kemerahan dan nyeri pada lokasi infeksi, 3 ruam, merupakan bukti adanya efek berbahaya yang ditimbulkan oleh interaksi antara organisme patogen dengan
sistem imun penjamu, 4 plasmodium protozoa, meyebabkan kerusakan eritrosit.
2.2.4. Tempat Terjadinya Infeksi Nosokomial
Menurut Potter Perry 2005, tempat-tempat terjadinya infeksi nosokomial antara lain sebagai berikut:
1 Traktus Urinarius infeksi pada saluran kemih, 2 Luka Bedah atau Traumatik infeksi luka operasi, 3 Traktus Respiratorius infeksi saluran nafas
dan 4 aliran darah.
2.2.5. Pencegahan Infeksi Nosokomial
1. Pencegahan infeksi menurut Saputra 2011:
Staf perawat: a jangan melakukan perawatan ketika sakit, b periksalah status kesehatan, c lakukan cuci tangan, tujuannya adalah untuk membuang
kotoran dan organisme yang menempel dari tangan dan untuk mengurangi jumlah mikroba total pada saat itu d gunakan sarung tangan ketika memegang zat-zat
lainnya, e jangan melipat atau meletakkan alas tidur di lantai, f buanglah sampah secara benar, g bersihkan dan sterilisasi barang-barang yang
terkontaminasi, h ventilasi yaitu dengan memberikan tekanan negatif pada ruangan tunggal untuk mencegah udara keluar, i secara efektif mengepel dan
membersihkan debu. Menurut Potter Perry 2005, melalui pemikiran kritis, perawat dapat
mencegah terjadinya atau menyebarnya infeksi dengan cara: a meminimalkan jumlah dan jenis organisme yang ditularkan ke daerah yang berpotensi mengalami
Universitas Sumatera utara
infeksi dengan cara diantaranya pembersihan, desinfeksi dan sterillisasi yang tepat terhadap objek yang terkontaminasi secara signifikan mengurangi dan seringkali
memusnahkan mikroorganisme. Pembersihan adalah membuang semua material asing eperti kotoran dan materi organik dari suatu objek Rustala 1990, dalam
Potter Perry, 2005, b kontrol infeksi untuk mengurangi reservoar antara lain: mandi, mengganti balutan yang telah basah dan atau kotor, membuang tisu,
balutan kotor atau linen kotor dalam kantung tahan air, membuang spuit dan jarum intravena dalam wadah yang tidak tembus tusukan, yang semestinya
diletakkan di kamar pasien atau area tindakan dan jangan menutup kembali jarum ataupun mencoba untuk mematahkannya, botol dan kantung drainase dikosongkan
pada setiap pergantian jaga kecuali ada permintaan lain dari dokter, dan jangan pernah mengangkat sistem drainase misalnya kantung drainase urine lebih tinggi
dari tempat yang di drainase kecuali jika telah di klem dahulu, c kontrol terhadap portal keluar antara lain: penanganan yang hati-hati terhadap eksudat
misal: urine, feses, emesis, dan darah. Cairan yang terkontaminasi dapat dengan mudah terpercik saat dibuang di toilet atau bak sampah. Perawat harus selalu
menggunakan sarung tangan sekali pakai bila menangani eksudat. Masker, gown, dan kacamata digunakan jika terdapat besar kemungkinan adanya percikan dan
kontak dengan cairan, d pengendalian penularan dengan cara: mencuci tangan tujuannya adalah untuk membuang kotoran dan organisme yang menempel di
tangan dan untuk mengurangi jumlah mikroba total pada saat itu, untuk mencegah penularan mikroorganisme melalui kontak tidak langsung, peralatan dan bahan
yang kotor harus dijaga supaya tidak bersentuhan dengan baju perawat, tindakan
Universitas Sumatera utara
salah yang sering dilakukan adalah mengangkat linen yang kotor langsung dengan tangan mengenai seragam, linen yang kotor harus diangkat dengan posisi tangan
jauh dari tubuh, untuk penggunaan termometer gelas, sekalipun digunakan secara individu, memerlukan perawatan yang khusus. Karena mukus pasien sendiri dapat
menjadi pertumbuhan mikroorganisme, setelah setiap kali digunakan termometer dicuci dalam air sabun dan dikeringkan, e kontrol terhadap portal masuk antara
lain: teknik membersihkan luka, untuk mencegah masuknya mikroorganisme kedalam luka, perawat harus membersihkan bagian luar luka. Pada saat
menggunakan desinfektan perawat menyeka bagian dalam luka dulu kemudian bagian luarnya, kasa bersih harus digunakan untuk setiap putaran sekitar keliling
bagian luka, f perlindungan bagi penjamu yang rentan beberapa diantaranya: mandi secara teratur, hiegiene oral yang teratur membersihkan protein dalam
saliva yang menarik mikroorganisme, g perlindungan bagi pekerja yaitu dengan menggunakan peralatan perlindungan diri.
