Gambaran Pengetahuan Perawat Tentang Pencegahan Infeksi Nosokomial Di Rumah Sakit Umum Daerah Djoelham Binjai

(1)

SKRIPSI

Oleh Siska Lamtiur

131121037

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

(4)

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktu pada waktunya dengan judul “Gambaran Pengetahuan Perawat Tentang Pencegahan Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit Umum Daerah Djoelham Binjai”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan bimbingan, dorongan serta do’a dari berbagai pihak. Penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada ibu Salbiah, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, memberikan masukan dan arahan, selama penyusunan skripsi ini. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. dr. Dedi Ardinata M.Kep selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I dan Ketua Program Studi S-1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Ikhsanuddin Ahmad Harahap, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Sri Eka Wahyuni S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen Pembimbing Akademik dan juga selaku penguji I.


(5)

memperoleh data yang saya butuhkan dalam penyusunan skripsi ini.

9. Seluruh dosen dan staf administrasi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

10.Orang tua serta seluruh keluarga penulis yang telah banyak memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis baik moril maupun material sehingga penulis menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

11.Rekan-rekan Program S-1 Keperawatan Ekstensi 2013 atas kekompakan, bantuan, dan kerjasama selama mengikuti pendidikan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dari kekurangan dan kesalahan, untuk itu penulis sangat mengharapkan masukan, saran dan kritik yang membangun demi perbaikan skripsi ini. Mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Februari 2015


(6)

Halaman Pengesahan ... ii

Halaman Pernyataan ... iii

Prakata ... iv

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... viii

Daftar Skema ... ix

Daftar Lampiran ... x

Abstrak ... xi

Abstract ... xii

Bab 1. Pendahuluan ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

Bab 2. Tinjauan Pustaka ... 6

2.1. Konsep Pengetahuan ... 6

2.1.1. Defenisi Pengetahuan ... 6

2.1.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 6

2.1.3. Tingkatan Pengetahuan ... 8

2.1.4. Cara Memperoleh Pengetahuan ... 9

2.2. Infeksi Nasokomial 2.2.1. Definisi Infeksi Nosokomial ... 10

2.2.2. Cara Penyebaran Penyakit Infeksi ... 12

2.2.3. Tanda dan Gejala Infeksi ... 12

2.2.4. Tempat Terjadinya Infeksi Nosokomial ... 13

2.2.5. Pencegahan Infeksi Nosokomial ... 13

Bab 3. Kerangka Konseptual ... 21

3.3. Kerangka penelitian ... 21

3.3.1. Definisi Operasional ... 22

Bab 4. Metodologi Penelitian ... 23

4.1. Desain Penelitian ... 23

4.2. Populasi Dan Sampel Penelitian ... 23

4.2.1. Populasi ... 23

4.2.2. Sampel ... 23

4.2.3. Teknik Pengambilan Sampel ... 24

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 24


(7)

4.8. Pengolahan Data dan Analisa Data ... 29

4.8.1. Pengolahan Data ... 29

4.8.2. Analisa Data ... 30

Bab 5. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 31

5.1. Hasil Penelitian ... 31

5.1.1. Karakteristik Perawat ... 31

5.1.2. Pengetahuan Perawat Tentang Pencegahan Infeksi Nosokomial ... 33

5.2. Pembahasan ... 35

5.2.1. Pengetahuan Perawat ... 35

Bab 6. Kesimpulan dan Saran ... 40

6.1. Kesimpulan ... 40

6.2. Saran ... 41

Daftar Pustaka Lampiran


(8)

Tabel 1. Defenisi Operasional ... 22 Tabel 2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Data Demografi ... 32 Tabel 3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Pengetahuan

Perawat ... 33 Tabel 4. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengetahuan Perawat


(9)

(10)

Lampiran 2 Kuesioner Penelitian ... 45

Lampiran 3 Surat Pengantar Validasi ... 52

Lampiran 4 Surat Pernyataan Content Validity Indeks (CVI) ... 53

Lamipran 5 Surat Komisi Etik ... 54

Lampiran 6 Surat Survey Awal ... 55

Lampiran 7 Surat Izin Riset/Penelitian ... 56

Lampiran 8 Surat Uji Reliabilitas Kuesioner ... 57

Lampiran 9 Balasan uji Reliabilitas ... 58

Lampiran 10 Surat Pengambilan Data ... 59

Lampiran 11 Surat Ijin Penelitian dari RSUD Djoelham Binjai ... 60

Lampiran 12 Surat Selesai Penelitian dari RSUD Djoelham Binjai ... 61

Lampiran 13 Master Tabel Uji Reliabilitas ... 62

Lampiran 14 Master Tabel Penelitian ... 64

Lampiran 15 Hasil Pengolaha Data ... 66

Lampiran 16 Taksasi Dana ... 70

Lampiran 17 Jadwal Kegiatan Penelitian ... 71


(11)

Tahun : 2015

ABSTRAK

Upaya pencegahan infeksi nosokomial diperlukan pengetahuan yang mendukung, khususnya bagi perawat. Perawat harus menyadari bahwa perawat adalah media perantara penularan sekaligus sebagai sumber penularan. Pengetahuan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial terdiri dari tindakan perawat, teknik mencuci tangan, teknik hiegienitas tangan dengan alkohol, antiseptik, desinfektan, sterillisasi, perlindungan bagi penjamu, peralatan perlindungan diri, penggunaan benda tajam (spuit sekali pakai), kontrol terhadap portal masuk, pengendalian penularan, vaksinasi, peranan tim profesional pengendali infeksi. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan perawat tentang pencegahan infeksi nosokomial di RSUD Djoelham Binjai. Desain dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan jumlah perawat 61 orang, teknik pengambilan sampel accidental sampling. Hasil penelitian bahwa perawat yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik 24,6%, pengetahuan cukup 70,5% dan pengetahuan kurang 4,9%. Dengan adanya penelitian ini, peneliti mengharapkan kepada pihak rumah sakit untuk melakukan pelatihan tentang infeksi nosokomial kepada perawat agar dapat menambah pengetahuan dalam melaksanakan asuhan keperawatan, menyediakan fasilitas seperti peralatan untuk perawatan luka, fasilitas untuk hiegienitas tangan dengan alkohol (handsrub), fasilitas peralatan perlindungan diri seperti sarung tangan steril, dan melakukan sosialisasi pencegahan infeksi nosokomial kepada perawat.


(12)

Year : 2015

ABSTRACT

Prevention of nosocomial infections required underpinning knowledge, especially for nurses.Nurses should be aware that the nurse is its medium of transmission. Knowledge of nurses in the prevention of nosocomial infections consists of actions nurse, hand washing technique, technique hygienists hands with alcohol, antiseptic, disinfectant, sterilities, for host protection, personal protection equipment, the use of sharps (syringes disposable), control of the portal of entry, control infection, vaccination, infection control professional team role. This study was conducted to determine the level of knowledge of nurses about the prevention of nosocomial infections in hospitals Djoelham Binjai. Design in this research is descriptive with 61 nurses, taken sample accidental sampling technique. The results of research that nurses that have a good knowledge level of 24,6%, 70,5% sufficient knowledge and knowledge about 4,9%. Given this research, the study expects that the hospital to conduct training on nosocomial infection to the nurse in order to increase knowledge in implementing nursing care, providing facilities such as equipment for wound care, facilities for hygienists hand with alcohol (hands rub), personal protection equipment facilities such as sterile gloves, and to disseminate prevention of nosocomial infection to the nurse.


(13)

Tahun : 2015

ABSTRAK

Upaya pencegahan infeksi nosokomial diperlukan pengetahuan yang mendukung, khususnya bagi perawat. Perawat harus menyadari bahwa perawat adalah media perantara penularan sekaligus sebagai sumber penularan. Pengetahuan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial terdiri dari tindakan perawat, teknik mencuci tangan, teknik hiegienitas tangan dengan alkohol, antiseptik, desinfektan, sterillisasi, perlindungan bagi penjamu, peralatan perlindungan diri, penggunaan benda tajam (spuit sekali pakai), kontrol terhadap portal masuk, pengendalian penularan, vaksinasi, peranan tim profesional pengendali infeksi. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan perawat tentang pencegahan infeksi nosokomial di RSUD Djoelham Binjai. Desain dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan jumlah perawat 61 orang, teknik pengambilan sampel accidental sampling. Hasil penelitian bahwa perawat yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik 24,6%, pengetahuan cukup 70,5% dan pengetahuan kurang 4,9%. Dengan adanya penelitian ini, peneliti mengharapkan kepada pihak rumah sakit untuk melakukan pelatihan tentang infeksi nosokomial kepada perawat agar dapat menambah pengetahuan dalam melaksanakan asuhan keperawatan, menyediakan fasilitas seperti peralatan untuk perawatan luka, fasilitas untuk hiegienitas tangan dengan alkohol (handsrub), fasilitas peralatan perlindungan diri seperti sarung tangan steril, dan melakukan sosialisasi pencegahan infeksi nosokomial kepada perawat.


(14)

Year : 2015

ABSTRACT

Prevention of nosocomial infections required underpinning knowledge, especially for nurses.Nurses should be aware that the nurse is its medium of transmission. Knowledge of nurses in the prevention of nosocomial infections consists of actions nurse, hand washing technique, technique hygienists hands with alcohol, antiseptic, disinfectant, sterilities, for host protection, personal protection equipment, the use of sharps (syringes disposable), control of the portal of entry, control infection, vaccination, infection control professional team role. This study was conducted to determine the level of knowledge of nurses about the prevention of nosocomial infections in hospitals Djoelham Binjai. Design in this research is descriptive with 61 nurses, taken sample accidental sampling technique. The results of research that nurses that have a good knowledge level of 24,6%, 70,5% sufficient knowledge and knowledge about 4,9%. Given this research, the study expects that the hospital to conduct training on nosocomial infection to the nurse in order to increase knowledge in implementing nursing care, providing facilities such as equipment for wound care, facilities for hygienists hand with alcohol (hands rub), personal protection equipment facilities such as sterile gloves, and to disseminate prevention of nosocomial infection to the nurse.


