Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Penegasan Istilah Geolistrik Tahanan Jenis

dapat mencemari air tanah. Limbah cair memiliki konduktuvitas lebih besar dibandingkan dengan air atau mempunyai resistivitas yang rendah Distrik, I. W, 2008. Dari permasalahan tersebut diatas maka dalam skripsi ini penulis mengambil judul Aplikasi Metode Geolistrik untuk Mengetahui Pencemaran Limbah Pabrik di Sekitar Sungai di Daerah Genuk.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan dalam penelitian ini adalah berapa nilai resistivitas limbah tersebut.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas maka tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pencemaran sungai di kawasan LIK

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan pada penelitian ini adalah: 1 Bagi pemerintah dan masyarakat khususnya di daerah Genuk mengetahui air sungai tersebut layak digunakan atau tidak. 2 Bagi peneliti, yaitu memperdalam ilmu pengetahuan tentang geolistrik dan mencoba memberikan sumbangsih pikiran yang dapat bermanfaat bagi masyarakat dan pemerintah.

1.5 Penegasan Istilah

Penegasan istilah dimaksudkan untuk menghindari perbedaan penafsiran maka penulis perlu menjelaskan pengertian dan istilah yang digunakan dalam penelitian ini, berikut akan ditegaskan beberapa istilah, antara lain: 1. Metode geolistrik adalah suatu metode fisika dengan menggunakan prinsip kerja mempelajari aliran listrik di dalam bumi dan cara mendeteksinya di permukaan bumi Hendrajaya dan Arif 1990:4 2. Konfigurasi Schlumberger merupakan aturan tentang penyusunan elektroda yang digunakan dalam penelitian. Pengukuran dengan konfigurasi Schlumberger ini menggunakan 4 elektroda, masing-masing 2 elektroda arus dan 2 elektroda potensial Hendrajaya dan Arif 1990:55 3. Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik limbah rumah tangga.

1.6 Sistematika Penulisan Skripsi

Penulisan skripsi disusun dalam tiga bagian utama, yaitu bagian awal, bagian inti dan bagian akhir skripsi. Bagian awal skripsi terdiri dari halaman sampul, halaman judul, abstrak, pengesahan, motto dan persembahan, daftar isi, daftar gambar dan daftar lampiran. Bagian inti skripsi terdiri dari lima bab yaitu: - BAB I: PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang masalah, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan penelitian manfaat penelitian dan sistematika penulisan skripsi. - BAB II: LANDASAN TEORI Landasan teori berisi teori-teori yang mendukung dan berkaitan dengan permasalahan skripsi sehingga dapat dijadikan sebagai teori penunjang yang menjadi dasar teori disusunnya skripsi ini. - BAB III: METODE PENELITIAN Bab ini berisi uraian pengumpulan data,waktu dan tempat pelaksanaan penelitian, alat dan bahan penelitian, diagram alir penelitian, prosedur penelitian dan metode analisis data. - BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi hasil penelitian dan pembahasan tentang hasil penelitian yang telah di dapatkan. - BAB V: PENUTUP Bab ini berisi simpulan hasil penelitian dan saran-saran sebagai implikasi dari hasil penelitian. - Bagian akhir skripsi ini berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran. 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 GEOLOGI KOTA SEMARANG Struktur geologi yang terdapat di daerah Semarang umumnya berupa sesar yang terdiri dari sesar normal, sesar geser dan sesar naik. Sesar normal relatif berarah Barat-Timur sebagian agak cembung ke arah Utara, sesar geser berarah Utara Selatan hingga Barat Laut-Tenggara. Sesar-sesar tersebut umumnya terjadi pada batuan formasi Kerek, formasi Kalibeng dan formasi Damar yang berumur kuarter dan tersier. Geseran-geseran intensif sering terlihat pada batuan napal dan batu lempung, yang terlihat jelas pada formasi Kalibiuk di daerah Manyaran dan Tinjomoyo. Struktur sesar ini merupakan salah satu penyebab daerah tersebut mempunyai jalur “lemah”, sehingga daerahnya mudah tererosi dan terjadi gerakan tanah. Daerah Genuk merupakan daerah tambak dan industri.

2.1.1 Topografi Kota Semarang

Kota Semarang memiliki ketinggian beragam, yaitu antara 0,75-348 m di atas permukaan laut, dengan topografi terdiri atas dataran rendah dan dataran tinggi. Dibagian Utara merupakan pantai dan dataran rendah memiliki kemiringan 0-2 sedangkan ketinggian ruang bervariasi antara 0-3,5 m. dibagian Selatan merupakan daerah perbukitan dengan kemiringan berkisar antara 2-40 dan ketinggian antara 90-200 m dpl di atas permukaan laut.

