Subsistem Pengadaan dan Penyaluran Sarana Produksi Subsistem Pasca Panen dan Pengolahan Lanjutan

12

2.2 Subsistem Pengadaan dan Penyaluran Sarana Produksi

Masing-masing komponen pelaku agribisnis membagi diri dalam fungsi dan tugasnya namun tetap bersinergi dalam menghasilkan produk yang berkualitas. Subsistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi berfungsi untuk menghasilkan dan menyediakan saranan produksi pertanian terbaik agar mampu menghasilkan produk usaha tani yang berkualitas, melakukan pelayanan yang bermutu kepada usahatani, memberikan bimbingan teknis produksi, memberikan bimbingan manajemen dan hubungan sistem agribisnis, memfasilitasi proses pembelajaran atau pelatihan bagi petani, menyaring dan mensistesis informasi agribisnis praktis untuk petani, mengembangkan kerjasama bisnis yang dapat memberikan keuntungan bagi para pihak yang terkait Suparta, 2005. Subsistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi juga sering disebut sebagai agribisnis hulu up-stream agribusiness; diartikan sebagai kegiatan yang menginovasi, memproduksi dan mendistribusikan sarana produksi pertanian, baik industri alat mesin pertanian, pupuk, benih serta obat pengendalian hama dan penyakit Saragih, 1999. Selanjutnya, menurut Distan Provinsi Bali 2010 bahwa agribisnis hulu mencakup industri yang memproduksi barang modal untuk sektor pertanian seperti; industri benih, sayuran, ternak, ikan, industri agrochemical dan industri mesin pertanian.

2.3 Subsistem Usahatani

Ilmu usahatani merupakan cabang dari ilmu pertanian yang mempelajari perihal internal usahatani yang meliputi organisasi, operasi, pembiayaan serta penjualan; prihal usahatani itu sebagai unit atau satuan produksi dalam 13 keseluruhan organisasi Hernanto, 1994. Usahatani juga merupakan himpunan sumber-sumber alam yang terdapat pada sektor pertanian yang diperlukan untuk produksi pertanian, tanah, air, perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan di atas tanah atau dapat dikatakan bahwa pemanfaatan tanah untuk kebutuhan hidup Moebyarto, 1996. Hal ini didukung oleh pernyataan Mosher 1995 bahwa usahatani merupakan bagian permukaan bumi dimana seorang petani dan keluarganya atau badan hukum lainnya bercocok tanam atau memelihara ternak. Menurut Soekartawi 2003 mendefinisikan usahatani sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara afektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Bagi seorang petani, analisa pendapatan merupakan ukuran keberhasilan dari suatu usahatani yang dikelola dan pendapatan ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan bahkan dapat dijadikan sebagai modal untuk memperluas usahataninya. Hal ini sejalan dengan pernyataan Patong 1995 bahwa jumlah pendapatan mempunyai fungsi yang sama yaitu memenuhi kebutuhan sehari-hari dan memberikan kepuasan kepada petani agar dapat melanjutkan usahanya. Soekartawi 1984 menyatakan bahwa analisis pendapatan usahatani memerlukan dua hitungan pokok, yaitu keadaan penerimaan dan keadaan pengeluaran selama jangka waktu yang ditetapkan. Penerimaan usahatani berwujud tiga hal, yaitu: 1 hasil penjualan tanaman, ternak, dan hasil ternak; 2 produksi yang dikonsumsikan keluarga; 3 kenaikan nilai industri; sehingga pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa pada mulanya usahatani bertujuan untuk memenuhi kebutuhan keluarga petani, segala jenis tanaman dicoba, 14 dibudidayakan. Segala jenis ternak dicoba, dipopulasikan, sehingga ditemukan jenis yang cocok dengan kondisi alam setempat, kemudian disesuaikan dengan prasarana yang harus disiapkan guna menunjang keberhasilan produk usahatani.

