Survei Persepsi Guru Penjasorkes Terhadap Kinerja Guru Penjasorkes Di SMP Negeri Se-Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal Tahun 2009.

(1)

SURVEI PERSEPSI GURU NON PENJASORKES

TERHADAP KINERJA GURU PENJASORKES

SMP NEGERI SE KECAMATAN SUKOREJO KABUPATEN KENDAL

TAHUN 2009

SKRIPSI

Diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1 untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

oleh:

Yulad Septycavindo 6101405074

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2009


(2)

ii

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan sidang panitia ujian skripsi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, pada :

Hari : Tanggal :

Panitia Ujian

Ketua Sekretaris

Drs. M. Nasution M. Kes Drs. Hermawan Pamot R. M. Pd NIP. 19640423 199002 1 001 NIP. 19651020 199103 1 002

Dewan Penguji

1. Drs. Endro Puji Purwono, M. Kes ( Ketua ) NIP. 19590315 199103 1 003

2. Dra. Endang Sri Hanani, M. Kes ( Anggota ) NIP. 19590603 198403 2 001

3. Dra. Heny Setyawati,M. Si ( Anggota ) NIP. 19670610 199203 2 001


(3)

iii

SARI

Yulad Septycavindo. 2009. Survei Persepsi Guru Penjasorkes Terhadap Kinerja

Guru Penjasorkes Di SMP Negeri Se-Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal Tahun 2009. Skripsi. Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan Rekreasi, Fakultas

Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing utama Dra. Endang Sri Hanani M.Kes. Pembimbing pendamping. Dra. Heny Setyawati, M.Si.

Kata Kunci : Persepsi, Kinerja Guru, Penjasorkes.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana persepsi guru non-Penjasorkes tehadap Kinerja guru non-Penjasorkes SMP Negeri Se-Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal Tahun 2009. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi guru non-Penjasorkes tehadap Kinerja guru Penjasorkes SMP Negeri Se-Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal Tahun 2009.

Penelitian ini menggunakan metode survei. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru non-Penjasorkes di SMP Negeri se-Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal yang berjumlah 67 guru. Pengambilan sampel dengan teknik total sampling yaitu sebanyak 67 guru. Data penelitian ini dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif prosentase.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi guru non Penjasorkes tehadap Kinerja Guru Penjasorkes di SMP Negeri Se-Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal Tahun 2009 mempunyai persepsi yang baik. Hal ini disebabkan guru telah memiliki kualifikasi kinerja yang baik, yang meliputi 1) Persepsi guru non Penjasorkes terhadap kinerja guru Penjasorkes terhadap kompetensi kepribadian sebagai pendidik menunjukan prosentase sebesar 95,83% sehingga masuk dalam kriteria baik, 2) Persepsi guru non Penjasorkes terhadap kompetensi paedagogik menunjuk prosentase sebesar 89,93% sehingga masuk kriteria baik, 3) Persepsi guru non Penjasorkes terhadap kompetensi profesional menunjuk prosentase sebesar 88,96% sehingga masuk kriteria baik, 4) Persepsi guru non-penjasorkes terhadap kompetensi sosial menunjuk prosentase sebesar 93,28% sehingga memenuhi kriteria baik.

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa persepsi guru non-Penjasorkes tehadap kinerja guru Penjasorkes di SMP Negeri se-Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal Tahun 2009 menunjukkan kriteria baik. Guru Penjasorkes tersebut memiliki kompetensi kepribadian dan sosial yang lebih baik dari pada kompetensi paedagogik dan kompetensi profesional. untuk itu guru Penjasorkes harus lebih meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan pembelajaran misalnya dengan mengembangkan serta memodifikasi atau memberikan variasi metode pembelajaran sesuai dengan karakteristik siswa sehingga tidak membuat siswa jenuh dalam mengikuti pelajaran Penjasorkes, merencanakan dan melaksanakan program pembelajaran dengan baik. Pemanfaatkan media atau sarana dan prasarana pendukung pembelajaran guna mencapai tujuan pembelajaran, misalnya dalam bidang iptek seperti pengguanaan komputer atau internet sehingga dapat memperoleh informasi dan juga sebagai media pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik


(4)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:

Insan yang beriman tidak akan kehilangan keberhasilan walaupun untuk menggapai perlu waktu yang cukup (Ali bin Abi Tholib).

Persembahan:

Skripsi ini kupersembahkan kepada:

1. Bapak Effendi dan Ibu Sri Wahyuni serta kakakku Effid Ilyasa dan Adikku Triendi Manasalwa tercinta yang selalu memberikan dukungan, semangat dan juga do’a.


(5)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan lancar tanpa halangan yang berarti.

Penulis menyadari selesainya skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, maka sangat tepat kiranya jika dalam kesempatan ini penulis sampaikan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan izin kepada penulis untuk mengadakan penelitian.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan pengarahan kepada penulis guna menyusun skripsi.

3. Dra. Endang Sri Hanani, M. Kes. selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah memberikan bimbingan dan masukan.

4. Dra. Heny Setyawati, M. Si. selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang telah memberikan bimbingan dan motivasi.

5. Kepala Badan Kesbang, Politik dan Linmas kabupaten Kendal yang telah berkenan menerima laporan tentang pelaksanaan penelitian di wilayah Kabupaten Kendal.

6. Kepala Bapeda Kabupaten Kendal yang telah berkenan memberikan pelayanan dikeluarkanya surat rekomendasi penelitian.


(6)

vi

7. Kepala Dinas DIKPORA Kabupaten Kendal yang telah memberikan izin penelitian.

8. Kepala Sekolah SMP Negeri se-Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal. 9. Bapak dan Ibu Guru Mata Pelajaran non Penjasorkes SMP Negeri

se-Kecamatan Sukorejo yang telah berkenan memberikan waktu, tenaga dan pikiran dalam pengisian kuesioner.

10.Bapak dan Ibu Dosen FIK Universitas Negeri Semarang yang telah ikut serta memberi petunjuk dan bantuan dalam penyusunan skripsi.

11.Rekan-rekan Mahasiswa PJKR S1 angkatan 2005 seperjuangan yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu.

12.Teman-teman yang telah memberikan dorongan baik material maupun spiritual dalam penyusunan skripsi ini.

13.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Atas bantuannya, penulis mengucapkan banyak terima kasih. Semoga Allah meridhoinya.

Akhirnya, semoga penulisan skripsi ini bermanfaat secara langsung maupun tidak langsung bagi pembaca khususnya mahasiswa Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi.


(7)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

SARI ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah ... 1

I.2 Rumusan Masalah ... 8

I.3 Tujuan Penelitian ... 8

I.4 Manfaat Penelitian ... ... 8

I.5 Penegasan Istilah ... 9

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Dasar Persepsi ... 12

2.2 Ciri-ciri Umum Persepsi ... 14

2.3 Faktor-faktor yang Berperan dalam Persepsi ... 15

2.4 Proses Terjadinya Persepsi... 16


(8)

viii

2.6 Kedudukan Guru Dalam Proses Belajar Mengajar ... 19

2.7 Kinerja Guru ... 24

2.7.1 Pengertian Kinerja Guru ... 24

2.7.2 Penilaian Kinerja ... 25

2.7.3 Komponen Kinerja Guru... 26

2.7.4 Kriteria Kinerja Guru... ... 27

2.7.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi kinerja Guru... 28

2.8 Kompetensi guru... ... 29

2.9 Pendidikan Jasmani ... 30

2.9.1 Pengertian Pendidikan Jasmani dan Kesehatan... 30

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Penentuan Populasi dan Sampel Penelitian ... .. 31

3.1.1 Populasi ... ... 31

3.1.2 Teknik Pengambilan Sampel ... 31

3.1.3 Variabel Penelitian ... 32

3.1.4 Instrumen Penelitian ... 32

3.1.5 Metode Pengumpulan Data ... 33

3.1.6 Persiapan Penelitian ... 34

3.1.7 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 35

3.1.8 Metode Analisis Data ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... .... 42


(9)

ix BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ... 65

5.2 Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 67


(10)

x

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel. 1. Pendapat Guru Non Penjasorkes Tentang Kinerja Guru

Penjasorkes di Sekolah ... 6 Tabel. 2. Pendapat Guru Non Penjasorkes mengenai penting tidaknya

mata pelajaran penjasorkes disekolah ... 6 Tabel. 3. Pendapat guru non penjasorkes terhadap profesionalisme

Guru penjasorkes disekolah... 6 Tabel. 4. Kriteria Diskriptif Prosentase ... 41 Tabel. 5. Diskriptif Persepsi Guru Non Penjasorkes Di SMP Negeri

se-Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal Terhadap Kinerja

Guru Penjasorkes ... 42 Tabel. 6. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Persepsi Guru Non

Penjasorkes Pada Tiap Aspek Kompetensi ... 44 Tabel. 7. Distribusi Persentase Jawaban Responden Mengenai Persepsi

Guru Non Penjasorkes Terhadap Kinerja Guru Penjasorkes

pada Tiap Aspek Kompetensi ... 44 Tabel. 8. Diskriptif Persepsi Guru Non Penjasorkes pada Aspek Memiliki

Kepribadian Sebagai Pendidik... 46 Tabel. 9. Diskriptif Persepsi Guru Non Penjasorkes pada Tiap Indikator


(11)

xi

Tabel. 10. Deskriptif Persepsi Guru Non Penjasorkes pada

Aspek Memiliki Kompetensi Paedagogik ... 50 Tabel. 11. Deskriptif Persepsi Guru Non Penjasorkes pada Tiap Indikator

Aspek Memiliki Kompetensi Paedagogik ... 51 Tabel. 12. Deskriptif Persepsi Guru Non Penjasorkes pada

Aspek Memiliki Kompetensi Profesional Sebagai Pendidik ... 53 Tabel. 13. Deskriptif Persepsi Guru Non Penjasorkes pada Tiap

Indikator Aspek Memiliki Kompetensi Profesional

Sebagai Pendidik... 55 Tabel. 14. Deskriptif Persepsi Guru Non Penjasorkes pada Aspek

Memiliki Kompetensi Sosial Sebagai Pendidik ... 56 Tabel. 15. Deskriptif Persepsi Guru pada Tiap Indikator Aspek Memiliki


(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 1. Bagan Proses Terjadinya Persepsi ... 17 Gambar 2. Distribusi Persepsi Guru Non Penjasorkes Di SMP

Negeri se-Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal

Terhadap Kinerja Guru Penjasorkes ... 43 Gambar 3. Distribusi Guru Non Penjasorkes Terhadap Kinerja Guru

Penjasorkes pada Tiap Aspek Kompetensi ... 45 Gambar 4. Distribusi Guru Non Penjasorkes pada Aspek Memiliki

