Biokonsentrasi Faktor Persentase Penutupan Karang Indeks Mortalitas Karang IMK

yang memiliki semua karakter j dan n i = ? n ij jumlah jawaban karakter j Bengen 2000. Menurut Bengen 2000, untuk membandingkan 2 objek, maka perlu diberikan suatu pengukuran yang dapat mengkarakteristikan kemiripan atau ketidakmiripan. Dalam hal ini Analisi Faktorial Koresponden menggunakan jarak khi-kuadrat. Jarak khi kuadrat diformulasikan dengan rumus : d 2

i,i’ =

[ ] ∑ = − p j i j i i ij X X X X 1 2 dimana : X i = ? baris i untuk semua kolom X ij = ? kolom j untuk semua baris Pada matriks data, terdiri dari i-baris persen penutupan karang dan j-kolom stasiun pengamatan, dimana pada baris ke-i dan kolom ke-j ditemukan kelimpahan komponen penutupan karang life form. Untuk menganalisa data dengan Analisis Faktorial Koreponden digunakan perangkat lunak program Statistika 6.

4. Biokonsentrasi Faktor

Biokonsentrasi faktor digunakan untuk mengetahui besarnya daya absorbsi dan laju distribusi pencemar, media absorbsi adalah melihat konsentrasi dalam jaringan tubuh organisme. K c = C F C w dimana : K c = Biokonsentrasi faktor C F = Konsentrasi di organisme C w = Konsentrasi di air

5. Persentase Penutupan Karang

Perhitungan persentase penutupan karang hidup yang diproyeksikan ke dasar perairan pada suatu area ditentukan sebagai berikut : penutupan = A x 100 B dimana : penutupan = Persentase penutupan karang hidup A = Panjang total kategori substrat dasar cm B = Panjang transek garis cm

6. Indeks Mortalitas Karang IMK

Nilai indeks mortalitas karang ditentukan dari persentase penutupan karang mati dan patahan karang dibagi dengan persentase karang hidup. M i = A A + B dimana : M i = Indeks kematian A = Persentase karang mati dan patahan karang B = Persentase karang hidup HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perairan Fisik Pola Pasang Surut dan Arus Pola pasang surut pasut yang terjadi di wilayah perairan Tanjung Jumlai adalah tipe campuran yang condong ke harian ganda semi diurnal, artinya dalam sehari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut, dengan salah satu puncak pasang atau puncak surut lebih tinggi dari yang lain. Tinggi muka air antara pasang dan surut pada siklus harian berkisar antara 1 – 2,5 m Gambar 9. Pola pasut di perairan Tanjung Jumlai merupakan bagian dari pola pasut di perairan Selat Makassar yang merupakan lanjutan dari proses rambatan pasut dari Samudera Pasifik. Menurut Pariwono 1987, hal ini dimungkinkan karena perairan Indonesia sebelah Utara terbuka dan berhubungan langsung dengan Samudera Pasifik sedangkan posisi Kepulauan Sumatera – Jawa – Nusa Tenggara menghalangi hubungan secara langsung antara perairan Indonesia dengan Samudera Hindia. Karena itu hampir sepanjang tahun arus pasut di perairan Indonesia mengalir ke arah Selatan. Keadaan ini sesuai dengan proses rambatan pasut dari arah Utara atau Timur perairan Indonesia, yaitu dari Samudera Pasifik. Arus yang terukur adalah kecepatan arus sesaat pada saat air laut surut yang dilakukan pada tanggal 25 Februari 2007, 15 April 2007 dan 17 Juni 2007. Kecepatan arus yang terukur memiliki kisaran rerata sebesar 10,48 – 16,15 cmdetik. Kecepatan arus maksimum terdapat di Stasiun 2 dengan nilai rerata sebesar 16,15 cmdetik, sedangkan kecepatan arus terendah terdapat di Stasiun 3 dengan nilai rerata sebesar 10,48 cmdetik. Kecepatan arus yang terukur selain dipengaruhi oleh pasang-surut air laut, juga dipengaruhi oleh kedalaman dan topografi dasar perairan. Pola arah arus sesaat selama penelitian umumnya mengarah ke selatan seperti disajikan pada Gambar 10. A 0,5 1 1,5 2 2,5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Waktu Jam Tinggi Muka Air m 25-Feb B 0,5 1 1,5 2 2,5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Waktu Jam Tinggi Muka Air m 15 Aprl C 0,5 1 1,5 2 2,5 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Waktu Jam Tinggi Muka Air m 17-Jun Gambar 9 Waktu pengambilan contoh kualitas air berdasarkan pasang-surut Pelindo IV 2006. Keterangan : Tanda menunjukkan durasilama waktu pengambilan Sumber : Peta dasar Bakosurtanal 1998, dimodifikasi oleh Jurusan MSP FPIK UNMUL 2007 Gambar 10 Arus sesaat selama penelitian arah arus. Jika dihubungkan dengan keberadaan karang pada Stasiun 3, Stasiun 4, Stasiun 5 dan Stasiun 6, maka rendahnya kecepatan arus di Stasiun 3 Tabel 4 berpengaruh bagi kehidupan karang. Pengaruh tersebut disebabkan karena lambatnya aliran massa air maka partikel-partikel yang tersuspensi dalam badan air dapat menghalangi penetrasi cahaya yang masuk ke dasar perairan dan memperlambat proses fotosintesis oleh zooxantela. Tabel 4 Kecepatan dan arah arus sesaat di lokasi penelitian Arus Satuan Stasiun Pengamatan St. 1 St. 2 St. 3 St. 4 St. 5 St. 6 St. 7 St. 8 Periode 1 : 25–02–07 Kecepatan cmdt 10,62 12,97 7,64 8,62 10,76 11,78 13,58 13,88 Arah derajat 110 175 195 210 170 160 170 175 tenggara selatan selatan barat daya selatan selatan selatan selatan Periode 2 : 15 – 04 – 07 Kecepatan cmdt 14,47 16,86 10,08 10,31 14,82 14,97 15,92 16,73 Arah derajat 120 170 185 200 175 150 195 190 tenggara selatan selatan barat daya selatan tenggara selatan selatan Periode 3 : 17 – 07 – 07 Kecepatan cmdt 18,27 18,62 13,73 13,52 15,44 15,7 16,58 16,92 Arah derajat 110 180 185 200 180 160 185 185 tenggara selatan selatan barat daya selatan tenggara selatan selatan Kecepatan Rerata cmdt 14,45 16,15 10,48 10,82 13,67 14,15 15,36 15,84 Arah Rerata derajat 113,33 175,00 188,33 203,33 175,00 156,67 183,33 183,33 tenggara selatan selatan barat daya selatan tenggara selatan selatan Terlebih lagi karena letak Stasiun 3 yang lebih dekat dengan muara Sungai Sesumpu dengan jarak ± 5 km dari muara, jika dibandingkan dengan stasiun karang yang lain, sehingga pengaruh dari sistem sungai yang bermuara dan daratan di dekatnya yang membawa materi-materi terlarut maupun tersuspensi berdampak besar terhadap karang di Stasiun 3. Suhu Suhu perairan merupakan parameter fisika yang penting, karena suhu berpengaruh terhadap proses biofisik-kimiawi di dalam badan air. Suhu dapat mempengaruhi tingkah laku makan karang. Kebanyakan karang kehilangan kemampuan untuk menangkap makanan pada suhu di atas 33,5 o C dan di bawah 16 o C Mayor 1918, diacu dalam Supriharyono 2002. Peningkatan suhu di atas kisaran toleransi organisme dapat meningkatkan laju metabolisme. Suhu juga berpengaruh terhadap kelarutan gas-gas terlarut, seperti oksigen O 2 dan karbondioksida CO 2 . Suhu air yang terukur pada penelitian ini merupakan suhu permukaan air pada kedalaman 1 m. Hasil pengukuran suhu air pada setiap stasiun pengamatan selama penelitian berkisar antara 29,90 – 30,87 o C Gambar 11 dan Tabel 5. Tabel 5 Hasil pengukuran suhu saat siang hari selama penelitian Stasiun Suhu C Periode 1 Periode 2 Periode 3 1 31,30 30,40 30,90 2 30,30 30,10 30,60 3 30,60 29,90 30,10 4 29,90 29,70 30,10 5 29,70 30,10 30,00 6 29,70 30,50 30,20 7 29,50 30,40 30,10 8 29,40 30,30 30,10 Umumnya suhu pada semua lokasi penelitian relatif seragam dan nilainya masih tergolong normal jika perbandingan didasarkan pada nilai baku mutu air laut yang berkisar antara 28 – 30 C MENLH 2004. Nilai rerata suhu air di Stasiun 1 yang relatif lebih tinggi sangat berhubungan erat dengan letaknya yang berada di depan mulut muara Sungai Sesumpu. Kondisi ini didukung lagi oleh tingkat kedalaman perairan yang relatif dangkal Lampiran 1 serta banyaknya partikel tersuspensi yang menyerap dan menyimpan panas dari intensitas cahaya matahari yang masuk ke badan air. Kondisi inilah yang me nyebabkan rerata suhu air di Stasiun 1 sedikit lebih tinggi jika dibandingkan dengan stasiun pengamatan lainnya. Rendahnya nilai rerata suhu di Stasiun 4 disebabkan oleh letak Stasiun 4 yang berada di Selatan dari lokasi penelitian, dimana pola arus air laut mengarah dari Utara ke Selatan pada saat air surut. Meskipun demikian tinggi atau rendahnya nilai suhu di setiap stasiun penelitian tidak mempengaruhi pertumbuhan karang karena masih berada dalam kondisi yang normal bagi kehidupan karang. 28,00 28,50 29,00 29,50 30,00 30,50 31,00 31,50 32,00 St.1 St.2 St.3 St.4 St.5 St.6 St.7 St.8 Stasiun Pengamatan Suhu saat siang hari C Gambar 11 Rerata suhu selama penelitian. Umumnya kisaran suhu permukaan perairan di Indonesia adalah sebesar 28 – 30 o C, dengan demikian suhu perairan yang terukur di semua stasiun pengamatan masih berada pada kisaran alami sehingga dapat mendukung kehidupan biota laut, termasuk karang. Nybakken 1993 mengatakan bahwa terumbu karang masih dapat mentolerir suhu tahunan maksimum 36 o C – 40 o C dan tahunan minimum 18 o C. Tomascik et al. 1997 juga mengemukakan bahwa terumbu karang pada suatu lokasi hanya dapat mentolerir perubahan suhu sekitar 2 o C – 3 o

C. Kekeruhan

Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan tersuspensi yang terdapat dalam air. Semakin tinggi kekeruhan maka semakin sedikit penetrasi cahaya matahari yang masuk ke kolom air. Kekeruhan dan kecerahan mempunyai korelasi negatif, yaitu semakin rendah kekeruhan maka semakin tinggi kecerahan. Kecerahan yang tinggi merupakan syarat untuk berlangsungnya fotosintesis oleh simbiotik zooxantela di jaringan karang. Tanpa cahaya laju kemampuan fotosintesis menurun, dengan demikian akan mengurangi kemampuan karang untuk mensekret kalsium karbonat dan menghasilkan rangka. Tabel 6 Nilai kekeruhan yang di peroleh selama penelitian Stasiun Kekeruhan NTU Periode 1 Periode 2 Periode 3 1 14,00 16,00 17,00 2 12,00 13,00 13,00 3 12,00 12,00 13,00 4 10,00 11,00 12,00 5 10,00 11,00 11,00 6 9,00 9,00 10,00 7 9,00 6,00 9,00 8 8,00 5,00 7,00 Rerata nilai kekeruhan yang terukur di semua stasiun pengamatan berkisar antara 6,67 – 15,67 NTU Gambar 12 dan Tabel 6. Kekeruhan semakin menurun nilainya berdasarkan letak stasiun pengamatan. Di mulai dari Stasiun 1 yang memiliki nilai rerata kekeruhan paling tinggi yaitu 15,67 NTU, nilai kekeruhan di stasiun pengamatan yang lain juga semakin menurun berdasarkan letak stasiun yang semakin ke arah laut dan kekeruhan terendah terdapat di Stasiun 8 yang memiliki nilai kekeruhan sebesar 6,67 NTU. 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 St.1 St.2 St.3 St.4 St.5 St.6 St.7 St.8 Stasiun Pengamatan Kekeruhan NTU Gambar 12 Rerata kekeruhan selama penelitian. Tingginya nilai rerata kekeruhan di Stasiun 1 dibandingkan dengan stasiun pengamatan lainnya merupakan kondisi yang wajar terjadi karena umumnya kekeruhan tertinggi dijumpai di daerah estuaria yang langsung bertemu dengan sistem sungai yang bermuara. Hal ini berhubungan erat dengan tingginya aktivitas di bagian hulu sungai dan adanya fenomena pasut yang turut berperan dalam meningkatkan kekeruhan di Stasiun 1. Tetapi tingginya nilai kekeruhan yang terukur ini kurang mendukung bagi kehidupan organisme yang hidup di dalamnya, khususnya organisme bentik seperti karang, karena partikel yang menyebabkan kekeruhan tersebut pada akhirnya akan mengendap sehingga dapat menutupi polip karang, dan tingginya kekeruhan akan menyebabkan kematian karang. Hasil penelitian menunjukan bahwa adanya pengaruh kekeruhan yang relatif cukup besar terhadap stasiun pengamatan yang ditumbuhi karang, terutama Stasiun 3 dan Stasiun 4. Tingkat kekeruhan yang baik untuk kehidupan karang adalah 5 NTU . Peningkatan kekeruhan disebabkan oleh sedimen dan dapat menghalangi penetrasi cahaya yang masuk ke dasar perairan sehingga dapat mengganggu kehidupan spesies-spesies karang yang kehidupannya sangat bergantung terhadap penetrasi cahaya Salvat 1987. Terlebih lagi jika partikel yang menyebabkan kekeruhan tersebut juga mengandung unsur logam berat, maka melalui sifat akumulasinya logam tersebut akan masuk ke dalam tubuh karang melalui proses adsorpsi dan absorpsi. Total Padatan Tersuspensi TSS Total suspended solid atau total padatan tersuspensi merupakan total padatan halus yang sukar larut dan sukar mengendap. Bahan-bahan ini dapat berasal dari proses drainase daratan erosi akibat pembukaan lahan di sekitar perairan seperti pembukaan lahan tambak atau pengadukan dasar perairan akibat adanya pergerakan massa air. Bahan-bahan yang sukar larut ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan biota, terutama karang. Hasil pengukuran terhadap Total Suspended Solid TSS selama penelitian berkisar antara 21,93 – 33,93 mgl Tabel 7 dan Gambar 13, dengan nilai rerata TSS terendah terdapat di Stasiun 8 dan nilai rerata TSS tertinggi terdapat di Stasiun 1. Tingginya rerata TSS yang terukur di Stasiun 1 dikarenakan letaknya yang berada di muara Sungai Sesumpu. Abrasi dari daratan di dekatnya dan ditunjang oleh kedalaman sungai yang relatif dangkal membuat perairan di sekitar Stasiun 1 lebih keruh daripada stasiun yang lain. Jika dibandingkan dengan Stasiun 1, kedalaman perairan di Stasiun 8 lebih dalam, oleh karena itu nilai rerata TSS-nya paling rendah dan perairan disini terlihat lebih jernih. Tabel 7 Nilai TSS hasil pengukuran selama penelitian Stasiun TSS mgl Periode 1 Periode 2 Periode 3 1 26,39 37,00 38,40 2 23,74 34,00 35,81 3 21,56 31,00 32,50 4 24,60 29,00 30,10 5 25,47 27,00 28,62 6 24,91 26,00 26,90 7 24,80 23,00 25,00 8 22,18 21,00 22,62 0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 St.1 St.2 St.3 St.4 St.5 St.6 St.7 St.8 Stasiun Pengamatan TSS mgl Gambar 13 Rerata TSS selama penelitian. Kimia Salinitas Salinitas merupakan jumlah dalam gram garam-garam terlarut dalam 1 kg air laut, setelah semua karbonat diubah menjadi oksida, semua bromida dan iodin sudah ditransformasikan sebagai klorida dan semua bahan organik sudah dioksidasi Effendi 2003. Salinitas mempengaruhi biota laut dalam hal densitas dan stabilitas dari badan air, sehingga berpengaruh terhadap proses fisiologinya. Ditlev 1980 dan Nybakken 1993 mengatakan bahwa secara fisiologis salinitas mempengaruhi kehidupan hewan karang, karena adanya tekanan osmosis pada jaringan hidup. Karang hermatifik tidak dapat bertahan pada salinitas ya ng menyimpang dari salinitas normal 32 – 35 ‰, sehingga karang jarang ditemukan hidup pada daerah-daerah muara sungai besar, bercurah hujan tinggi atau perairan dengan kadar garam tinggi. Salinitas yang terukur di lapangan selama tiga periode sampling memiliki nilai rerata berkisar antara 29,70 – 33,50 ‰. Stasiun yang mempunyai salinitas terendah adalah Stasiun 1 dan salinitas tertinggi terdapat di Stasiun 7 Tabel 8 dan Gambar 14. Tabel 8 Nilai salinitas pada lokasi penelitian Stasiun Salinitas ‰ Periode 1 Periode 2 Periode 3 1 30,00 29,70 29,40 2 32,50 32,20 31,50 3 33,70 33,40 32,10 4 33,80 33,40 32,20 5 33,80 33,60 33,00 6 33,70 33,50 32,80 7 33,70 33,60 33,20 8 33,70 33,50 33,20 Pola sebaran salinitas di lokasi penelitian memperlihatkan bahwa semakin ke arah laut nilai salinitasnya semakin meningkat. Meskipun nilai salinitas tidak meningkat secara signifikan tetapi rendahnya salinitas di Stasiun 1 disebabkan oleh letaknya yang berada di depan mulut dari sistem sungai yang bermuara, sehingga terjadi pengenceran dan percampuran air tawar dari sungai akibat aktifitas pasang surut. Tetapi jika ditinjau dari nilai salinitas yang terukur di Stasiun 1, maka tergolong dalam kategori cukup tinggi. Hal ini disebabkan oleh gaya pasang-surut air laut yang lebih besar daripada pengaruh aliran massa air sungai. Untuk stasiun pengamatan yang ditumbuhi oleh karang rerata salinitas yang terukur sebesar 33,07 – 33,47 ‰, artinya salinitas tidak menjadi faktor pembatas bagi kehidupan dan pertumbuha n karang. 0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 St.1 St.2 St.3 St.4 St.5 St.6 St.7 St.8 Stasiun Pengamatan Salinitas ‰ Gambar 15 Rerata salinitas selama penelitian. Derajat Keasaman pH Nilai pH air berguna untuk menentukan indeks pencemaran suatu perairan dengan melihat tingkat keasaman atau kebasaan air. Besarnya nilai pH dalam suatu perairan dapat dijadikan indikator adanya keseimbangan unsur-unsur kimia dan unsur hara yang sangat bermanfaat bagi kehidupan biota perairan. Pada perairan dengan pH rendah, senyawa ammonium yang dapat terionisasi banyak ditemukan ammonium tidak bersifat toksik. Pada suasana alkalis pH tinggi lebih banyak ditemukan ammonia yang tidak terionisasi dan bersifat toksik. Tabel 9 Nilai pH yang terukur selama penelitian Stasiun pH Periode 1 Periode 2 Periode 3 1 7,37 7,31 7,29 2 7,85 7,83 7,82 3 8,07 7,98 8,00 4 8,14 8,00 8,00 5 8,15 8,00 8,10 6 8,10 7,99 8,10 7 8,10 7,99 8,00 8 8,15 8,00 8,00 Nilai rerata pH air selama penelitian seperti disajikan pada Tabel 9 berkisar antara 7,32 – 8,08, dengan pH terendah di Stasiun 1 dan pH tertinggi di Stasiun 5. Nilai pH yang lebih rendah di Stasiun 1 disebabkan karena adanya pengaruh masukan massa air tawar dari sistem Sungai Sesumpu yang bermuara. Berdasarkan kisaran nilai pH yang terukur dari semua stasiun, secara umum dapat dikatakan bahwa semakin ke arah laut nilai pH me ngalami peningkatan Gambar 15. Tingginya pH di laut dikarenakan air laut mengandung ion-ion bersifat basa, seperti ion natrium, kalium dan kalsium. Selain itu air laut mempunyai kapasitas penyangga yang mampu mempertahankan pH pada kisaran alami air laut. Menurut Sanusi 2005 pH air laut bersifat basa antara 7,50 – 8,30 yang dikarenakan mengandung ion-ion monovalen Na + maupun bivalen Ca ++ , Mg ++ . Nilai pH di perairan pesisir seperti teluk umumnya lebih rendah dibandingkan pH laut lepas, karena adanya pengaruh masukan massa air tawar dari sistem sungai yang bermuara. 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 St.1 St.2 St.3 St.4 St.5 St.6 St.7 St.8 Stasiun Pengamatan pH Gambar 15 Rerata pH selama penelitian. Oksigen Terlarut DO Oksigen terlarut adalah konsentrasi gas oksigen yang terlarut dalam air, dimana konsentrasi oksigen terlarut dalam suatu perairan sangat ditentukan oleh laju fotosintesis. Kelarutan gas terutama oksigen ke dalam air dipengaruhi oleh suhu, tekanan parsial dan gas-gas yang ada di udara maupun di air, salinitas dan senyawa yang mudah teroksidasi. Oksigen sangat esensial bagi pernafasan dan merupakan satu diantara komponen utama bagi metabolisme ikan dan biota perairan lainnya, termasuk hewan karang. Proses fotosintesis menyebabkan peningkatan oksigen terlarut selama siang hari dan mencapai maksimum pada sore hari, selanjutnya konsentrasi oksigen terlarut menurun menjelang malam hingga pagi hari oleh aktivitas respirasi organisme dan dekomposisi bahan organik. Metcalf dan Eddy 1974, mengatakan bahwa reduksi oksigen terlarut oleh bakteri hingga mendekati nol, dalam mendekomposisi senyawa organik dapat merubah warna perairan menjadi hitam. Jika kondisi seperti ini terjadi, maka akan menyebabkan timbulnya senyawa dan gas-gas yang dapat mengganggu kehidupan biota. Tabel 10 Kandungan oksigen terlarut dalam badan air Stasiun DO mgl Periode 1 Periode 2 Periode 3 1 6,40 4,50 6,00 2 6,70 5,70 6,60 3 6,40 6,40 6,70 4 6,30 5,90 6,70 5 6,30 7,30 7,10 6 6,40 6,20 7,00 7 6,70 6,60 6,90 8 6,80 6,10 7,00 Hasil pengukuran rerata oksigen terlarut berkisar antara 5,63 – 6,90 mgl Gambar 16 dan Tabel 10, dengan nilai oksigen terendah di Stasiun 1 dan tertinggi di Stasiun 5. Relatif rendahnya rerata oksigen terlarut yang terukur di Stasiun 1 lebih dikarenakan oleh cukup tingginya tingkat kekeruhan dan nilai TSS yang terukur di stasiun tersebut, sehingga penetrasi cahaya matahari tidak dapat menembus badan air yang berakibat pada terganggunya proses fotosintesis. Tetapi kondisi ini bukanlah bersifat permanen, artinya nilai konsentrasi di Stasiun 1 tersebut masih dapat meningkat seiring berkurangnya kekeruhan dan TSS. 