2.3.1 Pengertian produksi

Biaya produksi adalah nilai dari semua faktor produksi yang digunakan, baik dalam bentuk benda maupun jasa selama proses produksi berlangsung; biaya produksi yang digunakan terdiri atas sewa tanah, bunga modal, biaya sarana produksi untuk bibit, pupuk dan obat-obatan serta sejumlah tenaga kerja Soekartawi, 2013. Konsep produksi yang menujukan besarnya tingkat produksi yang diperoleh petani, oleh karena itu konsep produksi dijelaskan untuk memberikan definisi tentang produksi menurut para pakar ekonomi. Secara umum produksi diartikan sebagai aktivitas untuk menciptakan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Jadi produksi adalah aktivitas yang menciptakan, menambahkan utility suatu barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Assauri 1993 mengemukakan bahwa produksi adalah kegiatan mencitakan atau menambah kegunaan utility sesuatu barang atau jasa dengan mengunakan sumber –sumber tenaga kerja, mesin,bahan-bahan, dan modal yang ada. Selanjutnya, Hermanto 1994 mengemukakan bahwa produksi adalah suatu proses untuk memenuhi kebutuhan untuk penyelengaran jasa-jasa lain yang dapat memenuhi kebutuhan manusia; oleh karena itu produksi merupakan tindakan manusia untuk menciptakan atau menambah nilai guna barang sesuai dengan yang dikehendaki. 15 Menurut Mubyarto 1996 menyatakan bahwa produksi petani adalah hasil yang diperoleh sebagai akibat bekerjanya faktor produksi tanah, modal, tenaga kerja simultan. Melakukan usahatani, seorang pengusaha atau seorang petani akan selalu baerfikir untuk mengalokasikan input seefisien mungkin untuk memproduksi yang maksimal. Cara berfikir yang demikian adalah wajar, mengingat petani melakukan konsep bagaimana memaksimumkan keuntungan. Dalam ilmu ekonomi cara berfikir demikian sering disebut dengan pendekatan maksimumkan keuntungan atau profit mazimition. Dalam kaitan itu Kartasapoerta 1988 mengemukakan bahwa produksi merupakan hasil yang diperoleh berkaitan dengan proses berlangsungnya proses produksi. Kuantitas dan kualitas hasil output tersebut tergantung pada keadaan input yang telah diberikan. Jadi antara input dan output terdapat kaitan yang jelas. Selanjutnya, Soekartawi dan Patong 1984 mengemukakan bahwa dalam menghitung produksi usahatani biasanya dibedakan antara konsep produksi per unit usahatani dengan kualitas hasil yang dipergunakan dalam suatu jenis usahatani selama periode tertentu.

2.3.2 Budidaya tanaman tembakau

Tembakau rajangan merupakan bentuk produksi tembakau yang dapat berupa rajangan irisan. Menurut Disbun Propinsi Jatim 2012 mengemukakan untuk berbudidaya tembakau rajang ada beberapa hal yang perlu diperhatikan supaya berhasil dengan baik yaitu: 1 memilih benih yang akan disemaikan; 2 lokasi pembibitan; 3 pengolahan tanah untuk bedengan; 4 pencabutan bibit; 16 5 teknis pertanaman; 6 waktu dan cara pemberian pupuk; 7 pengairan atau penyiraman; 8 pemangkasan; dan 9 pemanenan. 1. Memilih benih yang akan disemaikan Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah; 1 Secara fisik; benih tua dan bernas, utuh, tidak cacat, dan tidak tercampur bahan asing pasir, biji, gulma. 2 Secara fisiologi memiliki viabilitas yang tinggi, serta meiliki daya berkecambah minimal 80. 