yang memiliki semua karakter j dan n
i
= ? n
ij
jumlah jawaban karakter j Bengen 2000.
Menurut Bengen 2000, untuk membandingkan 2 objek, maka perlu diberikan suatu pengukuran yang dapat mengkarakteristikan kemiripan atau
ketidakmiripan. Dalam hal ini Analisi Faktorial Koresponden menggunakan jarak khi-kuadrat. Jarak khi kuadrat diformulasikan dengan rumus :
d
2
i,i’ =
[ ]
∑
=
−
p j
i j
i i
ij
X X
X X
1 2
dimana : X
i
= ? baris i untuk semua kolom X
ij
= ? kolom j untuk semua baris Pada matriks data, terdiri dari i-baris persen penutupan karang dan j-kolom
stasiun pengamatan, dimana pada baris ke-i dan kolom ke-j ditemukan kelimpahan komponen penutupan karang life form. Untuk menganalisa data
dengan Analisis Faktorial Koreponden digunakan perangkat lunak program Statistika 6.
4. Biokonsentrasi Faktor
Biokonsentrasi faktor digunakan untuk mengetahui besarnya daya absorbsi dan laju distribusi pencemar, media absorbsi adalah melihat konsentrasi dalam
jaringan tubuh organisme.
K
c
= C
F
C
w
dimana : K
c
= Biokonsentrasi faktor C
F
= Konsentrasi di organisme C
w
= Konsentrasi di air
5. Persentase Penutupan Karang
Perhitungan persentase penutupan karang hidup yang diproyeksikan ke dasar perairan pada suatu area ditentukan sebagai berikut :
penutupan =
A x
100 B
dimana : penutupan = Persentase penutupan karang hidup A
= Panjang total kategori substrat dasar cm B
= Panjang transek garis cm
6. Indeks Mortalitas Karang IMK
Nilai indeks mortalitas karang ditentukan dari persentase penutupan karang mati dan patahan karang dibagi dengan persentase karang hidup.
M
i
= A
A + B
dimana : M
i
= Indeks kematian A = Persentase karang mati dan patahan karang
B = Persentase karang hidup
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Perairan Fisik
Pola Pasang Surut dan Arus
Pola pasang surut pasut yang terjadi di wilayah perairan Tanjung Jumlai adalah tipe campuran yang condong ke harian ganda semi diurnal, artinya dalam
sehari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut, dengan salah satu puncak pasang atau puncak surut lebih tinggi dari yang lain. Tinggi muka air antara pasang dan
surut pada siklus harian berkisar antara 1 – 2,5 m Gambar 9. Pola pasut di perairan Tanjung Jumlai merupakan bagian dari pola pasut di perairan Selat
Makassar yang merupakan lanjutan dari proses rambatan pasut dari Samudera Pasifik. Menurut Pariwono 1987, hal ini dimungkinkan karena perairan
Indonesia sebelah Utara terbuka dan berhubungan langsung dengan Samudera Pasifik sedangkan posisi Kepulauan Sumatera – Jawa – Nusa Tenggara
menghalangi hubungan secara langsung antara perairan Indonesia dengan Samudera Hindia. Karena itu hampir sepanjang tahun arus pasut di perairan
Indonesia mengalir ke arah Selatan. Keadaan ini sesuai dengan proses rambatan pasut dari arah Utara atau Timur perairan Indonesia, yaitu dari Samudera Pasifik.
Arus yang terukur adalah kecepatan arus sesaat pada saat air laut surut yang dilakukan pada tanggal 25 Februari 2007, 15 April 2007 dan 17 Juni 2007.
Kecepatan arus yang terukur memiliki kisaran rerata sebesar 10,48 – 16,15 cmdetik. Kecepatan arus maksimum terdapat di Stasiun 2 dengan nilai rerata
sebesar 16,15 cmdetik, sedangkan kecepatan arus terendah terdapat di Stasiun 3 dengan nilai rerata sebesar 10,48 cmdetik. Kecepatan arus yang terukur selain
dipengaruhi oleh pasang-surut air laut, juga dipengaruhi oleh kedalaman dan topografi dasar perairan. Pola arah arus sesaat selama penelitian umumnya
mengarah ke selatan seperti disajikan pada Gambar 10.
A
0,5 1
1,5 2
2,5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Waktu Jam Tinggi Muka Air m
25-Feb
B
0,5 1
1,5 2
2,5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Waktu Jam Tinggi Muka Air m
15 Aprl
C
0,5 1
1,5 2
2,5 3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Waktu Jam Tinggi Muka Air m
17-Jun
Gambar 9 Waktu pengambilan contoh kualitas air berdasarkan pasang-surut Pelindo IV 2006.
Keterangan : Tanda menunjukkan durasilama waktu pengambilan
Sumber : Peta dasar Bakosurtanal 1998, dimodifikasi oleh Jurusan MSP FPIK UNMUL 2007
Gambar 10 Arus sesaat selama penelitian arah arus.
Jika dihubungkan dengan keberadaan karang pada Stasiun 3, Stasiun 4, Stasiun 5 dan Stasiun 6, maka rendahnya kecepatan arus di Stasiun 3 Tabel 4
berpengaruh bagi kehidupan karang. Pengaruh tersebut disebabkan karena lambatnya aliran massa air maka partikel-partikel yang tersuspensi dalam badan
air dapat menghalangi penetrasi cahaya yang masuk ke dasar perairan dan memperlambat proses fotosintesis oleh zooxantela.
Tabel 4 Kecepatan dan arah arus sesaat di lokasi penelitian
Arus Satuan
Stasiun Pengamatan St. 1
St. 2 St. 3
St. 4 St. 5
St. 6 St. 7
St. 8
Periode 1 : 25–02–07
Kecepatan cmdt
10,62 12,97
7,64 8,62
10,76 11,78
13,58 13,88
Arah derajat
110 175
195 210
170 160
170 175
tenggara selatan
selatan barat
daya selatan
selatan selatan
selatan
Periode 2 : 15 – 04 – 07
Kecepatan cmdt
14,47 16,86
10,08 10,31
14,82 14,97
15,92 16,73
Arah derajat
120 170
185 200
175 150
195 190
tenggara selatan
selatan barat
daya selatan
tenggara selatan
selatan
Periode 3 : 17 – 07 – 07
Kecepatan cmdt
18,27 18,62
13,73 13,52
15,44 15,7
16,58 16,92
Arah derajat
110 180
185 200
180 160
185 185
tenggara selatan
selatan barat
daya selatan
tenggara selatan
selatan
Kecepatan Rerata
cmdt 14,45
16,15 10,48
10,82 13,67
14,15 15,36
15,84 Arah Rerata derajat
113,33 175,00
188,33 203,33
175,00 156,67
183,33 183,33
tenggara selatan
selatan barat
daya selatan
tenggara selatan
selatan
Terlebih lagi karena letak Stasiun 3 yang lebih dekat dengan muara Sungai Sesumpu dengan jarak ± 5 km dari muara, jika dibandingkan dengan stasiun
karang yang lain, sehingga pengaruh dari sistem sungai yang bermuara dan daratan di dekatnya yang membawa materi-materi terlarut maupun tersuspensi
berdampak besar terhadap karang di Stasiun 3.
Suhu
Suhu perairan merupakan parameter fisika yang penting, karena suhu berpengaruh terhadap proses biofisik-kimiawi di dalam badan air. Suhu dapat
mempengaruhi tingkah laku makan karang. Kebanyakan karang kehilangan kemampuan untuk menangkap makanan pada suhu di atas 33,5
o
C dan di bawah 16
o
C Mayor 1918, diacu dalam Supriharyono 2002. Peningkatan suhu di atas kisaran toleransi organisme dapat meningkatkan laju metabolisme. Suhu juga
berpengaruh terhadap kelarutan gas-gas terlarut, seperti oksigen O
2
dan karbondioksida CO
2
. Suhu air yang terukur pada penelitian ini merupakan suhu permukaan air pada kedalaman 1 m. Hasil pengukuran suhu air pada setiap
stasiun pengamatan selama penelitian berkisar antara 29,90 – 30,87
o
C Gambar 11 dan Tabel 5.
Tabel 5 Hasil pengukuran suhu saat siang hari selama penelitian
Stasiun Suhu
C Periode 1
Periode 2 Periode 3
1 31,30
30,40 30,90
2 30,30
30,10 30,60
3 30,60
29,90 30,10
4 29,90
29,70 30,10
5 29,70
30,10 30,00
6 29,70
30,50 30,20
7 29,50
30,40 30,10
8 29,40
30,30 30,10
Umumnya suhu pada semua lokasi penelitian relatif seragam dan nilainya masih tergolong normal jika perbandingan didasarkan pada nilai baku mutu air
laut yang berkisar antara 28 – 30 C MENLH 2004. Nilai rerata suhu air di
Stasiun 1 yang relatif lebih tinggi sangat berhubungan erat dengan letaknya yang berada di depan mulut muara Sungai Sesumpu. Kondisi ini didukung lagi oleh
tingkat kedalaman perairan yang relatif dangkal Lampiran 1 serta banyaknya partikel tersuspensi yang menyerap dan menyimpan panas dari intensitas cahaya
matahari yang masuk ke badan air. Kondisi inilah yang me nyebabkan rerata suhu air di Stasiun 1 sedikit lebih tinggi jika dibandingkan dengan stasiun pengamatan
lainnya. Rendahnya nilai rerata suhu di Stasiun 4 disebabkan oleh letak Stasiun 4 yang berada di Selatan dari lokasi penelitian, dimana pola arus air laut mengarah
dari Utara ke Selatan pada saat air surut. Meskipun demikian tinggi atau rendahnya nilai suhu di setiap stasiun penelitian tidak mempengaruhi
pertumbuhan karang karena masih berada dalam kondisi yang normal bagi kehidupan karang.
28,00 28,50
29,00 29,50
30,00 30,50
31,00 31,50
32,00
St.1 St.2
St.3 St.4
St.5 St.6
St.7 St.8
Stasiun Pengamatan Suhu saat siang hari
C
Gambar 11 Rerata suhu selama penelitian. Umumnya kisaran suhu permukaan perairan di Indonesia adalah sebesar 28
– 30
o
C, dengan demikian suhu perairan yang terukur di semua stasiun pengamatan masih berada pada kisaran alami sehingga dapat mendukung
kehidupan biota laut, termasuk karang. Nybakken 1993 mengatakan bahwa
terumbu karang masih dapat mentolerir suhu tahunan maksimum 36
o
C – 40
o
C dan tahunan minimum 18
o
C. Tomascik et al. 1997 juga mengemukakan bahwa terumbu karang pada suatu lokasi hanya dapat mentolerir perubahan suhu sekitar
2
o
C – 3
o
C. Kekeruhan
Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan tersuspensi
yang terdapat dalam air. Semakin tinggi kekeruhan maka semakin sedikit penetrasi cahaya matahari yang masuk ke kolom air. Kekeruhan dan kecerahan
mempunyai korelasi negatif, yaitu semakin rendah kekeruhan maka semakin tinggi kecerahan. Kecerahan yang tinggi merupakan syarat untuk berlangsungnya
fotosintesis oleh simbiotik zooxantela di jaringan karang. Tanpa cahaya laju kemampuan fotosintesis menurun, dengan demikian akan mengurangi
kemampuan karang untuk mensekret kalsium karbonat dan menghasilkan rangka.
Tabel 6 Nilai kekeruhan yang di peroleh selama penelitian
Stasiun Kekeruhan NTU
Periode 1 Periode 2
Periode 3
1 14,00
16,00 17,00
2 12,00
13,00 13,00
3 12,00
12,00 13,00
4 10,00
11,00 12,00
5 10,00
11,00 11,00
6 9,00
9,00 10,00
7 9,00
6,00 9,00
8 8,00
5,00 7,00
Rerata nilai kekeruhan yang terukur di semua stasiun pengamatan berkisar antara 6,67 – 15,67 NTU Gambar 12 dan Tabel 6. Kekeruhan semakin menurun
nilainya berdasarkan letak stasiun pengamatan. Di mulai dari Stasiun 1 yang memiliki nilai rerata kekeruhan paling tinggi yaitu 15,67 NTU, nilai kekeruhan di
stasiun pengamatan yang lain juga semakin menurun berdasarkan letak stasiun yang semakin ke arah laut dan kekeruhan terendah terdapat di Stasiun 8 yang
memiliki nilai kekeruhan sebesar 6,67 NTU.
0,00 5,00
10,00 15,00
20,00
St.1 St.2
St.3 St.4
St.5 St.6
St.7 St.8
Stasiun Pengamatan Kekeruhan NTU
Gambar 12 Rerata kekeruhan selama penelitian. Tingginya nilai rerata kekeruhan di Stasiun 1 dibandingkan dengan stasiun
pengamatan lainnya merupakan kondisi yang wajar terjadi karena umumnya kekeruhan tertinggi dijumpai di daerah estuaria yang langsung bertemu dengan
sistem sungai yang bermuara. Hal ini berhubungan erat dengan tingginya aktivitas di bagian hulu sungai dan adanya fenomena pasut yang turut berperan
dalam meningkatkan kekeruhan di Stasiun 1. Tetapi tingginya nilai kekeruhan yang terukur ini kurang mendukung bagi kehidupan organisme yang hidup di
dalamnya, khususnya organisme bentik seperti karang, karena partikel yang menyebabkan kekeruhan tersebut pada akhirnya akan mengendap sehingga dapat
menutupi polip karang, dan tingginya kekeruhan akan menyebabkan kematian karang. Hasil penelitian menunjukan bahwa adanya pengaruh kekeruhan yang
relatif cukup besar terhadap stasiun pengamatan yang ditumbuhi karang, terutama Stasiun 3 dan Stasiun 4.