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 St.1 St.2 St.3 St.4 St.5 St.6 St.7 St.8 Stasiun Pengamatan Oksigen Terlarut mgl 0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00 Saturasi Oksigen DO Saturasi O2 Gambar 16 Rerata oksigen terlarut dan saturasi oksigen selama penelitian. Harapan meningkatnya oksigen terlarut di Stasiun 1 tersebut didukung oleh tingkat saturasi oksigen yang masih sebesar 73,67 dari kisaran 59,00 – 84,00 . Artinya nilai tersebut belum mencapai tingkat kejenuhan kelarutan oksigen, karena stasiun pengamatan lainnya mempunyai tingkat saturasi yang berkisar antara 81,67 – 92,00 Gambar 17. Nilai oksigen yang terukur pada seluruh stasiun pengamatan masih dapat menunjang kehidupan biota laut karena nilai oksigen terlarut yang terukur di atas 5 mgl, yang merupakan nilai oksigen terendah untuk kehidupan biota laut MENLH 2004. Biochemical Oxygen Demand BOD 5 Biochemical Oxygen Demand BOD 5 adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme dalam proses dekomposisi bahan organik. BOD 5 menunjukkan jumlah oksigen yang dikonsumsi oleh proses respirasi mikroba aerob yang terdapat dalam botol BOD yang diinkubasi pada suhu sekitar 20 ° C selama 5 hari dalam keadaan tanpa cahaya. Diambilnya 5 hari sebagai lama waktu inkubasi dikarenakan pada waktu 5 hari sebanyak 70 - 80 bahan organik telah dapat diuraikan. Selain itu, penambahan jumlah hari setelah inkubasi 5 hari akan menyebabkan terjadinya proses nitrifikasi yang akan mempengaruhi jumlah oksigen dalam botol BOD Rafii 2004. Nilai BOD 5 yang terukur selama penelitian berkisar antara 1,33 – 1,67 mgl Gambar 17 dan Tabel 11, nilai BOD 5 yang terukur ini masih tergolong rendah. Tabel 11 Nilai BOD 5 yang terukur selama penelitian Stasiun BOD 5 mgl Periode 1 Periode 2 Periode 3 1 1,50 1,50 1,80 2 1,30 1,40 1,60 3 1,60 1,70 1,60 4 1,70 1,70 1,60 5 1,80 1,40 1,50 6 1,80 1,60 1,50 7 1,50 1,50 1,30 8 1,40 1,30 1,30 Nilai BOD 5 yang relatif rendah ini menunjukkan bahwa perairan Tanjung Jumlai dimana penelitian dilakukan masih tergolong belum tercemar dari sisi buangan bahan organik. Nilai BOD 5 yang rendah juga menunjukkan hanya sedikit jumlah oksigen yang diperlukan oleh aktivitas bakteri aerobik dalam merombak senyawa organik menjadi senyawa anorganik. Hal ini berarti juga masih tersedianya oksigen yang cukup untuk kehidupan biota laut termasuk hewan karang untuk melakukan proses metabolisme. Rafii 2004 mendapatkan nilai BOD 5 di perairan Teluk Jobokuto Kabupaten Jepara berkisar antara 0,60 – 2,27 mgl pada saat surut dan 1,15 – 3,10 mgl pada saat pasang. Menurut Sastrawijaya 1991 perairan alami mempunyai nilai BOD 5 yang berkisar antara 0,50 – 7,00 mgl. Perairan yang memiliki nilai BOD 5 10 mgl tergolong perairan yang tercemar. 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 St.1 St.2 St.3 St.4 St.5 St.6 St.7 St.8 Stasiun Pengamatan BOD 5 mgl Gambar 17 Rerata BOD 5 selama penelitian. Bahan Organik Total TOM Bahan organik yang masuk ke perairan terdiri dari bahan organik yang dapat diurai dan bahan organik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme. Bahan organik ini terbawa oleh arus dari satu tempat ke tempat lainnya, sehingga nilainya akan berbeda antara tempat satu dengan tempat lainnya. Selain itu, adanya proses sedimentasi mengakibatkan bahan organik mengendap di dasar perairan. Pada dasar perairan, bahan organik memiliki nilai yang penting, dimana pada nilai yang normal bahan organik dapat dimanfatkan oleh organisme bentik untuk kehidupan dan pertumbuhannya. Tabel 12 Kandungan TOM di badan air selama penelitian Stasiun TOM mgl Periode 1 Periode 2 Periode 3 1 36,73 44,24 44,86 2 36,38 44,21 44,64 3 36,94 48,00 47,98 4 37,59 44,27 45,82 5 38,80 49,92 46,20 6 38,71 46,70 46,95 7 36,80 49,28 48,44 8 34,83 49,26 48,59 Namun pada kondisi bahan organik yang melimpah di dasar perairan, dapat berdampak kurang baik bagi organisme bentik. Hal ini dikarenakan pada saat bahan organik mengalami reduksi, diurai oleh bakteri dalam suasana anaerob, akan mengeluarkan gas-gas yang bersifat tidak stabil dan toksik seperti ammonia, metana dan hidrogen sulfida. Hasil pengukuran diperoleh rerata TOM sebesar 41,74 – 44,97 mgl Gambar 18 dan Tabel 12, dengan nilai terendah pada Stasiun 2 dan tertinggi pada Stasiun 5. Jika dibandingkan dengan hasil penelitian Rafii 2004 di Teluk Jobokuto Kabupaten Jepara yang memiliki ekosistem terumbu karang dan padang lamun, dengan kisaran nilai TOM antara 73.20 – 90.73 mgl pada saat surut dan 50.98 – 69,61 mgl pada saat pasang, maka TOM yang terukur di perairan Tanjung Jumlai mempunyai nilai yang lebih rendah. Artinya nilai TOM yang terukur di seluruh stasiun pengamatan masih berlangsung dalam proses oksidasi dan dimanfaatkan dengan baik oleh organisme untuk kehidupan dan pertumbuhannya. 38,00 39,00 40,00 41,00 42,00 43,00 44,00 45,00 46,00 47,00 St.1 St.2 St.3 St.4 St.5 St.6 St.7 St.8 Stasiun Pengamatan TOM mgl Gambar 18 Rerata TOM selama penelitian. Nitrogen Nitrogen di perairan berada dalam bentuk nitrogen molekuler N 2 atau sebagai garam-garam anorganik ammonia NH 3 -N, nitrat NO 3 -N dan nitrit NO 2 -N serta beberapa senyawa nitrogen organik seperti urea dan asam-asam amino. Pada umumnya dalam memanfaatkan nitrogen, organisme akuatik mempunyai kecenderungan untuk secara bertahap dan berturut-turut mengambil ammonia, nitrat dan nitrit Riley dan Chester 1971. Tabel 13 Kandungan NH 3 -N, NO 3 -N dan NO 2 -N yang terukur selama penelitian Stasiun NH 3 -N mgl NO 3 -N mgl NO 2 -N mgl Periode Periode Periode 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 0,20 0,18 0,23 1,09 0,72 0,70 0,063 0,058 0,070 2 0,16 0,21 0,20 0,69 0,42 0,68 0,079 0,068 0,074 3 0,10 0,14 0,21 0,63 0,31 0,42 0,009 0,004 0,006 4 0,14 0,16 0,12 0,41 0,42 0,85 0,008 0,005 0,006 5 0,05 0,08 0,07 0,65 0,62 0,72 0,010 0,004 0,004 6 0,05 0,06 0,05 0,71 0,46 0,57 0,002 0,004 0,003 7 0,02 0,04 0,05 0,56 0,27 0,21 0,004 0,004 0,001 8 0,03 0,02 0,03 0,28 0,24 0,26 0,006 0,004 0,001 Hasil pengukuran diperoleh kisaran rerata nilai ammonia NH 3 -N antara 0,03 – 0,20 mgl, nitrat NO 3 -N 0,26 – 0,84 mgl dan nitrit NO 4 -N 0,003 – 0,074 mgl Gambar 19 dan Tabel 13. Stasiun pengamatan yang mempunyai nilai ammonia dan nitrat terendah terdapat pada Stasiun 8 dan tertinggi di Stasiun 1, sedangkan stasiun pengamatan yang mempunyai nilai nitrit terendah di Stasiun 6 dan Stasiun 7 dan nitrit tertinggi di Stasiun 2. Relatif tingginya nilai ammonia dan nitrat yang terukur di Stasiun 1 disebabkan oleh pengaruh aktivitas di daratan seperti aktivitas pertambakan dan rumah tangga. Hasil penelitian Ramili 2007 di perairan Pulau Pari Kepulauan Seribu diperoleh nilai nitrat yang berkisar antara 0,23 – 0,24 mgl, nilai nitrat yang didapatkan penulis adalah lebih tinggi. Tetapi nilai nitrat yang terukur tersebut belum menunjukkan perairan dimana penulis melakukan penelitian telah tercemar oleh aktivitas manusia atau tinja hewan antrophogenic effect, karena menurut Effendi 2003 suatu perairan dikatakan tercemar apabila mempunyai nilai nitrat yang 5 mgl. 0,00 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60 0,70 0,80 0,90 1,00 St.1 St.2 St.3 St.4 St.5 St.6 St.7 St.8 Stasiun Pengamatan Konsentrasi mgl 0,00 0,02 0,04 0,06 0,08 0,10 NO 2 -N mgl NH3-N NO3-N NO2-N Gambar 19 Rerata NH 3 -N, NO 3 -N dan NO 2 -N selama penelitian. Selanjutnya apabila dilihat berdasarkan total nitrogen dalam hal ini yang dimaksudkan dengan total nitrogen adalah gabungan dari ammonia, nitrat dan nitrit sebagai sediaan total nitrogen yang dapat dengan segera dimanfaatkan oleh organisme, kisaran nilai yang didapat adalah sebesar 0,290 – 1,104 mgl. Sebagai salah satu unsur pembatas, kondisi seperti ini menunjukkan bahwa perairan Tanjung Jumlai dimana penelitian dilakukan relatif mempunyai ketersediaan nitrogen yang cukup, sehingga nitrogen relatif tidak menjadi faktor pembatas. Hal ini mungkin disebabkan oleh lebih sedikitnya partikel organik nitrogen PON yang tidak dapat didegradasi oleh bakteri aerobik dibandingkan dengan inorganik nitrogen terlarut DIN yang dapat dioksidasi menjadi nitrat oleh bakteri Nitrobacter. Jika dibandingkan dengan hasil penelitian Rafii 2004 di perairan Teluk Jobokuto dimana didapatkan total nitrogen 0,044 – 0,284 mgl pada sampling surut, maka nilai total nitrogen yang didapatkan pada stasiun pengamatan adalah lebih tinggi. Kondisi ini menggambarkan bahwa nitrogen sebagai sumber nutrisi relatif cukup dalam mendukung pertumbuhan karang di perairan Tanjung Jumlai. Ortofosfat HPO 4 = Fosfor di estuari terdapat dalam bentuk inorganik terlarut ortofosfat, organik terlarut dan partikel fosfat Kennish 1990. Tomascik et al. 1997 mengatakan bahwa biota laut secara normal dapat mengasimilasi secara langsung fosfor inorganik terlarut orthofosfat dan kadang-kadang menggunakan fosfor organik terlarut. Fosfor berperan dalam mentransfer energi dalam sel dari ADP menjadi ATP. Hasil pengukuran diperoleh kisaran rerata nilai ortofosfat antara 0,024 – 0,173 mgl Gambar 20 dan Tabel 16, dengan nilai ortofosfat terendah terdapat pada Stasiun 8 dan tertinggi di Stasiun 1. Hasil pengukuran ini menunjukkan bahwa stasiun pengamatan yang berdekatanberhadapan langsung dengan daratan mempunyai nilai ortofosfat yang relatif lebih tinggi. Hal ini menjelaskan bahwa adanya pengaruh daratan terhadap nilai fosfat di perairan. Tabel 14 Kandungan HPO 4 = dalam badan air selama penelitian Stasiun HPO 4 = mgl Periode 1 Periode 2 Periode 3 1 0,160 0,210 0,150 2 0,140 0,180 0,170 3 0,134 0,160 0,170 4 0,140 0,160 0,175 5 0,080 0,085 0,056 6 0,070 0,060 0,050 7 0,036 0,023 0,024 8 0,027 0,021 0,023 Jika dibandingkan dengan penelitian Pello 2000 di perairan Teluk Hurun Lampung, dimana didapatkan kisaran ortofosfat 0,002 – 0,008 mgl di sekitar padang lamun, 0,002 – 0,007 mgl di sekitar karang dan 0,002 – 0,009 mgl di muara sungai. Selanjutnya hasil penelitian Rafii 2004 di Teluk Jobokuto Jepara yang mendapatkan nilai ortofosfat antara 0,004 – 0,026 mgl, maka nilai ortofosfat yang didapatkan penulis adalah lebih tinggi. Tetapi jika dibandingkan dengan penelitian Ramili 2007 di perairan Pulau Pari Kepulauan Seribu dengan nilai ortofosfat antara 0,15 – 0,16 mgl, maka hanya stasiun pengamatan yang berhadapan denga n daratan saja yang mempunyai nilai ortofosfat lebih tinggi, yaitu Stasiun 1, Stasiun 2, Stasiun 3 dan Stasiun 4. 0,000 0,050 0,100 0,150 0,200 0,250 St.1 St.2 St.3 St.4 St.5 St.6 St.7 St.8 Stasiun Pengamatan HPO 4 = mgl Gambar 20 Rerata HPO 4 = selama penelitian. Berdasarkan klasifikasi kesuburan perairan ditinjau dari nilai orthofosfat menurut Liaw 1969, diacu dalam Rafii 2004 adalah 0,000 – 0,020 mgl tergolong rendah, 0,021 – 0,050 mgl tergolong sedang, 0,051 – 0,100 mgl tergolong baik dan 0,101 tergolong kategori sangat baik, maka perairan dimana penulis melakukan penelitian tergolong perairan yang mempunyai tingkat kesuburan yang sedang hingga sangat baik. Kondisi ini menggambarkan bahwa ortofosfat sebagai sumber nutrisi relatif cukup dalam mendukung pertumbuhan karang di perairan Tanjung Jumlai. Logam Berat Keberadaan logam berat di perairan pada dasarnya tidak akan menjadi masalah apabila dalam jumlah kecil di bawah batas ambang toksik. Hal ini dikarenakan sampai batas tertentu beberapa logam berat diperlukan sebagai trace element essential bagi pertumbuhan organisme. Tetapi, dalam jumlah yang telah melebihi batas tersebut, logam berat akan bersifat racun yang dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh. Kadar normal logam berat dalam perairan laut ditetapkan sebesar 0,001 mgl Cd dan 0,008 mgl Pb MENLH 2004. Hasil penelitian terhadap dua jenis logam berat Pb dan Cd yang terkandung dalam badan air diperoleh nilai rerata yang berkisar antara 0,453 – 0,560 mgl untuk logam Pb dan 0,044 – 0,055 mgl untuk logam Cd Tabel 8. Tabel 15 Konsentrasi logam berat yang terdeteksi dalam kolom air selama penelitian Stasiun Pb mgl Cd mgl 1 2 3 1 2 3 1 0,450 0,460 0,460 0,041 0,050 0,045 2 0,430 0,460 0,470 0,049 0,050 0,051 3 0,470 0,450 0,490 0,046 0,042 0,047 4 0,710 0,460 0,510 0,071 0,045 0,048 5 0,670 0,420 0,500 0,056 0,046 0,045 6 0,660 0,470 0,490 0,056 0,048 0,046 7 0,470 0,470 0,480 0,043 0,045 0,043 8 0,480 0,460 0,480 0,048 0,047 0,044 Logam Pb yang terdeteksi pada semua stasiun pengamatan mempunyai nilai rerata terendah di Stasiun 2 sebesar 0,453 mgl dan nilai rerata tertinggi terdapat di Stasiun 4 yaitu sebesar 0,560 mgl Tabel 15 dan Gambar 21. Nilai rerata terendah logam Cd terdapat pada Stasiun 7 sebesar 0,044 mgl, dan nilai Cd tertinggi didapatkan pada Stasiun 4 dengan nilai rerata sebesar 0,055 mgl Tabel 15 dan Gambar 21. Walaupun kadar logam Pb dan Cd dalam air secara statistik tidak berbeda nyata antar stasiun pengamatan, tetapi nilai yang terdeteksi ini mempunyai kisaran nilai yang relatif tinggi. Relatif tingginya logam Pb dan Cd yang terdeteksi di seluruh stasiun pengamatan, disebabkan oleh pengaruh tingginya aktivitas industri, terutama di wilayah Utara dari lokasi dimana penelitian dilakukan, yaitu sepanjang Teluk Balikpapan, seperti perusahaan migas, pengolahan kayu, perkapalan, lalulintas pelayaran, di samping tingginya eksplorasi migas di perairan Tanjung Jumlai itu sendiri. 0,000 0,100 0,200 0,300 0,400 0,500 0,600 0,700 St.1 St.2 St.3 St.4 St.5 St.6 St.7 St.8 Stasiun Pengamatan Pb mgl 0,000 0,010 0,020 0,030 0,040 0,050 0,060 0,070 Cd mgl Pb Cd Gambar 21 Rerata logam Pb dan Cd pada badan air selama penelitian. Besarnya pengaruh Teluk Balikpapan dalam memberikan kontribusi logam berat ke perairan Tanjung Jumlai dimana penelitian dilakukan, terlihat juga dari hasil penelitian Abdunnur et al. 2006 di perairan laut Desa Sesumpu hingga Desa Kampung Baru Kabupaten Panajam Paser Utara, dimana logam berat Pb dan Cd yang terdeteksi di badan air laut berkisar antara 0,447 – 0,559 mgl untuk logam Pb dan 0,043 – 0,052 mgl Cd. Abdunnur et al. 2006 juga melakukan pengukuran logam berat pada areal pertambakan di daerah perbatasan antara Desa Sesumpu dan Desa Kampung Baru, dimana tambak di desa ini langsung menggunakan air laut yang merupakan daerah yang berbatasan langsung dengan muara Teluk Balikpapan. Logam Pb dan Cd yang terdeteksi di dalam badan air tambak perbatasan Desa Sesumpu – Desa Kampung Baru didapatkan kisaran nilai sebesar 0,438 – 0,490 mgl Pb dan 0,045 – 0,058 mgl Cd. Tabel 16 Konsentrasi Pb dan Cd di Perairan Laut Tanjung Jumlai pada waktu yang berbeda Sumber data Kisaran Pb mgl Cd mgl Terendah Tertinggi Terendah Tertinggi Abdunnur et al. 2006 0,447 0,559 0,043 0,052 Ristiana 2007 0,453 0,560 0,044 0,055 Selisih 0,006 0,001 0,001 0,003 Jika melihat hasil penelitian Abdunnur et al. 2006, maka jelas sekali terlihat pengaruh Teluk Balikpapan dalam menyumbang keberadaan logam di perairan dan sedimen melalui sifat akumulasi dari logam berat yang terbawa oleh massa air dan selanjutnya mengalami proses pengendapan presipitasi. Selanjutnya, jika dibuat perbandingan antara hasil yang didapatkan oleh penulis dengan rentang waktu 9 – 14 bulan dari penelitian Abdunnur et al. 2006, maka telah terjadi peningkatan nilai logam Pb dalam badan air sebesar 0,001 – 0,006 mgl dan Cd sebesar 0,001 – 0,003 mgl. Peningkatan ini relatif cukup tinggi dan harus dicermati dengan serius oleh kalangan peneliti dan pihak-pihak terkait, terutama untuk logam Pb yang persentase peningkatannya dua kali lipat dari logam Cd Tabel 16. Pengaruh pola arus Teluk Balikpapan dalam menyumbang keberadaan logam di perairan lokasi studi secara sederhana dapat dijelaskan sebagai berikut; saat air laut surut massa air dari Utara Teluk Balikpapan menuju ke Selatan Selat Makassar, dengan sebagian distribusi aliran massa air melalui daerah gosong karang, lokasi dimana penelitian dilakukan. Tetapi aliran massa air yang menuju ke Selatan ini terpecah menjadi dua bagian Timur dan Barat dari gosong karang saat akan melalui gosong karang. Hal ini dikarenakan pada saat air laut surut, gosong karang akan muncul ke permukaan perairan dengan areal yang cukup luas ± 15 ha sehingga tidak dapat dilalui oleh massa air. Untuk melanjutkan alirannya, massa air terpecah menjadi dua bagian untuk selanjutnya mengalir melalui tubir karang di bagian Timur dan Barat dari gosong karang. Hasil pengamatan di lapangan juga memperlihatkan bahwa aliran massa air dari Utara Teluk Balikpapan menuju ke Selatan Selat Makassar pada saat surut di Tanjung Jumlai, sangat dipengaruhi oleh hempasan gelombang dan arus pasang air laut yang terjadi berikutnya. Terlebih lagi tipe pasang surut yang terjadi di daerah penelitian merupakan tipe semi diurnal. Kondisi pasut ini mengakibatkan massa air yang membawa logam berat dan bahan-bahan lainnya yang berasal dari Teluk Balikpapan sebagian mengalami proses-proses kimia dan berikatan dengan unsur lain dalam kolom air yang dilaluinya selama perjalanan menuju ke Selatan Selat Makassar. Logam berat dalam kolom air yang telah berikatan dengan unsur lain pada akhirnya akan mengendap ke dasar perairan, secara lambat tapi pasti nilainya akan terus meningkat melalui sifat akumulatifnya. Terutama pada Stasiun 3 dan Stasiun 4 sebagai stasiun pengamatan karang dimana mempunyai kecepatan arus yang rendah jika dibandingkan dengan stasiun pengamatan lainnya. Rendahnya kecepatan arus di Stasiun 3 dan Stasiun 4 memberikan peluang yang lebih besar bagi partikel-partikel di kolom air untuk mengendap, tidak terkecuali logam berat. Melalui proses adsorpsi dan absorpsi logam berat dapat masuk ke dalam tubuh biota laut termasuk karang. Kondisi ini diduga menjadi penyebab konsentrasi logam Pb dan Cd di jaringan karang pada Stasiun 3 dan 4 relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan stasiun karang lainnya yaitu Stasiun 5 dan 6. Biologi Persentase Penutupan Substrat Dasar Area terumbu karang yang tumbuh di perairan Tanjung Jumlai adalah berupa gosong karang. Luas area ini pada saat surut terendah sekitar 15 hektar. Persentase penutupan substrat dasar di stasiun pengamatan daerah gosong karang dapat dijelaskan sebagai berikut: kategori patahan karang R di Stasiun 3 adalah yang tertinggi diikuti dengan Stasiun 6 selanjutnya Stasiun 4 dan persentase terendah ada di Stasiun 4. Kondisi penutupan substrat kategori kelompok alga AA tertinggi di Stasiun 3 diikuti oleh Stasiun 6. Penutupan substrat kategori karang keras HC berturut-turut adalah Stasiun 4, Stasiun 5, Stasiun 6 dan Stasiun 3. Karang mati DC tertinggi pada Stasiun 5, kemudian diikuti oleh Stasiun 6 Gambar 22. Gambar 22 Perbandingan persentase penutupan substrat dasar di lokasi penelitian. Kondisi penutupan karang keras khususnya dari Genus Porites secara lebih detail di sajikan pada Gambar 23. Nilai tertinggi persentase penutupan terumbu karang di Perairan Tanjung Jumlai selama masa penelitian terdapat di Stasiun 4 yaitu sebesar 77,4 dan penutupan karang keras terendah terdapat di Stasiun 3 sebesar 14,8. Karang keras di Stasiun 3 memiliki persentase penutupan terendah karena letaknya berada dekat dengan muara sungai. Variabel lingkungan yang mempengaruhinya adalah kekeruhan yang tinggi dan banya knya padatan tersuspensi yang terkandung dalam badan airnya. Sedangkan persentase penutupan karang keras tertinggi terdapat pada Stasiun 4, keadaan ini didukung oleh kondisi perairan yang lebih jernih dan perairan yang lebih dalam. 20 40 60 80 Stasiun Pengamatan Penutupan Karang Keras Genera lain 4 28,2 20 19,2 Fungia 2,4 1 0,6 0,2 Porites 0,8 3 4,8 3,6 Acropora 7,6 45,2 17 6,4 St 3 St 4 St 5 St 6 Keterangan penutupan : Gambar 23 Perbandingan genera karang keras Karang keras dari Genus Porites yang digunakan sebagai bioindikator terhadap akumulasi logam berat memperlihatkan persentase penutupan yang rendah di Stasiun 3. Sementara pada tiga stasiun yang lain Genus Porites memiliki persentase penutupan lebih tinggi dari Stasiun 3 yaitu berkisar antara 3 sampai 4. Indeks Mortalitas Karang Indeks Mortalitas Karang IMK menunjukkan besarnya potensi kematian karang yang ada. Hasil perhitungan me mperlihatkan bahwa nilai IMK di Stasiun 3 adalah yang tertinggi yaitu sekitar 0,68 Gambar 24 artinya bahwa dari karang yang pernah hidup di Stasiun 3 sekitar 68 telah menghilang atau mengalami kematian hingga menghilang. Kondisi ini mengindikasikan bahwa karang yang hidup di Stasiun 3 mendapat tekanan lingkungan yang tinggi dan memiliki potensi kerusakan paling besar diantara stasiun karang lainnya. Nilai IMK terendah berada di Stasiun 4 yaitu 0,18 dimana dari nilai tersebut menunjukkan bahwa dari seluruh karang yang hidup di stasiun 4 hanya 18 saja yang mengalami kematian. 