3 Secara genetis; varietasnya murni, seragam, tidak tercampur varietas lain. 2. Lokasi pembibitan Tempat harus terbuka, mendapat sinar matahari cukup terutama pada pagi hari. Lapisan tanahnya cukup tebal, subur, daya menahan air dan drainase baik. Tekstur tanah sedang sampai agak berat dengan pH 5,6 sd 6,5; dekat dengan sumber air untuk memudahkan penyiraman; agak jauh dari perkampungan untuk menghindari gangguan hewan peliharaan, hama dan penyakit. 3. Pengolahan tanah untuk bedengan Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengolahan tanah bedengan adalah : 1 Pengolahan tanah bedengan Tanah dibuka atau dibalik dengan cangkul atau dibajak, diolah sampai halus, dalam, sehat, masak dan bersih; dibiarkan satu sd dua minggu terkena sinar matahari untuk mematikan bibit penyakit dan rerumputan. 17 2 Ukuran bedengan Tanah dihancurkan dan dihaluskan, kemudian dibuat bedengan dengan arah bedengan membujur utara-selatan, dengan lebar 1 m, tinggi permukaan ± 25 cm, panjang 5 m atau disesuaikan dengan panjang lahan. Jaarak antar bedengan dibuat selebar 1 sd 1,5 m; dibuat selokan keliling. 3 Desinfeksi bedengan Untuk mencegah pathogen penyebab penyakit di pesemaian seperti jamur dan bakteri, bedengan perlu didesinfeksi dengan larutan perusi CuSO4 konsentrasi dua persen 20 g perusi satu liter air; setiap satu m 2 bedengan disiram dengan 0,5 liter larutan perusi paling lambat dua hari sebelum benih ditabur. 4 Pemupukan bedengan Bedengan diberi pupuk kompos yang sudah masak, sebanyak satu pikul setiap 1 m x 5 m 2 . Pupuk kompos dicampurkan merata dengan tanah permukaan bedengan, dan dibiarkan satu minggu, kemudian bentuk bedengan dirapikan dan permukaannya diratakan. Pupuk SP-36 sebanyak 35 sd 70 gm 2 SP-18 sebanyak 70 sd 140 gm 2 , diberikan empat sd lima hari sebelum benih ditabur, kemudian permukaan bedengan disiram air. Pupuk ZA sebanyak 35 sd 70 gm 2 , dan ZK 25 sd 35 gm 2 , diberikan tiga hari sebelum benih ditabur, dengan cara menaburkannya dipermukaan bedengan, kemudian diratakan dan disiram air secukupnya. Pupuk yang diberikan tidak boleh berlebihan. Bila pH tanah rendah ditambahkan dolomitkapur. 18 5 Penaburan benih Benih yang daya kecambahnya lebih dari 90, kebutuhan benih per m 2 adalah 0,1 gram; benih disesuaikan dengan luas bedengan dicampur rata dengan abu atau pasir halus, kemudian ditabur merata diatas bedengan; selanjutnya bedengan ditutup dengan jerami; setelah itu disiram air dengan menggunakan gembor sampai cukup basah; jerami dibuka 10 hari setelah tabur benih. 6 Atap bedengan Atap bedengan dapat dibuat dari jerami, alang-alang atau plastik transparan. Apabila pembibitan dilakukan pada musim hujan sebaiknya bedengan diberi atap plastik. Untuk atap miring, tinggi atap yang menghadap ke timur antara 0,80 sd 1 m, sedangkan yang menghadap kebarat 0,60 sd 0,9 m; pada bagian atap yang melengkung diatur agar tinggi bagian tengah antara 50 sd 60 cm; sedangkan tinggi bagian samping ± 5 cm dari permukaan bedengan. 7 Penyiraman bedengan Selama tujuh hari pertama setelah tabur benih, pesemaian harus disiram air secara intensif, biasanya dilakukan sampai tiga kali sehari, yaitu pagi, siang dan sore hari. Penyiraman menggunakan gembor. Setelah bibit berumur 30 hari jumlah air yang diberikan dikurangi agar pertumbuhan akar bagus; akan tetapi harus dijaga agar tanah tidak terlalu kering. 