3. Macam-Macam Talak
Ketentuan  UU  No.7  tahun  1989  tentang  Peradilan  Agama  dan Kompilasi Hukum Islam, dikenal 2 dua macam perceraian, yaitu:
a. Cerai talak
cerai talak adalah cerai yang dijatuhkan oleh suami terhadap isterinya, sehingga perkawinan mereka menjadi putus. Seorang suami yang bermaksud
menceraikan  isterinya  mereka  harus  terlebih  dahulu  mengajukan permohonan kepada Pengadilan Agama.
b. Cerai gugat.
cerai gugat adalah cerai yang didasarkan atas adanya gugatan yang diajukan oleh isteri, agar perkawinan dengan suaminya menjadi putus.
Seorang isteri yang bermaksud bercerai dari suaminya harus lebih dahulu mengajukan gugatan kepada Pengadilan Agama.
Berdasarkan  perspektif  hukum  Islam,  jenis-jenis  talak  atau  perceraian dapat dibedakan menjadi:
a. Apabila  ditinjau  dari  segi  boleh  tidaknya  suami  merujuk  istrinya  kembali,
maka jenis-jenis talak itu meliputi:
1 Talak  raj’i,  yakni  talak  yang  dijatuhkan  suami,  dimana  suami  berhak
rujuk  selama  istri  masih  dalam  masa  iddah  tanpa  harus  melangsungkan akad nikah baru. Talak seperti ini adalah talak kesatu atau talak kedua.
2 Talak ba’in, terdiri atas:
a Talak  ba’in  shughraa  kecil,  yakni  talak  yang  tidak  boleh  dirujuk,
tetapi boleh akad nikah baru dengan bekas suaminya meskipun dalam masa iddah.
b Talak  ba’in  kubraa  besar,  yakni  talak  yang  dapat  dirujuk  dan  tidak
dapat dinikahkan kembali.
b. Apabila  ditinjau  dari  segi  waktu  menjatuhkan  talak,  maka  jenis-jenis  talak
meliputi: 1
Talak  sunni  halal,  yakni  talak  yang  diperbolehkan  yang  dijatuhkan terhadap  istri  yang  sedang  suci  dan  tidak  dicampuri  dalam  waktu  suci
tersebut. 2
Talak  bid’i  haram,  yakni  talak  yang  dilarang  yang  dijatuhkan  pada waktu istri dalam keadaan haid, atau istri dalam  keadaan suci tapi sudah
dicampuri pada waktu suci tersebut.
4. Alasan Terjadinya Perceraian
Menurut KUHPerdata, hal-hal yang dapat mengakibatkan perceraian adalah:
a. Zina
b. Meninggalkan tempat tinggal dengan sengaja.
c. Penghukuman dengan hukuman penjara lima tahun atau dengan hukuman
yang lebih berat yang diucapkan setelah perkawinan. d.
Melukai berat atau menganiaya, dilakukan oleh suami atau isteri terhadap suami atau isterinya sehingga membahyakan jiwa salah satu pihak.
Sebagai  pengulangan  bunyi  penjelasan  pasal  39  ayat  2  Undang-Undang Perkawinan  menyebutkan  alasan-alasan  yang  dapat  dijadikan  dasar  bagi
perceraian, yaitu: a.
Salah  satu  pihak  berbuat  zina  atau  menjadi  pemabuk,  pemadat,  penjudi  dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan.
b. Salah  satu  pihak  meninggalkan  yang  lain  selama  dua  tahun  berturut-turut
tanpa  izin  pihak  lain  dan  tanpa  alasan  yang  sah  atau  karena  hal  lain  diluar kemampuannya.
c. Salah  satu  pihak  mendapat  hukuman  penjara  5  tahun  atau  hukuman  yang
lebih berat setelah perkawinan berlangsung. d.
Salah  satu  pihak  melakukan  kekejaman  atau  pengaiayaan  yang  berat  yang membahayakan terhadap pihak lain.
e. Salah  satu  pihak  mendapat  cacat  badan  atau  penyakit  yang  mengakibatkan
tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami istri. f.
Antara  suami  dan  istri  terus-menerus  terjadi  perselisihan  dan  pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.
Selain  itu,  ketentuan  dalam  pasal  116  Kompilasi  Hukum  Islam meyebutkan alasan lainnya yang dapat dijadikan dasar bagi perceraian, yakni:
a. Suami melanggar taklik talak
b. Peralihan agama atau  murtad  yang  menyebebkan terjadinya ketidak rukunan
dalam rumah tangga.
5. Rukun Talak