2.1.2 Stratigrafi

Geologi Kota Semarang berdasarkan Peta Geologi Lembar Magelang- Semarang RE. Thaden, dkk; 1996, susunan stratigrafinya adalah sebagai berikut: 1. Aluvium Merupakan endapan aluvium pantai, sungai dan danau. Endapan pantai litologinya terdiri dari lempung, lanau dan pasir. Endapan sungai dan danau terdiri dari kerikil, kerakal, pasir dan lanau. 2. Batuan Gunungapi Gajah Mungkur Batuannya berupa lava andesit, berwarna abu-abu kehitaman, berbutir halus, holokristalin. 3. Batuan Gunungapi Kaligesik Batuan Gunungapi Kaligesik berupa lava basalt, berwarna abu-abu kehitaman. 4. Formasi Jongkong Breksi andesit hornblende augit dan aliran lava, sebelumnya disebut batuan gunungapi Ungaran Lama. Breksi andesit berwarna coklat kehitaman. Aliran lava berwarna abu-abu tua, berbutir halus. 5. Formasi Damar Batuannya terdiri dari batu pasir tufaan, konglomerat, dan breksi vulkanik. Batu pasir tufaan berwarna kuning kecoklatan berbutir halus-kasar. Konglomerat berwarna kuning kecoklatan hingga kehitaman. Breksi vulkanik mungkin diendapkan sebagai lahar, berwarna abu-abu kehitaman. 6. Formasi Kaligetas Batuannya terdiri dari breksi dan lahar dengan sisipan lava dan tufaan halus sampai kasar, setempat di bagian bawahnya ditemukan batu lempung mengandung moluska dan batu pasir tufaan. 7. Formasi Kalibeng Batuannya terdiri dari napal, batu pasir tufaan dan batu gamping. Napal berwarna abu-abu kehijauan hingga kehitaman. Batu pasir tufaan berwarna kuning kehitaman. Batu gamping merupakan lensa dalam napal, berwarna putih kelabu, keras dan kompak. 8. Formasi Kerek Perselingan batu lempung, napal, batu pasir tufaan, konglomerat, breksi vulkanik dan batu gamping. Batu lempung kelabu muda-tua, gampingan, sebagian bersisipan dengan batu lanau atau batu pasir, mengandung fosil foram, moluska dan koral-koral koloni. Daerah Genuk termasuk daerah alluvium yang terdiri dari lempung, pasir, krikil dan lanauan.

2.2 LIMBAH DAN PENCEMARANNYA

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik rumah tangga, yang lebih dikenal sebagai sampah. Air limbah adalah gabungan dari cairan dan air yang mengandung limbah yang berasal dari perumahan, perkantoran dan kawasan industri Gunawan, 2006. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah terdiri dari bahan kimia organik dan anorganik. Faktor yang mempengaruhi kualitas limbah adalah volum limbah, kandungan bahan pencemar, dan frekuensi pembuangan limbah, sedangkan tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah. Pada sekarang ini pembuangan limbah semakin naik frekuensinya, dikarenakan banyaknya industri yang berdiri. Dengan banyaknya frekuensi limbah tentunya pembuangan limbah semakin tak terkendali. Umumnya limbah yang dibuang ke lingkungan akan mempengaruhi lingkungan dimana limbah dibuang Djajadiningrad dan Harsono, 1990.

2.1.1 Sumber Air Limbah

Secara garis besar air limbah berasal dari beberapa sumber yaitu: a. Limbah Cair Industri Limbah cair industri adalah seluruh limbah cair yang berasal dari kegiatan industri Gunawan, 2006. b. Limbah Cair Domestik Limbah cair domestik adalah sisa air yang telah dipakai untuk kegiatan sanitasi manusia seperti minum, memasak, mandi, mencuci, menyiram tanaman dan lain-lain Gunawan, 2006. c. Air Limbah Rembesan Limpahan air hujan akan bergabung dengan air limbah, dan sebagian air hujan tersebut menguap dan adapula yang merembes kedalam tanah dan akhirnya menjadi air tanah Sugiharto, 2008.

