbentuk persegi untuk gulungan sekunder dengan ukuran 3,2 x 8 mm.

3. Kertas Isolasi

Kertas isolasi digunakan untuk gulungan primer dan koneksi antara kumparan-kumparan ke tap changer pada sisi primernya. Kertas ini juga berfungsi sebagai pengaman dalam mengisolasi kawat-kawat, kawat ke tangki dan kawat ke inti. Kertas ini berasal dari Jepang dalam bentuk gulungan besar


(36)

untuk ukuran 0,13-0,50 mm, sedangkan untuk ukuran 0,80-1,60 mm dikemas dalam peti.

4. Minyak

Minyak yang digunakan adalah jenis Dilla B dan minyak Esso Volta 80 buatan Amerika Serikat. Minyak ini berfungsi sebagai cairan pendingin agar transformator dapat berfungsi dengan stabil, terutama pada saat berbeban besar atau terkena sambaran petir.

5. High and Low Voltage Bushing

High and low voltage bushing merupakan bahan yang digunakan untuk tempat mengikat kabel jaringan distribusi listrik dan menghubungkannya ke dalam rangkaian transformator. Bahan ini diimpor dari Cina.

6. Tap Changer

Tap changer berfungsi sebagai switch otomatis yang berfungsi apabila transformator mendapat beban lebih terutama saat terkena sambaran petir, dan apabila suhu transformator tinggi.

7. Earth Terminal

Earth terminal merupakan instrumen listrik yang dihubungkan langsung dengan kawat yang ditanamkan di dalam tanah.

8. Thermometer

Thermometer merupakan alat yang ditambahkan dalam transformator yang digunakan untuk mengukur suhu transformator.

9. Pressure Terminal


(37)

10.Kertas OD

Kertas OD ini berguna untuk memberi celah/jarak antara kumparan sekunder dengan primer sehingga nantinya minyak dapat masuk pada celah tersebut sehingga panas yang timbul akibat adanya rugi-rugi tembaga (Cu) dapat diatasi.

11.Besi plat, besi siku, besi UNP, besi plat strip, dan roda besi hasil produksi dalam negeri, yang digunakan dalam pembuatan casing transformator.

2.5.2. Bahan Penolong

Bahan penolong yang digunakan dalam proses produksi adalah : 1. Gas Nitrogen (N2).

Gas ini digunakan dalam proses pemanggangan inti dan juga dalam proses pengujian kebocoran tangki transformator. Fungsi gas nitrogen pada saat proses pemanggangan inti adalah:

a. Untuk menghilangkan reaksi oksidasi antara oksigen dan inti, sehingga tidak terjadi pekaratan inti.

b. Membantu agar temperatur panas di dalam tungku pemanggangan merata. 2. HCl dan Soda Ash

HCl dan soda ash digunakan untuk membersihkan tangki dari karat.

3. Kayu Meranti

Kayu meranti digunakan untuk menyangga lilitan kumparan trafo agar kedudukannya tetap.


(38)

4. Pasir Kuarsa

Pasir kuarsa digunakan untuk menutupi pinggiran panggangan agar gas nitrogen yang dialirkan tidak keluar dari tungku pemanggangan tersebut.

2.5.3. Bahan Tambahan

Bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan transformator adalah: 1. Cotton Band

Merupakan bahan yang digunakan untuk mengikat kumparan pada inti agar tidak lepas.

2. Plat Merek

Plat merek “Morawa” digunakan untuk menunjukkan nama pabrik yang memproduksi transformator.

3. Name Plate

Name plate mencantumkan spesifikasi transformator yang ditempatkan pada tangki trafo.

4. Lem

Lem digunakan sebagai perekat kertas isolasi pada lilitan kumparan. Jenis lem yang digunakan adalah lem chack.

5. Kawat Las

Kawat las digunakan untuk mengelas tangki trafo dengan kumparan primer dan kumparan sekunder.


(39)

Baut dan mur digunakan untuk menghubungkan trafo ke tangki, menutup pressure terminal, menghubungkan oil gauge yang masuk ke dalam tangki, dan memasang tutup tangki trafo.

7. Hand Hold

Hand hold berfungsi sebagai pegangan dalam mempermudah pemindahan transformator dan terdiri dari dua pasang pegangan.

8. Cat

Cat digunakan dalam proses pengecatan tangki transformator.

2.6. Uraian Proses Produksi

Urutan proses produksi transformator pada PT. Morawa Electric Transbuana adalah sebagai berikut:

2.6.1. Proses Pemotongan Silikon (Silicon Steel Cutting)

Inti transformator terbuat dari silicon steel yang berfungsi untuk memperbesar fluksi magnet yang timbul bila pada kumparan transformator mengalir arus listrik. Ciri-ciri inti transformator yang baik adalah memiliki rugi-rugi arus pusar yang kecil. Silicon steel dibawa dari gudang ke bagian pemotongan. Silicon steel diukur sesuai dengan desain yang diinginkan misalnya untuk trafo 3 Fasa 50 KVA 50 HZ, diperlukan lebar masing-masing 100 mm, 90 mm, 80 mm, 60 mm, 40 mm. Silicon steel yang telah selesai diukur kemudian dipotong. Proses pemotongan inti transformator dilakukan setelah lembaran silikon dalam bentuk gulungan diletakkan pada penyangga mesin pemotongan,


(40)

kemudian mesin dijalankan secara perlahan-lahan dengan cara mengatur putarannya melalui panel sehingga plat inti dapat ditarik ke meja pemotongan yang telah diatur jarak pisau-pisaunya sesuai dengan keperluan yang diinginkan. Penyetelan jarak pisau-pisau ini diatur sedemikian rupa sehingga tidak ada plat inti yang terbuang. Selanjutnya mesin dijalankan dan plat yang telah dipotong diletakkan di tempat penyusunan plat. Hal yang perlu diperhatikan pada proses pemotongan inti harus dilakukan dengan cermat agar tidak terjadi pengelupasan fosfor yang melapisi inti.

2.6.2. Penggulungan Inti Trafo (Core Winding)

Hasil lembaran inti yang telah selesai dipotong dibawa ke penggulungan inti, kemudian lembaran-lembaran silicon steel yang telah dipotong tersebut digulung dengan menggunakan jendela-jendela yang terbuat dari mal besi dengan ukuran-ukuran tertentu. Pada transformator model lama, cara menyusun inti ini adalah dengan cara staching (inti susun) yaitu menyusun lembaran inti satu per satu keping. Untuk jenis transformator dengan daya tertentu, dapat digunakan dengan cara penggulungan wound core (inti gulung) dimana dapat diterapkan untuk transformator dengan daya nominal kecil. Wound core memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan cara staching yaitu:

a. Rugi-rugi inti kecil untuk rapat fluksi yang sama, maka terjadi penghematan dalam penggunaan inti transformator.

b. Arus penguatan (exciting current) sangat kecil karena kecilnya celah udara (air gap)


(41)

c. Tingkat kebisingan (noise level) rendah

d. Waktu yang dibutuhkan untuk proses ini lebih cepat e. Jumlah plat yang terbuang lebih sedikit.

