Konfigurasi DMZ (Demilitary Zone) Di Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE)

(1)

KONFIGURASI DMZ (Demilitary Zone)

di LAYANAN PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK (LPSE)

KERJA PRAKTEK

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kerja Praktek Program Strata Satu Jurusan Teknik Informatika

Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia

KEFIN ARYANA

10106076

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

KONFIGURASI DMZ (Demilitary Zone)

di LAYANAN PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK (LPSE)

KEFIN ARYANA

10106076

Pembimbing Kerja Praktek I

Andhy Purwoko, SKom NIP. 19690905 19901 1 001

Pembimbing Kerja Praktek II

Linda Salma Angreani,S.Si.,MT. NIP. 41277006004

Mengetahui,

Ketua Jurusan Teknik Informatika

Mira Kania Sabariah, ST., MT. NIP. 41277006008


(3)

(4)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas rahmat-Nya semata penyusunan laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dapat terlaksana dengan baik. Laporan ini disusun sebagai bukti telah melaksanakan Praktek kerja Lapangan (PKL) di LPSE (Layanan Pengadaan Secara Elektronik) Bandung dan sebagai syarat dalam menyelesaikan program pendidikan Strata I Program Teknik Informatika Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia Bandung.

Dalam Kesempatan ini pula, penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, semangat, dan motivasi, sehingga penulisan laporan ini dapat diselesaikan dengan baik. Ucapan terima kasih terutama kepada :

1. Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan memberikan kemudahan kepada penulis untuk melakukan Kerja Praktek dan penulisan Laporan.

2. Teman-teman kerja praktek yang memberi advice.

3. Bapak Andi selaku pembimbing kerja praktek yang telah memberi pengarahan.

4. selaku Dosen Wali yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, saran dan nasehatnya selama penyusunan Laporan Kerja Praktek ini di Universitas Komputer Indonesia.


(5)

ii

Penulis mengharapkan agar laporan yang telah ada ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, guna mengembangkannya lebih lanjut. Maka dari itu penyusun mohon maaf apabila dalam penyajian laporan ini masih terdapat kekurangan.

Bandung, Oktober 2009


(6)

iii

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ...i

DAFTAR ISI ...iii

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN...viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah... 3

1.3 Maksud dan Tujuan ... 4

1.3.1 Maksud... 4

1.3.2 Tujuan ... 4

1.4 Batasan Masalah... 4

1.5 Metode Penelitian... 5

1.6 Sistematika Penulisan ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Profil Layanan Pengadaan Secara Elektronik... 7

2.1.1 Sejarah Layanan Pengadaan Secara Elektronik ... 7

2.1.2 Logo Layanan Pengadaan Secara Elektronik... 14

2.1.3 Badan Hukum Layanan Pengadaan Secara Elektronik... 16

2.1.4 Struktur Organisasi ... 16


(7)

iv

2.2 Landasan Teori... 16

2.2.1 Pengenalan Jaringan Komputer... 17

2.2.2 Firewall ... 18

2.2.2.1 Karakteristik Sebuah Firewall ... 20

2.2.2.2 Teknik yang Digunakan Oleh Sebuah Firewall ... 20

2.2.2.3 Tipe-Tipe Firewall ... 21

2.2.2.4 Konfigurasi Firewall ... 24

2.2.2.5 Langkah-Langkah Membangun Firewall... 20

2.2.3 Pengertian Demilitary Zone (DMZ) ... 28

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN... 31

3.1 Analisis ... 31

3.1.1 Analisis Masalah ... 31

3.1.2 Analisis Perangkat Lunak dan Keras ... 32

3.1.3 Perangkat Lunak ... 33

3.1.4 Perangkat Keras... 33

3.2 Perancangan System Jaringan... 34

3.3 Implementasi... 35

3.3.1 Instalasi FreeBSD ... 35

3.3.2 File Konfigurasi... 38

3.3.3 Implementasi Firewall ... 41


(8)

v

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 46

4.1 Kesimpulan ... 46

4.2 Saran ... 46


(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Teknologi informasi merupakan salah satu teknologi yang sedang berkembang dengan pesat pada saat ini. Dengan kemajuan teknologi informasi, pengaksesan terhadap data atau informasi yang tersedia dapat berlangsung dengan cepat, efisien serta akurat. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran sebuah model jaringan dengan akses baik lokal (intranet) maupun internet yang dapat menunjang kegiatan pertukaran informasi yang berlangsung di LPSE (Layanan Pengadaan Secara Elektronik), melalui pembangunan sebuah jaringan berbasis Linux menggunakan DMZ (Demilitary Zone) untuk komputer server LPSE. Jaringan di LPSE masih perlu diperbaharui terutama computer server agar pengamanan maupun pengaksesan data informasi Apendo (Aplikasi Pengaman Dokumen) dapat optimal. Bagian Bidding dan Training Room adalah salah satu bagian di dalam LPSE (Layanan Pengadaan Secara Elektronik) yang memiliki tugas dan tanggung jawab untuk mengelola Apendo (Aplikasi Pengaman Dokumen) di lingkungan LPSE. Yang dimaksud Apendo disini adalah aplikasi LPSE yang merupakan aplikasi e-procurement yang dikembangkan oleh LKPP (Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah) dan salah satu unsur penting dalam e-procurement yaitu untuk menjamin keamanan dokumen penawaran rekanan dalam pertukaran dokumen. Tanggung jawab pengelolaan Apendo meliputi jaringan, distribusi, perawatan, perbaikan. Distribusi disini berarti proses penyedian perangkat keras (hardware) dan perangkat


(10)

lunak(software) ke ruangan Bidding dan Training karena LPSE merupakan pengadaan barang/ jasa secara elektronik dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi berbasis internet.

Pada akhir Agustus 2007, Provinsi Jawa Barat dipilih oleh Bappenas menjadi salah satu satu dari 5 Pusat Layanan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah Secara Elektronik berbasis internet (e-government procurement) Regional, di samping Provinsi Sumatera Barat,. Jawa Timur, Kalimatan Tengah dan Gorontalo.

Pada bulan Juli 2008, lelang pertama pengadaan tiga paket barang melalui fasilitas Pusat Layanan Pengadaan Elektronik Jawa Barat (LPSE Jabar) berhasil dilaksanakan dengan baik. Keberhasilan ini memupus keraguan Pimpinan Provinsi Jawa Barat terhadap kehandalan sistem dan akseptabilitas kalangan penyedia barang dan jasa (vendor), yang kemudian menetapkan, minimal 75 persen pelaksanaan pengadaan barang dan jasa Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk APBD 2009 yang diperkirakan mencapai Rp 2,5 triliun atau sekitar 30 persen dari Anggaran Belanja Provinsi yang seluruhnya berjumlah Rp 8,3 triliun, akan dilakukan melalui sistem LPSE Jabar.

Sampai dengan 31 Maret 2009, tercatat 253 paket pengadaan barang dan jasa pemerintah yang sudah dilaksanakan melalui sistem LPSE Jabar dengan nilai transaksi berjumlah Rp 0,44 triliun.

Dari data-data tersebut di atas, Provinsi Jawa Barat secara faktual telah memasuki era baru, yaitu era e-government atau layanan pemerintah secara elektronik yang memfasilitasi tata pemerintahan yang baik (good governance) melalui peningkatan transparansi dan akuntabilitas dalam manajemen pemerintahan, serta


(11)

lebih membuka kesempatan bagi publik untuk berpartisipasi aktif dalam penentuan kebijakan dan proses pengambilan keputusan pemerintah.

Dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, kendala proses komunikasi, jarak, waktu dan biaya dalam pengadaan barang dan jasa dapat direduksi secara signifikan. Tatap muka dan kontak secara fisik dalam proses pengadaan barang/ jasa antara panitia pengadaan dan penyedia (vendor), yang sering menjadi penyebab terjadinya intransparansi dan peluang bagi terjadinya korupsi, kolusi dan nespotisme (KKN) dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah, juga tidak diperlukan lagi. Hal itu disebabkan karena sejak dari pendaftaran, penawaran, penyanggahan sampai dengan penentuan pemenang, dilakukan secara online dengan hanya membuka alamat situs web lembaga pemerintah yang dituju, maka sebuah konfigurasi jaringan sangatlah penting dan harus diterapkan secepat mungkin. Salah satunya adalah penerapan DMZ (Demilitary Zone). Dengan pengkonfigurasian DMZ pada jaringan linux akan membantu dalam pengamanan sistem internal dalam sebuah jaringan dan juga mengontrol semua akses jaringan dari luar jaringan.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di jelaskan diatas, maka terdapat beberapa rumusan masalah, diantaranya :

1. Bagaimana membangun jaringan agar pengamanan dan pengaksesan data informasi dapat optimal.


(12)

2. Bagaimana menerapkan system DMZ (Demilitary Zone) pada suatu jaringan.

3. Bagaimana meningkatkan transparasi dan akuntabilitas dalam manajemen pemerintahan.

1.3Maksud dan Tujuan 1.3.1Maksud

Adapun maksud dari kerja praktek ini adalah :

1. Membangun konfigurasi jaringan linux di LPSE (Layanan Pengadaan Secara Elektronik).

2. Menerapkan DMZ (Demilitary Zone) di system jaringan yang terdapat di LPSE.

1.3.2Tujuan

1. Untuk mengoptimalkan system informasi jaringan LPSE (Layanan Pengadaan Secara Elektronik).

2. Agar mempermudah akses data informasi tanpa harus keluar akses internet, serta meningkatkan keamanan jaringan.

3. Agar meningkatkan transparasi dan akuntabilitas dalam manajemen pemerintahan.

1.4Batasan Masalah

Batasan masalah analisis ini meliputi :

Batasan permasalahan yang terdapat dari perancangan jaringan berbasis Linux di LPSE (Layanan Pengadaan Secara Elektronik) mencakup :


(13)

1. Pemasangan kabel jaringan pada super computer/computer server agar terkoneksi dengan computer lain.

2. Penginstallan system operasi linux pada super computer/computer server serta Mengkonfigurasi super computer/computer server LPSE.

3. Penginstallan software penunjang dibeberapa computer di LPSE antara lain software yang digunakan adalah VMWare, Putty.

4. Menkonfigurasi DMZ (Demilitary Zone).

1.5Metode Penelitian

Teknik pengumpulan data dapat diperoleh secara langsung dari objek penelitian dan referensi-referensi yang telah diperoleh. Cara-cara yang mendukung untuk mendapatkan data adalah sebagai berikut.

1.5.1 Survey/Observasi

Mengumpulkan data dengan cara pengamatan secara langsung terhadap system jaringan beserta semua kebutuhan yang diperlukan pada objek penelitian di LPSE (Layanan Pengadaan Secara Elektronik).

1.5.2 Wawancara

Melakukan dialog secara langsung dengan pihak yang berwenang di LPSE (Layanan Pengadaan Secara Elektronik) dalam memberikan keterangan terhadap data yang dibutuhkan

1.5.3 Studi Literatur

Mencari data atau teori yang berhubungan dengan permasalahan yang sedang dihadapi baik melalui buku-buku ataupun dari internet.


(14)

1.6Sistematika penulisan

Sistematika penyusunan laporan ini dibagi dalam beberapa bab dan sub bab dengan pembahasannya. Sistematika secara umum adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, maksud dan tujuan, batasan masalah, metode penelitian dan sistematika penulisan dari kerja praktek.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan bab profil tempat kerja praktek yang didalamnya terdapat sub bab mengenai sejarah, logo, badan hukum serta struktur organisasi dan job description dari LPSE (Layanan Pengadaan Secara Elektronik), dan landasan teori.

BAB III PEMBAHASAN

Bab ini berisikan jadwal kerja praktek dan cara kerja praktek.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan kesimpulan mengenai hasil penelitian selama kerja praktek serta saran yang diajukan untuk perbaikan lebih lanjut.


(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Profil Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) 2.1.1 Sejarah Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Tentang LPSE

Pengadaan barang dan jasa dapat didefinisikan sebagai pengadaan atau pemasokan barang, layanan jasa pekerjaan bangunan atau konstruksi atau pekerjaan fisik lainnya atau konsultansi atas hal tertentu dengan suatu spesifikasi fisik yang ditetapkan pengguna barang atau jasa dan dalam pelaksanaanya diawasi oleh pengguna barang atau jasa tersebut

LPSE Regional/Departemen

Untuk memperluas akses e-procurement ke seluruh instansi pemerintah, LKPP memberi kesempatan kepada departemen, kementerian, LPND (Lembaga Pemerintah Non Departemen) pemerintah provinsi, kabupaten, kota, dan instansi pemerintah lainnya untuk mendirikan LPSE di instansi masing-masing. LPSE-LPSE ini memiliki fungsi seperti LPSE-LPSE Nasional namun melayani instansi masing-masing. Dalam pendirian LPSE Regional/Departemen, LKPP akan memberikan bimbingan, petunjuk teknis, pelatihan, dan Aplikasi LPSE.

LKPP

LKPP atau Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah adalah lembaga yang dibentuk oleh pemerintah dengan Keppres 106/2007. Lembaga ini merupakan perluasan Pusat Pengembangan Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Publik - Bappenas.


(16)

Aplikasi LPSE

Aplikasi LPSE merupakan aplikasi e-procurement yang dikembangkan oleh LKPP. Pada menu atau modul dalam aplikasi LPSE terdapat sejumlah fungsi-fungsi proses pelelangan dan transaksi pengadaan barang dan jasa yang bersifat umum, seperti registrasi peserta, daftar barang dan jasa yang ditenderkan, penjelasan persyaratan lelang barang atau jasa beserta harganya, pengisian proposal, mekanisme negosiasi dan penyanggahan, lelang on line, transaksi/ purchase order, form serah terima dan database para penyedia.

Secara nasional, pengembangan dan perumusan kebijakan pengadaan barang/jasa pemerintah dilaksanakan oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) yang merupakan lembaga pemerintah non departemen yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. Lembaga yang dibentuk berdasarkan Perpres No 106 tahun 2007 ini merupakan perluasan Pusat Pengembangan Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Publik – Bappenas.

Hasil evaluasi LKPP berdasarkan pengalaman sejak tahun 2004 dalam hal pemberlakuan Keppres No. 80 Tahun 2003 menunjukkan, efisiensi akan akan tercapai apabila proses pengadaan barang/jasa berlangsung secara transparan dan diikuti oleh sejumlah peserta pengadaan yang cukup banyak serta mengedepankan proses persaingan yang sehat.

Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) merupakan pengadaan barang/jasa secara elektronik dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi berbasis internet (e-procurement) yang memfasilitasi lelang secara cepat, transparan, mudah, akurat dan terlindungi.


(17)

Pada dasarnya lelang pengadaan barang/jasa secara elektronik tidak berbeda dengan penyelenggaraan lelang secara manual yang mengacu kepada Keputusan Presiden RI No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman pelaksanaan Pengadaan barang / Jasa Pemerintah beserta aturan-aturan perubahannya, terakhir sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Presiden No. 8 Tahun 2006.