Tingkat kekeruhan yang baik untuk kehidupan karang adalah 5 NTU .
Peningkatan kekeruhan disebabkan oleh sedimen dan dapat menghalangi penetrasi cahaya yang masuk ke dasar perairan sehingga dapat mengganggu
kehidupan spesies-spesies karang yang kehidupannya sangat bergantung terhadap penetrasi cahaya Salvat 1987. Terlebih lagi jika partikel yang menyebabkan
kekeruhan tersebut juga mengandung unsur logam berat, maka melalui sifat akumulasinya logam tersebut akan masuk ke dalam tubuh karang melalui proses
adsorpsi dan absorpsi.
Total Padatan Tersuspensi TSS
Total suspended solid atau total padatan tersuspensi merupakan total
padatan halus yang sukar larut dan sukar mengendap. Bahan-bahan ini dapat berasal dari proses drainase daratan erosi akibat pembukaan lahan di sekitar
perairan seperti pembukaan lahan tambak atau pengadukan dasar perairan akibat adanya pergerakan massa air. Bahan-bahan yang sukar larut ini sangat
berpengaruh terhadap kehidupan biota, terutama karang. Hasil pengukuran terhadap Total Suspended Solid TSS selama penelitian
berkisar antara 21,93 – 33,93 mgl Tabel 7 dan Gambar 13, dengan nilai rerata TSS terendah terdapat di Stasiun 8 dan nilai rerata TSS tertinggi terdapat di
Stasiun 1. Tingginya rerata TSS yang terukur di Stasiun 1 dikarenakan letaknya yang berada di muara Sungai Sesumpu. Abrasi dari daratan di dekatnya dan
ditunjang oleh kedalaman sungai yang relatif dangkal membuat perairan di sekitar
Stasiun 1 lebih keruh daripada stasiun yang lain. Jika dibandingkan dengan Stasiun 1, kedalaman perairan di Stasiun 8 lebih dalam, oleh karena itu nilai rerata
TSS-nya paling rendah dan perairan disini terlihat lebih jernih. Tabel 7 Nilai TSS hasil pengukuran selama penelitian
Stasiun TSS mgl
Periode 1 Periode 2
Periode 3
1 26,39
37,00 38,40
2 23,74
34,00 35,81
3 21,56
31,00 32,50
4 24,60
29,00 30,10
5 25,47
27,00 28,62
6 24,91
26,00 26,90
7 24,80
23,00 25,00
8 22,18
21,00 22,62
0,00 10,00
20,00 30,00
40,00 50,00
St.1 St.2
St.3 St.4
St.5 St.6
St.7 St.8
Stasiun Pengamatan TSS mgl
Gambar 13 Rerata TSS selama penelitian.
Kimia Salinitas
Salinitas merupakan jumlah dalam gram garam-garam terlarut dalam 1 kg air laut, setelah semua karbonat diubah menjadi oksida, semua bromida dan iodin
sudah ditransformasikan sebagai klorida dan semua bahan organik sudah dioksidasi Effendi 2003. Salinitas mempengaruhi biota laut dalam hal densitas
dan stabilitas dari badan air, sehingga berpengaruh terhadap proses fisiologinya. Ditlev 1980 dan Nybakken 1993 mengatakan bahwa secara fisiologis salinitas
mempengaruhi kehidupan hewan karang, karena adanya tekanan osmosis pada jaringan hidup. Karang hermatifik tidak dapat bertahan pada salinitas ya ng
menyimpang dari salinitas normal 32 – 35 ‰, sehingga karang jarang ditemukan hidup pada daerah-daerah muara sungai besar, bercurah hujan tinggi atau perairan
dengan kadar garam tinggi. Salinitas yang terukur di lapangan selama tiga periode sampling memiliki
nilai rerata berkisar antara 29,70 – 33,50 ‰. Stasiun yang mempunyai salinitas terendah adalah Stasiun 1 dan salinitas tertinggi terdapat di Stasiun 7 Tabel 8
dan Gambar 14. Tabel 8 Nilai salinitas pada lokasi penelitian
Stasiun Salinitas ‰
Periode 1 Periode 2
Periode 3
1 30,00
29,70 29,40
2 32,50
32,20 31,50
3 33,70
33,40 32,10
4 33,80
33,40 32,20
5 33,80
33,60 33,00
6 33,70
33,50 32,80
7 33,70
33,60 33,20
8 33,70
33,50 33,20
Pola sebaran salinitas di lokasi penelitian memperlihatkan bahwa semakin ke arah laut nilai salinitasnya semakin meningkat. Meskipun nilai salinitas tidak
meningkat secara signifikan tetapi rendahnya salinitas di Stasiun 1 disebabkan oleh letaknya yang berada di depan mulut dari sistem sungai yang bermuara,
sehingga terjadi pengenceran dan percampuran air tawar dari sungai akibat aktifitas pasang surut. Tetapi jika ditinjau dari nilai salinitas yang terukur di
Stasiun 1, maka tergolong dalam kategori cukup tinggi. Hal ini disebabkan oleh gaya pasang-surut air laut yang lebih besar daripada pengaruh aliran massa air
sungai. Untuk stasiun pengamatan yang ditumbuhi oleh karang rerata salinitas
yang terukur sebesar 33,07 – 33,47 ‰, artinya salinitas tidak menjadi faktor pembatas bagi kehidupan dan pertumbuha n karang.
0,00 10,00
20,00 30,00
40,00 50,00
St.1 St.2
St.3 St.4
St.5 St.6
St.7 St.8
Stasiun Pengamatan Salinitas ‰
Gambar 15 Rerata salinitas selama penelitian.
Derajat Keasaman pH
Nilai pH air berguna untuk menentukan indeks pencemaran suatu perairan dengan melihat tingkat keasaman atau kebasaan air. Besarnya nilai pH dalam
suatu perairan dapat dijadikan indikator adanya keseimbangan unsur-unsur kimia dan unsur hara yang sangat bermanfaat bagi kehidupan biota perairan. Pada
perairan dengan pH rendah, senyawa ammonium yang dapat terionisasi banyak ditemukan ammonium tidak bersifat toksik. Pada suasana alkalis pH tinggi
lebih banyak ditemukan ammonia yang tidak terionisasi dan bersifat toksik. Tabel 9 Nilai pH yang terukur selama penelitian
Stasiun pH
Periode 1 Periode 2
Periode 3
1 7,37
7,31 7,29
2 7,85
7,83 7,82
3 8,07
7,98 8,00
4 8,14
8,00 8,00
5 8,15
8,00 8,10
6 8,10
7,99 8,10
7 8,10
7,99 8,00
8 8,15
8,00 8,00
Nilai rerata pH air selama penelitian seperti disajikan pada Tabel 9 berkisar antara 7,32 – 8,08, dengan pH terendah di Stasiun 1 dan pH tertinggi di Stasiun 5.
Nilai pH yang lebih rendah di Stasiun 1 disebabkan karena adanya pengaruh masukan massa air tawar dari sistem Sungai Sesumpu yang bermuara.
Berdasarkan kisaran nilai pH yang terukur dari semua stasiun, secara umum dapat dikatakan bahwa semakin ke arah laut nilai pH me ngalami peningkatan Gambar
15. Tingginya pH di laut dikarenakan air laut mengandung ion-ion bersifat basa, seperti ion natrium, kalium dan kalsium. Selain itu air laut mempunyai kapasitas
penyangga yang mampu mempertahankan pH pada kisaran alami air laut. Menurut Sanusi 2005 pH air laut bersifat basa antara 7,50 – 8,30 yang
dikarenakan mengandung ion-ion monovalen Na
+
maupun bivalen Ca
++
, Mg
++
. Nilai pH di perairan pesisir seperti teluk umumnya lebih rendah dibandingkan pH
laut lepas, karena adanya pengaruh masukan massa air tawar dari sistem sungai yang bermuara.
0,00 2,00
4,00 6,00
8,00 10,00
12,00
St.1 St.2
St.3 St.4
St.5 St.6
St.7 St.8
Stasiun Pengamatan pH
Gambar 15 Rerata pH selama penelitian.
Oksigen Terlarut DO
Oksigen terlarut adalah konsentrasi gas oksigen yang terlarut dalam air, dimana konsentrasi oksigen terlarut dalam suatu perairan sangat ditentukan oleh
laju fotosintesis. Kelarutan gas terutama oksigen ke dalam air dipengaruhi oleh suhu, tekanan parsial dan gas-gas yang ada di udara maupun di air, salinitas dan
senyawa yang mudah teroksidasi. Oksigen sangat esensial bagi pernafasan dan
merupakan satu diantara komponen utama bagi metabolisme ikan dan biota perairan lainnya, termasuk hewan karang.
Proses fotosintesis menyebabkan peningkatan oksigen terlarut selama siang hari dan mencapai maksimum pada sore hari, selanjutnya konsentrasi oksigen
terlarut menurun menjelang malam hingga pagi hari oleh aktivitas respirasi organisme dan dekomposisi bahan organik. Metcalf dan Eddy 1974,
mengatakan bahwa reduksi oksigen terlarut oleh bakteri hingga mendekati nol, dalam mendekomposisi senyawa organik dapat merubah warna perairan menjadi
hitam. Jika kondisi seperti ini terjadi, maka akan menyebabkan timbulnya senyawa dan gas-gas yang dapat mengganggu kehidupan biota.
Tabel 10 Kandungan oksigen terlarut dalam badan air
Stasiun DO mgl
Periode 1 Periode 2
Periode 3
1 6,40
4,50 6,00
2 6,70
5,70 6,60
3 6,40
6,40 6,70
4 6,30
5,90 6,70
5 6,30
7,30 7,10
6 6,40
6,20 7,00
7 6,70
6,60 6,90
8 6,80
6,10 7,00
Hasil pengukuran rerata oksigen terlarut berkisar antara 5,63 – 6,90 mgl Gambar 16 dan Tabel 10, dengan nilai oksigen terendah di Stasiun 1 dan
tertinggi di Stasiun 5. Relatif rendahnya rerata oksigen terlarut yang terukur di Stasiun 1 lebih dikarenakan oleh cukup tingginya tingkat kekeruhan dan nilai TSS
yang terukur di stasiun tersebut, sehingga penetrasi cahaya matahari tidak dapat menembus badan air yang berakibat pada terganggunya proses fotosintesis.
Tetapi kondisi ini bukanlah bersifat permanen, artinya nilai konsentrasi di Stasiun 1 tersebut masih dapat meningkat seiring berkurangnya kekeruhan dan TSS.
0,00 1,00
2,00 3,00
4,00 5,00
6,00 7,00
8,00
St.1 St.2
St.3 St.4
St.5 St.6
St.7 St.8
Stasiun Pengamatan Oksigen Terlarut mgl
0,00 20,00
40,00 60,00
80,00 100,00
120,00
Saturasi Oksigen
DO Saturasi O2
Gambar 16 Rerata oksigen terlarut dan saturasi oksigen selama penelitian.
Harapan meningkatnya oksigen terlarut di Stasiun 1 tersebut didukung oleh tingkat saturasi oksigen yang masih sebesar 73,67 dari kisaran 59,00 – 84,00
. Artinya nilai tersebut belum mencapai tingkat kejenuhan kelarutan oksigen, karena stasiun pengamatan lainnya mempunyai tingkat saturasi yang berkisar
antara 81,67 – 92,00 Gambar 17. Nilai oksigen yang terukur pada seluruh stasiun pengamatan masih dapat menunjang kehidupan biota laut karena nilai
oksigen terlarut yang terukur di atas 5 mgl, yang merupakan nilai oksigen terendah untuk kehidupan biota laut MENLH 2004.
Biochemical Oxygen Demand BOD
5
Biochemical Oxygen Demand BOD
5
adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme dalam proses dekomposisi bahan organik.
BOD
5
menunjukkan jumlah oksigen yang dikonsumsi oleh proses respirasi mikroba aerob yang terdapat dalam botol BOD yang diinkubasi pada suhu sekitar
20 °
C selama 5 hari dalam keadaan tanpa cahaya. Diambilnya 5 hari sebagai lama waktu inkubasi dikarenakan pada waktu 5 hari sebanyak 70 - 80 bahan organik
telah dapat diuraikan. Selain itu, penambahan jumlah hari setelah inkubasi 5 hari
akan menyebabkan terjadinya proses nitrifikasi yang akan mempengaruhi jumlah oksigen dalam botol BOD Rafii 2004. Nilai BOD
5
yang terukur selama penelitian berkisar antara 1,33 – 1,67 mgl Gambar 17 dan Tabel 11, nilai BOD
5
yang terukur ini masih tergolong rendah. Tabel 11 Nilai BOD
5
yang terukur selama penelitian
Stasiun BOD
5
mgl Periode 1
Periode 2 Periode 3
1 1,50
1,50 1,80
2 1,30
1,40 1,60
3 1,60
1,70 1,60
4 1,70
1,70 1,60
5 1,80
1,40 1,50
6 1,80
1,60 1,50
7 1,50
1,50 1,30
8 1,40
1,30 1,30
Nilai BOD
5
yang relatif rendah ini menunjukkan bahwa perairan Tanjung Jumlai dimana penelitian dilakukan masih tergolong belum tercemar dari sisi
buangan bahan organik. Nilai BOD
5
yang rendah juga menunjukkan hanya sedikit jumlah oksigen yang diperlukan oleh aktivitas bakteri aerobik dalam
merombak senyawa organik menjadi senyawa anorganik. Hal ini berarti juga masih tersedianya oksigen yang cukup untuk kehidupan biota laut termasuk
hewan karang untuk melakukan proses metabolisme. Rafii 2004 mendapatkan nilai BOD
5
di perairan Teluk Jobokuto Kabupaten Jepara berkisar antara 0,60 – 2,27 mgl pada saat surut dan 1,15 – 3,10 mgl pada saat pasang. Menurut
Sastrawijaya 1991 perairan alami mempunyai nilai BOD
5
yang berkisar antara 0,50 – 7,00 mgl. Perairan yang memiliki nilai BOD
5
10 mgl tergolong perairan yang tercemar.