2. Cara mencuci tangan berdasarkan rekomendasi dari WHO dalam Saputra
2011: a basahi tangan dengan air mengalir, b gunakan sabun secukupnya untuk seluruh permukaan tangan, c gosoklah telapak dengan telapak, d
gosoklah punggung telapak tangan dengan telapak tangan, kiri dan kanan secara bergantian, e telapak dengan telapak dan sela-sela jari, f gosoklah bagian
punggung jari dengan bagian telapak jari yang berlawanan dengan posisi saling mengunci, g gosoklah sekeliling ibu jari dengan genggaman tangan, secara
bergantian, h gosoklah sekeliling jari-jari, maju dan mundur kiri dan kanan secara bergantian. Kemudian bilaslah dengan air bersih, i keringkan seluruh
Universitas Sumatera utara
tangan dengan menggunakan satu handuk. Gunakan handuk untuk menutup keran air.
3. Teknik higienitas tangan dengan cairan berbasis alkohol Saputra, 2011: a
gunakan alkohol pada telapak tangan dan ratakan keseluruh permukaan tangan, b gosoklah telapak tangan, c gosokkan telapak tangan dengan punggung
telapak tangan dan sela-sela jemari secara bergantian, d gosoklah telapak tangan dengan telapak tangan dan sela-sela jemari kedua tangan, e gosoklah bagian
punggung jemari dengan bagian telapak jari dengan posisi saling mengunci, f gosoklah sekeliling ibu jari dengan genggaman tangan, secara bergantian, g
gosoklah sekeliling jemari tangan, maju dan mundur, kiri dan kanan secara bergantian. Jika sudah kering, tangan sudah aman.
4. Penggunaan peralatan pelindung diri, antara lain: a Sarung tangan dari
bahan lateks atau nitril: digunakan pada seluruh tindakan dimana ada resiko pencemaran dari darah atau cairan tubuh lainnya. Sarung tangan harus diganti
antara kontak pasien, jangan gunakan sarung tangan yang sama untuk lebih dari satu orang dan tangan sebaiknya di basuh sebelum dan sesudah sarung tangan
digunakan. Sarung tangan harus dibuang sebagai sampah klinik. b Aprons atau celemek: memberi perlindungan pakaian dari paparan terhadap darah dan cairan
tubuh selama kegiatan rutin perawatan pasien. Aprons harus dibuang sebagai sampah klinik. c Masker wajah: masker penolak air sebaiknya digunakan jika
ada resiko darah atau cairan tubuh terpercik ke wajah. d Goggles atau kacamata pelindung: digunakan jika ada resiko percikan darah atau cairan tubuh ke mata
dan atau membran mukosa. e Alas kaki: untuk melindungi kaki dari perlukaan,
Universitas Sumatera utara
bersentuhan dengan cairan yang menetes atau benda yang jatuh. f Gaun bedah operasi: dipakai untuk mengganti baju harian petugas Darmadi, 2008.
Benda tajam sekali pakai spuit sekali pakai, berikut petunjuk yang harus di ingat, antara lain: a buanglah jarum dan spuit sebagai satu kesatuan, bilamana
perlu, b buanglah benda-benda tajam kedalam tempat sampah, segera setelah menggunakan, c pastikan kotak sampah untuk benda tajam terletak dekat dimana
digunakan, d pastikan bahwa semua tempat sampah untuk benda tajam mudah didapat, e jangan pindahkan benda tajam yang sudah digunakan dari seorang ke
orang lain dengan tangan, gunakan suatu penampungan, f kotak sampah harus benar-benar tertutup dan ditutup erat-erat, g kotak sampah berisi benda-benda
tajam harus diberi tanda dari departemenunit mana, h jangan menggunakan ulang jarum setelah digunakan Saputra, 2011.
5. Antiseptik, desinfektan dan sterilisasi
Antiseptik adalah desinfektan yang digunakan untuk desinfeksi benda mati. Penggunaan antiseptik: a pengobatan lokal misalnya pada kulit, mulut, atau
tenggorokan, b untuk irigasi daerah-daerah tubuh yang terinfeksi, c mencuci luka, terutama pada luka kotor, d mencegah infeksi pada perawatan luka, e
menyucihamakan kulit sebelum operasi untuk mencegah infeksi, f mencuci tangan sebelum operasi untuk mencegah infeksi silang. Beberapa antiseptik yang
digunakan antara lain: alkohol, sebagai antiseptik adalah 70, iodium, Povidon iodine betadine, klorheksidin savlon.