Kepribadian Sebagai Pendidik ... 47 Gambar 5. Distribusi Guru Non Penjasorkes pada Tiap Indikator

Aspek Memiliki Kepribadian Sebagai Pendidik ... 48 Gambar 6. Distribusi Guru Non Penjasorkes pada Aspek Memiliki

Kompetensi Pedagogik ... 50 Gambar 7. Distribusi Persepsi Guru Non Penjasorkes pada Tiap

Indikator Aspek Memiliki Kompetensi Paedagogik ... 52 Gambar 8. Distribusi Guru Non Penjasorkes pada Aspek Memiliki

Kompetensi Profesional Sebagai Pendidik ... 54 Gambar 9. Distribusi Guru Non Penjasorkes pada Aspek Memiliki

Kompetensi Profesional Sebagi Pendidik ... 55 Gambar 10. Distribusi Guru Non Penjasorkes pada Aspek Memiliki


(13)

xiii

Gamabar 11. Distribusi Guru Non Penjasorkes pada Tiap Indikator


(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing ... 69

Lampiran 2. Surat permohonan ijin penelitian ... 71

Lampiran 3. Surat rekomendasi ijin penelitian dari KESBANGLINMAS Kabupaten Kendal ... 72

Lampiran 4. Surat rekomendasi ijin penelitian dari BAPPEDA Kabupaten Kendal ... 73

Lampiran 5. Surat rekomendasi ijin penelitian dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kendal ... 75

Lampiran 6. Kisi-kisi Kuesioner Penelitian ... 76

Lampiran 7. Kuesioner Penelitian ... 80

Lampiran 8. Analisis Validitas dan Reliabilitas Angket Penelitian... 85

Lampiran 9. Surat keterangan telah melakukan penelitian dari SMP Negeri 1 Sukorejo ... 89

Lampiran 10. Surat keterangan telah melakukan penelitian dari SMP Negeri 2 Sukorejo ... 90

Lampiran 11. Surat keterangan telah melakukan penelitian dari SMP Negeri 3 Sukorejo ... 91

Lampiran 12. Hasil Penelitian ... 92

Lampiran 13. Daftar Responden Penelitian……….. 98


(15)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kebutuhan setiap orang dalam kehidupanya. Pertumbuhan dan perkembangan seseorang yang bersifat kualitatif juga merupakan hasil dari proses pendidikan, baik disadari maupun tidak disadari. Pendidikan akan menghasilkan manusia yang menghargai harkat dan martabatnya sendiri. Pendidikan bermaksud mengembangkan segala potensi yang dimiliki oleh individu yang secara alami sudah dimiliki. Potensi yang ada pada individu tersebut apabila tidak dikembangkan menjadi sumber daya yang terpendam tanpa dapat kita lihat dan rasakan hasilnya, untuk itu individu perlu diberi berbagai kemampuan dalam pengembangan berbagai hal antara lain : konsep, prinsip, kreatifitas, tanggung jawab, dan keterampilan. Individu juga makhluk yang ingin berinteraksi dengan lingkunganya. Obyek sosial ini berpengaruh terhadap perkembangan individu. Melalui pendidikan dapat dikembangkan suatu keadaan yang seimbang serta perkembangan aspek individual dan aspek sosial.

Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan dalam lingkungan rumah tangga, sekolah, dan masyarakat, karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama antar keluarga, masyarakat dan pemerintah. Pendidikan juga menjangkau luar sekolah yaitu pendidikan yang bersifat


(16)

2

kemasyarakatan, latihan keterampilan dan pemberantasan buta huruf dengan mendayagunakan fasilitas yang ada.

Pendidikan memiliki peranan yang penting untuk membina manusia, karena hanya melalui pemenuhan pendidikanlah akan didapat sumber daya manusia yang beroreintasi pada pembangunan. Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 2004 mengamanatkan bahwa kita perlu meningkatkan kualitas lembaga pendidikan yang diselenggarakan baik oleh masyarakat maupun pemerintah untuk mendapatkan sistem pendidikan yang efektif dan efisien dalam menghadapi perkembangan kualitas sumber daya manusia itu sendiri secara terarah, terpadu dan menyeluruh melalui berbagai upaya proaktif dan reaktif oleh seluruh komponen bangsa agar generasi muda dapat berkembang secara optimal disertai dengan hak dukungan dan perlindungan sesuai dengan potensinya.

Salah satu tujuan pendidikan yang tertera dalam pembukaan Undang – Undang Dasar 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut pemerintah berusaha untuk menyempurnakan komponen-komponen dalam dunia pendidikan. Beberapa upaya pemerintah yang ditempuh salah satunya adalah dengan cara mengubah kurikulum sesuai perkembangan zaman.

Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi (Depdiknas, 2003: 3). Pendidikan Jasmani


(17)

pada dasarnya merupakan pendidikan melalui aktivitas jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai perkembangan individu secara menyeluruh (Adang Suherman ,1999:1).

Pelaksanan pendidikan jasmani sendiri tidak dapat lepas dari sosok seorang guru. Sehubungan dengan itu maka untuk mencapai suatu realisasi dan tujuan pendidikan nasional perlu adanya partisipasi seluruh lapisan masyarakat termasuk guru. Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan (Sardiman, 2003:125).

Setiap guru mempunyai tingkat kecakapan yang berbeda – beda. Banyak faktor–faktor yang mempengaruhi dalam pencapaian kompetensi seorang guru secara optimal diantaranya adalah motivasi, persepsi, dan fasilitas. Motivasi merupakan suatu bentuk dorongan yang membuat seseorang untuk melakukan sesuatu dalam mencapai tujuan yang dikehendaki atau untuk mendapat kepuasan darinya. Selain motivasi faktor lain yang mempengaruhi kompetensi guru pendidikan jasmani yaitu persepsi. Persepsi dimulai dari pengamatan dan penangkapan mengenal obyek-obyek dan fakta-fakta melalui pengamatan panca indera, selanjutnya dengan adanya persepsi yang baik dari guru lain terhadap kompetensi guru Penjasorkes, diharapkan guru dapat meningkatkan kompetensinya dalam pembelajaran. Selain dua faktor diatas, fasilitas juga sangat berperan dalam tujuan proses pembelajaran, dengan adanya fasilitas yang memadai maka seorang guru lebih mudah dalam melakukan proses pembelajaran. Kompetensi guru Penjasorkes yang baik akan memunculkan


(18)

4

tanggapan yang positif terhadap guru Penjasorkes. Guru sebagai pendidik menurut jabatan menerima tanggung jawab dari tiga pihak yaitu orang tua, masyarakat dan Negara. Tanggung jawab dari orang tua diterima guru atas dasar kepercayaan, bahwa guru mampu memberikan pendidikan dan pengajaran sesuai dengan perkembangan peserta didik. Diharapkan pula dari pribadi guru memancarkan sikap-sikap dan sifat-sifat yang normatif baik sebagai kelanjutan dari sikap dan sifat orang tua pada umumnya, yaitu kasih sayang kepada peserta didik dan bertanggung jawab.

Peranan guru dalam masyarakat tergantung pada gambaran masyarakat tentang kedudukan guru dan status sosialnya dimasyarakat. Kedudukan sosial guru berbeda di Negara satu dengan Negara yang lain. Di Negara-negara maju biasanya guru ditempatkan pada posisi sosial yang tinggi atas peranan-peranannya yang penting dalam proses mencerdaskan bangsa. Namun keadaan ini akan jarang kita temui di Negara-negara berkembang seperti Indonesia.

Sebenarnya peranan itu juga tidak terlepas dari kualitas pribadi guru yang bersangkutan serta kompetensi mereka dalam bekerja. Pada masyarakat yang paling menghargai guru pun akan sangat sulit untuk berperan banyak dan mendapatkan kedudukan sosial yang tinggi jika seorang guru tidak memiliki kecakapan dan kompetensi di bidangnya.

Kabupaten Kendal adalah salah satu kabupaten yang terletak di provinsi Jawa Tengah. Wilayah kabupaten Kendal berbatasan dengan, disebelah utara yaitu laut Jawa, disebelah barat berbatasan dengan kabupaten Batang disebelah selatan berbatasan dengan kabupaten Temanggung, dan di sebelah timur


(19)

berbatasan dengan Semarang. Wilayah kabupaten Kendal sangatlah beragam, sebagian wilayahnya berada daerah dataran tinggi dan sebagian lagi berada didaerah dataran rendah, hal itu menjadikan kabupaten Kendal mempunyai potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang beragam. Mata pencaharian penduduk di kabupaten Kendal yaitu sebagai petani, pedagang, buruh, karyawan dan pegawai. Kabupeten Kendal juga memiliki potensi di bidang pariwisata, diantaranya yaitu obyek wisata curug sewu, obyek wisata pemandian air panas Gonoharjo, yang terletak di kaki gunung ungaran, pantai sikucing dan pantai cahaya yang terletak di bagian utara wilayah kabupaten kendal.

Kecamatan Sukorejo merupakan salah satu kecamatan yang berada di kabupaten Kendal. Kecamatan Sukorejo terletak didaerah dataran tinggi, sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagi petani dan wirausaha. Pemerintah kabupaten Kendal juga sangat memperhatikan mengenai pendidikan dengan ikut mensukseskan program wajib belajar 9 tahun. Di Kecamatan Sukorejo terdapat tiga Sekolah Menengah Pertama Negeri yaitu SMP Negeri 1 Sukorejo, SMP Negeri 2 Sukorejo, SMP Negeri 3 Sukorejo. Berdasarkan hasil observasi awal yang dilaksanakan pada tanggal 3 sampai dengan 5 Februari 2009 diperoleh responden sebanyak 35 guru non Penjasorkes yang menggunakan metode pengisian angket atau kuisioner, sehingga diperoleh data sebagai berikut :


(20)

6

Tabel 1

Pendapat Guru Non Penjasorkes Tentang Kinerja Guru Penjasorkes di Sekolah

No Kategori Frekuensi Prosentase

1. Baik 27 77,14%

2. Sedang 8 22,85%

3. Kurang Baik 0 0%

Jumlah 35 100%

Berdasarkan data tabel diatas pendapat guru non Penjasorkes terhadap kinerja guru Penjasorkes disekolah yang menyatakan baik sebesar 77,14% , yang menyatakan sedang sebesar 22,85%, dan yang menyatakan kurang baik sebesar 0%.

Tabel 2

Pendapat Guru Non Penjasorkes Mengenai Penting Tidaknya Mata Pelajaran Penjasorkes Diajarkan di Sekolah

No Kategori Frekuensi Prosentase

1. Penting 35 100%

2. Tidak Penting 0 0%

Jumlah 35 100%

Berdasarkan data tabel diatas pendapat guru non Penjasorkes terhadap penting tidaknya mata pelajaran Penjasorkes diajarkan di sekolah yang menyatakan penting sebesar 100%, dan yang menyatakan tidak penting sebesar 0%.