0,00 0,50
1,00 1,50
2,00 2,50
St.1 St.2
St.3 St.4
St.5 St.6
St.7 St.8
Stasiun Pengamatan BOD
5
mgl
Gambar 17 Rerata BOD
5
selama penelitian. Bahan Organik Total TOM
Bahan organik yang masuk ke perairan terdiri dari bahan organik yang dapat diurai dan bahan organik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme.
Bahan organik ini terbawa oleh arus dari satu tempat ke tempat lainnya, sehingga nilainya akan berbeda antara tempat satu dengan tempat lainnya. Selain itu,
adanya proses sedimentasi mengakibatkan bahan organik mengendap di dasar perairan. Pada dasar perairan, bahan organik memiliki nilai yang penting, dimana
pada nilai yang normal bahan organik dapat dimanfatkan oleh organisme bentik untuk kehidupan dan pertumbuhannya.
Tabel 12 Kandungan TOM di badan air selama penelitian
Stasiun TOM mgl
Periode 1 Periode 2
Periode 3
1 36,73
44,24 44,86
2 36,38
44,21 44,64
3 36,94
48,00 47,98
4 37,59
44,27 45,82
5 38,80
49,92 46,20
6 38,71
46,70 46,95
7 36,80
49,28 48,44
8 34,83
49,26 48,59
Namun pada kondisi bahan organik yang melimpah di dasar perairan, dapat berdampak kurang baik bagi organisme bentik. Hal ini dikarenakan pada saat
bahan organik mengalami reduksi, diurai oleh bakteri dalam suasana anaerob, akan mengeluarkan gas-gas yang bersifat tidak stabil dan toksik seperti ammonia,
metana dan hidrogen sulfida. Hasil pengukuran diperoleh rerata TOM sebesar 41,74 – 44,97 mgl Gambar 18 dan Tabel 12, dengan nilai terendah pada Stasiun
2 dan tertinggi pada Stasiun 5. Jika dibandingkan dengan hasil penelitian Rafii 2004 di Teluk Jobokuto Kabupaten Jepara yang memiliki ekosistem terumbu
karang dan padang lamun, dengan kisaran nilai TOM antara 73.20 – 90.73 mgl pada saat surut dan 50.98 – 69,61 mgl pada saat pasang, maka TOM yang terukur
di perairan Tanjung Jumlai mempunyai
nilai
yang lebih rendah. Artinya nilai TOM yang terukur di seluruh stasiun pengamatan masih berlangsung dalam
proses oksidasi dan dimanfaatkan dengan baik oleh organisme untuk kehidupan dan pertumbuhannya.
38,00 39,00
40,00 41,00
42,00 43,00
44,00 45,00
46,00 47,00
St.1 St.2
St.3 St.4
St.5 St.6
St.7 St.8
Stasiun Pengamatan TOM mgl
Gambar 18 Rerata TOM selama penelitian.
Nitrogen
Nitrogen di perairan berada dalam bentuk nitrogen molekuler N
2
atau sebagai garam-garam anorganik ammonia NH
3
-N, nitrat NO
3
-N dan nitrit NO
2
-N serta beberapa senyawa nitrogen organik seperti urea dan asam-asam amino. Pada umumnya dalam memanfaatkan nitrogen, organisme akuatik
mempunyai kecenderungan untuk secara bertahap dan berturut-turut mengambil ammonia, nitrat dan nitrit Riley dan Chester 1971.
Tabel 13 Kandungan NH
3
-N, NO
3
-N dan NO
2
-N yang terukur selama penelitian
Stasiun NH
3
-N mgl NO
3
-N mgl NO
2
-N mgl Periode
Periode Periode
1 2
3 1
2 3
1 2
3
1
0,20 0,18
0,23 1,09
0,72 0,70
0,063 0,058
0,070
2
0,16 0,21
0,20 0,69
0,42 0,68
0,079 0,068
0,074
3
0,10 0,14
0,21 0,63
0,31 0,42
0,009 0,004
0,006
4
0,14 0,16
0,12 0,41
0,42 0,85
0,008 0,005
0,006
5
0,05 0,08
0,07 0,65
0,62 0,72
0,010 0,004
0,004
6
0,05 0,06
0,05 0,71
0,46 0,57
0,002 0,004
0,003
7
0,02 0,04
0,05 0,56
0,27 0,21
0,004 0,004
0,001
8
0,03 0,02
0,03 0,28
0,24 0,26
0,006 0,004
0,001
Hasil pengukuran diperoleh kisaran rerata nilai ammonia NH
3
-N antara 0,03 – 0,20 mgl, nitrat NO
3
-N 0,26 – 0,84 mgl dan nitrit NO
4
-N 0,003 – 0,074 mgl Gambar 19 dan Tabel 13. Stasiun pengamatan yang mempunyai
nilai ammonia dan nitrat terendah terdapat pada Stasiun 8 dan tertinggi di Stasiun 1, sedangkan stasiun pengamatan yang mempunyai nilai nitrit terendah di Stasiun
6 dan Stasiun 7 dan nitrit tertinggi di Stasiun 2. Relatif tingginya nilai ammonia dan nitrat yang terukur di Stasiun 1 disebabkan oleh pengaruh aktivitas di daratan
seperti aktivitas pertambakan dan rumah tangga. Hasil penelitian Ramili 2007 di perairan Pulau Pari Kepulauan Seribu diperoleh nilai nitrat yang berkisar antara
0,23 – 0,24 mgl, nilai nitrat yang didapatkan penulis adalah lebih tinggi. Tetapi nilai nitrat yang terukur tersebut belum menunjukkan perairan dimana penulis
melakukan penelitian telah tercemar oleh aktivitas manusia atau tinja hewan antrophogenic effect, karena menurut Effendi 2003 suatu perairan dikatakan
tercemar apabila mempunyai nilai nitrat yang 5 mgl.
0,00 0,10
0,20 0,30
0,40 0,50
0,60 0,70
0,80 0,90
1,00
St.1 St.2
St.3 St.4
St.5 St.6
St.7 St.8
Stasiun Pengamatan Konsentrasi mgl
0,00 0,02
0,04 0,06
0,08 0,10
NO
2
-N mgl
NH3-N NO3-N
NO2-N
Gambar 19 Rerata NH
3
-N, NO
3
-N dan NO
2
-N selama penelitian. Selanjutnya apabila dilihat berdasarkan total nitrogen dalam hal ini yang
dimaksudkan dengan total nitrogen adalah gabungan dari ammonia, nitrat dan nitrit sebagai sediaan total nitrogen yang dapat dengan segera dimanfaatkan oleh
organisme, kisaran nilai yang didapat adalah sebesar 0,290 – 1,104 mgl. Sebagai salah satu unsur pembatas, kondisi seperti ini menunjukkan bahwa
perairan Tanjung Jumlai dimana penelitian dilakukan relatif mempunyai ketersediaan nitrogen yang cukup, sehingga nitrogen relatif tidak menjadi faktor
pembatas. Hal ini mungkin disebabkan oleh lebih sedikitnya partikel organik nitrogen PON yang tidak dapat didegradasi oleh bakteri aerobik dibandingkan
dengan inorganik nitrogen terlarut DIN yang dapat dioksidasi menjadi nitrat oleh bakteri Nitrobacter. Jika dibandingkan dengan hasil penelitian Rafii 2004
di perairan Teluk Jobokuto dimana didapatkan total nitrogen 0,044 – 0,284 mgl pada sampling surut, maka nilai total nitrogen yang didapatkan pada stasiun
pengamatan adalah lebih tinggi. Kondisi ini menggambarkan bahwa nitrogen sebagai sumber nutrisi relatif cukup dalam mendukung pertumbuhan karang di
perairan Tanjung Jumlai.
Ortofosfat HPO
4 =
Fosfor di estuari terdapat dalam bentuk inorganik terlarut ortofosfat, organik terlarut dan partikel fosfat Kennish 1990. Tomascik et al. 1997
mengatakan bahwa biota laut secara normal dapat mengasimilasi secara langsung
fosfor inorganik terlarut orthofosfat dan kadang-kadang menggunakan fosfor organik terlarut. Fosfor berperan dalam mentransfer energi dalam sel dari ADP
menjadi ATP. Hasil pengukuran diperoleh kisaran rerata nilai ortofosfat antara 0,024 –
0,173 mgl Gambar 20 dan Tabel 16, dengan nilai ortofosfat terendah terdapat pada Stasiun 8 dan tertinggi di Stasiun 1. Hasil pengukuran ini menunjukkan
bahwa stasiun pengamatan yang berdekatanberhadapan langsung dengan daratan mempunyai nilai ortofosfat yang relatif lebih tinggi. Hal ini menjelaskan bahwa
adanya pengaruh daratan terhadap nilai fosfat di perairan. Tabel 14 Kandungan HPO
4 =
dalam badan air selama penelitian
Stasiun HPO
4 =
mgl Periode 1
Periode 2 Periode 3
1 0,160
0,210 0,150
2 0,140
0,180 0,170
3 0,134
0,160 0,170
4 0,140
0,160 0,175
5 0,080
0,085 0,056
6 0,070
0,060 0,050
7 0,036
0,023 0,024
8 0,027
0,021 0,023
Jika dibandingkan dengan penelitian Pello 2000 di perairan Teluk Hurun Lampung, dimana didapatkan kisaran ortofosfat 0,002 – 0,008 mgl di sekitar
padang lamun, 0,002 – 0,007 mgl di sekitar karang dan 0,002 – 0,009 mgl di muara sungai. Selanjutnya hasil penelitian Rafii 2004 di Teluk Jobokuto Jepara
yang mendapatkan nilai ortofosfat antara 0,004 – 0,026 mgl, maka nilai ortofosfat yang didapatkan penulis adalah lebih tinggi. Tetapi jika dibandingkan dengan
penelitian Ramili 2007 di perairan Pulau Pari Kepulauan Seribu dengan nilai ortofosfat antara 0,15 – 0,16 mgl, maka hanya stasiun pengamatan yang
berhadapan denga n daratan saja yang mempunyai nilai ortofosfat lebih tinggi, yaitu Stasiun 1, Stasiun 2, Stasiun 3 dan Stasiun 4.
0,000 0,050
0,100 0,150
0,200 0,250
St.1 St.2
St.3 St.4
St.5 St.6
St.7 St.8
Stasiun Pengamatan HPO
4 =
mgl
Gambar 20 Rerata HPO
4 =
selama penelitian. Berdasarkan klasifikasi kesuburan perairan ditinjau dari nilai orthofosfat
menurut Liaw 1969, diacu dalam Rafii 2004 adalah 0,000 – 0,020 mgl tergolong rendah, 0,021 – 0,050 mgl tergolong sedang, 0,051 – 0,100 mgl
tergolong baik dan 0,101 tergolong kategori sangat baik, maka perairan dimana penulis melakukan penelitian tergolong perairan yang mempunyai tingkat
kesuburan yang sedang hingga sangat baik. Kondisi ini menggambarkan bahwa ortofosfat sebagai sumber nutrisi relatif cukup dalam mendukung pertumbuhan
karang di perairan Tanjung Jumlai.
Logam Berat
Keberadaan logam berat di perairan pada dasarnya tidak akan menjadi masalah apabila dalam jumlah kecil di bawah batas ambang toksik. Hal ini
dikarenakan sampai batas tertentu beberapa logam berat diperlukan sebagai trace element
essential bagi pertumbuhan organisme. Tetapi, dalam jumlah yang telah melebihi batas tersebut, logam berat akan bersifat racun yang dapat menimbulkan
kerusakan organ tubuh. Kadar normal logam berat dalam perairan laut ditetapkan sebesar 0,001 mgl Cd dan 0,008 mgl Pb MENLH 2004. Hasil
penelitian terhadap dua jenis logam berat Pb dan Cd yang terkandung dalam badan air diperoleh nilai rerata yang berkisar antara 0,453 – 0,560 mgl untuk
logam Pb dan 0,044 – 0,055 mgl untuk logam Cd Tabel 8.
Tabel 15 Konsentrasi logam berat yang terdeteksi dalam kolom air selama penelitian
Stasiun Pb mgl
Cd mgl 1
2 3
1 2
3
1 0,450
0,460 0,460
0,041 0,050
0,045
2 0,430
0,460 0,470
0,049 0,050
0,051
3 0,470
0,450 0,490
0,046 0,042
0,047
4 0,710
0,460 0,510
0,071 0,045
0,048
5 0,670
0,420 0,500
0,056 0,046
0,045
6 0,660
0,470 0,490
0,056 0,048
0,046
7 0,470
0,470 0,480
0,043 0,045
0,043
8 0,480
0,460 0,480
0,048 0,047
0,044
Logam Pb yang terdeteksi pada semua stasiun pengamatan mempunyai nilai rerata terendah di Stasiun 2 sebesar 0,453 mgl dan nilai rerata tertinggi terdapat
di Stasiun 4 yaitu sebesar 0,560 mgl Tabel 15 dan Gambar 21. Nilai rerata terendah logam Cd terdapat pada Stasiun 7 sebesar 0,044 mgl, dan nilai Cd
tertinggi didapatkan pada Stasiun 4 dengan nilai rerata sebesar 0,055 mgl Tabel 15 dan Gambar 21.