(15)

1.1. Latar Belakang

Rumah sakit merupakan unit pelayanan medis yang sangat kompleks. Rumah sakit sebagai unit pelayanan medis tentunya tidak lepas dari pengobatan dan perawatan penderita dengan kasus penyakit infeksi, dengan kemungkinan adanya bermacam-macam mikroba sebagai penyebabnya. Rumah sakit sebagai institusi pelayanan medis tidak lepas dari keberadaan sejumlah mikroba patogen karena: (1) rumah sakit merupakan tempat perawatan bagi segala macam jenis penyakit, (2) rumah sakit merupakan gudangnya mikroba patogen, (3) mikroba patogen yang ada umumnya sudah kebal terhadap antibiotik (Darmadi, 2008). Rumah sakit merupakan satu dari tempat yang paling mungkin mendapat infeksi karena mengandung populasi mikroorganisme yang tinggi dengan jenis virulen yang mungkin resisten terhadap antibiotik (Potter & Perry, 2005). Pada umumnya infeksi nosokomial yang disebabkan oleh bakteri terjadi 48 jam atau lebih setelah penderita masuk rumah sakit, dampak akibat kejadian ini adalah meningkatnya biaya perawatan, yang dikarenakan masa rawat inap di rumah sakit menjadi lebih lama (Nasronudin dkk, 2007). Jumlah tenaga pelayanan kesehatan yang kontak langsung dengan pasien, jenis dan jumlah prosedur invasif, terapi yang diterima, dan lama perawatan juga dapat mempengaruhi resiko terinfeksi (Potter & Perry, 2005).


(16)

Infeksi nosokomial saat ini merupakan salah satu penyebab meningkatnya angka kesakitan (morbidity) dan angka kematian (mortality) di rumah sakit, sehingga dapat menjadi masalah kesehatan baik di negara berkembang maupun di negara maju. Angka kejadian infeksi nosokomial juga telah dijadikan salah satu tolak ukur mutu pelayanan di rumah sakit (Darmadi, 2008). Angka kejadian infeksi nosokomial bervariasi tergantung pada jenis rumah sakit, jenis pasien serta tingkat resikonya. Hasil penelitian menunjukkan perubahan urutan lokasi infeksi, dimana infeksi saluran kemih menempati urutan pertama (42%), infeksi luka operasi (24%), dan infeksi saluran nafas (11%). Di Indonesia yaitu di 10 rumah sakit umum pendidikan, infeksi nosokomial cukup tinggi yaitu 6-16% dengan rata-rata 9,8%. Infeksi nosokomial yang paling umum terjadi adalah infeksi luka operasi (ILO).

Dari hasil survey awal yang telah dilakukan, peneliti tidak menemukan adanya data angka kejadian infeksi nosokomial di Rumah Sakit Umum Daerah Djoelham Binjai dan peneliti mengambil hasil penelitian yang dilakukan oleh Ginting, M. (2008), mengatakan bahwa proporsi infeksi nosokomial di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, sebanyak 62,5% dengan penyebab infeksi nosokomial terdiri dari 7 spesies kuman, gram positif (60%), gram negatif (20%), jamur (20%) dan candida sp (10%). Dan hasil penelitian yang diperoleh dari Jeyamohan & Darshini (2010), yang juga dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan diperoleh angka prevalensi sebanyak 5,6% pasien menderita infeksi nosokomial luka operasi kelas bersih dan kelompok usia diatas 65 tahun paling banyak menderita infeksi nosokomial yaitu sebanyak 33,3%.


(17)

Sedangkan jenis bakteri yang banyak ditemukan adalah Staphylococcus Aureus sebesar 33,3%.

Pencegahan artinya jangan sampai timbul, sedangkan pengendalian artinya meminimalisasi timbulnya resiko infeksi. Infeksi nosokomial yang bersumber pada rumah sakit dan lingkungannya, dapat dicegah dan dikendalikan dengan memperhatikan tiga sikap pokok berikut ini: (1) Kesadaran dan rasa tanggung jawab para petugas bahwa dirinya dapat menjadi sumber penularan atau media perantara dalam setiap prosedur dan tindakan medis (diagnosis dan terapi), sehingga dapat menimbulkan terjadinya infeksi nosokomial, (2) selalu ingat metode mengeliminasi mikroba patogen melalui tindakan aseptik, desinfeksi dan sterilisasi, (3) di setiap unit pelayanan perawatan dan unit tindakan medis, khususnya kamar operasi dan kamar bersalin, harus terjaga mutu sanitasinya (Darmadi, 2008).

Insiden infeksi nosokomial dapat diturunkan jika perawat menggunakan pemikiran yang kritis pada saat mempraktikan teknik aseptik. Perawat harus selalu mempertimbangkan resiko pasien terkena infeksi dan mengantisipasi bagaimana pendekatan perawatan dapat meningkatkan atau menurunkan kemungkinan penularan infeksi (Potter & Perry, 2005). Perawat yang selalu kontak dengan pasien, harus menyadari bahwa dia adalah media perantara penularan sekaligus sebagai sumber penularan. Tindakan yang ceroboh dalam menangani material dan instrumen serta ceroboh dalam menangani pasien akan berakibat merugikan pasien. Oleh karena itu, peranan tenaga keperawatan yang berkaitan dengan pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial cukup besar dan juga perlu


(18)

adanya pembagian tugas dan pelatihan bagi tenaga-tenaga keperawatan yang khusus membidangi upaya pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial (Darmadi, 2008).

Untuk meningkatkan upaya pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial diperlukan pengetahuan yang mendukung, khususnya bagi seorang perawat. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis melakukan suatu penelitian untuk mengetahui bagaimana gambaran pengetahuan perawat tentang pencegahan infeksi nosokomial di Rumah Sakit Umum Daerah Djoelham Binjai.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan permasalahan

penelitian ini adalah:

Bagaimana gambaran pengetahuan perawat tentang pencegahan infeksi nosokomial di Rumah Sakit Umum Daerah Djoelham Binjai.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan perawat tentang pencegahan infeksi nosokomial di Rumah Sakit Umum Daerah Djoelham Binjai.

1.4. Manfaat Penelitian

Melalui identifikasi pengetahuan perawat tentang pencegahan infeksi nosokomial, manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:


(19)

1.4.1.Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan tambahan informasi yang berguna mengenai infeksi nosokomial dan pencegahan infeksi nosokomial, khususnya bagi perawat yang akan bekerja dalam praktek keperawatan dan dapat menerapkan kewaspadaan universal dengan melakukan praktek kaperawatan sesuai dengan standar prosedur asuhan keperawatan yang telah ditentukan.

1.4.2.Bagi Praktik Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi tentang infeksi nosokomial dan pencegahan infeksi nosokomial, sehingga dapat dipergunakan oleh perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang profesional.

1.4.3.Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan menjadi bahan kajian atau data dasar untuk melakukan penelitian berikutnya yang berkaitan dengan pengetahuan perawat tentang pencegahan infeksi nosokomial.


(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Pengetahuan

2.1.1.Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek/benda tertentu (Notoadmojo, 2007). Pengindraan terjadi melalui indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan peraba. Pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan sangat penting untuk membentuk tindakan atau perilaku seseorang.

Menurut Mubarak (2007), pengetahuan adalah kesan yang ada dalam pikiran seseorang sebagai hasil dari penggunaan panca inderanya serta segala sesuatu yang diketahui berdasarkan pengalaman yang di dapat sebelumnya. Menurut Wahid dkk (dalam Mubarak, 2007) pengetahuan merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak disengaja, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek tertentu.

2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Mubarak (2007), terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang diantaranya adalah:

1. Pendidikan

Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan makin banyak pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya jika tingkat pendidikan seseorang rendah, maka


(21)

akan menghambat perkembangan sikap tehadap penerimaan, informasi, dan nilai-nilai baru yang diperkenalkan.

2. Pekerjaan

Dengan pekerjaan seseorang dapat memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung ataupun tidak langsung.

3. Umur

Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan fisik dan psikologis (mental) dimana pada aspek psikologis (mental) cara berpikir seseorang semakin matang dan dewasa.

4. Minat

Suatu keinginan atau kecenderungan yang tinggi terhadap sesuatu, menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal.

5. Pengalaman

Suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

6. Kebudayaan Lingkungan Sekitar

Kebudayaan dimana seseorang hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap orang tersebut.

7. Informasi

Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru dengan cepat.


(22)

2.1.3. Tingkatan Pengetahuan

Menurut Notoadmojo (2007), pengetahuan yang dicakup secara kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari atau didapat sebelumnya.

2. Memahami (comprehension)

Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang suatu materi yang telah diketahui.

3. Aplikasi (application)

Suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari tersebut dalam situasi atau kondisi yang sebenarnya.

4. Analisis (analysis)

Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi ke dalam komponen-komponen. 5. Sintesis (synthesis)

Suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian ke dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi (evaluation)


(23)

2.1.4. Cara Memperoleh Pengetahuan

Notoadmojo (2012), mengatakan bahwa ada dua cara untuk memperoleh pengetahuan antara lain:

1. Cara tradisional atau nonilmiah, yakni tanpa penelitian ilmiah dengan cara: a. Cara coba salah, cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan.

Metode ini telah digunakan dalam waktu yang cukup lama untuk memecahkan masalah.

b. Secara kebetulan, penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja oleh seseorang.

c. Cara kekuasaan atau otoritas, para pemegang otoritas baik pemimpin pemerintahan, tokoh agama, maupun ahli ilmu pengetahuan pada prinsipnya mempunyai mekanisme yang sama dalam penemuan pengetahuan. Dengan prinsip ini orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa menguji atau membuktikan terlebih dahulu kebenarannya.

d. Berdasarkan pengalaman pribadi, pengalaman adalah guru yang baik demikian bunyi pepatah. Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan, hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi. e. Cara akal sehat, akal sehat kadang-kadang dapat menemukan teori atau

kebenaran. Sebelum pendidikan berkembang, para orang tua zaman dahulu mendisiplinkan anaknya dengan cara menggunakan hukuman fisik bila anaknya berbuat salah, misalnya dijewer telinganya atau dicubit.


(24)

f. Kebenaran melalui wahyu, ajaran agama adalah suatu kebenaran yang diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi.

g. Kebenaran secara intuitif, kebenaran yang diperoleh manusia secara cepat melalui proses diluar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran atau berpikir.

h. Melalui jalan pikiran, dalam memperoleh pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya baik melalui induksi maupun deduksi.

i. Induksi, adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan-pernyataan yang bersifat umum.

j. Deduksi, adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum ke khusus.

2. Cara ilmiah dalam memperoleh pengetahuan

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih populer disebut metodologi penelitian (research methodology).

2.2. Infeksi Nosokomial

2.2.1.Defenisi Infeksi Nosokomial

Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi atau di dapat di rumah sakit dan menyerang penderita yang sedang di rawat. Infeksi nosokomial terjadi karena adanya perpindahan mikroba patogen yang bersumber dari lingkungan rumah sakit (Darmadi, 2008).