Tabel 3

Pendapat Guru Non Penjasorkes Terhadap Profesionalisme Guru Penjasorkes di Sekolah

No Kategori Frekuensi Prosentase

1. Sudah Profesional 26 74,28%

2. Belum Profesional 9 25,71%


(21)

Berdasarkan data tabel diatas pendapat guru non penjasorkes terhadap profesionalisame guru penjasorkes di sekolah yang menyatakan sudah professional sebesar 74,28%, sedangkan yang menyatakan belum profesional sebesar 25,71%.

Berdasarkan data dari ketiga tabel diatas menunjukan bahwa sebagian besar guru non Penjasorkes berpersepsi baik terhadap kinerja guru Penjasorkes, akan tetapi masih ada beberapa guru yang berpersepsi sedang terhadap kinerja guru Penjasorkes. Sedangkan untuk penting tidaknya mata pelajaran Penjasorkes diajarkan di sekolah seluruh responden menyatakan bahwa mata pelajaran Penjasorkes penting diajarkan di sekolah. Sedangkan untuk kategori keprofesionalitasannya sebagian besar responden menyatakan sudah profesional dan ada sebagian responden yang menyatakan belum profesional. Dari uraian kesimpulan diatas, maka munculah suatu pertanyaan bagaimanakah kinerja guru Penjasorkes di sekolah ?

Atas dasar pemikiran tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan suatu penelitian tentang kinerja yang dilakukan oleh guru Penjasorkes di sekolah sehingga di angkat judul : "Survei Persepsi Guru Non Penjasorkes

Terhadap Kinerja Guru Penjasorkes di SMP Negeri Se – Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal Tahun 2009”.


(22)

8

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah, Bagaimana Persepsi Guru Non Penjasorkes Terhadap Kinerja Guru Penjasorkes di SMP Negeri Se-Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi guru non penjasorkes terhadap kinerja guru penjasorkes di SMP Negeri Se – Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1.4.1. Bagi Peneliti diharapkan data ini dapat digunakan sebagai pedoman untuk mempelajari lebih dalam pada pembelajaran Penjasorkes.

1.4.2. Data dari penelitian ini dapat juga digunakan sebagai pedoman khususnya bagi guru Penjasorkes.

1.4.3. Bagi semua yang terkait dalam dunia pendidikan khususnya Penjasorkes diharuskan meningkatkan teori-teori tentang pembelajaran Penjasorkes agar ke depannya nanti bisa mewujudkan profesionalitas guru Penjasorkes yang positif.


(23)

1.5 Penegasan Istilah

Penegasan istilah dalam penelitian ini dimaksudkan untuk membatasi ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti untuk memperjelas batas-batasan. Beberapa istilah yang perlu ditegaskan antara lain:

1.5.1 Survei

Survei adalah teknik riset yang bertugas untuk mengadakan pemeriksaan penyelidikan peninjauan (Poerwadarminta, 1976:603).

Survei adalah suatu pengambilan data dengan cara mengecek hal atau sesuatu di lapangan (Arikunto, 1998:152).

Dari uraian penjelasan diatas, peneliti mengemukakan bahwa survei dalam penilitian ini adalah cara yang dilakukan oleh peneliti untuk mengambil data di lapangan dengan menggunakan angket.

1.5.2 Persepsi

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh indera, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera. Persepsi merupakan proses yang integrated dalam diri individu terhadap

stimulus yang diterimanya. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa

persepsi itu merupakan pengorganiosasian, penginterprestasian terhadap

stimulus yang diinderanya sehingga merupakan sesuatu yang berarti, dan

merupakan respon yang integrated dalam diri individu. Karena itu dalam penginderaan orang akan mengaitkan dengan obyek. Dengan persepsi, individu akan menyadari tentang keadaan disekitarnya dan juga keadaan diri sendiri ( Bimo Walgito 1992 : 70).


(24)

10

Kemudian menurut Poerwadarminta (1994 : 759), persepsi adalah tanggapan atau penerimaan langsung dari sesuatu.

Berbagai batasan persepsi yang dikemukakan oleh para ahli tersebut, selanjutnya peneliti mengemukakan bahwa persepsi merupakan proses aktivitas kejiwaan seseorang dalam upaya mengenali dan memahami suatu obyek tertentu berdasarkan stimulus yang ditangkap panca indera, seseorang turut menentukan bentuk, sifat, dan intensitas peranannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga ada kecenderungan perilaku yang ditunjukkan oleh seseorang dalam menanggapi rangsangan banyak diwarnai oleh persepsinya atas rangsangan tersebut.

1.5.3 Guru

Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial dibidang pembangunan (Sardiman, 2003:125).

1.5.4Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan

Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani dan proses pendidikan untuk meningkatkan kemampuan jasmani (Adang Suherman, 2000: 23).

Pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi (Depdiknas, 2003:3).


(25)

Dari uraian penjelasan yang dikemukakan oleh para ahli tersebut, selanjutnya peneliti mengemukakan bahwa Pendidikan jasmani merupakan bagian yang integral pendidikan secara keseluruhan yang mampu mengembangkan individu secara utuh dalam arti mencakup aspek-aspek jasmaniah, intelektual, emosional, dan moral spiritual yang dalam proses pembelajarannya mengutamakan aktivitas jasmani dan pembiasaan berpola hidup sehat.

1.5.5 Kinerja

Kinerja guru adalah kiat atau prosedur kerja yang dilaksanakan oleh guru dalam melaksanakan tugas dan kewajiban yaitu mengajar baik intrakurikuler maupun ekstrakurikuler sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan sehingga menghasilkan tujuan yang ditetapkan. (Uzer Usman, 1995 : 4 ).

Dari uraian penjelasan diatas peneliti mengemukakan bahwa kinerja ddalam penelitian ini diidentikkan dengan kompetensi guru , yaitu kemampuan guru baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif Kinerja guru atau prestasi guru merupakan hasil yang dicapai oleh guru dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya.

1.5.6 Guru Penjasorkes

Jabatan atau profesi yang dimiliki serta mempunyai kemampuan mengidentifikasi karakteristik peserta didik, mampu membangkitkan dan memberikan kesempatan kepada peserta didik berkreasi dan aktif dalam proses pembelajaran Penjasorkes yang dituntut untuk menumbuh kembangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor.


(26)

12

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Dasar Persepsi

Kehidupan setiap individu tidak dapat lepas dari lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya. Sejak individu dilahirkan, sejak itu pula individu secara langsung berhubungan dengan dunia sekitarnya. Mulai saat ini pula individu menerima langsung stimulus dari luar dirinya, dan ia berkaitan dengan persepsi.

Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi manusia terus – menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya, yaitu indera pengelihat, pendengar, peraba, perasa dan pencium. ( Slameto, 2003 : 102 ).

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh indera, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera. Persepsi merupakan proses yang integrated dalam diri individu terhadap stimulus yang diterimanya. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa persepsi itu merupakan pengorganiosasian, penginterprestasian terhadap stimulus yang diinderanya sehingga merupakan sesuatu yang berarti, dan merupakan respon yang integrated dalam diri individu. Karena itu dalam penginderaan orang akan mengaitkan dengan obyek. Dengan persepsi, individu akan menyadari tentang keadaan disekitarnya dan juga keadaan diri sendiri.


(27)

Faktor-faktor yang berperan dalam persepsi adalah : a. Adanya obyek yang dipersepsi

b. Alat indera atau reseptor

c. Adanya perhatian dari individu (Bimo Walgito, 1992 : 70).

Karena persepsi merupakan aktivitas yang integrated dalam individu, maka apa yang ada dalam diri individu akan ikut aktif dalam persepsi. Berdasarkan hal tersebut, maka dalam persepsi dapat dikemukakan karena perasaan, kemampuan berpikir, pengalaman-pengalaman individu yang tidak sama, maka dalam mempersepsi suatu stimulus, hasil persepsi mungkin akan berbeda antara individu satu dengan individu yang lain. Persepsi itu bersifat individual (Davidoff, dalam Bimo Walgito, 2003:89).

Perbedaan persepsi individu satu dengan individu yang lain dapat disebabkan oleh hal-hal seperti di bawah ini :

1.)Perhatian, biasanya individu tidak menganggap seluruh rangsangan yang ada disekitarnya sekaligus, tetapi memfokuskan perhatiannya pada satu atau dua objek saja. Perbedaan fokus antara satu dengan yang lain menyebabkan perbedaan persepsi antara mereka.

2.)Set, adalah harapan seseorang akan rangsangan yang akan timbul.

3.)Kebutuhan, merupakan kebutuhan-kebutuhan sesaat yang menetapkan pada diri seseorang akan mempengaruhi persepsi orang tersebut. Dengan demikian kebutuhan yang berbeda akan menyebabkan pula perbedaan persepsi.


(28)

14

4.)Sistem nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat berpengaruh pula dalam persepsi.

5.)Ciri kepribadian seseorang berpengaruh terhadap persepsi.

Kelima faktor tersebut di atas merupakan ukuran di dalam persepsi masing-masing individu terhadap objek yang diamati.

Dari berbagai pengertian persepsi yang dikemukakan oleh para ahli tersebut, Peneliti mengemukakan bahwa persepsi merupakan proses aktivitas kejiwaan seseorang dalam upaya mengenali dan memahami suatu obyek tertentu berdasarkan stimulus yang ditangkap panca indera, seseorang turut menentukan bentuk, sifat, dan intensitas peranannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga ada kecenderungan perilaku yang ditunjukkan oleh seseorang dalam menanggapi rangsangan banyak diwarnai oleh persepsinya atas rangsangan tersebut.

2.2 Ciri-ciri Umum Persepsi

Penginderaan terjadi dalam suatu konteks tertentu, konteks ini disebut sebagai dunia persepsi. Agar dihasilkan suatu penginderaan yang bermakna, menurut Irwanto terdapat ciri-ciri persepsi, yaitu:

1.) Modalitas

Rangsangan yang diterima harus sesuai dengan modalitas tiap-tiap indera, yaitu sifat sensoris dasar dari masing-masing indera (cahaya untuk penglihatan, bau untuk penciuman, bunyi untuk pendengaran, sifat permukaan bagi peraba dan sebagainya).


(29)

2.) Dimensi Ruang

Dimensi persepsi mempunyai sifat ruang (dimensi ruang) sehingga individu dapat mengatakan atas-bawah, tinggi-rendah, luas-sempit, depan-belakang, dan sebagainya.