Walaupun kadar logam Pb dan Cd dalam air secara statistik tidak berbeda nyata antar stasiun pengamatan, tetapi nilai yang terdeteksi ini mempunyai kisaran
nilai yang relatif tinggi. Relatif tingginya logam Pb dan Cd yang terdeteksi di seluruh stasiun pengamatan, disebabkan oleh pengaruh tingginya aktivitas
industri, terutama di wilayah Utara dari lokasi dimana penelitian dilakukan, yaitu sepanjang Teluk Balikpapan, seperti perusahaan migas, pengolahan kayu,
perkapalan, lalulintas pelayaran, di samping tingginya eksplorasi migas di perairan Tanjung Jumlai itu sendiri.
0,000 0,100
0,200 0,300
0,400 0,500
0,600 0,700
St.1 St.2 St.3 St.4 St.5 St.6 St.7 St.8
Stasiun Pengamatan Pb mgl
0,000 0,010
0,020 0,030
0,040 0,050
0,060 0,070
Cd mgl
Pb Cd
Gambar 21 Rerata logam Pb dan Cd pada badan air selama penelitian. Besarnya pengaruh Teluk Balikpapan dalam memberikan kontribusi logam
berat ke perairan Tanjung Jumlai dimana penelitian dilakukan, terlihat juga dari hasil penelitian Abdunnur et al. 2006 di perairan laut Desa Sesumpu hingga
Desa Kampung Baru Kabupaten Panajam Paser Utara, dimana logam berat Pb dan Cd yang terdeteksi di badan air laut berkisar antara 0,447 – 0,559 mgl untuk
logam Pb dan 0,043 – 0,052 mgl Cd. Abdunnur et al. 2006 juga melakukan pengukuran logam berat pada areal pertambakan di daerah perbatasan antara Desa
Sesumpu dan Desa Kampung Baru, dimana tambak di desa ini langsung menggunakan air laut yang merupakan daerah yang berbatasan langsung dengan
muara Teluk Balikpapan. Logam Pb dan Cd yang terdeteksi di dalam badan air tambak perbatasan Desa Sesumpu – Desa Kampung Baru didapatkan kisaran nilai
sebesar 0,438 – 0,490 mgl Pb dan 0,045 – 0,058 mgl Cd. Tabel 16 Konsentrasi Pb dan Cd di Perairan Laut Tanjung Jumlai pada waktu
yang berbeda
Sumber data Kisaran
Pb mgl Cd mgl
Terendah Tertinggi Terendah Tertinggi
Abdunnur et al. 2006 0,447
0,559 0,043
0,052 Ristiana 2007
0,453 0,560
0,044 0,055
Selisih 0,006
0,001 0,001
0,003
Jika melihat hasil penelitian Abdunnur et al. 2006, maka jelas sekali terlihat pengaruh Teluk Balikpapan dalam menyumbang keberadaan logam di
perairan dan sedimen melalui sifat akumulasi dari logam berat yang terbawa oleh massa air dan selanjutnya mengalami proses pengendapan presipitasi.
Selanjutnya, jika dibuat perbandingan antara hasil yang didapatkan oleh penulis dengan rentang waktu 9 – 14 bulan dari penelitian Abdunnur et al. 2006, maka
telah terjadi peningkatan nilai logam Pb dalam badan air sebesar 0,001 – 0,006 mgl dan Cd sebesar 0,001 – 0,003 mgl. Peningkatan ini relatif cukup tinggi dan
harus dicermati dengan serius oleh kalangan peneliti dan pihak-pihak terkait, terutama untuk logam Pb yang persentase peningkatannya dua kali lipat dari
logam Cd Tabel 16. Pengaruh pola arus Teluk Balikpapan dalam menyumbang keberadaan
logam di perairan lokasi studi secara sederhana dapat dijelaskan sebagai berikut; saat air laut surut massa air dari Utara Teluk Balikpapan menuju ke Selatan
Selat Makassar, dengan sebagian distribusi aliran massa air melalui daerah gosong karang, lokasi dimana penelitian dilakukan. Tetapi aliran massa air yang
menuju ke Selatan ini terpecah menjadi dua bagian Timur dan Barat dari gosong karang saat akan melalui gosong karang. Hal ini dikarenakan pada saat air laut
surut, gosong karang akan muncul ke permukaan perairan dengan areal yang cukup luas ± 15 ha sehingga tidak dapat dilalui oleh massa air. Untuk
melanjutkan alirannya, massa air terpecah menjadi dua bagian untuk selanjutnya mengalir melalui tubir karang di bagian Timur dan Barat dari gosong karang.
Hasil pengamatan di lapangan juga memperlihatkan bahwa aliran massa air dari Utara Teluk Balikpapan menuju ke Selatan Selat Makassar pada saat
surut di Tanjung Jumlai, sangat dipengaruhi oleh hempasan gelombang dan arus pasang air laut yang terjadi berikutnya. Terlebih lagi tipe pasang surut yang
terjadi di daerah penelitian merupakan tipe semi diurnal. Kondisi pasut ini mengakibatkan massa air yang membawa logam berat dan bahan-bahan lainnya
yang berasal dari Teluk Balikpapan sebagian mengalami proses-proses kimia dan berikatan dengan unsur lain dalam kolom air yang dilaluinya selama perjalanan
menuju ke Selatan Selat Makassar.
Logam berat dalam kolom air yang telah berikatan dengan unsur lain pada akhirnya akan mengendap ke dasar perairan, secara lambat tapi pasti nilainya akan
terus meningkat melalui sifat akumulatifnya. Terutama pada Stasiun 3 dan Stasiun 4 sebagai stasiun pengamatan karang dimana mempunyai kecepatan arus
yang rendah jika dibandingkan dengan stasiun pengamatan lainnya. Rendahnya kecepatan arus di Stasiun 3 dan Stasiun 4 memberikan peluang yang lebih besar
bagi partikel-partikel di kolom air untuk mengendap, tidak terkecuali logam berat. Melalui proses adsorpsi dan absorpsi logam berat dapat masuk ke dalam tubuh
biota laut termasuk karang. Kondisi ini diduga menjadi penyebab konsentrasi logam Pb dan Cd di jaringan karang pada Stasiun 3 dan 4 relatif lebih tinggi jika
dibandingkan dengan stasiun karang lainnya yaitu Stasiun 5 dan 6.
Biologi
Persentase Penutupan Substrat Dasar
Area terumbu karang yang tumbuh di perairan Tanjung Jumlai adalah berupa gosong karang. Luas area ini pada saat surut terendah sekitar 15 hektar.
Persentase penutupan substrat dasar di stasiun pengamatan daerah gosong karang dapat dijelaskan sebagai berikut: kategori patahan karang R di Stasiun 3 adalah
yang tertinggi diikuti dengan Stasiun 6 selanjutnya Stasiun 4 dan persentase terendah ada di Stasiun 4. Kondisi penutupan substrat kategori kelompok alga
AA tertinggi di Stasiun 3 diikuti oleh Stasiun 6. Penutupan substrat kategori karang keras HC berturut-turut adalah Stasiun 4, Stasiun 5, Stasiun 6 dan
Stasiun 3. Karang mati DC tertinggi pada Stasiun 5, kemudian diikuti oleh Stasiun 6 Gambar 22.
Gambar 22 Perbandingan persentase penutupan substrat dasar di lokasi penelitian.
Kondisi penutupan karang keras khususnya dari Genus Porites secara lebih detail di sajikan pada Gambar 23. Nilai tertinggi persentase penutupan terumbu
karang di Perairan Tanjung Jumlai selama masa penelitian terdapat di Stasiun 4 yaitu sebesar 77,4 dan penutupan karang keras terendah terdapat di Stasiun 3
sebesar 14,8. Karang keras di Stasiun 3 memiliki persentase penutupan terendah karena letaknya berada dekat dengan muara sungai. Variabel lingkungan
yang mempengaruhinya adalah kekeruhan yang tinggi dan banya knya padatan tersuspensi yang terkandung dalam badan airnya. Sedangkan persentase
penutupan karang keras tertinggi terdapat pada Stasiun 4, keadaan ini didukung oleh kondisi perairan yang lebih jernih dan perairan yang lebih dalam.
20 40
60 80
Stasiun Pengamatan Penutupan Karang Keras
Genera lain 4
28,2 20
19,2 Fungia
2,4 1
0,6 0,2
Porites 0,8
3 4,8
3,6 Acropora
7,6 45,2
17 6,4
St 3 St 4
St 5 St 6
Keterangan penutupan :
Gambar 23 Perbandingan genera karang keras
Karang keras dari Genus Porites yang digunakan sebagai bioindikator terhadap akumulasi logam berat memperlihatkan persentase penutupan yang
rendah di Stasiun 3. Sementara pada tiga stasiun yang lain Genus Porites memiliki persentase penutupan lebih tinggi dari Stasiun 3 yaitu berkisar antara 3
sampai 4.
Indeks Mortalitas Karang
Indeks Mortalitas Karang IMK menunjukkan besarnya potensi kematian karang yang ada. Hasil perhitungan me mperlihatkan bahwa nilai IMK di Stasiun
3 adalah yang tertinggi yaitu sekitar 0,68 Gambar 24 artinya bahwa dari karang yang pernah hidup di Stasiun 3 sekitar 68 telah menghilang atau mengalami
kematian hingga menghilang. Kondisi ini mengindikasikan bahwa karang yang hidup di Stasiun 3 mendapat tekanan lingkungan yang tinggi dan memiliki potensi
kerusakan paling besar diantara stasiun karang lainnya. Nilai IMK terendah berada di Stasiun 4 yaitu 0,18 dimana dari nilai tersebut menunjukkan bahwa dari
seluruh karang yang hidup di stasiun 4 hanya 18 saja yang mengalami kematian.
0,2 0,4
0,6 0,8
St 3 St 4
St 5 St 6
Stasiun Pengamatan Indeks Mortalitas Karang
Gambar 24 Indeks Mortalitas Karang di Perairan Tanjung Jumlai.
Logam Berat pada Jaringan Lunak Karang
Analisis Laboratorium
Logam berat dalam jumlah yang sedikit tidak bersifat toksik. Beberapa logam berat memiliki waktu paruh cukup lama jika masuk ke dalam tubuh
organisme. Meskipun tubuh organisme menerima logam berat dalam jumlah yang sedikit, namun jika hal ini terjadi terus menerus dan berlangsung dalam waktu
lama maka logam berat tersebut akan menumpuk dan terjadilah akumulasi dalam tubuh organisme.
Kunaefi dan Ariesyady 2000 menyatakan bahwa logam terlarut di perairan laut akan mempengaruhi kandungan logam terakumulasi diantara segenap
organisme yang hidup di dalamnya. Dijelaskan lebih lanj ut bahwa walaupun logam yang masuk ke tubuh organisme berada dalam jumlah yang sangat kecil
dan jauh di bawah batas normal Pb 0,008 mgl dan Cd 0,001 mgl, bukan berarti substansi ini tidak memberikan pengaruh negatif bagi organisme, mengingat sifat
bioakumulasi dari logam tersebut. Hasil penelitian di perairan Tanjung Jumlai diketahui bahwa telah terjadi proses akumulasi logam berat pada jaringan lunak
karang keras, yaitu logam Pb dan Cd. Alasan mengapa karang dipakai sebagai salah satu indikator biologi yang
paling efektif dalam melihat kondisi suatu perairan karena karang merupakan organisme bentik yang hidup menetap di dasar perairan dan memiliki tingkat
pertumbuhan yang relatif lambat. Phillips 1990 mengemukakan bahwa karang skleraktinia memenuhi beberapa persyaratan sebagai monitor biologi karena
karang mampu hidup lama, merupakan organisme sesil yang umum dijumpai pada sebagian besar ekosistem laut di daerah tropis dan subtropis, dibandingkan dengan
indikator biologi lain material jaringan dan kerangka karang cukup memadai untuk analisis logam trace metal.
Nilai hasil pengukuran kandungan logam berat di badan air dan pada jaringan lunak karang dapat dilihat pada Tabel 17, bila dibandingkan dengan
kandungan logam berat pada kolom air sekitar gosong karang dari kisaran rerata 0,470 – 0,560 mgl Pb dan 0,045 – 0,055 mgl Cd, terlihat adanya peningkatan
konsentrasi logam berat pada jaringan lunak karang keras 1,089 – 2,232 mgl Pb dan 0,073 – 0,128 mgl Cd. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari nilai
biokonsentrasi faktor BCF dimana konsentrasi logam Pb di jaringan meningkat hingga empat kali lipat dari konsentrasi di air dan konsentrasi logam Cd di
jaringan meningkat hingga dua kali lipat dari konsentrasi di air Tabel 17. Bila diperbandingkan dengan nilai Pb dalam air pada setiap stasiun dapat dilihat bahwa
pada stasiun dengan nilai Pb air rendah akan mempunyai nilai BCF yang tinggi. Kondisi ini mungkin dapat dipahami bahwa fungsi karang sebagai biofilter akan
berfungsi dengan baik pada tingkat cemaran yang rendah. Nilai BCF tertinggi terdapat pada Stasiun 3 untuk kedua logam Pb dan Cd, sedangkan nilai terendah
terdapat di Stasiun 5 untuk logam Pb dan Stasiun 6 untuk logam Cd.
Tabel 17 Nilai Faktor Biokonsentrasi BCF logam Pb dan Cd terhadap jaringan lunak karang
Stasiun Pengamatan
Rerata konsentrasi
dalam jaringan karang mgl
Rerata konsentrasi
dalam air laut mgl
BCF Logam Pb :
Stasiun 3 2,232
0,470 4,75
Stasiun 4 1,516
0,560 2,70
Stasiun 5 1,089
0,530 2,05
Stasiun 6 1,487
0,540 2,75
Logam Cd :
Stasiun 3 0,128
0,045 2,84
Stasiun 4 0,095
0,055 1,74
Stasiun 5 0,081
0,049 1,66
Stasiun 6 0,073
0,050 1,45
Tingginya nilai BCF logam Pb dan Cd pada karang keras menunjukkan konsentrasi logam yang terakumulasi dalam jaringan lunak karang. Sejauh mana
akumulasi logam Pb dan Cd yang terjadi terhadap jaringan lunak karang keras diperlihatkan oleh hasil analisis histologis jaringan lunak karang.
