1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Permasalahan air sebetulnya sudah ada sejak lama, namun intensitas dan frekuensinya semakin besar, meningkat dari waktu ke waktu dengan
bertambahnya jumlah penduduk, perluasan kawasan pemukiman, pembukaan lahan-lahan baru, pengembangan kawasan industri, dan lain-lain Noor, 2006.
Air bawah tanah merupakan Sumber Daya Alam SDA terbarukan yang memiliki peranan penting bagi kehidupan masyarakat. Pertambahan penduduk
yang sangat pesat menyebabkan eksploitasi air bawah tanah meningkat dengan pesat.
Sungai merupakan salah satu dari sumber daya alam yang bersifat mengalir flowing resources . Sungai sangat bermanfaat bagi manusia dan
tidak kalah pentingnya bagi biota lain. Sehingga, perlu dilindungi agar dapat bermanfaat bagi kehidupan manusia serta mahkluk hidup lainnya. Pelestarian
kualitas air merupakan upaya memelihara fungsi air agar kualitasnya tetap pada kondisi alamiah. Pengelolaan kualitas air dilakukan dengan upaya
pengendalian pencemaran air yaitu dengan upaya memelihara fungsi air agar kualitas air memenuhi baku mutu Azwir, 2006.
Pencemaran air dapat terjadi ketika badan air atau sungai mengalir melalui pori-pori batuan dibawah tanah maupun yang mengalir dipermukaan
tanah, hal ini disebabkan karena sifat dan karakteristik air yang mudah
melarutkan unsur-unsur kimia tertentu maupun logam-logam berat lainnya. Mineral-mineral yang terkandung di dalam batuan merupakan faktor dominan
sebagai sumber yang memberikan pencemaran pada badan air atau sungai yang mengalir di daratan. Disamping itu pembuangan limbah ke dalam sungai
maupun tanah yang berasal dari limbah industri dan pertambangan serta limbah pertanian, rumah tangga dan limbah lainnya dapat menyebabkan baku mutu air
menjadi turun kualitasnya. Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
industri maupun domestik limbah rumah tangga. Banyak perairan sungai
yang tercemar berat oleh sisa-sisa cairan pembuangan industri yang masuk ke dalam sungai. Hal ini menyebabkan zat-zat beracun yang terdapat pada cairan
limbah tersebut terlarut dan terbawa masuk ke perairan sungai. Cairan buangan merupakan sisa-sisa buangan dalam bentuk cairan yang dihasilkan dari proses-
proses industri. Pencemaran air oleh cairan ini berupa zat-zat beracun seperti asam, basa, garam-garam khrom, fenol, sianida insektisida, bahan-bahan
kimiawi untuk pertanian, khlor, amoniak, hidrogen sulfida, dan garam-garam logam berat seperti tembaga, timbal, seng dan air raksa.
Dengan perkembangan jumlah industri di Genuk mengakibatkan semakin meningkatnya aktivitas industri yang berdampak pada kualitas lingkungan.
Kasus-kasus pencemaran oleh industri juga dapat disebabkan pengetahuan akan pengolahan limbah yang kurang.S elain industri besar yang
menyebabkan pencemaran terberat, industri rumah tangga pun juga berpotensi menyebabkan pencemaran. Lokasinya berdekatan dengan
permukiman, tetapi tidak memiliki sarana pengolah limbah yang layak. Pembuangan limbah cair ke sungai tampak dikeluhkan oleh para petani
tambak di Mangunharjo karena mematikan ikan dan udang yang dipelihara Inkatriani, 2008.
Sumarjo warga kelurahan Sawahan, Semarang mengatakan terjadinya pencemaran Sungai Kaligawe yang disebabkan oleh limbah cair dari beberapa
perusahaan di sekitar sungai, perlu pembuktikan lebih lanjut. Bisa jadi, menurut beberapa sumber, pencemaran itu akibat dari limbah logam berat dari
industri di Lingkungan Industri Kecil LIK, dimana limbahnya dialirkan ke selokan
yang akhirnya
terbawa arus
sungai Kaligawe
www.suaramerdeka.com .
Untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut perlu dilakukan studi geofisika. Metode geolistrik dapat dimanfaatkan untuk studi masalah
lingkungan yaitu untuk mendeteksi kontras resistivitas medium akibat penyebaran kontaminan rembesan limbah di bawah permukaan yang sering
diasosiasikan sebagai fluida konduktif. Pada penelitian sebelumnya terbukti bahwa metode geolistrik dapat digunakan untuk menentukan pencemaran air
tanah seperti penelitian yang dilakukan oleh Juandi pada tahun 2008 berhasil menganalisis distribusi limbah kelapa sawit dengan mengaplikasikan geolistrik.
Ngadimin dan Handayani pada tahun 2000 melakukan penelitian tentang monitoring rembesan limbah model fisik dilaboratorium dan berhasil
memperkirakan penyebaran kontaminan cair dalam tanah yang diasosiasikan sebagai fluida konduktif yang menunjukkan akumulasi rembesan limbah yang
dapat mencemari air tanah. Limbah cair memiliki konduktuvitas lebih besar dibandingkan dengan air atau mempunyai resistivitas yang rendah Distrik, I.
W, 2008. Dari permasalahan tersebut diatas maka dalam skripsi ini penulis
mengambil judul Aplikasi Metode Geolistrik untuk Mengetahui Pencemaran Limbah Pabrik di Sekitar Sungai di Daerah Genuk.
1.2 Perumusan Masalah