Penyelenggaraan pengadaan barang dan jasa pemerintah secara elektronik mempunyai landasan hukum yang kuat dan menjamin keabsahaannya. Peraturan perundang-undang tersebut antara lain :

1. Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Publik;

2. Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2003 tentang Paket Kebijakan Ekonomi Menjelang dan Sesudah Berakhirnya Program Kerjasama dengan International Monetary Fund (IMF);

3. Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi;

4. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2006 tentang Perubahan Keempat atas Keputusan Presiden Nomor 8 Tahun 2003 (tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jada Pemerintah).

5. Undang Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

Aplikasi LPSE merupakan aplikasi e-procurement yang dikembangkan oleh LKPP. Pada menu atau modul dalam aplikasi LPSE terdapat sejumlah fungsi-fungsi proses pelelangan dan transaksi pengadaan barang dan jasa yang bersifat umum, seperti registrasi peserta, daftar barang dan jasa yang ditenderkan,


(18)

penjelasan persyaratan lelang barang atau jasa beserta harganya, pengisian proposal, mekanisme negosiasi dan penyanggahan, lelang on line, transaksi/ purchase order, form serah terima dan database para penyedia.

Salah satu unsur penting dalam e-procurement adalah pertukaran dokumen. Untuk menjamin keamanan dokumen penawaran rekanan, LKPP bekerja sama dengan Lembaga Sandi Negara mengembangkan Aplikasi Pengaman Dokumen (Apendo) yang digunakan untuk melakukan enkripsi dan dekripsi dokumen

Guna memperluas akses e-procurement ke seluruh instansi dan jenjang pemerintahan, LKPP memberi kesempatan, antara lain, kepada pemerintah provinsi, kabupaten dan kota untuk mendirikan LPSE di daerah masing-masing. LPSE-LPSE ini memiliki fungsi seperti LPSE Nasional, namun melayani daerah masing-masing. Dalam pendirian LPSE Regional, LKPP akan memberikan bimbingan, petunjuk teknis, pelatihan, dan Aplikasi LPSE. Aplikasi ini dikembangkan dengan semangat efisiensi nasional sehingga tidak memerlukan biaya apapun untuk lisensinya; baik lisensi Aplikasi LPSE itu sendiri maupun perangkat lunak pendukungnya.

Aplikasi yang ada pada LPSE Jawa Barat saat ini sudah mampu mendukung penyelenggaraan pengadaan barang, pengadaan jasa pemborongan konstruksi dan pengadaan jasa lainnya, melalui proses penilaian kompetensi secara prakualifikasi maupun pascakualifikasi dengan metode penyampaian dokumen satu sampul. Berikut ini diuraikan beberapa terminologi dalam penyelenggaraan lelang dan pengadaan barang dan jasa umumnya sebagaimana yang diatur dalam Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 beserta aturan-aturan perubahannya, serta layanan pengadaan barang dan jasa pemerintah daerah secara elektronik.


(19)

Publik adalah perusahaan yang berminat untuk menjadi peserta lelang.

Agency adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) atau instasi pemerintah yang ikut dalam LPSE Regional.

Pengelola Sistem Informasi Layanan Pengadaan Secara Elektronik yang selanjutnya disebut Pengelola LPSE adalah pengelola sistem informasi layanan pengadaan barang/jasa pemerintah secara elektronik.

Pengguna Anggaran atau yang lazim disingkat PA, adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi SKPD yang dipimpinnya.

Kuasa Pengguna Anggaran atau yang lazim disingkat KPA, adalah pejabat yang diberi kuasa untuk melaksanakan sebagian kewenangan PA dalam melaksanakan sebagian tugas dan fungsi SKPD serta untuk menggunakan anggaran SKPD.

Pejabat Pembuat Komitmen atau yang lazim disingkat PjPK, adalah pejabat yang diangkat oleh Kepala SKPD selaku PA sebagai pemilik pekerjaan yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan barang/jasa.

Panitia Pengadaan adalah tim yang diangkat oleh PA/KPA untuk melaksanakan pemilihan penyedia barang/jasa.

Unit Layanan Pengadaan adalah unit yang terdiri dari pegawai-pegawai yang telah memiliki sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa pemerintah, yang dibentuk oleh PA yang bertugas secara khusus untuk melaksanakan pemilihan penyedia barang/jasa di lingkungan pemerintah daerah.

Penyedia Barang/Jasa atau Vendor adalah badan usaha atau orang perseorangan yang kegiatan usahanya menyediakan barang/jasa.


(20)

Registrasi adalah proses pendaftaran penyedia barang/jasa untuk mendapatkan kode akses (user id dan password) ke dalam sistem aplikasi Layanan Pengadaan Secara Elektronik.

Verifikasi adalah proses penentuan kelayakan penyedia barang/jasa oleh LPSE melalui mekanisme kontrol secara asas nyata dalam proses registrasi/pendaftaran calon penyedia barang/jasa yang meliputi persetujuan password dan penyampaian notifikasi persetujuan.

Verifikator. adalah pejabat yang bertugas melakukan verifikasi .

Certificate Agent adalah pejabat yang memberikan jaminan keamanan baik kepada rekanan maupun panitia. CA memberikan kepastikan kepada rekanan bahwa dokumen penawaran yang dikirimkannya tidak dapat dibuka oleh panitia sebelum tanggal yang ditentukan.

Tanda Tangan Elektronik adalah tanda tangan yang terdiri atas informasi elektronik yang dilekatkan, terasosiasi atau terkait dengan informasi elektronik lainnya yang digunakan sebagai alat verifikasi dan otentikasi.

Pada awal proses, PjPK membuat paket lelang yang dikirimkan kepada Panitia Pengadaan. Panitia kemudian melaksanakan lelang yang dimaksud dengan mengatur jadwal, kualifikasi dan lain-lain sebagainya. Kemudian hasil pekerjaan ini diajukan kembali guna mendapat persetujuan dari PjPK. Bila PjPK setuju, barulah lelang bisa diumumkan kepada publik dan kemudian bisa diikuti oleh para rekanan/vendor.

Untuk dapat mengikuti lelang pada tahap awal vendor harus melakukan verifikasi data perusahaan dengan terlebih dahulu mendaftar melalui akses internet pada situs LPSE Nasional atau Regional dengan mengisi formulir pendaftaran,


(21)

mengirimkan kepada sistem LPSE dengan meng-klik tombol daftar, men-download dokumen, mengikuti aanwijzing secara chatting, menyiapkan dokumen dalam bentuk digital dan meng-upload-nya ke situs LPSE.

Setelah itu Direktur Utama Perusahaan tersebut atau Kuasanya (dinyatakan secara tertulis) datang ke LPSE dengan membawa print-out formulir pendaftaran dilengkapi dengan data (bukti) asli seperti SIUP asli, KTP asli Direktur Utama, Akta Pendirian dan Akta Perubahan asli, dan lain-lain yang disyaratkan dalam formulir untuk dilakukan verifikasi oleh verifikator LPSE. Setelah datanya dicek kesahihannya, verifikator memasukkannya ke database LPSE dan kepada vendor yang bersangkutan diberikan User ID dan password untuk dipergunakan pada saat mengikuti lelang secara elektronik.

Vendor yang dapat mengikuti lelang secara elektronik yang difasilitasi oleh LPSE ialah vendor yang telah terdaftar pada database LPSE serta memiliki User ID dan Password.