(25)

Menurut pernyataan dari United States National Nosocomial Infection Surveillance (NNIS) system, Infeksi Nosokomial (IN) atau Hospital Acquired Infection adalah infeksi, baik lokal maupun sistemik yang terjadi sebagai reaksi tidak wajar dari adanya infections agents atau toksin dan infeksi tersebut tidak ada atau tidak dalam masa inkubasi pada saat penderita masuk rumah sakit (Nasronudin dkk, 2007). Pada umumnya infeksi nosokomial terjadi karena bakteri yang berlangsung dalam waku 48 jam atau lebih setelah penderita masuk rumah sakit, apabila infeksi terjadi kurang dari 48 jam masuk rumah sakit disebut dengan

community aquired infection, sedangkan apabila setelah 48 jam disebut dengan infeksi nosokomial.

Infeksi adalah invasi tubuh yang disebabkan oleh mikroorganisme yang mampu menyebabkan sakit (Potter & Perry, 2005).

Menurut Chang Esther (2009), infeksi merupakan proses penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme patogen dan terjadi ketika interaksi antara organisme patogen dan penjamu yang mengakibatkan proses patologis dan kerusakan pada jaringan yang terdapat di dalam tubuh penjamu.

Menurut Long Barbara (1996), infeksi adalah masuknya kuman patogen di dalam tubuh dan berkembang biak serta menimbulkan pengaruh cidera.


(26)

2.2.2.Cara Penyebaran Penyakit Infeksi

Menurut Darmadi (2008), cara penularan mikroba patogen ke penjamu yang rentan melalui dua cara yaitu:

1. Langsung

2. Tidak langsung: (a) barang atau bahan, penyebaran atau penularan mikroba patogen melalui benda-benda mati seperti peralatan medis (instrument) dan peralatan makan/minum untuk penderita, (b) melalui vektor, (c) melalui makanan, (d) Air dan, (e) Udara.

2.2.3.Tanda Dan Gejala Infeksi

Darmadi (2008), menyatakan bahwa suatu infeksi dikatakan didapat dari rumah sakit apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit tidak didapatkan tanda-tanda klinik dari infeksi tersebut, (2) pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit, tidak sedang dalam masa inkubasi dari infeksi tersebut, (3) tanda-tanda klinik infeksi tersebut timbul sekurang-kurangnya setelah 3 x 24 jam sejak mulai perawatan, (4) infeksi tersebut bukan merupakan sisa (residual) dari infeksi sebelumnya, (5) bila saat mulai dirawat di rumah sakit sudah ada tanda-tanda infeksi, dan terbukti infeksi tersebut didapat penderita ketika dirawat di rumah sakit yang sama pada waktu yang lalu, serta belum pernah dilaporkan sebagai infeksi nosokomial.

Menurut Chang Esther (2009), tanda dan gejala penyakit infeksi sangat beragam, tergantung pada organisme penyebab dan lokasi infeksi, adapun tanda dan gejalanya sebagai berikut: (1) demam, yang diyakini bermanfaat untuk melawan proses infeksi, (2) timbulnya respons lokal berupa panas, bengkak,


(27)

kemerahan dan nyeri pada lokasi infeksi, (3) ruam, merupakan bukti adanya efek berbahaya yang ditimbulkan oleh interaksi antara organisme patogen dengan sistem imun penjamu, (4) plasmodium protozoa, meyebabkan kerusakan eritrosit.

2.2.4.Tempat Terjadinya Infeksi Nosokomial

Menurut Potter & Perry (2005), tempat-tempat terjadinya infeksi nosokomial antara lain sebagai berikut:

(1) Traktus Urinarius (infeksi pada saluran kemih), (2) Luka Bedah atau Traumatik (infeksi luka operasi), (3) Traktus Respiratorius (infeksi saluran nafas) dan (4) aliran darah.

2.2.5. Pencegahan Infeksi Nosokomial

1. Pencegahan infeksi menurut Saputra (2011):

Staf perawat: (a) jangan melakukan perawatan ketika sakit, (b) periksalah status kesehatan, (c) lakukan cuci tangan, tujuannya adalah untuk membuang kotoran dan organisme yang menempel dari tangan dan untuk mengurangi jumlah mikroba total pada saat itu (d) gunakan sarung tangan ketika memegang zat-zat lainnya, (e) jangan melipat atau meletakkan alas tidur di lantai, (f) buanglah sampah secara benar, (g) bersihkan dan sterilisasi barang-barang yang terkontaminasi, (h) ventilasi yaitu dengan memberikan tekanan negatif pada ruangan tunggal untuk mencegah udara keluar, (i) secara efektif mengepel dan membersihkan debu.

Menurut Potter & Perry (2005), melalui pemikiran kritis, perawat dapat mencegah terjadinya atau menyebarnya infeksi dengan cara: (a) meminimalkan jumlah dan jenis organisme yang ditularkan ke daerah yang berpotensi mengalami


(28)

infeksi dengan cara diantaranya pembersihan, desinfeksi dan sterillisasi yang tepat terhadap objek yang terkontaminasi secara signifikan mengurangi dan seringkali memusnahkan mikroorganisme. Pembersihan adalah membuang semua material asing eperti kotoran dan materi organik dari suatu objek Rustala (1990, dalam Potter & Perry, 2005), (b) kontrol infeksi untuk mengurangi reservoar antara lain: mandi, mengganti balutan yang telah basah dan atau kotor, membuang tisu, balutan kotor atau linen kotor dalam kantung tahan air, membuang spuit dan jarum intravena dalam wadah yang tidak tembus tusukan, yang semestinya diletakkan di kamar pasien atau area tindakan dan jangan menutup kembali jarum ataupun mencoba untuk mematahkannya, botol dan kantung drainase dikosongkan pada setiap pergantian jaga kecuali ada permintaan lain dari dokter, dan jangan pernah mengangkat sistem drainase misalnya kantung drainase urine lebih tinggi dari tempat yang di drainase kecuali jika telah di klem dahulu, (c) kontrol terhadap portal keluar antara lain: penanganan yang hati-hati terhadap eksudat (misal: urine, feses, emesis, dan darah). Cairan yang terkontaminasi dapat dengan mudah terpercik saat dibuang di toilet atau bak sampah. Perawat harus selalu menggunakan sarung tangan sekali pakai bila menangani eksudat. Masker, gown, dan kacamata digunakan jika terdapat besar kemungkinan adanya percikan dan kontak dengan cairan, (d) pengendalian penularan dengan cara: mencuci tangan tujuannya adalah untuk membuang kotoran dan organisme yang menempel di tangan dan untuk mengurangi jumlah mikroba total pada saat itu, untuk mencegah penularan mikroorganisme melalui kontak tidak langsung, peralatan dan bahan yang kotor harus dijaga supaya tidak bersentuhan dengan baju perawat, tindakan


(29)

salah yang sering dilakukan adalah mengangkat linen yang kotor langsung dengan tangan mengenai seragam, linen yang kotor harus diangkat dengan posisi tangan jauh dari tubuh, untuk penggunaan termometer gelas, sekalipun digunakan secara individu, memerlukan perawatan yang khusus. Karena mukus pasien sendiri dapat menjadi pertumbuhan mikroorganisme, setelah setiap kali digunakan termometer dicuci dalam air sabun dan dikeringkan, (e) kontrol terhadap portal masuk antara lain: teknik membersihkan luka, untuk mencegah masuknya mikroorganisme kedalam luka, perawat harus membersihkan bagian luar luka. Pada saat menggunakan desinfektan perawat menyeka bagian dalam luka dulu kemudian bagian luarnya, kasa bersih harus digunakan untuk setiap putaran sekitar keliling bagian luka, (f) perlindungan bagi penjamu yang rentan beberapa diantaranya: mandi secara teratur, hiegiene oral yang teratur membersihkan protein dalam saliva yang menarik mikroorganisme, (g) perlindungan bagi pekerja yaitu dengan menggunakan peralatan perlindungan diri.

2. Cara mencuci tangan berdasarkan rekomendasi dari WHO dalam Saputra (2011): (a) basahi tangan dengan air mengalir, (b) gunakan sabun secukupnya untuk seluruh permukaan tangan, (c) gosoklah telapak dengan telapak, (d) gosoklah punggung telapak tangan dengan telapak tangan, kiri dan kanan secara bergantian, (e) telapak dengan telapak dan sela-sela jari, (f) gosoklah bagian punggung jari dengan bagian telapak jari yang berlawanan dengan posisi saling mengunci, (g) gosoklah sekeliling ibu jari dengan genggaman tangan, secara bergantian, (h) gosoklah sekeliling jari-jari, maju dan mundur kiri dan kanan secara bergantian. Kemudian bilaslah dengan air bersih, (i) keringkan seluruh


(30)

tangan dengan menggunakan satu handuk. Gunakan handuk untuk menutup keran air.

3. Teknik higienitas tangan dengan cairan berbasis alkohol (Saputra, 2011): (a) gunakan alkohol pada telapak tangan dan ratakan keseluruh permukaan tangan, (b) gosoklah telapak tangan, (c) gosokkan telapak tangan dengan punggung telapak tangan dan sela-sela jemari secara bergantian, (d) gosoklah telapak tangan dengan telapak tangan dan sela-sela jemari kedua tangan, (e) gosoklah bagian punggung jemari dengan bagian telapak jari dengan posisi saling mengunci, (f) gosoklah sekeliling ibu jari dengan genggaman tangan, secara bergantian, (g) gosoklah sekeliling jemari tangan, maju dan mundur, kiri dan kanan secara bergantian. Jika sudah kering, tangan sudah aman.

4. Penggunaan peralatan pelindung diri, antara lain: (a) Sarung tangan dari bahan lateks atau nitril: digunakan pada seluruh tindakan dimana ada resiko pencemaran dari darah atau cairan tubuh lainnya. Sarung tangan harus diganti antara kontak pasien, jangan gunakan sarung tangan yang sama untuk lebih dari satu orang dan tangan sebaiknya di basuh sebelum dan sesudah sarung tangan digunakan. Sarung tangan harus dibuang sebagai sampah klinik. (b) Aprons atau celemek: memberi perlindungan pakaian dari paparan terhadap darah dan cairan tubuh selama kegiatan rutin perawatan pasien. Aprons harus dibuang sebagai sampah klinik. (c) Masker wajah: masker penolak air sebaiknya digunakan jika ada resiko darah atau cairan tubuh terpercik ke wajah. (d) Goggles atau kacamata pelindung: digunakan jika ada resiko percikan darah atau cairan tubuh ke mata dan atau membran mukosa. (e) Alas kaki: untuk melindungi kaki dari perlukaan,


(31)

bersentuhan dengan cairan yang menetes atau benda yang jatuh. (f) Gaun bedah (operasi): dipakai untuk mengganti baju harian petugas (Darmadi, 2008).