3.) Dimensi Waktu

Dunia persepsi mempunyai dimensi waktu, seperti cepat-lambat, tua-muda, dan lain sebagainya.

4.) Berstruktur, konteks, keseluruhan, yang menyatu

Objek-objek atau gejala-gejala dalam pengamatan mempunyai struktur yang menyatu dengan konteksnya. Struktur dan konteks ini merupakan keseluruhan yang menyatu. Individu dalam melihat sesuatu tidak berdiri sendiri tetapi dalam ruang tertentu, disaat tertentu, letak/posisi tertentu, dan lain sebagainya.

5.) Dunia penuh arti

Dunia persepsi adalah dunia penuh arti. Individu cenderung melakukan pengamatan atau persepsi pada gejala-gejala yang mempunyai makna bagi individu tersebut

2.3 Faktor-faktor yang Berperan Dalam Persepsi

Timbulnya persepsi dimulai dari tahap penerimaan rangsangan dari luar maupun dari dalam individu. Menurut Bimo Walgito (2003:89), terdapat beberapa faktor yang berperan dalam persepsi, yaitu:


(30)

16

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. Namun sebagian terbesar stimulus datang dari luar individu.

2.) Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf

Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Disamping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motoris.

3.) Perhatian

Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek.

2.4 Proses Terjadinya Persepsi

Proses terjadinya persepsi dapat dijelaskan sebagai berikut, objek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor. Proses stimulus mengenai alat indera merupakan proses kealaman atau proses fisik. Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak,


(31)

proses ini disebut sebagai proses fisiologi. Kemudian terjadi proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat, didengar, dan diraba.

Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa tahap terakhir dari proses persepsi adalah individu menyadari tentang apa yang dilihat, didengar, dan diraba, yaitu stimulus yang diterima melalui alat indera. Proses ini merupakan proses terakhir dari persepsi. Reseptor sebagai akibat dari persepsi dapat diambil oleh individu dalam berbagai macam bentuk (Bimo Walgito, 2003:90).

Dalam proses persepsi, perlu adanya perhatian sebagai langkah persiapan dalam persepsi itu. Hal tersebut karena keadaan menunjukkan bahwa individu tidak hanya dikenai oleh satu stimulus saja, tetapi individu dikenai berbagai macam stimulus yang ditimbulkan oleh keadaan disekitarnya. Namun demikian, tidak semua stimulus mendapat respon individu untuk dipersepsi. Stimulus mana yang akan dipersepsi atau mendapatkan respon dari individu tergantung pada perhatian individu yang bersangkutan.

Secara sistematis proses persepsi dapat dikemukakan sebagai berikut :

Gambar 1

Bagan Proses Terjadinya Persepsi ( Bimo Walgito, 2003 : 90 )

Objek/stimulus Alat indera Otak

Proses/ Momen Psikis Proses/

Momen Fisiologis Proses/


(32)

18

2.5 Prinsip-prinsip Terjadinya Persepsi

Prinsip-prinsip dalam persepsi adalah sebagai berikut : 1.) Persepsi itu relatif

Individu bukanlah instrumen ilmiah yang mampu menyerap segala sesuatu persis seperti keadaan sebenarnya. Dalam hubungannya dengan kerelatifan persepsi ini, dampak pertama dari suatu peubahan rangsangan dirasakan lebih besar daripada rangsangan yang datang kemudian.

2.) Persepsi itu selektif

Individu hanya memperhatikan beberapa rangsangan saja dari banyak rangsangan yang ada disekitarnya pada saat-saat tertentu. Ini berarti bahwa rangsangan yang diterima akan tergantung pada apa yang pernah dipelajari, pada apa yang suatu saat menarik perhatiannya, dan kearah mana persepsi itu mempunyai kecenderungan. Ini berarti juga bahwa ada keterbatasan dalam kemampuan seseorang untuk menerima rangsangan. 3.) Persepsi itu mempunyai tatanan

Individu menerima rangsangan tidak dengan cara sembarangan, ia akan menerimanya dalam bentuk hubungan-hubungan atau kelompok-kelompok. Jika rangsangan yang akan datang tidak lengkap, ia akan melengkapinya sendiri sehingga hubungan itu menjadi jelas.

4.) Persepsi dipengaruhi oleh harapan dan kesiapan

Harapan dan kesiapan penerima rangsangan akan menentukan rangsangan mana yang akan dipilih untuk diterima, selanjutnya


(33)

bagaimana rangsangan yang dipilih itu akan ditata dan demikian pula bagaimana rangsangan itu akan diinterpretasikan.

5.) Persepsi seseorang atau kelompok dapat jauh berbeda dengan persepsi orang atau kelompok lain sekaligus situasinya sama.

Perbedaan persepsi dapat ditelusuri pada adanya perbedaan-perbedaaan individual, perbedaan kepribadian, perbedaan dalam sikap atau motivasi.

2.6 Kedudukan Guru Dalam Proses Belajar Mengajar

Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus. Pekerjaan tersebut tidak dapat dilakukan oleh orang yang tidak mempunyai keahlian untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai guru. Guru mempunyai dua fungsi istimewa yang sekaligus membedakannya dari pegawai atau pekerja lainnya dalam masyarakat, yakni mengadakan suatu jembatan antara sekolah dengan luar sekolah, mengadakan suatu hubungan antara dunia muda dengan dunia dewasa dalam konteks pembelajaran.

Profesi guru mengandung pengertian – pengertian meliputi unsur – unsur kepribadian, kejuruan, dan keterampilan. Dengan demikian dapat diartikan bahwa kompetensi profesional guru tentu saja akan meliputi ketiga unsur itu walaupun tekanan lebih besar terletak pada unsur keterampilan sesuai peranan yang dikerjakannya. ( Oemar Hamalik, 2002 : 42 )

Guru mengemban tugas sebagaimana dinyatakan dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003, dalam pasal 39 ayat 1. Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan,


(34)

20

pengawasan dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan. Sedangkan ayat 2 berbunyi pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.

Di dalam Undang Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 1 menyebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Pengakuan guru sebagai tenaga profesional dibuktikan dengan sertifikat pendidik.

Profesi sebagai pengajar menjadikan tugas guru secara langsung menyentuh manusia menyangkut kepetingan dan kebutuhannya untuk tumbuh dan berkembang ke arah kedewasaan dan kamandirian melalui proses pembelajaran. Pengajaran yang dilakukan oleh guru itu dilaksanakan dalam interaksi edukatif antara guru dan murid yaitu antara keadaan internal dan proses kognitif siswa. Mengajar itu adalah seni, ilmu pengetahuan dan sekaligus juga suatu pekerjaan yang memerlukan waktu yang banyak. Dikatakan seni karena mengajar itu membutuhkan inspirasi, intuisi, bakat, dan kreativitas. Dikatakan ilmu pengetahuan, karena mengajar itu memerlukan penguasaan terhadap ilmu pengetahuan (bahan ajar) yang diberikan dan juga penguasaan terhadap ketrampilan di dalam memberikan bahan ajar tersebut. Dengan demikian seorang


(35)

pengajar memerlukan keahlian dalam memilih dan melaksanakan cara mengajar yang terbaik agar ilmu pengetahuan tersebut dapat diberikan dengan baik pula.

Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Ini berarti bahwa keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung pada bagaimana proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Belajar merupakan hal yang penting dan utama dalam proses belajar mengajar. Hal ini disebabkan pemahaman guru tentang belajar akan mempengaruhi cara guru itu mengajar. Mengajar bukan sekedar penyampaian ilmu pengetahuan, melainkan terjadinya interaksi manusiawi dengan berbagai aspeknya yang cukup kompleks. Kedudukan guru yang strategis ini kemudian diperlukan perwujudannya melalui kinerja guru. Kinerja guru dalam proses belajar mengajar pada hakekatnya peranan guru sesuai dengan tanggung jawab dan tugasnya.

Tugas dan tanggung jawab guru, yaitu : 1.) Guru sebagai pengajar.

2.) Guru sebagai pembimbing. 3.) Guru sebagai administrasi kelas.

Menurut Uzer Usman (2005) peran guru dalam proses belajar mengajar meliputi :


(36)

22

1.) Guru sebagai demonstrator

Guru dalam peranannya sebagai demonstrator, lecture, atau pengajar, senantiasa harus menguasai bahan atau meteri pelajaran yang akan diajarkan serta senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Seorang guru hendaknya mampu terampil dalam merumuskan TIK, memahami kurikulum, dan dia sendiri sebagai sumber belajar terampil dan memberikan informasi kepada kelas. Akhirnya seorang guru akan dapat memainkan peranannya sebagai pengajar yang baik apabila ia menguasai dan mampu melaksanakan ketrampilan-ketrampilan tugasnya.

2.) Guru sebagai pengelola kelas

Guru dalam peranannya sebagai pengelola kelas (learning manager), harus mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi. Kualitas dan kuantitas belajar siswa tergantung banyak faktor, antara lain guru, hubungan pribadi antar siswa, serta kondisi umum dan suasana. Dan guru sebagai manajer hendaknya mampu memimpin kegiatan belajar yang efektif serta efisien dengan hasil yang optimal. Sebagai manajer lingkungan belajar guru hendaknya mampu menggunakan pengetahuan tentang teori-teori belajar mengajar dan teori perkembangan sehingga kemungkinan untuk menciptakan situasi belajar mengajar yang


(37)

menimbulkan kegiatan belajar pada siswa akan mudah dilaksanakan dan sekaligus memudahkan pencapaian tujuan yang diharapkan.

3.) Guru sebagai mediator dan fasilitator

Sebagai mediator, guru harusnya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. Sedangkan sebagai fasilitator, guru harus mampu mengusahakan sumber belajar yang berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar mengajar, baik yang berupa nara sumber, buku teks, majalah maupun surat kabar.

4.) Guru sebagai evaluator

Dalam proses belajar mengajar guru harus dapat menjadi seorang evaluator yang baik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai atau belum, dan apakah materi yang disjarkan sudah cukup tepat. Semua pertanyaan tersebut akan dapat dijawab melalui kegiatan evaluasi atau penilaian. Dengan penilaian, guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta ketetapan atau keefektifan metode mengajar. Tujuan lain dari penilaian diantaranya ialah untuk mengetahui kedudukan siswa atau kelompoknya. Dengan penilaian, guru dapat mengklarifikasikan apakah seorang siswa kelompok siswa yang pandai, sedang, kurang atau cukup baik jika dibandingkan dengan teman-temannya.


(38)

24

2.7 Kinerja Guru

2.7.1. Pengertian kinerja guru

Keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuan tergantung pada bagaimana para personel dalam melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Kinerja adalah suatu hasil atau taraf kesuksesan yang dicapai oleh pekerja dalam bidang pekerjannya, menurut kriteria tertentu yang berlaku untuk suatu pekerjaan tertentu dan di evaluasi oleh orang-orang tertentu.