Vendor dapat melihat secara on-line hasil evaluasi panitia, pengumuman pemenang, serta dapat melakukan sanggahan apabila menemukan hal-hal yang disyaratkan pada Pasal 27 Keppres No. 80 tahun 2003.


(22)

2.1.2 Logo Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE)

Gambar 2.1: Logo Pemprov Jabar

Secara keseluruhan lambang Pemerintah Propinsi Jawa Barat berbentuk bulat telur dengan hiasan pita di bagian bawahnya yang berisikan motto Jawa Barat. Makna daripada bentuk dan motif yang terdapat dalam lambang ialah :

1. Bentuk bulat telur pada lambang Jawa Barat berasal dari bentuk perisai yang banyak dipakai oleh para laskar kerajaan zaman dahulu, makna perisai sebagai penjagaan diri.

2. Kujang yang berada di tengah-tengah adalah senjata pusaka yang tajam serba guna bagi masyarakat Sunda masa lalu. Lima lubang pada kujang melambangkan dasar negara, Pancasila.

3. Setangkai padi yang terdapat di sisi sebelah kiri melambangkan bahan makanan pokok masyarakat Jawa Barat sekaligus juga melambangkan kesuburan pangan, dan jumlah padi 17 menggambarkan tanggal Proklamasi Republik Indonesia. 4. Kapas yang berada di sebelah kanan melambangkan kesuburan sandang, dan 8

kuntum bunga menggambarkan bulan proklamasi Republik Indonesia.

5. Gunung yang terdapat di bawah padi dan kapas melambangkan bahwa daerah Jawa Barat terdiri atas daerah pegunungan.


(23)

6. Sungai dan terusan yang terdapat di bawah gunung sebelah kiri melambangkan di Jawa Barat banyak terdapat sungai dan saluran air yang sangat berguna untuk pertanian.

7. Petak-petak yang terdapat di bawah gunung sebelah kanan melambangkan banyaknya pesawahan dan perkebunan. Masyarakat Jawa Barat umumnya hidup mengandalkan kesuburan tanahnya yang diolah menjadi lahan pertanian.

8. Dam/bendungan yang terdapat di tengah-tengah bagian bawah antara gambar sungai dan petak, melambangkan kegiatan di bidang irigasi yang merupakan salah satu perhatian pokok mengingat Jawa Barat merupakan daerah agraris.

MAKNA WARNA

Warna yang mendominasi pada lambang Jawa Barat adalah hijau, makna warna-warna yang dipergunakan dalam mewarnai motif lambang adalah :

1. Hijau bermakna kesuburan dan kemakmuran tanah Jawa Barat. 2. Kuning bermakna keagungan, kemulyaan dan kekayaan. 3. Hitam bermakna keteguhan dan keabadian.

4. Biru bermakna ketentraman atau kedamaian 5. Merah bermakna keberanian.

6. Putih bermakna kemurnian /kesucian atau kejujuran.

MOTTO DAERAH

Motto daerah Jawa Barat adalah “Gemah Ripah Repeh Rapih”, kata gemah-ripah dan repeh-rapih merupakan kata majemuk yang mempunyai arti sebagai berikut :

1. Gemah-ripah : subur makmur, cukup sandang dan pangan. 2. Repeh-rapih : rukun dan damai atau aman sentosa.

Arti dari motto daerah Jawa Barat secara keseluruhan ialah menyatakan bahwa Jawa Barat merupakan daerah yang kaya raya/subur makmur didiami oleh banyak penduduk yang hidup rukun dan damai.


(24)

2.1.3 Badan Hukum Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE)

LPSE (Layanan Pengadaan Secara Elektronik) merupakan instansi pemerintah yang dibawah naungan DISKOMINFO.

2.1.4 Struktur Organisasi dan Job Description

Gambar 2.2: Struktur Organisasi

Menurut struktur organisasi di atas maka job descriptionnya adalah sebagai berikut :

1. Tim Trainer

Pada instansi ini tim trainer bertugas sebagai pelatih dalam pelatihan penggadaian kepada suatu perusahaan yang belum mengerti cara penggadaian secara elektronik.


(25)

Tim teknologi dan komunikasi bertugas sebagai penaggungjawab dalam penggadaian secara on-line.

3. Tim Verifikator dan Helpdesk

Tim verifikator dan Helpdesk bertugas menerima pendaftaran peserta yang akan melakukan penggadaian secara elektronik dan juga menerima keluhan-keluhan peserta.

2.2Landasan Teori

2.2.1 Pengenalan Jaringan Komputer

Jaringan berfungsi untuk mengatur hubungan antara pengirim dan penerima sedemikian rupa sehingga keduanya dapat saling berkomunikasi. Jaringan juga dibutuhkan untuk saling bertukar resource. Resource yang dimaksud adalah misalnya data, printer, file dan lain-lain.Network atau jaringan dalam bidang komputer dapat diartikan sebagai dua atau lebih komputer yang saling berhubungan sehingga dapat saling berkomunikasi dengan tujuan menimbulkan suatu efisiensi sentralisasi dan optimasi kerja.Bila dilihat dari sisi lingkupnya atau jangkauannya jaringan dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu :

• LAN ( Local Area Network ) : Hanya terdapat satu atau dua server dan ruang lingkupnya hanya terdapat dalam suatu lokasi atau gedung.

• WAN ( Wide Area Network ) : Merupakan gabungan dari LAN yang dimana ruang lingkupnya dapat saja satu lokasi, misalnya gedung bertingkat, atau dapat tersebar di beberapa lokasi di seluruh dunia, jaringan jenis ini membutuhkan minimal satu server untuk setiap LAN,


(26)

dan membutuhkan minimal dua server yang mempunyai lokasi berbeda untuk membentuknya.

• Internet : merupakan sekumpulan jaringan yang tersebar di seluruh dunia yang saling terhubung satu sama lain sehingga akan membentuk suatu jaringan. Komputer yang sangat besar. Layanan yang diberikan dalam jaringan ini antara lain : FTP, E-Mail, Chat, Telnet dll. Biasanya jaringan internet menggunakan protocol TCP/IP meskipun ada beberapa protocol lain yang bisa digunakan, misalnya : IPX Novel Netware, NetBios dan lain-lain.

• Intranet : Jaringan seperti ini merupakan gabungan antara dari LAN/WAN dengan internet. Jaringan ini memberikan layanan internet kepada terminal clientnya. Perbedaan mencolok antara Intranet dan Internet adalah Intranet melayani satu organisasi tertentu saja.

2.2.2.Firewall

Firewall merupakan suatu cara atau mekanisme yang diterapkan baik terhadap hardware, software ataupun sistem itu sendiri. Tujuan dari penggunaan firewall adalah untuk melindungi dengan menyaring, membatasi atau bahkan menolak suatu atau semua hubungan/kegiatan suatu segmen pada jaringan pribadi dengan jaringan luar yang bukan merupakan ruang lingkupnya. Segmen tersebut dapat merupakan sebuah workstation, server, router, atau local area network (LAN). Secara sederhana, konfigurasi firewall adalah sebagai berikut :


(27)

Pertama kali, Firewall untuk komputer dilakukan dengan menggunakan prinsip “non-routing” pada sebuah Unix host yang menggunakan 2 buah network interface card, network interface card yang pertama di hubungkan ke internet (jaringan lain) sedangkan yang lainnya dihubungkan ke pc (dengan catatan tidak terjadi “route” antara kedua network interface card di pc ini). Untuk dapat terkoneksi dengan Internet, harus memasuki server firewall (bisa secara remote, atau langsung), kemudian menggunakan resource yang ada pada komputer ini untuk berhubungan dengan Internet(jaringan lain) dan jika perlu menyimpan file/data, maka file tersebut dapat disimpan sementara di pc firewall anda baru kemudian mengkopikannya ke pc. Sehingga, internet tidak dapat berhubungan langsung dengan pc. Metode semacam ini masih banyak mempunyai kekurangan sehingga dikembangkan berbagai bentuk, konfigurasi dan jenis firewall dengan berbagai aturan di dalamnya. Firewall secara umum di peruntukkan untuk melayani :

1. Mesin/Komputer

Setiap mesin/komputer yang terhubung langsung ke jaringan luar atau internet dan menginginkan semua yang terdapat pada komputernya terlindungi.

