peluang terhadap pengakuan secara bilateral, hak untuk memberikan suaka kepada pengungsi   politik   di   dalam   lingkungan   perwakilan   asing.   Staffan   Bodemar
mengatakan, Pasal 14 Universal Decleration of Human Rights mengakui bahwa setiap orang mempunyai hak untuk mencari dan menikmati suaka di negara lain
dari ancaman persekusi. Pemberian izin masuk  bagi pencari suaka, perlakuan  terhadap  mereka  dan
pemberian   status   pengungsi   dengan   demikian   merupakan   unsur   penting   dari sistem internasional bagi perlindungan terhadap pengungsi.Meskipun seseorang
atas suaka diakui oleh Hukum Internasional, namum hak tersebut bersifat terbatas hanya untuk mencari dan untuk menikmati suaka, bukanlah untuk mendapatkan
ataupun   untuk   menerima   suaka.   Sehingga,   Dengan   demikian   tidak   tedapat kewajiaban bagi negara untuk memberikan suaka kepada seorang pencari suaka.
Dengan demikian, karena pemberian suaka tersebut merupakan kewenangan mutlak dari sebuat negara, maka negara pemberi suaka mempunyai kewenangan
mutlak pula untuk mengevaluasi atau menilai sendiri alasan-alasan yang dijadikan dasar pemberian suaka, tanpa harus membuka atau menyampaikan alasan tersebut
kepada pihak manapun, termasuk kepada negara asal dari pencari suaka.
D. Suaka Politik dalam Negara Indonesia
Di dalam UUD 1945 pasal 28 G yakni setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan   atau   perlakuan   yang   merendahkan   derajat   martabat   manusia   dan
berhak   memperoleh   suaka   politik  dari   negara  lain.  Di  sini   ditegaskan   bahwa bangsa   Indonesia   bersikap   anti   penyiksaan   dan   hal-hal   yang   merendahkan
martabat kemanusiaan sesuai dengan konvensi PBB tentang anri penyiksaan dan perlakuan yang merendahkan martabat. Disamping itu, Pasal ini juga menetukan
bhawa setiap orang berhak untuk meminta suaka politik ke negara lain.
11
11  Jimly Asshiddieqi, Komentar atas Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Jakarta: Sinar Grafika, 2009. hlm 120
Dasar   hukum   suaka   dalam   nasinal   atau   republik   indonesia   diatur   dalam Undang-undang Nomor 37 tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri. Diatur
dalam Bab VI tentan Pemberian Suaka dan Masalah Pengungsian. Pasal 25
1 Kewenangan   pemberian   suaka   kepada   orang   asing   berada   di   tangan Presiden dengan memperhatikan pertimbangan Menteri.
2 Pelaksanaan   kewenangan   sebagaimana   dimaksud   dalam   ayat   1   diatur dengan Keputusan Presiden.
Pasal 26 Pemberian suaka kepada orang asing dilaksanakan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan   nasional   serta   dengan   memperhatikan   hukum,   kebiasaan, dan praktek internasional.
Pasal 27 1 Presiden menetapkan kebijakan masalah pengungsi dari luar negeri dengan
memperhatikan pertimbangan Menteri. 2 Pokok-pokok   kebijakan   sebagaimana   dimaksud   dalam   ayat   1   diatur
dengan keputusan Presiden. Kewenangan pemberian suaka kepada orang asing berada di tangan presiden
dengan pelaksanaan politik luar negeri yang bebas aktif berdasarkan atas hukum dasar,   diplomasi   yang   mencari   keharmonisan,   keadilan   dan   keserasian   dalam
hubungan   salah   satu   fungsi   perwakilan   republik   indonesia   adalah   melindungi, setiap orang berhak memperoleh suaka politik.
Indonesia   akhirnya   secara   formal   yuridik   mengakui   bahwa   mencari   suaka untuk memperoleh perlindungan politik dari negara lain merupakan salah satu hak
asasi setiap orang ketetapan MPR NO.XVIIMPR1998 tanggal 13 November 1998, piagam HAM, pasal 24. Sehubungan dengan itu kewenangan pemberian
suaka berda pada presiden Pasal 25 ayat 1. Dan pelaksanaanya diatur lebih lanjut dalam   Kepres   Pasal   25   ayat   2.   Di   sampung   itu   presiden   menetapkan
kebijaksanaan masalah pengungsi dengan memperhatikan pertimbangan menteri Pasal 27.
12
BAB III PENUTUPAN
A. Kesimpulan 1. Suaka politik adalah suatu perlindungan yang diberikan oleh suatu negara