Hubungan Penilaian Prestasi, Motivasi dan Produktivitas Prosedur Pengolahan dan Analisis Data

17 iklim kerja. Hal ini didasari oleh pemikiran bahwa untuk dapat mengerjakan sesuatu lebih baik dan bekerja lebih cerdik diperlukan pengetahuan, kreativitas, dan keterampilan serta keinginan untuk melakukan pekerjaan tersebut. Dengan kata lain, untuk dapat bekerja produktif diperlukan kemampuan yang handal serta motivasi yang kuat untuk bekerja.

4. Hubungan Penilaian Prestasi, Motivasi dan Produktivitas

Karakteristik individu karyawan dipengaruhi oleh delapan faktor, yaitu : karakteristik biografikal, kepribadian, persepsi, kemampuan belajar, nilai- nilai yang dianut, sikap, kepuasan kerja, dan kemampuan Siagian, 1995. Dua hal yang terakhir yaitu faktor kepuasan kerja dan faktor kemampuan karyawan merupakan faktor-faktor yang seringkali mendapat perhatian langsung dari perusahaan. Dalam rangka meningkatkan tingkat kepuasan kerja karyawan, aspek penilaian prestasi kerja karyawan yang dapat dilaksanakan secara obyektif merupakan salah satu hal penting untuk meningkatkan motivasi dan produktivitas karyawan. Hasil dari penilitian tersebut akan diketahui ada tidaknya efektifitas dari penilaian prestasi kerja karyawan terhadap motivasi dan produktivitas kerja kar- yawan. Apakah semakin efektif pelaksanaan penilaian prestasi kerja karyawan, maka akan semakin efektif penilaian prestasi kerja karyawan. Kemudian apakah semakin efektif penilaian prestasi kerja karyawan, maka produktivitas kerja karyawan semakin tinggi atau meningkat.