2. Jaringan

Jaringan komputer yang terdiri lebih dari satu buah komputer dan berbagai jenis topologi jaringan yang digunakan, baik yang di miliki oleh perusahaan, organisasi dan sebagainya.


(28)

2.2.2.1 Karakteristik sebuah firewall

Secara umum, karakteristik sebuah firewall dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Seluruh hubungan/kegiatan dari dalam ke luar , harus melewati firewall. Hal ini

dapat dilakukan dengan cara memblok/membatasi semua akses terhadap jaringan lokal, kecuali jika melewati firewall. Banyak bentuk jaringan yang memungkinkan agar konfigurasi ini terwujud.

2.Hanya kegiatan yang terdaftar/dikenal yang dapat melewati/melakukan hubungan, hal ini dapat dilakukan dengan mengatur policy pada konfigurasi keamanan lokal.

3. Firewall sendiri haruslah kebal atau relatif kuat terhadap serangan/kelemahan. Hal ini berarti penggunaan sistem yang dapat dipercaya dan dengan sistem yang relatif aman.

2.2.2.2 Teknik yang digunakan oleh sebuah firewall

1. Service control (kendali terhadap layanan)

Berdasarkan tipe-tipe layanan yang digunakan di Internet dan boleh diakses baik untuk kedalam ataupun keluar firewall. Biasanya firewall akan mencek no IP Address dan juga nomor port yang di gunakan baik pada protokol TCP dan UDP, bahkan bisa dilengkapi software untuk proxy yang akan menerima dan menterjemahkan setiap permintaan akan suatu layanan sebelum mengijinkannya.

2. Direction Conrol (kendali terhadap arah)

Berdasarkan arah dari berbagai permintaan (request) terhadap layanan yang akan dikenali dan diijinkan melewati firewall.


(29)

3. User control (kendali terhadap pengguna)

Berdasarkan pengguna/user untuk dapat menjalankan suatu layanan, artinya ada user yang dapat dan ada yang tidak dapat menjalankan suatu servis,hal ini di karenakan user tersebut tidak di ijinkan untuk melewati firewall. Biasanya digunakan untuk membatasi user dari jaringan lokal untuk mengakses keluar, tetapi bisa juga diterapkan untuk membatasi terhadap pengguna dari luar. 4. Behavior Control (kendali terhadap perlakuan)

Berdasarkan seberapa banyak layanan itu telah digunakan. Misalnya, firewall dapat memfilter email untuk menanggulangi/mencegah spam.

2.2.2.3 Tipe-Tipe Firewall

1. Packet Filtering Router

Packet Filtering diaplikasikan dengan cara mengatur semua packet IP baik yang menuju, melewati atau akan dituju oleh packet tersebut. Pada tipe ini packet tersebut akan diatur apakah akan di terima dan diteruskan atau di tolak. Penyaringan packet ini di konfigurasikan untuk menyaring packet yang akan ditransfer secara dua arah (baik dari dan ke jaringan lokal). Aturan penyaringan didasarkan pada header IP dan transport header, termasuk juga alamat awal (IP) dan alamat tujuan (IP), protokol transport yang digunakan (UDP,TCP), serta nomor port yang digunakan. Kelebihan dari tipe ini adalah mudah untuk diimplementasikan, transparan untuk pemakai, relatif lebih cepat. Adapun kelemahannya adalah cukup rumitnya untuk menyetting paket yang akan difilter secara tepat, serta lemah dalam hal otentifikasi. Adapun serangan yang dapat terjadi pada firewall dengan tipe ini adalah:


(30)

• IP address spoofing : Intruder (penyusup) dari luar dapat melakukan ini dengan cara menyertakan/menggunakan ip address jaringan lokal yang telah diijinkan untuk melalui firewall.

• Source routing attacks : Tipe ini tidak menganalisa informasi routing sumber IP, sehingga memungkinkan untuk membypass firewall.

• Tiny Fragment attacks : Intruder membagi IP kedalam bagian-bagian (fragment) yang lebih kecil dan memaksa terbaginya informasi mengenai TCP header. Serangan jenis ini di design untuk menipu aturan penyaringan yang bergantung kepada informasi dari TCP header. Penyerang berharap hanya bagian (fragment) pertama saja yang akan di periksa dan sisanya akan bisa lewat dengan bebas. Hal ini dapat di tanggulangi dengan cara menolak semua packet dengan protokol TCP dan memiliki Offset = 1 pada IP fragment (bagian IP).

Gambar 2.3 Packet-Filtering Router

2. Application-Level Gateway

Application-level Gateway yang biasa juga di kenal sebagai proxy server yang berfungsi untuk memperkuat/menyalurkan arus aplikasi. Tipe ini akan mengatur semua hubungan yang menggunakan layer aplikasi ,baik itu FTP, HTTP, GOPHER dll. Cara kerjanya adalah apabila ada pengguna yang


(31)

menggunakan salah satu aplikasi semisal FTP untuk mengakses secara remote, maka gateway akan meminta user memasukkan alamat remote host yang akan di akses. Saat pengguna mengirimkan user ID serta informasi lainnya yang sesuai maka gateway akan melakukan hubungan terhadap aplikasi tersebut yang terdapat pada remote host, dan menyalurkan data diantara kedua titik. apabila data tersebut tidak sesuai maka firewall tidak akan meneruskan data tersebut atau menolaknya. Lebih jauh lagi, pada tipe ini Firewall dapat di konfigurasikan untuk hanya mendukung beberapa aplikasi saja dan menolak aplikasi lainnya untuk melewati firewall. Kelebihannya adalah relatif lebih aman daripada tipe packet filtering router lebih mudah untuk memeriksa (audit) dan mendata (log) semua aliran data yang masuk pada level aplikasi. Kekurangannya adalah pemrosesan tambahan yang berlebih pada setiap hubungan. yang akan mengakibatkan terdapat dua buah sambungan koneksi antara pemakai dan gateway, dimana gateway akan memeriksa dan meneruskan semua arus dari dua arah.

Gambar 2.4 Aplication-Level Gateway

3. Circuit-level Gateway


(32)

merupakan fungsi khusus yang terbentuk dari tipe application-level gateway.tipe ini tidak mengijinkan koneksi TCP end to end (langsung) Cara kerjanya : Gateway akan mengatur kedua hubungan tcp tersebut, 1 antara dirinya (gw) dengan TCP pada pengguna lokal (inner host) serta 1 lagi antara dirinya (gw) dengan TCP pengguna luar (outside host). Saat dua buah hubungan terlaksana, gateway akan menyalurkan TCP segment dari satu hubungan ke lainnya tanpa memeriksa isinya. Fungsi pengamanannya terletak pada penentuan hubungan mana yang di ijinkan. Penggunaan tipe ini biasanya dikarenakan administrator percaya dengan pengguna internal (internal users).

