49
pergerakan yang berfluktuatif tidak mempengaruhi perbaikan pertumbuhan ekonomi yang semakin naik.
Gambar 4.5 Grafik pertumbuhan penduduk dengan pertumbuhan ekonomi
Tahun 2001 - 2008
4.3.3 Hubungan Antara Kemiskinan Dengan Pertumbuhan Ekonomi
Di Kota Semarang Tahun 2001-2008
Secara umum keberhasilan pembangunan selalu dikaitkan dengan kondisi pertumbuhan ekonomi dan penurunan penduduk miskin yang
terdapat di daerah tersebut. hal yang sama juga dilakukan di kota Semaarang, dimana secara umum keberhasilan pemerintah dalam
melakukan pembangunan kota semaramng secara umum diukur dengan melihat fua sector tersebut. Jika dilihat dari hasil korelasi antara
kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi kota Semarang tahun 2001 – 2008 yang nampak pada table di bawah terlihat bahwa dari hasil analisis
korelasi tersebut diperoleh besarnya koefisien korelasi adalah -0,216.
.00 .01
.02 .03
.04 .05
.06 .07
01 02
03 04
05 06
07 08
PERT_PPNDK PERT_EKO
50
Dimana dari hasil koefisien tersebut dapat diartikan bahwa antara pertumbuhan ekonomi dengan kemiskinan kota semarang tahun 2001 –
2008 tidak memiliki hubungan diantara keduanya.
Table 4.8 Hasil Korelasi Antara Pertumbuhan Ekonomi Dengan
Kemiskinan di Kota Semarang Tahun 2001 - 2008
Kemiskinan PERT_EKONO
Kemiskinan 1 -0,216
PERT_EKONO -0,216 1
Sumber: data diolah Meskipun pertumbuhan ekonomi terus diupayakan untuk menekan
dan mengurangi jumlah kemiskinan namun terlihat bahwa keduanya tidak memiliki hubungan yang signifikan yang berarti bahwa tingginya
jumlah kemiskinan belum tentu berhubungan dengan kondisi pertumbuhan ekonomi yang terjadi saat itu, dan sebaliknya kondisi
pertumbuhan ekonomi yang terjadi saat itu baik turun ataupun naik tidak berhubungan dengan jumlah kemiskinan saat itu.
4.3.4 Hubungan Antara Pertumbuhan Penduduk Terhadap Kualitas
Lingkungan Kota Semarang Tahun 2001 – 2008
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, pada tahun 2001 hingga tahun 2008 jumlah penduduk Kota Semarang mencapai angka
1.481.640 jiwa dimana lebih dari 70 adalah penduduk berusia produktif. Ini berarti potensi tenaga kerja dari segi kuantitas sangat
banyak, sehingga kebutuhan tenaga kerja bagi mereka yang tertarik menanamkan investasinya tidak lagi mengalami kendala pada tenaga
51
kerja. Perkembangan jumlah penduduk kota Semarang dari tahun
ketahun yang mengalami peningkatan terjadi Karena beberapa hal diantaranya peningkatan kelahiran alami, peningkatan angka migrasi
masuk yang tidak diimbangi dengan tingkat migrasi keluar. Kondisi pertumbuhan penduduk kota Semarang jika dibandingkan
dengan pertumbuhan penduduk di tingkat propinsi Jawa Tengah dimana pada tahun 2008 dimana pertumbuhan penduduk terjadi sebesar 0,7
atau mengalami kenaikan sebesar 246.111 jiwa dari tahun 2007 yang mencapai 32.380.279 jiwa Jawa Tengah dalam angka tahun 2009 maka
pertumbuhan penduduk Kota Semarang masih berada dibawah pertumbuhan penduduk ditingkat propinsi Jawa Tengah. Namun
pembangunan yang dilakukan dipusat kota Semarang, secara tidak langsung akan berakibat
pada peningkatan jumlah penduduk yang melakukan pergerakan setiap hari dari pinggiran kota kearah pusat kota
ataupun sebaliknya. Kondisi ini berdampak pada peningkatan kebutuhan sarana transportasi disisi lain. Pembangunan jalan raya yang masih jauh
tertinggal jika dibandingkan dengan laju populasi kendaraan bermotor sebagai salah satu sarana pendukung mobilitas, menyebabkan terjadinya
kemacetan semakin tinggi dan penyebaran titik kemacetan tertentu yang berakibat pada peningkatan terjadinya polusi udara. Jika dilihat dari
tingkat hubungan antara pertumbuhan penduduk dengan kualitas lingkungan maka akan didapati sebagai berikut:
Tabel 4.9 Hasil analisis korelasi antara pertumbuhan penduduk
52
terhadap kualitas lingkungan tahun 2001-2008
Sumber: Data diolah Dari hasil tampilan koefisien korelasi diatas dapat terlihat bahwa
hubungan antara pertumbuhan penduduk dengan kualitas lingkungan adalah sebesar 0,2913 Dimana hal ini berarti bahwa pertumbuhan
penduduk memiliki hubungan positif yang lemah dengan penurunan kualitas lingkungan. Menurut
Cropper dan Griffits Vinod,2001:116
bahwa” pertumbuhan populasi yang pesat akan mengantarkan pada bencana, bencana kelaparan, habisnya sumber daya, kekurangan dalam
tabungan, kerusakan lingkungan yang tak mungkin dipulihkan dan kehancuran ekologis, dan pertumbuhan populasi selama ini kerap
dituding sebagai penyebab kemiskinan dan degradasi lingkungan”. Pertumbuhan penduduk yang tidak dapat dikendalikan yang mengancam
kualitas lingkungan akan menjadi ancaman yang serius bagi masyarakat karena pada dasarnya semua kegiatan ekonomi dan sumber kesejahteraan
masyarakat bergantung pada lingkungan. Apabila lingkungan tidak mampu lagi menampung jumlah populasi penduduk yang semakin tinggi,
maka fungsi lingkungan sebagai sumber daya akan benar - benar tidak berguna lagi.
Gambar 4.6 Grafik Korelasi Antara Pertumbuhan Penduduk Terhadap
Kualitas Lingkungan Tahun 2001-2008
CO Pertub_pnddk
CO 1,000000 0,291349
Pertumb_penddk 0,291349 1,000000
53
.0050 .0075
.0100 .0125
.0150 .0175
.0200 .0225
.0250
4,000 5,000
6,000 7,000
8,000 9,000
CO PE
RT UMBU
HA N_
P E
NDDK
Sumber: Data diolah Pertumbuhan penduduk yang semakin naik dari tahun ke tahun
akan berhubungan dengan penurunan kualitas lingkungan, mengingat bahwa lingkungan memiliki peran yang sangat penting dalm pencapaian
kesejahteraan manusia namun kemampuannya untuk membantu manusia sangat terbatas. Semakin bertambahnya jumlah populasi di kota
Semarang akan semakin meningkatkan kebutuhan akan perumahan yang layak huni untuk masyarakatnya. Dan untuk memenuhi kebutuhan
tersebut maka pembukaan hutan dan perkebunan serta tanah pertanian akan semakin meningkat untuk pembangunan rumah dan gedung. Hal ini
berarti akan semakin membuat ruang terbuka hijau yang berfungsi untuk menyerap zat zat polusi udara akan semakin berkurang dan lingkungan
tidak akan mampu lagi untuk menampung zat polutan tersebut.
54
4.3.5. Hubungan Antara Tingkat Kemiskinan Terhadap Kualitas