4.1.2 Program Pembelajaran Penjasorkes
4.1.2.1 Pedoman Penyusunan Program
Menurut pihak sekolah penyusunan program penjasorkes SD di SLB Negeri Semarang bersumber pada kurikulum KTSP yang telah di tetapkan oleh
BSNP. Berdasarkan hasil wawancara dengan Edi Joko Harjanto, S.Pdselaku guru Penjasorkes, tanggal 15 Oktober 2012 didapat bahwa standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang ada memiliki standar yang terlampau tinggi, dalam artian standar kompetensi tersebut tidak bisa sepenuhnya diterapkan kepada siswa. Hal
ini tentunya menimbulkan kendala dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 17 Oktober 2012 dengan Drs.
Ciptono selaku Kepala Sekolah SLB Negeri Semarang mengemukakan bahwa standar kompetensi serta komtetensi dasar yang terdapat pada kurikulum untuk
semua mata pelajaran tidak bisa sepenuhnya diterapkan. Dengan demikian pihak sekolah memutuskan untuk tetap berpedoman pada kurikulum yang telah
ditetapkan namun standar kompetensi yang ada harus disesuaikan dengan kemampuan siswa. Beliau juga mengatakan bahwa dalam pembelajaran di SLB
menggunakan pembelajaran individual, karena kemampuan individual tiap kelas tidak merata seperti sekolah umum biasanya. Hal ini juga sependapat dengan
semua tenaga pendidik di SLB Negeri Semarang, termasuk guru penjasorkes.
4.1.2.2 Penyusunan Program Pembelajaran Penjasorkes SDLB
Seperti yang dikemukakan diatas, penyususnan program pembelajaran SDLB di SLB Negeri Semarang juga bersumber pada kurikulum yang telah
ditetapkan. Berdasarkan hasil wawancara dan dokumentasi dengan guru Penjas
untuk mengatasi kendala yang dihadapi, guru Penjasorkes SD menurunkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ada sesuai dengan tingkat
kemampuan individu peserta didik. Hal ini di maksudkan memudahkan proses belajar mengajar berjalan dengan baik tanpa menghilangkan nilai-nilai yang
terkandung didalamnya. Menurut Edi Joko Harjanto, S.Pd selaku guru penjas SLB Negeri
Semarang berdasarkan hasil wawancara mengatakan bahwa, kurikulum yang ditetapkan BSNP mempunyai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
bersifat klasikal, tetapi dalam kenyataan dilapangan hal itu tidak bisa diterapkan karena siswa yang satu dengan yang lainya tidak bisa disamakan. Hal ini di
karenakan setiap anak berkebutuhan khusus mempunyai kemampuan dan karakteristik yang bebeda-beda, maka dari itu didalam pendidikan luar biasa harus
menggunakan pembelajaran individu. Untuk mengatasi hal tersebut, beliau menuturkan bahwa program
pembelajaran mulai dari silabus, prota, promes dan RPP disusun hanya berdasarkan ketunaan C. Hal ini dikarenakan jumlah ketunaan C maupun C
1
lebih banyak dari jumlah siswa ketunaan lainnya, disamping itu mempertimbangkan
efektifitas dalam penyusunan program mengingat di SDLB Negeri Semarang terdapat 5 ketunanaan yaitu tuna A, B, C, C
1
dan D serta setiap klasifikasi ketunaan memiliki jenjang pendidikan mulai dari kelas 1-6. Namun dalam
pelaksaannya, program yang digunakan sebagai pedoman pembelajaran disesuaikan dengan masing-masing ketunaan serta kemampuan dan karakteristik
khusus peserta didik.
4.1.2.3 Program Pembelajaran Penjasorkes SDLB SLB Negeri Semarang