Benda tajam sekali pakai (spuit sekali pakai), berikut petunjuk yang harus di ingat, antara lain: (a) buanglah jarum dan spuit sebagai satu kesatuan, bilamana perlu, (b) buanglah benda-benda tajam kedalam tempat sampah, segera setelah menggunakan, (c) pastikan kotak sampah untuk benda tajam terletak dekat dimana digunakan, (d) pastikan bahwa semua tempat sampah untuk benda tajam mudah didapat, (e) jangan pindahkan benda tajam yang sudah digunakan dari seorang ke orang lain dengan tangan, gunakan suatu penampungan, (f) kotak sampah harus benar-benar tertutup dan ditutup erat-erat, (g) kotak sampah berisi benda-benda tajam harus diberi tanda dari departemen/unit mana, (h) jangan menggunakan ulang jarum setelah digunakan (Saputra, 2011).

5. Antiseptik, desinfektan dan sterilisasi

Antiseptik adalah desinfektan yang digunakan untuk desinfeksi benda mati. Penggunaan antiseptik: (a) pengobatan lokal misalnya pada kulit, mulut, atau tenggorokan, (b) untuk irigasi daerah-daerah tubuh yang terinfeksi, (c) mencuci luka, terutama pada luka kotor, (d) mencegah infeksi pada perawatan luka, (e) menyucihamakan kulit sebelum operasi untuk mencegah infeksi, (f) mencuci tangan sebelum operasi untuk mencegah infeksi silang. Beberapa antiseptik yang digunakan antara lain: alkohol, sebagai antiseptik adalah 70%, iodium, Povidon iodine (betadine), klorheksidin (savlon).

Desinfektan adalah bahan kimia yang digunakan untuk membunuh mikroba patogen, baik dalam jumlahnya maupun terhadap jenis/kelompoknya, kecuali


(32)

endospora bakteri seperti yang terlihat pada spektrumnya. Beberapa desinfektan yang banyak digunakan antara lain: alkohol dalam hal ini yang digunakan dengan konsentrasi 60-90%, klorin, formaldehid (formalin), glutaraldehid (cidex), dan fenol (lysol, kreolin). Dalam perkembangan selanjutnya, upaya disinfeksi berkembang dengan memanfaatkan energi panas (termis) yaitu melalui panasnya air (merebus) dan melalui panasnya uap air (mengukus). Dengan memperhatikan spektrum mikroba patogen yang akan terbunuh oleh adanya proses desinfeksi, maka ada 3 tingkat kategori proses disinfeksi, yaitu: (a) disinfeksi tingkat rendah, (b) disinfeksi tingkat menengah, (c) disinfeksi tingkat tinggi (Darmadi, 2008).

Sterilisasi adalah penghancuran atau pemusnahan seluruh mikroorganisme, termasuk spora (Potter & Perry, 2005). Beberapa metode sterilisasi menurut Darmadi, (2008): (a) metode bertekanan tinggi, (b) metode panas kering, dan (c) metode gas kimia

6. Central Sterile Supply Departement (CSSD) atau Instalasi Sterillisasi Sentral(ISS) dalam rumah sakit.

Kegiatan sterilisasi dan keberadaan unit CSSD/ISS: (a) dekontaminasi, peralatan medis yang terkontaminasi didisinfeksi terlebih dahulu untuk meminimalisasi jenis dan jumlah mikroba patogen yang ada, (b) pembersihan, peralatan medis dibersihkan untuk membebaskan materi organik yang menempel seperti darah, jaringan tubuh, kemudian dilanjutkan dengan proses pengeringan, (c) pengemasan, membungkus/mengemas secara rapi peralatan medis disertai pemasangan label dan siap untuk proses sterillisasi, (d) proses sterillisasi, peralatan medis yang telah terbungkus/terkemas selanjutnya menjalani sterillisasi


(33)

sesuai metode yang dipilih, (e) penyimpanan, setelah selesai sterillisasi, peralatan medis disimpan dan harus dijaga kualitas sterillitasnya, (f) pendistribusian, selanjutnya didistribusikan ke unit-unit yang memerlukannya (Patricia & Anne, 2005).

7. Vaksinasi

Menurut Occupational Safety and Health Act of 1991, Federal Register, (1991, dalam Potter & Perry, 2005) vaksinasi hepatitis B dan tindak lanjut setelah paparan: (a) pegawai pelayanan kesehatan harus mendapatkan vaksinasi hepatitis B dan seri vaksinasi untuk semua pegawai yang terpapar dalam pekerjaannya. Perawatan evaluasi dan tindak lanjut akan diberikan bagi semua pegawai yang telah terpapar, (b) seluruh prosedur dan evaluasi medis, termasuk seri vaksin dan vaksinasi serta evaluasi setelah terpapar (profilaksis) diberikan tanpa biaya bagi pegawai yang beresiko, (c) evaluasi medis tertulis yang rahasia akan diberikan bagi pegawai yang terpapar, (d) vaksinasi hepatitis B akan diberikan pada pegawai yang bertugas dalam 10 hari kerja.

8. Peranan Tim Profesional Pengendali Infeksi (Potter & Perry, 2005)

Adapun tugas-tugas dari profesional pengendali infeksi diantaranya adalah: (a) memberi pendidikan mengenai pencegahan dan pengendalian infeksi kepada staf, (b) membuat dan meninjau ulang kebijakan dan prosedur pencegahan dan pengendalian infeksi, (c) merekomendasikan prosedur isolasi yang tepat, (d) menyaring catatan klien terhadap infeksi yang didapat dari komunitas, (e) konsultasi dengan pekerja departemen kesehatan mengenai rekomendasi untuk mencegah dan mengendalikan infeksi diantara personel, seperti tes tuberkulosis,


(34)

(f) kumpulkan statistik mengenai epidemiologi infeksi nosokomial, (g) beri tahu departemen kesehatan masyarakat tentang insiden penyakit menular, (h) rundingkan dengan semua departemen di rumah sakit untuk menyelidiki kejadian atau kelompok infeksi yang tidak lazim, (i) beri pendidikan pada klien dan keluarga, (j) identifikasi masalah kontrol infeksi pada peralatan, (k) pantau organisme yang tahan antibiotik dalam institusi.


(35)

BAB 3

KERANGKA KONSEP 3.1. Kerangka Konseptual

Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan perawat tentang pencegahan infeksi nosokomial. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Mubarak (2007), adalah pendidikan, pekerjaan, umur, minat pengalaman, kebudayaan lingkungan sekitar dan informasi.

Skema 3.1. Kerangka Konsep Gambaran Pengetahuan Perawat Tentang Pencegahan Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit Umum Daerah Djoelham Binjai

Pengetahuan Perawat Tentang Pencegahan Infeksi Nosokomial

a. Tindakan perawat

- Penggunaan sarung tangan(handscoon) - Tidak melipat dan meletakkan linen

pasien di lantai

- Membersihkan lantai ruangan rumah sakit - Mengatur suhu ruangan, ventilasi udara

yang baik

b. Teknik mencuci tangan

c. Teknik hiegienitas tangan dengan alkohol d. Antiseptik

- Pencegahan infeksi pada perawatan luka - Sebelum melakukan tindakan menyuntik

atau pemasangan cairan infus e. Desinfektan

f. Sterillisasi

g. Perlindungan bagi penjamu h. Peralatan perlindungan diri

i. Penggunaan benda tajam (spuit sekali pakai)

j. Kontrol terhadap portal masuk k. Pengendalian penularan

l. Vaksinasi

m.Peranan Tim profesional pengendali infeksi

Baik

Cukup


(36)

1.1. Definisi Operasional

Variabel dan definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1. Definisi Operasional

No Variabel Definisi operasional Alat ukur Hasil ukur Skala

1. Pengetahuan perawat tentang pencegahan infeksi

nosokomial di Rumah Sakit Umum Daerah Djoelham Binjai

Suatu pemikiran yang dimiliki perawat, petugas keehatan lainnya, dan pasien untuk melindungi diri dari resiko masuknya organisme patogen yang tidak diketahui atau diketahui, yang terdiri dari tindakan perawat, teknik mencuci tangan, hiegienitas tangan dengan alkohol, antiseptik, desinfektan, sterillisasi, perlindungan bagi penjamu, peralatan perlindungan diri, penggunaan benda tajam (spuit sekali pakai), kontrol terhadap portal masuk, pengendalian penularan, vaksinasi,

peranan tim profesional

pengendali infeksi di Rumah Sakit Umum Daerah Djoelham Binjai.

Kuesioner sebanyak 22 pertanyaan dengan skor 1 untuk jawaban yang benar dan untuk jawaban yang salah skor 0

- Skor 15-22 = baik - Skor 8-14

= cukup - Skor 0-7

= kurang baik


(37)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yang bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan perawat tentang pencegahan infeksi nosokomial di Rumah Sakit Umum Daerah Djoelham Binjai.

4.2 Populasi dan Sampel 4.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah perawat ruang rawat inap yang bekerja di Rumah Sakit Umum Daerah Djoelham yang berjumlah 156 orang.

4.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek penelitian dan dianggap mewakili populasi tersebut (Suyanto, 2011).

Penentuan sampel pada penelitian ini menggunakan besar sampel yang diambil dengan menggunakan rumus Slovin (Nursalam, 2013), yaitu sebagai berikut :

� = N

1 + N (d2)

Keterangan n : jumlah sampel N : jumlah populasi

d : tingkat signifikansi (d= 10%) Maka:

� = 156


(38)

� = 156 1 + 1,56

� = 156

2,56

n= 60,93= 61

Berdasarkan perhitungan diatas, maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 61 orang perawat dari 10 ruangan rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Djoelham Binjai.

4.2.3. Tehnik Pengambilan Sampling

Tehnik pengambilan sampel dengan cara accidental sampling, yaitu cara pengambilan sampel dengan kebetulan bertemu (Hidayat, 2007). Peneliti melakukan teknik pengambilan sampel dengan cara menentukan sampel secara kebetulan bertemu, perawat yang sedang dinas pada saat itu peneliti jadikan sampel penelitian, peneliti menjelaskan tujuan dan manfaat dari penelitian tersebut, dan peneliti meminta kesediaan dari para responden apabila responden bersedia untuk menjadi sampel penelitian maka responden diminta untuk menandatangani lembar persetujuan menjadi responden.

