Periode 1920 atau Masa Balai Pustaka Pada tahun 1908, pemerintah Belanda mendirikan lembaga

225 225 Memahami Drama dipancarkan oleh masyarakat baru pula. Pada masa itu, keadaannya lebih dinamis dan dikuasai oleh dunia percetakan serta merupakan alam kebebasan individu. Dalam masa ini, nama pengarangnya lebih menonjol, begitu pula hasil karyanya. Hasil karya nya lebih banyak sehingga lebih memungkinkan setiap orang bisa menikmati karya para pengarangnya. Dalam kebangkitan ini 1020-1945 penjelasannya akan dibagi-bagi lagi menjadi seperti berikut.

a. Periode 1920 atau Masa Balai Pustaka Pada tahun 1908, pemerintah Belanda mendirikan lembaga

bacaan rakyat yang bernama vollectuur dengan ketuanya Dr. G.A.J. Hajeu. Lembaga bacaan rakyat bertugas memilih karangan- karangan yang baik untuk diterbitkan sebagai bahan bacaan rakyat. Pada 1917, lembaga bacaan itu diubah menjadi Balai Pustaka dan yang menjadi redakturnya adalah para penulis pengarang dan para ahli bahasa Melayu. Balai Pustaka bersedia menerbitkan buku karya sastrawan- sastrawan bangsa Indonesia tentu ada syarat-syaratnya. Misal nya, jangan sekali-kali karangan itu mengandung unsur-unsur yang menentang pemerintah. Begitu pula jangan sampai menyinggung perasaan golongan tertentu dalam masyarakat; serta karangan itu harus bebas netral dari agama. Kedudukan Balai Pustaka makin besar perannya, walaupun memberikan kekangan kepada pengarang. Misalnya, para pengarang diberi jalan untuk mengarang lebih baik sehingga bakatnya terpupuk; begitu pula masyarakat diberi kebebasan untuk menikmati buku-buku terbitannya, yang dampaknya masyarakat bertambah pengetahuannya. Namun, setelah adanya nota Rinkes, pe ngarang tidak diberi kebebasan untuk mencipta; beberapa buku menjadi korban karena terjerat sensoran; begitu pula karangan asli bangsa Indonesia banyak yang diubah olehnya. Buku-buku karya sastra yang sempat terbit pada masa Balai Pustaka itu, di antaranya: 1 Azab dan Sengsara, Si Jamin dan Si Johan, dan Binasa karena Gadis Priangan karya Merari Siregar; 2 Siti Nurbaya, Anak dan Kemenakan, Pulau Sumbawa, dan Lahami karya Abdul Muis; 3 Salah Asuhan, Pertemuan Jodoh, Surapati, dan Robert Anak Surapati karya Abdul Muis; 4 Hulubalang Raja, Katak Hendak Menjadi Lembu, Salah Pilih, Cobaan, Karena Mertua, Mutiara, Apa Dayaku karena Aku Perempuan, Cinta Tanah Air, Neraka Dunia, ` Masa Kecil, dan Korban karena Percintaan karya Nur St. Iskandar; 5 Di Bawah Lindungan Ka’bah, Karena Fitnah, Merantau ke Mengenal Mengenal Lebih Dekat Lebih Dekat Pawang adalah orang yang mempunyai keahlian istimewa atau yang bertalian dengan ilmu gaib. Biasanya tokoh masyarakat lama ini adalah ahli mengucapkan berbagai mantra dan jampi, mahir berpidato, paham soal hukum dan adat serta hafal berbagai dongeng dan hikayat. Pawang dalam sastra melayu lama dikenal sebagai orang yang mempunyai keahlian yang erat hubungannya dengan hal-hal yang baik. Ia termasuk orang yang keramat dan dapat berhubungan dengan para dewa atau hyang. Sumber: Ensiklopedi Sastra Indonesia, 2004 Di unduh dari : Bukupaket.com 226 226 Berbahasa Indonesia dengan Efektif untuk Kelas XI Program Bahasa Deli, Tuan Direktur, Terusir, Keadilan Ilahi, Tenggelamnya Kapal van Der Wijck, Lembaga Hidup, Revolusi Agama, Ayahku, Adat Minangkabau, Negara Islam, Empat Bulan di Amerika, dan Kenang-Kenangan Hidup Menghadapi Revolusi karya Hamka Haji Abdul Malik Karim Amrullah; 7 Si Dul Anak Betawi, Pertolongan Dukun, Si Cebol Merindukan Bulan, dan DesaCita-cita Mustafa karya Aman Datuk Majoindo; 8 Sengsara Membawa Nikmat, Tidak Membalas Guna, dan Memutuskan Pertalian karya Tulis St. Sati. Selanjutnya bermunculan pengarang-pengarang yang lainnya, yang semula didominasi oleh orang Sumatra, setelah diadakan ikrar Sumpah Pemuda 1928, yang salah satu ikrarnya menjunjung tinggi bahasa Indonesia. Dengan diresmikannya bahasa Indonesia menjadi bahasa Nusantara di Indonesia, bermunculan pengarang- pengarang dari pulau-pulau lainnya, seperti berikut: 1 A.A. Panji Tisna atau I. Gusti Panji Tisna dari Bali. Karyanya I. Swasta Setahun di Bedahulu; Sukreni Gadis Bali; Ni Rawit Ceti Penjual Orang ; Dewi Karuna; dan I. Made Widiadi. 2 Paulus Supit dari Minahasa Sulawesi Utara, karyanya Kasih Ibu. 3 L. Wairata dari Seram Maluku karyanya Cinta dan Kewajiban. 4 Haji Oeng Muntu dari Sulawesi Selatan. Karyanya Pembalasan dan Karena Kerendahan Budi ; 5 Sutomo Johar Arii n dari Jawa karyanya Andang Teruna.

b. Periode 1993 Pujangga Baru Pada masa ini, Belanda banyak mengeluarkan peraturan