Dengan pemakaian inti transformator yang lebih kecil, berarti dimensi transformator akan menjadi lebih kecil, pemakaian komponen-komponen bahan yang lain juga akan sedikit sehingga memberikan suatu penghematan. Kerugian dari cara wound core ini adalah dapat terjadi kerusakan (terbakar), dan jika demikian maka seluruh transformator akan diangkat dan diperbaiki di pabrik. Penggulungan inti trafo dengan cara staching atau inti susun, apabila terjadi kerusakan, maka cukup dengan membuka intinya dan mengeluarkan belitannya untuk diganti.

Penggulungan inti harus memperhatikan tegangan tarik (tensile strength) agar tidak terlalu besar, untuk menghindari kerusakan lapisan fosfor yang dapat menyebabkan rugi-rugi inti bertambah besar.

2.6.3. Penimbangan Berat Inti (Weight Measurement)

Inti transformator yang sudah selesai digulung, ditimbang untuk mengetahui apakah berat yang sebenarnya sesuai dengan berat yang sudah ditentukan menurut desainnya. Penimbangan ini juga berguna untuk menentukan berat total dari transformator yang sudah selesai, misalnya berat transformator 50-150 kVA adalah sekitar 35 kg.


(42)

2.6.4. Proses Annealing

Silicon steel dibawa ke bagian annealing dengan menggunakan hoist crane, kemudian silicon steel tersebut siap untuk dipanaskan dengan menggunakan tungku pemanas (annealing furnace) yang menggunakan energi listrik. Proses annealing ini berguna untuk:

a. Memperbaiki karakteristik inti yaitu memperkecil rugi-rugi inti.

b. Menghilangkan elastisitas dari bahan baku inti transformator, sehingga pada saat inti dikeluarkan bentuknya tidak mengalami perubahan.

Temperatur yang diperlukan untuk annealing inti diatur melalui panel kontrol, yang mengatur tegangan dan arus yang akan diberikan ke elemen pada tungku pemanas. Pada panel tersebut, thermocouple dihubungkan dengan relay temperature dengan range 0-1200oC, relay ini berfungsi untuk memutuskan dan menghubungkan tungku pemanas dari sumber tegangan sehingga dapat membatasi temperatur yang diinginkan yaitu 840oC. Uraian proses annealing inti transformator adalah sebagai berikut:

a. Inti (silicon steel) disusun pada bagian dasar tungku yang diberi pasir dan besi.

b. Inti yang telah disusun ditutup dengan penutup pertama dan dilanjutkan dengan penutup kedua. Pada penutup kedua terdapat elemen-elemen pemanas yang menggunakan listrik.


(43)

d. Arus listrik dialirkan ke dalam tungku melalui heater dengan tegangan 160 volt, sampai temperatur mencapai 300oC, sementara N2 tetap dialirkan

dengan tekanan yang sama.

e. Pindahkan switch ke 220 volt hingga temperatur mencapai 600oC dengan tekanan tetap.

f. Tegangan tetap dipertahankan 220 volt hingga temperatur mencapai 830oC selama 4 jam. Setelah itu sumber listrik diputus dan gas N2 tetap dialirkan

hingga proses annealing selesai.

g. Temperatur dibiarkan turun secara perlahan hingga mencapai suhu 500oC dan kemudian penutup luar pemanggang diangkat setinggi ± 30 cm dari dasar pemanggangan untuk membantu mengurangi temperatur secara perlahan sampai 350oC.

h. Penutup luar diangkat secara keseluruhan sedangkan penutup dalam tetap dibiarkan sampai temperatur turun hingga 160oC dan aliran N2 dihentikan.

i. Penutup dalam pemanggangan diangkat dan proses annealing selesai. Gas N2 yang dialirkan dalam tungku akan dikeluarkan melalui saluran

pembuangan, untuk mengalami pergantian dengan gas N2 yang baru. Inti yang

keluar dari tungku pemanggangan kemudian dipindahkan ke bagian pengujian rugi-rugi inti dengan menggunakan hoist crane.

2.6.5. Pengujian Rugi-rugi Inti Transformator (Core Lost Test)

Setelah proses pemanggangan dan penimbangan, inti transformator dibawa ke pengujian rugi- rugi inti dengan menggunakan hoist crane untuk diuji. Proses


(44)

pengujian inti transformator ini berfungsi untuk melihat apakah proses pemanggangan itu sudah baik atau tidak kemudian disesuaikan dengan jumlah lilitan yang akan digulung, dan hasil pengujian ini harus sesuai dengan standard PLN. Berikut penjelasan dari pengujian rugi-rugi inti:

a. Ukur penampang inti tersebut.

b. Susun inti yang akan ditest di atas blok kayu.

c. Lilitkan kabel yang jumlahnya sesuai dengan kapasitas transformator. d. Jepit ujung belitan ke terminal pengetasan.

e. Posisikan power dalam keadaan ON dan tekan ON power pada control panel.

f. Beri tegangan secara perlahan sampai tegangan phase yang dikehendaki. g. Catat hasil pengetesan.

h. Setelah hasil pengetesan, switch off panel kontrol dan matikan power supply.

2.6.6. Proses Pemotongan dan Pembuatan Kertas Isolasi (Paper Cutting)

Kertas isolasi digunakan untuk mengisolasi antara belitan kawat primer dan sekunder dan antara kumparan primer dan sekunder. Kertas isolasi ini berfungsi untuk mencegah terjadinya hubungan singkat antara kumparan primer dan kumparan sekunder. Kertas isolasi yang digunakan terbagi menjadi dua jenis, yaitu:


(45)

a. Pressure Paper Board, yaitu kertas isolasi yang dilapisi dengan vernis, sehingga pada proses akhir tidak memerlukan perendaman di vernis, hanya cukup melakukan proses pemanasan.

b. Krafit Paper, yaitu kertas isolasi tanpa lapisan vernis, sehingga pada proses akhir transformator harus dicelupkan ke dalam cairan vernis.

PT. Morawa Electric Transbuana menggunakan kertas isolasi jenis Pressure Paper Board sehingga lebih menguntungkan dari segi waktu dan tenaga karena tidak lagi membutuhkan proses pencelupan ke dalam cairan vernis.