0,2 0,4 0,6 0,8 St 3 St 4 St 5 St 6 Stasiun Pengamatan Indeks Mortalitas Karang Gambar 24 Indeks Mortalitas Karang di Perairan Tanjung Jumlai. Logam Berat pada Jaringan Lunak Karang Analisis Laboratorium Logam berat dalam jumlah yang sedikit tidak bersifat toksik. Beberapa logam berat memiliki waktu paruh cukup lama jika masuk ke dalam tubuh organisme. Meskipun tubuh organisme menerima logam berat dalam jumlah yang sedikit, namun jika hal ini terjadi terus menerus dan berlangsung dalam waktu lama maka logam berat tersebut akan menumpuk dan terjadilah akumulasi dalam tubuh organisme. Kunaefi dan Ariesyady 2000 menyatakan bahwa logam terlarut di perairan laut akan mempengaruhi kandungan logam terakumulasi diantara segenap organisme yang hidup di dalamnya. Dijelaskan lebih lanj ut bahwa walaupun logam yang masuk ke tubuh organisme berada dalam jumlah yang sangat kecil dan jauh di bawah batas normal Pb 0,008 mgl dan Cd 0,001 mgl, bukan berarti substansi ini tidak memberikan pengaruh negatif bagi organisme, mengingat sifat bioakumulasi dari logam tersebut. Hasil penelitian di perairan Tanjung Jumlai diketahui bahwa telah terjadi proses akumulasi logam berat pada jaringan lunak karang keras, yaitu logam Pb dan Cd. Alasan mengapa karang dipakai sebagai salah satu indikator biologi yang paling efektif dalam melihat kondisi suatu perairan karena karang merupakan organisme bentik yang hidup menetap di dasar perairan dan memiliki tingkat pertumbuhan yang relatif lambat. Phillips 1990 mengemukakan bahwa karang skleraktinia memenuhi beberapa persyaratan sebagai monitor biologi karena karang mampu hidup lama, merupakan organisme sesil yang umum dijumpai pada sebagian besar ekosistem laut di daerah tropis dan subtropis, dibandingkan dengan indikator biologi lain material jaringan dan kerangka karang cukup memadai untuk analisis logam trace metal. Nilai hasil pengukuran kandungan logam berat di badan air dan pada jaringan lunak karang dapat dilihat pada Tabel 17, bila dibandingkan dengan kandungan logam berat pada kolom air sekitar gosong karang dari kisaran rerata 0,470 – 0,560 mgl Pb dan 0,045 – 0,055 mgl Cd, terlihat adanya peningkatan konsentrasi logam berat pada jaringan lunak karang keras 1,089 – 2,232 mgl Pb dan 0,073 – 0,128 mgl Cd. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari nilai biokonsentrasi faktor BCF dimana konsentrasi logam Pb di jaringan meningkat hingga empat kali lipat dari konsentrasi di air dan konsentrasi logam Cd di jaringan meningkat hingga dua kali lipat dari konsentrasi di air Tabel 17. Bila diperbandingkan dengan nilai Pb dalam air pada setiap stasiun dapat dilihat bahwa pada stasiun dengan nilai Pb air rendah akan mempunyai nilai BCF yang tinggi. Kondisi ini mungkin dapat dipahami bahwa fungsi karang sebagai biofilter akan berfungsi dengan baik pada tingkat cemaran yang rendah. Nilai BCF tertinggi terdapat pada Stasiun 3 untuk kedua logam Pb dan Cd, sedangkan nilai terendah terdapat di Stasiun 5 untuk logam Pb dan Stasiun 6 untuk logam Cd. Tabel 17 Nilai Faktor Biokonsentrasi BCF logam Pb dan Cd terhadap jaringan lunak karang Stasiun Pengamatan Rerata konsentrasi dalam jaringan karang mgl Rerata konsentrasi dalam air laut mgl BCF Logam Pb : Stasiun 3 2,232 0,470 4,75 Stasiun 4 1,516 0,560 2,70 Stasiun 5 1,089 0,530 2,05 Stasiun 6 1,487 0,540 2,75 Logam Cd : Stasiun 3 0,128 0,045 2,84 Stasiun 4 0,095 0,055 1,74 Stasiun 5 0,081 0,049 1,66 Stasiun 6 0,073 0,050 1,45 Tingginya nilai BCF logam Pb dan Cd pada karang keras menunjukkan konsentrasi logam yang terakumulasi dalam jaringan lunak karang. Sejauh mana akumulasi logam Pb dan Cd yang terjadi terhadap jaringan lunak karang keras diperlihatkan oleh hasil analisis histologis jaringan lunak karang. Analisis Histologis Morfologi Hasil analisis histologis terhadap jaringan lunak karang keras Genus Porites memperlihatkan gambaran yang sama sebagaimana gambaran yang dikemukakan oleh Timotius 2003 dan Suharsono 2004 bahwa dinding polip karang terdiri dari tiga lapisan sel, lapisan terluar disebut ektoderma dan lapisan sel yang paling dalam dikenal sebagai endoderma atau gastroderma. Antara lapisan ektoderma dengan lapisan endoderma terikat oleh lapisan mesoglea atau coenenchyme yang di dalamnya terdiri dari materi berupa jely Gambar 25 dan Gambar 26. Gambar 25 Skema struktur morfologis dan anatomis karang keras Genus Porites ; a morfologi tubuh, b Histomorfologis penampang membujur polip. Gambar 26 Mikromorfologi dinding polip karang keras Genus Porites; a mulut, b dinding polip, c area penimbunan mineral, d coelenteron rongga gastrovaskuler, e kerangka jaringan lunak, Pewarnaan Masson Trichrome. b a 20 µm mesoglea ektoderma zooxantela endoderma 40 µm a b d e a c Timotius 2003 menjelaskan bahwa pada lapisan ektoderma dijumpai sel- sel kelenjar yang berisi mukus lendir dan sel-sel knidoblas yang berisi nematosit. Menurut Fautin dan Mariscal 1991 ektoderma juga dapat berperan untuk memberikan nutrisi pada anthozoa dengan cara mengambil bahan organik terlarut secara langsung. Selanjutnya Ravindran dan Raghukumar 2006 mengatakan bahwa beberapa sel-sel epitel dalam jaringan ektoderma berubah menjadi sel-sel kalikoblastik yang diketahui berperan dalam proses kalsifikasi. Menurut Muscatine 1971, di sepanjang lapisan endoderma gastroderma tersebar sel-sel mukus yang berperan membantu proses metabolisme dalam tubuh. Krupp 1984 menyimpulkan bahwa mukus dapat digunakan oleh anthozoa untuk mendapatkan makanan, membersihkan diri dan menjadi proteksi diri terhadap kekeringan. Ditambahkan oleh Fautin dan Mariscal 1991 bahwa proses sekresi mukus dapat terjadi secara morfologi atau terjadi pada suatu lokasi tertentu dan mukus juga dihasilkan oleh sel-sel sekresi di gastroderma. Hasil histologis juga memperlihatkan bahwa lapisan mesoglea yang terletak di bawah lapisan ektoderma, tersusun dari sel-sel semacam sel otot Gambar 27. Pada pangkal polip, serabut otot di lapisan mesoglea menyatu dan membentuk saluran gastrovaskuler Gambar 28. Saluran ini berfungsi untuk mencerna makanan yang masuk ke mulut dan meneruskan makanan dari hasil fotosintesis oleh zooxantela yang terdapat di sepanjang lapisan endoderma gastroderma. Pada sebagian besar spesies karang skleraktinia filamen menjadi meruncing dan membentuk saluran di bawah rongga tubuh dan menjadi salah satu bagian penting yang ditemukan di sepanjang mulut atau dinding tubuh Duerden 1902, diacu dalam Goldberg 2002. Lebih lanjut makanan yang dicerna oleh coelenteron rongga gastrovaskuler akan disalurkan ke bagian tubuh yang disebut mesenteri filamen Gambar 29 dan Gambar 30. Goldberg 2002 mengemukakan fungsi primer dari mesenteri filamen pada karang skleraktinia adalah sebagai alat pencernaan di luar rongga tubuh extracoelenteric digestion dan organ ini terletak dibawah rongga tubuh. Menggunakan jaringan pembanding dari Bahodopi Sulawesi Tenggara tidak terlihat adanya perubahan sel pada organ mesenteri filamen di lokasi penelitian Gambar 29. Gambar 27 Serabut otot pada lapisan mesoglea; a serabut otot, b jaringan ikat longgar Pewarnaan Masson Trichrome. Gambar 28 Bentuk filamen pada saluran gastrovaskuler Pewarnaan Masson Trichrome. 30 µm a b 30 µm filamen Gambar 29 Mesenteri filamen pada Genus Porites; A jaringan di lokasi penelitian, B jaringan pembanding ; a sel-sel kelenjar eksokrin, b sel mukus; Pewarnaan Hematoksilin dan Eosin. Gambar 30 Mesenteri filamen Genus Porites pada daerah penelitian; a sel kelenjar eksokrin, b sel mukus Pewarnaan Masson Trichrome. 10 µm sel mukus b 20 µm a b a sel kelenjar eksokrin 10 µm 20 µm a b sel kelenjar eksokrin 10 µm a 10 µm sel mukus b A 20 µm a b 10 µm sel kelenjar eksokrin a 10 µm sel mukus b B Pada daerah mesenteri filamen makanan yang ditangkap seperti zooplankton, partikel-partikel dan detritus akan mengalami proses akhir pencernaan dengan menghasilkan zat-zat yang dibutuhkan bagi kehidupan karang. Susunan sel pada jaringan epitel mesenteri filamen sebagian besar terdiri dari sel- sel kelenjar eksokrin yang mengandung granula, beberapa sel mukus terletak diantara susunan sel kelenjar eksokrin Gambar 29 dan Gambar 30. Hand 1966, diacu dalam Fautin dan Mariscal 1991 menyimpulkan bahwa bagian yang mengandung kelenjar pada daerah mesenteri filamen mempunyai fungsi utama sebagai pemberi nutrisi, mempengaruhi pembentukan sirkulasi air dalam tubuh dan berhubungan dengan pencernaan. Pendeteksian Karbohidrat Proses biologi yang terjadi dalam jaringan karang khususnya produksi mukus dilakukan pendekatan dengan menggunakan Pewarnaan Alcian Blue. Pewarnaan ini dapat digunakan untuk mendeteksi kandungan karbohidrat di jaringan, dalam jaringan karang karbohidrat terkandung di dalam mukus. Gambar 31 memperlihatkan bahwa mukus yang dihasilkan oleh jaringan karang di lokasi penelitian masih dalam batas normal dan tidak terganggu sebagai akibat adanya akumulasi logam. Hal ini dapat dilihat dari adanya pola sebaran warna biru mukus yang sama, baik pada jaringan lunak dari lokasi penelitian penulis dan dari jaringan pembanding di perairan Bahodopi Sulawesi Tenggara, dimana produksi mukus pada jaringan pembanding dan jaringan dari lokasi penelitian masih terlihat jelas dengan pewarnaan ini. Gambar 31 Mesenteri filamen dengan bagian yang dikenali; A jaringan di lokasi penelitian, B jaringan pembanding; a sel-sel kelenjar eksokrin, b sel mukus, c mukus yang tersebar pada jaringan lunak karang Pewarnaan Alcian Blue. Sebaran Logam dalam Jaringan Hasil analisis histologis menggunakan pewarnaan Hematoksilin untuk logam memperlihatkan adanya sebaran warna biru keabuan yang mengindikasikan keberadaan logam yang diantaranya adalah Pb pada jaringan lunak karang keras Genus Porites yang hidup di perairan Tanjung Jumlai. Kiernan 1990 mengatakan bahwa pewarnaan Hematoksilin untuk logam akan memunculka n warna biru keabuan untuk logam Pb. Akumulasi logam pada jaringan lunak karang telah ditemukan menyebar di seluruh bagian tubuh karang Gambar 32. Pada lapisan ektoderma logam terakumulasi pada setiap sel penyusun jaringan epitelnya. Serabut otot di 10 µm sel kelenjar eksokrin a 10 µm sel mukus b a b 20 µm a B b c sel kelenjar eksokrin 10 µm a 20 µm a b A c c 10 µm sel mukus b mukus dalam sel inti sel mesoglea juga telah ditemukan adanya akumulasi logam berat. Jaringan lain tidak lepas dari akumulasi oleh logam berat, mulai dari serabut otot di saluran gastrovaskuler hingga jaringan lainnya yang tersebar dalam tubuh karang. Logam berat juga ditemukan terakumulasi di daerah Coenosarc yang merupakan jaringan penghubung antar polip Gambar 33. Pada mesenteri filamen, logam juga telah terakumulasi pada jaringan epitelnya. Sebaran logam dapat terlihat jelas pada sel-sel kelenjar eksokrin dan sel-sel mukus penyusun jaringan mesenteri filamen. Hal ini memperlihatkan bahwa setiap sel mampu mengakumulasi logam berat seperti yang ditunjukkan pada Gambar 34. Keberadaan logam yang sama tidak ditemukan pada sel-sel penyusun mesenteri filamen pada jaringan lunak karang pembanding yang diambil dari perairan Bahodopi Sulawesi Tenggara. Gambar 32 Sebaran logam berat pada jaringan lunak karang Porites; A Warna abu-abu kebiruan indikasi adanya logam berat pada jaringan, B Jaringan lunak karang yang tidak mengakumulasi logam berat yang sama Pewarnaan Hematoksilin untuk logam. 20 µm A ektoderma mesoglea endoderma 10 µm 20 µm 10 µm endoderma mesoglea ektoderma B Gambar 33 Jaringan penghubung antar polip coenosarc Pewarnaan Hematoksilin untuk Logam Gambar 34 Sebaran logam berat pada mesenteri filamen karang; A warna abu-abu kebiruan jaringan yang positif mengakumulasi logam Pb, B warna kecoklatan jaringan yang negatif mengakumulasi logam; a sel kelenjar eksokrin, b sel mukus Pewarnaan Hematoksilin untuk logam. 20 µm coenosarc 20 µm a b sel mukus 10 µm b 10 µm sel kelenjar eksokrin a A 10 µm a sel kelenjar eksokrin 10 µm b sel mukus 20 µm a b B Akumulasi logam paling banyak ditemukan pada tepi luar dari jaringan lunak bagian tengah dan dalam karang Porites Gambar 35, diduga logam berat yang terabsorpsi terbawa oleh proses metabolisme dalam tubuh karang. Sisa dari metabolisme akan dikeluarkan melalui mulut yang juga berperan sebagai anus namun demikian logam tetap tertahan di jaringan khususnya di bagian tepi luar jaringan. Menurut Harland dan Brown 1989 diacu dalam Esslemont 2000, hal ini mungkin terkait dengan proses regulasi trace metal dalam jaringan. Selanjutnya Harland dan Nganro 1990 diacu dalam Esslemont et al. 2000 mengatakan bahwa hasil regulasi dapat sangat mungkin di eliminasi ke jaringan keras dan dapat juga di eleminasi oleh zooxantela sebagaimana yang terjadi pada coelenterata. Gambar 35 Akumulasi logam pada tepi luar jaringan Pewarnaan Hematoksilin untuk logam. Penumpukan logam di sepanjang tepi jaringan merupakan indikasi adanya transfer logam dari membran jaringan ke kerangka kapur. Esslemont 2000 membuktikan adanya perbedaan konsentrasi logam dalam jaringan dan kerangka kapur dari karang Pocillopora damicornis. Beyersmann 1994 diacu dalam Essllemont et al. 2000 menjelaska n bahwa transfer Pb di sepanjang jaringan ke kerangka mengesankan adanya diskriminasi melalui eliminasi yaitu regulasi oleh jaringan terhadap konsentrasi Pb dikombinasikan lagi dengan kecenderungaan yang sering terjadi di alam untuk Pb, dimana umumnya Pb berasosiasi dan bercampur dengan kalsium. Eliminasi Pb oleh organisme akan dapat mengurangi dan mencegah masuknya Pb ke kerangka kapur melalui membran jaringan. 40 µm tepi jaringan tepi jaringan Pengaruh akumulasi logam berat yang telah menyebar hampir pada setiap bagian jaringan lunak bahkan mencapai BCF hingga 4,75 dapat di tolerir oleh sel fungsionalnya Stasiun 3. Sel-sel fungsional jaringan lunak karang Porites yang tercemar masih dapat dikenali dan masih berfungsi dengan baik sel mukus. Hingga taraf ini morfologi dan fungsi sel penyusun jaringan lunak karang belum menunjukkan perubahan. Susunan morfologi dan fungsi sel penyusun dapat saja berubah dengan cepat bila terjadi perubahan faktor yang ada atau adanya faktor percepatan sifat toksisitas logam berat misalnya terdapatnya sulfur dalam jaringan. Hal ini didukung oleh pendapat Laws 1993 yang mengatakan bahwa semua logam berat menunjukkan pengaruh yang besar jika bertemu dengan sulfur, karena tercampurnya logam berat dengan sulfur yang terkandung dalam asam amino pada protein akan menghalangi proses kerja enzim dan merusak struktur sel. Hubungan Antar Variabel Keterkaitan dan hubungan antara beberapa variabel pengamatan terhadap stasiun pengamatan ditunjukkan berdasarkan hasil analisis Manova. Nilai rerata mean variabel kualitas air secara umum berbeda sangat nyata pada tingkat a 0,05 Lampiran 2. Variabel pengamatan yang memiliki perbedaan nilai rerata berdasarkan stasiun pengamatan adalah kekeruhan, salinitas, TSS, pH, NH 3 -N, NO 2 -N, NO 3 -N dan HPO 4 = . Artinya variabel di atas antar stasiun pengamatan menunjukkan perbedaan yang nyata. Variabel lainnya, yaitu suhu, DO, BOD 5 , TOM, Pb dan Cd yang terukur pada setiap stasiun pengamatan menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada a 0,05 karena tingkat signifikansi yang dimiliki masing- masing variabel lebih besar dari tingkat signifikansi yang telah ditetapkan sebesar 0,05 Lampiran 3. Selain analisis Manova, digunakan juga analisis Komponen Utama PCA untuk melihat variabel penciri yang menyusun masing-masing stasiun pengamatan serta menggambarkan korelasi antar variabel setiap stasiun pengamatan. Nilai korelasi statistik antar variabel pengamatan Lampiran 11 menunjukkan bahwa variabel suhu berkorelasi positif kuat dengan kekeruhan r = 0,814 dan TSS r = 0,826, yang berarti bahwa semakin meningkatnya kekeruhan dan TSS akan meningkatkan nilai suhu perairan. Hal ini disebabkan oleh partikel-partikel yang tersuspensi di dalam kolom air menyebabkan kekeruhan, menyerap dan menyimpan panas sinar matahari sehingga semakin banyak partikel yang menyerap dan menyimpan panas maka akan meningkatkan suhu perairan. Selain berkorelasi positif kuat dengan kekeruhan dan TSS, suhu juga terlihat berkorelasi negatif kuat dengan salinitas r = -0,957, pH r = -0,953, DOoksigen terlarut r = -0,864 dan saturasi oksigen r = -0,855. Hal ini menunjukkan bahwa semakin meningkatnya salinitas dan pH maka suhu air akan menurun, sebaliknya dengan meningkatnya suhu maka kandungan oksigen terlarut dan tingkat saturasinya akan menurun. Lampiran 11 juga memperlihatkan adanya korelasi positif yang kuat antara variabel kekeruhan dan TSS korelasi antara kekeruhan dengan TSS; r = 0,984 terhadap variabel NH 3 -N, NO 3 -N, NO 2 -N dan HPO 4 = . Nilai korelasi yang didapatkan antara kekeruhan dengan NH 3 -N r = 0,930, NO 3 -N r = 0,840, NO 2 - N r = 0,727 dan HPO 4 = r = 0,898. Nilai korelasi antara TSS dengan NH 3 -N r = 0,937, NO 3 -N r = 0,856, NO 2 -N r = 0,814 dan HPO 4 = r = 0,885. Arti dari nilai korelasi antara kekeruhan dan TSS terhadap variabel NH 3 -N, NO 3 -N, NO 2 -N dan HPO 4 = adalah meningkatnya kekeruhan dan TSS akan diikuti oleh meningkatnya NH 3 -N, NO 3 -N, NO 2 -N dan HPO 4 = . Kondisi ini menunjukkan adanya indikasi bahwa aktivitas di daratan mempunyai peranan yang relatif cukup besar dalam menyumbang keberadaan NH 3 -N, NO 3 -N, NO 2 -N dan HPO 4 = di perairan. St. 1 St. 2 St. 3 St. 4 St. 5 St. 6 St. 7 St. 8 -1,0 -0,5 0,0 0,5 1,0 -1 -0,5 0,5 1 F1 : 58,34 F2 : 24,30 Projection of the cases on the factor-plane 1 x 2 Gambar 36 Analisis komponen utama karakteristik kualitas air F1 x F2 A. Korelasi antar variabel B. Sebaran stasiun pengamatan Projection of the variables on the factor-plane 1 x 2 -1,0 -0,5 0,0 0,5 1,0 Factor 1 : 58,34 -1,0 -0,5 0,0 0,5 1,0 Factor 2 : 24,30 Pb air Pb Karang Cd karang Cd air BOD 5 HPO4 = NO3-N Kekeruhan TSS NH3 - N Suhu NO2 - N TOM DO pH Saturasi O 2 Salinitas A B Hal ini terlihat pada stasiun pengamatan yang berada dekat dengan daratan, yang mempunyai nilai kekeruhan dan TSS yang relatif tinggi selalu diikuti oleh relatif tingginya nilai NH 3 -N, NO 3 -N, NO 2 -N dan HPO 4 = dibandingkan stasiun pengamatan lainnya yang terletak ke arah laut. Selain itu terlihat juga bahwa stasiun pengamatan yang semakin ke arah laut mempunyai nilai salinitas dan pH yang cenderung meningkat. Hal ini dipertegas oleh nilai korelasi antara kekeruhan dengan salinitas sebesar -0,830 dan -0,774 untuk korelasi kekeruhan dengan pH, sedangkan korelasi TSS dengan salinitas sebesar -0,850 dan -0,794 untuk korelasi TSS dengan pH Gambar 36. Hasil korelasi pada Lampiran 11 tidak ada yang memperlihatkan adanya korelasi yang kuat, baik korelasi positif maupun korelasi negatif dari variabel fisika-kimia air terhadap keberadaan logam Pb dan Cd di badan air. Hal ini menunjukkan bahwa variabel logam Pb dan Cd merupakan variabel yang tidak terpengaruh secara langsung oleh kondisi kualitas air fisika-kimia atau dengan kata lain Pb dan Cd merupakan variabel yang berdiri sendiri sehingga bukan merupakan dampak atau bawaan dari variabel lainnya. Meningkatnya logam Pb selalu diikuti oleh meningkatnya logam Cd dengan korelasi sebesar 0,741 r = 0,741 pada badan air. Gambar 37 Dendrogram klasifikasi hierarki stasiun pengamatan. Tree Diagram for Variables Euclidean Distances St.8 St.5 St.7 St.6 St.4 St.3 St.2 St.1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Linkage Distance Kel. I Kel. III Kel. IV Kel. II DC SC OT AB DCA HC R AA St.3 St.4 St.5 St.6 -1,0 -0,8 -0,6 -0,4 -0,2 0,0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 1,2 1,4 1,6 F1 : 65.02 -1,2 -1,0 -0,8 -0,6 -0,4 -0,2 0,0 0,2 0,4 0,6 0,8 F2 : 30.89 Melihat pada klasifikasi hierarki yang diwujudkan dalam bentuk dendrogram berdasarkan kesamaan jarak Euclidean Analisis Kelompok, Cluster Analysis , diketahui bahwa stasiun pengamatan berdasarkan nilai tengahrerata mean variabel kualitas air dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok besar data lengkap pada Lampiran 1. Kelompok I diwakili oleh Stasiun 8, kelompok II diwakili oleh Stasiun 3, 4, 5, 6 serta Stasiun 7 yang membentuk satu kelompok, kelompok III diwakili oleh Stasiun 2, dan kelompok IV diwakili oleh Stasiun 1 Gambar 37 dan Lampiran 12. Bergabungnya