Gambar 2.5 Circuit-Level Gateway

2.2.2.4 Konfigurasi Firewall

1. Screened Host FIrewall system (single-homed bastion)

Pada konfigurasi ini, fungsi firewall akan dilakukan oleh packet filtering router dan bastion host*. Router ini dikonfigurasikan sedemikian sehingga untuk semua arus data dari Internet, hanya paket IP yang menuju bastion host yang di ijinkan. Sedangkan untuk arus data (traffic) dari jaringan internal, hanya paket IP dari bastion host yang di ijinkan untuk keluar. Konfigurasi ini mendukung


(33)

fleksibilitas dalam Akses internet secara langsung, sebagai contoh apabila terdapat web server pada jaringan ini maka dapat di konfigurasikan agar web server dapat diakses langsung dari internet. Bastion Host melakukan fungsi Authentikasi dan fungsi sebagai proxy. Konfigurasi ini memberikan tingkat keamanan yang lebih baik daripada packet-filtering router atau application-level gateway secara terpisah.

Gambar2.6 Screened Host Firewall System (Single-Homed Bastion Host)

2. Screened Host Firewall system (Dual-homed bastion)

Pada konfigurasi ini, secara fisik akan terdapat patahan/celah dalam jaringan. Kelebihannya adalah dengan adanya dua jalur yang meisahkan secara fisik maka akan lebih meningkatkan keamanan dibanding konfigurasi pertama,adapun untuk server-server yang memerlukan direct akses (akses langsung) maka dapat di letakkan ditempat/segmenrt yang langsung berhubungan dengan internet. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menggunakan 2 buah NIC ( network interface Card) pada bastion Host.


(34)

Gambar2.7 Screened Host Firewall System (Dual-Homed Host)

3. Screened subnet firewall

Ini merupakan konfigurasi yang paling tinggi tingkat keamanannya. kenapa? karena pada konfigurasi ini di gunakan 2 buah packet filtering router, 1 diantara internet dan bastion host, sedangkan 1 lagi diantara bastian host dan jaringan local konfigurasi ini membentuk subnet yang terisolasi. Adapun kelebihannya adalah :

• Terdapat 3 lapisan/tingkat pertahanan terhadap penyususp/intruder .

• Router luar hanya melayani hubungan antara internet dan bastion host sehingga jaringan lokal menjadi tak terlihat (invisible )

• Jaringan lokal tidak dapat mengkonstuksi routing langsung ke internet, atau dengan kata lain , Internet menjadi Invinsible (bukan berarti tidak bisa melakukan koneksi internet).


(35)

Gambar 2.8 Screened-Subnet Firewall System

2.2.2.5 Langkah-Langkah Membangun firewall

1. Mengidenftifikasi bentuk jaringan yang dimiliki

Mengetahui bentuk jaringan yang dimiliki khususnya toplogi yang di gunakan serta protocol jaringan, akan memudahkan dalam mendesain sebuah firewall

2. Menentukan Policy atau kebijakan

Penentuan Kebijakan atau Policy merupakan hal yang harus di lakukan, baik atau buruknya sebuah firewall yang di bangun sangat di tentukan oleh policy/kebijakan yang di terapkan. Diantaranya:

• Menentukan apa saja yang perlu di layani. Artinya, apa saja yang akan dikenai policy atau kebijakan yang akan kita buat

• Menentukan individu atau kelompok-kelompok yang akan dikenakan policy atau kebijakan tersebut

• Menentukan layanan-layanan yang di butuhkan oleh tiap tiap individu atau kelompok yang menggunakan jaringan


(36)

• Berdasarkan setiap layanan yang di gunakan oleh individu atau kelompok tersebut akan ditentukan bagaimana konfigurasi terbaik yang akan membuatnya semakin aman

• Menerapkankan semua policy atau kebijakan tersebut 3. Menyiapkan Software atau Hardware yang akan digunakan

Baik sistem operasi yang mendukung atau software-software khusus pendukung firewall seperti ipchains, atau iptables pada linux, dsb. Serta konfigurasi hardware yang akan mendukung firewall tersebut.

4. Melakukan test konfigurasi

Pengujian terhadap firewall yang telah selesai di bangun haruslah dilakukan, terutama untuk mengetahui hasil yang akan kita dapatkan, caranya dapat menggunakan tool tool yang biasa dilakukan untuk mengaudit seperti nmap.

Bastion Host adalah sistem/bagian yang dianggap tempat terkuat dalam sistem keamanan jaringan oleh administrator.atau dapat di sebuta bagian terdepan yang dianggap paling kuat dalam menahan serangan, sehingga menjadi bagian terpenting dalam pengamanan jaringan, biasanya merupakan komponen firewall atau bagian terluar sistem publik. Umumnya Bastion host akan menggunakan Sistem operasi yang dapat menangani semua kebutuhan (misal , Unix, linux, NT)

2.2.3.Pengertian Demilitary Zone (DMZ)

DMZ adalah suatu “sacrificial lamb” bagi hackers yang digunakan untuk melindungi sistem internal yang berhubungan dengan serangan hack (hack attack). DMZ bekerja pada seluruh dasar pelayanan jaringan yang membutuhkan akses terhadap jaringan “dunia luar” ke bagian jaringan yang


(37)

lainnya. Dengan begitu, seluruh “open port” yang berhubungan dengan dunia luar akan berada pada jaringan, sehingga jika seorang hacker melakukan serangan dan melakukan crack pada server yang menggunakan sistem DMZ, hacker tersebut hanya akan dapat mengakses hostnya saja, tidak pada jaringan internal.

Gambar 2.9 : DMZ

Secara umum DMZ dibangun berdasarkan tiga buah konsep, yaitu : NAT (Network Address Translation), PAT (Port Addressable Translation), dan Access List. NAT berfungsi untuk menunjukkan kembali paket-paket yang datang dari “real address” ke alamat internal. Misal : jika kita memiliki “real address” 203.8.90.100, kita dapat membentuk suatu NAT langsung secara otomatis pada data-data yang datang ke 192.168.100.1 (sebuah alamat jaringan internal). Kemudian PAT berfungsi untuk menunjukan data yang datang pada particular port, atau range sebuah port dan protocol (TCP/UDP atau lainnya) dan alamat IP ke sebuah particular port atau range sebuah port ke sebuah alamat internal IP. Sedangkan access list berfungsi untuk mengontrol secara tepat apa yang datang dan keluar dari jaringan dalam suatu pertanyaan. Misal :


(38)

kita dapat menolak atau memperbolehkan semua ICMP yang datang ke seluruh alamat IP kecuali untuk sebuah ICMP yang tidak diinginkan.


(39)

BAB III

ANALISIS DAN PERANCANGAN

3.1 Analisis

Analisis sistem dapat didefinisikan sebagai penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh ke dalam bagian-bagian komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasikan dan mengevaluasi permasalahan-permasalahan, kesempatan-kesempatan, hambatan-hambatan yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan dapat diusulkan perbaikan-perbaikannya.