Kertas isolasi (insulation paper) yang telah selesai dipotong ditempeli dengan kertas OD. Kertas OD ini merupakan batangan kertas 4,8 mm yang direkatkan pada kertas isolasi dengan ketebalan 2,4 mm dengan jarak tiap batang kertas 2 cm. Kertas OD ini berguna untuk memberi celah/jarak antara kumparan sekunder dengan primer sehingga nantinya minyak dapat masuk pada celah tersebut sehingga panas yang timbul akibat adanya rugi-rugi tembaga (Cu) dapat diatasi.

2.6.7. Penggulungan Kumparan (Coil Winding)

Inti trafo yang telah selesai diuji dibawa ke penggulungan dengan menggunakan kereta sorong. Sebelum penggulungan kumparan dilakukan, inti trafo diikat dengan cotton band agar lembaran ini tidak lepas saat dilakukan penggulungan kumparan. Kemudian inti trafo dilapisi dengan insulation paper yang tebalnya 0,125 mm dan dibungkus ke roda gigi yang bisa berputar pada coil


(46)

winding machine, insulation paper diberi lilin untuk melicinkan putaran selanjutnya kawat tembaga digulung.

a. Kumparan sekunder

Kumparan yang pertama digulung ke inti trafo adalah kumparan sekunder. Kawat tembaga yang digunakan berbentuk persegi dengan ukuran 3,2 x 8 mm. Kumparan sekunder mempunyai 88 lilitan pada kedua kaki trafo, dimana pada tiap kaki trafo terdiri dari 44 lilitan dan lilitan pada kaki trafo terdiri dari dua lapisan dengan jumlah lilitan 22 lilitan tiap lapisnya. Pada tiap lapisan tersebut diberi insulation paper dengan tebal 0,125 mm. Kenaikan suhu tembaga tidak boleh melebihi standard 65oC.

b. Kumparan primer

Pada kumparan primer kawat tembaga yang digunakan adalah berbentuk silinder dengan diameter 1,60 mm. Kumparan primer mempunyai 4190 lilitan pada tiap kakinya, dimana pada setiap kaki trafo terdiri dari 2095 lilitan dan lilitan pada setiap kaki trafo terdiri dari 20 lapisan dengan jumlah lilitan 201 pada setiap lapisannya. Pada setiap lapisan tersebut diberi insulation paper dengan tebal 0,125 mm. Setelah kumparan primer selesai digulung kemudian diberi lagi insulation paper dengan tebal 2,4 mm.

Pada penggulungan kumparan, selain ketepatan jumlah lilitan dan ketepatan penggunaan insulation paper, hal lain yang sangat penting untuk diperhatikan adalah tensile strength tidak boleh terlalu besar. Apabila terlalu besar dapat menyebabkan lapisan permukaan kawat rusak atau terkelupas sehingga


(47)

dapat menyebabkan terjadinya hubungan singkat pada kawat tembaga yang pada akhirnya membuat trafo menjadi rusak.

2.6.8. Pemasangan dan Koneksi Kumparan (Coil Assembly)

Inti yang telah selesai digulung dibawa kebagian koneksi dengan hoist crane. Kumparan kemudian disambungkan antara kumparan yang satu dengan kumparan yang lain. Sebelum koneksi dilakukan, terlebih dahulu dipasang plat pendukung inti. Koneksi kumparan pertama sekali dilakukan terhadap kumparan sekunder dengan cara mengelasnya, kemudian dilakukan pemasangan tutup case dengan menggunakan mur dan baut. Setelah itu dilanjutkan dengan pengkoneksian terhadap hubungan primer.

2.6.9. Pengeringan Gulungan Kumparan (First Drying)

Proses ini bertujuan untuk mengeringkan kumparan dari uap air yang mungkin ada di dalam kawat. Inti trransformator yang telah dikoneksi dan dipasang tutup dibawa ke pengeringan dengan menggunakan kereta sorong, kemudian dimasukkan ke dalam alat pengering (drying oven). Lamanya pengeringan tergantung pada besarnya kapasitas transformator. Untuk mensirkulasi temperatur dalam oven, digunakan blower yang digerakkan oleh motor lisrik. Untuk mencegah panas yang berlebihan yang dapat merusak struktur kumparan tranformator, maka relay temperature diatur pada posisi suhu sekitar 115-130oC.


(48)

2.6.10.Finishing

Setelah proses pengeringan selesai, maka kumparan transformator tersebut diangkat dari drying oven dan selanjutnya dibawa ketempat pemasangan terminal dengan hoist crane dan dilakukan pemasangan terminal yang terdiri dari tap changer, bushing primer dan bushing sekunder pada tutup case yang telah dipasang sebelumnya. Kemudian diperiksa apabila semua terminal yang diperlukan sudah terpasang dan terkunci dengan baik sebelum dimasukkan ke dalam case (tangki) transformator.

Jika semua kumparan sudah terhubung dengan baik ke tap changer, maka dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan alat Turn Ratio Test yang bertujuan untuk mengetahui apakah perbandingan belitan dari masing-masing kumparan sudah sesuai atau tidak. Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada perbandingan transformator ini tidak boleh lebih besar atau lebih kecil 0,5% terhadap harga-harga perbandingan transformator nominal menurut standard.

Setelah pengujian selesai dilakukan, transformator dimasukkan ke dalam tangki yang telah disiapkan sesuai dengan desain dan ukuran dari transformator tersebut. Selanjutnya dilakukan pemasangan kran, pressure terminal, oil gauge, thermometer, dan karet packing, untuk kemudian ditutup dengan menggunakan baut dan mur.

Kemudian tangki diisi dengan minyak trafo yang dipompakan dari tangki oil filter hingga mencapai ±2 cm dari mulut trafo. Minyak ini berfungsi sebagai pendingin (cooling medium) dan juga sebagai isolasi pada kumparan transformator yang sudah dimasukkan ke dalam tangki, maka minyak tersebut


(49)

perlu dibersihkan dan dimurnikan terlebih dahulu dengan menggunakan oil purifier buatan Kato Electric Jepang. Tujuan pemurnian minyak ini adalah untuk menghilangkan kadar air yang terdapat pada minyak. Jenis minyak yang digunakan dalam pembuatan transformator ini adalah jenis DIALA B yang diproduksi oleh perusahaan Sheel Company Amerika Serikat.