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Djoelham Binjai yang terdiri dari 14 ruangan dengan pertimbangan bahwa Rumah Sakit Umum Daerah Djoelham Binjai memiliki jumlah perawat yang cukup banyak dengan masa kerja yang cukup bervariasi. Rumah sakit milik pemerintah tipe B, rumah sakit pendidikan yang digunakan oleh mahasiswa sebagai tempat praktek, menjadi pusat pelayanan kesehatan, serta pusat rujukan bagi seluruh


(39)

penduduk yang berdomisili di wilayah kota Binjai. Adapun pertimbangan pemilihan rumah sakit tersebut adalah karena, belum pernah dilakukan penelitian tentang pencegahan infeksi nosokomial dan peneliti ingin melihat sejauh mana pengetahuan perawat tentang pencegahan infeksi nosokomial di rumah sakit tersebut. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan September sampai dengan Desember 2014.

4.4. Pertimbangan Etik Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari fakultas keperawatan USU, selanjutnya melakukan proses ethical clearence kepada Komisi Etik Kesehatan Fakultas Keperawatan USU di ruangan Departemen Keperawatan Medikal Bedah dan Keperawatan Dasar, selanjutnya izin penelitian disampaikan kepada direktur Rumah Sakit Umum Daerah Djoelham Binjai agar penelitian dapat dilaksanakan.

Setelah mendapatkan izin peneliti memulai pengumpulan data dengan memberikan lembar persetujuan kepada responden. Sebelum responden mengisi dan menandatangani lembar persetujuan (informed consent), peneliti menjelaskan maksud, tujuan, dan prosedur penelitian. Bila responden tidak bersedia menandatangani lembar persetujuan, responden berhak untuk menolak terlibat dalam penelitian ini, atau menarik kesediaannya pada proses pengumpulan data. Dalam menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data, cukup dengan memakai inisial atau kode yang hanya diketahui peneliti dan responden.


(40)

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti, hanya kelompok tertentu saja yang akan disajikan dan dilaporkan sebagai hasil riset. Setelah selesai maka lembar kuesioner tersebut dimusnahkan.

4.5. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden, penelitian menggunakan alat pengumpulan data berupa kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti dengan berpedoman kepada konsep dan tinjauan pustaka. Instrumen terdiri dari 2 bagian: yang pertama kuesioner data demografi yang meliputi: usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, lama bekerja. Kuesioner kedua berupa kuesioner yang mengandung 22 pertanyaan untuk pengetahuan perawat tentang pencegahan infeksi nosokomial. Alat ukur untuk pengetahuan adalah kuesioner, yang dinilai dengan menggunakan jumlah skor. Responden yang menjawab dengan:

1.Jawaban benar diberi skor 1 2.Jawaban salah diberi 0

Total skor tertinggi diperoleh 22 dan skor terendah 0, sehingga perhitungan skor yang didapat dalam pertanyaan mengenai pengetahuan perawat tentang pencegahan infeksi nosokomial dapat dihitung dengan menggunakan rumus statistik menurut Hidayat (2007):

i =

BK g ntan Re

i =

3

0

22

i =

3

22


(41)

i = 7,3 keterangan: i = Interval kelas

Rentang = skor tertinggi-skor terendah BK = banyak kelas

Kategori pengetahuan:

Baik, apabila jawaban responden dari nilai tertinggi yaitu apabila responden mendapat skor 15-22

Cukup, apabila skor jawaban responden dari nilai tertinggi yaitu apabila responden mendapat skor 8-14

Kurang, apabila skor jawaban responden kurang dari dari nilai tertinggi yaitu apabila responden mendapat skor 0-7

4.6. Uji Validitas dan Reabilitas 4.6.1. Uji Validitas

Uji validitas meupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalitan suatu instrumen dan bertujuan untuk menggambarkan sejauh mana instrumen mampu mengukur apa yang akan diukur (Danim S, 2003). Jenis validitas yang digunakan adalah validitas isi yaitu suatu keputusan tentang bagaimana instrumen dengan baik mewakili karakteristik yang dikaji. Validitas ini diuji oleh ahli dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4.6.2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen


(42)

instrumen tersebut baik. Instrument yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kali pun diambil, tetap akan sama. Untuk mengetahui reliabilitas atau tidaknya suatu instrumen peneliti menggunakan uji KR-21 (Kuder & Richardson 21), (Arikunto, 2010). Dimana menurut Saryono (2010), jika hasil reliabilitasnya > 0,70 maka butir-butir pernyataan dikatakan reliabilitas. Uji reliabilitas ini dibantu dengan menggunakan teknik komputerisasi. Besar sampel untuk uji reliabilitas ini berjumlah 30 orang perawat dari Rumah Sakit Umum Haji Medan. Uji reliabilitas ini dilakukan setelah sidang proposal disetujui oleh dosen penguji. Hasil uji reliabilitas instrumen Gambaran Pengetahuan Perawat Tentang Pencegahan Infeksi Nosokomial yang dilakukan di RSU Haji Medan adalah 0,94. Dari hasil tersebut diketahui bahwa data tersebut menunjukkan hasil yang reliabel karena lebih dari nilai normal.

4.7. Pengumpulan Data

Pada tahap awal peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanan penelitian dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara setelah itu izin penelitian diserahkan kepada direktur Rumah Sakit Umum Daerah Djoelham Binjai untuk mendapatkan izin penelitian. Kemudian peneliti meminta izin agar peneliti dapat mengumpulkan data di Rumah Sakit Umum Daerah Djoelham Binjai, selanjutnya peneliti menentukan responden sesuai kriteria yang sudah ditentukan sebelumnya kemudian peneliti menjelaskan tentang tujuan, prosedur


(43)

dan manfaat penelitian, dan menjelaskan bahwa peneliti menjaga kerahasiaan jawaban perawat, bila perawat bersedia menjadi sampel penelitian maka perawat tersebut diminta untuk menandatangani lembar persetujuan setelah itu perawat diminta mengisi instrumen data demografi dan instrumen gambaran pengetahuan perawat tentang pencegahan infeksi nosokomial, responden dipersilahkan bertanya jika ada yang kurang jelas setelah diberi penjelasan sebelumnya. Setiap responden diberikan waktu lebih kurang 15-20 menit untuk menjawab semua pertanyaan yang diberikan dan dalam hal ini peneliti menunggu para perawat menjawab kuesioner hingga selesai menjawab semua pertanyaan. Setelah perawat selesai menjawab semua pertanyaan, peneliti memeriksa kembali kelengkapan jawaban responden dan setelah semua data terkumpul maka dilakukan analisa data.

4.8. Pengolahan Data dan Analisa Data 4.8.1. Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari hasil pengisian kuesioner diolah dengan menggunakan komputer dengan langkah-langkah yaitu editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner. Coding atau pengkodean yakni untuk mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data, angka atau bilangan. Koding atau pemberian kode ini sangat berguna dalam memasukkan data (data entry). Tabulating yaitu jawaban yang telah diberi kode kategori jawaban kemudian dimasukkan kedalam tabel. Analisa data yaitu menganalisa data yang dilakukan dengan program statistik yaitu SPSS.


(44)

4.8.2. Analisa Data

Analisis data yang akan diterapkan peneliti adalah analisis deskriptif yaitu suatu prosedur pengolahan data yang menggambarkan atau meringkas data dengan cara ilmiah dalam bentuk tabel atau grafik.

Analisa univariat dengan mendeskripsikan besarnya presentase pada seluruh variabel penelitian dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Pada penelitian ini analisa data dengan metode statistik univariat digunakan untuk menganalisa variabel yang ditampilkan dalam tabel distribusi frekuensi.


(45)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengetahuan pengetahuan perawat tentang pencegahan infeksi nosokomial di Rumah Sakit Umum Daerah Djoelham Binjai dengan jumlah responden 61 orang perawat. Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 30 Desember 2014 sampai dengan 7 Januari 2015, dan dilakukan pada 10 ruangan perawat (nurse station)

Rumah Sakit Umum Daerah Djoelham Binjai. Hasil penelitian ini akan diuraikan dalam dua bagian yaitu: karakteristik perawat dan pengetahuan perawat tentang pencegahan infeksi nosokomial di RSUD Djoelham Binjai.

5.1.1. Karakteristik Perawat

Dari penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hasil tentang karakteristik perawat yaitu kelompok usia 21-26 tahun sebanyak 39,3%, mayoritas perawat adalah berjenis kelamin perempuan yaitu sebesar 83,6%, dan sisanya berjenis kelamin laki-laki 16,4%. Berdasarkan tingkat pendidikan yang lulusan D3 keperawatan 45,9%, dan yang tingkat pendidikan lulusan sarjana (S1) keperawatan 54,1%. Berdasarkan lama bekerja perawat yang bekerja <1 tahun 26,2%, perawat yang lama bekerja 1-3 tahun 31,1%, dan perawat yang lama bekerja >3 tahun 42,6%. Dari hasil penelitian ini juga diperoleh bahwa 77,0% perawat belum pernah mengikuti pelatihan resmi tentang infeksi nosokomial, dan hanya 23,0% yang sudah pernah mengikuti pelatihan resmi tentang infeksi


(46)

nosokomial. Untuk lebih jelasnya tentang karakteristik perawat dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.1 Distribusi perawat di RSUD Djoelham Binjai berdasarkan usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, lama bekerja, dan mengikuti pelatihan resmi infeksi nosokomial.

Data demografi perawat Frekuensi Persentase

Usia (tahun) 21-26 tahun 27-32 tahun 33- 38 tahun 39-45 tahun Sub total Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Sub total 24 23 10 4 61 10 51 61 39,3 37,7 16,4 6,6 100 16,4 83,6 100 Pendidikan D-III Keperawatan S-1 Keperawatan Sub total 28 33 61 45,9 54,1 100 Lama kerja < 1 tahun kerja 1-3 tahun kerja > 3 tahun kerja

Sub total

Sudah pernah pelatihan infeksi nosokomial Ya Tidak Sub total 16 19 26 61 14 47 61 26,2 31,1 42,6 100 23,0 77,0 100


(47)

5.1.2 Pengetahuan perawat tentang pencegahan infeksi nosokomial

Dari 61 orang perawat diketahui bahwa pengetahuan perawat tentang pencegahan infeksi nosokomial di Rumah Sakit Umum Daerah Djoelham Binjai yang dalam kategori baik hanya 24,6%, pengetahuan perawat dalam kategori cukup 70,5%, dan pengetahuan perawat dalam kategori kurang 4,9%. Untuk lebih jelasnya tingkat pengetahuan perawat tentang pencegahan infeksi nosokomial dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi dan persentasi pengetahuan perawat tentang pencegahan infeksi nosokomial di RSUD Djoelham Binjai

Pengetahuan Frekuensi Persentasi

Baik Cukup Kurang

Total

15 43 3

61

24,6 70,5 4,9

100

Mengidentifikasi gambaran pengetahuan perawat tentang pencegahan infeksi nosokomial di RSUD Djoelham Binjai, terdapat 22 pertanyaan diantaranya adalah sprei yang digunakan pasien, tindakan perawat untuk mencegah resiko pencemaran dari darah, pemakaian sarung tangan, teknik mencuci tangan, teknik hiegienitas tangan dengan alkohol, antiseptik untuk mencegah infeksi pada perawatan luka, membersihkan lantai ruangan rumah sakit, desinfektan untuk membunuh mikroba patogen, antiseptik sebelum melakukan tindakan menyuntik, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.4


(48)

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan perawat tentang

pencegahan infeksi nosokomial di RSUD Djoelham Binjai.