Stasiun 3, 4, 5, 6 dan Stasiun 7 yang membentuk satu kelompok dikarenakan kelima stasiun ini mempunyai nilai rerata variabel kualitas air salinitas, pH, BOD 5 , TOM, Cd, Pb yang relatif lebih tinggi dari stasiun lainnya dengan nilai rerata variabel berkisar antara 14,573 – 15,128 Lampiran 12 dan standar deviasi yang berkisar antara 22,952 – 24,461. Grafik hasil Analisis Faktorial Koreponden memperlihatkan adanya asosiasi yang erat antara kategori AA alga assemblage dan AB abiotic dengan Stasiun 3 Gambar 38, sedangkan Stasiun 4 berasosiasi erat dengan kategori HC hard coral. Kategori DC death coral dan SC soft coral terlihat berasosiasi erat dengan Stasiun 5, sedangkan Stasiun 6 berasosiasi dengan kategori DCA death coral with alga, OT others dan R rubble. Gambar 38 Analisis faktorial koresponden stasiun pengamatan dan persen penutupan karang F1 x F2 Asosiasi yang erat antara kategori AA alga assemblage dan AB abiotic dengan Stasiun 3 sangat berhubungan dengan Stasiun 3 yang berhadapan langsung dengan daratan dan merupakan stasiun pengamatan karang yang terdekat dengan daratan, akibatnya tekanan lingkungan di lokasi ini cukup tinggi. Adanya suplai nutrien dari daratan dan sistem Sungai Sesumpu yang bermuara membuat pertumbuhan alga menjadi lebih cepat. McCook 1999 diacu dalam Szmant 2002 mengatakan bahwa pengayaan nutrien menstimulasi pertumbuhan alga. Sedangkan Bell et al. 1992 diacu dalam Szmant 2002 mengatakan bahwa karang hanya dapat tumbuh pada kondisi perairan dengan nutrien yang rendah. Tingkat kekeruhan dan TSS yang cukup tinggi sebagai dampak dari daratan dan sistem sungai yang bermuara juga menjadikan karang di Stasiun 3 menjadi mati karena polipnya tertutup oleh partikel-partikel dari daratan yang terbawa ke perairan. Karang mati yang ditemukan sebagian besar telah ditutupi oleh alga. Nilai persen penutupan karang keras di Stasiun 3 hanya 14,8 . Eratnya asosiasi antara kategori HC hard coral dengan Stasiun 4, terlihat dari tingginya persen penutupan karang dengan nilai sebesar 77,40 . Karang keras yang menutupi substrat dasar di Stasiun 4 meliputi ACB acropora branching, ACT acropora tabulate, ACS acropora submassive, ACE acropora encrusting, CF coral foliose, CM coral massive, CMR mushrom coral, CME millepora dan CHL heliopora. Letak Stasiun 4 yang lebih ke arah laut membuat karang di lokasi ini mampu berkembang baik. Beberapa faktor lingkungan yang dapat membatasi pertumbuhan karang di lokasi ini relatif tidak berpengaruh besar terhadap karang jika dibandingkan dengan stasiun karang yang lain. Keeratan hubungan antara kategori DC death coral dan SC soft coral dengan Stasiun 5 menunjukkan bahwa keberadaan karang yang tumbuh di Stasiun 5 tergolong sedang. Persen penutupan karang keras yang menutupi substrat sekitar 42,40 , dengan persen penutupan karang lunak SC sebesar 15 . Gelombang dan arus berperan dalam pertumbuhan karang, yaitu dengan membawa oksigen terlarut dan makanan. Hal ini dibuktikan dengan tingginya kandungan oksigen terlarut ya ng terukur di Stasiun 5 dibandingkan stasiun pengamatan lainnya, dengan nilai rerata oksigen terlarut sebesar 6,90 mgl dengan tingkat saturasi sebesar 92,00 . Gelombang dan arus juga dapat membersihkan polip dari kotoran-kotoran yang menempel di tubuh karang. Oleh karena itu karang yang tumbuh di daerah terbuka akan berkembang lebih baik dibandingkan karang yang tumbuh di daerah dengan perairan yang tenang dan terlindung. Stasiun 6 yang berasosiasi dengan kategori DCA death coral with alga, OT others dan R rubble memiliki persen penutupan karang keras sebesar 39,60 . Karang keras yang di temukan di lokasi ini meliputi ACB acropora branching, ACT acropora tabulate, ACS acropora submassive, ACD acropora digitate, CB coral branching, CE coral encrusting, CF coral foliose, CM coral massive, CMR mushrom coral dan CHL heliopora. Di samping karang keras juga ditemukan beberapa kategori lainnya seperti SC soft coral, DC death coral, SP sponge, R rubble, MA macroalgae, DCA death coral with algae dan AA algal assemblage . Analisis Komponen Utama PCA dilakukan pula pada variabel genera karang keras dan nilai Indeks Mortalitas Karang IMK terhadap stasiun pengamatan karang. Hasil analisis PCA menunjukkan bahw a informasi mengenai persen penutupan karang keras dan IMK terpusat pada 2 sumbu, dimana masing- masing sumbu menjelaskan 65,02 F1 dan 30,89 F2 dari ragam total sebesar 95,91 Lampiran 22. Sebaran masing-masing variabel pada stasiun pengamatan karang dapat dilihat pada Gambar 39. Nilai korelasi statistik antar variabel pengamatan Lampiran 18 dan Tabel 18 menunjukkan bahwa variabel IMK Indeks Mortalitas Karang berkorelasi positif kuat dengan variabel suhu r = 0,905, yang berarti bahwa kematian karang akan meningkat seiring dengan meningkatnya suhu perairan. Hal ini terjadi karena dengan meningkatnya suhu perairan maka akan mempercepat laju metabolisme karang. Korelasi positif terhadap variabel IMK ditunjukkan pula oleh variabel kekeruhan r = 0,385 dan TSS r = 0,125. Hal ini menunjukkan bahwa kekeruhan dan TSS berpengaruh terhadap tingkat kematian karang. Kondisi ini berhubungan dengan tertutupnya polip-polip karang oleh partikel- partikel yang tersuspensi penyebab kekeruhan sehingga proses fotosintesis oleh zooxantela akan terganggu. St.3 St.4 St.5 St.6 -1 -0,5 0,5 1 -1 -0,5 0,5 1 F1 : 45,89 F2 : 30,74 Projection of the cases on factor-plane 1 x 2 Gambar 39 Analisis komponen utama karakteristik kualitas air, genera karang keras dan IMK F1 x F2 A. Korelasi antar variabel B. Sebaran stasiun pengamatan karang B Projection of the variables on the factor-plane 1 x 2 -1,0 -0,5 0,0 0,5 1,0 F1 : 45.89 -1,0 -0,5 0,0 0,5 1,0 F2 : 30.74 TOM Seriatopora IMK Suhu DO Euphyllia Saturasi O 2 Leptoseris Oxypora Salinitas Porites Heliofungia Pb Karang Fungi a Cd karang Kekeruhan TSS NH3-N Favia HPO4 = NO2-N BOD 5 Sandalolita Acropora Millepora Pectinia pH NO 3 -N Cd air Heliopora Pb air Montipora A Tabel 18 Nilai korelasi antar variabel IMK terhadap Pb, Cd, salinitas, kekeruhan, suhu dan TSS Variabel IMK Pb air - 0,927 Cd air - 0,966 Pb karang 0, 671 Cd Karang 0,533 Salinitas - 0,208 Kekeruhan 0,385 Suhu 0,905 TSS 0,125 Konsentrasi logam Pb dan Cd di air laut berkorelasi negatif kuat terhadap nilai IMK r = -0,927 untuk Pb dan r = -0,966 untuk Cd, artinya tingginya konsentrasi logam berat Cd dan Pb di badan air relatif tidak diikuti oleh IMK yang tinggi. Tingginya nilai IMK lebih disebabkan oleh konsentrasi Cd dan Pb dalam jaringan karang itu sendiri r = 0,533 untuk Cd karang dan r = 0,671 untuk Pb karang. Artinya bahwa dengan meningkatnya konsentrasi logam berat Pb dan Cd dalam tubuh karang akan mempercepat kematian karang. Kondisi ini mungkin terjadi karena umumnya logam berat memiliki sifat bioakumulasi yang dapat terserap dan mengendap dalam tubuh karang yang besarannya sangat terkait dengan nilai BCF akibat waktu paruhnya yang panjang dan akhirnya bersifat toksik bagi karang. Hubungan antara variabel yang lain secara lebih detail dapat dilihat pada Tabel 19. Variabel arus dan salinitas memiliki korelasi posistif lemah terhadap konsentrasi Pb dan Cd di badan air, artinya dengan meningkatnya salinitas r = 0,301 untuk Pb dan r = 0,071 untuk Cd dan kecepatan arus r = 0,375 untuk Pb dan r = 0,034 untuk Cd relatif tidak membawa pengaruh yang besar terhadap keberadaan Pb dan Cd di badan air. Hal ini terjadi karena kecepatan arus bukan menjadi penyebab meningkatnya konsentrasi Pb dan Cd di badan air tetapi arus hanya berperan dalam menyebarkan logam yang sudah terdapat di badan air. Sedangkan salinitas yang lebih tinggi menunjukan bahwa stasiun yang terletak lebih ke arah laut relatif kecil mengandung logam berat. Tabel 19 Nilai korelasi antar variabel Pb dan Cd terhadap arus, suhu, kekeruhan, TSS dan salinitas Variabel Pb air Cd air Pb karang Cd karang Arus 0,375 0,034 -0,715 -0,872 Suhu -0,749 -0,765 0,746 0,426 Kekeruhan -0,698 -0,446 0,676 0,950 TSS -0,475 -0,173 0,597 0,891 Salinitas 0,391 0,071 -0,863 -0,816 Pengaruh arus terhadap konsentrasi Pb r = -0,715 dan Cd r = -0,872 dalam jaringan lunak karang sifat korelasinya adalah negatif kuat, artinya bahwa kecepatan arus yang rendah sangat memberikan pengaruh yang besar terhadap keberadaan Pb dan Cd dalam tubuh karang. Hal ini berhubungan dengan proses presipitasi dari logam itu sendiri, dimana dengan arus yang lebih kecil lambat maka proses presipitasi dari logam akan lebih cepat dan selanjutnya diakumulasi oleh jaringan lunak karang. Sifat korelasi yang sama juga ditunjukkan oleh variabel salinitas terhadap Pb r = -0,863 dan Cd r = -0,816 di jaringan lunak. Sifat korelasi positif kuat di tunjukkan oleh variabel suhu r = 0,746 untuk Pb, kekeruhan r = 0,676 untuk Pb dan r = 0,950 untuk Cd dan TSS r = 0,597 untuk Pb dan r = 0,891 untuk Cd terhadap keberadaan Pb dan Cd di jaringan lunak karang, artinya denga n meningkatnya suhu, kekeruhan dan TSS maka akumulasi Pb dan Cd dalam jaringan lunak karang akan meningkat. Variabel yang paling berpengaruh terhadap akumulasi Pb dan Cd di jaringan adalah kekeruhan dan TSS. Kondisi ini terjadi karena Pb dan Cd yang berasal dari daratan terbawa melalui partikel-partikel yang tersuspensi dan menyebabkan kekeruhan. Semakin tinggi kekeruhan dan TSS maka akan meningkatkan konsentrasi Pb dan Cd di jaringan akibat dari sifat bioakumulasi logam tersebut terhadap organisme. Peranan suhu terhadap akumulasi logam di jaringan sangat besar karena meningkatnya suhu dapat meningkatkan laju metabolisme karang. Besarnya pengaruh variabel lingkungan terhadap kehidupan karang keras khususnya dari Genus Porites yang digunakan sebagai bioindikator dalam melihat akumulasi logam disajikan pada tabel 20. Tabel 20 Nilai korelasi antar variabel lingkungan terhadap karang Genus Porites Variabel Genus Porites Pb air 0, 612 Cd air 0, 324 Pb karang - 0,700 Cd karang - 0,953 Suhu - 0,132 Kekeruhan - 0,986 TSS - 0,986 Salinitas 0,765 Korelasi antar variabel lingkungan TSS, kekeruhan, Cd karang dan Pb Karang terhadap karang keras Genus Porites bersifat negatif kuat yang artinya variabel tersebut sangat berpengaruh negatif terhadap kehidupan karang Genus Porites , dengan kata lain bahwa tingginya konsentrasi TSS, kekeruhan, Cd karang dan Pb Karang akan menyebabkan kematian bagi karang. Gambar 40 Dendrogram klasifikasi hierarki stasiun pengamatan karang. Tree Diagram for Variables Euclidean Distances St.4 St.5 St.6 St.3 10 15 20 25 30 35 Linkage Distance Kel. I Kel. III Kel. II Hasil klasifikasi hierarki yang diwujudkan dalam bentuk dendrogram Gambar 40 memperlihatkan bahwa stasiun pengamatan berdasarkan nilai tengahrerata mean variabel genera karang keras dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok besar data lengkap pada Lampiran 29. Kelompok I diwakili oleh Stasiun 4 dengan nilai rerata mean sebesar 7,95 dan standar deviasi sebesar 17,07. Kelompok II diwakili oleh Stasiun 5 dengan nilai rerata sebesar 7,32 dan standar deviasi sebesar 17,1. Kelompok III diwakili oleh Stasiun 6 dan Stasiun 3 dengan nilai rerata sebesar 6,56 untuk Stasiun 3 dan 7,05 untuk Stasiun 6 sedangkan standar deviasi sebesar 16,3 untuk Stasiun 3 dan 16,33 untuk Stasiun 6 Lampiran 19. SIMPULAN Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan di perairan Tanjung Jumlai dapat disimpulkan bahwa : 1. Variabel kualitas air saat penelitian dilakukan secara umum masih dapat mendukung kehidupan terumbu karang di perairan tersebut. 2. Hewan karang yang tumbuh di perairan Tanjung Jumlai khus usnya dari Genus Porites telah terakumulasi logam berat dengan nilai konsentrasi Pb di jaringan lunak lebih tinggi hingga empat kali lipat daripada konsentrasi Pb di badan air. Nilai konsentrasi Cd di jaringan diketahui lebih tinggi hingga dua kali lipat daripada konsentrasi Cd di badan air. 3. Akumulasi logam Pb pada jaringan lunak karang hingga 2,23 mgl tidak mengakibatkan perubahan gambaran mikromorfologi jaringan lunak karang Porites . 4. Karang mempunyai sistem yang unik dalam mengeliminir logam dalam tubuhnya. Hal ini merupakan salah satu strategi bagi karang untuk bisa bertahan terhadap kondisi perairan yang menyimpang dari kondisi normal. Saran 1. Perlu kajian lebih lanjut untuk melihat dampak akumulasi logam berat terhadap ultrastruktur sel-sel polip karang. 2. Perlu kajian akumulasi logam berat dalam kerangka kapur untuk melihat potensi karang Porites sebagai bioindikator dan biofilter perairan. DAFTAR PUSTAKA Abdunnur, Suyatna I, Zainuri M. 2006. Monitoring KualitasAir Laut dan Tambak di Perairan Panajam Paser Utara Sehubungan dengan Kegiatan Seismik Seturian. Kerjasama Chevron Indonesia Company-Jur. MSP FPIK Unmul, Samarinda. American Sociaty for Testing Materials ASTM. 1972. Water Analysis. Phyladelphias. Andersen G. 2003. Coral Reef Formation. http:www.student.rio.edus369480webquestdefaulthtm [5 jan 2006]. Anu G, NC Kumar, KV Jayalaksmi, SM Nair. 2007. Monitoring of heavy metal partitioning in reef corals of lakshadweep archipelago, indian ocean . Environ Monit Assess 128:195-208. APHA. 2000. Standard Methods for The Examination of Water and Waste Water. Ed ke-12. New York: APHA Inc. Barnes DR. 1980. Invertebrate Zoology. Fourth Ed. Saunders College Publishing. Bengen DG. 2000. Sinopsis Teknik Pengambilan Contoh dan Analisis Data Biofisik Sumberdaya Pesisir . Bogor: Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB. Birkeland C. 1997. Life and Death of Coral Reef. Ed. University of Guam. Chapman And Hall. International Thomson Publishing. Dahuri R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut. Aset Pembangunan Berkelanjutan Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. hlm 27-29. David CP. 2003. Heavy metals concentration in growth bands of corals a record of mine tailings input through time marinduque island, phillippines. Mar. Pol. Bull 46, 187-196. Ditlev H. 1980. Field Guide to the Reef Building Corals of the Indo-Pasific. Rotterdam: Dr W Backhyus Publisher, Klampenborg: Scandinavia Science Press Ltd. Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan . Kanisius. Yogyakarta. English S, Wilkinson C, Baker V, editor. 1994. Survey Manual for Tropical Marine Resources . Australia: ASEAN – Australia Marine Science Project: Living Coastal Resources. Esslemont G. 1999. Heavy metals in corals from heron island and darwin harbour australia. Mar. Pol. Bull. 38, 1051-1054. Esslemont G, Harriot VJ, McConchie DM. 2000. Variability of trace-metal concentrations within and between colonies of pocillopora damicornis . Mar. Pol. Bull Vol. 40, No. 7, 637-642. Fallon SJ, White JC, Mc Culloch MT. 2002. Porites corals as recorded of mining and environmental impacts : misima island papua new guinea. Geochimia et Cosmochimica Acta 66, 45-62. Fardiaz S. 1992. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: Kanisius. Fautin DG, Mariscal RN. 1991. Cnidaria: Anthozoa. In Harrison F W, Westfall J A, editor. Microscopic Anatomy of Invertebrates, Vol 2: Placozoa, Porifera, Cnidaria and Ctenophora. p 287-358. USA: Wiley-Liss,Inc. Goldberg WM. 2002. Gastrodermal structure and feeding responses in the scleractinian mycetophyllia reesi a coral with novel digestive filaments. TissueCell 34 4 246-261. Grashkov , Yakushova A. 1977. Physical Geology. Mokswa: Mir Publisher. Kiernan JA. 1990. Histological Histochemical Methods: Theory and Practice 2 nd edition. England: Pergamon Press. Krupp DA. 1984. Mucus production by corals exposed during an extreme low tide. Pac. Sci. 38: 1-11. Kunaefi TD, Ariesyady HD. 2000. Potensi bioakumulasi logam berat di perairan kepulauan seribu studi kasus pulau kelapa . Industrial Hygiene and Toxicology Vol. 2: Januari 2006. Institut Teknologi Bandung. http:Industrial_hygiene_and_toxicology.htm . [2 Juni 2007] Laws EA. 1993. Aquatic Pollution: An Introduction Text. 2 nd edt. John Wiley Sons, Inc. USA. MENLH. 2004. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Tentang Baku Mutu Air laut. KEP No-51MENLHI2004. 8 April 2004. Jakarta. Metcalf, Eddy. 1974. Wastewater Engineering. TMH. Edition. New Delhi: TATA McGraw-Hill Publishing Company Ltd. Ma’ruf M. 2007. Analisis Konsentrasi Logam Berat pada Ikan Beronang Siganus sp dan lingkungan perairan untuk pengelolaan wilayah pesisir bontang [tesis]. Samarinda: Program Pascasarjana, Universitas Mulawarman. Mojetta A. 1995. The Barrier Reef. A Guide to the World of Corals. Egypt: A A Gaddis Soons. Moosa MK. 2001. Terumbu Karang Indonesia dan Permasalahan yang dihadapi. Makalah Seminar Nasional Terumbu Karang Indonesia. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta. Muscatine L. 1971. Endosymbiosis of Algae and Coelenterates. Experimental Coelenterate Biology . Honolulu: University of Hawaii Press. Muscatin L, Lenhoff HM. 1974. Coelenterate Biology: Review and New Perspective . London: Acad Press. Muscatine L. 1980. Productivity Zooxanthella. In Primery Productivity in the Sea. Ed Sea. New York: Plenum Press. hlm 181-202. Nybakken JW. 1993. Marine Ecology. An Ecological Approach. 3 rd edition. New York: Harper Collins Collage Publisher. Odum EP. 1993. Dasar – Dasar Ekologi. Yogyakarta: UGM Press. Palar H. 2004. Toksikologi dan Pencemaran Logam Berat. Jakarta: Rineka Cipta. Pariwono JI. 1987. Kondisi Pasut di Indonesia. Kursus Pasang Surut Asean- Australia Coorporative Programs on Marine Science, Jakarta. Pelindo IV Balikpapan. 2006. Pasang Surut Tahun 2007. Pelabuhan Indonesia IV Pelindo IV Balikpapan. Rafii A. 2004. Hubungan Sifat Fisika-Kimiawi Perairan terhadap Fitoplankton dan Sebaran Klorofil-a di Teluk Jobokuto Kabupaten Jepara Jawa Tengah [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Ramili Y. 2007. Struktur Morfologis dan Perke mbangan Gonad Spons Aaptos aaptos Schmidt, 1864 Kelas Demospongiae Di Kepulauan Pulau Pari, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, IPB. Randal RH. 1983. Guide to The Coastal Resources of Guam.Volume ke-2, The Corals . University of Guam. J Ravindran, C Raghukumar. 2006. Histological observation on the scleractinian coral porites lutea affected by pink-line syndrome . Current Science, Vol. 90, No. 5. Riley JP, Chester R. 1971. Introduction to Marine Chemistry. Academic Press. London dan New York. Ruyitno. 1991. Marine Pollution in Indonesia. Jakarta: International Marine Confrence. Salvat B. 1987. Human Impacts On Coral Reef: Facts And Recomendation. Impacts Des Activities Humaines Sur Les Recifs Coralliens: Connaissances Et Recomendatuions . Antene de Tahiti Museum E.P.H.E. B.P. 1013. Papetoai, Moorea, Polynese Francaise. Sanusi HS, Kaswadji RF, Nurjaya IW, Rafni R. 2005. Kajian kapasitas beban pencemaran organik dan anorganik di perairan teluk jobokuto kabupaten jepara jawa tengah . Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia. Jilid 12 No.1. pp: 9-16. Sastrawijaya AT. 1991. Pencemaran Lingkungan. PT Rineka Cipta. Jakarta Scott PJB. 1990. Chronic pollution recorded in coral skeleton in hong kong. Journal of Experimental Biology and Ecology 139, 51-64. Soemirat J. 2003. Prinsip Dasar Toksikologi Lingkungan J Soemirat Ed. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Stafford-Smith MG, Ormond RFG. 1992. Sediment-rejection efficiency of 22 species of australian scleractinian corals. Marine Biology 115 : 229-243. Suharsono. 1996. Jenis-Jenis Karang yang Umum di Jumpai di Perairan Indonesia. Jakarta: P3O – LIPI. Proyek Penelitian dan Pengembangan Daerah Pantai. Suharsono. 2004. Jenis-Jenis Karang di Indonesia. Jakarta: Pusat Penelitian Oseanografi – LIPI. COREMAP Program. Sukarno. 1983. Terumbu Karang di Indonesia Sumberdaya dan Pengelolaannya. Jakarta: LON – LIPI. Supriharyono. 2002. Pelestarian dan Pengelolaan Sumberdaya Alam di Wilayah Pesisir Tropis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Szmant AM. 2002. Nutrient enrichment on coral reef. Estuaries Vol 25.No 4b, 743-766. Timotius S. 2003. Biologi Terumbu Karang. http:www.terangi.or.idpublicationspdfbiologi_karang.pdf [2 juli 2006]. Tomascik T, Mah AJ, Nontji A, Moosa MK. 1997. The Ecology of the Indonesian Seas Part Two . Singapore: Periplus Edition. 