Kinerja guru adalah kiat / prosedur kerja yang dilaksanakan oleh guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibanya yaitu mengajar baik intrakurikuler maupun ekstra kurikuler yang ditetapkan sehingga menghasilkan tujuan yang ditetapkan. Dalam penelitian ini kinerja guru diidentikan dengan kompetensi guru, yatu kemampuan guru baik yang kualitatif maupun kuntitatif (Uzer Usman, 2005:16).

Kinerja guru akan baik jika guru telah melaksanakan unsur-unsur yang terdiri dari kesetiaan dan komitmen yang tinggi pada tugas mengajar. Kinerja seorang guru dilihat dari sejauh mana guru tersebut melaksanakan tugasnya dengan tertib dan bertanggung jawab, kemampuan menggerakkan dan memotivasi siswa untuk belajar dan kerjasama dengan guru lain.

Kinerja guru sebagai seperangkat perilaku nyata yang ditunjukkan oleh guru pada waktu memberikan pelajaran kepada siswanya. Kinerja guru dalam proses mengajar adalah hasil kerja atau prestasi kerja yang dicapai oleh seorang guru berdasarkan kemampuannya mengelola kegiatan belajar mengajar dari


(39)

mulai membuka pelajaran sampai menutup pelajaran. Kinerja guru sebenarnya tidak hanya dalam proses belajar mengajar, tetapi lebih luas lagi mencakup hak dan wewenang guru yang dimiliki. Namun demikian proses belajar mengajar dipandang sebagai sebuah posisi dimana muara segala kinerja guru tertampung didalamnya.

2.7.2.Penilaian kinerja

Kinerja mempunyai hubungan erat dengan produktivitas karena merupakan indikator dalam menentukan usaha untuk mencapai tingkat produktivitas organisasi yang tinggi. Untuk mengetahui apakah tugas, tanggungjawab dan wewenang guru sudah dilaksakan atau belum maka perlu adanya penilaian objektif terhadap kinerja. Penilaian pelaksanaan pekerjaan ini adalah suatu proses yang dipergunakan oleh organisasi untuk menilai pelaksanaan pekerjaan pegawai. Sehubungan dengan hal tersebut maka upaya mengadakan penilaian terhadap kinerja organisasi merupakan hal yang penting. Penilaian kinerja bermanfaat untuk mengetahui perkembangan dan kemajuan organisasi sesuai dengan standar yang dibakukan dan sekaligus sebagai umpan balik bagi pekerja sendiri untuk dapat mengetahui kelemahan, kekurangannya sehingga dapat memperbaiki diri dan meningkatkan kinerjanya.

Menilai kinerja guru adalah suatu proses menentukan tingkat keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas-ugas pokok mengajar dengan menggunakan patokan-patokan tertentu. Kinerja guru adalah kemampuan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran, yang dilihat dari penampilannya dalam melakukan proses belajar mengajar. Diknas sampai saat ini belum melakukan


(40)

26

perubahan yang mendasar tentang kinerja guru, dan secara garis besar masih mengacu pada rumusan 12 kompetensi dasar yang harus dimiliki guru yaitu :

1) Menyusun rencana pembelajaran 2) Melaksanakan pembelajaran 3) Menilai prestasi belajar

4) Melaksanakan tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar 5) Memahami landasan kependidikan

6) Memahami tingkat perkembangan siswa

7) Memahami pendekatan pembelajaran sesuai materi pembelajaran 8) Manerapkan kerja sama dalam pekerjaan

9) Memanfaatkan kemampuan IPTEK dalam pendidikan 10) Menguasai keilmuan

11) Menguasai ketrampilan sesuai materi pembelajaran 12) Mengembangkan profesi

(Depdikbud, 2004:7) 2.7.3. Komponen kinerja guru

Komponen kinerja guru terdiri atas tiga hal :

1. Perencanaan pengajaran, indikatornya : (1) merencanakan pengelolaan kegiatan pembelajaran ; (2) merencanakan pengorganisasian bahan atau sumber pengajaran; (3) merencanakan pengelolaan kelas; (4) merencanakan penggunaan alat dan metode pengajaran ; (5) merencanakan penilaian prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran.


(41)

2. Pelaksanaan pengajaran, indikatornya : (1) memulai pengajaran ; (2)memotivasi siswa untuk melibatkan diri dalam kegiatan belajar mengajar ; (3) menggunakan alat/media pengajaran ; (4) memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara aktif ; (5) memberikan penguatan ; (6) mengakhiri pelajaran.

3. Evaluasi pengajaran, indikatornya : (1) sejauh mana siswa memahami pelajaran yang telah dipelajarinya ; (2) Sejauh mana tujuan pendidikan telah tercapai, apakah siswa sudah menunjukkan prestasi belajar yang diharapkan atau apakah siswa sudah memperhatikan perubahan-perubahan dalam tingkah laku dan sikap. (Uzer Usman, 2000 : 20-121)

2.7.4.Kriteria kinerja guru

Baik buruknya kinerja guru dapat diukur melalui indikator kedisiplinan dan kompetensi profesional yang dimilikinya. Kedisiplinan dapat diartikan ketertiban atau keselarasan tingkah laku menurut peraturan yang sudah ditetapkan. Dalam hal ini, guru harus disiplin dalam proses belajar mengajarnya yang meliputi perencanaan pengajaran, pelaksanaan pengajaran dan evaluasi.

Kompetensi guru merupakan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban secara bertanggung jawab dan layak (Uzer Usman, 2000 : 14).

Dari pendapat di atas, dapat dinyatakan bahwa berdasarkan kedisiplinan dan kompetensi profesional yang dimiliki guru maka kinerja dapat dikategorikan menjadi tiga kriteria, yaitu :

1. Kinerja baik, yaitu baik dalam perencanaan pekerjaan, baik dalam pelaksanaan pekerjaan, dan baik dalam pencapaian pekerjaan.


(42)

28

2. Kinerja cukup yaitu cukup dalam perencanaan pekerjaan, cukup dalam pelaksanaan pekerjaan, dan cukup dalam pencapaian pekerjaan.

3. Kinerja buruk yaitu buruk dalam perencanaan pekerjaan, buruk dalam pelaksanaan pekerjaan, dan buruk dalam pencapaian pekerjaan.

2.7.5.Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja guru, diantaranya adalah disiplin kerja, kemampuan/kompetensi profesional, motivasi guru, dan kreatifitas guru yang bersangkutan (Mangkunegara, 1996 : 67).

Pada pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, diperlukan adanya disiplin baik guru maupun siswa. Guru diharapkan dapat mempelopori disiplin sekolah, artinya guru memberi contoh terlebih dahulu tentang sikap disiplin dalam proses pembelajaran sesuai dengan peraturan dan norma sekolah (Aswandi bahar, 1989 :149).

Sedangkan kompetensi profesional dapat diartikan sebagai seperangkat kemampuan/keahlian yang harus dimiliki oleh seorang guru sebagai tenaga profesional kependidikan yang diperoleh melalui pengalaman, pendidikan dan pelatihan dalam kurun waktu tertentu (Rusli Ibrahim, 2000 : 1)

Sikap guru yang profesional akan mempengaruhi keberhasilan proses belajar mengajar, ini sangat dibutuhkan dalam era globalisasi dengan berbagai kemajuannya khususnya kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berpengaruh terhadap pendidikan (Uzer Usman, 2006:1)

Oleh karena itu, guru yang merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan pendidikan di sekolah harus melaksanakan kinerjanya dengan


(43)

kompetensi yang baik dan disiplin kerja yang tinggi agar memperoleh hasil yang maksimal.

2.8. Kompetensi Guru

Menurut Undang-undang RI No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dijelaskan bahwa :

2.8.1. Kompetensi paedagogik

Kompetensi paedagogik adalah kemampuan mengelola peserta didik. 2.8.2. Kompetensi kepribadian

Yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik.

2.8.3. Kompetensi professional

Kompetensi professional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam.

2.8.4. Kompetensi sosial

Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesame guru, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar


(44)

30

2.9. Pendidikan Jasmani

2.9.1 Pengertian Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan

Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan menurut Soepartono {2000:1} merupakan pendidikan yang menggunakan aktifitas fisik sebagai media utama untuk mencapai tujuan. Bentuk-bentuk aktifitas yang digunakan oleh anak sekolah adalah bentuk gerak olahraga sehingga kurikulum pendidikan jasmani di sekolah diajarkan menurut cabang-cabang olahraga.

Menurut Rusli Luthan dan Soepartono {2000:200}, pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan melalui aktifitas jasmani yang bertujuan untuk meningkatkan individu secara organik, neuromuscular, intelektual dan emosional.


(45)

31

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Penentuan Populasi dan Sampel Penelitian

Metodologi adalah cara yang memecahkan masalah dalam penelitian. Penggunaan metode harus disesuaikan dengan permasalahan yang dikaji agar diperoleh hasil dan simpulan yang tepat.

3.1.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari subyek penelitian (Suharsimi Arikunto, 2006: 130).

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah guru non Penjasorkes di SMP Negeri se-Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal tahun 2009, yang berjumlah 3 sekolahan dengan jumlah guru non Penjasorkes 67 guru.

3.1.2 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel adalah sebagian populasi yang diteliti (Suharsimi Arikunto, 2006: 131). Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan total sampling. Dari keseluruhan jumlah guru non Penjasorkes yang ada di SMP Negeri Se-Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal yang berjumlah 67 orang.


(46)

32

3.1.3 Variabel Penelitian

Variabel Penelitian adalah obyek penelitian yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi Arikunto, 2006: 118). Variabel dalam penelitian ini adalah : Persepsi guru non Penjasorkes SMP Negeri se-Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal terhadap kinerja guru Penjasorkes.

3.1.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya akan lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga mudah diolah. (Suharsimi Arikunto, 2006:151)

Keberhasilan suatu penelitian ditentukan oleh instrumen yang dipakai, sebab data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan menguji hipotesisis diperoleh melalui instrumen sebagai alat pengumpul data harus betul-betul dirancang dan dibuat sedemikian rupa sehingga data empiris dapat diperoleh sebagaimana adanya.

Apabila sudah ada instrumen yang terstandar, maka peneliti boleh meminjam dan menggunakan untuk mengumpulkan data, dan bagi instrumen yang belum ada persediaan di Lembaga Pengukuran dan Penilaian, maka peneliti harus menyusun sendiri, mulai dari merencanakan, menyusun, mengadakan uji coba dan merevisi (Suharsimi Arikunto, 2006: 166).