No Pertanyaan Jawaban Responden

Benar Salah Total

N % N % N %

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22.

Sprei yang digunakan pasien

Tindakan perawat untuk mencegah resiko pencemaran dari darah

Pemakaian sarung tangan Teknik mencuci tangan Teknik hiegienitas tangan dengan alkohol

Antiseptik untuk mencegah infeksi pada perawatan luka Membersihkan lantai ruangan Desinfektan untuk membunuh mikroba patogen

Antiseptik sebelum melakukan tindakan menyuntik

Kegiatan sterillisasi

Teknik membersihkan luka Antiseptik untuk pengobatan lokal, dan untuk mencuci luka yang kotor

Tindakan hiegiene rutin yang harus dilakukan perawat

Kondisi pada ruangan kamar di rumah sakit

Mengurangi reservoar infeksi pada luka operasi

Perawatan luka operasi yang menggunakan kantung drainase Peralatan perlindungan diri Cara mengangkat sprei pasien yang kotor

Penggunaan spuit sekali pakai Pemakaian termometer

Vaksinasi

Tugas dari timprofesional pengendali infeksi 6 34 43 37 23 46 54 48 43 39 34 32 26 44 26 30 45 43 29 28 49 18 9,8 55,7 70,5 60,7 37,7 75,4 88,5 78,7 70,5 63,9 55,7 52,5 42,6 72,1 42,6 49,2 73,8 70,5 47,5 45,9 80,3 29,5 55 27 18 24 38 15 7 13 18 22 27 29 35 17 35 31 16 18 32 33 12 43 90,2 44,3 29,5 39,3 62,3 24,6 11,5 21,3 29,5 36,1 44,3 47,5 57,4 27,9 57,4 50,8 26,2 29,5 52,5 54,1 19,7 70,5 61 61 61 61 61 61 61 61 61 61 61 61 61 61 61 61 61 61 61 61 61 61 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100


(49)

5.2 Pembahasan

5.2.1. Pengetahuan Perawat Tentang Pencegahan Infeksi Nosokomial

Pembahasan ini peneliti mencoba menjawab pertanyaan penelitian yaitu bagaimana gambaran pengetahuan perawat tentang pencegahan infeksi nosokomial di Rumah Sakit Umum Daerah Djoelham Binjai. Hasil penelitian menunjukkan perawat yang memiliki tingkat pengetahuan baik tentang pencegahan infeksi nosokomial 24,6%. Peneliti berasumsi bahwa walaupun lebih dari setengah tingkat pendidikan perawat di RSUD Djoelham adalah sarjana keperawatan (S1), berada pada rentang dewasa dini, dan pengalaman kerja lebih dari 3 tahun, hal ini terjadi karena kurangnya motivasi dan dorongan dalam melakukan suatu pekerjaan. Adanya dukungan dan supervisi kepala ruangan terhadap kinerja perawat pelaksana juga sangat dibutuhkan dalam pencegahan infeksi nosokomial dan hal ini menjadi salah satu indikator keberhasilan kegiatan pengendalian infeksi nosokomial dan peneliti berasumsi dengan pengetahuan yang baik dan dengan adanya motivasi, dorongan serta dilakukannya supervisi tentunya akan mendukung perilaku perawat dalam mencegah terjadinya infeksi nosokomial. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kamaruzaman & Najatul (2011), bahwa tingkat pengetahuan dan sikap perawat RSU Siti Hajar dalam mencegah infeksi nosokomial sebanyak 88% perawat di RSU Siti Hajar dengan tingkat pengetahuan baik. Hal ini mungkin disebabkan karena berbedanya instrument yang diberikan. Pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting untuk membentuk tindakan atau perilaku seseorang (Notoadmojo, 2007). Menurut Mubarak (2007), terdapat beberapa faktor yang


(50)

mempengaruhi pengetahuan seseorang, diantaranya: pendidikan, pekerjaan, umur, minat, pengalaman, dan informasi. Djojodibroto (dalam Nasution Decy, 2008) mengatakan bahwa peningkatan motivasi personal di rumah sakit harus dilakukan untuk menjaga semangat kerja sehingga tidak terjadi penurunan akibat dari kegiatan rutin. Pengamatan pada motivasi personal harus dilakukan terus menerus, dan merupakan tanggung jawab atasan. Hal ini digunakan untuk mengidentifikasi pribadi yang memiliki potensi dan motivasi tinggi.

Hasil penelitian menunjukkan 57,4% perawat melakukan tindakan hiegiene rutin terhadap pasien dengan cara memandikan pasien dan merawat luka, dan ada juga perawat yang menjawab dengan membersihkan rongga oral dan menjaga integritas kulit. Menurut analisa peneliti hal ini terjadi karena sudah menjadi budaya lingkungan sekitar ruangan bahwa tindakan hiegiene rutin yang harus dilakukan perawat terhadap pasien adalah membersihkan rongga oral dan memandikan pasien. Menurut Potter & Perry (2005), tindakan hiegiene rutin yang harus dilakukan perawat tehadap pasien seperti membersihkan rongga oral dan mandi dapat melindungi kulit dan membran mukosa terhadap penyebaran organisme.

Tindakan dalam perawatan pasien dengan luka operasi yang menggunakan botol atau kantung drainase sebanyak 50,8% perawat mengosongkan kantung drainase setiap pergantian jaga dan mengangkat kantung drainase lebih tinggi dari tempat yang di drainase. Menurut analisa peneliti hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya jumlah pasien yang ditangani tetapi jumlah perawat yang bertugas sangat minim, dan karena aktivitas perawat


(51)

yang padat harus membuat perawat bekerja dengan cepat dan tidak mengingat prinsip steril dalam perawatan pasien dengan luka operasi yang menggunakan kantung atau botol drainase, perawat juga tidak memahami tentang prosedur yang tepat perawatan pasien dengan luka operasi yang menggunakan botol dan kantung drainase. Menurut Potter & Perry (2005), tindakan perawat dalam perawatan pasien dengan luka operasi yang menggunakan botol atau kantung drainase, antara lain: (1) kosongkan dan buang botol drainase sesuai dengan kebijakan fasilitas, (2) kosongkan sistem drainase pada setiap pergantian jaga kecuali jika ada permintaan lain dari dokter, (3) jangan pernah mengangkat botol drainase lebih tinggi dari tempat yang di drainase kecuali jika telah di klem terlebih dahulu.

Yang perlu diperhatikan dalam menggunakan benda tajam misalnya spuit sekali pakai 52,2% perawat menjawab dengan membuang jarum dan spuit yang sudah di patahkan terlebih dahulu ke dalam tempat sampah yang telah di tentukan, dan ada juga yang menjawab membuang jarum dan spuit setelah digunakan dari seorang ke orang lain. Menurut analisa peneliti ini terjadi karena sikap perawat dalam penggunaan spuit sekali pakai masih kurang baik. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Habni (2009), tentang sikap perawat di RSUPH. Adam Malik Medan dalam kontrol terhadap portal masuk sebanyak 84,3% perawat memiliki sikap positif. Ahmadi (1999, dalam Habni, 2009) mengatakan sikap adalah kesiapan dalam merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap suatu objek atau situasi secara konsisten. Sikap mengandung daya pendorong atau motivasi, sikap bukan sekedar rekaman masa lalu tetapi juga menentukan apakah perawat harus pro dan kontra terhadap sesuatu, menentukan


(52)

apa yang disukai, diharapkan dan diinginkan, dan apa yang harus dihindari. Menurut Saputra (2011), untuk benda tajam misalnya spuit sekali pakai yang harus di ingat, antara lain: (1) buanglah jarum dan spuit sebagai satu kesatuan, bilamana perlu, (2) buanglah benda-benda tajam ke dalam tempat sampah, segera setelah menggunakan, (3) jangan pindahkan benda tajam yang sudah digunakan dari seorang ke orang lain dengan tangan, gunakan suatu penampungan.

Tugas dari tim profesional pengendali infeksi, 70,5% perawat mengetahui bahwa tugas dari tim profesional pengendali infeksi adalah meminimalkan jumlah dan jenis mikroba patogen dan mengumpulkan statistik mengenai epidemiologi infeksi nosokomial, dan ada beberapa juga yang menjawab menganjurkan kepada perawat, pasien, dan keluarga pasien untuk memakai peralatan perlindungan diri. Menurut analisa peneliti hal ini karena perawat kurang mengetahui tugas-tugas dari tim profesional pengendali infeksi. Menurut Potter & Perry (2005), adapun tugas-tugas dari tim profesional pengendali infeksi beberapa diantaranya adalah: (1) memberi pendidikan mengenai pencegahan dan pengendalian infeksi kepada staf/perawat, klien dan keluarga, (2) membuat dan meninjau ulang kebijakan dan prosedur pencegahan dan pengendalian infeksi.

Pelatihan tentang infeksi nosokomial juga dapat mempengaruhi pengetahuan dan tindakan perawat dalam pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial. Semakin sering mengikuti pelatihan maka pengetahuan dan keterampilan akan semakin meningkat. Hanya 23,0% perawat yang pernah mengikuti pelatihan resmi tentang pencegahan infeksi nosokomial. Mungkin terjadi karena pelatihan yang di peroleh sudah lama sekali dan tidak pernah di


(53)

ulang secara kontiniu, sehingga pengetahuan yang di peroleh menjadi terlupakan. Bady, dkk (2007, dalam Habni, 2009) mengatakan bahwa pelatihan atau pemahaman tentang infeksi nosokomial sangat berhubungan dengan keterampilan yang dilakukan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial.