Teknik pembangunan jaringan menggunakan model waterfall. Tahapan-tahapan yang terdapat dalam model Waterfall sebagai berikut :

Gambar 3.1: Model Waterfall 3.1.1 Analisis Masalah

LPSE (Layanan Pengadaan Secara Elektronik) saat ini memerlukan suatu jaringan agar dapat menjalankan beberapa aplikasi secara internet. Untuk saat ini LPSE (Layanan Pengadaan Secara Elektronik) mempunyai server yang digunakan sebagai server internet. Sever tersebut adalah: litbang.lpse.jabarprov.go.id. Untuk server litbang.lpse.jabarprov.go.id, portal.jabar.go.id dan server jabar.go.id,

Analisis

Perancangan Sistem dan

Jaringan

Implementasi


(40)

gerbang.jabar.go.id dan ns2.jabar.go.id di-colocation-kan di PT Telkom Jakarta. Server-server tersebut yang mempunyai konfigurasi terbaru adalah ns2.jabar.go.id saja, sementara untuk litbang.lpse.jabarprov.go.id dan gerbang.jabar.go.id, ns1.jabar.go.id dan server sisianya, konfigurasinya adalah konfigurasi yang lama dengan tanpa perubahan apapun dari kondisi yang lama. Dengan kondisi tersebut, LPSE (Layanan Pengadaan Secara Elektronik) terutama administrator server-server tersebut merasa kesulitan dalam mengelola server-server-server-server tersebut, karena tidak mengetahui secara mendalam kondisi dari server-server tersebut. Selain itu juga kondisi server tersebut saat ini rawan terhadap serangan hacker.

Dengan melihat kondisi server jabar.go.id dan gerbang.jabar.go.id yang saat in rawan dari serangan hacker serta kondisi server yang tidak diketahui secara persis isinya, maka dengan ini LPSE (Layanan Pengadaan Secara Elektronik) mengusulkan untuk menginstall ulang server-server tersebut. Pengerjaan instalasi ini yang menjadi prioritas utama untuk segera diinstal ulang adalah server jabar.go.id dan litbang.lpse.jabarprov.go.id yang berada di LPSE (Layanan Pengadaan Secara Elektronik).

3.1.2 Analisis Perangkat Lunak dan Keras

Adapun spesifikasi perangkat lunak/perangkat keras untuk Aplikasi LPSE sebagai berikut:

Processor : 1.5 GHz single processor atau lebih Memory : 1 GB

Hard Disk : 50 GB

Sistem Operasi : Linux/Solaris Web Server : Apache 2


(41)

Database Server : PostgreSQL 8.2 Java : J2SDK 1.6

Internet : Min 128 kbps

3.1.3 Perangkat Lunak

Perangkat lunak yang digunakan dalam membangun jaringan berbasis Linux di LPSE (Layanan Pengadaan Secara Elektronik) adalah sebagai berikut : 1. Sistem Operasi Linux.

2. VMWare untuk pengkonfigurasian melalui computer client. 3. Putty.exe untuk remote server jarak jauh.

4. Mozilla Firefox sebagai browser

3.1.4 Perangkat Keras

Kebutuhan minimum (minimum requirement) perangkat keras (hardware) yang diperlukan server yaitu :

1. Processor : 1.5 GHz single processor atau lebih. 2. Memory : 1 GB.

3. Hard Disk : 50 GB.

4. Kartu jaringan (Ethernet Card). 5. Keyboard dan Mouse.


(42)

3.2 Perancangan System Jaringan

Perancangan sistem jaringan merupakan bagian dari metedologi penelitian dan pengembangan suatu jaringan yang dilakukan setelah tahap analisis yang bertujuan untuk memberikan gambaran secara terperinci.

Gambar 3.2 : Diagram Jaringan LPSE


(43)

3.3 Implementasi

Tahap implementasi sistem merupakan tahap menerjemahkan perancangan berdasarkan hasil analisis dalam pembangunan jaringan berbasis Linux di LPSE (Layanan Pengadaan Secara Elektronik), serta penerapan perangkat lunak pada keadaan yang sesungguhnya.

3.3.1 Instalasi FreeBSD

Implementasi awal yang dilakukan terhadap computer server yaitu instalasi FreeBSD melalui CD-ROM.

Pada saat computer boot, maka akan muncul tulisan “Boot :” lalu tekan enter. Setelah ditekan enter maka boot disk FreeBSD akan memeriksa peripheral-peripheral yang ada pada komputer.

Berikut adalah tampilannya:

Gambar 3.3 : Menu awal instalasi

Pilih menu Custom untuk meng-customize FreeBSD yang akan di install.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam instalasi terdiri dari langkah utama, yaitu: partisi, pemberian nama dan space sub-partisi dari partisi yang ada, pemilihan


(44)

media instalasi, dan mode instalasi yang menentukan besar space yang dibutuhkan untuk FreeBSD.

• Partition editor, digunakan untuk memilih penggunaan hard disk dalam instalasi, apakah semua space yang ada digunakan untuk FreeBSD ataukah menggunakan sebagian saja.

• Label editor, digunakan untuk membagi partisi yang telah anda buat menjadi semacam direktoridirektori tempat FreeBSD akan menaruh file.

• Distributions, digunakan untuk memilih file-file yang hendak diinstall.

• Media, digunakan untuk memilih media instalasi yang hendak digunakan, apabila melalui CD-ROM pilih CD-ROM, sedangkan apabila melalui FTP, pilih FTP.

• Commit, di sini semua partisi akan dituliskan dan FreeBSD mulai diinstall.

• Setelah semua proses selesai, maka dapat mengkonfigurasi ulang system. Berikut adalah tampilan instalasi FreeBSD :


(45)

Gambar 3.5 : Tampilan Instalasi Tahap 3


(46)

Gambar 3.7 : Tampilan Instalasi Tahap 5

3.3.2 File Konfigurasi

Beberapa file konfigurasi di FreeBSD yang penting :

/etc/fstab : file berisi deskripsi file sistem, dimana file sistem di-mount dan dimana devicenya. file ini penting terutama digunakan saat proses booting, karena kernel pertama kali akan membaca file ini untuk mengemount swap dan / . Sehingga urutan mounting file sistem dala file ini sangat penting.

$ less /etc/fstab

# Device Mountpoint FStype Options Dump Pass#

/dev/ad0s1b none swap sw 0 0

/dev/ad0s1a / ufs rw 1 1

/dev/ad0s1e /tmp ufs rw 2 2

/dev/ad0s1f /usr ufs rw 2 2

/dev/ad0s1d /var ufs rw 2 2


(47)

Field pertama : yaitu nama device yang akan dimounting Field kedua : tempat mount point

Field ketiga : Tipe file sistem

Field keempat : option dari FS, sw (swap) rw(readwrite) ro(read only)

/etc/rc.conf – berisi konfigurasi tentang interface network dan servis-servis mana saja yang dijalankan saat boot.

defaultrouter=”118.97.190.133″ hostname=”bsd.gatot.net”

ifconfig_lnc0=”inet 118.97.190.132 netmask 255.255.255.248″ keymap=”us.iso”

linux_enable=”YES” moused_enable=”YES” nfs_server_enable=”YES” rpcbind_enable=”YES” sshd_enable=”YES” usbd_enable=”YES”

Untuk konfigurasi secara lengkap ada di /etc/defaults/rc.conf. file rc.conf ini mengganti konfigurasi di defaultsnya

/etc/resov.conf – Konfigurasi untuk DnS server (resolver)

search litbang.lpse.jabarprov.go.id nameserver 118.97.190.132


(48)

file ini berisi data user-user (tidak termasuk password), seperti nama, home direktori, shell dan lain-lain.