(47)

Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: kuesioner yang dibagikan kepada guru non Penjasorkes yang mengajar di SMP Negeri se-Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal.

3.1.5 Metode Pengumpulan Data

3.1.5.1 Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Kuesioner atau Angket

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh data atau informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Suharsimi Arikunto, 2006: 225). Kuesioner atau angket digunakan untuk mencari data tentang persepsi guru non Penjasorkes terhadap kompetensi guru Penjasorkes di sekolah.

3.1.5.2 Metode Observasi

Metode Observasi adalah metode pengamatan langsung (Suharsimi Arikunto, 2006: 229). Observasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan melakukan observasi awal dengan menyebarkan kuesioner kepada guru non Penjasorkes dan mengawasi saat pengisiannya.

3.1.5.3 Metode Dokumentasi

Menurut Arikunto (2006, 231) metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya.

Studi dokumentasi pada penelitian ini diperoleh dari catatan mengenai kompetensi guru Penjasorkes. Selain itu, sebagai bukti peneliti mengambil


(48)

34

gambar kegiatan pengisian kuesioner / angket oleh guru non Penjasorkes dalam bentuk foto.

3.1.6 Persiapan Penelitian

3.1.6.1 Perijinan Penelitian

Penelitian ini diawali dengan mengurus perijinan di instansi, dalam hal ini diperlukan surat ijin dari Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang sebagai pengantar untuk mengadakan penelitian dan surat ijin penelitian dari Kantor Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Kendal yang kemudian membuat surat terusan kepada Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Kendal yang kemudian membuat surat terusan kepada DIKPORA ( Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga ) Kabupaten Kendal dan selanjutnya dibuatkan surat tembusan ke sekolah – sekolah yang dituju yaitu SMP Negeri se-Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal.

3.1.6.2 Persiapan Angket Penelitian

Langkah awal dalam penyusunan angket yaitu membuat kisi-kisi angket yang nantinya dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan, sebelum diuji cobakan angket dikonsultasikan dengan dosen pembimbing. Karena penelitian ini adalah program pemayungan dari jurusan PJKR FIK maka kisi-kisi angket dan angket penelitian sudah disediakan oleh jurusan PJKR FIK.

3.1.6.3Uji Coba Angket

Angket merupakan alat ukur sebelum dipergunakan untuk penelitian yang sesungguhnya, terlebih dahulu diujicobakan sebagai syarat supaya


(49)

diperoleh alat ukur yang valid dan reliabilitas sehingga hasil pengukuran tersebut dapat dipercaya. Dalam penelitian ini tidak ada uji coba angket karena angket telah diujicobakan oleh pihak jurusan PJKR FIK.

3.1.7 Uji Validitas dan Reliabilitas

3.1.7.1 Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Suharsimi Arikunto, 2006: 168). Suatu instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud. Untuk mengukur validitas digunakan rumus korelasi Product

moment yang dikemukakan oleh Pearson sebagai berikut:

Keterangan:

rxy = koefesien korelasi antara variabel X dan variabel Y X = nilai faktor tertentu

Y = nilai faktor total N = jumlah responden

Suatu butir angket dinyatakan valid apabila memiliki harga pada taraf signifikasi 5%, apabila butir soal memiliki koefisien r xy  r tabel, maka butir soal tersebut dinyatakan valid.


(50)

36

3.1.7.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Suharsimi Arikunto, 2006: 178). Dalam penelitian ini untuk mencari realibilitas, alat ukur digunakan teknik dengan menggunakan rumus alpha.

             

2

2 11 1 1 t b k k r Keterangan :

r11 : reliabilitas instrumen k : banyaknya butir pertanyaan



b2 : jumlah varian butir

t2 : varians skor total

Keterangan:

= reliabilitas instrument

k = banyaknya butir pertanyaan


(51)

= varian skor total

Apabila  maka angket tersebut reliable 1. Untuk mencari varians total:

Keterangan :

Σ = varians tiap butir X = jumlah skor buti N = jumlah responden Perhitungan Varians total:

= 141.406 2.


(52)

38

= 0.210 + 0.062 + 0.090 + + 0.462

= 15.528 3. Koefisien realibilitas

Karena = 0,918  0,6 maka dapat disimpulkan bahwa angka tersebut reliabel

Kriteria valid yang digunakan yaitu dengan mengkorelasikan antara skor tiap item soal dengan skor total. Untuk mengukur validitas digunakan rumus korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson sebagai berikut :

   )] ( ][ ) ( [ ) )( ( 2 2 2 2 Y Y N X X N XY XY XY N rxy Keterangan :

rxy : koefesien korelasi antara variabel x dan veriabel y x : nilai faktor tertentu


(53)

y : nilai faktor total N : jumlah responden

Suatu butir angket dinyatakan valid apabila memiliki harga pada taraf signifikasi 5%.

Berdasarkan analisis validitas hasil uji coba instrumen angket diketahui dari 33 soal dinyatakan valid semua. Kriteria valid yang digunakan rxy>rtabel pada taraf signifikan 5% dengan N = 30 yaitu 0,361 (Suharsimi Arikunto, 2006:359). Apabila butir soal memiliki koefisien rxy>rtabel, maka butir soal tersebut dikatakan valid.

3.1.8 Metode Analisis Data

Langkah – langkah menganalisis data adalah sebagai berikut :

3.1.8.1 Dari data angket yang didapat berupa data kuantitatif, agar data tersebut dapat dianalisis maka haruslah diubah menjadi data kuantitatif ( Suharsimi Arikunto,2002:96 ). Menguantitatifkan jawaban tiap pertanyaan dengan memberikan skor untuk masing – masing jawaban sebagai berikut :

Jawaban “YA” diberi skor 3 Jawaban “ TIDAK” diberi skor 2 Jawaban “TIDAK TAHU” diberi skor 1

3.1.8.2 Menghitung frekuensi untuk tiap – tiap kategori jawaban yang ada pada masing – masing variabel / subvariabel.


(54)

40

3.1.8.3 Dari hasil perhitungan dalam rumus akan dihasilkan angka dalam bentuk presentase.

Adapun rumus untuk analisis deskriptif prosentase ( DP ) adalah :

% 100

x N

n DP

Keterangan :

DP : deskriptif prosentase

n : skor empirik (skor yang diperoleh) N : skor ideal / jumlah nilai responden

(Mohamad Ali, 1987: 184)

Untuk menentukan kategori atau jenis deskriptif persentase yang diperoleh masing-masing indikator dalam variabel, dari perhitungan deskriptif persentase kemudian ditafsirkan ke dalam kalimat.

1. Cara menentukan tingkat kriteria adalah sebagai berikut: 1.1Menentukan angka persentse tertinggi


(55)

1.3Rentang persentase: 100% - 33,33% = 66,66% 1.4Interval kelas persentase: 66,66%: 3 =22,22%

Untuk mengetahui tingkat kriteria tersebut, selanjutnya skor yang diperoleh (dalam %) dengan analisis deskriptif pesentase dikonsultasikan dengan tabel kriteria.

Untuk menentukan kategori atau jenis deskriptif persentase yang diperoleh masing-masing indikator dalam variabel, dari perhitungan deskriptif persentase kemudian ditafsirkan dalam kalimat.

Tabel 4

Kriteria Deskriptif Persentase

No Prosentase Kriteria

1 77,78 % – 100,00 % Baik

2 55,56 % – 77,77 % Sedang

3 33,33 % – 55,55 % Kurang


(56)

42

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Gambaran persepsi guru non Penjasorkes terhadap kinerja guru Penjasorkes di SMP Negeri se-Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal, berdasarkan data penelitian diperoleh jumlah skor sebesar 6079 dengan persentase skor 91,65% dan termasuk kategori baik. Ditinjau dari pernyataan masing-masing guru diperoleh hasil seperti disajikan pada table berikut :

Tabel 5

Deskriptif Persepsi Guru Non Penjasorkes Di SMP Negeri Se-Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal terhadap Kinerja Guru Penjasorkes No Interval Persentase Kategori Distribusi %

1 77,78 – 100,00 Baik 62 92,54%

2 55,56 – 77,77 Sedang 5 7,46%

3 33,33 – 55,55 Kurang 0 0%

Jumlah 67 100 %

Sumber : Data Hasil Penelitian 2009.

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel tersebut di atas diketahui bahwa 92,54% guru telah memiliki persepsi yang baik terhadap kinerja guru Penjasorkes, sedangkan persepsi sebagian guru yaitu 7,46% guru memiliki persepsi yang sedang, dan 0% guru yang mempunyai persepsi kurang terhadap kinerja guru Penjasorkes. Dengan demikian menunjukkan bahwa persepsi guru non Penjasorkes Di SMP Negeri Se-Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal


(57)

terhadap kinerja guru Penjasorkes secara umum adalah baik. Lebih jelasnya distribusi persepsi guru non Penjasorkes Di SMP Negeri Se-Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal terhadap kinerja guru Penjasorkes tersebut dapat disajikan grafis pada diagram berikut ini :

0 20 40 60 80 100

Baik Sedang Kurang

92,54% 7,46% 0% D is tr ib u si ( % ) Kriteria Gambar 2

Distribusi persepsi guru non Penjasorkes Di SMP Negeri Se-Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal terhadap kinerja guru Penjasorkes

Gambaran persepsi guru non Penjasorkes Di SMP Negeri Se-Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal terhadap kinerja guru Penjasorkes dari masing-masing aspek dapat disajikan sebagai berikut :

4.1.1 Analisis Deskriptif Pada Keseluruhan Aspek Kompetensi

Ditinjau dari hasil penelitian mengenai persepsi guru non Penjasorkes terhadap kinerja guru Penjasorkes di SMP Negeri Se – Kecamatan Sukorejo Kabupaten kendal yang dinilai telah baik pada keseluruhan aspek Kompetensi yang terdiri dari Kompetensi kepribadian sebagai pendidik dengan skor 1541


(58)

44

memperoleh persentase sebesar 95,83%,. Kompetensi paedagogik dengan skor 1446 memperoleh persentase sebesar 89,93%, Kompetensi profesional dengan skor 1967 memperoleh persentase sebesar 88,96% dan untuk Kompetensi sosial dengan skor 1125 memperoleh persentase sebesar 93,28%. Dari keempat kompetensi diatas diperoleh total skor sebesar 6079 dengan persentase sebesar 91,65%, dari keseluruhan data diatas maka maka hasilnya dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu distribusi jawaban responden dan distribusi persentase jawaban responden. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 6

Distribusi Jawaban Responden Mengenai Persepsi Guru Non Penjasorkes Terhadap Kinerja Guru Penjasorkes Pada Tiap Aspek Kompetensi