Setelah selesai di pengisian minyak trafo dibawa ke bagian pengujian akhir dengan hoist crane. Secara garis besar, pengujian rutin ini terdiri dari beberapa kegiatan pengujian, yakni:

a. Pengujian beban nol, untuk menguji rugi-rugi inti dan persen beban nol. Pada pengujian beban nol ini, alat ukur dipasang pada bagian sisi sekunder (tegangan rendah), tegangan pengujian diberikan setingkat demi setingkat sampai voltmeter menunjukkan tegangan nominal sekunder dan sisi primer pada rangkaian terbuka.

b. Pengujian hubungan singkat, untuk melihat besar rugi-rugi tembaga trafo. Pada pengujian ini, alat ukur dipasang pada sisi primer (tegangan tinggi) sedangkan sisi sekunder (tegangan rendah) dihubungkan dengan menggunakan sebuah penghantar/konduktor yang sesuai dengan besarnya arus nominal sekunder. Sumber tegangannya diatur dengan voltage regulator yang dihubung ke sisi primer.

c. Pengukuran tahanan kumparan

Pengukuran tahanan kumparan ini dilakukan dengan menggunakan Wheatstone-bridge (Jembatan Wheatstone) untuk mengukur tahanan


(50)

kumparan primer dan untuk mengukur tahanan pada kumparan sekunder digunakan Double-bridge (Jembatan Ganda).

d. Pengukuran tahanan isolasi

Pengujian ini dilakukan untuk melihat ketahanan isolasi transformator terhadap tegangan tinggi, baik itu pada sisi primer (high voltage) maupun sisi kumparan sekunder (low voltage).

e. Pengujian frekuensi tinggi

Alat pengujinya terdiri dari generator frekuensi tinggi (350 Hz) yang digerakkan motor induksi. Lama waktu pengujian tergantung dari frekuensi, dan tegangannya dua kali dari tegangan sekunder transformator yang diuji.

f. Pengujian kebocoran dari tangki trafo

Pengujian ini dilakukan dengan mengalirkan gas murni Nitrogen (N2) ke

dalam tangki trafo yang telah ditutup rapat.

Selain pengujian yang bersifat routine test, perusahaan ini juga melakukan pengujian tipe yang terdiri dari:

a. Pengujian ketahanan suhu b. Pengujian kenaikan suhu

Transformator yang telah diuji dan mendapat persetujuan dari kepala bagian pengujian, dipasangkan name plate yang memberikan keterangan spesifikasi transformator yang bersangkutan. Dan juga diberi label merek “MORAWA”, yang menandakan identitas perusahaan.


(51)

Transformator yang telah selesai dipasang name plate dan merek selanjutnya dibawa ke bagian penyimpanan dengan menggunakan hoist crane.

2.7. Mesin dan Peralatan 2.7.1. Mesin

Mesin yang digunakan di PT. Morawa Electric Transbuana sebagian besar adalah buatan luar negeri seperti Taiwan, dan Amerika. Mesin produksi yang digunakan dalam proses pembuatan transformator pada PT. Morawa Electric Transbuana dapat dilihat pada Tabel 2.5.


(52)

Tabel 2.5. Mesin Produksi pada PT. Morawa Electric Transbuana

No. Nama Mesin Tahun Asal Daya Tegangan

(Volt)

Kuat Arus (Ampere)

Jumlah

(Unit) Fungsi

1 Core Slitting 1981 Taiwan 3 HP 380 7 1 Memotong silicon steel sesuai dengan ukuran

produk yang akan dibuat

2 Core Wounded 1981 Taiwan 2,5 HP 380 8,1 2 Menggulung inti transformator

3 Annealing Furnace 1981 Taiwan 60 kW 380 170 2

a. Memperbaiki karakteristik inti trafo, yaitu memperkecil arus eksitasi dan mengurangi rugi-rugi inti

b. Menghilangkan elastisitas dari bahan baku inti trafo sehingga bentuk tidak berubah

4 Coil Winding 1981 Taiwan 1 HP 380 3,65 10 Menggulung kumparan transformator

5 Insulating Dryer 1981 Taiwan 12 kVA 380 63 1 Mengeringkan inti transformator

6 Paper Wrapping 1981 Taiwan 1,5 kVA 380 7,2 2 Memotong kertas isolasi sesuai dengan

ukuran yang telah ditentukan

7 Oil Purifier 1981 Taiwan 3,7 kVA 380 9,8 1 Membersihkan minyak

8 Oil Filter 1981 Taiwan - 380 4 1 Mengosongkan udara dari transformator dan

mengisi dengan minyak

9 Compressor 1981 Taiwan 2 HP 380 7,1 3 Memompa udara

10 Generating Set 1981 Taiwan 350 kVA 400 722 1 Cadangan pembangkit tenaga listrik

11 High Frequency

Generator 1981 Taiwan 5 kVA 380 4 1 Menetralkan frekuensi

12 Drying Oven 1981 Amerika 24 kW 380 5 1 Mengeluarkan kandungan air dari kertas

isolasi Sumber: PT. Morawa Electric Transbuana


(53)

2.7.2. Peralatan

Peralatan yang digunakan untuk proses produksi dapat dilihat pada lampiran 2.

2.7.3. Utilitas

Unit utilitas merupakan penunjang bagi unit lain dalam pabrik atau merupakan sarana penunjang untuk menjalankan suatu pabrik.

PT. Morawa Electric Transbuana mempunyai utilitas sebagai berikut : 1. Energi listrik yang diperoleh dari PLN dengan kebutuhan setiap bulan

sekitar 30.000 kWh.

2. Air dari PDAM Tirtanadi dengan kebutuhan tiap bulannya sekitar 100 m3.

2.7.4. Safety and Fire Protection

Pihak PT. Morawa Electric Transbuana melakukan tindakan pengamanan (safety) berupa pencegahan terhadap bahaya kebakaran yang mungkin timbul. Perusahaan ini melakukannya dengan memisahkan letak bahan baku yang mudah terbakar dengan sumber api. Pada perusahaan ini tindakan fire protection yang dilakukan adalah dengan memberikan penutup pada panel listrik, menyediakan racun api berupa alat pemadam api ringan pada jarak tertentu di lantai pabrik atau pada daerah yang mudah terjadi kebakaran.


(54)

2.7.5. Waste Treatment

Limbah dari proses produksi adalah scrap silicon steel, scrap kawat kumparan dan serbuk besi. Limbah scrap silicon steel dan scrap kawat kumparan ini dikumpulkan dan dijual kembali kepada pabrik peleburan besi, sedangkan limbah berbentuk serbuk besi langsung dikumpulkan dan dibuang ke tempat pembuangan sampah.

2.7.6. Maintenance

Maintenance merupakan proses perawatan terhadap mesin dan alat kerja untuk mencegah terjadinya kerusakan pada saat proses produksi berlangsung, sehingga tidak dapat mengakibatkan kecacatan pada produk dan keterlambatan waktu penyelesaian produk yang berakibat pada keterlambatan waktu pengiriman. Pada perusahaan ini proses maintenance dilakukan secara berkala hanya saja frekuensinya masih sangat jarang yaitu sebulan sekali.

2.8. Tata Letak Pabrik

PT. Morawa Electric Transbuana merupakan perusahaan yang berproduksi dengan tata letak jenis process layout, di mana mesin yang sejenis atau yang mempunyai fungsi sama ditempatkan pada bagian yang sama. Perusahaan ini juga memiliki pola aliran bahan yang tidak teratur.