Analisis Histologis
Morfologi
Hasil analisis histologis terhadap jaringan lunak karang keras Genus Porites memperlihatkan gambaran yang sama sebagaimana gambaran yang dikemukakan
oleh Timotius 2003 dan Suharsono 2004 bahwa dinding polip karang terdiri dari tiga lapisan sel, lapisan terluar
disebut ektoderma dan lapisan sel yang paling dalam dikenal sebagai endoderma atau gastroderma.
Antara lapisan ektoderma dengan lapisan endoderma terikat oleh lapisan mesoglea atau coenenchyme yang
di dalamnya terdiri dari materi berupa jely Gambar 25 dan Gambar 26.
Gambar 25 Skema struktur morfologis dan anatomis karang keras Genus Porites ; a morfologi tubuh, b Histomorfologis penampang membujur polip.
Gambar 26 Mikromorfologi dinding polip karang keras Genus Porites; a mulut,
b dinding polip, c area penimbunan mineral, d coelenteron rongga gastrovaskuler, e kerangka jaringan lunak, Pewarnaan
Masson Trichrome. b
a
20 µm
mesoglea ektoderma
zooxantela
endoderma
40 µm
a b
d e
a
c
Timotius 2003 menjelaskan bahwa pada lapisan ektoderma dijumpai sel- sel kelenjar yang berisi mukus lendir dan sel-sel knidoblas yang berisi
nematosit. Menurut Fautin dan Mariscal 1991 ektoderma juga dapat berperan untuk memberikan nutrisi pada anthozoa dengan cara mengambil bahan organik
terlarut secara langsung. Selanjutnya Ravindran dan Raghukumar 2006
mengatakan bahwa beberapa sel-sel epitel dalam jaringan ektoderma berubah menjadi sel-sel kalikoblastik yang diketahui berperan dalam proses kalsifikasi.
Menurut Muscatine 1971, di sepanjang lapisan endoderma gastroderma tersebar sel-sel mukus
yang berperan membantu proses metabolisme dalam tubuh. Krupp 1984 menyimpulkan bahwa mukus dapat digunakan oleh anthozoa untuk
mendapatkan makanan, membersihkan diri dan menjadi proteksi diri terhadap kekeringan. Ditambahkan oleh Fautin dan Mariscal 1991 bahwa proses sekresi
mukus dapat terjadi secara morfologi atau terjadi pada suatu lokasi tertentu dan mukus juga dihasilkan oleh sel-sel sekresi di gastroderma.
Hasil histologis juga memperlihatkan bahwa lapisan mesoglea yang terletak di bawah lapisan ektoderma, tersusun dari sel-sel semacam sel otot Gambar 27.
Pada pangkal polip, serabut otot di lapisan mesoglea menyatu dan membentuk saluran gastrovaskuler Gambar 28. Saluran ini berfungsi untuk mencerna
makanan yang masuk ke mulut dan meneruskan makanan dari hasil fotosintesis oleh zooxantela yang terdapat di sepanjang lapisan endoderma gastroderma.
Pada sebagian besar spesies karang skleraktinia filamen menjadi meruncing dan membentuk saluran di bawah rongga tubuh dan menjadi salah satu bagian
penting yang ditemukan di sepanjang mulut atau dinding tubuh Duerden 1902, diacu dalam Goldberg 2002.
Lebih lanjut makanan yang dicerna oleh coelenteron
rongga gastrovaskuler akan disalurkan ke bagian tubuh yang disebut mesenteri filamen Gambar 29 dan Gambar 30.
Goldberg 2002 mengemukakan fungsi primer dari mesenteri filamen pada karang skleraktinia
adalah sebagai alat pencernaan di luar rongga tubuh extracoelenteric digestion dan organ ini terletak dibawah rongga tubuh. Menggunakan jaringan pembanding
dari Bahodopi Sulawesi Tenggara tidak terlihat adanya perubahan sel pada organ mesenteri filamen di lokasi penelitian Gambar 29.
Gambar 27 Serabut otot pada lapisan mesoglea; a serabut otot,
b jaringan ikat longgar Pewarnaan Masson Trichrome.
Gambar 28 Bentuk filamen pada saluran gastrovaskuler Pewarnaan Masson
Trichrome.
30 µm a
b
30 µm
filamen
Gambar 29 Mesenteri filamen pada Genus Porites; A jaringan di lokasi
penelitian, B jaringan pembanding ; a sel-sel kelenjar eksokrin, b sel mukus; Pewarnaan Hematoksilin dan Eosin.
Gambar 30 Mesenteri filamen Genus Porites pada daerah penelitian; a sel kelenjar eksokrin, b sel mukus Pewarnaan Masson Trichrome.
10 µm
sel mukus
b
20 µm
a b
a
sel kelenjar eksokrin
10 µm
20 µm
a b
sel kelenjar eksokrin
10 µm
a
10 µm
sel mukus
b A
20 µm
a b
10 µm
sel kelenjar eksokrin
a
10 µm
sel mukus
b B
Pada daerah mesenteri filamen makanan yang ditangkap seperti zooplankton, partikel-partikel dan detritus akan mengalami proses akhir
pencernaan dengan menghasilkan zat-zat yang dibutuhkan bagi kehidupan karang. Susunan sel pada jaringan epitel mesenteri filamen sebagian besar terdiri dari sel-
sel kelenjar eksokrin yang mengandung granula, beberapa sel mukus terletak diantara susunan sel kelenjar eksokrin Gambar 29 dan Gambar 30.
Hand 1966, diacu dalam Fautin dan Mariscal 1991 menyimpulkan bahwa bagian yang mengandung kelenjar pada daerah mesenteri filamen mempunyai
fungsi utama sebagai pemberi nutrisi, mempengaruhi pembentukan sirkulasi air dalam tubuh dan berhubungan dengan pencernaan.
Pendeteksian Karbohidrat
Proses biologi yang terjadi dalam jaringan karang khususnya produksi mukus dilakukan pendekatan dengan menggunakan Pewarnaan Alcian Blue.
Pewarnaan ini dapat digunakan untuk mendeteksi kandungan karbohidrat di jaringan, dalam jaringan karang karbohidrat terkandung di dalam mukus. Gambar
31 memperlihatkan bahwa mukus yang dihasilkan oleh jaringan karang di lokasi penelitian masih dalam batas normal dan tidak terganggu sebagai akibat adanya
akumulasi logam. Hal ini dapat dilihat dari adanya pola sebaran warna biru mukus yang sama, baik pada jaringan lunak dari lokasi penelitian penulis dan
dari jaringan pembanding di perairan Bahodopi Sulawesi Tenggara, dimana produksi mukus pada jaringan pembanding dan jaringan dari lokasi penelitian
masih terlihat jelas dengan pewarnaan ini.
Gambar 31 Mesenteri filamen dengan bagian yang dikenali; A jaringan di
lokasi penelitian, B jaringan pembanding; a sel-sel kelenjar eksokrin, b sel mukus, c mukus yang tersebar pada jaringan lunak
karang Pewarnaan Alcian Blue.
Sebaran Logam dalam Jaringan
Hasil analisis histologis menggunakan pewarnaan Hematoksilin untuk logam memperlihatkan adanya sebaran warna biru keabuan yang mengindikasikan
keberadaan logam yang diantaranya adalah Pb pada jaringan lunak karang keras Genus Porites yang hidup di perairan Tanjung Jumlai. Kiernan 1990
mengatakan bahwa pewarnaan Hematoksilin untuk logam akan memunculka n warna biru keabuan untuk logam Pb.
Akumulasi logam pada jaringan lunak karang telah ditemukan menyebar di seluruh bagian tubuh karang Gambar 32. Pada lapisan ektoderma logam
terakumulasi pada setiap sel penyusun jaringan epitelnya. Serabut otot di
10 µm
sel kelenjar eksokrin
a
10 µm
sel mukus
b a
b
20 µm
a B
b c
sel kelenjar eksokrin
10 µm
a
20 µm
a b
A c
c
10 µm
sel mukus
b
mukus dalam sel inti sel
mesoglea juga telah ditemukan adanya akumulasi logam berat. Jaringan lain tidak
lepas dari akumulasi oleh logam berat, mulai dari serabut otot di saluran gastrovaskuler hingga jaringan lainnya yang tersebar dalam tubuh karang. Logam
berat juga ditemukan terakumulasi di daerah Coenosarc yang merupakan jaringan penghubung antar polip Gambar 33.
Pada mesenteri filamen, logam juga telah terakumulasi pada jaringan epitelnya. Sebaran logam dapat terlihat jelas pada sel-sel kelenjar eksokrin dan
sel-sel mukus penyusun jaringan mesenteri filamen. Hal ini memperlihatkan bahwa setiap sel mampu mengakumulasi logam berat seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 34. Keberadaan logam yang sama tidak ditemukan pada sel-sel penyusun mesenteri filamen pada jaringan lunak karang pembanding yang diambil
dari perairan Bahodopi Sulawesi Tenggara.
Gambar 32 Sebaran logam berat pada jaringan lunak karang Porites;
A Warna abu-abu kebiruan indikasi adanya logam berat pada jaringan, B Jaringan lunak karang yang tidak mengakumulasi logam
berat yang sama Pewarnaan Hematoksilin untuk logam.
20 µm
A
ektoderma mesoglea
endoderma
10 µm
20 µm
10 µm
endoderma mesoglea
ektoderma
B
Gambar 33 Jaringan penghubung antar polip coenosarc
Pewarnaan Hematoksilin untuk Logam
Gambar 34 Sebaran logam berat pada mesenteri filamen karang; A warna
abu-abu kebiruan jaringan yang positif mengakumulasi logam Pb, B warna kecoklatan jaringan yang negatif mengakumulasi logam;
a sel kelenjar eksokrin, b sel mukus Pewarnaan Hematoksilin untuk logam.
20 µm
coenosarc
20 µm
a
b
sel mukus
10 µm
b
10 µm
sel kelenjar eksokrin
a A
10 µm
a
sel kelenjar eksokrin
10 µm
b
sel mukus
20 µm a
b
B
Akumulasi logam paling banyak ditemukan pada tepi luar dari jaringan lunak bagian tengah dan dalam karang Porites Gambar 35, diduga logam berat
yang terabsorpsi terbawa oleh proses metabolisme dalam tubuh karang. Sisa dari metabolisme akan dikeluarkan melalui mulut yang juga berperan sebagai anus
namun demikian logam tetap tertahan di jaringan khususnya di bagian tepi luar jaringan. Menurut Harland dan Brown 1989 diacu dalam Esslemont 2000, hal
ini mungkin terkait dengan proses regulasi trace metal dalam jaringan. Selanjutnya Harland dan Nganro 1990 diacu dalam Esslemont et al. 2000
mengatakan bahwa hasil regulasi dapat sangat mungkin di eliminasi ke jaringan keras dan dapat juga di eleminasi oleh zooxantela sebagaimana yang terjadi pada
coelenterata.
Gambar 35 Akumulasi logam pada tepi luar jaringan Pewarnaan Hematoksilin
untuk logam. Penumpukan logam di sepanjang tepi jaringan merupakan indikasi adanya
transfer logam dari membran jaringan ke kerangka kapur. Esslemont 2000 membuktikan adanya perbedaan konsentrasi logam dalam jaringan dan kerangka
kapur dari karang Pocillopora damicornis. Beyersmann 1994 diacu dalam Essllemont et al. 2000 menjelaska n bahwa transfer Pb di sepanjang jaringan ke
kerangka mengesankan adanya diskriminasi melalui eliminasi yaitu regulasi oleh jaringan terhadap konsentrasi Pb dikombinasikan lagi dengan kecenderungaan
yang sering terjadi di alam untuk Pb, dimana umumnya Pb berasosiasi dan bercampur dengan kalsium. Eliminasi Pb oleh organisme akan dapat mengurangi
dan mencegah masuknya Pb ke kerangka kapur melalui membran jaringan.
40 µm
tepi jaringan
tepi jaringan
Pengaruh akumulasi logam berat yang telah menyebar hampir pada setiap bagian jaringan lunak bahkan mencapai BCF hingga 4,75 dapat di tolerir oleh sel
fungsionalnya Stasiun 3. Sel-sel fungsional jaringan lunak karang Porites yang tercemar masih dapat dikenali dan masih berfungsi dengan baik sel mukus.
Hingga taraf ini morfologi dan fungsi sel penyusun jaringan lunak karang belum menunjukkan perubahan. Susunan morfologi dan fungsi sel penyusun dapat saja
berubah dengan cepat bila terjadi perubahan faktor yang ada atau adanya faktor percepatan sifat toksisitas logam berat misalnya terdapatnya sulfur dalam
jaringan. Hal ini didukung oleh pendapat Laws 1993 yang mengatakan bahwa semua logam berat menunjukkan pengaruh yang besar jika bertemu dengan sulfur,
karena tercampurnya logam berat dengan sulfur yang terkandung dalam asam amino pada protein akan menghalangi proses kerja enzim dan merusak struktur
sel.
Hubungan Antar Variabel
Keterkaitan dan hubungan antara beberapa variabel pengamatan terhadap stasiun pengamatan ditunjukkan berdasarkan hasil analisis Manova. Nilai rerata
mean variabel kualitas air secara umum berbeda sangat nyata pada tingkat a 0,05 Lampiran 2.