(54)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian yang dilakukan mengenai pengetahuan perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Djoelham Binjai tentang pencegahan infeksi nosokomial maka dapat disimpulkan dan saran sebagai berikut:

6.1. Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan terhadap 61 orang perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Djoelham Binjai diperoleh bahwa hanya 24,6% perawat dengan tingkat pengetahuan yang baik tentang pencegahan infeksi nosokomial. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pengetahuan terendah perawat yaitu mengenai linen yang digunakan pasien, teknik hiegienitas tangan dengan alkohol yang tepat, teknik membersihkan luka untuk mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam luka, tindakan hiegiene rutin yang harus dilakukan perawat terhadap pasien, dan tindakan perawat dalam perawatan pasien dengan luka operasi yang menggunakan kantung atau botol drainase.


(55)

6.2. Saran

6.2.1. Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi baru bagi pendidikan keperawatan dan menambah pengetahuan dalam pengembangan keperawatan lebih lanjut.

6.2.2. Penelitian keperawatan

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih memiliki keterbatasan-keterbatasan, sehingga untuk meneliti yang akan datang peneliti mengharapkan perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut tentang deskriptif korelasi.

6.2.3. Bagi rumah sakit

Dari penelitian ini diharapkan kepada pihak rumah sakit untuk melakukan pelatihan tentang infeksi nosokomial kepada perawat agar dapat meningkatkan kinerja perawat dengan memberikan pengetahuan kepada perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial melalui pendidikan dan pelatihan tentang infeksi nosokomial kepada perawat secara berkelanjutan, menyediakan fasilitas seperti peralatan untuk perawatan luka, fasilitas untuk hiegienitas tangan dengan alkohol

(handsrub), fasilitas peralatan perlindungan diri seperti sarung tangan steril, melakukan sosialisasi pencegahan infeksi nosokomial kepada perawat sehingga mempermudah perawat dalam melakukan tindakan keperawatan dalam melakukan tindakan pencegahan infeksi nosokomial.


(56)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Chang, Esther. (2009). PatofisiologiAplikasi padaPraktikKeperawatan, Jakarta : EGC.

Danim, S. (2003). Riset Keperawatan Sejarah & Metodologi, Jakarta: EGC. Darmadi, (2008). Infeksi Nasokomial Problematika dan Pengendaliannya, Jakarta

: Penerbit Salemba Medika.

Ginting, M. (2008). Infeksi Nosokomial Melalui Pemasangan Infus dan Manfaat Pelatihan Keterampilan Perawat Terhadap Pengendaliannya di Ruang

Rawat Inap Penyakit RSUPH Adam Malik Medan.

USU.ac.id/handle/123456789/7027, diakses 11 November 2014.

Habni, Yulia, (2009). Perilaku Perawat Dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial di Ruang Rindu A,B, Ruang ICU, IGD, Rawat Jalan di RSUPH. Adam Malik.

diakses 17 Februari 2015.

Jeyamohan dan Dharshini, (2010). Angka Prevalensi Infeksi Nasokomial pada Pasien Luka Operasi di Bagian Bedah di RSUPH Adam Malik Medan.

31 Mei 2014.

Kamaruzaman dan Najatul, (2011). Tingkat Pengetahuan dan Sikap Perawat RSU

Siti Hajar Medan Dalam Mencegah Infeksi Nosokomial

USU.ac.id/handle/123456789/31331 diakses 02 Febuari 2015.

Long, Barbara, (1996). Perawatan Medikal Bedah Suatu Pendekatan Proses Keperawatan. Ed 1. Bandung: Yayasan IAPK Pajajaran.

Mubarak dkk, (2007). Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar Dalam Pendidikan, Ed 1. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Nasution, Decy, (2008). Pengaruh Motivasi Perawat Terhadap Tindakan Perawatan Pada Pasien Pasca Bedah di Ruang Rawat Inap RSU. Dr.

Pirngadi Kota Medan. Tesis.

123456789/6702/1/09E00173.pdf, diakses 17 Februari 2015.

Notoadmojo, (2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Ed. Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.


(57)

Notoadmojo, (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Ed. Rev. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam, (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis. Ed 3.Jakarta: Salemba Medika.

Nusronudin dkk, (2007). Penyakit Infeksi di Indonesia Solusi Kini dan Mendatang. Cet. 1. Surabaya: Airlangga University Press.

Pieter dan Namora (2010), Pengantar Psikologi Untuk Kebidanan. Ed 1 cet.1 Jakarta: Kencana 2010.

Potter dan Perry. Ahli Bahasa, Yasmin Asih. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep Proses dan Praktik. Jakarta: EGC.

Saputra, L. (2011). Ketrampilan Dasar Untuk Perawat dan Paramedis. Pamulang: KA Risma Publishing Group.

Suyanto, (2011). Metodologi dan Aplikasi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika.


(58)

Lampiran 1

No. Responden:...

Formulir Persetujuan Menjadi Responden

GAMBARAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

DJOELHAM BINJAI

Oleh Siska Lamtiur

Saya adalah mahasiswa S-1 Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan Tugas Akhir.

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat gambaran pengetahuan perawat tentang pencegahan infeksi nosokomial di Rumah Sakit Umum Daerah Djoelham Binjai. Saya mengharapkan jawaban yang Bapak/Ibu berikan sesuai dengan pendapat Bapak/Ibu sendiri. Saya menjamin kerahasiaan identitas dan pendapat Bapak/Ibu. Informasi yang Bapak/Ibu, berikan hanya akan digunakan untuk mengembangkan pelayanan kesehatan khususnya ilmu keperawatan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud-maksud lain selain penelitian ini.

Partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat bebas, Bapak/Ibu bebas untuk ikut atau menolak tanpa adanya sanksi apapun. Jika Bapak/Ibu bersedia menjadi responden penelitian, silahkan menandatangi formulir ini.

Medan, November 2014


(59)

Lampiran 2 INSTRUMEN PENELITIAN

Petunjuk pengisian Bapak/Ibu diharapkan :

1. Menjawab setiap pertanyaan yang tersedia dengan memberikan tanda silang (x) pada tempat yang disediakan.

2. Semua pertanyaan harus dijawab.

3. Setiap pertanyaan diisi dengan satu jawaban.

4. Bila ada yang kurang mengerti silakan bertanya kepada peneliti.

A. DATA DEMOGRAFI

Kode (diisi oleh peneliti)

Usia : Tahun

Jenis Kelamin : 1. ( ) Laki-laki 2. ( ) Perempuan Tingkat Pendidikan : 1. ( ) AKPER 2. ( ) Sarjana 3. ( ) SPK

Lama Bekerja : 1. ( ) < 1 tahun 2. ( ) 1-3 tahun 3. ( ) > 3 tahun

Sudah pernah mendapat pelatihan resmi infeksi nosokomial : 1. ( ) ya


(60)

B. Kuesioner

Kuesioner 1 : Pengetahuan perawat tentang pencegahan infeksi nosokomial. Berikanlah tanda silang (x)pada kotak jawaban yang benar menurut anda. 1. Linen yang digunakan pasien sebaiknya…

a. Dilipat dan diletakkan di lantai b. Tidak dilipat dan diletakkan di lantai c. Dilipat dan diletakkan di tempat tidur

2. Tindakan perawat untuk mencegah resiko pencemaran dari darah atau cairan tubuh lainnya, digunakan...

a. Sarung tangan dan alas kaki b. Alas kaki dan masker c. Sarung tangan dan masker

3. Pemakaian sarung tangan sebaiknya...

a. Diganti setelah kontak dengan pasien, tidak digunakan untuk lebih dari satu pasien dan dibuang sebagai sampah klinik

b. Diganti setelah kontak dengan pasien, tidak digunakan untuk lebih dari satu pasien dan dibuang dimana saja

c. Digunakan untuk lebih dari satu pasien dan dibuang sebagai sampah klinik setelah melakukan tindakan

4. Teknik mencuci tangan yang tepat adalah sabagai berikut…

a. Basahi tangan dengan air dan sabun, gosok telapak dengan telapak, punggung telapak tangan kiri dan kanan, telapak dengan telapak dan sela-sela jari, punggung jari dengan telapak jari, dan sekeliling jari-jari, maju dan mundur kiri dan kanan kemudian bilas dengan air mengalir

b. Basahi tangan dengan air dan sabun, gosok telapak tangan kiri dan kanan, punggung jari dengan telapak jari, punggung telapak tangan kiri dan kanan, telapak dengan telapak dan sela-sela jari dan sekeliling jari, maju dan mundur kira dan kanan secara bergantian, kemudian bilas dengan air mengalir


(61)

c. Basahi tangan dengan air dan sabun, kemudian gosok telapak dengan telapak, telapak dengan sela-sela jari, punggung jari dengan telapak jari dan sekeliling jari-jari, maju dan mundur kiri dan kanan secara bergantian, kemudian bilas dengan air mengalir

5. Teknik hiegienitas tangan dengan cairan alkohol yang tepat adalah..

a. Gunakan alkohol pada telapak tangan dan ratakan ke seluruh permukaan tangan, gosok sela-sela jemari dan sekeliling jemari tangan kiri dan kanan secara bergantian, telapak tangan, punggung telapak tangan maju dan mundur kiri dan kanan secara bergantian

b. Gunakan alkohol pada telapak tangan dan ratakan ke seluruh permukaan tangan, gosok telapak tangan, punggung telapak tangan, sela-sela jemari secara bergantian, dan sekeliling jemari tangan maju dan mundur, kiri dan kanan secara bergantian

c. Gunakan alkohol secukupnya pada permukaan tangan, gosok telapak tangan, sela-sela jemari dan sekeliling jemari tangan maju dan mundur, kiri dan kanan secara bergantian, kemudian gosok punggung telapak tangan kiri dan kanan secara bergantian

6. Antiseptik yang digunakan untuk mencegah infeksi pada perawatan luka adalah..

a. Alkohol 70%, betadine, dan iodium b. Alkohol 70%, lysol dan savlon c. Alkohol 90%, betadine dan klorin

7. Membersihkan lantai ruangan di rumah sakit sebaiknya dilakukan... a. 4-5 kali dalam seminggu

b. 1 kali dalam sehari c. 2-3 kali dalam sehari

8. Desinfektan yang digunakan untuk membunuh mikroba patogen adalah... a. Alkohol 90%, klorin, dan lysol

b. Akohol 90%, betadine, dan iodium c. Alkohol 90%, lysol, dan savlon


(62)