(55)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Definisi dan Sasaran Pengendalian Produksi3

The American Production and Inventory Control Society mendefinisikan perencanaan produksi sebagai berikut:

1. Perencanaan produksi ialah suatu kegiatan yang berkenaan dengan penentuan apa yang harus diproduksi, berapa banyak diproduksi, kapan diproduksi dan apa sumber daya yang dibutuhkan untuk mendapatkan produk yang telah ditetapkan.

2. Pengendalian produksi ialah fungsi yang mengarahkan atau mengatur pergerakan material (bahan, part/komponen/subassembly dan produk) melalui seluruh siklus manufacturing mulai dari permintaan bahan baku sampai pada pengiriman produk akhir kepada pelanggan.

Ada tiga sasaran pokok yang sekaligus menjadi barometer keberhasilan perencanaan dan pengendalian produksi yaitu:

1. Tercapainya kepuasan pelanggan yang diukur dari terpenuhinya order terhadap produk tepat waktu, tepat jumlah dan tepat mutu.

2. Tercapainya tingkat utilitas sumber daya produksi yang maksimum melalui minimisasi waktu setup, transportasi, waktu menunggu dan waktu untuk pengerjaan ulang (rework).

3

Sinulingga, Sukaria. 2009. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Yogyakarta:Graha Ilmu. Hal. 26.


(56)

3. Terhindarnya acara pengadaan yang bersifat rush order dan persediaan yang berlebihan.

3.2. Perencanaan Agregat4

Perencanaan produksi dimulai dengan meramalkan permintaan secara tepat sebagai input utamanya. Selain peramalan, input-input untuk pesanan tersebut juga harus memasukkan pesanan-pesanan aktual yang telah dijanjikan, kebutuhan persediaan gudang, dan penyesuaian tingkat persediaan. Perencanaan agregat kemudian dikembangkan untuk merencanakan kebutuhan produksi bulanan atau triwulan bagi kelompok-kelompok produk sebagaimana yang telah diperkirakan dalam peramalan permintaan.

Setelah perencanaan dibuat, maka hasilnya akan didisagregasikan ke dalam kebutuhan-kebutuhan berdasarkan tahapan waktu untuk masing-masing jenis produk. Perencanaan ini disebut Jadwal Induk Produksi (Master Production Schedulling / MPS). MPS bukan merupakan peramalan, tetapi lebih merupakan suatu jadwal yang berisikan informasi tentang “kapan” produksi harus diselesaikan.

4

Nasution, Arman Hakim. 2003. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Surabaya: Guna Widya. Hal. 70-71.


(57)

3.3. Resource Planning5

Sebuah rencana sumber daya (resource plan) menjelaskan banyaknya sumber daya tertentu dibutuhkan untuk menunjang permintaan agregat yang dinyatakan dalam rencana agregat (aggregate plan). Kapasitas suatu sumber daya diukur atau dinyatakan sebagai level kapasitas (capacity level) yaitu jumlah waktu maksimum tersedia bagi sumber daya tersebut untuk dimanfaatkan per satuan waktu. Hanya sumber daya kunci yang diperhatikan dalam perencanaan kapasitas ini. Sumber daya kunci ialah sumber daya yang kritis yaitu sumber daya yang bersifat khusus, sulit, langka, memerlukan ketrampilan sangat tinggi dan tidak fleksibel. Sumber daya yang sering mengalami bottleneck termasuk dalam kategori sumber daya kunci. Seperti halnya sebuah rantai yang kekuatannya ditentukan oleh mata rantai yang terlemah, kapasitas sumber daya kunci juga menentukan total kapasitas seluruh proses manufaktur.

Perencanaan sumber daya ditujukan untuk menguji kecukupan kapasitas yang tersedia terhadap kapasitas yang dibutuhkan dalam mendukung rencana agregat. Faktor-faktor yang diperhatikan dalam menghitung kapasitas yang tersedia ialah jumlah hari kerja per minggu, jumlah shift per hari, jumlah unit sumber daya dan faktor efisiensi operator.

3.4. Jadwal Induk Produksi (JIP)

Jadwal induk produksi ialah suatu pernyataan tentang produk akhir apa atau item apa yang direncanakan untuk diproduksi, berapa banyak produk atau

5

Sinulingga, Sukaria. 2009. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Yogyakarta:Graha Ilmu. Hal. 106.


(58)

item tersebut akan diproduksi pada setiap periode sepanjang rentang waktu perencanaan. Rencana induk produksi berfungsi sebagai basis dalam penentuan jadwal proses operasi di lantai pabrik, jadwal pengadaan bahan dari luar perusahaan (boughout materials) dan jadwal alokasi sumber daya untuk mendukung jadwal pengiriman produk kepada pelanggan.6Jadwal Induk Produksi (JIP) dihasilkan baik dari rencana agregat maupun langsung dari perkiraan permintaan untuk produk akhir.Contoh perencanaan jadwal induk produksi dapat dilihat pada Tabel 3.1.7

Tabel 3.1. Perencanaan JIP

Persediaan Awal = 1.600

Minggu

1 2 3 4 5 6 7 8

Ft 1.000 1.000 1.000 1.000 2.000 2.000 2.000 2.000

Ot 1.200 800 300 200 100 0 0 0

It 400 1.900 900 2.400 400 900 1.400 1.900

MPS 2.500 2.500 2.500 2.500 2.500

3.5. Perencanaan Kasar Kebutuhan Kapasitas (RCCP)8

Perencanaan kasar kebutuhan kapasitas (Rough Cut Capacity Planning/ RCCP) adalah pengukuran untuk menentukan secara kasar apakah jadwal induk produksi yang telah dibuat dapat dipenuhi atau tidak. Rough Cut Capacity Planning menghitung kebutuhan kapasitas secara kasar dan membandingkannya dengan kapasitas yang tersedia. Perhitungan secara kasar yang dimaksud terlihat

6

Sinulingga, Sukaria. 2009. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Yogyakarta:Graha Ilmu. Hal. 131.

7

Sipper, Daniel, dan Robert L. Bulfin, Jr. 1998. Production : Planning, Control, and Integration. Hal 321 - 325

8

Sinulingga, Sukaria. 2009. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Yogyakarta:Graha Ilmu. Hal. 137-140.


(59)

dalam dua hal yang menjadi karakteristik RCCP yaitu: pertama, kebutuhan kapasitas masih didasarkan pada kelompok produk, bukan produk per produk dan kedua tidak memperhitungkan jumlah persediaan yang telah ada.

9 jk ik n k b a Required Capacity

= = 1

Rumus untuk menghitung kapasitas yang dibutuhkan Produk k pada Stasiun Kerja i untuk Periode j yaitu :

untuk semua i, j.