Variabel pengamatan yang memiliki perbedaan nilai rerata berdasarkan stasiun pengamatan adalah kekeruhan, salinitas, TSS, pH, NH
3
-N, NO
2
-N, NO
3
-N dan HPO
4 =
. Artinya variabel di atas antar stasiun pengamatan menunjukkan perbedaan yang nyata. Variabel lainnya, yaitu suhu, DO, BOD
5
, TOM, Pb dan Cd yang terukur pada setiap stasiun pengamatan menunjukkan hasil yang tidak
berbeda nyata pada a 0,05 karena tingkat signifikansi yang dimiliki masing- masing variabel lebih besar dari tingkat signifikansi yang telah ditetapkan sebesar
0,05 Lampiran 3. Selain analisis Manova, digunakan juga analisis Komponen Utama PCA
untuk melihat variabel penciri yang menyusun masing-masing stasiun pengamatan serta menggambarkan korelasi antar variabel setiap stasiun pengamatan. Nilai
korelasi statistik antar variabel pengamatan Lampiran 11 menunjukkan bahwa variabel suhu berkorelasi positif kuat dengan kekeruhan r = 0,814 dan TSS
r = 0,826, yang berarti bahwa semakin meningkatnya kekeruhan dan TSS akan meningkatkan nilai suhu perairan. Hal ini disebabkan oleh partikel-partikel yang
tersuspensi di dalam kolom air menyebabkan kekeruhan, menyerap dan menyimpan panas sinar matahari sehingga semakin banyak partikel yang
menyerap dan menyimpan panas maka akan meningkatkan suhu perairan. Selain berkorelasi positif kuat dengan kekeruhan dan TSS, suhu juga
terlihat berkorelasi negatif kuat dengan salinitas r = -0,957, pH r = -0,953, DOoksigen terlarut r = -0,864 dan saturasi oksigen r = -0,855. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin meningkatnya salinitas dan pH maka suhu air akan menurun, sebaliknya dengan meningkatnya suhu maka kandungan oksigen terlarut
dan tingkat saturasinya akan menurun. Lampiran 11 juga memperlihatkan adanya korelasi positif yang kuat antara
variabel kekeruhan dan TSS korelasi antara kekeruhan dengan TSS; r = 0,984 terhadap variabel NH
3
-N, NO
3
-N, NO
2
-N dan HPO
4 =
. Nilai korelasi yang didapatkan antara kekeruhan dengan NH
3
-N r = 0,930, NO
3
-N r = 0,840, NO
2
- N r = 0,727 dan HPO
4 =
r = 0,898. Nilai korelasi antara TSS dengan NH
3
-N r = 0,937, NO
3
-N r = 0,856, NO
2
-N r = 0,814 dan HPO
4 =
r = 0,885. Arti dari nilai korelasi antara kekeruhan dan TSS terhadap variabel NH
3
-N, NO
3
-N, NO
2
-N dan HPO
4 =
adalah meningkatnya kekeruhan dan TSS akan diikuti oleh meningkatnya NH
3
-N, NO
3
-N, NO
2
-N dan HPO
4 =
. Kondisi ini menunjukkan adanya indikasi bahwa aktivitas di daratan mempunyai peranan yang relatif cukup
besar dalam menyumbang keberadaan NH
3
-N, NO
3
-N, NO
2
-N dan HPO
4 =
di perairan.
St. 1 St. 2
St. 3 St. 4
St. 5 St. 6
St. 7 St. 8
-1,0 -0,5
0,0 0,5
1,0
-1 -0,5
0,5 1
F1 : 58,34 F2 : 24,30
Projection of the cases on the factor-plane 1 x 2
Gambar 36 Analisis komponen utama karakteristik kualitas air F1 x F2
A. Korelasi antar variabel B. Sebaran stasiun pengamatan
Projection of the variables on the factor-plane 1 x 2
-1,0 -0,5
0,0 0,5
1,0 Factor 1 : 58,34
-1,0 -0,5
0,0 0,5
1,0
Factor 2 : 24,30
Pb air Pb Karang
Cd karang Cd air
BOD
5
HPO4
=
NO3-N Kekeruhan
TSS NH3 - N
Suhu NO2 - N
TOM DO
pH Saturasi O
2
Salinitas
A
B
Hal ini terlihat pada stasiun pengamatan yang berada dekat dengan daratan, yang mempunyai nilai kekeruhan dan TSS yang relatif tinggi selalu diikuti oleh
relatif tingginya nilai NH
3
-N, NO
3
-N, NO
2
-N dan HPO
4 =
dibandingkan stasiun pengamatan lainnya yang terletak ke arah laut. Selain itu terlihat juga bahwa
stasiun pengamatan yang semakin ke arah laut mempunyai nilai salinitas dan pH yang cenderung meningkat. Hal ini dipertegas oleh nilai korelasi antara
kekeruhan dengan salinitas sebesar -0,830 dan -0,774 untuk korelasi kekeruhan dengan pH, sedangkan korelasi TSS dengan salinitas sebesar -0,850 dan -0,794
untuk korelasi TSS dengan pH Gambar 36. Hasil korelasi pada Lampiran 11 tidak ada yang memperlihatkan adanya
korelasi yang kuat, baik korelasi positif maupun korelasi negatif dari variabel fisika-kimia air terhadap keberadaan logam Pb dan Cd di badan air. Hal ini
menunjukkan bahwa variabel logam Pb dan Cd merupakan variabel yang tidak terpengaruh secara langsung oleh kondisi kualitas air fisika-kimia atau dengan
kata lain Pb dan Cd merupakan variabel yang berdiri sendiri sehingga bukan merupakan dampak atau bawaan dari variabel lainnya. Meningkatnya logam Pb
selalu diikuti oleh meningkatnya logam Cd dengan korelasi sebesar 0,741 r = 0,741 pada badan air.
Gambar 37 Dendrogram klasifikasi hierarki stasiun pengamatan.
Tree Diagram for Variables Euclidean Distances
St.8 St.5
St.7 St.6
St.4 St.3
St.2 St.1
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
Linkage Distance
Kel. I Kel. III
Kel. IV Kel. II
DC SC
OT AB
DCA HC
R AA
St.3 St.4
St.5 St.6
-1,0 -0,8
-0,6 -0,4
-0,2 0,0
0,2 0,4
0,6 0,8
1,0 1,2
1,4 1,6
F1 : 65.02
-1,2 -1,0
-0,8 -0,6
-0,4 -0,2
0,0 0,2
0,4 0,6
0,8
F2 : 30.89
Melihat pada klasifikasi hierarki yang diwujudkan dalam bentuk dendrogram berdasarkan kesamaan jarak Euclidean Analisis Kelompok, Cluster
Analysis , diketahui bahwa stasiun pengamatan berdasarkan nilai tengahrerata
mean variabel kualitas air dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok besar data lengkap pada Lampiran 1. Kelompok I diwakili oleh Stasiun 8, kelompok II
diwakili oleh Stasiun 3, 4, 5, 6 serta Stasiun 7 yang membentuk satu kelompok, kelompok III diwakili oleh Stasiun 2, dan kelompok IV diwakili oleh Stasiun 1
Gambar 37 dan Lampiran 12. Bergabungnya Stasiun 3, 4, 5, 6 dan Stasiun 7 yang membentuk satu kelompok dikarenakan kelima stasiun ini mempunyai nilai
rerata variabel kualitas air salinitas, pH, BOD
5
, TOM, Cd, Pb yang relatif lebih tinggi dari stasiun lainnya dengan nilai rerata variabel berkisar antara 14,573 –
15,128 Lampiran 12 dan standar deviasi yang berkisar antara 22,952 – 24,461. Grafik hasil Analisis Faktorial Koreponden memperlihatkan adanya
asosiasi yang erat antara kategori AA alga assemblage dan AB abiotic dengan Stasiun 3 Gambar 38, sedangkan Stasiun 4 berasosiasi erat dengan kategori HC
hard coral. Kategori DC death coral dan SC soft coral terlihat berasosiasi erat dengan Stasiun 5, sedangkan Stasiun 6 berasosiasi dengan kategori DCA
death coral with alga, OT others dan R rubble.
Gambar 38 Analisis faktorial koresponden stasiun pengamatan dan persen
penutupan karang F1 x F2
Asosiasi yang erat antara kategori AA alga assemblage dan AB abiotic dengan Stasiun 3 sangat berhubungan dengan Stasiun 3 yang berhadapan
langsung dengan daratan dan merupakan stasiun pengamatan karang yang terdekat dengan daratan, akibatnya tekanan lingkungan di lokasi ini cukup tinggi. Adanya
suplai nutrien dari daratan dan sistem Sungai Sesumpu yang bermuara membuat pertumbuhan alga menjadi lebih cepat. McCook 1999 diacu dalam Szmant
2002 mengatakan bahwa pengayaan nutrien menstimulasi pertumbuhan alga. Sedangkan Bell et al. 1992 diacu dalam Szmant 2002 mengatakan bahwa
karang hanya dapat tumbuh pada kondisi perairan dengan nutrien yang rendah. Tingkat kekeruhan dan TSS yang cukup tinggi sebagai dampak dari daratan
dan sistem sungai yang bermuara juga menjadikan karang di Stasiun 3 menjadi mati karena polipnya tertutup oleh partikel-partikel dari daratan yang terbawa ke
perairan. Karang mati yang ditemukan sebagian besar telah ditutupi oleh alga. Nilai persen penutupan karang keras di Stasiun 3 hanya 14,8 .
Eratnya asosiasi antara kategori HC hard coral dengan Stasiun 4, terlihat dari tingginya persen penutupan karang dengan nilai sebesar 77,40 . Karang
keras yang menutupi substrat dasar di Stasiun 4 meliputi ACB acropora branching, ACT acropora tabulate, ACS acropora submassive, ACE
acropora encrusting, CF coral foliose, CM coral massive, CMR mushrom coral, CME millepora
dan CHL heliopora. Letak Stasiun 4 yang lebih ke arah laut membuat karang di lokasi ini mampu berkembang baik. Beberapa faktor
lingkungan yang dapat membatasi pertumbuhan karang di lokasi ini relatif tidak berpengaruh besar terhadap karang jika dibandingkan dengan stasiun karang yang
lain. Keeratan hubungan antara kategori DC death coral dan SC soft coral
dengan Stasiun 5 menunjukkan bahwa keberadaan karang yang tumbuh di Stasiun 5 tergolong sedang. Persen penutupan karang keras yang menutupi substrat
sekitar 42,40 , dengan persen penutupan karang lunak SC sebesar 15 . Gelombang dan arus berperan dalam pertumbuhan karang, yaitu dengan
membawa oksigen terlarut dan makanan. Hal ini dibuktikan dengan tingginya kandungan oksigen terlarut ya ng terukur di Stasiun 5 dibandingkan stasiun
pengamatan lainnya, dengan nilai rerata oksigen terlarut sebesar 6,90 mgl dengan
tingkat saturasi sebesar 92,00 . Gelombang dan arus juga dapat membersihkan polip dari kotoran-kotoran yang menempel di tubuh karang. Oleh karena itu
karang yang tumbuh di daerah terbuka akan berkembang lebih baik dibandingkan karang yang tumbuh di daerah dengan perairan yang tenang dan terlindung.
Stasiun 6 yang berasosiasi dengan kategori DCA death coral with alga, OT others dan R rubble memiliki persen penutupan karang keras sebesar
39,60 . Karang keras yang di temukan di lokasi ini meliputi ACB acropora branching, ACT acropora tabulate, ACS acropora submassive, ACD
acropora digitate, CB coral branching, CE coral encrusting, CF coral foliose, CM coral massive, CMR mushrom coral
dan CHL heliopora. Di samping karang keras juga ditemukan beberapa kategori lainnya seperti SC
soft coral, DC death coral, SP sponge, R rubble, MA macroalgae, DCA death coral with algae dan AA algal assemblage
. Analisis Komponen Utama PCA dilakukan pula pada variabel genera
karang keras dan nilai Indeks Mortalitas Karang IMK terhadap stasiun pengamatan karang. Hasil analisis PCA menunjukkan bahw a informasi mengenai
persen penutupan karang keras dan IMK terpusat pada 2 sumbu, dimana masing- masing sumbu menjelaskan 65,02 F1 dan 30,89 F2 dari ragam total
sebesar 95,91 Lampiran 22. Sebaran masing-masing variabel pada stasiun pengamatan karang dapat dilihat pada Gambar 39.
Nilai korelasi statistik antar variabel pengamatan Lampiran 18 dan Tabel 18 menunjukkan bahwa variabel IMK Indeks Mortalitas Karang berkorelasi
positif kuat dengan variabel suhu r = 0,905, yang berarti bahwa kematian karang akan meningkat seiring dengan meningkatnya suhu perairan. Hal ini terjadi
karena dengan meningkatnya suhu perairan maka akan mempercepat laju metabolisme karang. Korelasi positif terhadap variabel IMK ditunjukkan pula
oleh variabel kekeruhan r = 0,385 dan TSS r = 0,125. Hal ini menunjukkan bahwa kekeruhan dan TSS berpengaruh terhadap tingkat kematian karang.
Kondisi ini berhubungan dengan tertutupnya polip-polip karang oleh partikel- partikel yang tersuspensi penyebab kekeruhan sehingga proses fotosintesis oleh
zooxantela akan terganggu.
