Perubahan Struktural dan Sumber Pertumbuhan

63 Perubahan kebijakan sektoral juga dapat dilihat pengaruhnya pada sektor- sektor lain dan peubah makroekonomi. Misalnya, restrukturisasi perbankan dapat mempengaruhi komposisi asset dan kewajiban sektor perbankan dan sektor-sektor lainnya melalui perubahan yang terjadi pada pasar kredit. Secara simultan, perubahan ini akan mempengaruhi jumlah kredit dan produksi di industri terkait lainnya, jumlah konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah dan neraca perdagangan secara bersama-sama mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara. Berapa besar perubahan tersebut dapat juga dilihat dalam jangka waktu tertentu dengan memasukkan akumulasi modal dalam model.

2.7. Studi Terdahulu

Studi terdahulu yang ditujukan terhadap gambaran tentang perubahan struktural, sumber pertumbuhan, kontribusi suatu sektor, keterkaitan antar sektor dalam perekonomian dan distribusi pendapatan antar golongan rumahtangga, baik tingkat internasional, nasional maupun daerah provinsi, kota dan kabupaten, telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya sebagaimana terlihat dalam uraian berikut.

2.7.1. Perubahan Struktural dan Sumber Pertumbuhan

Studi yang menganalisis proses perubahan struktural secara empirik sudah dilakukan oleh Chenery 1960, Chenery-Taylor 1968 dan Chenery-Syrquin 1975 dalam Budiharsono 1996 dan Syrquin-Chenery 1989. Dari studi yang dilakukan oleh mereka tersebut pada dasarnya menerangkan hubungan antara pola pertumbuhan ekonomi menurut sektor produksi dengan perubahan yang terjadi dalam penawaran faktor produksi, perubahan dalam pola permintaan terhadap 64 barang dan jasa dan pertumbuhan jumlah penduduk selama pertumbuhan ekonomi. Mereka beranggapan bahwa selain peningkatan akumulasi modal fisik dan kualitas manusia, juga diperlukan suatu perubahan struktur perekonomian yang saling berkaitan, agar terjadi perubahan dari perekonomian tradisional ke perekonomian modern yang disertai dengan terjadi perubahan distribusi pendapatan. Budiharsono 1996 melakukan studi perubahan struktural dan kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi antar daerah di Indonesia periode 1969-1987. Dari studinya dihasilkan bahwa terjadi penyimpangan terhadap pola perubahan struktural antar daerah periode 1969-1987 apabila dibandingkan dengan pola normal Chenery-Syrquin 1975. Hal itu dikarenakan relatif kecilnya keterkaitan antar sektor terutama antar sektor Pertanian dan sektor Industri Pengolahan baik dalam proses produksi maupun tenaga kerja. Daryanto 1999 melakukan studi perubahan struktural dan faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan relatif sektor Pertanian dalam perekonomian dunia. Dalam studinya diperoleh hasil bahwa penurunan relatif dalam pentingnya ekonomi dari sektor Pertanian adalah hal normal, biasa dan ciri melekat dari pertumbuhan dalam seluruh ekonomi. Ketidaktentuan dalam lingkungan ekonomi ekternal dan kebijakan domestik yang mendiskrimanasi terhadap pertanian adalah cenderung untuk mempercepat suatu penurunan sekular dalam share sektor pertanian. Penurunan relatif dari teori Pertanian, yang telah mendominasi beberapa pemikiran ekonomi dan kebijakan selama tahun 1950 dan 1960an, adalah satu dari alasan utama yang menyebabkan pengabaian terhadap Pertanian dan meletakkan penekanan yang lebih terhadap industrialisasi. Beberapa implikasi dari penurunan relatif teori Pertanian adalah diinterpretasikan sebagai penentuan 65 terhadap Pertanian di dalam negara berkembang sebagai peran negatif atau statis dalam pertumbuhan ekonomi. Bagaimana pun, sejak tahun 1980an perubahan signifikan telah terjadi dalam kebijakan publik, yang memandang Pertanian lebih secara positip dan menyokong Agricultural Development Led-Industrialisation ADLI. Strategi ADLI memperlihatkan Pertanian dapat menjadi sektor pemimpin dalam memajukan pertumbuhan dan industrialiasi. Berdasarkan studi di atas yang menganalisis tentang bagaimana kontribusi suatu sektor ekonomi terhadap perekonomian lebih menitikberatkan pola perubahan struktural dalam kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi. Alat analisis yang digunakan oleh ketiga peneliti yang disebutkan di awal adalah model ekonometrik, sedangkan Budiharsono selain menggunakan model ekonometrik juga mengunakan model IO untuk melihat keterkaitan