5. Prosedur Pengolahan dan Analisis Data

Langkah cara yang digunakan ada 2 cara, yaitu : 1. Metode kualitatif, hanya menggunakan data-data yang masuk dengan cara dikelompokkan dan ditabulasikan yang kemudian diberi penjelasan. 2. Metode Kuantitatif, dilakukan dengan statistik. Metode statistik yang digunakan untuk menganalisis hubungan variabel X terhadap variabel Y dengan data berjenis ordinal. 18 Cara penilaian terhadap hasil jawaban kuesioner dilakukan dengan menggunakan skala Likert Nasir, 1999, dengan bobot tertentu yaitu : Sangat Setuju adalah 5, setuju adalah 4, cukup setuju adalah 3, tidak setuju adalah 2 dan sangat tidak setuju adalah 1. Jawaban-jawaban dari kuesioner yang telah diberi bobot, kemudian dijumlahkan untuk setiap responden guna dijadikan skor penilaian terhadap variabel- veriabel yang diteliti. Sebelum dilakukan analisis lebih lanjut dengan menggunakan kedua metode diatas, tiap pertanyaan pada kuesioner yang disebarkan kepada para konsumen perlu di uji terlebih dahulu validitas dan reliabilitasnya. Uji validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat mengukur hal yang diinginkan dan reliabilitas menunjukkan sejauh mana alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan Singarimbun dan Effendi, 1989. Uji validitas berarti tingkat ketepatan hasil suatu pengukuran. Validitas tersebut mampu mem- berikan gambaran sejauh mana ketetapan hasil suatu pengukuran dengan makna dan tujuan diadakannya pengukuran tersebut. Metode validitas tersebut yang digunakan untuk melihat hubungan antara pengukuran suatu alat tes dengan konsep teoritis yang dimiliki adalah validitas konstruk. Salah satu cara untuk menghitung validitas suatu test dengan melihat daya pembeda nilai. Daya pembeda tersebut adalah metode yang paling tepat digunakan untuk setiap jenis test. Daya pembeda nilai dalam penelitian ini dilakukan dengan cara, korelasi nilai total yaitu konsistensi antara nilai dengan nilai keseluruhan. Menurut Singarimbun dan Effendi 1989, biasanya dalam pengembangan dan penyusunan skala-skala psikologi, digunakan harga koefisien korelasi yang minimal sama dengan 0.3 sehingga semua nilai yang dimiliki korelasi kurang dari 0.3 dapat direduksi dan nilai tersebut yang akan dimasukkan dalam test adalah nilai- nilai yang memiliki korelasi diatas 0.3 artinya apabila korelasi semakin mendekati angka 1 maka validitas semakin baik. Tahap pengolahan data yang selanjutnya adalah perhitungan keandalan alat ukur, yaitu kuesioner yang akan digunakan pada penelitian ini. Tujuan pengujian alat ukur adalah untuk mengetahui kemantapan, ketepatan, dan homogenitas dari suatu alat ukur tersebut, sehingga hasil dari penelitian akan valid. Keandalan yang terendah 19 menunjukkan ketidak konsistenan responden dalam menjawab pertanyaan. Suatu alat ukur yang memiliki susunan dan bentuk pertanyaan yang tepat sehingga menjamin interpretasi yang tetap sama walaupun disampaikan berulang-ulang pada banyak responden maupun pada berbagai kurun waktu. Menurut Singarimbun dan Effendi 1989, teknik perhitungan reliabilitas menggunakan teknik belah dua. Dalam teknik ini, alat pengukur yang disusun haruslah memiliki cukup banyak pertanyaan-pertanyaan yang mengukur aspek yang sama. Cara mencari reliabilitas untuk keseluruhan nilai adalah dengan mengoreksi angka korelasi yang diperoleh denga n memasukkan ke dalam rumus : r.tot = tt r tt r . 1 . 2 + r.tot = angka relibilitas keseluruhan nilai r.tt = angka korelasi belahan pertama dan belahan kedua Langkah- langkah kerja yang dilakukan untuk melakukan uji reliabilitas dimaksud sebagai berikut : 1. Menyajikan alat pengukur kepada sejumlah responden, kemudian dihitung validitas hasilnya. Hasil yang valid dikumpulkan menjadi satu, yang tidak valid dibuang. 2. Membagi hasil yang valid tersebut menjadi dua belahan. Untuk membelah alat pengukur menjadi dua dilakukan dengan cara : a. Membagi hasil dengan cara acak, separuh masuk belahan pertama, dan separuhnya lagi masuk belahan kedua. b. Membagi hasil berdasarkan nomor genapganjil. Hasil yang bernomor ganjil dimasukkan ke belahan pertama dan yang genap masuk ke belahan kedua. 3. Nilai untuk masing-masing hasil pada tiap belahan dijumlahkan. Langkah ter- sebut akan menghasilkan dua nilai total untuk masing- masing responden, yaitu nilai total untuk belahan pertama dan nilai total untuk belahan kedua. 20 4. Mengkorela sikan nilai total belahan pertama dengan skor total belahan kedua, menggunakan teknik korelasi. 5. Karena angka korelasi yang diperoleh adalah angka korelasi dari alat pengukur yang dibelah, maka angka korelasi yang dihasilkan lebih rendah daripada angka korelasi yang diperoleh jika alat pengukur tersebut tidak dibelah. Karena itu harus dicari angka reliabilitas untuk keseluruhan hasil tanpa dibelah. Nilai Koefisien korelasi rank Spearman r s terletak pada selang –1 hingga +1. Semakin mendekati –1 atau +1 artinya korelasi antara kedua variabel X dan Y semakin erat. Nilai r s sama dengan 0 nol maka antara vaiabel X dan variabel Y tidak ada korelasi atau tidak ada hubungan. Tanda – dan + menyatakan arah hubungan. Untuk menentukan kuat lemahnya korelasi digunakan batasan Champion yang dikutip oleh Singarimbun dan Effendi 1989 dengan ketentuan sebagai berikut : 1. 0,00 – 0,25 atau –0,25 – 0,00 : no association, kondisi ini menunjukkan tidak adanya hubungan antara variabel X dan variabel Y. 2. 0,26 - 0,50 atau –0,50 – -0,26 : moderately low association, kondisi ini menunjukkan adanya hubungan yang lemah antara variabel X dan variabel Y. 3. 0,51 – 0,75 atau –0,75 – -0,511 : moderately high association, menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara variabel X dan variabel Y. 4. 0,76 – 1,00 atau –1 – -0,76 : high association, kondisi ini menunjukkan hubungan yang kuat antara variabel X dan variabel Y.

5. Indikator-indokator Penilaian