St.3
St.4 St.5
St.6
-1 -0,5
0,5 1
-1 -0,5
0,5 1
F1 : 45,89 F2 : 30,74
Projection of the cases on factor-plane 1 x 2
Gambar 39 Analisis komponen utama karakteristik kualitas air, genera karang
keras dan IMK F1 x F2 A. Korelasi antar variabel B. Sebaran stasiun pengamatan karang
B
Projection of the variables on the factor-plane 1 x 2
-1,0 -0,5
0,0 0,5
1,0 F1 : 45.89
-1,0 -0,5
0,0 0,5
1,0
F2 : 30.74
TOM
Seriatopora
IMK Suhu
DO Euphyllia
Saturasi O
2
Leptoseris
Oxypora Salinitas
Porites Heliofungia
Pb Karang Fungi
a Cd karang
Kekeruhan TSS
NH3-N Favia
HPO4
=
NO2-N BOD
5
Sandalolita Acropora
Millepora Pectinia
pH NO
3
-N
Cd air Heliopora
Pb air Montipora
A
Tabel 18 Nilai korelasi antar variabel IMK terhadap Pb, Cd, salinitas, kekeruhan, suhu dan TSS
Variabel IMK
Pb air - 0,927
Cd air - 0,966
Pb karang 0, 671
Cd Karang 0,533
Salinitas - 0,208
Kekeruhan 0,385
Suhu 0,905
TSS 0,125
Konsentrasi logam Pb dan Cd di air laut berkorelasi negatif kuat terhadap nilai IMK r = -0,927 untuk Pb dan r = -0,966 untuk Cd, artinya tingginya
konsentrasi logam berat Cd dan Pb di badan air relatif tidak diikuti oleh IMK yang tinggi. Tingginya nilai IMK lebih disebabkan oleh konsentrasi Cd dan Pb
dalam jaringan karang itu sendiri r = 0,533 untuk Cd karang dan r = 0,671 untuk Pb karang. Artinya bahwa dengan meningkatnya konsentrasi logam berat Pb dan
Cd dalam tubuh karang akan mempercepat kematian karang. Kondisi ini mungkin terjadi karena umumnya logam berat memiliki sifat bioakumulasi yang dapat
terserap dan mengendap dalam tubuh karang yang besarannya sangat terkait dengan nilai BCF akibat waktu paruhnya yang panjang dan akhirnya bersifat
toksik bagi karang. Hubungan antara variabel yang lain secara lebih detail dapat dilihat pada
Tabel 19. Variabel arus dan salinitas memiliki korelasi posistif lemah terhadap konsentrasi Pb dan Cd di badan air, artinya dengan meningkatnya salinitas
r = 0,301 untuk Pb dan r = 0,071 untuk Cd dan kecepatan arus r = 0,375 untuk Pb dan r = 0,034 untuk Cd relatif tidak membawa pengaruh yang besar terhadap
keberadaan Pb dan Cd di badan air. Hal ini terjadi karena kecepatan arus bukan menjadi penyebab meningkatnya konsentrasi Pb dan Cd di badan air tetapi arus
hanya berperan dalam menyebarkan logam yang sudah terdapat di badan air.
Sedangkan salinitas yang lebih tinggi menunjukan bahwa stasiun yang terletak lebih ke arah laut relatif kecil mengandung logam berat.
Tabel 19 Nilai korelasi antar variabel Pb dan Cd terhadap arus, suhu, kekeruhan, TSS dan salinitas
Variabel Pb air
Cd air Pb karang
Cd karang Arus
0,375 0,034
-0,715 -0,872
Suhu -0,749
-0,765 0,746
0,426 Kekeruhan
-0,698 -0,446
0,676 0,950
TSS -0,475
-0,173 0,597
0,891 Salinitas
0,391 0,071
-0,863 -0,816
Pengaruh arus terhadap konsentrasi Pb r = -0,715 dan Cd r = -0,872 dalam jaringan lunak karang sifat korelasinya adalah negatif kuat, artinya bahwa
kecepatan arus yang rendah sangat memberikan pengaruh yang besar terhadap keberadaan Pb dan Cd dalam tubuh karang. Hal ini berhubungan dengan proses
presipitasi dari logam itu sendiri, dimana dengan arus yang lebih kecil lambat maka proses presipitasi dari logam akan lebih cepat dan selanjutnya diakumulasi
oleh jaringan lunak karang. Sifat korelasi yang sama juga ditunjukkan oleh variabel salinitas terhadap Pb r = -0,863 dan Cd r = -0,816 di jaringan lunak.
Sifat korelasi positif kuat di tunjukkan oleh variabel suhu r = 0,746 untuk Pb, kekeruhan r = 0,676 untuk Pb dan r = 0,950 untuk Cd dan TSS r = 0,597
untuk Pb dan r = 0,891 untuk Cd terhadap keberadaan Pb dan Cd di jaringan lunak karang, artinya denga n meningkatnya suhu, kekeruhan dan TSS maka
akumulasi Pb dan Cd dalam jaringan lunak karang akan meningkat. Variabel yang paling berpengaruh terhadap akumulasi Pb dan Cd di jaringan adalah
kekeruhan dan TSS. Kondisi ini terjadi karena Pb dan Cd yang berasal dari daratan terbawa melalui partikel-partikel yang tersuspensi dan menyebabkan
kekeruhan. Semakin tinggi kekeruhan dan TSS maka akan meningkatkan konsentrasi Pb dan Cd di jaringan akibat dari sifat bioakumulasi logam tersebut
terhadap organisme. Peranan suhu terhadap akumulasi logam di jaringan sangat besar karena meningkatnya suhu dapat meningkatkan laju metabolisme karang.
Besarnya pengaruh variabel lingkungan terhadap kehidupan karang keras khususnya dari Genus Porites yang digunakan sebagai bioindikator dalam melihat
akumulasi logam disajikan pada tabel 20. Tabel 20 Nilai korelasi antar variabel lingkungan terhadap karang Genus Porites
Variabel Genus Porites
Pb air 0, 612
Cd air 0, 324
Pb karang - 0,700
Cd karang - 0,953
Suhu - 0,132
Kekeruhan - 0,986
TSS - 0,986
Salinitas 0,765
Korelasi antar variabel lingkungan TSS, kekeruhan, Cd karang dan Pb Karang terhadap karang keras Genus Porites bersifat negatif kuat yang artinya
variabel tersebut sangat berpengaruh negatif terhadap kehidupan karang Genus Porites
, dengan kata lain bahwa tingginya konsentrasi TSS, kekeruhan, Cd karang dan Pb Karang akan menyebabkan kematian bagi karang.
Gambar 40 Dendrogram klasifikasi hierarki stasiun pengamatan karang.
Tree Diagram for Variables Euclidean Distances
St.4 St.5
St.6 St.3
10 15
20 25
30 35
Linkage Distance
Kel. I Kel. III
Kel. II
Hasil klasifikasi hierarki yang diwujudkan dalam bentuk dendrogram Gambar 40 memperlihatkan bahwa stasiun pengamatan berdasarkan nilai
tengahrerata mean variabel genera karang keras dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok besar data lengkap pada Lampiran 29. Kelompok I diwakili oleh
Stasiun 4 dengan nilai rerata mean sebesar 7,95 dan standar deviasi sebesar 17,07. Kelompok II diwakili oleh Stasiun 5 dengan nilai rerata sebesar 7,32 dan
standar deviasi sebesar 17,1. Kelompok III diwakili oleh Stasiun 6 dan Stasiun 3 dengan nilai rerata sebesar 6,56 untuk Stasiun 3 dan 7,05 untuk Stasiun 6
sedangkan standar deviasi sebesar 16,3 untuk Stasiun 3 dan 16,33 untuk Stasiun 6 Lampiran 19.
SIMPULAN
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di perairan Tanjung Jumlai dapat disimpulkan bahwa :
1. Variabel kualitas air saat penelitian dilakukan secara umum masih dapat mendukung kehidupan terumbu karang di perairan tersebut.
2. Hewan karang yang tumbuh di perairan Tanjung Jumlai khus usnya dari Genus Porites
telah terakumulasi logam berat dengan nilai konsentrasi Pb di jaringan lunak lebih tinggi hingga empat kali lipat daripada konsentrasi Pb di badan air.
Nilai konsentrasi Cd di jaringan diketahui lebih tinggi hingga dua kali lipat daripada konsentrasi Cd di badan air.
3. Akumulasi logam Pb pada jaringan lunak karang hingga 2,23 mgl tidak mengakibatkan perubahan gambaran mikromorfologi jaringan lunak karang
Porites .
4. Karang mempunyai sistem yang unik dalam mengeliminir logam dalam tubuhnya. Hal ini merupakan salah satu strategi bagi karang untuk bisa
bertahan terhadap kondisi perairan yang menyimpang dari kondisi normal.
Saran
1. Perlu kajian lebih lanjut untuk melihat dampak akumulasi logam berat terhadap ultrastruktur sel-sel polip karang.
2. Perlu kajian akumulasi logam berat dalam kerangka kapur untuk melihat potensi karang Porites sebagai bioindikator dan biofilter perairan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdunnur, Suyatna I, Zainuri M. 2006. Monitoring KualitasAir Laut dan Tambak di Perairan Panajam Paser Utara Sehubungan dengan Kegiatan Seismik
Seturian. Kerjasama Chevron Indonesia Company-Jur. MSP FPIK Unmul, Samarinda.
American Sociaty for Testing Materials ASTM. 1972. Water Analysis. Phyladelphias.
Andersen G. 2003. Coral Reef Formation. http:www.student.rio.edus369480webquestdefaulthtm
[5 jan 2006]. Anu G, NC Kumar, KV Jayalaksmi, SM Nair. 2007. Monitoring of heavy metal
partitioning in reef corals of lakshadweep archipelago, indian ocean . Environ
Monit Assess 128:195-208. APHA. 2000. Standard Methods for The Examination of Water and Waste Water.
Ed ke-12. New York: APHA Inc. Barnes DR. 1980. Invertebrate Zoology. Fourth Ed. Saunders College Publishing.
Bengen DG. 2000. Sinopsis Teknik Pengambilan Contoh dan Analisis Data
Biofisik Sumberdaya Pesisir . Bogor: Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan
Lautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB. Birkeland C. 1997. Life and Death of Coral Reef. Ed. University of Guam.
Chapman And Hall. International Thomson Publishing. Dahuri R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut. Aset Pembangunan Berkelanjutan
Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. hlm 27-29.
David CP. 2003. Heavy metals concentration in growth bands of corals a record of mine tailings input through time marinduque island, phillippines.
Mar. Pol. Bull 46, 187-196.
Ditlev H. 1980. Field Guide to the Reef Building Corals of the Indo-Pasific. Rotterdam: Dr W Backhyus Publisher, Klampenborg: Scandinavia Science
Press Ltd. Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan
Lingkungan Perairan . Kanisius. Yogyakarta.
English S, Wilkinson C, Baker V, editor. 1994. Survey Manual for Tropical Marine Resources
. Australia: ASEAN – Australia Marine Science Project: Living Coastal Resources.
Esslemont G. 1999. Heavy metals in corals from heron island and darwin harbour australia.
Mar. Pol. Bull. 38, 1051-1054. Esslemont G, Harriot VJ, McConchie DM. 2000. Variability of trace-metal
concentrations within and between colonies of pocillopora damicornis . Mar.
Pol. Bull Vol. 40, No. 7, 637-642. Fallon SJ, White JC, Mc Culloch MT. 2002. Porites corals as recorded of mining
and environmental impacts : misima island papua new guinea. Geochimia et
Cosmochimica Acta 66, 45-62. Fardiaz S. 1992. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: Kanisius.
Fautin DG, Mariscal RN. 1991. Cnidaria: Anthozoa. In Harrison F W, Westfall J
A, editor. Microscopic Anatomy of Invertebrates, Vol 2: Placozoa, Porifera, Cnidaria and Ctenophora.
p 287-358. USA: Wiley-Liss,Inc. Goldberg WM. 2002. Gastrodermal structure and feeding responses in the
scleractinian mycetophyllia reesi a coral with novel digestive filaments. TissueCell 34 4 246-261.
Grashkov , Yakushova A. 1977. Physical Geology. Mokswa: Mir Publisher. Kiernan JA. 1990. Histological Histochemical Methods: Theory and Practice
2
nd
edition. England: Pergamon Press. Krupp DA. 1984. Mucus production by corals exposed during an extreme low
tide. Pac. Sci. 38: 1-11.
Kunaefi TD, Ariesyady HD. 2000. Potensi bioakumulasi logam berat di perairan kepulauan seribu studi kasus pulau kelapa
. Industrial Hygiene and Toxicology Vol. 2: Januari 2006. Institut Teknologi Bandung.
http:Industrial_hygiene_and_toxicology.htm . [2 Juni 2007]
Laws EA. 1993. Aquatic Pollution: An Introduction Text. 2
nd
edt. John Wiley
Sons, Inc. USA.
MENLH. 2004. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Tentang Baku Mutu Air laut. KEP No-51MENLHI2004. 8 April 2004. Jakarta.
Metcalf, Eddy. 1974. Wastewater Engineering. TMH. Edition. New Delhi: TATA McGraw-Hill Publishing Company Ltd.
Ma’ruf M. 2007. Analisis Konsentrasi Logam Berat pada Ikan Beronang Siganus sp dan lingkungan perairan untuk pengelolaan wilayah pesisir
bontang [tesis]. Samarinda: Program Pascasarjana, Universitas Mulawarman.
Mojetta A. 1995. The Barrier Reef. A Guide to the World of Corals. Egypt: A A Gaddis Soons.
Moosa MK. 2001. Terumbu Karang Indonesia dan Permasalahan yang dihadapi. Makalah Seminar Nasional Terumbu Karang Indonesia.
Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.
Muscatine L. 1971. Endosymbiosis of Algae and Coelenterates. Experimental Coelenterate Biology
. Honolulu: University of Hawaii Press. Muscatin L, Lenhoff HM. 1974. Coelenterate Biology: Review and New
Perspective . London: Acad Press.
Muscatine L. 1980. Productivity Zooxanthella. In Primery Productivity in the Sea. Ed Sea. New York: Plenum Press. hlm 181-202.
Nybakken JW. 1993. Marine Ecology. An Ecological Approach. 3
rd
edition. New York: Harper Collins Collage Publisher.
Odum EP. 1993. Dasar – Dasar Ekologi. Yogyakarta: UGM Press. Palar H. 2004. Toksikologi dan Pencemaran Logam Berat. Jakarta: Rineka Cipta.