8 Penjarangan bedengan Setelah bibit berumur 20 sd 25 hari dilakukan penjarangan dan jarak antara bibit diatur anatar 4 X 4 cm 2 sampai 5 X 5 cm 2 , sehingga tiap meter persegi 19 bedengan terdapat 400 sd 625 bibit atau dapat pula dilakukan pencabutan bibit dan dipindah kebedengan lain dengan jarak tanam 5 X 5 cm 2 . Bedengan pataran biasanya didekat lahan yang akan ditanami tembakau; bibit pataran ini dapat ditanam dilahan setelah 20 sd 25 hari. 4. Pencabutan bibit Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah : 1 Umur bibit Umur antara 40 sd 45 hari, pencabutan bibit sebaiknya dilakukan pagi hari; cara mencabut bibit dilakukan dengan memegang dua daun terbesar, kemudian ditarik; jangan sekali-kali menarik batangnya karena masih sangat lunak. 2 Syarat bibit Bibit yang memenuhi syarat ukuran tinggi 10 sd 12,5 cm, jumlah daun lima lembar, tidak terlalu subur sukulen dan terlalu kurus, dan perakaran baik, sehat serta bebas dari hama penyakit. 5. Teknis pertanaman Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam teknis pertanaman adalah : 1 Pemilihan lahan dan pergiliran tanaman Saat tanam yang baik adalah bulan april sd mei hingga pertengahan bulan juni, tergantung dengan cuaca yang berkembang pada musim tanam yang bersangkutan. Lahan yang paling baik untuk ditanami tembakau adalah bekas tanaman padi. Lahan bekas tanaman cabai, terung, tembakau dan tanaman solanaceae lainnya harus dihindarkan karena tanah bekas tanaman keluarga 20 solanaceae menurut pengalaman petani tanahnya banyak menyimpan penyakit; kalau dipaksakan pertumbuhan tanaman tembakau tidak sempurna, bahkan akan banyak tanaman yang mati. Tanah mengandung khlor yang umumnya dekat dengan pantai atau mendapat pengairan dari air payau dihindari sebagai lahan penanaman tembakau. Untuk menghindari serangan penyakit yang merugikan seperti Phytophthora nicotianae, penyakit lengger akibat serangan bacterium solanacearum sebaiknya lahan terpilih jangan tiap tahun ditanami tembakau. 2 Pengolahan tanah Pengolahan tanah untuk tembakau rajangan pada umumnya lebih sederhana. Pembersihan bekas tanaman sebelumnya sangat diperlukan; pada lahan di dataran tinggi, sisi tegak galengan mencapai tinggi 0,5 sd 1,5 m 2 ; pada sisi galengan tersebut rumput dibersihkan agar kelak tidak menjadi serangan hama. kemudian dibersihkan jerami dari petakan. Setelah jerami dibersihkan, tanah dibajak pertama dan dilanjutkan dengan garu untuk meratakan tanah. Selanjutnya, didiamkan satu sd dua minggu dan kemudian diairi serta dibuatkan saluran-saluran drainase keliling. Pekerjaan ini dimaksudkan agar bingkahan tanah yang masih cukup besar bisa hancur. Bekas tanaman padi biasanya akan menyebabkan bongkahan tanah yang besar. Selanjutnya, dilakukan pembajakan kedua dan ketiga yang dilakukan dengan arah memotong bajak pertama, kemudian digaru hingga rata.; kemudian didiamkan satu sd dua minggu. Dibuatkan guludan sesuai dengan jarak tanam. Dibuat lubang tanam dengan digejik. Lahan yang sudah selesai 21 diolah dilengkapi dengan tempat penampungan air yang diberi alas plastik. Jarak tanaman rapat yaitu dua baris tanaman dalam satu gulud. Jarak tanam yang umum digunakan 50 x 50 x 90 cm atau 40 x 40 x 90 cm; dengan jarak tanam ini populasi tanaman dapat mencpai 20.000 sd 25.000 tanaman per hektar; cara penanaman kedua baris dapat sejajar atau selang-seling. 3 Penanaman Waktu penanaman yang tepat pada pertengahan bulan mei sampai dengan pertengahan bulan juni. Penanaman sebaiknya dilakukan pada sore hari, setelah jam 14.00. Sebelum menanam, lubang tanam disiram air dengan cara dikocor; kebutuhan air tergantung cuaca, kira-kira satu sd dua liter per lubang tanam. 