1388+vi pp. Veron JEN. 1993. Corals of Australia and the Indo-Pacific. Honolulu: University of Hawaii Press. Veron JEN. 1995. Corals in Space and Time: The Biogeography and Evolution of The Scleractinia . Australia: UNSW Press. Veron JEN, Stafford-Smith MG. 2002. Coral ID: An Electronic Key to the zooxanthellate scleractinian corals of the world. Release 1. Publisher Australia: Townsville, Qld. Australia Institute of Marine Science [CD Interaktif]. Wells JW. 1956. Scleractinia. USA: Geological Society of America and University of Kansas Press. Lampiran 1 Hasil pengukuran parameter pengamatan selama penelitian No. Parameter Pengamatan Periode Stasiun Pengamatan St.1 St.2 St.3 St.4 St.5 St.6 St.7 St.8 1 Waktu Pengamatan 1 12,30 13,50 14,43 15,14 15,39 16,02 14,12 13,10 2 7,45 9,04 9,55 10,36 10,57 11,22 9,30 8,25 3 9,20 10,55 11,58 12,24 12,52 13,22 11,23 10,08 2 Kedalaman m 1 2 6 4 4 4 4 20 20 2 2 6 4 4 4 4 20 20 3 3 6 4 4 4 4 29,5 31 Rerata 2,3 6 4 4 4 4 20 20 3 Arus cmdetik dan derajat 1 10,62 12,97 7,64 8,62 10,76 11,78 13,58 13,88 arah 110 o 175 o 195 o 210 o 170 o 160 o 170 o 175 o 2 14,47 16,86 10,08 10,31 14,82 14,97 15,92 16,73 arah 120 o 170 o 185 o 200 o 175 o 150 o 195 o 190 o 3 18,27 18,62 13,73 13,52 15,44 15,7 16,58 16,92 arah 110 o 180 o 185 o 200 o 180 o 160 o 185 o 185 o Rerata cmdetik 14,45 16,15 10,48 10,82 13,67 14,15 15,36 15,84 arah 113,33 o 175,00 o 188,33 o 203,33 o 175,00 o 156,67 o 183,33 o 183,33 o A Kualitas Air : 4 Suhu o C 1 31,30 30,30 30,60 29,90 29,70 29,70 29,50 29,40 2 30,40 30,10 29,90 29,70 30,10 30,50 30,40 30,30 3 30,90 30,60 30,10 30,10 30,00 30,20 30,10 30,10 Rerata 30,87 30,33 30,20 29,90 29,93 30,13 30,00 29,93 5 Kekeruhan NTU 1 14,00 12,00 12,00 10,00 10,00 9,00 9,00 8,00 2 16,00 13,00 12,00 11,00 11,00 9,00 6,00 5,00 3 17,00 13,00 13,00 12,00 11,00 10,00 9,00 7,00 Rerata 15,67 12,67 12,33 11,00 10,67 9,33 8,00 6,67 Lampiran 1 Lanjutan No. Parameter Pengamatan Periode Stasiun Pengamatan St.1 St.2 St.3 St.4 St.5 St.6 St.7 St.8 6 TSS mgl 1 26,39 23,74 21,56 24,60 25,47 24,91 24,80 22,18 2 37,00 34,00 31,00 29,00 27,00 26,00 23,00 21,00 3 38,40 35,81 32,50 30,10 28,62 26,90 25,00 22,62 Rerata 33,93 31,18 28,35 27,90 27,03 25,94 24,27 21,93 7 Salinitas ‰ 1 30,00 32,50 33,70 33,80 33,80 33,70 33,70 33,70 2 29,70 32,20 33,40 33,40 33,60 33,50 33,60 33,50 3 29,40 31,50 32,10 32,20 33,00 32,80 33,20 33,20 Rerata 29,70 32,07 33,07 33,13 33,47 33,33 33,50 33,47 8 pH 1 7,37 7,85 8,07 8,14 8,15 8,10 8,10 8,15 2 7,31 7,83 7,98 8,00 8,00 7,99 7,99 8,00 3 7,29 7,82 8,00 8,00 8,10 8,10 8,00 8,00 Rerata 7,32 7,83 8,02 8,05 8,08 8,06 8,03 8,05 9 DO mgl 1 6,40 6,70 6,40 6,30 6,30 6,40 6,70 6,80 2 4,50 5,70 6,40 5,90 7,30 6,20 6,60 6,10 3 6,00 6,60 6,70 6,70 7,10 7,00 6,90 7,00 Rerata 5,63 6,33 6,50 6,30 6,90 6,53 6,73 6,63 10 Saturasi Oksigen 1 84,00 89,00 89,00 89,00 88,00 89,00 90,00 81,00 2 59,00 75,00 86,00 85,00 98,00 82,00 91,00 83,00 3 78,00 81,00 81,00 80,00 90,00 90,00 89,00 89,00 Rerata 73,67 81,67 85,33 84,67 92,00 87,00 90,00 84,33 11 BOD 5 mgl 1 1,50 1,30 1,60 1,70 1,80 1,80 1,50 1,40 2 1,50 1,40 1,70 1,70 1,40 1,60 1,50 1,30 3 1,80 1,60 1,60 1,60 1,50 1,50 1,30 1,30 Rerata 1,60 1,43 1,63 1,67 1,57 1,63 1,43 1,33 Lampiran 1 Lanjutan No. Parameter Pengamatan Periode Stasiun Pengamatan St.1 St.2 St.3 St.4 St.5 St.6 St.7 St.8 12 TOM mgl 1 36,73 36,38 36,94 37,59 38,80 38,71 36,80 34,83 2 44,24 44,21 48,00 44,27 49,92 46,70 49,28 49,26 3 44,86 44,64 47,98 45,82 46,20 46,95 48,44 48,59 Rerata 41,94 41,74 44,31 42,56 44,97 44,12 44,84 44,23 13 NH 3 -N mgl 1 0,20 0,16 0,10 0,14 0,05 0,05 0,02 0,03 2 0,18 0,21 0,14 0,16 0,08 0,06 0,04 0,02 3 0,23 0,20 0,21 0,12 0,07 0,05 0,05 0,03 Rerata 0,20 0,19 0,15 0,14 0,07 0,05 0,04 0,03 14 NO 2 -N mgl 1 0,063 0,079 0,009 0,008 0,010 0,002 0,004 0,006 2 0,058 0,068 0,004 0,005 0,004 0,004 0,004 0,004 3 0,070 0,074 0,006 0,006 0,004 0,003 0,001 0,001 Rerata 0,064 0,074 0,006 0,006 0,006 0,003 0,003 0,004 15 NO 3 -N mgl 1 1,09 0,69 0,63 0,41 0,65 0,71 0,56 0,28 2 0,72 0,42 0,31 0,42 0,62 0,46 0,27 0,24 3 0,70 0,68 0,42 0,85 0,72 0,57 0,21 0,26 Rerata 0,84 0,60 0,45 0,56 0,66 0,58 0,35 0,26 16 HPO 4 = mgl 1 0,160 0,140 0,134 0,140 0,080 0,070 0,036 0,027 2 0,210 0,180 0,160 0,160 0,085 0,060 0,023 0,021 3 0,150 0,170 0,170 0,175 0,056 0,050 0,024 0,023 Rerata 0,173 0,163 0,155 0,158 0,074 0,060 0,028 0,024 Lampiran 1 Lanjutan No. Parameter Pengamatan Periode Stasiun Pengamatan St.1 St.2 St.3 St.4 St.5 St.6 St.7 St.8 B Logam Berat dalam Air : 17 Hg mgl 1 0,0005 0,0005 0,0005 0,0005 0,0005 0,0005 0,0005 0,0005 2 0,0005 0,0005 0,0005 0,0005 0,0005 0,0005 0,0005 0,0005 3 0,0005 0,0005 0,0005 0,0005 0,0005 0,0005 0,0005 0,0005 Rerata 0,0005 0,0005 0,0005 0,0005 0,0005 0,0005 0,0005 0,0005 18 Pb mgl 1 0,450 0,430 0,470 0,710 0,670 0,660 0,470 0,480 2 0,460 0,460 0,450 0,460 0,420 0,470 0,470 0,460 3 0,460 0,470 0,490 0,510 0,500 0,490 0,480 0,480 Rerata 0,457 0,453 0,470 0,560 0,530 0,540 0,473 0,473 19 Cd mgl 1 0,041 0,049 0,046 0,071 0,056 0,056 0,043 0,048 2 0,050 0,050 0,042 0,045 0,046 0,048 0,045 0,047 3 0,045 0,051 0,047 0,048 0,045 0,046 0,043 0,044 Rerata 0,045 0,050 0,045 0,055 0,049 0,050 0,044 0,046 20 As mgl 1 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 2 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 3 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 Rerata 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 Lampiran 1 Lanjutan No. Parameter Pengamatan Periode Stasiun Pengamatan St.1 St.2 St.3 St.4 St.5 St.6 St.7 St.8 C Logam Berat dalam Hewan Karang : 21 Hg mgl 1 - - 0,0005 0,0005 0,0005 0,0005 - - 2 - - 0,0005 0,0005 0,0005 0,0005 - - 3 - - 0,0005 0,0005 0,0005 0,0005 - - Rerata - - 0,0005 0,0005 0,0005 0,0005 - - 22 Pb mgl 1 - - 2,268 1,521 1,060 1,494 - - 2 - - 2,226 1,488 1,122 1,470 - - 3 - - 2,203 1,540 1,085 1,498 - - Rerata - - 2,232 1,516 1,089 1,487 - - 23 Cd mgl 1 - - 0,118 0,089 0,061 0,059 - - 2 - - 0,145 0,103 0,087 0,084 - - 3 - - 0,120 0,094 0,096 0,075 - - Rerata - - 0,128 0,095 0,081 0,073 - - 24 As mgl 1 - - 0,001 0,001 0,001 0,001 - - 2 - - 0,001 0,001 0,001 0,001 - - 3 - - 0,001 0,001 0,001 0,001 - - Rerata - - 0,001 0,001 0,001 0,001 - - Lampiran 2 Hasil test multivariat kualitas air Manova Effect Value F Hypothesis df Error df Sig. Intercept Pillais Trace 1,000 337997,028a 15,000 2,000 ,000 Wilks Lambda ,000 337997,028a 15,000 2,000 ,000 Roys Largest Root 2534977,709 337997,028a 15,000 2,000 ,000 Stasiun Pillais Trace 4,965 1,301 105,000 56,000 ,140 Wilks Lambda ,000 6,307 105,000 22,109 ,000 Roys Largest Root 1684,986 898,659b 15,000 8,000 ,000 a Exact statistic b The statistic is an upper bound on F that yields a lower bound on the significance level. c Design: Intercept+Stasiun Lampiran 3 Test pengaruh antar variabel kualitas air Manova Source Dependent Variable Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Suhu 2,183a 7 ,312 2,317 ,078 Model Kekeruhan 169,958b 7 24,280 19,424 ,000 TSS 299,615c 7 42,802 2,545 ,058 Salinitas 35,813d 7 5,116 17,795 ,000 pH 1,393e 7 ,199 50,048 ,000 DO 3,086f 7 ,441 1,606 ,204 Saturasi O2 654,000g 7 93,429 2,324 ,077 BOD5 ,310h 7 ,044 2,468 ,064 TOM 35,576i 7 5,082 ,150 ,992 NH3-N ,105j 7 ,015 22,360 ,000 NO2-N ,019k 7 ,003 217,552 ,000 NO3-N ,695l 7 ,099 3,695 ,014 H 2 PO 4 - ,087m 7 ,012 39,395 ,000 Pb ,037n 7 ,005 ,918 ,518 Cd ,000o 7 3,905E-05 1,037 ,444 Intercept Suhu 21834,634 1 21834,634 162238,765 ,000 Kekeruhan 2795,042 1 2795,042 2236,033 ,000 TSS 18238,107 1 18238,107 1084,520 ,000 Salinitas 25689,127 1 25689,127 89353,484 ,000 pH 1509,555 1 1509,555 379762,218 ,000 DO 997,170 1 997,170 3631,577 ,000 Saturasi O2 172720,667 1 172720,667 4295,644 ,000 BOD5 56,734 1 56,734 3166,535 ,000 TOM 45600,371 1 45600,371 1346,487 ,000 Lampiran 3 Lanjutan Source Dependent Variable Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. NH3-N ,282 1 ,282 419,876 ,000 NO2-N ,010 1 ,010 843,034 ,000 NO3-N 6,923 1 6,923 257,640 ,000 H 2 PO 4 - ,261 1 ,261 828,600 ,000 Pb 5,871 1 5,871 1026,945 ,000 Cd ,055 1 ,055 1468,035 ,000 Stasiun Suhu 2,183 7 ,312 2,317 ,078 Kekeruhan 169,958 7 24,280 19,424 ,000 TSS 299,615 7 42,802 2,545 ,058 Salinitas 35,813 7 5,116 17,795 ,000 pH 1,393 7 ,199 50,048 ,000 DO 3,086 7 ,441 1,606 ,204 Saturasi O2 654,000 7 93,429 2,324 ,077 BOD5 ,310 7 ,044 2,468 ,064 TOM 35,576 7 5,082 ,150 ,992 NH3-N ,105 7 ,015 22,360 ,000 NO2-N ,019 7 ,003 217,552 ,000 NO3-N ,695 7 ,099 3,695 ,014 H 2 PO 4 - ,087 7 ,012 39,395 ,000 Pb ,037 7 ,005 ,918 ,518 Cd ,000 7 3,905E-05 1,037 ,444 Error Suhu 2,153 16 ,135 Kekeruhan 20,000 16 1,250 TSS 269,068 16 16,817 Salinitas 4,600 16 ,287 pH ,064 16 ,004 DO 4,393 16 ,275 Saturasi O2 643,333 16 40,208 BOD5 ,287 16 ,018 TOM 541,859 16 33,866 NH3-N ,011 16 ,001 NO2-N ,000 16 1,221E-05 NO3-N ,430 16 ,027 H 2 PO 4 - ,005 16 ,000 Pb ,091 16 ,006 Cd ,001 16 3,767E-05 Lampiran 3 Lanjutan Source Dependent Variable Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Total Suhu 21838,970 24 Kekeruhan 2985,000 24 TSS 18806,790 24 Salinitas 25729,540 24 pH 1511,011 24 DO 1004,650 24 Saturasi O2 174018,000 24 BOD5 57,330 24 TOM 46177,805 24 NH3-N ,397 24 NO2-N ,029 24 NO3-N 8,048 24 H2PO4 - ,353 24 Pb 5,999 24 Cd ,056 24 Corrected Suhu 4,336 23 Total Kekeruhan 189,958 23 TSS 568,683 23 Salinitas 40,413 23 pH 1,456 23 DO 7,480 23 Saturasi O2 1297,333 23 BOD5 ,596 23 TOM 577,434 23 NH3-N ,116 23 NO2-N ,019 23 NO3-N 1,125 23 H2PO4 - ,092 23 Pb ,128 23 Cd ,001 23 a R Squared = ,503 Adjusted R Squared = ,286 b R Squared = ,895 Adjusted R Squared = ,849 c R Squared = ,527 Adjusted R Squared = ,320 d R Squared = ,886 Adjusted R Squared = ,836 e R Squared = ,956 Adjusted R Squared = ,937 f R Squared = ,413 Adjusted R Squared = ,156 g R Squared = ,504 Adjusted R Squared = ,287 h R Squared = ,519 Adjusted R Squared = ,309 i R Squared = ,062 Adjusted R Squared = -,349 j R Squared = ,907 Adjusted R Squared = ,867 k R Squared = ,990 Adjusted R Squared = ,985 l R Squared = ,618 Adjusted R Squared = ,451 m R Squared = ,945 Adjusted R Squared = ,921 n R Squared = ,287 Adjusted R Squared = -,026 o R Squared = ,312 Adjusted R Squared = ,011 Lampiran 4 Perbandingan variabel kualitas air antar stasiun pengamatan Manova Dependent Variable STASIUN I STASIUN J Mean Difference I-J Std. Error Sig. 95 Confidence Interval Lower Bound Upper Bound Suhu St.1 St.2 ,5333 ,29954 ,094 -,1017 1,1683 St.3 ,6667 ,29954 ,041 ,0317 1,3017 St.4 ,9667 ,29954 ,005 ,3317 1,6017 St.5 ,9333 ,29954 ,007 ,2983 1,5683 St.6 ,7333 ,29954 ,026 ,0983 1,3683 St.7 ,8667 ,29954 ,011 ,2317 1,5017 St.8 ,9333 ,29954 ,007 ,2983 1,5683 St.2 St.1 -,5333 ,29954 ,094 -1,1683 ,1017 St.3 ,1333 ,29954 ,662 -,5017 ,7683 St.4 ,4333 ,29954 ,167 -,2017 1,0683 St.5 ,4000 ,29954 ,200 -,2350 1,0350 St.6 ,2000 ,29954 ,514 -,4350 ,8350 St.7 ,3333 ,29954 ,282 -,3017 ,9683 St.8 ,4000 ,29954 ,200 -,2350 1,0350 St.3 St.1 -,6667 ,29954 ,041 -1,3017 -,0317 St.2 -,1333 ,29954 ,662 -,7683 ,5017 St.4 ,3000 ,29954 ,331 -,3350 ,9350 St.5 ,2667 ,29954 ,387 -,3683 ,9017 St.6 ,0667 ,29954 ,827 -,5683 ,7017 St.7 ,2000 ,29954 ,514 -,4350 ,8350 St.8 ,2667 ,29954 ,387 -,3683 ,9017 St.4 St.1 -,9667 ,29954 ,005 -1,6017 -,3317 St.2 -,4333 ,29954 ,167 -1,0683 ,2017 St.3 -,3000 ,29954 ,331 -,9350 ,3350 St.5 -,0333 ,29954 ,913 -,6683 ,6017 St.6 -,2333 ,29954 ,447 -,8683 ,4017 St.7 -,1000 ,29954 ,743 -,7350 ,5350 St.8 -,0333 ,29954 ,913 -,6683 ,6017 St.5 St.1 -,9333 ,29954 ,007 -1,5683 -,2983 St.2 -,4000 ,29954 ,200 -1,0350 ,2350 St.3 -,2667 ,29954 ,387 -,9017 ,3683 St.4 ,0333 ,29954 ,913 -,6017 ,6683 St.6 -,2000 ,29954 ,514 -,8350 ,4350 St.7 -,0667 ,29954 ,827 -,7017 ,5683 St.8 ,0000 ,29954 1,000 -,6350 ,6350 St.6 St.1 -,7333 ,29954 ,026 -1,3683 -,0983 St.2 -,2000 ,29954 ,514 -,8350 ,4350 St.3 -,0667 ,29954 ,827 -,7017 ,5683 St.4 ,2333 ,29954 ,447 -,4017 ,8683 St.5 ,2000 ,29954 ,514 -,4350 ,8350 St.7 ,1333 ,29954 ,662 -,5017 ,7683 St.8 ,2000 ,29954 ,514 -,4350 ,8350 Lampiran 4 Lanjutan Dependent Variable STASIUN I STASIUN J Mean Difference I-J Std. Error Sig. 95 Confidence Interval Lower Bound Upper Bound Suhu St.7 St.1 -,8667 ,29954 ,011 -1,5017 -,2317 St.2 -,3333 ,29954 ,282 -,9683 ,3017 St.3 -,2000 ,29954 ,514 -,8350 ,4350 St.4 ,1000 ,29954 ,743 -,5350 ,7350 St.5 ,0667 ,29954 ,827 -,5683 ,7017 St.6 -,1333 ,29954 ,662 -,7683 ,5017 St.8 ,0667 ,29954 ,827 -,5683 ,7017 St.8 St.1 -,9333 ,29954 ,007 -1,5683 -,2983 St.2 -,4000 ,29954 ,200 -1,0350 ,2350 St.3 -,2667 ,29954 ,387 -,9017 ,3683 St.4 ,0333 ,29954 ,913 -,6017 ,6683 St.5 ,0000 ,29954 1,000 -,6350 ,6350 St.6 -,2000 ,29954 ,514 -,8350 ,4350 St.7 -,0667 ,29954 ,827 -,7017 ,5683 Kekeruhan St.1 St.2 3,0000 ,91287 ,005 1,0648 4,9352 St.3 3,3333 ,91287 ,002 1,3981 5,2685 St.4 4,6667 ,91287 ,000 2,7315 6,6019 St.5 5,0000 ,91287 ,000 3,0648 6,9352 St.6 6,3333 ,91287 ,000 4,3981 8,2685 St.7 7,6667 ,91287 ,000 5,7315 9,6019 St.8 9,0000 ,91287 ,000 7,0648 10,9352 St.2 St.1 -3,0000 ,91287 ,005 -4,9352 -1,0648 St.3 ,3333 ,91287 ,720 -1,6019 2,2685 St.4 1,6667 ,91287 ,087 -,2685 3,6019 St.5 2,0000 ,91287 ,044 ,0648 3,9352 St.6 3,3333 ,91287 ,002 1,3981 5,2685 St.7 4,6667 ,91287 ,000 2,7315 6,6019 St.8 6,0000 ,91287 ,000 4,0648 7,9352 St.3 St.1 -3,3333 ,91287 ,002 -5,2685 -1,3981 St.2 -,3333 ,91287 ,720 -2,2685 1,6019 St.4 1,3333 ,91287 ,163 -,6019 3,2685 St.5 1,6667 ,91287 ,087 -,2685 3,6019 St.6 3,0000 ,91287 ,005 1,0648 4,9352 St.7 4,3333 ,91287 ,000 2,3981 6,2685 St.8 5,6667 ,91287 ,000 3,7315 7,6019 St.4 St.1 -4,6667 ,91287 ,000 -6,6019 -2,7315 St.2 -1,6667 ,91287 ,087 -3,6019 ,2685 St.3 -1,3333 ,91287 ,163 -3,2685 ,6019 St.5 ,3333 ,91287 ,720 -1,6019 2,2685 St.6 1,6667 ,91287 ,087 -,2685 3,6019 St.7 3,0000 ,91287 ,005 1,0648 4,9352 St.8 4,3333 ,91287 ,000 2,3981 6,2685 Lampiran 4 Lanjutan Dependent Variable STASIUN I STASIUN J Mean Difference I-J Std. Error Sig. 95 Confidence Interval Lower Bound Upper Bound Kekeruhan St.5 St.1 -5,0000 ,91287 ,000 -6,9352 -3,0648 St.2 -2,0000 ,91287 ,044 -3,9352 -,0648 St.3 -1,6667 ,91287 ,087 -3,6019 ,2685 St.4 -,3333 ,91287 ,720 -2,2685 1,6019 St.6 1,3333 ,91287 ,163 -,6019 3,2685 St.7 2,6667 ,91287 ,010 ,7315 4,6019 St.8 4,0000 ,91287 ,000 2,0648 5,9352 St.6 St.1 -6,3333 ,91287 ,000 -8,2685 -4,3981 St.2 -3,3333 ,91287 ,002 -5,2685 -1,3981 St.3 -3,0000 ,91287 ,005 -4,9352 -1,0648 St.4 -1,6667 ,91287 ,087 -3,6019 ,2685 St.5 -1,3333 ,91287 ,163 -3,2685 ,6019 St.7 1,3333 ,91287 ,163 -,6019 3,2685 St.8 2,6667 ,91287 ,010 ,7315 4,6019 St.7 St.1 -7,6667 ,91287 ,000 -9,6019 -5,7315 St.2 -4,6667 ,91287 ,000 -6,6019 -2,7315 St.3 -4,3333 ,91287 ,000 -6,2685 -2,3981 St.4 -3,0000 ,91287 ,005 -4,9352 -1,0648 St.5 -2,6667 ,91287 ,010 -4,6019 -,7315 St.6 -1,3333 ,91287 ,163 -3,2685 ,6019 St.8 1,3333 ,91287 ,163 -,6019 3,2685 St.8 St.1 -9,0000 ,91287 ,000 -10,9352 -7,0648 St.2 -6,0000 ,91287 ,000 -7,9352 -4,0648 St.3 -5,6667 ,91287 ,000 -7,6019 -3,7315 St.4 -4,3333 ,91287 ,000 -6,2685 -2,3981 St.5 -4,0000 ,91287 ,000 -5,9352 -2,0648 St.6 -2,6667 ,91287 ,010 -4,6019 -,7315 St.7 -1,3333 ,91287 ,163 -3,2685 ,6019 TSS St.1 St.2 2,7467 3,34831 ,424 -4,3514 9,8448 St.3 5,5767 3,34831 ,115 -1,5214 12,6748 St.4 6,0300 3,34831 ,091 -1,0681 13,1281 St.5 6,9000 3,34831 ,056 -,1981 13,9981 St.6 7,9933 3,34831 ,030 ,8952 15,0914 St.7 9,6633 3,34831 ,011 2,5652 16,7614 St.8 11,9967 3,34831 ,002 4,8986 19,0948 St.2 St.1 -2,7467 3,34831 ,424 -9,8448 4,3514 St.3 2,8300 3,34831 ,410 -4,2681 9,9281 St.4 3,2833 3,34831 ,341 -3,8148 10,3814 St.5 4,1533 3,34831 ,233 -2,9448 11,2514 St.6 5,2467 3,34831 ,137 -1,8514 12,3448 St.7 6,9167 3,34831 ,055 -,1814 14,0148 St.8 9,2500 3,34831 ,014 2,1519 16,3481 Lampiran 4 Lanjutan Dependent Variable STASIUN I STASIUN J Mean Difference I-J Std. Error Sig. 95 Confidence Interval Lower Bound Upper Bound TSS St.3 St.1 -5,5767 3,34831 ,115 -12,6748 1,5214 St.2 -2,8300 3,34831 ,410 -9,9281 4,2681 St.4 ,4533 3,34831 ,894 -6,6448 7,5514 St.5 1,3233 3,34831 ,698 -5,7748 8,4214 St.6 2,4167 3,34831 ,481 -4,6814 9,5148 St.7 4,0867 3,34831 ,240 -3,0114 11,1848 St.8 6,4200 3,34831 ,073 -,6781 13,5181 St.4 St.1 -6,0300 3,34831 ,091 -13,1281 1,0681 St.2 -3,2833 3,34831 ,341 -10,3814 3,8148 St.3 -,4533 3,34831 ,894 -7,5514 6,6448 St.5 ,8700 3,34831 ,798 -6,2281 7,9681 St.6 1,9633 3,34831 ,566 -5,1348 9,0614 St.7 3,6333 3,34831 ,294 -3,4648 10,7314 St.8 5,9667 3,34831 ,094 -1,1314 13,0648 St.5 St.1 -6,9000 3,34831 ,056 -13,9981 ,1981 St.2 -4,1533 3,34831 ,233 -11,2514 2,9448 St.3 -1,3233 3,34831 ,698 -8,4214 5,7748 St.4 -,8700 3,34831 ,798 -7,9681 6,2281 St.6 1,0933 3,34831 ,748 -6,0048 8,1914 St.7 2,7633 3,34831 ,421 -4,3348 9,8614 St.8 5,0967 3,34831 ,147 -2,0014 12,1948 St.6 St.1 -7,9933 3,34831 ,030 -15,0914 -,8952 St.2 -5,2467 3,34831 ,137 -12,3448 1,8514 St.3 -2,4167 3,34831 ,481 -9,5148 4,6814 St.4 -1,9633 3,34831 ,566 -9,0614 5,1348 St.5 -1,0933 3,34831 ,748 -8,1914 6,0048 St.7 1,6700 3,34831 ,625 -5,4281 8,7681 St.8 4,0033 3,34831 ,249 -3,0948 11,1014 St.7 St.1 -9,6633 3,34831 ,011 -16,7614 -2,5652 St.2 -6,9167 3,34831 ,055 -14,0148 ,1814 St.3 -4,0867 3,34831 ,240 -11,1848 3,0114 St.4 -3,6333 3,34831 ,294 -10,7314 3,4648 St.5 -2,7633 3,34831 ,421 -9,8614 4,3348 St.6 -1,6700 3,34831 ,625 -8,7681 5,4281 St.8 2,3333 3,34831 ,496 -4,7648 9,4314 St.8 St.1 -11,996 3,34831 ,002 -19,0948 -4,8986 St.2 -9,2500 3,34831 ,014 -16,3481 -2,1519 St.3 -6,4200 3,34831 ,073 -13,5181 ,6781 St.4 -5,9667 3,34831 ,094 -13,0648 1,1314 St.5 -5,0967 3,34831 ,147 -12,1948 2,0014 St.6 -4,0033 3,34831 ,249 -11,1014 3,0948 St.7 -2,3333 3,34831 ,496 -9,4314 4,7648 Lampiran 4 Lanjutan Dependent Variable STASIUN I STASIUN J Mean Difference I-J Std. Error Sig. 95 Confidence Interval Lower Bound Upper Bound Salinitas St.1 St.2 -2,3667 ,43780 ,000 -3,2948 -1,4386 St.3 -3,3667 ,43780 ,000 -4,2948 -2,4386 St.4 -3,4333 ,43780 ,000 -4,3614 -2,5052 St.5 -3,7667 ,43780 ,000 -4,6948 -2,8386 St.6 -3,6333 ,43780 ,000 -4,5614 -2,7052 St.7 -3,8000 ,43780 ,000 -4,7281 -2,8719 St.8 -3,7667 ,43780 ,000 -4,6948 -2,8386 St.2 St.1 2,3667 ,43780 ,000 1,4386 3,2948 St.3 -1,0000 ,43780 ,036 -1,9281 -,0719 St.4 -1,0667 ,43780 ,027 -1,9948 -,1386 St.5 -1,4000 ,43780 ,006 -2,3281 -,4719 St.6 -1,2667 ,43780 ,011 -2,1948 -,3386 St.7 -1,4333 ,43780 ,005 -2,3614 -,5052 St.8 -1,4000 ,43780 ,006 -2,3281 -,4719 St.3 St.1 3,3667 ,43780 ,000 2,4386 4,2948 St.2 1,0000 ,43780 ,036 ,0719 1,9281 St.4 -,0667 ,43780 ,881 -,9948 ,8614 St.5 -,4000 ,43780 ,374 -1,3281 ,5281 St.6 -,2667 ,43780 ,551 -1,1948 ,6614 St.7 -,4333 ,43780 ,337 -1,3614 ,4948 St.8 -,4000 ,43780 ,374 -1,3281 ,5281 St.4 St.1 3,4333 ,43780 ,000 2,5052 4,3614 St.2 1,0667 ,43780 ,027 ,1386 1,9948 St.3 ,0667 ,43780 ,881 -,8614 ,9948 St.5 -,3333 ,43780 ,458 -1,2614 ,5948 St.6 -,2000 ,43780 ,654 -1,1281 ,7281 St.7 -,3667 ,43780 ,415 -1,2948 ,5614 St.8 -,3333 ,43780 ,458 -1,2614 ,5948 St.5 St.1 3,7667 ,43780 ,000 2,8386 4,6948 St.2 1,4000 ,43780 ,006 ,4719 2,3281 St.3 ,4000 ,43780 ,374 -,5281 1,3281 St.4 ,3333 ,43780 ,458 -,5948 1,2614 St.6 ,1333 ,43780 ,765 -,7948 1,0614 St.7 -,0333 ,43780 ,940 -,9614 ,8948 St.8 ,0000 ,43780 1,000 -,9281 ,9281 St.6 St.1 3,6333 ,43780 ,000 2,7052 4,5614 St.2 1,2667 ,43780 ,011 ,3386 2,1948 St.3 ,2667 ,43780 ,551 -,6614 1,1948 St.4 ,2000 ,43780 ,654 -,7281 1,1281 St.5 -,1333 ,43780 ,765 -1,0614 ,7948 St.7 -,1667 ,43780 ,708 -1,0948 ,7614 St.8 -,1333 ,43780 ,765 -1,0614 ,7948 Lampiran 4 Lanjutan Dependent Variable STASIUN I STASIUN J Mean Difference I-J Std. Error Sig. 95 Confidence Interval Lower Bound Upper Bound Salinitas St.7 St.1 3,8000 ,43780 ,000 2,8719 4,7281 St.2 1,4333 ,43780 ,005 ,5052 2,3614 St.3 ,4333 ,43780 ,337 -,4948 1,3614 St.4 ,3667 ,43780 ,415 -,5614 1,2948 St.5 ,0333 ,43780 ,940 -,8948 ,9614 St.6 ,1667 ,43780 ,708 -,7614 1,0948 St.8 ,0333 ,43780 ,940 -,8948 ,9614 St.8 St.1 3,7667 ,43780 ,000 2,8386 4,6948 St.2 1,4000 ,43780 ,006 ,4719 2,3281 St.3 ,4000 ,43780 ,374 -,5281 1,3281 St.4 ,3333 ,43780 ,458 -,5948 1,2614 St.5 ,0000 ,43780 1,000 -,9281 ,9281 St.6 ,1333 ,43780 ,765 -,7948 1,0614 St.7 -,0333 ,43780 ,940 -,9614 ,8948 pH St.1 St.2 -,5100 ,05148 ,000 -,6191 -,4009 St.3 -,6933 ,05148 ,000 -,8025 -,5842 