Keterangan :

ik

a = Waktu pengerjaan produk k pada Stasiun Kerja i

jk

b = Jumlah produk k yang akan dijadwalkan pada periode j

10

Efisiensi Utilitas

Tersedia Kerja

Waktu × ×

= vailable Capacity A

Kapasitas tersedia didapat dengan rumus perhitungan yaitu :

3.6. Peramalan

3.6.1. Konsep Dasar Peramalan11

Peramalan merupakan bagian awal dari suatu pengambilan suatu keputusan. Sebelum melakukan peramalan harus diketahui terlebih dahulu apa sebenarnya persoalan dalam pengambilan keputusan itu.

Peramalan adalah pemikiran terhadap suatu besaran, misalnya permintaan terhadap suatu atau beberapa produk pada periode yang akan datang. Pada

9

Fogarty, Donald W., dkk. 1991. Production & Inventory Management. Hal 413. 10

Ibid. Hal 423.


(60)

hakekatnya peramalan merupakan suatu perkiraan, tetapi dengan menggunakan teknik-teknik tertentu, maka peramalan menjadi lebih sekedar perkiraan.

Dalam kegiatan produksi, peramalan dilakukan untuk menentukan jumlah permintaan terhadap suatu produk dan merupakan langkah awal dari proses perencanaan dan pengendalian produksi. Tujuan peramalan dalam kegiatan produksi adalah untuk meredam ketidakpastian, sehingga diperoleh suatu perkiraan yang mendekati keadaan yang sebenarnya.

3.6.2. Metode Time Series12

Pada metode time series, pendugaan masa depan dilakukan berdasarkan nilai masa lalu dari suatu variabel dan atau kesalahan masa lalu. Tujuan metode ini adalah menemukan pola dalam deret data historis dan mengekstrapolasikan pola tersebut ke masa depan. Langkah penting dalam memilih suatu metode time series yang tepat adalah dengan mempertimbangkan jenis pola data, sehingga metode yang paling tepat dengan pola tersebut dapat diuji.

Metode kecenderungan dengan regresi merupakan dasar garis kecenderungan untuk suatu persamaan, sehingga dengan dasar persamaan tersebut dapat di proyeksikan hal-hal yang akan diteliti pada masa yang akan datang.13 Bentuk fungsi dari metode ini dapat berupa:

1. Konstan, dengan fungsi peramalan (Yt):

Yt = a, dimana

N Y

a=

1

12

Makridakis, dkk. 1993. Metode dan Aplikasi Peramalan. Jakarta: Erlangga. Hal. 9-10. 13


(61)

Dimana : Yt = nilai tambah N = jumlah periode 2. Linier, dengan fungsi peramalan:

Yt = a + bt

Dimana :

n t b Y

a=

( ) ( )

( )

∑ ∑ ∑

− − = 2 2 t t n y t ty n b

3. Kuadratis, dengan fungsi peramalan: Yt = a + bt + ct2

Dimana : n t c t b Y

a=

∑ ∑

2

;

∂ −

bα

c ; 2

α β θα δ − ∂ − ∂ = b

(

)

=

∂ 2 2 4

t n t

∑ ∑

= t Y n tY

δ

∑ ∑

= t2 Y n t2Y θ

∑ ∑

= 2 3

t n t t α

( )

= 2 2

t n t β

4. Eksponensial, dengan fungsi peramalan: Yt = aebt

Dimana :

n t b Y

a=

ln −

ln

( )

2 2 ln ln

− − = t t n Y t Y t n b


(62)

5. Siklis, dengan fungsi peramalan: n t c n t b a

Yˆt = + sin2π + cos2π

Dimana : n tt c n tt b na

Y

sin2τ

cos2τ

= + + n t n t c n t b n tt a n tt

Ysin2τ

sin2τ sin2 2π

sin2π cos2π

= + + n t n t b n t c n t a n t

Ycos2π

cos2π

cos2 2π

sin2π cos2π

= + +

3.6.3. Kriteria Performance Peramalan14

Seorang perancang tentu menginginkan hasil perkiraan peramalan yang tepat atau paling tidak dapat memberikan gambaran yang paling mendekati sehingga rencana yang dibuatnya merupakan rencana yang realistis. Ketepatan atau ketelitian inilah yang menjadi kriteria performance suatu metode peramalan. Ketepatan atau ketelitian tersebut dapat dinyatakan sebagai kesalahan dalam peramalan. Kesalahan yang kecil memberikan arti ketelitian peramalan tinggi, keakuratan hasil peramalan tinggi, begitu pula sebaliknya.

Besar kesalahan suatu peramalan dapat dihitung dengan cara Standard Error of Estimate (SEE) yaitu :

f = derajat kebebasan 14


(63)

f = 1 (data konstan)

f = 2 (data linear atau eksponensial) f = 3 (data kuadratis atau siklis)

Setelah didapat kesalahan dari masing-masing metode peramalan, maka akan dilakukan pengujian terhadap dua metode yang memiliki kesalahan terkecil guna mendapatkan metode peramalan yang lebih baik untuk digunakan. Pengujian dilakukan dengan tes distribusi F. Langkah-langkahnya sebagai berikut:

1. Tentukan pernyataan awal (Ho) dan pernyataan alternatif (Ha) Ho : Metode X lebih baik daripada metode Y

Ha : Metode Y lebih baik daripada metode X 2. Lakukan tes statistik

Di mana:

S1 = besarnya kesalahan metode peramalan X

S2 = besarnya kesalahan metode peramalan Y

3. Bandingkan hasil yang diperoleh dari langkah 2 dengan hasil yang diperoleh dari tabel distribusi F dengan tingkat ketelitian yang telah ditetapkan

Jika Fhitung < Ftabel maka Ho diterima dan jika sebaliknya maka Ho ditolak.

Setelah didapatkan metode peramalan mana yang lebih baik maka dilakukan verifikasi terhadap metode peramalan yang terbaik tersebut.


(64)

3.6.4. Proses Verifikasi15

Proses verifikasi digunakan untuk melihat apakah metode peramalan yang diperoleh representatif terhadap data. Proses verifikasi dilakukan dengan menggunakan Moving Range Chart (MRC). Dari chart (peta) ini dapat terlihat apakah sebaran masih dalam kontrol ataupun sudah berada diluar kontrol. Jika sebaran berada di luar kontrol, maka fungsi/metode peramalan tersebut tidak representatif. Diperlukan nilai MR dalam grafik di mana rumusnya, yaitu:

Proses verifikasi dengan menggunakan peta moving range dapat digambarkan pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Moving Range Chart

Kondisi out of control dapat diperiksa dengan menggunakan empat aturan berikut :

1. Aturan Satu Titik

Bila ada titik sebaran berada di luar UCL dan LCL.Walaupun jika semua titik sebaran berada dalam batas kontrol, belum tentu fungsi/metode representatif.