4 Teknik menanam bibit Bibit dipegang pada pangkal batang, kemudian dimasukan kedalam lubang tanam; lubang tanam ditimbun lagi dengan tanah dan ditekan hati-hati supaya akar bibit menempel pada tanah. Penimbunan ini dilakukan sampai leher bibit jangan sampai tertimbun, setelah itu bibit bisa dikrodong dengan daun jati atau lainnya sampai umur satu minggu; lubang tanam dikocor secukupnya. 5 Penyulaman Tanaman yang mati atau pertumbuhannya kurang bagus secepatnya disulam; penyulaman terakhir selambat-lambatnya umur 10 hari; tanaman sulaman diambil dari tanaman cadangan yang sudah dipersiapkan lebih dahulu. 22 6. Waktu dan cara pemberian pupuk Pada dasarnya pupuk yang digunakan untuk tanaman tembakau dikehendaki yang tidak mengandung chlor CL; seperti ZA, ZK, NPK Kebo Mas, SP-18, dan PN Chilien Nitrat; sedangkan jenis pupuk yang mengandung Chlor adalah seperti KCL dan Ponskha. Rekomendasi pupuk untuk tembakau rajangan dengan populasi 20.000 tanamanha, dapat dilihat pada Tabel 2.1 Tabel 2.1 Jenis, Dosis, dan Waktu Pemupukan Tembakau Rajangan Umur HST Jenis grtanaman Jumlah tanaman kgha -1 Superphos 10 20.000 200 5 - 8 Urea 5 20.000 100 15 - 18 Urea 5 20.000 100 25 - 28 ZA 15 20.000 300 25 - 28 ZK 5 20.000 100 Jumlah 800 Sumber: Disbun Provinsi Jatim 2012 Keterangan : HST : Hari setelah tanam ZA : Zwavelzure Ammonium ZK : Zwavelzure Kalium Cara pemberian pupuk urea sebagai starter umur 5 sd 8 hari setelah tanam; waktu pemberian pupuk disesuaikan dengan jenis pupuk dan kebutuhan tanaman sesuai dengan rekomendasi. Pupuk superphos diberikan pada lubang tanam sehari sebelum tanam, pupuk urea susulan pertama pada umur 15 sd 18 hari setelah tanam ditugal sekeliling batang tanaman dengan jarak 10 sd 15 cm, kemudian ditutup tanah; pupuk N ZA dan K ZK susulan kedua diberikan pada umur tanaman 25 sd 28 hari, ditugal disekiling batang tanaman dengan jarak 20 sd 25 cm kemudian ditutup tanah. 23 7. Pengairanpenyiraman Penyiraman sebaiknya dilakukan pada sore hari; air irigasi harus memenuhi syarat tidak melewati lahan yang terkena serangan hama penyakit lanas phytophthora nicotianea; karena spora jamur ini dapat terikut air irigasi, selain itu kandungan klornya harus sangat rendah, dapat dilihat pada Tabel 2.2. Tabel 2.2 Jadwal dan Volume Penyiraman Tembakau Rajangan Umur tanaman HST Frekwensi pemberian Jenis lahan Tegal lt Sawah lt 1-20 Tiap hari 0,5 0,5 21-40 Tiap dua hari 2,0 0,5 41-50 Tiap hari 2,0 0,5 51-54 Tiap dua hari 2,0 0,5 55-60 Tiap tiga hari 2,0 0,5 Sumber: Disbun Provinsi Jatim 2012 . Keterangan : HST : Hari setelah tanam Lt : Liter 8. Pemangkasan Pemangkasan tembakau rajangan dilakukan setelah 10 dari bunga pertamanya mekar; pemangkasan bunga disertai dua daun bendera. Pembuangan sirung dilakukan lima hari sekali. 9. Pemanenan Tembakau umur 65 hari siap untuk dipanen; untuk tembakau dilahan tegal panen dilakukan serentak setelah daun-daun tengah cukup masak. Daun-daun bawah ± 6 lembar tidak ikut dipetik dan dibiarkan menjadi krosok dilapangan; daun tengah dan daun pucuk 12 sd 14 lembar dipetik serentak. Daun-daun yang dipetik kemudian diproses menjadi rajangan, sedangkan daun bawah setelah kering dipetik untuk dijual dalam bentuk krosok. Untuk tembakau dilahan sawah 24 yang tanamannya cukup besar karena cukup air, panen dapat dilakukan dengan pemetikan secara bertahap dua sampai tiga kali pada saat daun sudah masak. Pada lahan tegal tembakau dipetik serentak 3 sd 5 lembar, daun bawah tidak ikut dipetik dibiarkan sampai kering dan dijual dalam bentuk krosok.