9. Antiseptik yang digunakan sebelum melakukan tindakan menyuntik atau pemasangan cairan infus pada pasien, adalah…

a. Alkohol 90% b. Povidone iodine c. Alkohol 70%

10. Kegiatan sterillisasi pada peralatan medis, dapat dilakukan dengan cara... a. Desinfeksi dan pembersihan

b. Pembersihan dan pengeringan c. Pembersihan dan pengemasan

11. Teknik membersihkan luka untuk mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam luka, adalah...

a. Membersihkan bagian luar dan dalam luka bersamaan dengan desinfektan kemudian luka ditutup dengan kasa steril

b. Membersihkan bagian dalam luka dengan desinfektan kemudian bagian luarnya, selanjutnya luka ditutup dengan kasa steril

c. Membersihkan bagian luar dengan desinfektan, kemudian bagian dalamnya, kemudian luka ditutup dengan kasa yang steril

12. Antiseptik untuk pengobatan lokal misalnya pada kulit, mulut, dan tenggorokan, dan untuk mencuci luka yang kotor adalah...

a. Alkohol 90% b. Klorin

c. Povidone iodine

13. Tindakan hiegiene rutin yang harus dilakukan perawat terhadap pasien adalah...

a. Membersihkan rongga oral dan memandikan pasien b. Memandikan pasien dan merawat luka


(63)

14. Kondisi pada ruangan kamar di rumah sakit agar pasien merasa aman dan nyaman sebaiknya...

a. Udara dalam ruangan pengap, berbau dan membuat ventilasi dengan tekanan negatif agar udara tidak keluar

b. Udara dalam ruangan tidak pengap, tidak berbau, dan membuat ventilasi dengan tekanan negatif agar udara tidak keluar

c. Tidak berbau dan ventilasi dengan tekanan negatif agar udara tidak keluar, dan pencahayaan yang gelap

15. Yang harus di perhatikan untuk mengurangi reservoar infeksi pada pasien dengan luka operasi adalah...

a. Memakai sarung tangan dan mengganti balutan yang basah dan kotor b. Mencuci tangan terlebih dahulu kemudian mengganti balutan yang basah

dan kotor

c. Mengganti balutan yang basah dan kotor dengan memakai sarung tangan dan mencuci tangan

16. Tindakan perawat dalam perawatan pasien dengan luka operasi yang menggunakan botol atau kantung drainase adalah...

a. Mengosongkan kantung drainase setiap pergantian jaga sesuai dengan prosedur dan tidak mengangkat drainase lebih tinggi dari tempat yang di drainase

b. Mengosongkan kantung drainase setiap pergantian jaga sesuai prosedur dengan mengangkat kantung drainase lebih tinggi dari tempat yang di drainase

c. Mengosongkan kantung drainase apabila sudah benar-benar penuh dan kantung di angkat lebih tinggi dari tempat yang di drainase dengan di klem terlebih dahulu


(64)

17. Peralatan untuk perlindungan diri diantaranya, adalah...

a. Sarung tangan, jarum suntik, masker wajah, dan kacamata pelindung b. Sarung tangan, masker wajah, alas kaki, dan handuk

c. Sarung tangan, masker wajah, kacamata pelindung, dan alas kaki 18. Cara mengangkat linen pasien yang kotor secara tepat, adalah...

a. Mengangkat linen yang kotor memakai sarung tangan dengan mengenai seragam petugas

b. Mengangkat linen yang kotor dengan sarung tangan dengan tidak mengenai seragam petugas

c. Mengangkat linen dengan tangan dan tidak mengenai seragam petugas 19. Yang perlu diperhatikan dalam menggunakan benda tajam misalnya spuit

sekali pakai, adalah...

a. Membuang jarum dan spuit secara keseluruhan ke dalam tempat sampah yang telah ditentukan, segera setelah menggunakan

b. Membuang jarum dan spuit yang sudah di patahkan terlebih dahulu ke dalam tempat sampah yang telah ditentukan, segera setelah menggunakan c. Membuang jarum dan spuit sebagai satu kesatuan ke dalam tempat sampah

setelah digunakan dari seorang ke orang lain 20. Pemakaian termometer pada pasien sebaiknya...

a. Dicuci dalam air sabun atau betadine terlebih dahulu kemudian di keringkan b. Dicuci dalam air sabun atau alkohol terlebih dahulu kemudian di keringkan c. Dicuci di air mengalir terlebih dahulu kemudian di rendam ke dalam

alkohol

21. Vaksinasi yang dapat digunakan oleh perawat untuk mencegah terpapar infeksi di rumah sakit, adalah...

a. Vaksinasi campak b. Vaksinasi polio c. Vaksinasi hepatitis B


(65)

22. Tugas dari tim profesional pengendali infeksi, adalah...

a. Meminimalkan jumlah dan jenis mikroba patogen dan mengumpulkan statistik mengenai epidemiologi infeksi nosokomial

b. Membuat dan meninjau ulang kebijakan dan prosedur pencegahan dan pengendalian infeksi

c. Menganjurkan kepada perawat, pasien, dan keluarga pasien untuk memakai peralatan perlindungan diri


(66)

(67)

(68)

(69)

(70)

(71)

(72)

(73)

(74)

(75)

(76)

GAMBARAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI RSU HAJI MEDAN

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 ∑x ∑x2 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 10 100 2 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 5 25 3 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 5 25 4 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 6 36 5 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 5 25 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 5 25 7 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 12 144 8 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 36 9 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 5 25 10 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 6 36 11 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 10 100 12 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 5 25 13 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 5 25 14 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 10 100 15 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 6 36 16 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 5 25 17 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 5 25 18 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 5 25 19 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 6 36 20 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 5 25 21 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 5 25 22 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 9 81 23 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 11 121 24 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 5 25 25 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 5 25 26 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 5 25 27 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 6 36 28 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 36 29 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 5 25 30 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 5 25


(1)

67

P3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid salah 18 29.5 29.5 29.5

benar 43 70.5 70.5 100.0

Total 61 100.0 100.0 P4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid salah 24 39.3 39.3 39.3

benar 37 60.7 60.7 100.0

Total 61 100.0 100.0 P5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid salah 38 62.3 62.3 62.3

benar 23 37.7 37.7 100.0

Total 61 100.0 100.0 P6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid salah 15 24.6 24.6 24.6

benar 46 75.4 75.4 100.0

Total 61 100.0 100.0 P7

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid salah 7 11.5 11.5 11.5

benar 54 88.5 88.5 100.0

Total 61 100.0 100.0 P8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid salah 13 21.3 21.3 21.3

benar 48 78.7 78.7 100.0

Total 61 100.0 100.0 P9

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid salah 18 29.5 29.5 29.5

benar 43 70.5 70.5 100.0


(2)

68

P10

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid salah 22 36.1 36.1 36.1

Benar 39 63.9 63.9 100.0

Total 61 100.0 100.0 P11

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 27 44.3 44.3 44.3

Benar 34 55.7 55.7 100.0

Total 61 100.0 100.0 P12

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 29 47.5 47.5 47.5

Benar 32 52.5 52.5 100.0

Total 61 100.0 100.0 P13

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 35 57.4 57.4 57.4

Benar 26 42.6 42.6 100.0

Total 61 100.0 100.0 P14

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 17 27.9 27.9 27.9

Benar 44 72.1 72.1 100.0

Total 61 100.0 100.0 P15

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 35 57.4 57.4 57.4

Benar 26 42.6 42.6 100.0

Total 61 100.0 100.0 P16

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 31 50.8 50.8 50.8

Benar 30 49.2 49.2 100.0


(3)

69

P17

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 16 26.2 26.2 26.2

Benar 45 73.8 73.8 100.0

Total 61 100.0 100.0 P18

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 18 29.5 29.5 29.5

Benar 43 70.5 70.5 100.0

Total 61 100.0 100.0 P19

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 32 52.5 52.5 52.5

Benar 29 47.5 47.5 100.0

Total 61 100.0 100.0 P20

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 33 54.1 54.1 54.1

Benar 28 45.9 45.9 100.0

Total 61 100.0 100.0 P21

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 12 19.7 19.7 19.7

Benar 49 80.3 80.3 100.0

Total 61 100.0 100.0 P22

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 43 70.5 70.5 70.5

Benar 18 29.5 29.5 100.0

Total 61 100.0 100.0 Gambaran pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid baik (15-22) 15 24.6 24.6 24.6

cukup (8-14) 43 70.5 70.5 95.1

kurang (0-7) 3 4.9 4.9 100.0


(4)

Lampiran 16

RINCIAN BIAYA PENELITIAN

1. Persiapan Proposal

-

Biaya kertas

print

proposal

Rp. 200.000,-

-

Biaya foto copy

Rp. 80.000,-

-

Biaya Internet

Rp. 70.000,-

-

Denda perpustakaan

Rp. 10.000,-

-

Biaya Survey awal

Rp. 150.000,-

-

Transport

Rp. 80.000,-

-

Perbanyak proposal dan penjilidan

Rp. 90.000,-

-

Konsumsi saat sidang proposal

Rp. 130.000,-

2. Pengumpulan Data

-

Izin penelitian

Rp. 150.000,-

-

Biaya transportasi

Rp. 70.000,-

3. Biaya pada saat penelitian

-

Foto copy

informed consent

Rp. 50.000,-

-

Konsumsi saat penelitian dan souvenir

Rp. 150.000,-

4. Persiapan hasil penelitian

-

Biaya print skripsi

Rp. 150.000,-

-

Foto copy perbanyak instrumen penelitian Rp. 70.000.,

- Biaya transportasi selama penelitian Rp. 250.000.,

- Pengambilan data Rp. 100.000.,

- Revisi skripsi

Rp. 60.000.,

- Jilid skripsi

Rp. 100.000,-

-

Foto copy sumber-sumber referensi

Rp. 40.000,-

-

Denda perpustakaan

Rp. 25.000,-

- Konsumsi saat sidang

Rp. 130.000,-

5. Biaya Tak Terduga

Jumlah

Rp.2.225.000,-


(5)

(6)

Lampiran 18

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama

: Siska Lamtiur

Tempat Tanggal Lahir : Belawan, 27 Juli 1983

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Kristen Protestan

Alamat

: Jl. Danau Laut Tawar No.60 Binjai

Riwayat Pendidikan

1.

SD Negeri No 028226 Binjai

Tahun 1991-1996

2.

SMP Negeri 3 Binjai

Tahun 1996-1999

3.

SMA Methodist Binjai

Tahun 1999-2002

4.

DIII Keperawatan RSU Herna Medan

Tahun 2002-2005

5.

Mengikuti S-1 Keperawatan Ekstensi

Fakultas Keperawatan Universitas