/etc/sysctl.conf – konfigurasi untuk perintah sysctl (merubah parameter kernel on the fly). apabila konfigurasi ini kosong maka sysctl dijalankan secara default. Secara umum, konfigurasi sysctl.conf ini adalah cara lain mengubah parameter kernel selain dengan command sysctl.

bsd# sysctl kern.logsigexit=0 kern.logsigexit: 1 -> 0

sama dengan, konfigurasi di sysctl.conf berisi kern.logsigexit=0

/etc/inetd.conf – Konfigurasi server-server bawaan BSD

ftp stream tcp nowait root /usr/libexec/ftpd ftpd -l ftp stream tcp6 nowait root /usr/libexec/ftpd ftpd -l #ssh stream tcp nowait root /usr/sbin/sshd sshd -i -4 #ssh stream tcp6 nowait root /usr/sbin/sshd sshd -i -6 #telnet stream tcp nowait root /usr/libexec/telnetd telnetd

Secara default, BSD menyediakan inetd sebagai daemon berbagai layanan server sebagai alternatif menjalankan stand alone server. Berbagai servis seperti ssh, ftp, telnet. karena merupakan bawaan BSD, maka edit konfigurasi mungkin hanya mencakup enable-disable service (Beri/hilangkan tanda # )), untuk direktori file binari sudah didefinisikan default.

/etc/hosts.allow - Merupakan file konfigurasi untuk mengijinkan/tidak servis untuk diakses oleh pihak tertentu.


(49)

[servis]:[IP / Subnet/domain pengakses] : allow/deny

exim : localhost : allow sendmail : ALL : allow

rpcbind : 192.0.2.96/255.255.255.224 : deny

/etc/make.conf – File konfigurasi untuk proses menginstall / mem-build

3.3.3 Implementasi Firewall

3.3.3.1 Mengkonfigurasi kernel

Mengkonfigurasi kernel dengan login sebagai root, lalu masuk pada direktori cd /usr/src/sys/i386/

• Masuk pada direktori cd /usr/src/sys/i386/


(50)

• Edit file conf yang berada di dalam direktori dengan perintah nano atau vi.

Gambar 3.9 Tampilan conf

• Tambahkan firewall option, IPV6FIREWALL option pada kernel, dan buat enable IPv6 yang berada di direktori etc/rc.conf.


(51)

Gambar 3.10 Tampilan Konfigurasi Kernel

• Setelah mengkonfigurasi kernel, backup dan jadikan kernel yang baru disini ACME.

• Masuk pada direktori usr/sbin/.


(52)

• Lalu lakukan penginstallan terhadap kernel baru.

Gambar 3.12 Tampilan Install

• Setelah otomatis terinstall lakukan pengkonfigurasian terhadap file rc.conf yang berada di direktori etc/.


(53)

Gambar 3.14 Tampilan Awal File rc.conf


(54)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1

Kesimpulan

Dari hasil kerja praktek pembuatan jaringan berbasis Linux menggunakan

DMZ (Demilitary Zone) di LPSE (Layanan Pengadaan Secara Elektronik),

maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu :

1.

Penggunaan DMZ (Demilitary Zone) pada suatu jaringan membantu

instansi ini dalam system security data yang cukup tinggi dan lebih aman.

2.

Penggunaan DMZ (Demilitary Zone) pada suatu jaringan sangat berguna

pada pembatasan akses, seperti membatasi port-port yang bisa diakses ke

dalam beberapa port pilihan saja.

3.

Penggunaan DMZ (Demilitary Zone) pada suatu jaringan memiliki akses

penunjang bagi intranet terhadap akses internet.

4.2

Saran

Saran – saran untuk pengembangan DMZ (Demilitary Zone) pada suatu

jaringan di LPSE adalah sebagai berikut :

1.

Dalam jaringan akan lebih baik tetap menggunakan DMZ (Demilitary

Zone) karena untuk pembatasan akses, kedepannya dapat diatur sesuai

dengan kebutuhan dan keamanan akses.


(55)

2.

DMZ (Demilitary Zone) yang diterapkan hanya sebatas pada server

litbang.lpse.jabarprov.go.id. Pada pengembangan berikutnya sebaiknya

diterapkan pula pada server-server yang di-colocation-kan PT Telkom

Jakarta.


(56)

48

DAFTAR PUSTAKA

1. Gunadharma. ( 1996 ), Pengenalan Jaringan Komputer, Gunadharma, Jakarta, 88 – 89.

2. Irfan Afifi. ( 2009 ), Konfigurasi Firewall SMA 3 Bandung, Laporan Kerja Praktek, Universitas Komputer Indonesia, 26-57.

3. Supriyono. ( 15/12/2009 15.35 WIB ), FreeBSD,

http://www.otakudang.org/index.php?/archives/9-FreeBSD-6.1-+-PF-Transparent-Proxy-+-Squid-2.6.html

4. Rulianto Kurniawan. (2008), PengenaLan Firewall, Maxikom, Palembang, 121-128.

5. Fathansyah, Ir. ( 2002 ), JARKOM, Elex Media Komputindo, Jakarta.

6. Bahrudin. (01/12/2009 08.43 PM), DMZ,


(1)

Gambar 3.10 Tampilan Konfigurasi Kernel

• Setelah mengkonfigurasi kernel, backup dan jadikan kernel yang baru disini ACME.

• Masuk pada direktori usr/sbin/.


(2)

• Lalu lakukan penginstallan terhadap kernel baru.

Gambar 3.12 Tampilan Install

• Setelah otomatis terinstall lakukan pengkonfigurasian terhadap file rc.conf yang berada di direktori etc/.


(3)

Gambar 3.14 Tampilan Awal File rc.conf


(4)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dari hasil kerja praktek pembuatan jaringan berbasis Linux menggunakan DMZ (Demilitary Zone) di LPSE (Layanan Pengadaan Secara Elektronik), maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu :

1. Penggunaan DMZ (Demilitary Zone) pada suatu jaringan membantu instansi ini dalam system security data yang cukup tinggi dan lebih aman. 2. Penggunaan DMZ (Demilitary Zone) pada suatu jaringan sangat berguna

pada pembatasan akses, seperti membatasi port-port yang bisa diakses ke dalam beberapa port pilihan saja.

3. Penggunaan DMZ (Demilitary Zone) pada suatu jaringan memiliki akses penunjang bagi intranet terhadap akses internet.

4.2 Saran

Saran – saran untuk pengembangan DMZ (Demilitary Zone) pada suatu jaringan di LPSE adalah sebagai berikut :

1. Dalam jaringan akan lebih baik tetap menggunakan DMZ (Demilitary Zone) karena untuk pembatasan akses, kedepannya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan dan keamanan akses.


(5)

2. DMZ (Demilitary Zone) yang diterapkan hanya sebatas pada server litbang.lpse.jabarprov.go.id. Pada pengembangan berikutnya sebaiknya diterapkan pula pada server-server yang di-colocation-kan PT Telkom Jakarta.


(6)

48

DAFTAR PUSTAKA

1. Gunadharma. ( 1996 ), Pengenalan Jaringan Komputer, Gunadharma, Jakarta, 88 – 89.

2. Irfan Afifi. ( 2009 ), Konfigurasi Firewall SMA 3 Bandung, Laporan Kerja Praktek, Universitas Komputer Indonesia, 26-57.

3. Supriyono. ( 15/12/2009 15.35 WIB ), FreeBSD,

http://www.otakudang.org/index.php?/archives/9-FreeBSD-6.1-+-PF-Transparent-Proxy-+-Squid-2.6.html

4. Rulianto Kurniawan. (2008), PengenaLan Firewall, Maxikom, Palembang, 121-128.

5. Fathansyah, Ir. ( 2002 ), JARKOM, Elex Media Komputindo, Jakarta.

6. Bahrudin. (01/12/2009 08.43 PM), DMZ,