2.3.3 Budidaya cabai

Cabai rawit adalah buah dan tumbuhan anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan yang memiliki nama ilmiah capsicum sp.; berasal dari benua Amerika tepatnya daerah Peru dan menyebar ke negara-negara benua Amerika, Eropa dan Asia termasuk Negara Indonesia. Adapun cara budidaya cabai rawit menurut Tim Bina Karya Tani 2013 adalah sebagai berikut : 1. Pembibitan Tanaman cabai diperbanyak dengan biji generatife. Biji buah yang akan diperbanyak diambil dari buah yang sudah tua atau matang dipohon. Buah cabai yang akan diambil bijinya untuk benih harus memenuhi kriteria sebagai berikut: 1 buah berasal dari tanaman yang sehat dan pertumbuhannya subur; 2 buah dipilih dan disortir sejak dipohonnya; 3 biji diambil dari buah yang sudah masak dipohon, sehat dan tidak rusak; dan 4 sebaiknya buah dari dompolan buah yang kedua. 2. Pesemaian Persemaian hendaknya dilakukan dalam wadah yang terbuat dari kotak kayu, polibag, pot bunga untuk memudahkan perawatan. Biji disebar merata di atas 25 pesemaian berupa tanah yang bersih dan dicampur dengan pasir bersih serta pupuk kandang perbandingan 1 k : 1 kg : 1 kg. Pesemaian ditaruh ditempat yang terlindung dari gangguan ternak dan dinaungi agar tidak terkena sinar matahari langsung dan derasnya curah hujan. Pesemaian untuk menjaga kelembaban tanah perlu penyiraman satu kali sehari yaitu pada pagi atau sore hari. 3. Penanaman bibit Segera setelah tanaman yang berkecambah dari biji itu mempunyai lima daun umur satu bulan, calon bibit dipindahkan ketempat penyapihan berupa pot kecil atau polibag; pada waktu penyapihan dipilih calon bibit yang benar-benar kuat. Maksud penyapihan ini adalah untuk melatih tanaman terlebih dahulu sebelum dipindahkan ke lahan pertanian yang telah ditetapkan. Setiap pagi takir atau polibag penyapihan dijemur disinar matahari sampai pukul 09.00. 4. Pengolahan tanah Pengolahan tanah bertujuan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Faktor fisik tanah meliputi: tekstur, struktur, konsistensi, tata air, tata udara, temperatur dan warna tanah. Faktor kimia tanah adalah pengaruh ion terhadap tumbuhnya tanaman, keasaman tanah atau pH nya. Sedangkan, faktor biologi tanah adalah tentang jasad-jasad hidup dalam tanah atau jasad renik. Pengolahan tanah biasanya dilakukan dua kali agar benar-benar gembur; tanah dibersihkan dari rumput atau kotoran lain kemudian dibajak atau dicangkul dengan kedalaman sekitar 20 sd 35 cm. Pengolahan tanah harus disesuaikan dengan lapisan atas dan tidak dipaksakan terlalu dalam sampai mencapai lapisan tanah dibawahnya. Pencangkulan tanah yang terlalu dalam dapat mengakibatkan 26 tanah yang kurang subur bercampur dengan tanah yang subur sehingga akan dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Pengolahan tanah yang kedua kalinya setelah tanah dibiarkan selama 2 sd 3 minggu sejak pengolahan pertama; hal ini penting agar gas-gas beracun menguap, bibit penyakit dan hama akan mati disinari matahari. Tanah yang sudah remah dan gembur kemudian dibuatkan bedengan membujur kearah timur-barat agar penyebaran matahari dapat merata keseluruh tanaman. Bedengan dibuat dengan lebar antara 110 sd 120 cm 2 , tinggi 30 sd 45 cm 2 dan jarak antar bedengan 50 sd 60 cm 2 . Khusus