No

Interval

Persentase Kriteria Kepribadian Paedagogik Profesional Sosial

1 77,78-100 Baik 62 57 56 65

2 55,56-77,77 Sedang 5 9 10 2

3 33,33-55,55 Kurang 0 1 1 0

Jumlah 67 67 67 67

Sumber : Data Hasil Penelitian 2009. Tabel 7

Distribusi persentase Jawaban Responden Mengenai Persepsi Guru Non Penjasorkes Terhadap Kinerja Guru Penjasorkes Pada Tiap Aspek Kompetensi

No

Interval

Persentase Kriteria

Kepribadian (%) Pedagogik (%) Profesional (%) Sosial (%) 1 77,78-100 Baik 92,54 85,07 83,58 97,01 2 55,56-77,77 Sedang 7,46 13,43 14,93 2,99

3 33,33-55,55 Kurang 0 1,49 1,49 0

Jumlah (%) 100 100 100 100


(59)

Lebih jelasnya hasil tersebut dapat disajikan secara grafis pada diagram batang berikut ini :

92,54%

85,07% 83,58 %

97,01 %

7,46%

13,43 % 14,93 %

2,99 %

0% 1.49% 1.49% 0%

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Kepribadian Paedagogik Profesional Sosial

Baik Sedang Kurang

Gambar 3

Distribusi Persepsi Guru Non Penjasorkes Terhadap Kinerja Guru Penjasorkes Pada Tiap Aspek Kompetensi

Gambar diatas menunjukkan bahwa persepsi guru non penjasorkes terhadap kinerja guru penjasorkes di SMP Negeri Se - Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal ditinjau dari keseluruhan kompetensi yaitu kepribadian sebagai pendidik, paedagogik, profesional, dan sosial sudah baik, dengan masing – masing persentase yaitu untuk kompetensi kepribadian sebagai pendidik kriteria baik sebesar 92,54%, kriteria sedang sebesar 7,46%, kriteria kurang 0 %, kompetensi paedagogik kriteria baik sebesar 85,07%, kriteria sedang sebesar 13,43%, kriteria kurang sebesar 1,49%, kompetensi profesional kriteria baik sebesar 83,58%, kriteria sedang 14,93%, kriteria kurang sebesar 1,49 %,


(60)

46

dan untuk kompetensi sosial kriteria baik sebesar 97,01%, kriteria sedang sebesar 2,99%, kriteria kurang sebesar 0 %.

4.1.2 Memiliki Kepribadian Sebagai Pendidik

Aspek ini terdiri dari memiliki kepribadian mantap dan stabil, memiliki kepribadian dewasa, memiliki kepribadian arif, memiliki kerpibadian yang berwibawa, dan memiliki ahlak mulia dan dapat menjadi teladan. Aspek ini memperoleh jumlah skor 1541 dengan persentase 95,83% yang masuk dalam ketegori baik. Ditinjau dari pernyataan masing-masing guru pada aspek memiliki kepribadian sebagai pendidik diperoleh hasil seperti disajikan pada tabel berikut:

Tabel 8

Deskriptif Persepsi Guru Non Penjasorkes pada Aspek Memiliki Kepribadian sebagai Pendidik

No Interval Persentase Kategori Distribusi %

1 77,78 – 100,00 Baik 62 92,54%

2 55,56 – 77,77 Sedang 5 7,46%

3 33,33 – 55,55 Kurang 0 0,00%

Jumlah 67 100%

Sumber : Data Hasil Penelitian 2009.

Lebih jelasnya distribusi persepsi guru non Penjasorkes pada aspek memiliki kepribadian sebagai pendidik dari kinerja guru Penjasorkes tersebut dapat disajikan secara grafis pada diagram berikut ini :


(61)

0 20 40 60 80 100

Baik Sedang Kurang 92,54% 7,46% 0.00% D is tr ib u s i (% ) Kriteria Gambar 4

Distribusi Persepsi Guru Non Penjasorkes pada Aspek Memiliki Kepribadian Sebagai Pendidik dari Kinerja Guru Penjasorkes

Gambar diatas menunjukkan bahwa sebagian besar guru non Penjasorkes di SMP Negeri Se-Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal yaitu 92,54% telah memiliki persepsi bahwa guru Penjasorkes memiliki kepribadian sebagai pendidik yang baik, selebihnya yaitu 7,46% guru memiliki persepsi bahwa guru Penjasorkes memiliki kepribadian sebagai pendidik sedang, dan hanya ada 0,00% guru yang memiliki persepsi bahwa guru Penjasorkes memiliki kepribadian sebagai pendidik kurang.

4.2.1 Analisis Deskriptif Tiap Indikator Aspek Memiliki Kepribadian Sebagai Pendidik.

Ditinjau dari persepsi guru tiap indikator aspek Memiliki kepribadian sebagai pendidik yang terdiri dari memiliki kepribadian mantap dan stabil, memiliki kepribadian dewasa, memiliki kepribadian arif, memiliki kepribadian


(62)

48

yang berwibawa, dan memiliki ahlak mulia dan dapat menjadi teladan diperoleh hasil seperti tersaji pada tabel berikut :

Tabel 9

Deskriptif Persepsi Guru Non Penjasorkes pada Tiap Indikator Aspek Memiliki Kepribadian Sebagai Pendidik

No Indikator Skor Persentase(%) Kriteria 1.

2. 3. 4. 5.

Memiliki kepribadian mantap dan stabil Memiliki kepribadian dewasa

Memiliki kepribadian arif

Memiliki kepribadian yang berwibawa Memiliki ahlak mulia dan dapat menjadi

teladan 391 592 180 194 184 97,26 98,18 89,55 96,52 91,54 Baik Baik Baik Baik Baik

Sumber : Data hasil penelitian 2009.

Lebih jelasnya hasil tersebut dapat disajikan secara grafis pada diagram batang berikut :

9 7,2 6 % 9 8 ,1 8 %

8 9 ,5 5 %

9 6,5 2 %

91 ,54 %

84 86 88 90 92 94 96 98 1 00 D is tr ib u s i (% )

1 2 3 4 5

K rite ria

Gambar 5

Distribusi Persepsi Guru pada Aspek Memiliki Kepribadian Sebagai Pendidik Tiap Indikator dari Kinerja Guru Penjasorkes


(63)

Keterangan :

1. Memiliki kepribadian mantap dan stabil 2. Memiliki kepribadian dewasa

3. Memiliki kepribadian arif

4. Memiliki kepribadian yang berwibawa

5. Memiliki ahlak mulia dan dapat menjadi teladan

Gambar diatas menunjukkan bahwa persepsi guru pada indikator aspek memiliki kepribadian sebagai pendidik yang dilaksanakan guru Penjasorkes secara umum telah baik.

4.1.3 Memiliki Kompetensi Paedagogik

Aspek ini terdiri dari memahami peserta didik, merancang pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan mengembangkan peserta didik. Aspek ini memperoleh jumlah skor 1446 dengan persentase 89,93% yang masuk kategori baik. Ditinjau dari pernyataan masing-masing guru pada aspek memiliki kompetensi paedagogik diperoleh hasil seperti disjikan pada tabel berikut :


(64)

50

Tabel 10

Deskriptif Persepsi Guru Non Penjasorkes pada Aspek Memiliki Kompetensi Paedagogik dari Kinerja Guru Penjasorkes

No Interval Persentase Kategori Distribusi %

1. 77,78− 100,00 Baik 57 85,07%

2. 55,56 – 77,77 Sedang 9 13,43%

3. 33,33 – 55,55 Kurang 1 1,49%

Jumlah 67 100%

Sumber : Data Penelitian 2009

Lebih jelasnya hasil tersebut dapat disajikan secara grafis pada diagram batang berikut ini :

Gambar 6

Distribusi Persepsi Guru pada Aspek Memiliki Kompetensi Pedagogik dari Kinerja Guru Penjasorkes

Gambar diatas menunjukkan bahwa sebagian besar guru Non Penjasorkes Di SMP Negeri Se-Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal


(65)

yaitu 85,07% telah memiliki persepsi bahwa guru Penjasorkes memiliki kompetensi paedagogik yang baik, Selebihnya yaitu 13,43% guru memiliki persepsi bahwa guru Penjasorkes memiliki kompetensi paedagogik dan masuk kategori Sedang, dan hanya 1,49% guru yang memiliki persepsi bahwa guru Penjasorkes tidak memiliki kompetensi paedagogik.

4.3.1 Analisis Deskriptif Tiap Indikator Aspek Memiliki Kompetensi Paedagogik

Ditinjau dari persepsi guru pada tiap indikator aspek memiliki kompetensi paedagogik yang terdiri dari: Memahami peserta didik, merancang pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan mengembangkan peserta didik diperoleh hasil seperti tersaji pada tabel berikut:

Tabel 11

Deskriptif Persepsi Guru pada Tiap Indikator Aspek Memiliki Kompetensi Paedagogik

No Indikator Skor Persentase (%) Kriteria 1.

2. 3. 4. 5.

Memahami peserta didik Merancang pembelajaran Melaksanakan pembelajaran Evaluasi hasil belajar

Mengembangkan peserta didik 517 182 171 186 390 85,74 90,55 85,07 92,54 97,01 Baik Baik Sedang Baik Baik Sumber: Data hasil penelitian 2009.


(66)

52

Lebih jelasnya hasil tersebut dapat disajikan secara grafis pada diagram batang berikut :

75 80 85 90 95 100

1 2 3 4 5

85,74% 90,55% 85,07% 92,54% 97,01% D is tr ib u s i (% ) Kriteria Gambar 7

Distribusi Persepsi Guru pada Aspek Memiliki Kompetensi Paedagogik Tiap Indikator dari Kinerja Guru Penjasorkes

Keterangan:

1. Memahami peserta didik 2. Merancang Pembelajaran 3. Melaksanakan pembelajaran 4. Evaluasi hasil belajar

5. Mengembangkan peserta didik

Gambar diatas menunjukkan bahwa persepsi guru pada indikator aspek memiliki kompetensi paedagogik yang dilaksanakan guru Penjasorkes secara umum telah baik, namun pada aspek melaksanakan pembelajaran masuk dalam kategori sedang.


(67)

4.1.4 Memiliki Kompetensi Profesional Sebagai Pendidik

Ditnjau dari aspek apakah guru Penjasorkes memiliki kompetensi professional sebagai pendidik yang mengkaji tentang apakah guru Penjasorkes menguasai bidang studi secara luas dan mendalam diperoleh jumlah skor 1967 dengan persentase 88,96% yang masuk kategori baik. Ditinjau dari pernyataan masing-masing guru pada aspek memiliki kompetensi professional sebagai pendidik diperoleh hasil seperti disajikan pada tabel berikut:

Tabel 12

Deskriptif Persepsi Guru Non Penjasorkes pada Aspek Memiliki Kompetensi Profesional Sebagai Pendidik

No Interval Persentase Kategori Distribusi %

1. 77,78 – 100,00 Baik 56 83,58

2. 55,56 – 77,77 Sedang 10 14,93

3. 33,33 – 55,55 Kurang 1 1,49

Jumlah 67 100,00

Sumber : Data Penelitian 2009.