St.4 -,7233 ,05148 ,000 -,8325 -,6142 St.5 -,7600 ,05148 ,000 -,8691 -,6509 St.6 -,7400 ,05148 ,000 -,8491 -,6309 St.7 -,7067 ,05148 ,000 -,8158 -,5975 St.8 -,7267 ,05148 ,000 -,8358 -,6175 St.2 St.1 ,5100 ,05148 ,000 ,4009 ,6191 St.3 -,1833 ,05148 ,003 -,2925 -,0742 St.4 -,2133 ,05148 ,001 -,3225 -,1042 St.5 -,2500 ,05148 ,000 -,3591 -,1409 St.6 -,2300 ,05148 ,000 -,3391 -,1209 St.7 -,1967 ,05148 ,002 -,3058 -,0875 St.8 -,2167 ,05148 ,001 -,3258 -,1075 St.3 St.1 ,6933 ,05148 ,000 ,5842 ,8025 St.2 ,1833 ,05148 ,003 ,0742 ,2925 St.4 -,0300 ,05148 ,568 -,1391 ,0791 St.5 -,0667 ,05148 ,214 -,1758 ,0425 St.6 -,0467 ,05148 ,378 -,1558 ,0625 St.7 -,0133 ,05148 ,799 -,1225 ,0958 St.8 -,0333 ,05148 ,526 -,1425 ,0758 St.4 St.1 ,7233 ,05148 ,000 ,6142 ,8325 St.2 ,2133 ,05148 ,001 ,1042 ,3225 St.3 ,0300 ,05148 ,568 -,0791 ,1391 St.5 -,0367 ,05148 ,487 -,1458 ,0725 St.6 -,0167 ,05148 ,750 -,1258 ,0925 St.7 ,0167 ,05148 ,750 -,0925 ,1258 St.8 -,0033 ,05148 ,949 -,1125 ,1058 Lampiran 4 Lanjutan Dependent Variable STASIUN I STASIUN J Mean Difference I-J Std. Error Sig. 95 Confidence Interval Lower Bound Upper Bound pH St.5 St.1 ,7600 ,05148 ,000 ,6509 ,8691 St.2 ,2500 ,05148 ,000 ,1409 ,3591 St.3 ,0667 ,05148 ,214 -,0425 ,1758 St.4 ,0367 ,05148 ,487 -,0725 ,1458 St.6 ,0200 ,05148 ,703 -,0891 ,1291 St.7 ,0533 ,05148 ,316 -,0558 ,1625 St.8 ,0333 ,05148 ,526 -,0758 ,1425 St.6 St.1 ,7400 ,05148 ,000 ,6309 ,8491 St.2 ,2300 ,05148 ,000 ,1209 ,3391 St.3 ,0467 ,05148 ,378 -,0625 ,1558 St.4 ,0167 ,05148 ,750 -,0925 ,1258 St.5 -,0200 ,05148 ,703 -,1291 ,0891 St.7 ,0333 ,05148 ,526 -,0758 ,1425 St.8 ,0133 ,05148 ,799 -,0958 ,1225 St.7 St.1 ,7067 ,05148 ,000 ,5975 ,8158 St.2 ,1967 ,05148 ,002 ,0875 ,3058 St.3 ,0133 ,05148 ,799 -,0958 ,1225 St.4 -,0167 ,05148 ,750 -,1258 ,0925 St.5 -,0533 ,05148 ,316 -,1625 ,0558 St.6 -,0333 ,05148 ,526 -,1425 ,0758 St.8 -,0200 ,05148 ,703 -,1291 ,0891 St.8 St.1 ,7267 ,05148 ,000 ,6175 ,8358 St.2 ,2167 ,05148 ,001 ,1075 ,3258 St.3 ,0333 ,05148 ,526 -,0758 ,1425 St.4 ,0033 ,05148 ,949 -,1058 ,1125 St.5 -,0333 ,05148 ,526 -,1425 ,0758 St.6 -,0133 ,05148 ,799 -,1225 ,0958 St.7 ,0200 ,05148 ,703 -,0891 ,1291 DO St.1 St.2 -,7000 ,42785 ,121 -1,6070 ,2070 St.3 -,8667 ,42785 ,060 -1,7737 ,0403 St.4 -,6667 ,42785 ,139 -1,5737 ,2403 St.5 -1,2667 ,42785 ,009 -2,1737 -,3597 St.6 -,9000 ,42785 ,052 -1,8070 ,0070 St.7 -1,1000 ,42785 ,021 -2,0070 -,1930 St.8 -1,0000 ,42785 ,033 -1,9070 -,0930 St.2 St.1 ,7000 ,42785 ,121 -,2070 1,6070 St.3 -,1667 ,42785 ,702 -1,0737 ,7403 St.4 ,0333 ,42785 ,939 -,8737 ,9403 St.5 -,5667 ,42785 ,204 -1,4737 ,3403 St.6 -,2000 ,42785 ,646 -1,1070 ,7070 St.7 -,4000 ,42785 ,364 -1,3070 ,5070 St.8 -,3000 ,42785 ,493 -1,2070 ,6070 Lampiran 4 Lanjutan Dependent Variable STASIUN I STASIUN J Mean Difference I-J Std. Error Sig. 95 Confidence Interval Lower Bound Upper Bound DO St.3 St.1 ,8667 ,42785 ,060 -,0403 1,7737 St.2 ,1667 ,42785 ,702 -,7403 1,0737 St.4 ,2000 ,42785 ,646 -,7070 1,1070 St.5 -,4000 ,42785 ,364 -1,3070 ,5070 St.6 -,0333 ,42785 ,939 -,9403 ,8737 St.7 -,2333 ,42785 ,593 -1,1403 ,6737 St.8 -,1333 ,42785 ,759 -1,0403 ,7737 St.4 St.1 ,6667 ,42785 ,139 -,2403 1,5737 St.2 -,0333 ,42785 ,939 -,9403 ,8737 St.3 -,2000 ,42785 ,646 -1,1070 ,7070 St.5 -,6000 ,42785 ,180 -1,5070 ,3070 St.6 -,2333 ,42785 ,593 -1,1403 ,6737 St.7 -,4333 ,42785 ,326 -1,3403 ,4737 St.8 -,3333 ,42785 ,447 -1,2403 ,5737 St.5 St.1 1,2667 ,42785 ,009 ,3597 2,1737 St.2 ,5667 ,42785 ,204 -,3403 1,4737 St.3 ,4000 ,42785 ,364 -,5070 1,3070 St.4 ,6000 ,42785 ,180 -,3070 1,5070 St.6 ,3667 ,42785 ,404 -,5403 1,2737 St.7 ,1667 ,42785 ,702 -,7403 1,0737 St.8 ,2667 ,42785 ,542 -,6403 1,1737 St.6 St.1 ,9000 ,42785 ,052 -,0070 1,8070 St.2 ,2000 ,42785 ,646 -,7070 1,1070 St.3 ,0333 ,42785 ,939 -,8737 ,9403 St.4 ,2333 ,42785 ,593 -,6737 1,1403 St.5 -,3667 ,42785 ,404 -1,2737 ,5403 St.7 -,2000 ,42785 ,646 -1,1070 ,7070 St.8 -,1000 ,42785 ,818 -1,0070 ,8070 St.7 St.1 1,1000 ,42785 ,021 ,1930 2,0070 St.2 ,4000 ,42785 ,364 -,5070 1,3070 St.3 ,2333 ,42785 ,593 -,6737 1,1403 St.4 ,4333 ,42785 ,326 -,4737 1,3403 St.5 -,1667 ,42785 ,702 -1,0737 ,7403 St.6 ,2000 ,42785 ,646 -,7070 1,1070 St.8 ,1000 ,42785 ,818 -,8070 1,0070 St.8 St.1 1,0000 ,42785 ,033 ,0930 1,9070 St.2 ,3000 ,42785 ,493 -,6070 1,2070 St.3 ,1333 ,42785 ,759 -,7737 1,0403 St.4 ,3333 ,42785 ,447 -,5737 1,2403 St.5 -,2667 ,42785 ,542 -1,1737 ,6403 St.6 ,1000 ,42785 ,818 -,8070 1,0070 St.7 -,1000 ,42785 ,818 -1,0070 ,8070 Lampiran 4 Lanjutan Dependent Variable STASIUN I STASIUN J Mean Difference I-J Std. Error Sig. 95 Confidence Interval Lower Bound Upper Bound Saturasi O2 St.1 St.2 -8,0000 5,17741 ,142 -18,9756 2,9756 St.3 -11,666 5,17741 ,039 -22,6423 -,6911 St.4 -11,000 5,17741 ,050 -21,9756 -,0244 St.5 -18,333 5,17741 ,003 -29,3089 -7,3577 St.6 -13,333 5,17741 ,020 -24,3089 -2,3577 St.7 -16,333 5,17741 ,006 -27,3089 -5,3577 St.8 -10,6667 5,17741 ,056 -21,6423 ,3089 St.2 St.1 8,0000 5,17741 ,142 -2,9756 18,9756 St.3 -3,6667 5,17741 ,489 -14,6423 7,3089 St.4 -3,0000 5,17741 ,570 -13,9756 7,9756 St.5 -10,3333 5,17741 ,063 -21,3089 ,6423 St.6 -5,3333 5,17741 ,318 -16,3089 5,6423 St.7 -8,3333 5,17741 ,127 -19,3089 2,6423 St.8 -2,6667 5,17741 ,614 -13,6423 8,3089 St.3 St.1 11,6667 5,17741 ,039 ,6911 22,6423 St.2 3,6667 5,17741 ,489 -7,3089 14,6423 St.4 ,6667 5,17741 ,899 -10,3089 11,6423 St.5 -6,6667 5,17741 ,216 -17,6423 4,3089 St.6 -1,6667 5,17741 ,752 -12,6423 9,3089 St.7 -4,6667 5,17741 ,381 -15,6423 6,3089 St.8 1,0000 5,17741 ,849 -9,9756 11,9756 St.4 St.1 11,0000 5,17741 ,050 ,0244 21,9756 St.2 3,0000 5,17741 ,570 -7,9756 13,9756 St.3 -,6667 5,17741 ,899 -11,6423 10,3089 St.5 -7,3333 5,17741 ,176 -18,3089 3,6423 St.6 -2,3333 5,17741 ,658 -13,3089 8,6423 St.7 -5,3333 5,17741 ,318 -16,3089 5,6423 St.8 ,3333 5,17741 ,949 -10,6423 11,3089 St.5 St.1 18,3333 5,17741 ,003 7,3577 29,3089 St.2 10,3333 5,17741 ,063 -,6423 21,3089 St.3 6,6667 5,17741 ,216 -4,3089 17,6423 St.4 7,3333 5,17741 ,176 -3,6423 18,3089 St.6 5,0000 5,17741 ,349 -5,9756 15,9756 St.7 2,0000 5,17741 ,704 -8,9756 12,9756 St.8 7,6667 5,17741 ,158 -3,3089 18,6423 St.6 St.1 13,3333 5,17741 ,020 2,3577 24,3089 St.2 5,3333 5,17741 ,318 -5,6423 16,3089 St.3 1,6667 5,17741 ,752 -9,3089 12,6423 St.4 2,3333 5,17741 ,658 -8,6423 13,3089 St.5 -5,0000 5,17741 ,349 -15,9756 5,9756 St.7 -3,0000 5,17741 ,570 -13,9756 7,9756 St.8 2,6667 5,17741 ,614 -8,3089 13,6423 Lampiran 4 Lanjutan Dependent Variable STASIUN I STASIUN J Mean Difference I-J Std. Error Sig. 95 Confidence Interval Lower Bound Upper Bound Saturasi O2 St.7 St.1 16,3333 5,17741 ,006 5,3577 27,3089 St.2 8,3333 5,17741 ,127 -2,6423 19,3089 St.3 4,6667 5,17741 ,381 -6,3089 15,6423 St.4 5,3333 5,17741 ,318 -5,6423 16,3089 St.5 -2,0000 5,17741 ,704 -12,9756 8,9756 St.6 3,0000 5,17741 ,570 -7,9756 13,9756 St.8 5,6667 5,17741 ,290 -5,3089 16,6423 St.8 St.1 10,6667 5,17741 ,056 -,3089 21,6423 St.2 2,6667 5,17741 ,614 -8,3089 13,6423 St.3 -1,0000 5,17741 ,849 -11,9756 9,9756 St.4 -,3333 5,17741 ,949 -11,3089 10,6423 St.5 -7,6667 5,17741 ,158 -18,6423 3,3089 St.6 -2,6667 5,17741 ,614 -13,6423 8,3089 St.7 -5,6667 5,17741 ,290 -16,6423 5,3089 BOD5 St.1 St.2 ,1667 ,10929 ,147 -,0650 ,3984 St.3 -,0333 ,10929 ,764 -,2650 ,1984 St.4 -,0667 ,10929 ,550 -,2984 ,1650 St.5 ,0333 ,10929 ,764 -,1984 ,2650 St.6 -,0333 ,10929 ,764 -,2650 ,1984 St.7 ,1667 ,10929 ,147 -,0650 ,3984 St.8 ,2667 ,10929 ,027 ,0350 ,4984 St.2 St.1 -,1667 ,10929 ,147 -,3984 ,0650 St.3 -,2000 ,10929 ,086 -,4317 ,0317 St.4 -,2333 ,10929 ,049 -,4650 -,0016 St.5 -,1333 ,10929 ,240 -,3650 ,0984 St.6 -,2000 ,10929 ,086 -,4317 ,0317 St.7 ,0000 ,10929 1,000 -,2317 ,2317 St.8 ,1000 ,10929 ,374 -,1317 ,3317 St.3 St.1 ,0333 ,10929 ,764 -,1984 ,2650 St.2 ,2000 ,10929 ,086 -,0317 ,4317 St.4 -,0333 ,10929 ,764 -,2650 ,1984 St.5 ,0667 ,10929 ,550 -,1650 ,2984 St.6 ,0000 ,10929 1,000 -,2317 ,2317 St.7 ,2000 ,10929 ,086 -,0317 ,4317 St.8 ,3000 ,10929 ,014 ,0683 ,5317 St.4 St.1 ,0667 ,10929 ,550 -,1650 ,2984 St.2 ,2333 ,10929 ,049 ,0016 ,4650 St.3 ,0333 ,10929 ,764 -,1984 ,2650 St.5 ,1000 ,10929 ,374 -,1317 ,3317 St.6 ,0333 ,10929 ,764 -,1984 ,2650 St.7 ,2333 ,10929 ,049 ,0016 ,4650 St.8 ,3333 ,10929 ,008 ,1016 ,5650 Lampiran 4 Lanjutan Dependent Variable STASIUN I STASIUN J Mean Difference I-J Std. Error Sig. 95 Confidence Interval Lower Bound Upper Bound BOD5 St.5 St.1 -,0333 ,10929 ,764 -,2650 ,1984 St.2 ,1333 ,10929 ,240 -,0984 ,3650 St.3 -,0667 ,10929 ,550 -,2984 ,1650 St.4 -,1000 ,10929 ,374 -,3317 ,1317 St.6 -,0667 ,10929 ,550 -,2984 ,1650 St.7 ,1333 ,10929 ,240 -,0984 ,3650 St.8 ,2333 ,10929 ,049 ,0016 ,4650 St.6 St.1 ,0333 ,10929 ,764 -,1984 ,2650 St.2 ,2000 ,10929 ,086 -,0317 ,4317 St.3 ,0000 ,10929 1,000 -,2317 ,2317 St.4 -,0333 ,10929 ,764 -,2650 ,1984 St.5 ,0667 ,10929 ,550 -,1650 ,2984 St.7 ,2000 ,10929 ,086 -,0317 ,4317 St.8 ,3000 ,10929 ,014 ,0683 ,5317 St.7 St.1 -,1667 ,10929 ,147 -,3984 ,0650 St.2 ,0000 ,10929 1,000 -,2317 ,2317 St.3 -,2000 ,10929 ,086 -,4317 ,0317 St.4 -,2333 ,10929 ,049 -,4650 -,0016 St.5 -,1333 ,10929 ,240 -,3650 ,0984 St.6 -,2000 ,10929 ,086 -,4317 ,0317 St.8 ,1000 ,10929 ,374 -,1317 ,3317 St.8 St.1 -,2667 ,10929 ,027 -,4984 -,0350 St.2 -,1000 ,10929 ,374 -,3317 ,1317 St.3 -,3000 ,10929 ,014 -,5317 -,0683 St.4 -,3333 ,10929 ,008 -,5650 -,1016 St.5 -,2333 ,10929 ,049 -,4650 -,0016 St.6 -,3000 ,10929 ,014 -,5317 -,0683 St.7 -,1000 ,10929 ,374 -,3317 ,1317 TOM St.1 St.2 ,2000 4,75157 ,967 -9,8729 10,2729 St.3 -2,3633 4,75157 ,626 -12,4362 7,7096 St.4 -,6167 4,75157 ,898 -10,6896 9,4562 St.5 -3,0300 4,75157 ,533 -13,1029 7,0429 St.6 -2,1767 4,75157 ,653 -12,2496 7,8962 St.7 -2,8967 4,75157 ,551 -12,9696 7,1762 St.8 -2,2833 4,75157 ,637 -12,3562 7,7896 St.2 St.1 -,2000 4,75157 ,967 -10,2729 9,8729 St.3 -2,5633 4,75157 ,597 -12,6362 7,5096 St.4 -,8167 4,75157 ,866 -10,8896 9,2562 St.5 -3,2300 4,75157 ,506 -13,3029 6,8429 St.6 -2,3767 4,75157 ,624 -12,4496 7,6962 St.7 -3,0967 4,75157 ,524 -13,1696 6,9762 St.8 -2,4833 4,75157 ,608 -12,5562 7,5896 Lampiran 4 Lanjutan Dependent Variable STASIUN I STASIUN J Mean Difference I-J Std. Error Sig. 95 Confidence Interval Lower Bound Upper Bound TOM St.3 St.1 2,3633 4,75157 ,626 -7,7096 12,4362 St.2 2,5633 4,75157 ,597 -7,5096 12,6362 St.4 1,7467 4,75157 ,718 -8,3262 11,8196 St.5 -,6667 4,75157 ,890 -10,7396 9,4062 St.6 ,1867 4,75157 ,969 -9,8862 10,2596 St.7 -,5333 4,75157 ,912 -10,6062 9,5396 St.8 ,0800 4,75157 ,987 -9,9929 10,1529 St.4 St.1 ,6167 4,75157 ,898 -9,4562 10,6896 St.2 ,8167 4,75157 ,866 -9,2562 10,8896 St.3 -1,7467 4,75157 ,718 -11,8196 8,3262 St.5 -2,4133 4,75157 ,618 -12,4862 7,6596 St.6 -1,5600 4,75157 ,747 -11,6329 8,5129 St.7 -2,2800 4,75157 ,638 -12,3529 7,7929 St.8 -1,6667 4,75157 ,730 -11,7396 8,4062 St.5 St.1 3,0300 4,75157 ,533 -7,0429 13,1029 St.2 3,2300 4,75157 ,506 -6,8429 13,3029 St.3 ,6667 4,75157 ,890 -9,4062 10,7396 St.4 2,4133 4,75157 ,618 -7,6596 12,4862 St.6 ,8533 4,75157 ,860 -9,2196 10,9262 St.7 ,1333 4,75157 ,978 -9,9396 10,2062 St.8 ,7467 4,75157 ,877 -9,3262 10,8196 St.6 St.1 2,1767 4,75157 ,653 -7,8962 12,2496 St.2 2,3767 4,75157 ,624 -7,6962 12,4496 St.3 -,1867 4,75157 ,969 -10,2596 9,8862 St.4 1,5600 4,75157 ,747 -8,5129 11,6329 St.5 -,8533 4,75157 ,860 -10,9262 9,2196 St.7 -,7200 4,75157 ,881 -10,7929 9,3529 St.8 -,1067 4,75157 ,982 -10,1796 9,9662 St.7 St.1 2,8967 4,75157 ,551 -7,1762 12,9696 St.2 3,0967 4,75157 ,524 -6,9762 13,1696 St.3 ,5333 4,75157 ,912 -9,5396 10,6062 St.4 2,2800 4,75157 ,638 -7,7929 12,3529 St.5 -,1333 4,75157 ,978 -10,2062 9,9396 St.6 ,7200 4,75157 ,881 -9,3529 10,7929 St.8 ,6133 4,75157 ,899 -9,4596 10,6862 St.8 St.1 2,2833 4,75157 ,637 -7,7896 12,3562 St.2 2,4833 4,75157 ,608 -7,5896 12,5562 St.3 -,0800 4,75157 ,987 -10,1529 9,9929 St.4 1,6667 4,75157 ,730 -8,4062 11,7396 St.5 -,7467 4,75157 ,877 -10,8196 9,3262 St.6 ,1067 4,75157 ,982 -9,9662 10,1796 St.7 -,6133 4,75157 ,899 -10,6862 9,4596 Lampiran 4 Lanjutan Dependent Variable STASIUN I STASIUN J Mean Difference I-J Std. Error Sig. 95 Confidence Interval Lower Bound Upper Bound NH3-N St.1 St.2 ,0133 ,02115 ,537 -,0315 ,0582 St.3 ,0533 ,02115 ,023 ,0085 ,0982 St.4 ,0633 ,02115 ,009 ,0185 ,1082 St.5 ,1367 ,02115 ,000 ,0918 ,1815 St.6 ,1500 ,02115 ,000 ,1052 ,1948 St.7 ,1667 ,02115 ,000 ,1218 ,2115 St.8 ,1767 ,02115 ,000 ,1318 ,2215 St.2 St.1 -,0133 ,02115 ,537 -,0582 ,0315 St.3 ,0400 ,02115 ,077 -,0048 ,0848 St.4 ,0500 ,02115 ,031 ,0052 ,0948 St.5 ,1233 ,02115 ,000 ,0785 ,1682 St.6 ,1367 ,02115 ,000 ,0918 ,1815 St.7 ,1533 ,02115 ,000 ,1085 ,1982 St.8 ,1633 ,02115 ,000 ,1185 ,2082 St.3 St.1 -,0533 ,02115 ,023 -,0982 -,0085 St.2 -,0400 ,02115 ,077 -,0848 ,0048 St.4 ,0100 ,02115 ,643 -,0348 ,0548 St.5 ,0833 ,02115 ,001 ,0385 ,1282 St.6 ,0967 ,02115 ,000 ,0518 ,1415 St.7 ,1133 ,02115 ,000 ,0685 ,1582 St.8 ,1233 ,02115 ,000 ,0785 ,1682 St.4 St.1 -,0633 ,02115 ,009 -,1082 -,0185 St.2 -,0500 ,02115 ,031 -,0948 -,0052 St.3 -,0100 ,02115 ,643 -,0548 ,0348 St.5 ,0733 ,02115 ,003 ,0285 ,1182 St.6 ,0867 ,02115 ,001 ,0418 ,1315 St.7 ,1033 ,02115 ,000 ,0585 ,1482 St.8 ,1133 ,02115 ,000 ,0685 ,1582 St.5 St.1 -,1367 ,02115 ,000 -,1815 -,0918 St.2 -,1233 ,02115 ,000 -,1682 -,0785 St.3 -,0833 ,02115 ,001 -,1282 -,0385 St.4 -,0733 ,02115 ,003 -,1182 -,0285 St.6 ,0133 ,02115 ,537 -,0315 ,0582 St.7 ,0300 ,02115 ,175 -,0148 ,0748 St.8 ,0400 ,02115 ,077 -,0048 ,0848 St.6 St.1 -,1500 ,02115 ,000 -,1948 -,1052 St.2 -,1367 ,02115 ,000 -,1815 -,0918 St.3 -,0967 ,02115 ,000 -,1415 -,0518 St.4 -,0867 ,02115 ,001 -,1315 -,0418 St.5 -,0133 ,02115 ,537 -,0582 ,0315 St.7 ,0167 ,02115 ,442 -,0282 ,0615 St.8 ,0267 ,02115 ,225 -,0182 ,0715 Lampiran 4 Lanjutan Dependent Variable STASIUN I STASIUN J Mean Difference I-J Std. Error Sig. 95 Confidence Interval Lower Bound Upper Bound NH3-N St.7 St.1 -,1667 ,02115 ,000 -,2115 -,1218 St.2 -,1533 ,02115 ,000 -,1982 -,1085 St.3 -,1133 ,02115 ,000 -,1582 -,0685 St.4 -,1033 ,02115 ,000 -,1482 -,0585 St.5 -,0300 ,02115 ,175 -,0748 ,0148 St.6 -,0167 ,02115 ,442 -,0615 ,0282 St.8 ,0100 ,02115 ,643 -,0348 ,0548 St.8 St.1 -,1767 ,02115 ,000 -,2215 -,1318 St.2 -,1633 ,02115 ,000 -,2082 -,1185 St.3 -,1233 ,02115 ,000 -,1682 -,0785 St.4 -,1133 ,02115 ,000 -,1582 -,0685 St.5 -,0400 ,02115 ,077 -,0848 ,0048 St.6 -,0267 ,02115 ,225 -,0715 ,0182 St.7 -,0100 ,02115 ,643 -,0548 ,0348 NO2-N St.1 St.2 -,01000 ,002853 ,003 -,01605 -,00395 St.3 ,05733 ,002853 ,000 ,05129 ,06338 St.4 ,05733 ,002853 ,000 ,05129 ,06338 St.5 ,05767 ,002853 ,000 ,05162 ,06371 St.6 ,06067 ,002853 ,000 ,05462 ,06671 St.7 ,06067 ,002853 ,000 ,05462 ,06671 St.8 ,06000 ,002853 ,000 ,05395 ,06605 St.2 St.1 ,01000 ,002853 ,003 ,00395 ,01605 St.3 ,06733 ,002853 ,000 ,06129 ,07338 St.4 ,06733 ,002853 ,000 ,06129 ,07338 St.5 ,06767 ,002853 ,000 ,06162 ,07371 St.6 ,07067 ,002853 ,000 ,06462 ,07671 St.7 ,07067 ,002853 ,000 ,06462 ,07671 St.8 ,07000 ,002853 ,000 ,06395 ,07605 St.3 St.1 -,05733 ,002853 ,000 -,06338 -,05129 St.2 -,06733 ,002853 ,000 -,07338 -,06129 St.4 ,00000 ,002853 1,000 -,00605 ,00605 St.5 ,00033 ,002853 ,908 -,00571 ,00638 St.6 ,00333 ,002853 ,260 -,00271 ,00938 St.7 ,00333 ,002853 ,260 -,00271 ,00938 St.8 ,00267 ,002853 ,364 -,00338 ,00871 St.4 St.1 -,05733 ,002853 ,000 -,06338 -,05129 St.2 -,06733 ,002853 ,000 -,07338 -,06129 St.3 ,00000 ,002853 1,000 -,00605 ,00605 St.5 ,00033 ,002853 ,908 -,00571 ,00638 St.6 ,00333 ,002853 ,260 -,00271 ,00938 St.7 ,00333 ,002853 ,260 -,00271 ,00938 St.8 ,00267 ,002853 ,364 -,00338 ,00871 Lampiran 4 Lanjutan Dependent Variable STASIUN I STASIUN J Mean Difference I-J Std. Error Sig. 95 Confidence Interval Lower Bound Upper Bound NO2-N St.5 St.1 -,05767 ,002853 ,000 -,06371 -,05162 St.2 -,06767 ,002853 ,000 -,07371 -,06162 St.3 -,00033 ,002853 ,908 -,00638 ,00571 St.4 -,00033 ,002853 ,908 -,00638 ,00571 St.6 ,00300 ,002853 ,309 -,00305 ,00905 St.7 ,00300 ,002853 ,309 -,00305 ,00905 St.8 ,00233 ,002853 ,425 -,00371 ,00838 St.6 St.1 -,06067 ,002853 ,000 -,06671 -,05462 St.2 -,07067 ,002853 ,000 -,07671 -,06462 St.3 -,00333 ,002853 ,260 -,00938 ,00271 St.4 -,00333 ,002853 ,260 -,00938 ,00271 St.5 -,00300 ,002853 ,309 -,00905 ,00305 St.7 ,00000 ,002853 1,000 -,00605 ,00605 St.8 -,00067 ,002853 ,818 -,00671 ,00538 St.7 St.1 -,06067 ,002853 ,000 -,06671 -,05462 St.2 -,07067 ,002853 ,000 -,07671 -,06462 St.3 -,00333 ,002853 ,260 -,00938 ,00271 St.4 -,00333 ,002853 ,260 -,00938 ,00271 St.5 -,00300 ,002853 ,309 -,00905 ,00305 St.6 ,00000 ,002853 1,000 -,00605 ,00605 St.8 -,00067 ,002853 ,818 -,00671 ,00538 St.8 St.1 -,06000 ,002853 ,000 -,06605 -,05395 St.2 -,07000 ,002853 ,000 -,07605 -,06395 St.3 -,00267 ,002853 ,364 -,00871 ,00338 St.4 -,00267 ,002853 ,364 -,00871 ,00338 St.5 -,00233 ,002853 ,425 -,00838 ,00371 St.6 ,00067 ,002853 ,818 -,00538 ,00671 St.7 ,00067 ,002853 ,818 -,00538 ,00671 NO3-N St.1 St.2 ,2400 ,13384 ,092 -,0437 ,5237 St.3 ,3833 ,13384 ,011 ,0996 ,6671 St.4 ,2767 ,13384 ,055 -,0071 ,5604 St.5 ,1733 ,13384 ,214 -,1104 ,4571 St.6 ,2567 ,13384 ,073 -,0271 ,5404 St.7 ,4900 ,13384 ,002 ,2063 ,7737 St.8 ,5767 ,13384 ,001 ,2929 ,8604 St.2 St.1 -,2400 ,13384 ,092 -,5237 ,0437 St.3 ,1433 ,13384 ,300 -,1404 ,4271 St.4 ,0367 ,13384 ,788 -,2471 ,3204 St.5 -,0667 ,13384 ,625 -,3504 ,2171 St.6 ,0167 ,13384 ,902 -,2671 ,3004 St.7 ,2500 ,13384 ,080 -,0337 ,5337 St.8 ,3367 ,13384 ,023 ,0529 ,6204 Lampiran 4 Lanjutan Dependent Variable STASIUN I STASIUN J Mean Difference I-J Std. Error Sig. 95 Confidence Interval Lower Bound Upper Bound NO3-N St.3 St.1 -,3833 ,13384 ,011 -,6671 -,0996 St.2 -,1433 ,13384 ,300 -,4271 ,1404 St.4 -,1067 ,13384 ,437 -,3904 ,1771 St.5 -,2100 ,13384 ,136 -,4937 ,0737 St.6 -,1267 ,13384 ,358 -,4104 ,1571 St.7 ,1067 ,13384 ,437 -,1771 ,3904 St.8 ,1933 ,13384 ,168 -,0904 ,4771 St.4 St.1 -,2767 ,13384 ,055 -,5604 ,0071 St.2 -,0367 ,13384 ,788 -,3204 ,2471 St.3 ,1067 ,13384 ,437 -,1771 ,3904 St.5 -,1033 ,13384 ,451 -,3871 ,1804 St.6 -,0200 ,13384 ,883 -,3037 ,2637 St.7 ,2133 ,13384 ,131 -,0704 ,4971 St.8 ,3000 ,13384 ,040 ,0163 ,5837 St.5 St.1 -,1733 ,13384 ,214 -,4571 ,1104 St.2 ,0667 ,13384 ,625 -,2171 ,3504 St.3 ,2100 ,13384 ,136 -,0737 ,4937 St.4 ,1033 ,13384 ,451 -,1804 ,3871 St.6 ,0833 ,13384 ,542 -,2004 ,3671 St.7 ,3167 ,13384 ,031 ,0329 ,6004 St.8 ,4033 ,13384 ,008 ,1196 ,6871 St.6 St.1 -,2567 ,13384 ,073 -,5404 ,0271 St.2 -,0167 ,13384 ,902 -,3004 ,2671 St.3 ,1267 ,13384 ,358 -,1571 ,4104 St.4 ,0200 ,13384 ,883 -,2637 ,3037 St.5 -,0833 ,13384 ,542 -,3671 ,2004 St.7 ,2333 ,13384 ,100 -,0504 ,5171 St.8 ,3200 ,13384 ,029 ,0363 ,6037 St.7 St.1 -,4900 ,13384 ,002 -,7737 -,2063 St.2 -,2500 ,13384 ,080 -,5337 ,0337 St.3 -,1067 ,13384 ,437 -,3904 ,1771 St.4 -,2133 ,13384 ,131 -,4971 ,0704 St.5 -,3167 ,13384 ,031 -,6004 -,0329 St.6 -,2333 ,13384 ,100 -,5171 ,0504 St.8 ,0867 ,13384 ,526 -,1971 ,3704 St.8 St.1 -,5767 ,13384 ,001 -,8604 -,2929 St.2 -,3367 ,13384 ,023 -,6204 -,0529 St.3 -,1933 ,13384 ,168 -,4771 ,0904 St.4 -,3000 ,13384 ,040 -,5837 -,0163 St.5 -,4033 ,13384 ,008 -,6871 -,1196 St.6 -,3200 ,13384 ,029 -,6037 -,0363 St.7 -,0867 ,13384 ,526 -,3704 ,1971 Lampiran 4 Lanjutan Dependent Variable STASIUN I STASIUN J Mean Difference I-J Std. Error Sig. 95 Confidence Interval Lower Bound Upper Bound H2PO4 - St.1 St.2 ,01000 ,014498 ,500 -,02073 ,04073 St.3 ,01867 ,014498 ,216 -,01207 ,04940 St.4 ,01500 ,014498 ,316 -,01573 ,04573 St.5 ,09967 ,014498 ,000 ,06893 ,13040 St.6 ,11333 ,014498 ,000 ,08260 ,14407 St.7 ,14567 ,014498 ,000 ,11493 ,17640 St.8 ,14967 ,014498 ,000 ,11893 ,18040 St.2 St.1 -,01000 ,014498 ,500 -,04073 ,02073 St.3 ,00867 ,014498 ,558 -,02207 ,03940 St.4 ,00500 ,014498 ,735 -,02573 ,03573 St.5 ,08967 ,014498 ,000 ,05893 ,12040 St.6 ,10333 ,014498 ,000 ,07260 ,13407 St.7 ,13567 ,014498 ,000 ,10493 ,16640 St.8 ,13967 ,014498 ,000 ,10893 ,17040 St.3 St.1 -,01867 ,014498 ,216 -,04940 ,01207 St.2 -,00867 ,014498 ,558 -,03940 ,02207 St.4 -,00367 ,014498 ,804 -,03440 ,02707 St.5 ,08100 ,014498 ,000 ,05027 ,11173 St.6 ,09467 ,014498 ,000 ,06393 ,12540 St.7 ,12700 ,014498 ,000 ,09627 ,15773 St.8 ,13100 ,014498 ,000 ,10027 ,16173 St.4 St.1 -,01500 ,014498 ,316 -,04573 ,01573 St.2 -,00500 ,014498 ,735 -,03573 ,02573 St.3 ,00367 ,014498 ,804 -,02707 ,03440 St.5 ,08467 ,014498 ,000 ,05393 ,11540 St.6 ,09833 ,014498 ,000 ,06760 ,12907 St.7 ,13067 ,014498 ,000 ,09993 ,16140 St.8 ,13467 ,014498 ,000 ,10393 ,16540 St.5 St.1 -,09967 ,014498 ,000 -,13040 -,06893 St.2 -,08967 ,014498 ,000 -,12040 -,05893 St.3 -,08100 ,014498 ,000 -,11173 -,05027 St.4 -,08467 ,014498 ,000 -,11540 -,05393 St.6 ,01367 ,014498 ,360 -,01707 ,04440 St.7 ,04600 ,014498 ,006 ,01527 ,07673 St.8 ,05000 ,014498 ,003 ,01927 ,08073 St.6 St.1 -,11333 ,014498 ,000 -,14407 -,08260 St.2 -,10333 ,014498 ,000 -,13407 -,07260 St.3 -,09467 ,014498 ,000 -,12540 -,06393 St.4 -,09833 ,014498 ,000 -,12907 -,06760 St.5 -,01367 ,014498 ,360 -,04440 ,01707 St.7 ,03233 ,014498 ,040 ,00160 ,06307 St.8 ,03633 ,014498 ,023 ,00560 ,06707 Lampiran 4 Lanjutan Dependent Variable STASIUN I STASIUN J Mean Difference I-J Std. Error Sig. 95 Confidence Interval Lower Bound Upper Bound H2PO4 - St.7 St.1 -,14567 ,014498 ,000 -,17640 -,11493 St.2 -,13567 ,014498 ,000 -,16640 -,10493 St.3 -,12700 ,014498 ,000 -,15773 -,09627 St.4 -,13067 ,014498 ,000 -,16140 -,09993 St.5 -,04600 ,014498 ,006 -,07673 -,01527 St.6 -,03233 ,014498 ,040 -,06307 -,00160 St.8 ,00400 ,014498 ,786 -,02673 ,03473 St.8 St.1 -,14967 ,014498 ,000 -,18040 -,11893 St.2 -,13967 ,014498 ,000 -,17040 -,10893 St.3 -,13100 ,014498 ,000 -,16173 -,10027 St.4 -,13467 ,014498 ,000 -,16540 -,10393 St.5 -,05000 ,014498 ,003 -,08073 -,01927 St.6 -,03633 ,014498 ,023 -,06707 -,00560 St.7 -,00400 ,014498 ,786 -,03473 ,02673 Pb St.1 St.2 ,00333 ,061734 ,958 -,12754 ,13420 St.3 -,01333 ,061734 ,832 -,14420 ,11754 St.4 -,10333 ,061734 ,114 -,23420 ,02754 St.5 -,07333 ,061734 ,252 -,20420 ,05754 St.6 -,08333 ,061734 ,196 -,21420 ,04754 St.7 -,01667 ,061734 ,791 -,14754 ,11420 St.8 -,01667 ,061734 ,791 -,14754 ,11420 St.2 St.1 -,00333 ,061734 ,958 -,13420 ,12754 St.3 -,01667 ,061734 ,791 -,14754 ,11420 St.4 -,10667 ,061734 ,103 -,23754 ,02420 St.5 -,07667 ,061734 ,232 -,20754 ,05420 St.6 -,08667 ,061734 ,179 -,21754 ,04420 St.7 -,02000 ,061734 ,750 -,15087 ,11087 St.8 -,02000 ,061734 ,750 -,15087 ,11087 St.3 St.1 ,01333 ,061734 ,832 -,11754 ,14420 St.2 ,01667 ,061734 ,791 -,11420 ,14754 St.4 -,09000 ,061734 ,164 -,22087 ,04087 St.5 -,06000 ,061734 ,346 -,19087 ,07087 St.6 -,07000 ,061734 ,274 -,20087 ,06087 St.7 -,00333 ,061734 ,958 -,13420 ,12754 St.8 -,00333 ,061734 ,958 -,13420 ,12754 St.4 St.1 ,10333 ,061734 ,114 -,02754 ,23420 St.2 ,10667 ,061734 ,103 -,02420 ,23754 St.3 ,09000 ,061734 ,164 -,04087 ,22087 St.5 ,03000 ,061734 ,634 -,10087 ,16087 St.6 ,02000 ,061734 ,750 -,11087 ,15087 St.7 ,08667 ,061734 ,179 -,04420 ,21754 St.8 ,08667 ,061734 ,179 -,04420 ,21754 Lampiran 4 Lanjutan Dependent Variable STASIUN I STASIUN J Mean Difference I-J Std. Error Sig. 95 Confidence Interval Lower Bound Upper Bound Pb St.5 St.1 ,07333 ,061734 ,252 -,05754 ,20420 St.2 ,07667 ,061734 ,232 -,05420 ,20754 St.3 ,06000 ,061734 ,346 -,07087 ,19087 St.4 -,03000 ,061734 ,634 -,16087 ,10087 St.6 -,01000 ,061734 ,873 -,14087 ,12087 St.7 ,05667 ,061734 ,372 -,07420 ,18754 St.8 ,05667 ,061734 ,372 -,07420 ,18754 St.6 St.1 ,08333 ,061734 ,196 -,04754 ,21420 St.2 ,08667 ,061734 ,179 -,04420 ,21754 St.3 ,07000 ,061734 ,274 -,06087 ,20087 St.4 -,02000 ,061734 ,750 -,15087 ,11087 St.5 ,01000 ,061734 ,873 -,12087 ,14087 St.7 ,06667 ,061734 ,296 -,06420 ,19754 St.8 ,06667 ,061734 ,296 -,06420 ,19754 St.7 St.1 ,01667 ,061734 ,791 -,11420 ,14754 St.2 ,02000 ,061734 ,750 -,11087 ,15087 St.3 ,00333 ,061734 ,958 -,12754 ,13420 St.4 -,08667 ,061734 ,179 -,21754 ,04420 St.5 -,05667 ,061734 ,372 -,18754 ,07420 St.6 -,06667 ,061734 ,296 -,19754 ,06420 St.8 ,00000 ,061734 1,000 -,13087 ,13087 St.8 St.1 ,01667 ,061734 ,791 -,11420 ,14754 St.2 ,02000 ,061734 ,750 -,11087 ,15087 St.3 ,00333 ,061734 ,958 -,12754 ,13420 St.4 -,08667 ,061734 ,179 -,21754 ,04420 St.5 -,05667 ,061734 ,372 -,18754 ,07420 St.6 -,06667 ,061734 ,296 -,19754 ,06420 St.7 ,00000 ,061734 1,000 -,13087 ,13087 Cd St.1 St.2 -,00467 ,005011 ,366 -,01529 ,00596 St.3 ,00033 ,005011 ,948 -,01029 ,01096 St.4 -,00933 ,005011 ,081 -,01996 ,00129 St.5 -,00367 ,005011 ,475 -,01429 ,00696 St.6 -,00467 ,005011 ,366 -,01529 ,00596 St.7 ,00167 ,005011 ,744 -,00896 ,01229 St.8 -,00100 ,005011 ,844 -,01162 ,00962 St.2 St.1 ,00467 ,005011 ,366 -,00596 ,01529 St.3 ,00500 ,005011 ,333 -,00562 ,01562 St.4 -,00467 ,005011 ,366 -,01529 ,00596 St.5 ,00100 ,005011 ,844 -,00962 ,01162 St.6 ,00000 ,005011 1,000 -,01062 ,01062 St.7 ,00633 ,005011 ,224 -,00429 ,01696 St.8 ,00367 ,005011 ,475 -,00696 ,01429 Lampiran 4 Lanjutan Dependent Variable STASIUN I STASIUN J Mean Difference I-J Std. Error Sig. 95 Confidence Interval Lower Bound Upper Bound Cd St.3 St.1 -,00033 ,005011 ,948 -,01096 ,01029 St.2 -,00500 ,005011 ,333 -,01562 ,00562 St.4 -,00967 ,005011 ,072 -,02029 ,00096 St.5 -,00400 ,005011 ,436 -,01462 ,00662 St.6 -,00500 ,005011 ,333 -,01562 ,00562 St.7 ,00133 ,005011 ,794 -,00929 ,01196 St.8 -,00133 ,005011 ,794 -,01196 ,00929 St.4 St.1 ,00933 ,005011 ,081 -,00129 ,01996 St.2 ,00467 ,005011 ,366 -,00596 ,01529 St.3 ,00967 ,005011 ,072 -,00096 ,02029 St.5 ,00567 ,005011 ,275 -,00496 ,01629 St.6 ,00467 ,005011 ,366 -,00596 ,01529 St.7 ,01100 ,005011 ,043 ,00038 ,02162 St.8 ,00833 ,005011 ,116 -,00229 ,01896 St.5 St.1 ,00367 ,005011 ,475 -,00696 ,01429 St.2 -,00100 ,005011 ,844 -,01162 ,00962 St.3 ,00400 ,005011 ,436 -,00662 ,01462 St.4 -,00567 ,005011 ,275 -,01629 ,00496 St.6 -,00100 ,005011 ,844 -,01162 ,00962 St.7 ,00533 ,005011 ,303 -,00529 ,01596 St.8 ,00267 ,005011 ,602 -,00796 ,01329 St.6 St.1 ,00467 ,005011 ,366 -,00596 ,01529 St.2 ,00000 ,005011 1,000 -,01062 ,01062 St.3 ,00500 ,005011 ,333 -,00562 ,01562 St.4 -,00467 ,005011 ,366 -,01529 ,00596 St.5 ,00100 ,005011 ,844 -,00962 ,01162 St.7 ,00633 ,005011 ,224 -,00429 ,01696 St.8 ,00367 ,005011 ,475 -,00696 ,01429 St.7 St.1 -,00167 ,005011 ,744 -,01229 ,00896 St.2 -,00633 ,005011 ,224 -,01696 ,00429 St.3 -,00133 ,005011 ,794 -,01196 ,00929 St.4 -,01100 ,005011 ,043 -,02162 -,00038 St.5 -,00533 ,005011 ,303 -,01596 ,00529 St.6 -,00633 ,005011 ,224 -,01696 ,00429 St.8 -,00267 ,005011 ,602 -,01329 ,00796 St.8 St.1 ,00100 ,005011 ,844 -,00962 ,01162 St.2 -,00367 ,005011 ,475 -,01429 ,00696 St.3 ,00133 ,005011 ,794 -,00929 ,01196 St.4 -,00833 ,005011 ,116 -,01896 ,00229 St.5 -,00267 ,005011 ,602 -,01329 ,00796 St.6 -,00367 ,005011 ,475 -,01429 ,00696 St.7 ,00267 ,005011 ,602 -,00796 ,01329 Based on observed means. The mean difference is significant at the ,05 level. Lampiran 5 Hasil test multivariat logam berat pada hewan karang Manova Effect Value F Hypothesis df Error df Sig. Intercept Pillais Trace 1,000 17934,620a 2,000 7,000 ,000 Wilks Lambda ,000 17934,620a 2,000 7,000 ,000 Roys Largest Root 5124,177 17934,620a 2,000 7,000 ,000 Stasiun Pillais Trace 1,445 6,941 6,000 16,000 ,001 Wilks Lambda ,002 56,117 a 6,000 14,000 ,000 Roys Largest Root 345,547 921,457b 3,000 8,000 ,000 a Exact statistic b The statistic is an upper bound on F that yields a lower bound on the significance level. c Design: Intercept+Stasiun Lampiran 6 Test pengaruh antar variabel logam berat pada hewan karang Manova Source Dependent Variable Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model Pb 2,038a 3 ,679 911,445 ,000 Cd ,005b 3 ,002 9,125 ,006 Intercept Pb 30,004 1 30,004 40260,609 ,000 Cd ,107 1 ,107 555,674 ,000 Stasiun Pb 2,038 3 ,679 911,445 ,000 Cd ,005 3 ,002 9,125 ,006 Error Pb ,006 8 ,001 Cd ,002 8 ,000 Total Pb 32,048 12 Cd ,113 12 Corrected Total Pb 2,044 11 Cd ,007 11 a R Squared = ,997 Adjusted R Squared = ,996 b R Squared = ,774 Adjusted R Squared = ,689 Lampiran 7 Perbandingan variabel logam berat pada hewan karang antar stasiun pengamatan Manova Dependent Variable STASIUN I STASIUN J Mean Difference I-J Std. Error Sig. 95 Confidence Interval Lower Bound Upper Bound Pb St.3 St.4 ,71600 ,022290 ,000 ,66460 ,76740 St.5 1,14333 ,022290 ,000 1,09193 1,19473 St.6 ,74500 ,022290 ,000 ,69360 ,79640 St.4 St.3 -,71600 ,022290 ,000 -,76740 -,66460 St.5 ,42733 ,022290 ,000 ,37593 ,47873 St.6 ,02900 ,022290 ,229 -,02240 ,08040 St.5 St.3 -1,14333 ,022290 ,000 -1,19473 -1,09193 St.4 -,42733 ,022290 ,000 -,47873 -,37593 St.6 -,39833 ,022290 ,000 -,44973 -,34693 St.6 St.3 -,74500 ,022290 ,000 -,79640 -,69360 St.4 -,02900 ,022290 ,229 -,08040 ,02240 St.5 ,39833 ,022290 ,000 ,34693 ,44973 Cd St.3 St.4 ,03233 ,011309 ,021 ,00626 ,05841 St.5 ,04633 ,011309 ,003 ,02026 ,07241 St.6 ,05500 ,011309 ,001 ,02892 ,08108 St.4 St.3 -,03233 ,011309 ,021 -,05841 -,00626 St.5 ,01400 ,011309 ,251 -,01208 ,04008 St.6 ,02267 ,011309 ,080 -,00341 ,04874 St.5 St.3 -,04633 ,011309 ,003 -,07241 -,02026 St.4 -,01400 ,011309 ,251 -,04008 ,01208 St.6 ,00867 ,011309 ,465 -,01741 ,03474 St.6 St.3 -,05500 ,011309 ,001 -,08108 -,02892 St.4 -,02267 ,011309 ,080 -,04874 ,00341 St.5 -,00867 ,011309 ,465 -,03474 ,01741 Based on observed means. The mean difference is significant at the ,05 level. Lampiran 8 Akar ciri dan persentase total ragam Analisis Komponen Utama Value Number Eigenvalue Total variance Cumulative Eigenvalue Cumulative 1 9,92 58,34 9,92 58,34 2 4,13 24,3 14,05 82,64 3 1,36 7,97 15,40 90,61 4 0,84 4,96 16,25 95,57 5 0,59 3,47 16,84 99,04 6 0,10 0,59 16,94 99,63 7 0,06 0,37 17,00 100,00 Lampiran 9 Faktor koordinat dan kontribusi variabel kualitas air Analisis Komponen Utama Variabel Koordinat Kontribusi Faktor 1 Faktor 2 Faktor 1 Faktor 2 Suhu 0,9214 -0,1686 0,0856 0,0069 Kekeruhan 0,9111 0,3152 0,0837 0,0240 TSS 0,9394 0,2498 0,0890 0,0151 Salinitas -0,9620 0,1524 0,0933 0,0056 pH -0,9274 0,2423 0,0867 0,0142 DO -0,9222 -0,0106 0,0857 0,0000 Saturasi O2 -0,8955 0,1751 0,0809 0,0074 BOD5 0,2548 0,8985 0,0065 0,1955 TOM -0,8497 -0,0419 0,0728 0,0004 NH3-N 0,9042 0,2597 0,0824 0,0163 NO2-N 0,8831 -0,2600 0,0786 0,0164 NO3-N 0,7481 0,3960 0,0564 0,0380 H2PO4 - 0,8079 0,4606 0,0658 0,0514 Pd air -0,4298 0,7302 0,0186 0,1291 Cd air -0,0135 0,6421 0,0000 0,0998 Pb karang -0,2560 0,8759 0,0066 0,1857 Cd karang -0,2675 0,8955 0,0072 0,1941 Lampiran 10 Faktor koordinat dan kontribusi stasiun pengamatan Analisis Komponen Utama Stasiun Koordinat Kontribusi Faktor 1 Faktor 2 Faktor 1 Faktor 2 St.1 6,3409 -0,8504 57,915 2,5011 St.2 2,8784 -1,0632 11,934 3,9092 St.3 -0,1297 1,6170 0,0242 9,043 St.4 -0,1275 2,8824 0,0234 28,734 St.5 -2,0563 1,1723 6,0908 4,7529 St.6 -1,5881 1,3229 3,6329 6,0522 St.7 -2,5907 -2,3110 9,6674 18,471 St.8 -2,7271 -2,7700 10,712 26,537 Lampiran 11 Korelasi antar variabel kualitas air Analisis Komponen Utama Variabel Suhu Kekeru han TSS Salinitas pH DO Sat. O2 BOD5 TOM NH3-N NO2-N NO3-N PO4-P Pb air Cd air Pb karang Cd karang Suhu 1,000 0,814 0,826 -0,957 -0,953 -0,864 -0,855 0,183 -0,633 0,724 0,792 0,673 0,590 -0,561 -0,319 -0,299 -0,344 Kekeruhan 0,814 1,000 0,984 -0,830 -0,774 -0,770 -0,684 0,527 -0,681 0,930 0,727 0,840 0,898 -0,252 0,048 0,081 0,096 TSS 0,826 0,984 1,000 -0,850 -0,794 -0,787 -0,703 0,455 -0,763 0,937 0,814 0,856 0,885 -0,263 0,105 -0,031 -0,021 Salinitas -0,957 -0,830 -0,850 1,000 0,993 0,925 0,906 -0,169 0,741 -0,765 -0,822 -0,720 -0,641 0,476 0,176 0,382 0,394 pH -0,953 -0,774 -0,794 0,993 1,000 0,903 0,890 -0,101 0,684 -0,698 -0,793 -0,669 -0,559 0,521 0,266 0,450 0,463 DO -0,864 -0,770 -0,787 0,925 0,903 1,000 0,956 -0,305 0,827 -0,782 -0,702 -0,622 -0,711 0,308 -0,013 0,217 0,256 Saturasi O2 -0,855 -0,684 -0,703 0,906 0,890 0,956 1,000 -0,076 0,825 -0,743 -0,756 -0,482 -0,642 0,480 0,077 0,338 0,382 BOD5 0,183 0,527 0,455 -0,169 -0,101 -0,305 -0,076 1,000 -0,130 0,386 -0,113 0,593 0,535 0,562 0,395 0,763 0,755 TOM -0,633 -0,681 -0,763 0,741 0,684 0,827 0,825 -0,130 1,000 -0,836 -0,836 -0,545 -0,777 0,227 -0,376 0,285 0,301 NH3-N 0,724 0,930 0,937 -0,765 -0,698 -0,782 -0,743 0,386 -0,836 1,000 0,788 0,658 0,973 -0,321 0,163 0,031 0,037 NO2-N 0,792 0,727 0,814 -0,822 -0,793 -0,702 -0,756 -0,113 -0,836 0,788 1,000 0,591 0,639 -0,573 -0,008 -0,513 -0,517 NO3-N 0,673 0,840 0,856 -0,720 -0,669 -0,622 -0,482 0,593 -0,545 0,658 0,591 1,000 0,639 0,115 0,266 0,043 0,073 H2PO4 - 0,590 0,898 0,885 -0,641 -0,559 -0,711 -0,642 0,535 -0,777 0,973 0,639 0,639 1,000 -0,133 0,302 0,234 0,246 Pb air -0,561 -0,252 -0,263 0,476 0,521 0,308 0,480 0,562 0,227 -0,321 -0,573 0,115 -0,133 1,000 0,741 0,571 0,600 Cd air -0,319 0,048 0,105 0,176 0,266 -0,013 0,077 0,395 -0,376 0,163 -0,008 0,266 0,302 0,741 1,000 0,329 0,359 Pb karang -0,299 0,081 -0,031 0,382 0,450 0,217 0,338 0,763 0,285 0,031 -0,513 0,043 0,234 0,571 0,329 1,000 0,986 Cd karang -0,344 0,096 -0,021 0,394 0,463 0,256 0,382 0,755 0,301 0,037 -0,517 0,073 0,246 0,600 0,359 0,986 1,000 Lampiran 12 Mean dan standar deviasi Analisis Kelompok Stasiun Mean Std.Dev. St.1 14,242 21,004 St.2 14,517 22,381 St.3 14,905 23,109 St.4 14,604 22,952 St.5 15,128 24,461 St.6 14,643 23,402 St.7 14,573 24,093 St.8 13,965 22,92 Lampiran 13 Jarak Euclidean Analisis Kelompok Stasiun Jarak Euclidean St.1 St.2 St.3 St.4 St.5 St.6 St.7 St.8 St.1 0,00 9,30 14,20 14,00 20,90 17,40 21,10 19,00 St.2 9,30 0,00 5,90 5,20 11,90 8,80 12,30 11,70 St.3 14,20 5,90 0,00 2,50 7,20 4,30 7,90 8,90 St.4 14,00 5,20 2,50 0,00 7,80 3,80 7,70 7,70 St.5 20,90 11,90 7,20 7,80 0,00 5,40 4,50 10,10 St.6 17,40 8,80 4,30 3,80 5,40 0,00 4,10 5,70 St.7 21,10 12,30 7,90 7,70 4,50 4,10 0,00 6,30 St.8 19,00 11,70 8,90 7,70 10,10 5,70 6,30 0,00 Lampiran 14 Pengelompokan stasiun berdasarkan hubungan jarak Analisis Kelompok Hubungan Jarak Pengelompokan Obj. No. Obj. No. Obj. No. Obj. No. Obj. No. Obj. No. Obj. No. Obj. No. 1 2 3 4 5 6 7 8 2,479 St.3 St.4 - - - - - - 3,831 St.3 St.4 St.6 - - - - - 4,061 St.3 St.4 St.6 St.7 - - - - 4,485 St.3 St.4 St.6 St.7 St.5 - - - 5,194 St.2 St.3 St.4 St.6 St.7 St.5 - - 5,722 St.2 St.3 St.4 St.6 St.7 St.5 St.8 - 9,344 St.1 St.2 St.3 St.4 St.6 St.7 St.5 St.8 Lampiran 15 Akar ciri dan persentase total ragam Analisis Komponen Utama Value Number Eigenvalue Total variance Cumulative Eigenvalue Cumulative 1 18,81 45,89 18,81 45,89 2 12,6 30,74 31,42 76,63 3 9,58 23,37 41,00 100,00 Lampiran 16 Faktor koordinat dan kontribusi variabel kualitas air, genera karang keras dan IMK Analisis Komponen Utama Variabel Koordinat Kontribusi Faktor 1 Faktor 2 Faktor 1 Faktor 2 Suhu 0,4115 0,7632 0,0090 0,0462 Kekeruhan 0,9244 -0,0230 0,0454 0,0000 TSS 0,8937 -0,3069 0,0424 0,0075 Salinitas -0,8799 0,2719 0,0411 0,0059 pH -0,9355 -0,0206 0,0465 0,0000 DO -0,4494 0,5569 0,0107 0,0246 Saturasi O2 -0,6095 0,3642 0,0197 0,0105 BOD5 0,4092 -0,5294 0,0089 0,0222 TOM -0,2019 0,8660 0,0022 0,0595 NH3-N 0,9174 -0,3980 0,0447 0,0126 NO2-N 0,6257 -0,3886 0,0208 0,0120 NO3-N -0,8872 -0,1329 0,0418 0,0014 PO4-P 0,8678 -0,4969 0,0400 0,0196 Pb Air -0,7162 -0,6844 0,0372 0,0273 Cd Air -0,4323 -0,8843 0,0099 0,0620 Pb Karang 0,8921 0,2504 0,0423 0,0050 Cd Karang 0,9925 0,0826 0,0524 0,0005 IMK 0,4714 0,8781 0,0118 0,0612 Acropora -0,0759 -0,9971 0,0003 0,0789 Favia 0,8796 -0,4623 0,0411 0,0170 Fungia 0,9803 0,1918 0,0511 0,0029 Heliofungi 0,8924 0,4511 0,0423 0,0161 Pocillopora 0,8924 0,4511 0,0423 0,0161 Echinopora 0,8924 0,4511 0,0423 0,0161 Platygyra 0,8924 0,4511 0,0423 0,0161 Porites -0,9469 0,1534 0,0477 0,0019 Seriatopora -0,1899 0,5840 0,0019 0,0271 Montipora -0,6294 -0,6722 0,0211 0,0358 Sandalolita 0,1232 -0,9849 0,0008 0,0770 Phachyseris 0,1232 -0,9849 0,0008 0,0770 Pectinia -0,4478 -0,0592 0,0107 0,0003 Millepora -0,2002 -0,8427 0,0021 0,0563 Heliopora -0,4351 -0,6470 0,0101 0,0332 Pavona 0,1232 -0,9849 0,0008 0,0770 Oxypora -0,4533 0,1737 0,0109 0,0024 Styllopora -0,4533 0,1737 0,0109 0,0024 Lampiran 16 Lanjutan Variabel Koordinat Kontribusi Faktor 1 Faktor 2 Faktor 1 Faktor 2 Leptoseris -0,8241 0,4668 0,0361 0,0173 Euphyllia -0,5624 0,3601 0,0168 0,0103 Goniastrea -0,5624 0,3601 0,0168 0,0103 Goniophora -0,5624 0,3601 0,0168 0,0103 Lobophylla -0,5624 0,3601 0,0168 0,0103 Lampiran 17 Faktor koordinat dan kontribusi stasiun pengama tan karang Analisis Komponen Utama Stasiun Koordinat Kontribusi Faktor 1 Faktor 2 Faktor 1 Faktor 2 St.3 5,8065 2,4022 59,7329 15,262 St.4 0,8016 -5,2448 1,1384 72,7499 St.5 -2,9491 0,9249 15,4082 2,2622 St.6 -3,6591 1,9177 23,7204 9,7259 Lampiran 18 Korelasi Antar Variabel kualitas air, genera karang keras dan IMK Analisis Komponen Utama Variabel Suhu Kekeruhan TSS Salinitas pH DO Saturasi O2 BOD5 Suhu 1,000 0,173 -0,030 -0,349 -0,577 -0,108 -0,324 0,135 Kekeruhan 0,173 1,000 0,958 -0,671 -0,730 -0,162 -0,304 0,108 TSS -0,030 0,958 1,000 -0,742 -0,714 -0,344 -0,426 0,285 Salinitas -0,349 -0,671 -0,742 1,000 0,955 0,819 0,910 -0,794 pH -0,577 -0,730 -0,714 0,955 1,000 0,655 0,811 -0,634 DO -0,108 -0,162 -0,344 0,819 0,655 1,000 0,969 -0,998 Saturasi O2 -0,324 -0,304 -0,426 0,910 0,811 0,969 1,000 -0,966 BOD5 0,135 0,108 0,285 -0,794 -0,634 -0,998 -0,966 1,000 TOM 0,350 -0,032 -0,297 0,591 0,332 0,893 0,761 -0,881 NH3-N 0,072 0,858 0,943 -0,914 -0,849 -0,632 -0,702 0,584 NO2-N -0,376 0,845 0,900 -0,393 -0,339 -0,025 -0,047 -0,041 NO3-N -0,687 -0,649 -0,607 0,917 0,989 0,633 0,804 -0,621 PO4-P -0,018 0,811 0,926 -0,902 -0,804 -0,672 -0,715 0,624 Pb Air -0,749 -0,698 -0,475 0,391 0,636 -0,155 0,091 0,171 Cd Air -0,765 -0,446 -0,173 0,071 0,360 -0,422 -0,183 0,422 Pb Karang 0,746 0,676 0,597 -0,863 -0,972 -0,524 -0,717 0,512 Cd Karang 0,426 0,950 0,891 -0,816 -0,898 -0,337 -0,511 0,295 IMK 0,905 0,385 0,125 -0,208 -0,488 0,220 -0,025 -0,211 Acropora -0,789 -0,050 0,236 -0,207 0,089 -0,526 -0,322 0,502 Favia 0,065 0,781 0,891 -0,944 -0,853 -0,731 -0,784 0,688 Fungia 0,526 0,920 0,833 -0,792 -0,904 -0,301 -0,494 0,264 Heliofungi 0,716 0,812 0,656 -0,666 -0,847 -0,156 -0,385 0,133 Pocillopora 0,716 0,812 0,656 -0,666 -0,847 -0,156 -0,385 0,133 Echinopora 0,716 0,812 0,656 -0,666 -0,847 -0,156 -0,385 0,133 Platygyra 0,716 0,812 0,656 -0,666 -0,847 -0,156 -0,385 0,133 Porites -0,132 -0,986 -0,986 0,765 0,783 0,314 0,434 -0,259 Seriatopora 0,761 -0,489 -0,607 0,018 -0,113 -0,141 -0,227 0,200 Montipora -0,578 -0,715 -0,484 0,219 0,465 -0,364 -0,136 0,388 Sandalolita -0,640 0,090 0,373 -0,424 -0,138 -0,689 -0,520 0,662 Phachyseris -0,640 0,090 0,373 -0,424 -0,138 -0,689 -0,520 0,662 Pectinia -0,674 -0,073 -0,090 0,726 0,735 0,791 0,880 -0,815 Millepora -0,975 0,025 0,243 0,142 0,381 -0,030 0,167 -0,007 Heliopora -0,361 -0,626 -0,395 -0,037 0,200 -0,602 -0,411 0,630 Pavona -0,640 0,090 0,373 -0,424 -0,138 -0,689 -0,520 0,662 Oxypora -0,490 -0,090 -0,172 0,787 0,729 0,911 0,955 -0,927 Styllopora -0,490 -0,090 -0,172 0,787 0,729 0,911 0,955 -0,927 Leptoseris 0,177 -0,895 -0,985 0,727 0,648 0,406 0,446 -0,346 Euphyllia 0,414 -0,812 -0,857 0,303 0,256 -0,067 -0,050 0,133 Goniastrea 0,414 -0,812 -0,857 0,303 0,256 -0,067 -0,050 0,133 Goniophora 0,414 -0,812 -0,857 0,303 0,256 -0,067 -0,050 0,133 Lobophylla 0,414 -0,812 -0,857 0,303 0,256 -0,067 -0,050 0,133 Lampiran 18 Lanjutan Variabel TOM NH3-N NO2-N NO3-N PO4-P Pb Air Cd Air Pb Karang Suhu 0,350 0,072 -0,376 -0,687 -0,018 -0,749 -0,765 0,746 Kekeruhan -0,032 0,858 0,845 -0,649 0,811 -0,698 -0,446 0,676 TSS -0,297 0,943 0,900 -0,607 0,926 -0,475 -0,173 0,597 Salinitas 0,591 -0,914 -0,393 0,917 -0,902 0,391 0,071 -0,863 pH 0,332 -0,849 -0,339 0,989 -0,804 0,636 0,360 -0,972 DO 0,893 -0,632 -0,025 0,633 -0,672 -0,155 -0,422 -0,524 Saturasi O2 0,761 -0,702 -0,047 0,804 -0,715 0,091 -0,183 -0,717 BOD5 -0,881 0,584 -0,041 -0,621 0,624 0,171 0,422 0,512 TOM 1,000 -0,528 -0,154 0,266 -0,609 -0,511 -0,759 -0,135 NH3-N -0,528 1,000 0,731 -0,760 0,994 -0,385 -0,045 0,718 NO2-N -0,154 0,731 1,000 -0,205 0,731 -0,275 -0,046 0,207 NO3-N 0,266 -0,760 -0,205 1,000 -0,707 0,666 0,423 -0,991 PO4-P -0,609 0,994 0,731 -0,707 1,000 -0,280 0,066 0,653 Pb Air -0,511 -0,385 -0,275 0,666 -0,280 1,000 0,939 -0,759 Cd Air -0,759 -0,045 -0,046 0,423 0,066 0,939 1,000 -0,541 Pb Karang -0,135 0,718 0,207 -0,991 0,653 -0,759 -0,541 1,000 Cd Karang -0,088 0,878 0,650 -0,852 0,820 -0,780 -0,518 0,872 IMK 0,628 0,083 -0,102 -0,571 -0,027 -0,927 -0,966 0,671 Acropora -0,851 0,327 0,335 0,197 0,430 0,738 0,916 -0,315 Favia -0,629 0,991 0,654 -0,769 0,994 -0,298 