pada musim penghujan didaerah-daerah yang air tanahnya dangkal perlu dibuatkan parit keliling dengan lebar 20 sd 30 dan dalamnya 30 cm untuk pembuangan air yang berlebihan. Pengolahan tanah yang ketiga selain mencangkul tipis-tipis untuk menggemburkan tanah, juga dilakukan pemupukan dasar dengan memberikan pupuk kandang atau pupuk organik. Tanah yang terlalu asam dan tidak sesuai dengan syarat tumbuh tanaman cabai perlu melakukan pengapuran. Setelah tanah cukup gembur, bedengan-bedengan dan parit-parit sudah terbentuk, tanah dibiarkan dulu selama seminggu sebelum ditanami bibit agar reaksi pupuk organik dan pengapuran tidak mengganggu pertumbuhan bibit tanaman. 5. Persiapan lubang tanaman Pembuatan lubang tanam dilakukan tiga hari sebelum penanaman bibit, jarak tanam harus diatur dengan baik jangan terlalu rapat dan terlalu renggang. Jarak tanam yang ideal untuk bertanam tanaman cabai adalah 70 x 60 cm 2 artinya 70 cm jarak antar barisan dan 60 cm jarak tanam dalam barisan. 27 6. Seleksi bibit Bibit seharusnya sudah diseleksi pada tempat pembibitan sebelum diangkut ke lahan pertanaman; bibit cabai dapat dipindah ke lahan pertanaman apabila telah berumur 30 sd 45 hari di pesemaian dengan tinggi berkisar antara 10 sd 15 cm 2 . Bibit yang dipilih sebaiknya yang berpenampilan sehat, tumbuh subur dan tegak, serta daunnya tidak ada yang rusak. 7. Waktu tanam Saat yang terbaik untuk menanam sayuran cabai adalah tiga hari sesudah lubang tanam dipersiapkan. Menanam bibit cabai pada lubang tanam dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1 Bagian dasar kantong polibag disayat dan dilepaskan, bagian samping kiri-kanan disayat tegak lurus. 2 Bibit ditempat pada lubang secara berdiri tegak; plastik pada bagian sisi kiri kanan dilepas dengan hati-hati supaya tanah disekitar akar bibit tidak berhamburan. 3 Sewaktu menanam; leher akar harus tertutup dan pada akhir penanaman permukaan tanah sekitar bibit dalam keadaan rata atau sedikit cembung. 8. Pemberian mulsa plastik hitam perak Penggunaan mulsa plastik dipandang lebih praktis karena mudah didapat, mudah penggunaannya dan dapat digunakan lebih daripada satu kali. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan mulsa plastik: 1 bedeng-bedeng diari terlebih dahulu sebelum pemasangan mulsa plastik sehingga kondisi tanah agak lembab; 2 mulsa plastik dipasang pada saat udara 28 panas dan plastik sedang memuai; dan 3 warna hitam pada plastik merupakan bagian yang menghadap ketanah, sedangkan bagian plastik yang berwarna perak menghadap keatas. 9. Pengairan Pengairan dilakukan secara rutin sekali atau dua kali dalam sehari tergantung pada keadaan tanah atau semusim. Waktu pengairan sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari saat suhu udara tidak terlalu panas; hal yang sangat penting diperhatikan adalah menjaga agar tidak terlalu kering atau sebaliknya air jangan sampai tergenang dalam waktu yang lama. 10. Pemberantasan gulma Pada dasarnya ada tiga cara pemberantasan gulma yaitu: 1 secara mekanis manual adalah pemberantasan dengan menggunakan tenaga atau alat secara langsung seperti sabit, cangkul dan garpu; 2 secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan herbisida; dan 3 secara biologi dengan menggunakan tumbuh-tumbuhan atau organisme tertentu yang bertujuan untuk mengurangi pengaruh buruk dari gulma. 