2.1.2 Jenis-jenis limbah

Menurut Widjajanti, berdasarkan karakteristiknya limbah dapat digolongkan menjadi 4 macam yaitu: a. Limbah Cair Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha atau kegiatan yang berwujud cair. b. Limbah Padat Limbah padat berasal dari kegiatan industri dan domestik. Limbah domestik pada umumnya berbentuk limbah padat rumah tangga, kegiatan perdagangan, perkantoran, peternakan, pertanian serta dari tempat umum. c. Limbah Gas dan Partikel Polusi udara adalah tercemarnya udara oleh beberapa partikulat zat limbah yang mengandung partikel asap dan jelaga, hidrokarbon, sulfur dioksida, nitrogen oksida, ozon asap kabut fotokimiawi, dan timah. d. Limbah B3 Bahan Berbahaya dan Beracun Suatu limbah digolongkan sebagai limbah B3 bila mengandung bahan berbahaya atau beracun yang sifat dan konsentrasinya, baik langsung maupun tidak langsung, dapat merusak atau mencemari lingkungan hidup dan membahayakan kesehatan manusia. Beberapa bentuk bahan pencemaran adalah: Mercury Hg, Flour F, Nitrat NO3, Salenium Se, Chromium Cr, Cadmium Cd, Barium Ba yang menyebabkan keracunan Juandi, 2009. Banyak perairan sungai yang tercemar oleh sisa-sisa cairan pembuangan industri. Hal ini menyebabkan zat-zat beracun yang terdapat pada cairan limbah tersebut terlarut dan terbawa masuk ke perairan sungai. Jumlah zat padat terlarut ini dapat digunakan sebagai indikator terjadinya pencemaran air. Selain jumlah, jenis zat pencemar juga menentukan tingkat pencemaran. Air bersih adalah jika tingkat D.O atau Dissolved Oxygen oksigen terlarut tinggi, sedangkan BOD Biochemical Oxygen Demand dan zat padat terlarutnya rendah Wijaya, 2009. Adapun harga resistivitas dari berbagai limbah dapat pada tabel 2.1 dibawah ini: Tabel 2.1 harga resistivitas beberapa jenis limbah Jenis limbah Resistivitas Ωm Referensi Sampah pada pasir 41,61-81 Distrik, I.W Sampah pada tanah 10,4-31,9 Distrik, I.W Sampah pada campuran 17,4-62,7 Distrik, I.W Polutan cair oli pada pasir 2,09-4,36 Suhendra 2005 Pasir besi pada lempung 172-359 Suhendra 2005 Polutan pasir Air bersih 89,3-457 10-100 Ngadimin dan Handayani,G 2000 Looke, 2000 Menurut Sugiharto 2008, indikasi pencemaran dapat kita ketahui baik secara visual maupun pengujian sebagai berikut: a Perubahan pH tingkat keasaman atau konsentrasi ion hidrogen. Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan memiliki pH netral dengan kisaran 6,5-7,5. Air limbah yang belum terolah dan memiliki pH diluar nilai pH netral, akan mengubah pH air sungai dan dapat mengganggu organisme di dalamnya. b Perubahan Warna, Bau dan Rasa. Air normal dan bersih tidak akan berwarna, sehingga tampak jernih. Bila kondisi air warnanya berubah, maka hal tersebut merupakan salah satu indikasi kuat bahwa air telah tercemar. Air yang bau bisa berasal dari limbah industri atau hasil degradasi oleh mikroba. Mikroba yang hidup dalam air akan mengubah organik menjadi bahan yang mudah menguap dan berbau, sehingga mengubah rasa. c Timbulnya Endapan, Koloid dan Bahan Terlarut. Endapan, koloid dan bahan terlarut yang berasal dari adanya limbah industri berbentuk padat. Limbah industri yang berbentuk padat, bila tidak terlarut sempurna akan mengendap di dasar sungai,dan yang larut sebagian akan menjadi koloid yang akan menghalangi bahan-bahan organik.

2.3 Geolistrik Tahanan Jenis

Geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang mempelajari sifat aliran listrik di dalam bumi dan bagaimana cara mendeteksinya dipermukaan bumi Hendrajaya, 1990. Tujuan dari metode ini adalah untuk memperkirakan sifat kelistrikan medium atau formasi batuan di bawah permukaan yang berhubungan dengan kemampuannya untuk menghantarkan atau menghambat listrik konduktivitas atau resistivitas. Metode ini dilakukan dengan menggunakan arus listrik searah Direct Current yang diinjeksikan ke dalam bumi melalui dua elektroda arus. Kemudian beda potensial yang terjadi diukur melalui dua elektroda potensial. Dari hasil pengukuran arus beda potensial untuk setiap jarak elektroda yang berbeda kemudian dapat diturunkan variasi harga hambatan jenis masing-masing lapisan dibawah titik ukur sounding point. Berdasarkan letak konfiguari elektroda-elektroda potensial dan arus, dikenal beberapa jenis metoda resistivitas tahanan jenis, antara lain: Metoda Schlumberger, Metode Wenner, dan Metoda Dipole Sounding. Menurut Waspodo berdasarkan tujuannya, cara pengukuran resistivitas terdiri dari dua, yaitu: 1. Metode Resistivitas Sounding Pendugaan secara Vertikal Metode ini bertujuan untuk mempelajari variasi resistivitas batuan secara vertikal. Pada prakteknya, spasi elektroda arus dan potensial diperbesar secara bertahap sesuai dengan konfigurasi elektroda yang digunakan. Semakin panjang bentangan jarak elektrodanya, maka semakin dalam pula batuan yang dapat diditeksi, walaupun masih dalam batas-batas tertentu. 2. Metode Resistivitas Mapping Pendugaan Gejala Horizontal Metode ini bertujuan untuk mempelajari variasi resistivitas batuan secara horizontal. Pada prakteknya, spasi elektroda arus dan potensial dibuat sama untuk semua titik di permukaan bumi. Hasil dari pengukuran ini biasa dijadikan sebagai peta kontur berupa sebaran nilai resistivitasnya. Pada metode ini, pengukuran pada suatu titik sounding dilakukan dengan jalan mengubah-ubah jarak elektroda. Jarak elektroda ini sebanding dengan kedalaman lapisan batuan yang terdeteksi. Makin besar jarak elektroda tersebut maka makin dalam lapisan batuan yang dapat diselidiki Hendrajaya dan Arif 1990:5-6. Pada resistivitas sounding dikenal berbagai macam konfigurasi elektroda, salah satunya adalah konfigurasi Schlumberger.

2.4 Sifat Kelistrikan Batuan dan Tanah