218 dikemukakan diperoleh angka gini rasio lebih rendah akan tetapi hasil tersebut
menurut kriteria H.T. Oshima masih belum memberikan ketidakmerataan pendapatan di provinsi Jawa Barat yang rendah angka gini ratio kurang antara
0.3-0.4 tergolong ketidakmerataan sedang.
7.4. Ringkasan
1. Dampak peningkatan investasi sebesar 1 triliun rupiah masing-masing ke sektor yang potensial simulasi 1-5 memiliki hasil normal, yaitu akan
menumbuhkan masing-masing outputnya sendiri yang lebih besar, namun yang memiliki hasil normal dalam menumbuhkan penyerapan tenaga kerja
sendiri yang lebih besar hanya simulasi 1. Kemudian terhadap penerimaan rumahtangga, simulasi 1-3 memberikan dampak penerimaan rumahtangga
terbesar kepada buruh tani, sedangkan simulasi 4-5 kepada golongan atas di desa. Dan ditinjau secara agregat, kelima simulasi tersebut yang akan
menumbuhkan output, penyerapan tenaga kerja dan penerimaan rumahtangga terbesar, berturut-turut adalah simulasi 2 dan 5, simulasi 3, dan simulasi 5.
2. Dampak simulasi 6, 8 dan 15 sama-sama akan menumbuhkan output sektor Perkebunan yang lebih besar. Selain itu ketiganya sama-sama akan
menumbuhkan penyerapan tenaga kerja sektor Kehutanan yag lebih besar. Kemudian terhadap penerimaan rumahtangga, ketiganya memberikan dampak
penerimaan rumahtangga terbesar kepada buruh tani. Dan ditinjau secara agregat, simulasi 15 menghasilkan pertumbuhan output, penyerapan tenaga
kerja dan penerimaan pendapatan rumahtangga yang relatif lebih besar dibandingkan dengan kedua simulasi lainnya.
219 3. Dampak simulasi 7 dan 9 sama-sama akan menumbuhkan output sektor
Peternakan yang lebih besar. Selain itu keduanya sama-sama akan menumbuhkan penyerapan tenaga kerja sektor Kehutanan yang lebih besar.
Kemudian terhadap penerimaan rumahtangga, keduanya memberikan dampak penerimaan rumahtangga terbesar kepada buruh tani. Dan ditinjau secara
agregat, simulasi 7 akan menghasilkan pertumbuhan output, penyerapan tenaga kerja dan penerimaan rumahtangga yang relatif lebih besar
dibandingkan dengan simulasi 9. 4. Dampak simulasi 10-14 memiliki karakteristik yang sama dengan hasil
simulasi 1-5 dalam menumbuhkan masing-masing outputnya sendiri yang lebih besar. Kemudian dari kelima simulasi ini sama-sama akan memberikan
pertumbuhan penyerapan tenaga kerja sektor Kehutanan yang lebih besar. Selain itu kelimanya sama-sama akan memberikan dampak penerimaan
rumahtangga terbesar kepada buruh tani. Dan ditinjau secara agregat, kelima simulasi tersebut yang akan menumbuhkan output, penyerapan tenaga kerja
dan penerimaan rumahtangga terbesar, berturut-turut adalah simulasi 11 dan 14, simulasi 12, dan simulasi 14.
5. Berdasarkan keseluruhan simulasi 1-15, simulasi yang akan menumbuhkan output, penyerapan tenaga kerja dan penerimaan rumahtangga terbesar,
berturut-turut adalah simulasi 11 yaitu peningkatan investasi pada sektor Peternakan dan redistribusi pendapatan dari rumahtangga golongan atas di
kota ke rumahtangga buruh tani sebesar 1 triliun rupiah dan 14 yaitu peningkatan investasi pada sektor Jasa-Jasa dan redistribusi pendapatan dari
220 rumahtangga golongan atas di kota ke rumahtangga buruh tani sebesar 1
triliun
220 rupiah; simulasi 12 Peningkatan investasi pada sektor Industri Makanan,
Minuman dan Tembakau dan redistribusi pendapatan dari rumahtangga golongan atas di kota ke rumahtangga buruh tani sebesar 1 triliun rupiah; dan
simulasi 7 Transfer pendapatan ke rumahtangga buruh tani sebesar 1 triliun rupiah.
VIII. SIMPULAN DAN SARAN