0,049 0,711 Fungia -0,010 0,823 0,571 -0,874 0,755 -0,840 -0,602 0,905 Heliofungi 0,207 0,639 0,378 -0,855 0,550 -0,947 -0,783 0,912 Pocillopora 0,207 0,639 0,378 -0,855 0,550 -0,947 -0,783 0,912 Echinopora 0,207 0,639 0,378 -0,855 0,550 -0,947 -0,783 0,912 Platygyra 0,207 0,639 0,378 -0,855 0,550 -0,947 -0,783 0,912 Porites 0,195 -0,931 -0,843 0,695 -0,896 0,612 0,324 -0,700 Seriatopora 0,183 -0,409 -0,880 -0,258 -0,449 -0,156 -0,295 0,274 Montipora -0,633 -0,311 -0,396 0,476 -0,209 0,964 0,935 -0,583 Sandalolita -0,934 0,505 0,378 -0,032 0,597 0,603 0,839 -0,091 Phachyseris -0,934 0,505 0,378 -0,032 0,597 0,603 0,839 -0,091 Pectinia 0,447 -0,384 0,346 0,799 -0,366 0,239 0,089 -0,750 Millepora -0,461 0,153 0,540 0,510 0,241 0,652 0,744 -0,578 Heliopora -0,759 -0,144 -0,444 0,195 -0,051 0,840 0,871 -0,315 Pavona -0,934 0,505 0,378 -0,032 0,597 0,603 0,839 -0,091 Oxypora 0,642 -0,482 0,240 0,765 -0,486 0,086 -0,112 -0,690 Styllopora 0,642 -0,482 0,240 0,765 -0,486 0,086 -0,112 -0,690 Leptoseris 0,424 -0,943 -0,914 0,527 -0,945 0,315 0,000 -0,498 Euphyllia 0,085 -0,662 -0,995 0,122 -0,661 0,258 0,056 -0,132 Goniastrea 0,085 -0,662 -0,995 0,122 -0,661 0,258 0,056 -0,132 Goniophora 0,085 -0,662 -0,995 0,122 -0,661 0,258 0,056 -0,132 Lobophylla 0,085 -0,662 -0,995 0,122 -0,661 0,258 0,056 -0,132 Lampiran 18 Lanjutan Variabel Cd Karang IMK Acropora Favia Fungia Heliofu ngia Pocillo pora Echino pora Suhu 0,426 0,905 -0,789 0,065 0,526 0,716 0,716 0,716 Kekeruhan 0,950 0,385 -0,050 0,781 0,920 0,812 0,812 0,812 TSS 0,891 0,125 0,236 0,891 0,833 0,656 0,656 0,656 Salinitas -0,816 -0,208 -0,207 -0,944 -0,792 -0,666 -0,666 -0,666 pH -0,898 -0,488 0,089 -0,853 -0,904 -0,847 -0,847 -0,847 DO -0,337 0,220 -0,526 -0,731 -0,301 -0,156 -0,156 -0,156 Saturasi O2 -0,511 -0,025 -0,322 -0,784 -0,494 -0,385 -0,385 -0,385 BOD5 0,295 -0,211 0,502 0,688 0,264 0,133 0,133 0,133 TOM -0,088 0,628 -0,851 -0,629 -0,010 0,207 0,207 0,207 NH3-N 0,878 0,083 0,327 0,991 0,823 0,639 0,639 0,639 NO2-N 0,650 -0,102 0,335 0,654 0,571 0,378 0,378 0,378 NO3-N -0,852 -0,571 0,197 -0,769 -0,874 -0,855 -0,855 -0,855 PO4-P 0,820 -0,027 0,430 0,994 0,755 0,550 0,550 0,550 Pb Air -0,780 -0,927 0,738 -0,298 -0,840 -0,947 -0,947 -0,947 Cd Air -0,518 -0,966 0,916 0,049 -0,602 -0,783 -0,783 -0,783 Pb Karang 0,872 0,671 -0,315 0,711 0,905 0,912 0,912 0,912 Cd Karang 1,000 0,533 -0,158 0,825 0,993 0,922 0,922 0,922 IMK 0,533 1,000 -0,911 0,018 0,627 0,818 0,818 0,818 Acropora -0,158 -0,911 1,000 0,395 -0,266 -0,518 -0,518 -0,518 Favia 0,825 0,018 0,395 1,000 0,768 0,577 0,577 0,577 Fungia 0,993 0,627 -0,266 0,768 1,000 0,961 0,961 0,961 Heliofungi 0,922 0,818 -0,518 0,577 0,961 1,000 1,000 1,000 Pocillopora 0,922 0,818 -0,518 0,577 0,961 1,000 1,000 1,000 Echinopora 0,922 0,818 -0,518 0,577 0,961 1,000 1,000 1,000 Platygyra 0,922 0,818 -0,518 0,577 0,961 1,000 1,000 1,000 Porites -0,953 -0,289 -0,079 -0,872 -0,912 -0,774 -0,774 -0,774 Seriatopora -0,212 0,488 -0,563 -0,348 -0,111 0,101 0,101 0,101 Montipora -0,716 -0,855 0,721 -0,199 -0,764 -0,862 -0,862 -0,862 Sandalolita 0,030 -0,797 0,974 0,577 -0,074 -0,333 -0,333 -0,333 Phachyseris 0,030 -0,797 0,974 0,577 -0,074 -0,333 -0,333 -0,333 Pectinia -0,369 -0,336 0,087 -0,467 -0,408 -0,434 -0,434 -0,434 Millepora -0,223 -0,875 0,852 0,157 -0,334 -0,563 -0,563 -0,563 Heliopora -0,542 -0,722 0,682 -0,013 -0,580 -0,675 -0,675 -0,675 Pavona 0,030 -0,797 0,974 0,577 -0,074 -0,333 -0,333 -0,333 Oxypora -0,357 -0,133 -0,145 -0,577 -0,370 -0,333 -0,333 -0,333 Styllopora -0,357 -0,133 -0,145 -0,577 -0,370 -0,333 -0,333 -0,333 Leptoseris -0,808 0,048 -0,401 -0,905 -0,734 -0,522 -0,522 -0,522 Euphyllia -0,596 0,112 -0,311 -0,577 -0,518 -0,333 -0,333 -0,333 Goniastrea -0,596 0,112 -0,311 -0,577 -0,518 -0,333 -0,333 -0,333 Goniophora -0,596 0,112 -0,311 -0,577 -0,518 -0,333 -0,333 -0,333 Lobophylla -0,596 0,112 -0,311 -0,577 -0,518 -0,333 -0,333 -0,333 Lampiran 18 Lanjutan Variabel Platy gyra Porites Seriato pora Montip ora Sanda lolita Phachy seris Pectini a Mille pora Suhu 0,716 -0,132 0,761 -0,578 -0,640 -0,640 -0,674 -0,975 Kekeruhan 0,812 -0,986 -0,489 -0,715 0,090 0,090 -0,073 0,025 TSS 0,656 -0,986 -0,607 -0,484 0,373 0,373 -0,090 0,243 Salinitas -0,666 0,765 0,018 0,219 -0,424 -0,424 0,726 0,142 pH -0,847 0,783 -0,113 0,465 -0,138 -0,138 0,735 0,381 DO -0,156 0,314 -0,141 -0,364 -0,689 -0,689 0,791 -0,030 Saturasi O2 -0,385 0,434 -0,227 -0,136 -0,520 -0,520 0,880 0,167 BOD5 0,133 -0,259 0,200 0,388 0,662 0,662 -0,815 -0,007 TOM 0,207 0,195 0,183 -0,633 -0,934 -0,934 0,447 -0,461 NH3-N 0,639 -0,931 -0,409 -0,311 0,505 0,505 -0,384 0,153 NO2-N 0,378 -0,843 -0,880 -0,396 0,378 0,378 0,346 0,540 NO3-N -0,855 0,695 -0,258 0,476 -0,032 -0,032 0,799 0,510 PO4-P 0,550 -0,896 -0,449 -0,209 0,597 0,597 -0,366 0,241 Pb Air -0,947 0,612 -0,156 0,964 0,603 0,603 0,239 0,652 Cd Air -0,783 0,324 -0,295 0,935 0,839 0,839 0,089 0,744 Pb Karang 0,912 -0,700 0,274 -0,583 -0,091 -0,091 -0,750 -0,578 Cd Karang 0,922 -0,953 -0,212 -0,716 0,030 0,030 -0,369 -0,223 IMK 0,818 -0,289 0,488 -0,855 -0,797 -0,797 -0,336 -0,875 Acropora -0,518 -0,079 -0,563 0,721 0,974 0,974 0,087 0,852 Favia 0,577 -0,872 -0,348 -0,199 0,577 0,577 -0,467 0,157 Fungia 0,961 -0,912 -0,111 -0,764 -0,074 -0,074 -0,408 -0,334 Heliofungi 1,000 -0,774 0,101 -0,862 -0,333 -0,333 -0,434 -0,563 Pocillopora 1,000 -0,774 0,101 -0,862 -0,333 -0,333 -0,434 -0,563 Echinopora 1,000 -0,774 0,101 -0,862 -0,333 -0,333 -0,434 -0,563 Platygyra 1,000 -0,774 0,101 -0,862 -0,333 -0,333 -0,434 -0,563 Porites -0,774 1,000 0,492 0,603 -0,233 -0,233 0,163 -0,081 Seriatopora 0,101 0,492 1,000 0,035 -0,503 -0,503 -0,654 -0,849 Montipora -0,862 0,603 0,035 1,000 0,632 0,632 -0,026 0,498 Sandalolita -0,333 -0,233 -0,503 0,632 1,000 1,000 -0,106 0,745 Phachyseris -0,333 -0,233 -0,503 0,632 1,000 1,000 -0,106 0,745 Pectinia -0,434 0,163 -0,654 -0,026 -0,106 -0,106 1,000 0,585 Millepora -0,563 -0,081 -0,849 0,498 0,745 0,745 0,585 1,000 Heliopora -0,675 0,490 0,199 0,953 0,660 0,660 -0,326 0,319 Pavona -0,333 -0,233 -0,503 0,632 1,000 1,000 -0,106 0,745 Oxypora -0,333 0,209 -0,503 -0,172 -0,333 -0,333 0,973 0,381 Styllopora -0,333 0,209 -0,503 -0,172 -0,333 -0,333 0,973 0,381 Leptoseris -0,522 0,943 0,682 0,330 -0,522 -0,522 0,055 -0,389 Euphyllia -0,333 0,798 0,905 0,402 -0,333 -0,333 -0,434 -0,563 Goniastrea -0,333 0,798 0,905 0,402 -0,333 -0,333 -0,434 -0,563 Goniophora -0,333 0,798 0,905 0,402 -0,333 -0,333 -0,434 -0,563 Lobophylla -0,333 0,798 0,905 0,402 -0,333 -0,333 -0,434 -0,563 Lampiran 18 Lanjutan Variabel Helio pora Pavona Oxypora Styllo pora Lepto seris Euphy llia Gonias trea Gonio phora Suhu -0,361 -0,640 -0,490 -0,490 0,177 0,414 0,414 0,414 Kekeruhan -0,626 0,090 -0,090 -0,090 -0,895 -0,812 -0,812 -0,812 TSS -0,395 0,373 -0,172 -0,172 -0,985 -0,857 -0,857 -0,857 Salinitas -0,037 -0,424 0,787 0,787 0,727 0,303 0,303 0,303 pH 0,200 -0,138 0,729 0,729 0,648 0,256 0,256 0,256 DO -0,602 -0,689 0,911 0,911 0,406 -0,067 -0,067 -0,067 Saturasi O2 -0,411 -0,520 0,955 0,955 0,446 -0,050 -0,050 -0,050 BOD5 0,630 0,662 -0,927 -0,927 -0,346 0,133 0,133 0,133 TOM -0,759 -0,934 0,642 0,642 0,424 0,085 0,085 0,085 NH3-N -0,144 0,505 -0,482 -0,482 -0,943 -0,662 -0,662 -0,662 NO2-N -0,444 0,378 0,240 0,240 -0,914 -0,995 -0,995 -0,995 NO3-N 0,195 -0,032 0,765 0,765 0,527 0,122 0,122 0,122 PO4-P -0,051 0,597 -0,486 -0,486 -0,945 -0,661 -0,661 -0,661 Pb Air 0,840 0,603 0,086 0,086 0,315 0,258 0,258 0,258 Cd Air 0,871 0,839 -0,112 -0,112 0,000 0,056 0,056 0,056 Pb Karang -0,315 -0,091 -0,690 -0,690 -0,498 -0,132 -0,132 -0,132 Cd Karang -0,542 0,030 -0,357 -0,357 -0,808 -0,596 -0,596 -0,596 IMK -0,722 -0,797 -0,133 -0,133 0,048 0,112 0,112 0,112 Acropora 0,682 0,974 -0,145 -0,145 -0,401 -0,311 -0,311 -0,311 Favia -0,013 0,577 -0,577 -0,577 -0,905 -0,577 -0,577 -0,577 Fungia -0,580 -0,074 -0,370 -0,370 -0,734 -0,518 -0,518 -0,518 Heliofungi -0,675 -0,333 -0,333 -0,333 -0,522 -0,333 -0,333 -0,333 Pocillopora -0,675 -0,333 -0,333 -0,333 -0,522 -0,333 -0,333 -0,333 Echinopora -0,675 -0,333 -0,333 -0,333 -0,522 -0,333 -0,333 -0,333 Platygyra -0,675 -0,333 -0,333 -0,333 -0,522 -0,333 -0,333 -0,333 Porites 0,490 -0,233 0,209 0,209 0,943 0,798 0,798 0,798 Seriatopora 0,199 -0,503 -0,503 -0,503 0,682 0,905 0,905 0,905 Montipora 0,953 0,632 -0,172 -0,172 0,330 0,402 0,402 0,402 Sandalolita 0,660 1,000 -0,333 -0,333 -0,522 -0,333 -0,333 -0,333 Phachyseris 0,660 1,000 -0,333 -0,333 -0,522 -0,333 -0,333 -0,333 Pectinia -0,326 -0,106 0,973 0,973 0,055 -0,434 -0,434 -0,434 Millepora 0,319 0,745 0,381 0,381 -0,389 -0,563 -0,563 -0,563 Heliopora 1,000 0,660 -0,463 -0,463 0,257 0,478 0,478 0,478 Pavona 0,660 1,000 -0,333 -0,333 -0,522 -0,333 -0,333 -0,333 Oxypora -0,463 -0,333 1,000 1,000 0,174 -0,333 -0,333 -0,333 Styllopora -0,463 -0,333 1,000 1,000 0,174 -0,333 -0,333 -0,333 Leptoseris 0,257 -0,522 0,174 0,174 1,000 0,870 0,870 0,870 Euphyllia 0,478 -0,333 -0,333 -0,333 0,870 1,000 1,000 1,000 Goniastrea 0,478 -0,333 -0,333 -0,333 0,870 1,000 1,000 1,000 Goniophora 0,478 -0,333 -0,333 -0,333 0,870 1,000 1,000 1,000 Lobophylla 0,478 -0,333 -0,333 -0,333 0,870 1,000 1,000 1,000 Lampiran 18 Lanjutan Variabel Helio pora Pavona Oxypora Styllo pora Lepto seris Euphy llia Gonias trea Gonio phora Lobo phylla Suhu -0,361 -0,640 -0,490 -0,490 0,177 0,414 0,414 0,414 0,414 Kekeruhan -0,626 0,090 -0,090 -0,090 -0,895 -0,812 -0,812 -0,812 -0,812 TSS -0,395 0,373 -0,172 -0,172 -0,985 -0,857 -0,857 -0,857 -0,857 Salinitas -0,037 -0,424 0,787 0,787 0,727 0,303 0,303 0,303 0,303 pH 0,200 -0,138 0,729 0,729 0,648 0,256 0,256 0,256 0,256 DO -0,602 -0,689 0,911 0,911 0,406 -0,067 -0,067 -0,067 -0,067 Saturasi O2 -0,411 -0,520 0,955 0,955 0,446 -0,050 -0,050 -0,050 -0,050 BOD5 0,630 0,662 -0,927 -0,927 -0,346 0,133 0,133 0,133 0,133 TOM -0,759 -0,934 0,642 0,642 0,424 0,085 0,085 0,085 0,085 NH3-N -0,144 0,505 -0,482 -0,482 -0,943 -0,662 -0,662 -0,662 -0,662 NO2-N -0,444 0,378 0,240 0,240 -0,914 -0,995 -0,995 -0,995 -0,995 NO3-N 0,195 -0,032 0,765 0,765 0,527 0,122 0,122 0,122 0,122 PO4-P -0,051 0,597 -0,486 -0,486 -0,945 -0,661 -0,661 -0,661 -0,661 Pb Air 0,840 0,603 0,086 0,086 0,315 0,258 0,258 0,258 0,258 Cd Air 0,871 0,839 -0,112 -0,112 0,000 0,056 0,056 0,056 0,056 Pb Karang -0,315 -0,091 -0,690 -0,690 -0,498 -0,132 -0,132 -0,132 -0,132 Cd Karang -0,542 0,030 -0,357 -0,357 -0,808 -0,596 -0,596 -0,596 -0,596 IMK -0,722 -0,797 -0,133 -0,133 0,048 0,112 0,112 0,112 0,112 Acropora 0,682 0,974 -0,145 -0,145 -0,401 -0,311 -0,311 -0,311 -0,311 Favia -0,013 0,577 -0,577 -0,577 -0,905 -0,577 -0,577 -0,577 -0,577 Fungia -0,580 -0,074 -0,370 -0,370 -0,734 -0,518 -0,518 -0,518 -0,518 Heliofungi -0,675 -0,333 -0,333 -0,333 -0,522 -0,333 -0,333 -0,333 -0,333 Pocillopora -0,675 -0,333 -0,333 -0,333 -0,522 -0,333 -0,333 -0,333 -0,333 Echinopora -0,675 -0,333 -0,333 -0,333 -0,522 -0,333 -0,333 -0,333 -0,333 Platygyra -0,675 -0,333 -0,333 -0,333 -0,522 -0,333 -0,333 -0,333 -0,333 Porites 0,490 -0,233 0,209 0,209 0,943 0,798 0,798 0,798 0,798 Seriatopora 0,199 -0,503 -0,503 -0,503 0,682 0,905 0,905 0,905 0,905 Montipora 0,953 0,632 -0,172 -0,172 0,330 0,402 0,402 0,402 0,402 Sandalolita 0,660 1,000 -0,333 -0,333 -0,522 -0,333 -0,333 -0,333 -0,333 Phachyseris 0,660 1,000 -0,333 -0,333 -0,522 -0,333 -0,333 -0,333 -0,333 Pectinia -0,326 -0,106 0,973 0,973 0,055 -0,434 -0,434 -0,434 -0,434 Millepora 0,319 0,745 0,381 0,381 -0,389 -0,563 -0,563 -0,563 -0,563 Heliopora 1,000 0,660 -0,463 -0,463 0,257 0,478 0,478 0,478 0,478 Pavona 0,660 1,000 -0,333 -0,333 -0,522 -0,333 -0,333 -0,333 -0,333 Oxypora -0,463 -0,333 1,000 1,000 0,174 -0,333 -0,333 -0,333 -0,333 Styllopora -0,463 -0,333 1,000 1,000 0,174 -0,333 -0,333 -0,333 -0,333 Leptoseris 0,257 -0,522 0,174 0,174 1,000 0,870 0,870 0,870 0,870 Euphyllia 0,478 -0,333 -0,333 -0,333 0,870 1,000 1,000 1,000 1,000 Goniastrea 0,478 -0,333 -0,333 -0,333 0,870 1,000 1,000 1,000 1,000 Goniophora 0,478 -0,333 -0,333 -0,333 0,870 1,000 1,000 1,000 1,000 Lobophylla 0,478 -0,333 -0,333 -0,333 0,870 1,000 1,000 1,000 1,000 Lampiran 19 Mean dan standar deviasi stasiun pengamatan karang Analisis Kelompok Stasiun Mean Std.Dev. St.3 6,56 16,3 St.4 7,95 17,07 St.5 7,32 17,1 St.6 7,05 16,33 Lampiran 20 Jarak Euclidean untuk stasiun pengamatan karang Analisis Kelompok Stasiun Jarak Euclidean St.3 St.4 St.5 St.6 St.3 0,00 40,50 16,50 13,20 St.4 40,50 0,00 31,00 35,00 St.5 16,50 31,00 0,00 14,80 St.6 13,20 35,00 14,80 0,00 Lampiran 21 Pengelompokan stasiun pengamatan karang berdasarkan hubungan jarak Analisis Kelompok Hubungan Jarak Pengelompokan Obj. No. Obj. No. Obj. No. Obj. No. 1 2 3 4 13,20212 St.3 St.6 14,75229 St.3 St.6 St.5 31,01293 St.3 St.6 St.5 St.4 Lampiran 22 Akar ciri dan persentase faktor inertia Analisis Faktorial Koresponden Jumlah Faktor Akar Ciri Inertia Kumulatif Chi Squares 1 0,35 65,02 65,02 138,33 2 0,16 30,89 95,91 65,72 3 0,02 4,09 100,00 8,70 Lampiran 23 Faktor koordinat dan kontribusi lifeform Analisis Faktorial Koresponden Lifeform Koordinat Kontribusi Faktor 1 Faktor 2 Faktor 1 Faktor 2 DC -0,6090 -0,9615 0,2862 0,7135 SC -0,6218 -0,9853 0,2837 0,7124 OT 0,0853 -0,3074 0,0530 0,6877 AB 0,7374 -0,5118 0,4883 0,2353 DCA 0,3208 0,4042 0,3049 0,4842 HC -0,4052 0,3061 0,6260 0,3573 R 0,2397 -0,1328 0,6132 0,1883 AA 1,3552 0,0097 0,9920 0,0001 Lampiran 24 Faktor koordinat dan kontribusi stasiun pengamatan Analisis Faktorial Koresponden Stasiun Koordinat Kontribusi Faktor 1 Faktor 2 Faktor 1 Faktor 2 St.3 0,9898 -0,0069 0,9963 0,0000 St.4 -0,4138 0,6068 0,3141 0,6754 St.5 -0,4702 -0,5334 0,4258 0,5479 St.6 -0,1058 -0,0665 0,1407 0,0556 Lampiran 25 Nilai Biokonsentrasi faktr BCF pada jaringan lunak karang keras Genus Porites Biokonsentrasi Faktor Periode Stasiun Pengamatan Karang St.3 St.4 St.5 St.6 Pb 1 25 -02-07 4,826 2,142 1,582 2,264 2 15 -04-07 4,947 3,235 2,671 3,125 3 17-07-07 4,496 3,020 2,170 3,057 Rerata 4,750 2,708 2,055 2,754 Cd 1 25 -02-07 2,565 1,254 1,089 1,054 2 15 -04-07 3,452 2,289 18,91 1,750 3 17-07-07 2,553 1,958 2,133 1,630 Rerata 2,837 1,744 1,660 1,453 Lampiran 26 Langkah pembuatan preparat histologis Pengambilan sampel karang Fiksasi Formalin 10 air laut Fiksasi Bouin Dekalsifikasi Pengawetan dalam Etanol 70 Dehidrasi PenjernihanClearing Infiltrasi parafin Penanaman Jaringanembedding Pemotongansectioning Peletakan potongan diatas gelas objek Pengeringan Deparafinisasi Rehidrasi Pewarnaan Dehidrasi Penutupanmounting Lampiran 27 Prosedur pewarnaan jaringan Kiernan 1990 Deparafinisasi 1-2 menit : Xylol III Hylol II Xylol I Rehidrasi 1-2 menit : Alk Abs III Alk Abs II Alk Abs I Alk 95 Alk 90 Alk 80 Alk 70 Hematoksilin – Eosin HE Pewarnaan ini sering dilakukan umum, bertujuan untuk menggambarkan struktur dan komponen jaringan namun tidak dapat memberikan keterangan mengenai sifat kimia jaringan yang sedang diamati. Prosedur pewarnaan HE adalah sebagai berikut : 1. Sediaan di deparafinisasi dan rehidrasi 2. Untuk mewarnai inti, sediaan di masukkan kedalam larutan hematoksilin selama ± 15 menit. 3. Bila terlalu biru maka dilakukan pemucatan hematoksilin dengan asam alkohol 1 HCl dalam alkohol 70 kemudian dibilas dengan air. Untuk melihat perbedaan warna dilakukan dengan kontrol mikroskop. 4. Dicuci dengan air mengalir selama 30 menit sampai 1 jam. 5. Pembilasan dengan aquades selama 5 menit. 6. Untuk mewarnai sitoplasma, sediaan di masukkan dalam eosin selama 3 – 5 menit. 7. Pembilasan dengan aquades selama 5 – 10 menit. 8. Dehidrasi dengan alkohol bertingkat cek mikroskop. 9. Penjernihan clearing dengan silol dan tutup mounting dengan gelas penutup. Lampiran 27 Lanjutan Masson Trichrome Modifikasi Goldner Metode pewarnaan khusus salah satunya dapat dilakukan dengan pewarnaan Masson Trichrome. Menggunakan bahan-bahan yang bersifat heteropolyacid, yaitu Phosphomolibdic acid PMA dan Phosphotungstik acid PTA. PTA mengikat protein dan asam, asam amino tetapi bukan untuk mengikat karbohidrat. Sementara itu kolagen dapat berikatan dengan banyak PMA. Pewarnaan Masson Trichrome dilakukan untuk melihat jaringan ikat. Prosedur pewarrnaan MT adalah sebagai berikut : 1. Sediaan di deparafinisasi dan rehidrasi. 2. Rendam dalam larutan mordant selama 30–40 menit, bilas dengan aquades. 3. Rendam dalam larutan Carrazi’s hematoxylin selama 40 menit, bilas dengan air destilasi. 4. Selanjutnya masukkan sediaan ke larutan orange G 0,75 selama 1-2 menit. 5. Tanpa dibilas air destilasi masukkan sediaan ke dalam larutan acetic acid 1 sebanyak dua kali sambil diguncang-guncang. 6. Kemudian masukkan kedalam larutan ponceau xylidine fuchsin selama 15 menit, masukkan sediaan dalam larutan acetic acid 1 sebanyak dua kali. 7. Rendam sediaan dalam larutan phosphotungstik acid 2,5 selama 10 menit, selanjutnya pindahkan dalam larutan acetic acid 1 sebanyak dua kali. 8. Berikutnya rendam kembali sediaan dalam larutan aniline blue selama 15 menit, pindahkan ke larutan acetic acid 1 sebanyak dua kali. 9. Selanjutnya rendam dalam alkohol 95 selama tiga menit, setelah itu di dehidrasi dan terakhir sediaan di tutup dengan cover gelas mounting. 10. Jika pewarnaan dilakukan dengan benar maka hasilnya seperti berikut : Nukleus berwarna coklat tetapi kadang-kadang biru Muscle, sitoplasma berwarna merah Benang-benang fibrin dan kalsium berwarna ungu Hyalin berwarna biru muda Kolagen, mukus jaringan ikat berwarna biru kehijauan. Lampiran 27 Lanjutan Hematoksilin Logam Metode pewarnaan ini termasuk dalam metode pewarnaan khusus bertujuan untuk melihat kandungan logam dalam jaringan. Warna yang lebih kompleks dan lebih gelap dalam jaringan setelah dicelupkan menggambarkan banyaknya logam yang terakumulasi. Agar sensitifitasnya tinggi larutan Hematoksilin harus dibuat baru fresh untuk setiap pemakaian. Prosedur Pewarnaan Hematoksilin Logam adalah sebagai berikut : 1. Sediaan di deparafinisasi dan rehidrasi. 2. Tetesi dengan larutan Hematoksilin, uji selama 2 jam. 3. Tanpa dibilas aquades. 4. Dehidrasi dengan Alk 90, dua kali dengan Alk Abs selama beberapa detik. 5. Mounting dengan cover glass. Alcian Blue AB pH 2,5 Metode pewarnaan khusus AB bertujuan untuk melihat kandungan karbohidrat dalam sel mukus. Prosedur pewarnaannya adalah sebagai berikut : 1. Deparafinisasi dan rehidrasi 2. Cuci dengan air mengalir dan aquades masing-masing selama 5 menit. 3. Penurunan pH dengan 3 asam asetat 5 menit. 4. Tetesi dengan Alcian Blue pH 2,5 kurang dari 30 menit. 5. Cuci dengan 3 asam asetat sebanyak tiga kali masing-masing selama 5 menit. 6. Bilas dengan aquades sebanyak tiga kali masing-masing selama lima menit. 7. Counterstain misal : Nuclear Fast Red cek dengan mikroskop. 8. Cuci dengan akuades. 9. Dehidrasi, clearing dan mounting. Lampiran 28 Alur destruksi basah pada jaringan karang contoh uji 75 gr contoh uji + akuades sd 100 ml dipanaskan + HNO 3 5-10 ml dipanaskan sampai volume akhir 10 ml didinginkan + 5 ml HNO 3 + HCLO 4 tetes demi tetes dipanaskan sampai muncul asap putih filtrat bening pemanasan diteruskan sampai 30 menit belum terdekomposisi seluruhnya terdekomposisi seluruhnya ulangi tahap awal masukkan ke dalam labu ukuran 100 ml terdekomposisi seluruhnya disaring siap diukur dengan AAS blanko 100 ml akuades Lampiran 29 Persen penutupan substrat dasar No Keterangan Lokasi Pengamatan Stasiun 3 Stasiun 4 m m Hard coral 1. DC 2. DCA 4,7 9,4 4,1 8,2

3. Acropora

3,8 7,6 22,6 45,2 4. Favia 0,5 1 0,5 1 5. Fungia 1,2 2,4 0,5 1 6. Heliofungia 0,2 0,4 7. Pocillopora 0,5 1 8. Echinopora 0,4 0,8 9. Platygyra 0,1 0,2 10. Porites 0,4 0,8 1,5 3 11. Seriatopora 0,3 0,6 12. Montipora 1,3 2,6 13. Sandalolita 0,4 0,8 14. Pachyseris 0,9 1,8 15. Pectinia 0,7 1,4 16. Millepora 5,4 10,8 17. Heliopora 4,4 8,8 18. Pavona 0,5 1 Other Fauna 19. SC 20. SP 21. ZO 22. OT 0,2 0,4 2 4 23. AA 18,9 37,8 0,7 1,4 24. CA 25. HA 1,3 2,6 26. MA 4,1 8,2 Abiotik 27. S 2,6 5,2 28. R 10,8 21,6 4,5 9 29. SI 30. WA 31. RCK 32. DDD 50 100 50 100 Lampiran 29 Lanjutan No Keterangan Lokasi Pengamatan Stasiun 5 Stasiun 6 m m Hard coral 1. DC 6,3 12,6 2,8 5,6 2. DCA 4,4 8,8

3. Acropora