Desinfektan adalah bahan kimia yang digunakan untuk membunuh mikroba patogen, baik dalam jumlahnya maupun terhadap jeniskelompoknya, kecuali
Universitas Sumatera utara
endospora bakteri seperti yang terlihat pada spektrumnya. Beberapa desinfektan yang banyak digunakan antara lain: alkohol dalam hal ini yang digunakan dengan
konsentrasi 60-90, klorin, formaldehid formalin, glutaraldehid cidex, dan fenol lysol, kreolin. Dalam perkembangan selanjutnya, upaya disinfeksi
berkembang dengan memanfaatkan energi panas termis yaitu melalui panasnya air merebus dan melalui panasnya uap air mengukus. Dengan memperhatikan
spektrum mikroba patogen yang akan terbunuh oleh adanya proses desinfeksi, maka ada 3 tingkat kategori proses disinfeksi, yaitu: a disinfeksi tingkat rendah,
b disinfeksi tingkat menengah, c disinfeksi tingkat tinggi Darmadi, 2008. Sterilisasi adalah penghancuran atau pemusnahan seluruh mikroorganisme,
termasuk spora Potter Perry, 2005. Beberapa metode sterilisasi menurut Darmadi, 2008: a metode bertekanan tinggi, b metode panas kering, dan c
metode gas kimia 6.
Central Sterile Supply Departement CSSD atau Instalasi Sterillisasi Sentral ISS dalam rumah sakit.
Kegiatan sterilisasi dan keberadaan unit CSSDISS: a dekontaminasi, peralatan medis yang terkontaminasi didisinfeksi terlebih dahulu untuk
meminimalisasi jenis dan jumlah mikroba patogen yang ada, b pembersihan, peralatan medis dibersihkan untuk membebaskan materi organik yang menempel
seperti darah, jaringan tubuh, kemudian dilanjutkan dengan proses pengeringan, c pengemasan, membungkusmengemas secara rapi peralatan medis disertai
pemasangan label dan siap untuk proses sterillisasi, d proses sterillisasi, peralatan medis yang telah terbungkusterkemas selanjutnya menjalani sterillisasi
Universitas Sumatera utara
sesuai metode yang dipilih, e penyimpanan, setelah selesai sterillisasi, peralatan medis disimpan dan harus dijaga kualitas sterillitasnya, f pendistribusian,
selanjutnya didistribusikan ke unit-unit yang memerlukannya Patricia Anne, 2005.
7. Vaksinasi
Menurut Occupational Safety and Health Act of 1991, Federal Register, 1991, dalam Potter Perry, 2005 vaksinasi hepatitis B dan tindak lanjut setelah
paparan: a pegawai pelayanan kesehatan harus mendapatkan vaksinasi hepatitis B dan seri vaksinasi untuk semua pegawai yang terpapar dalam pekerjaannya.
Perawatan evaluasi dan tindak lanjut akan diberikan bagi semua pegawai yang telah terpapar, b seluruh prosedur dan evaluasi medis, termasuk seri vaksin dan
vaksinasi serta evaluasi setelah terpapar profilaksis diberikan tanpa biaya bagi pegawai yang beresiko, c evaluasi medis tertulis yang rahasia akan diberikan
bagi pegawai yang terpapar, d vaksinasi hepatitis B akan diberikan pada pegawai yang bertugas dalam 10 hari kerja.
8. Peranan Tim Profesional Pengendali Infeksi Potter Perry, 2005 Adapun tugas-tugas dari profesional pengendali infeksi diantaranya adalah:
a memberi pendidikan mengenai pencegahan dan pengendalian infeksi kepada staf, b membuat dan meninjau ulang kebijakan dan prosedur pencegahan dan
pengendalian infeksi, c merekomendasikan prosedur isolasi yang tepat, d menyaring catatan klien terhadap infeksi yang didapat dari komunitas, e
konsultasi dengan pekerja departemen kesehatan mengenai rekomendasi untuk mencegah dan mengendalikan infeksi diantara personel, seperti tes tuberkulosis,
Universitas Sumatera utara
f kumpulkan statistik mengenai epidemiologi infeksi nosokomial, g beri tahu departemen kesehatan masyarakat tentang insiden penyakit menular, h
rundingkan dengan semua departemen di rumah sakit untuk menyelidiki kejadian atau kelompok infeksi yang tidak lazim, i beri pendidikan pada klien dan
keluarga, j identifikasi masalah kontrol infeksi pada peralatan, k pantau organisme yang tahan antibiotik dalam institusi.
Universitas Sumatera utara
21
BAB 3 KERANGKA KONSEP
3.1. Kerangka Konseptual