15


(65)

Untuk itu penganalisaan perlu dilanjutkan dengan membagi MRC dalam tiga daerah, yaitu : A, B, dan C.

2. Aturan Tiga Titik

Bila ada tiga buah titik secara berurutan berada pada salah satu sisi, yang mana dua diantaranya jatuh pada daerah A.

3. Aturan Lima Titik

Bila ada lima buah titik secara berurutan berada pada salah satu sisi, yang mana empat diantaranya jatuh pada daerah B.

4. Aturan Delapan Titik

Bila ada delapan buah titik secara berurutan berada pada salah satu sisi, pada daerah C.


(66)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di PT. Morawa Electric Transbuana yang berlokasi di Jalan Raya Medan Tanjung Morawa Km 20.5, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, Indonesia, pada bulan Mei sampai Desember 2012. PT. Morawa Electric Transbuana merupakan perusahaan swasta dalam negeri yang bergerak dalam bidang industri manufaktur pembuatan transformator tegangan tinggi.

4.2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang memaparkan permasalahan berdasarkan fakta yang ada dan kemudian mencari pemecahan terhadap masalah yang ditemukan.

4.3. Objek Penelitian

Objek penelitian yang diamati adalah produk transformator 3 fasa dengan daya 25 kVA, 50 kVA, 160 kVA, dan 200 kVA yang merupakan produk yang diorder pada bulan Juni 2012.

4.4. Kerangka Konseptual

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah perusahaan sering mengalami keterlambatan penyelesaian order yang mayoritas disebabkan sistem perencanaan


(67)

operasional yang kurang terintegrasi dengan mempertimbangkan kapasitas produksi. Oleh karena itu, perlu ditentukan jadwal induk produksi pada PT. Morawa Electric Transbuana sebagai dasar untuk melakukan kegiatan produksi sehingga kepuasan pelanggan tercapai karena terpenuhinya order terhadap produk tepat waktu dan tepat jumlah.

Jadwal induk produksi ialah suatu pernyataan tentang produk akhir apa atau item apa yang direncanakan untuk diproduksi, berapa banyak produk atau item tersebut akan diproduksi pada setiap periode sepanjang rentang waktu perencanaan. Jadwal induk produksi dipengaruhi oleh faktor peramalan, jumlah pesanan, lead time, inventory, kapasitas rata-rata setiap WC, aggregate planning, dan resource planning.

Setelah diperoleh jadwal induk produksi maka dapat diperoleh jumlah produksi yang optimal. Kemudian dihitung RCCP (Rough-Cut Capacity Planning) sebagai evaluasi terhadap JIP yang telah disusun. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam perencanaan produksi diatas dituangkan dalam bentuk kerangka konseptual yaitu kerangka berpikir dalam melaksanakan penelitian. Kerangka konseptual dalam penelitian dapat dilihat dalam Gambar 4.1.


(68)

Forecasting

Aggregate Planning

Jumlah Pesanan RCCP

Jadwal Induk Produksi

Resource Planning

Kapasitas Rata-Rata Setiap WC Inventory

Lead Time

Gambar 4.1. Kerangka Konseptual Penelitian

4.5. Indentikasi Variabel Penelitian 4.5.1. Variabel Independen

Variabel independen yang diperlukan dalam penelitian ini adalah: 1. Jumlah pesanan

Variabel ini menunjukkan jumlah pemesanan produk dari konsumen dimana ukurannya dilihat dari satuan unit.

2. Lead Time

Variabel ini menunjukkan waktu yang diperlukan oleh perusahaan untuk memenuhi order, mulai dari datangnya order hingga produk yang dipesan sampai ke tangan customer.


(69)

3. Inventory

Variabel ini menunjukkan informasi jumlah persediaan produk di gudang. Karena pabrik berproduksi berdasarkan pesanan (MTO), maka persediaan produk di gudang tidak ada.

4. Kapasitas rata-rata setiap WC

Variabel ini menunjukkan waktu setup dan waktu operasi pada pembuatan produk 25 kVA, 50 kVA, 160 kVA, dan 200 kVA dimana ukurannya dilihat dari satuan waktu.

5. Forecasting

Variabel ini menunjukkan jumlah perkiraan permintaan terhadap produk transformator

4.5.2. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah: 1. Jadwal Induk Produksi (JIP)

Variabel ini menunjukkan banyaknya jumlah produk yang akan dihasilkan perusahaan berdasarkan kapasitas dimana ukurannya dilihat dari satuan unit.

2. RCCP (Rough-Cut Capacity Planning)

Variabel ini menunjukkan evaluasi terhadap JIP yang telah disusun dengan memperhatikan kapasitas tersedia pada lantai produksi.


(70)

Variabel ini menunjukkan perkiraan permintaan terhadap kelompok produk per time bucket.

4. Resource Planning

Variabel ini berfungsi untuk menunjukkan kewajaran Agregat Planning dengan membandingkan kebutuhan kapasitas secara agregat dengan kapasitas yang tersedia.

4.6. Instrumen Penelitian

Penelitian dilakukan dengan teknik observasi langsung pada lantai produksi. Instrumen yang digunakan adalah kertas lembar pengamatan, dan alat tulis.

4.7. Pengumpulan Data 4.7.1. Sumber Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder, yaitu :

1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari pengamatan yang dilakukan secara langsung terhadap kondisi nyata di lantai produksi. Data primer yang dibutuhkan adalah:

a. Data urutan proses produksi transformator pada PT. Morawa Electric Transbuana


(71)

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang dikumpulkan dengan mencatat data dan informasi dari laporan-laporan perusahaan yang ada. Data sekunder yang dibutuhkan adalah:

a. Data permintaan produk dari Juni 2010 sampai Mei 2012. b. Data permintaan produk transformator pada bulan Juni 2012. c. Data kapasitas rata-rata setiap WC

d. Jumlah hari kerja dan jam kerja efektif. e. Data utilitas dan efisiensi setiap stasiun kerja.

4.7.2. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Melakukan observasi atau pengamatan langsung terhadap objek penelitian, yaitu melihat proses produksi transformator di lantai pabrik.

2. Melakukan wawancara dengan cara mengadakan tanya jawab dengan kepala bagian produksi dan para pekerja yang berhubungan dengan permasalahan. 3. Teknik dokumentasi, yakni dengan memperoleh data dari perusahaan berupa

dokumen-dokumen yang mendukung pengerjaan laporan.

4. Studi pustaka, yaitu pengumpulan data sekunder yang diperoleh dengan cara membaca pustaka yang memiliki hubungan dengan objek yang diteliti.


