Manajemen Agribisnis KAJIAN PUSTAKA

8

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1. Manajemen Agribisnis

Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang ada hubungannya dalam pertanian dalam arti luas; yang dimaksud dengan pertanian dalam arti yang luas adalah kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian Soekartawi, 2003. Adjid 1998 juga mengemukakan bahwa agribisnis adalah kegiatan usaha dibidang pertanian yang berwatak bisnis, pelakunya secara konsisten berupaya untuk meraih nilai tambah komersial dan finansial yang berkesinambungan untuk menghasilkan produk yang dibutuhkan pasar. Antara 2006 menyatakan bahwa agribisnis berasal dari kata agribusinees, dimana agri=agriculture artinya pertanian dan business artinya usaha atau kegiatan yang menghasilkan keuntungan. Jadi secara sederhana agribisnis agribusiness didefinisikan sebagai usaha atau kegiatan pertanian dan terkait dengan pertanian yang berorientasi pada keuntungan. Jika didefiniskan secara lengkap agribisnis adalah kegiatan yang berhubungan dengan penanganan komoditi pertanian dalam arti luas, yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan masukan dan keluaran produksi agroindustri, pemasaran masukan-keluaran pertanian dan kelembagaan penunjang kegiatan. Manajemen agribisnis pada prinsipnya adalah penerapan manajemen dalam sistem agribisnis. Oleh karena itu, seseorang yang hendak terjun di bidang agribisnis 9 harus memahami konsep-konsep manajemen dalam agribisnis yang meliputi pengertian manajemen, fungsi-fungsi manajemen, tingkatan manajemen, prinsip-prinsip manajemen dan bidang-bidang manajemen Firdaus, 2007. Menurut Suparta 2005 konsep sistem agribisnis yaitu keseluruhan aktivitas bisnis dibidang pertanian yang saling terkait dan saling tergantung satu sama lain, mulai dari : 1 subsistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi; 2 subsistem usahatani; 3 subsistem pengolahan dan penyimpanan hasil agroindustri; 4 subsistem pemasaran; dan 5 subsistem jasa penunjang; seperti pada gambar di bawah ini : Gambar 2.1 Konsep Sistem dan Usaha Agribisnis Konsep dari sistem dan usaha agribisnis tersebut harus mampu mengatur dirinya sendiri dan mampu menyesuaikan dirinya dengan kondisi lingkungan maupun kondisi internal sistem secara otomatis Amirin, 1996. Kelima subsistem tersebut akan dapat menjalankan fungsi dan peranannya apabila berada dalam lingkungan yang menyediakan berbagai sarana dan prasarana, yakni prasarana Subsistem perusahaan pengadaan dan penyaluran sarana produksi : a. Bibit b. Pupuk c. Pakan d. Obat-obatan e. Alat dan mesin Subsistem perusahaan produksi usahatani : a. Pangan b. Hortikultura c. Ternak Subsistem perusahaan pengolahan hasil Agroindustri : a. Penanganan pasca panen b. Pengolahan lanjutan Subsistem perusahaan pemasaran hasil: a. Perdagangan domestik b. Perdagangan ekspor Subsistem jasa penunjang: Pengaturan, penelitian, penyuluhan, informasi, kredit modal, transportasi, asuransi agribisnis dan pasar. 10 jalan, transportasi, pengairan, pengendalian, pengamanan dan konservasi yang menjadi syarat bagi lancarnya proses transpormasi produktif yang diselenggarakan dunia usaha dan masyarakat perdesaan Badan Agribisnis, 1995. Mengingat adanya karakteristik agribisnis yang khas unique maka manajemen agribisnis harus dibedakan dengan manajemen lainnya. Beberapa hal yang membedakan manajemen agribisnis dari manajemen lainnya menurut Downey dan Erickson 1992 adalah sebagai berikut: 1 keanekaragaman jenis bisnis yang sangat besar pada sektor agribisnis, yaitu dari para produsen dasar ke konsumen akhir akan melibatkan hampir setiap jenis perusahaan bisnis yang pernah di kenal oleh peradaban; 2 besarnya pelaku agribisnis; 3 hampir semua agribisnis terkait erat dengan pengusaha tani, baik langsung maupun tidak langsung; 4 keanekaragaman skala usaha di sektor agribisnis, dari yang berskala usaha kecil sampai dengan perusahaan besar; 5 persaingan pasar yang ketat, khususnya pada agribisnis skala kecil; dimana penjualan berjumlah banyak, sedangkan pembeli berjumlah sedikit; 6 falsafah cara hidup the way of life tradisional yang dianut para pelaku agribisnis cenderung membuat agribisnis lebih tradisional daripada bisnis lainnya; 7 kenyataan menunjukkan bahwa badan usaha agribisnis cenderung berorientasi dan dijalankan oleh petani dan keluarga; 8 kenyataan bahwa agribisnis cenderung lebih banyak berhubungan dengan masyarakat luas; 9 kenyataan bahwa produksi agribisnis sangat bersifat musiman; 10 kenyataan bahwa agribisnis sangat tergantung dengan lingkungan eksternalgejala alam; dan 11 dampak dari adanya program dan kebijakan pemerintah mengena langsung pada sektor agribisnis. 11 Keberhasilan agribisnis untuk mencapai tujuannya sangat ditentukan oleh faktor manajemen. Fungsi-fungsi manajemen terdapat dalam kegiatan ditiap subsistem dan merupakan penghubung antara seorang manajer dengan tujuan yang akan dicapai. Menurut Reksohadiprodjo 1992 manajemen bisa berarti fungsi, peranan maupun keterampilan. Untuk mencapai tujuan, manajer menggunakan empat fungsi manajerial utama yaitu : 1. Perencanaan planning Planning meliputi pengaturan tujuan dan mencari cara bagaimana untuk mencapai tujuan tersebut. 2. Pengorganisasian organizing Organizing adalah proses dalam memastikan kebutuhan manusia dan fisik setiap sumber daya tersedia untuk menjalankan rencana dan mencapai tujuan yang berhubungan dengan organisasi. 3. Pelaksanaan dan pengembangan actuating Actuating merupakan implementasi dari perencanaan dan pengorganisasian, dimana seluruh komponen yang berada dalam satu sistem dan satu organisasi tersebut bekerja secara bersama-sama sesuai dengan bidang masing-masing untuk dapat mewujudkan tujuan. 4. Pengawasan controling Controlling, memastikan bahwa kinerja sesuai dengan rencana. Hal ini membandingkan antara kinerja aktual dengan standar yang telah ditentukan. Jika terjadi perbedaan yang signifikan antara kinerja aktual dan yang diharapkan, manajer harus mengambil tindakan yang sifatnya mengoreksi. 12

2.2 Subsistem Pengadaan dan Penyaluran Sarana Produksi