Pengaruh ekspor terhadap kurs Pengaruh JUB, suku bunga SBI, impor, ekspor terhadap kurs

Menurut Faisal 2001:32, semakin banyak barang dan jasa-jasa yang diminta dari negara AS harga mata uang dollar AS akan cenderung meningkat dan semakin banyak permintaan negara Indonesia akan barang dan jasa negara AS maka harga mata uang rupiah akan cenderung menurun. Jadi semakin naiknya impor akan menyebabkan kurs naik yaitu nilai mata uang rupiahdollar AS mengalami depresiasi.

2.6.4. Pengaruh ekspor terhadap kurs

Menurut Nachrowi dan Usman 2006:443, ekspor merupakan salah satu sumber devisa negara. Semakin tinggi ekspor maka mengakibatkan semakin tingginya permintaan terhadap rupiah sehingga kurs rupiah akan menguatapresiasi. Menurut Miskhin 2008:115, meningkatnya permintaan ekspor suatu negara menyebabkan mata uangnya menguat dalam jangka panjang. Untuk memperoleh valuta asing maka negara harus mampu mengekspor aneka produk yang bisa dihasilkan di dalam negeri. Jumlah devisa yang makin banyak dari hasil ekspor memungkinkan suatu negara akan meningkatkan hasil devisa ekspor dan akan meningkatkan pendapatan negara Sanusi, 2004:81. Daya saing di pasaran luar negeri, keadaan ekonomi di negara-negara lain, kebijakan proteksi di negara luar dan kurs valuta asing meupakan faktor utama yang akan menentukan kemampuan suatu negara mengekspor ke luar negeri Sukirno, 2005:109. Penurunan ekspor di suatu negara dikarenakan anjloknya kemampuan mengimpor bahan baku industri, suku cadang dan perlengkapan manufaktur ditambah menyusutnya impor kawasan secara umum yang juga memukul ekspor yang selama ini mengandalkan pada input impor. Situasi kredit yang ketat dan tingginya suku bunga di dalam negeri. Depresiasi mata uang akan menurunkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh sumber pembiayaan dari luar negeri, karena mahalnya pengembalian pinjaman dalam valuta asing Halwani, 2005:370.

2.6.5. Pengaruh JUB, suku bunga SBI, impor, ekspor terhadap kurs

Krisis keuangan global tahun 2008 yang terjadi di AS, berdampak pada negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Masalah ini mengakibatkan perlambatan pada perekonomian Indonesia tetapi dampak tersebut tidak cukup besar yaitu pada tahun 2008 kurs rupiah terhadap dollar mengalami trend melemah, pada bulan November 2008 tercatat kurs sebesar Rp12.151,-. Krisis keuangan global yang terjadi saat ini di antaranya disebabkan karena rendahnya jumlah uang yang tersedia terutama di Amerika Serikat akibat kredit macet yang berdampak kebanyakan negara dan akhirnya menimbulkan krisis keuangan global. Berdasarkan data bahwa krisis keuangan global yang terjadi menjadikan kurs rupiah dollar AS melemah yang berakibat pada indikator-indikator yang lain seperti pada jumlah uang beredar, suku bunga SBI, ekspor, impor, yang dapat menjadikan perekonomian Indonesia menjadi lesu. Jika terjadi peningkatan suku bunga akan direspon peningkatan uang beredar yang akan menurunkan ekspor dan menaikkan impor yang bersama-sama berpengaruh terhadap kurs rupiahdollar AS mengalami apresiasi atau depresiasi. Jika jumlah uang beredar tinggi maka kurs akan naik, yaitu nilai mata uang rupiah akan terdepresiasi terhadap dollar AS, sehingga koefisien jumlah uang beredar bertanda positif. Kenaikan suku bunga SBI mendorong lembaga keuangan menyalurkan dana ke pasar uang, dan suku bunga yang tinggi tidak mendorong masyarakat untuk memegang uang, akibatnya kelebihan uang muncul di pasar uang dan mendorong depresiasi nilai mata uang rupiah, sehingga koefisien suku bunga SBI bertanda positif. Jika impor naik maka kurs akan naik karena naiknya permintaan mata uang dollar AS sehingga nilai mata uang rupiah mengalami depresiasi terhadap dollar AS, koefisien impor bertanda positif. Kenaikan ekspor akan mendorong kurs turun yaitu nilai mata uang rupiah akan terapresiasi terhadap dollar AS, sehingga koefisien ekspor bertanda negatif. Dalam pemikiran di atas maka dapat ditunjukkan dengan bagan, sebagai berikut: H 1 H 2 H 3 H 4 H 5 Gambar 2.1. Bagan Kerangka Berpikir

2.7. Hipotesis