(72)

4.8. Metode Pengolahan Data

Berikut ini merupakan langkah-langkah dalam melakukan pengolahan data:

1. Menentukan jumlah permintaan untuk satu tahun ke depan dengan melakukan peramalan. Peramalan dilakukan dengan metode time series melalui tahapan sebagai berikut:

a. Mendefinisikan tujuan peramalan yaitu jumlah permintaan untuk satu tahun ke depan.

b. Membuat scatter diagram dari jumlah permintaan Juni 2010 – Mei 2012. c. Memilih beberapa metode yang mendekati pola data scatter diagram. d. Menghitung fungsi parameter dari metode yang terpilih.

e. Menghitung kesalahan dari setiap metode yang terpilih (menggunakan Standard Error of Estimate).

f. Memilih metode dengan kesalahan terkecil dan lakukan pengujian statistik F untuk menguji kebenarannya.

g. Melakukan proses verifikasi untuk melihat data dalam batasan kontrol atau tidak. Jika semua data dalam kontrol maka fungsi peramalan dapat dipakai. Pengolahan peramalan dengan metode time series dapat dilihat pada Gambar 4.2.


(73)

Definisikan tujuan peramalan

Buat scatter diagram

Pilih beberapa metode peramalan

Hitung parameter peramalan

Hitung kesalahan setiap metode

Pilih metode dengan kesalahan terkecil

Verifikasi Peramalan

Mulai

Selesai

Gambar 4.2. Pengolahan Peramalan dengan Time Series

2. Menyusun Agregat Planning 3. Menghitung Resource Planning

4. Menyusun Jadwal Induk Produksi (JIP)

5. Menghitung RCCP (Rough-Cut Capacity Planning) sebagai evaluasi terhadap JIP yang telah disusun.

Flow Chart penyusunan Jadwal Induk Produksi (JIP) dan RCCP (Rough-Cut Capacity Planning) dapat dilihat pada Gambar 4.3.


(1)

Kepala Proses Akhir memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: a. Menyatakan transformator tidak layak masuk case bila ada

ketidaksesuaian pada transformator.

b. Mendapatkan informasi teknis untuk transformator yang sedang diproduksi.

c. Memastikan semua kegiatan proses akhir produksi transformator berjalan dengan baik.

d. Memastikan perawatan fasilitas/peralatan dalam proses akhir berjalan dengan baik.

e. Memonitor dan mengevaluasi proses akhir produksi transformator. 13.Kepala Pengujian

Kepala Pengujian memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: a. Mereject transformator yang tidak lolos pengujian.

b. Memastikan semua kegiatan pengujian produksi transformator berjalan dengan baik.

c. Mengeluarkan test report transformator.

d. Menyusun serta menetapkan pedoman mutu serta prosedur bagian quality assurance.

e. Memberitahukan kepada Manajer Produksi jika tidak ada kesesuaian material.

f. Menyusun laporan yang berhubungan dengan besarnya jumlah produk yang tidak memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan.


(2)

g. Memeriksa, mengawasi serta memonitor seluruh kegiatan produksi transformator.

h. Bertanggung jawab atas hasil inspeksi bahan baku dan proses produksi. i. Melakukan kalibrasi terhadap alat ukur listrik, dimensi dan massa. 14.Kepala Bengkel

Kepala Bengkel memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

a. Mengatur pekerjaan karyawan bagian bengkel sesuai dengan tugasnya masing-masing.

b. Menolak material yang tidak sesuai dengan standard.

c. Memastikan pekerjaan dan hasil kerja karyawan di bagian bengkel berjalan dengan baik.

d. Memastikan perawatan peralatan dan mesin-mesin yang ada di bengkel berjalan dengan baik.

15.Kepala Gudang

Kepala Gudang memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

a. Membuat surat jalan/surat lainnya yang diperlukan untuk proses pengeluaran barang atau transformator dari pabrik.

b. Melakukan kontrol atas bahan/komponen yang dipakai bagian produksi. c. Memberikan informasi mengenai persediaan bahan baku/material yang

dibutuhkan.

d. Penyimpanan semua transformator yang siap dikirim beserta memelihara dokumen-dokumen yang berkaitan.


(3)

f. Mengeluarkan tanda penerimaan bahan beserta statusnya berdasarkan pemeriksaan bagian pengujian.

g. Menentukan tempat penyimpanan setiap bahan baku atau transformator yang diproduksi.


(4)

LAMPIRAN 2 Mesin dan Peralatan

Adapun mesin yang digunakan pada PT. Morawa Electric Transbuana adalah sebagai berikut :

a. Hoist Crane, alat yang digunakan untuk memindahkan material yang bobotnya sangat berat.

Spesifikasi:

Merk/Type : Tyako Kapasitas : 5 ton

Tegangan : 380 V Jumlah : 3 unit

b. Kereta sorong dan forklift, alat yang digunakan untuk memindahkan material yang bobotnya lebih ringan.

Spesifikasi:

Kapasitas : 200 kg

Dimensi : 600 x 1600 x 1000 mm Jumlah : 5 unit

c. Mesin las, yaitu alat yang digunakan untuk proses penyambungan pada saat pembuatan tangki trafo dan koneksi kumparan. Mesin las yang digunakan terdiri dari dua jenis yaitu las listrik dan las gas.


(5)

Frekwensi : 50 Hz Jumlah : 2 unit

d. Timbangan Duduk, yaitu alat yang digunakan untuk mengukur berat inti transformator yang telah selesai digulung.

Spesifikasi:

Merk : Dacin Type : CB-1.000 Uk.Platform : 90 cm x 120 cm Kapasitas : 1 ton

Jumlah : 1 unit

e. Bridge Test, yaitu alat yang digunakan untuk mengukur tahanan kumparan. Spesifikasi:

Tahun : 1981 Asal : Taiwan Tahanan : 1 – 10 Mohm Tegangan : 500 V

f. Megger, yaitu alat yang digunakan untuk tahanan isolasi inti trafo. Spesifikasi:

Tahun : 1981 Asal : Taiwan Tahanan : 1 – 10 Mohm Tegangan : 500 V


(6)

g. Forklift, yaitu alat yang digunakan untuk memindahkan material dengan bobot yang lebih berat.

Spesifikasi:

Merk/Type : Nissan/ CPCD Kapasitas : 3000 kg

Tinggi Pengangkutan : 3000 mm Dimensi : 3765 x 2090 mm Jumlah : 2 unit

h. Applied Voltage Transformator, yaitu alat yang digunakan untuk menguji rugi-rugi inti, persentase beban nol, dan uji hubungan singkat.

i. Induction Voltage Regulator, yaitu alat yang digunakan untuk mengukur tegangan listrik.

j. Turn Ratio Test Set (TRT set), yaitu alat yang digunakan untuk melihat apakah perbandingan belitan dari masing-masing kumparan sudah sesuai.