sektor, terutama industri dan pertanian berdasarkan Tabel IO Indonesia. Amir dan Nazara 2005 menggunakan pendekatan IO dalam studi yang terkait dengan perubahan struktural di Jawa Timur. Studi ini menganalisis perubahan struktur ekonomi economic landscape dan kebijakan strategi pembangunan Jawa Timur tahun 1994 dan 2000. Terdapat dua tujuan dalam studi ini, yaitu mengidentifikasi perubahan struktur perekonomian Jawa Timur dan menganalisis berbagai sektor unggulan key sector. Hasil yang didapat dari studi ini menunjukkan bahwa telah terlihat perubahan struktur ekonomi di provinsi Jawa Timur selama periode tersebut. Selain itu terlihat telah terjadi pergeseran dalam beberapa sektor unggulan dan angka pengganda sektoral. Peran sektor Industri Lainnya dan sektor Industri Makanan, Minuman dan Tembakau sangat dominan dari sisi besaran output dan pengganda yang cukup tinggi. 66 Lebih lanjut studi yang berkaitan dengan perubahan struktural yaitu melihat tentang efek perubahan permintaan akhir terhadap pertumbuhan output sektoral dilakukan oleh Akita 1991; Akita dan Hermawan 2000; dan Daryanto 2000 di Indonesia berturut-turut pada periode tahun 1971-1985; 1985-1995; dan 1971-1995. Ketiga peneliti tersebut sama-sama menggunakan metode analisis dekomposisi yang didasarkan pendekatan IO. Peneliti pertama dan kedua dalam analisisnya menggunakan metode dekomposisi faktor yang diusulkan oleh Chenery, sedangkan peneliti ketiga menggunakan pendekatan yang mirip digunakan Kubo, Robinson dan Syrquin tetapi berbeda dalam memperlakukan komponen impor. Meskipun penekanan kajian dari ketiga peneliti berbeda, dimana peneliti pertama dan kedua lebih fokus terhadap sektor Industri, sedangkan peneliti ketiga pada Pertanian, akan tetapi hasil yang diperoleh berdasarkan ketiga studi ini terdapat kemiripan bahwa secara agregat efek permintaan akhir domestik dan ekspor adalah sebagai sumber utama dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia selama periode tersebut. Secara lebih rinci dikemukakan hasil dari studi peneliti pertama dan kedua, bahwa konsumsi rumahtangga adalah faktor terbesar dari efek permintaan akhir domestik. Studi yang serupa dilakukan oleh Kumari 2000 untuk kasus India pada periode 1983- 1998. Dalam studi ini dianalisis pengaruh liberalisasi ekonomi terhadap pola dari sumber-sumber pertumbuhan output industri. Hasilnya menunjukkan bahwa pada level aggregat ekspansi permintaan domestik industri manufaktur merupakan sumber utama pertumbuhan output, diikuti dengan ekspansi ekspor selama periode pra liberalisasi dan setelah liberalisasi. Kontribusi dari ekspansi kedua permintaan tersebut meningkat selama periode setelah liberalisasi dibandingkan sebelum liberalisasi. Pada level disaggregat kenaikan output industri manufaktur 67 India terutama dipicu oleh ekspansi permintaan domestik selama kedua periode tersebut. Kemudian studi dari Daryanto dan Daryanto 1994 juga terkait dengan perubahan struktural akan tetapi fokusnya lebih kepada pengukuran perubahan struktural ketenagakerjaan berdasarkan tinjauan literatur. Pendekatan dalam studi ini berdasarkan IO melalui metode analisis dekomposisi. Hasil dari studi ini menunjukkan penggunaan IO memiliki keunggulan dibanding teknik-teknik lainnya dalam rangka mengukur sifat dan besaran perubahan struktural perekonomian dari sudut pandang ketenagakerjaan. Selanjutnya dinyatakan bahwa penggunaan IO memungkinkan untuk dapat memisahkan kontribusi faktor- faktor yang menyebabkan perubahan struktural ketenagakerjaan. Faktor-faktor yang dimaksud mencakup : teknologi, substitusi impor atau perdagangan internasional, intesitas tenaga kerja dan efek silang. Menurut studi The Economist 2001, perubahan struktur industri membandingkan antara India dan China menunjukkan peranan sektor industri di China lebih cepat dibandingkan dengan India. Daya absorbsi tenaga kerja karena perkembangan industri di China lebih besar dari India. Mengingat jumlah tenaga kerja yang masih besar di sektor pertanian bagi kedua negara tersebut, dimana di India 57 persen dan di China 47 persen dari angkatan kerja. Ini berarti dalam jangka panjang India masih memiliki potensi transfer tenaga kerja ke industri dan jasa. Hal yang sama dapat terjadi di Indonesia yang dalam hal ini khusus provinsi Jawa Barat. 68

2.7.2. Kontribusi dan Keterkaitan antar Sektor Produksi