11. Penyulaman Penyulaman adalah kegiatan untuk mengganti tanaman yang mati, rusak atau pertumbuhannya tidak normal; dilakukan satu minggu setelah tanam. Bibit yang digunakan penyulaman adalah bibit yang sengaja disisakan atau dibiarkan tumbuh pada lahan pembibitan sebagai bibit cadangan. 29 12. Pemupukan Pemupukan bertujuan untuk menambah ketersediaan unsur hara didalam tanah supaya tanaman dapat meyerapnya sesuai dengan kebutuhannya. Kekurangan atau defisiensi unsur hara tanaman dapat diketahui dari gejala-gejala yang tampak pada tanaman. Pemupukan dilakukan terus-menerus dan takaran pupuk disesuaikan dengan usia tanaman cabai. Sebelum menabur pupuk terlebih dahulu dibuat selokan sedalam 5 sd 10 cm yang melinkari tanaman itu dengan batang tanaman sebagai pusat lingkaran; sesudah pupuk ditabur merata didalam selokan selanjutnya ditutup kembali dengan tanah. Dosis pupuk yang diberikan adalah 200 kg urea, 500 kg ZA, 167 kg KCL, dan 196 kg TSP per hektar. Pupuk berimbang ini diberikan dua kali yaitu pada umur tujuh hari dan 30 hari setelah tanam; kecuali pada pupuk TSP yang diberikan satu kali pada tujuh hari sebelum tanam. 13. Hama dan penyakit Hama adalah hewan yang merusak tanaman atau hasil tanaman karena aktivitas hidupnya, terutama aktivitas untuk mendapatkan makanan yang terdiri dari hewan mamalia, serangga dan burung. Untuk membrantas serangan hama harus diketahui terlebih dahulu siklus hidupnya, sehingga dapat ditentukan pada stadium apa serangga tersebut menyerang tanaman, sehingga tepat dalam mengambil tindakan pemberantasan. Penyakit tanaman adalah gangguan pada tanaman yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti; virus, bakteri, protozoa, jamur dan cacing nematode; 30 yang dapat menyerang organ tumbuhan pada akar, batang, daun atau buah. Penyebaran penyakit pada tanaman melalui angin, air, serangga. 14. Panen Panen cabai dilakukan secara manual; umur panen berkisar 3 sd 4 bulan setelah tanam. Biasanya panen dapat dilakukan 16 sd 18 kali pada keadaan musim yang menguntungkan yaitu musim kemarau. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemanenan adalah warna buah berwarna merah atau buah masak, permukaan buah lebih banyak berwarna oranye, jingga atau merah; warna hijau berangsur hanya sekilas.

2.4 Subsistem Pasca Panen dan Pengolahan Lanjutan

Subsistem pasca panen dan pengolahan lanjutan dapat berfungsi untuk mengadakan pengolahan lanjut baik tingkat primer, sekunder dan tersier untuk mengurangi susut nilai atau meningkatkan mutu produk agar dapat memenuhi kebutuhan dan selera konsumen, serta berfungsi memperlancar pemasaran hasil melalui perencanaan sistem pemasaran yang baik Suparta, 2005. Saragih 1999 mengemukakan agribisnis hilir down- stream agribusiness merupakan aktivitas penanganan pasca panen dan pengolahan berbagai hasil usahatani menjadi berbagai produk olahan dan produk turunan agroindustri. Manajemen agribisnis hilir dapat dihubungkan dengan industri yang memproses komoditas pertanian utama seperti makanan atau minuman, pakan ternak, serabut alami, industry farmasi dan industri bio-energi Distan Provinsi Bali, 2010. 31

2.5 Subsistem Pemasaran