Lebih Jelasnya hasil tersebut dapat disajikan secara grafis pada diagram batang berikut ini:


(68)

54

83 ,58 %

14 ,9 3 % 1,4 9% 0

50 1 00

D

is

tr

ib

u

s

i

(%

)

B aik S ed an g Ku ra ng

K rite ria

Gambar 8

Distribusi Persepsi Guru Non Penjasorkes pada Aspek Guru Penjasorkes Memiliki Kompetensi Profesional Sebagai Pendidik

Gambar diatas menunjukkan bahwa sebagian besar guru non Penjasorkes SMP Negeri Se-Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal yaitu 83,58% telah memiliki persepsi bahwa guru Penjasorkes pada umumnya dan khususnya di Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal telah memiliki kompetensi profesional sebagai pendidik yang baik, Selebihnya yaitu 14,93% guru yang memiliki persepsi bahwa guru Penjasorkes memiliki kompetensi profesional sebagai pendidik masuk kategori sedang, dan hanya 1,49% guru yang memiliki persepsi bahwa guru Penjasorkes memiliki kompetensi profesional sebagai pendidik dan ini masuk kategori kurang.


(69)

4.4.1 Analisis Deskriptif Tiap Indikator Aspek Memiliki Kompetensi Profesional Sebagai Pendidik

Ditinjau dari persepsi guru pada tiap indikator aspek memiliki professional sebagai pendidik yang berupa penguasaan dalam hal Menguasai bidang studi secara luas dan mendalam diperoleh hasil seperti tabel berikut :

Tabel 13

Deskriptif Persepsi Guru Non Penjasorkes pada Tiap Indikator Aspek Memiliki Kompetensi Profesional Sebagai Pendidik

No Indikator Skor Persentase (%) Kriteria 1 Menguasai bidang studi secara

luas dan mendalam

1967 88,96 Baik

Sumber : Data hasil penelitian 2009

Lebih jelasnya hasil tersebut dapat disajikan secara grafis pada diagram batang berikut ini :

88 ,96 %

0 2 0 4 0 6 0 8 0 10 0 D is tr ib u s i (% )

M en gu a sa i b id an g s tud i s ec a ra lu a s d an m e nd alam

K riteria

Gambar 9

Distribusi Persepsi Guru Non Penjasorkes pada Aspek Memiliki Kompetensi Profesional Sebagai Pendidik


(1)

Daftar Responden Penelitian

Persepsi Guru Non Penjas orkes Terhadap Kinerja Guru Penjas orkes Di Sekolah Menengah Pertama Negeri Se-Kecamatan Sukorejo

Kabupaten Kendal Tahun 2009

No Nama Jenis Kelamin Usia Pendidikan

Terakhir Mapel

Pengalaman

Mengajar Nama Sekolah Kode 1 Arif Hidayat Laki-laki 30 Th S1 Pend. Agama Islam 10Th SMP N 1 Sukorejo R-01

2 Y.Slamet Riyadi Laki-laki 30 Th S1 Seni Budaya 11 Th SMP N 1 Sukorejo R-02

3 Mujiaman Laki-laki 42 Th S1 Pkn 21 Th SMP N 1 Sukorejo R-03

4 Cipyadi Laki-laki 39 Th S1 Bahasa Jawa 14 Th SMP N 1 Sukorejo R-04

5 Anonim Laki-laki - S1 Pend. Agama Islam 4 Th SMP N 1 Sukorejo R-05

6 Anonim Perempuan 50 Th S1 IPA 27 Th SMP N 1 Sukorejo R-06

7 Teguh Riyanto Laki-laki 44 Th S1 Pkn 22 Th SMP N 1 Sukorejo R-07

8 Ambar Kurniasih Perempuan 27 Th D3 TIK 5 Th SMP N 1 Sukorejo R-08

9 Harjan Laki-laki 50 Th S1 matematika 25 Th SMP N 1 Sukorejo R-09


(2)

11 Desi Hariyani Perempuan 27 Th S1 Bahasa Indonesia 1 Th SMP N 1 Sukorejo R-11

12 Eni Nurhayati Perempuan 39 Th S1 Keterampilan 11 Th SMP N 1 Sukorejo R-12

13 Anonim Perempuan 50 Th D1 Bahasa Indonesia 26 Th SMP N 1 Sukorejo R-13

14 Mila Harmonis Perempuan 27 Th S1 Pend. Agama Islam 3 Th SMP N 1 Sukorejo R-14

15 Anonim Laki-laki 48 Th D1 - 26 Th SMP N 1 Sukorejo R-15

16 Anonim - 40 Th S1 IPS 15 Th SMP N 1 Sukorejo R-16

17 Anonim Perempuan 29 Th S1 Matematika 6 Th SMP N 1 Sukorejo R-17

18 Slamet Laki-laki 40 Th S1 IPS 13 Th SMP N 1 Sukorejo R-18

19 Riyadi Laki-laki 47 Th S1 Bahasa Indonesia 24 Th SMP N 1 Sukorejo R-19

20 Siswanto Laki-laki 25 Th S1 TIK 2 Th SMP N 1 Sukorejo R-20

21 Ngatemi Perempuan 34 Th S1 Matematika 7 Th SMP N 1 Sukorejo R-21

22 Komari Laki-laki 47 th S1 Bahasa Indonesia 24 Th SMP N 1 Sukorejo R-22

23 Anonim Perempuan 47 Th D3 Bahasa Inggris 20 Th SMP N 1 Sukorejo R-23

24 Anonim Laki-laki 43 Th D3 IPA 17 Th SMP N 1 Sukorejo R-24

25 Anonim Perempuan 46 Th D2 - 20 Th SMP N 1 Sukorejo R-25

26 Jatmika Laki-laki 39 Th S1 Sejarah 12 Th SMP N 1 Sukorejo R-26

27 Sumiyem Perempuan 47 Th S1 Bahasa Inggris 21 Th SMP N 1 Sukorejo R-27


(3)

29 Sumarni Perempuan 47 Th S1 Bahasa Jawa 22 Th SMP N 1 Sukorejo R-29

30 Tety Sri W. Perempuan 48 Th S1 Bahasa Inggris 22 Th SMP N 1 Sukorejo R-30

31 E.Esti Wuryanti Perempuan 39 Th D3 Keterampilan 11 Th SMP N 1 Sukorejo R-31

32 Winanci Rahayu Perempuan 25 Th S1 Matematika 3 Th SMP N 1 Sukorejo R-32

33 Riswanto Laki-laki 27 Th S1 Bahasa Inggris 4 Th SMP N 1 Sukorejo R-33

34 R. Fajar Susakti P Laki-laki 42 Th S1 Seni Budaya 13 Th SMP N 2 Sukorejo R-34

35 Anonim Laki-laki 45 Th S1 Ket.Tek. Kayu 15 Th SMP N 2 Sukorejo R-35

36 Endang P Perempuan 34 Th S1 Bahasa Inggris 9 Th SMP N 2 Sukorejo R-36

37 Anonim Perempuan 26 Th S1 Matematika - SMP N 2 Sukorejo R-37

38 Kiyono Laki-laki 42 Th S1 IPA 15 Th SMP N 2 Sukorejo R-38

39 Ekawati Rohmani Perempuan 32 Th S1 IPA 6 Th SMP N 2 Sukorejo R-39

40 Moh. Mahfud Laki-laki 46 Th S1 PAI 16 Th SMP N 2 Sukorejo R-40

41 Rahayu Susilowati Perempuan 34 Th S1 Matematika 3 Th SMP N 2 Sukorejo R-41

42 Dwi Bagus P Laki-laki 36 Th S1 IPS 12 Th SMP N 2 Sukorejo R-42

43 Anonim - 39 Th S1 PAI 13 Th SMP N 2 Sukorejo R-43

44 Itje Perempuan 26 Th S1 Bimbingan Konseling 2 Th SMP N 2 Sukorejo R-44

45 Puji Harto Laki-laki 42 Th S1 IPS 15 Th SMP N 2 Sukorejo R-45


(4)

47 CH. Susanto Laki-laki 37 Th S1 Bahasa Indonesia 15 Th SMP N 2 Sukorejo R-47

48 Eko Harnomo Laki-laki 42 Th S1 Pkn 21 Th SMP N 2 Sukorejo R-48

49 Kasmi Laki-laki 26 Th S1 Matematika 4 Th SMP N 2 Sukorejo R-49

50 Basari Laki-laki 42 Th S1 Bahasa Inggris 17 Th SMP N 2 Sukorejo R-50

51 Tri Sukmaningsih Perempuan 36 Th S1 TIK 12 Th SMP N 2 Sukorejo R-51

52 Subiharini Perempuan 42 Th S1 IPS 20 Th SMP N 2 Sukorejo R-52

53 Ika Ari Budiyanti Perempuan 28 Th S1 Bahasa Jawa 6 Th SMP N 2 Sukorejo R-53

54 Vita Trisnawati Perempuan 27 Th S1 Pkn 4 Th SMP N 2 Sukorejo R-54

55 Bintoro Laki-laki 34 Th S1 BK 10 Th SMP N 2 Sukorejo R-55

56 Choerotun Nadiroh Perempuan 32Th S1 Syari’ah 2Th SMP N 3 Sukorejo R-56

57 Abdul Azis Laki-laki 26Th S1 Sosiologi 4Th SMP N 3 Sukorejo R-57

58 R.S. Aji Pramono Laki-laki 45Th D2 Seni Musik 2Th SMP N 3 Sukorejo R-58

59 Titis Samiasih Perempuan 23Th S1 Bahasa Inggris 1Th SMP N 3 Sukorejo R-59

60 Ani Suryani Laki-laki 32Th S1 IPS 2Th SMP N 3 Sukorejo R-60

61 Anita Puspitasari Perempuan 26Th S1 Matematika 4Th SMP N 3 Sukorejo R-61

62 Drs. Mahlum Laki-laki 40Th S1 Pkn 14Th SMP N 3 Sukorejo R-62

63 Suroto Laki-laki 40Th D3 IPS 15Th SMP N 3 Sukorejo R-63


(5)

65 Lailly Rachmawati Perempuan 25Th S1 IPA 1Th SMP N 3 Sukorejo R-65

66 Suroto Laki-laki 46Th S1 BK 1Th SMP N 3 Sukorejo R-66


(6)

DOKUMENTASI PENELITIAN