Pariwono JI. 1987. Kondisi Pasut di Indonesia. Kursus Pasang Surut Asean-
Australia Coorporative Programs on Marine Science, Jakarta. Pelindo IV Balikpapan. 2006. Pasang Surut Tahun 2007. Pelabuhan Indonesia
IV Pelindo IV Balikpapan. Rafii A. 2004. Hubungan Sifat Fisika-Kimiawi Perairan terhadap Fitoplankton
dan Sebaran Klorofil-a di Teluk Jobokuto Kabupaten Jepara Jawa Tengah [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Ramili Y. 2007. Struktur Morfologis dan Perke mbangan Gonad Spons Aaptos aaptos
Schmidt, 1864 Kelas Demospongiae Di Kepulauan Pulau Pari, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, IPB.
Randal RH. 1983. Guide to The Coastal Resources of Guam.Volume ke-2, The Corals
. University of Guam. J Ravindran, C Raghukumar. 2006. Histological observation on the scleractinian
coral porites lutea affected by pink-line syndrome . Current Science, Vol. 90,
No. 5. Riley JP, Chester R. 1971. Introduction to Marine Chemistry. Academic Press.
London dan New York.
Ruyitno. 1991. Marine Pollution in Indonesia. Jakarta: International Marine Confrence.
Salvat B. 1987. Human Impacts On Coral Reef: Facts And Recomendation. Impacts Des Activities Humaines Sur Les Recifs Coralliens: Connaissances
Et Recomendatuions . Antene de Tahiti Museum E.P.H.E. B.P. 1013.
Papetoai, Moorea, Polynese Francaise. Sanusi HS, Kaswadji RF, Nurjaya IW, Rafni R. 2005. Kajian kapasitas beban
pencemaran organik dan anorganik di perairan teluk jobokuto kabupaten jepara jawa tengah
. Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia. Jilid 12 No.1. pp: 9-16.
Sastrawijaya AT. 1991. Pencemaran Lingkungan. PT Rineka Cipta. Jakarta Scott PJB. 1990. Chronic pollution recorded in coral skeleton in hong kong.
Journal of Experimental Biology and Ecology 139, 51-64. Soemirat J. 2003. Prinsip Dasar Toksikologi Lingkungan J Soemirat Ed.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Stafford-Smith MG, Ormond RFG. 1992. Sediment-rejection efficiency of 22
species of australian scleractinian corals. Marine Biology 115 : 229-243.
Suharsono. 1996. Jenis-Jenis Karang yang Umum di Jumpai di Perairan Indonesia.
Jakarta: P3O – LIPI. Proyek Penelitian dan Pengembangan Daerah Pantai.
Suharsono. 2004. Jenis-Jenis Karang di Indonesia. Jakarta: Pusat Penelitian Oseanografi – LIPI. COREMAP Program.
Sukarno. 1983. Terumbu Karang di Indonesia Sumberdaya dan Pengelolaannya. Jakarta: LON – LIPI.
Supriharyono. 2002. Pelestarian dan Pengelolaan Sumberdaya Alam di Wilayah Pesisir Tropis.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Szmant AM. 2002. Nutrient enrichment on coral reef. Estuaries Vol 25.No 4b,
743-766. Timotius S. 2003. Biologi Terumbu Karang.
http:www.terangi.or.idpublicationspdfbiologi_karang.pdf [2 juli 2006].
Tomascik T, Mah AJ, Nontji A, Moosa MK. 1997. The Ecology of the Indonesian Seas Part Two
. Singapore: Periplus Edition. 1388+vi pp. Veron JEN. 1993. Corals of Australia and the Indo-Pacific. Honolulu: University
of Hawaii Press.
Veron JEN. 1995. Corals in Space and Time: The Biogeography and Evolution of The Scleractinia
. Australia: UNSW Press. Veron JEN, Stafford-Smith MG. 2002. Coral ID: An Electronic Key to the
zooxanthellate scleractinian corals of the world. Release 1. Publisher Australia: Townsville, Qld. Australia Institute of Marine Science [CD
Interaktif].
Wells JW. 1956. Scleractinia. USA: Geological Society of America and University of Kansas Press.
Lampiran 1 Hasil pengukuran parameter pengamatan selama penelitian
No. Parameter Pengamatan
Periode Stasiun Pengamatan
St.1 St.2
St.3 St.4
St.5 St.6
St.7 St.8
1 Waktu Pengamatan
1 12,30
13,50 14,43
15,14 15,39
16,02 14,12
13,10 2
7,45 9,04
9,55 10,36
10,57 11,22
9,30 8,25
3 9,20
10,55 11,58
12,24 12,52
13,22 11,23
10,08 2
Kedalaman m 1
2 6
4 4
4 4
20 20
2 2
6 4
4 4
4 20
20 3
3 6
4 4
4 4
29,5 31
Rerata 2,3
6 4
4 4
4 20
20 3
Arus cmdetik dan derajat 1
10,62 12,97
7,64 8,62
10,76 11,78
13,58 13,88
arah 110
o
175
o
195
o
210
o
170
o
160
o
170
o
175
o
2 14,47
16,86 10,08
10,31 14,82
14,97 15,92
16,73 arah
120
o
170
o
185
o
200
o
175
o
150
o
195
o
190
o
3 18,27
18,62 13,73
13,52 15,44
15,7 16,58
16,92 arah
110
o
180
o
185
o
200
o
180
o
160
o
185
o
185
o
Rerata cmdetik
14,45 16,15
10,48 10,82
13,67 14,15
15,36 15,84
arah 113,33
o
175,00
o
188,33
o
203,33
o
175,00
o
156,67
o
183,33
o
183,33
o
A Kualitas Air :
4 Suhu
o
C 1
31,30 30,30
30,60 29,90
29,70 29,70
29,50 29,40
2 30,40
30,10 29,90
29,70 30,10
30,50 30,40
30,30 3
30,90 30,60
30,10 30,10
30,00 30,20
30,10 30,10
Rerata 30,87
30,33 30,20
29,90 29,93
30,13 30,00
29,93 5
Kekeruhan NTU 1
14,00 12,00
12,00 10,00
10,00 9,00
9,00 8,00
2 16,00
13,00 12,00
11,00 11,00
9,00 6,00
5,00 3
17,00 13,00
13,00 12,00
11,00 10,00
9,00 7,00
Rerata 15,67
12,67 12,33
11,00 10,67
9,33 8,00
6,67
Lampiran 1 Lanjutan
No. Parameter Pengamatan
Periode Stasiun Pengamatan
St.1 St.2
St.3 St.4
St.5 St.6
St.7 St.8
6 TSS mgl
1 26,39
23,74 21,56
24,60 25,47
24,91 24,80
22,18 2
37,00 34,00
31,00 29,00
27,00 26,00
23,00 21,00
3 38,40
35,81 32,50
30,10 28,62
26,90 25,00
22,62 Rerata
33,93 31,18
28,35 27,90
27,03 25,94
24,27 21,93
7 Salinitas ‰
1 30,00
32,50 33,70
33,80 33,80
33,70 33,70
33,70 2
29,70 32,20
33,40 33,40
33,60 33,50
33,60 33,50
3 29,40
31,50 32,10
32,20 33,00
32,80 33,20
33,20 Rerata
29,70 32,07
33,07 33,13
33,47 33,33
33,50 33,47
8 pH
1 7,37
7,85 8,07
8,14 8,15
8,10 8,10
8,15 2
7,31 7,83
7,98 8,00
8,00 7,99
7,99 8,00
3 7,29
7,82 8,00
8,00 8,10
8,10 8,00
8,00 Rerata
7,32 7,83
8,02 8,05
8,08 8,06
8,03 8,05
9 DO mgl
1 6,40
6,70 6,40
6,30 6,30
6,40 6,70
6,80 2
4,50 5,70
6,40 5,90
7,30 6,20
6,60 6,10
3 6,00
6,60 6,70
6,70 7,10
7,00 6,90
7,00 Rerata
5,63 6,33
6,50 6,30
6,90 6,53
6,73 6,63
10 Saturasi Oksigen
1 84,00
89,00 89,00
89,00 88,00
89,00 90,00
81,00 2
59,00 75,00
86,00 85,00
98,00 82,00
91,00 83,00
3 78,00
81,00 81,00
80,00 90,00
90,00 89,00
89,00 Rerata
73,67 81,67
85,33 84,67
92,00 87,00
90,00 84,33
11 BOD
5
mgl 1
1,50 1,30
1,60 1,70
1,80 1,80
1,50 1,40
2 1,50
1,40 1,70
1,70 1,40
1,60 1,50
1,30 3
1,80 1,60
1,60 1,60
1,50 1,50
1,30 1,30
Rerata 1,60
1,43 1,63
1,67 1,57
1,63 1,43
1,33
Lampiran 1 Lanjutan
No. Parameter Pengamatan
Periode Stasiun Pengamatan
St.1 St.2
St.3 St.4
St.5 St.6
St.7 St.8
12 TOM mgl
1 36,73
36,38 36,94
37,59 38,80
38,71 36,80
34,83 2
44,24 44,21
48,00 44,27
49,92 46,70
49,28 49,26
3 44,86
44,64 47,98
45,82 46,20
46,95 48,44
48,59 Rerata
41,94 41,74
44,31 42,56
44,97 44,12
44,84 44,23
13 NH
3
-N mgl 1
0,20 0,16
0,10 0,14
0,05 0,05
0,02 0,03
2 0,18
0,21 0,14
0,16 0,08
0,06 0,04
0,02 3
0,23 0,20
0,21 0,12
0,07 0,05
0,05 0,03
Rerata 0,20
0,19 0,15
0,14 0,07
0,05 0,04
0,03 14
NO
2
-N mgl 1
0,063 0,079
0,009 0,008
0,010 0,002
0,004 0,006
2 0,058
0,068 0,004
0,005 0,004
0,004 0,004
0,004 3
0,070 0,074
0,006 0,006
0,004 0,003
0,001 0,001
Rerata 0,064
0,074 0,006
0,006 0,006
0,003 0,003
0,004 15
NO
3
-N mgl 1
1,09 0,69
0,63 0,41
0,65 0,71
0,56 0,28
2 0,72
0,42 0,31
0,42 0,62
0,46 0,27
0,24 3
0,70 0,68
0,42 0,85
0,72 0,57
0,21 0,26
Rerata 0,84
0,60 0,45
0,56 0,66
0,58 0,35
0,26 16
HPO
4 =
mgl 1
0,160 0,140
0,134 0,140
0,080 0,070
0,036 0,027
2 0,210
0,180 0,160
0,160 0,085
0,060 0,023
0,021 3
0,150 0,170
0,170 0,175
0,056 0,050
0,024 0,023
Rerata 0,173
0,163 0,155
0,158 0,074
0,060 0,028
0,024
Lampiran 1 Lanjutan
No. Parameter Pengamatan
Periode Stasiun Pengamatan
St.1 St.2
St.3 St.4
St.5 St.6
St.7 St.8
B Logam Berat dalam Air :
17 Hg mgl
1 0,0005
0,0005 0,0005
0,0005 0,0005
0,0005 0,0005
0,0005 2
0,0005 0,0005
0,0005 0,0005
0,0005 0,0005
0,0005 0,0005
3 0,0005
0,0005 0,0005
0,0005 0,0005
0,0005 0,0005
0,0005 Rerata
0,0005 0,0005
0,0005 0,0005
0,0005 0,0005
0,0005 0,0005
18 Pb mgl
1 0,450
0,430 0,470
0,710 0,670
0,660 0,470
0,480 2
0,460 0,460
0,450 0,460
0,420 0,470
0,470 0,460
3 0,460
0,470 0,490
0,510 0,500
0,490 0,480
0,480 Rerata
0,457 0,453
0,470 0,560
0,530 0,540
0,473 0,473
19 Cd mgl
1 0,041
0,049 0,046
0,071 0,056
0,056 0,043
0,048 2
0,050 0,050
0,042 0,045
0,046 0,048
0,045 0,047
3 0,045
0,051 0,047
0,048 0,045
0,046 0,043
0,044 Rerata
0,045 0,050
0,045 0,055
0,049 0,050
0,044 0,046
20 As mgl
1 0.001
0.001 0.001
0.001 0.001
0.001 0.001
0.001 2
0.001 0.001
0.001 0.001
0.001 0.001
0.001 0.001
3 0.001
0.001 0.001
0.001 0.001
0.001 0.001
0.001 Rerata
0.001 0.001
0.001 0.001
0.001 0.001
0.001 0.001
Lampiran 1 Lanjutan
No. Parameter Pengamatan
Periode Stasiun Pengamatan
St.1 St.2
St.3 St.4
St.5 St.6
St.7 St.8
C Logam Berat dalam
Hewan Karang : 21
Hg mgl 1
- -
0,0005 0,0005
0,0005 0,0005
- -
2 -
- 0,0005
0,0005 0,0005
0,0005 -
- 3
- -
0,0005 0,0005
0,0005 0,0005
- -
Rerata -
- 0,0005
0,0005 0,0005
0,0005 -
- 22
Pb mgl 1
- -
2,268 1,521
1,060 1,494
- -
2 -
- 2,226
1,488 1,122
1,470 -
- 3
- -
2,203 1,540
1,085 1,498
- -
Rerata -
- 2,232
1,516 1,089
1,487 -
- 23
Cd mgl 1
- -
0,118 0,089
0,061 0,059
- -
2 -
- 0,145
0,103 0,087
0,084 -
- 3
- -
0,120 0,094
0,096 0,075
- -
Rerata -
- 0,128
0,095 0,081
0,073 -
- 24
As mgl 1
- -
0,001 0,001
0,001 0,001
- -
2 -
- 0,001
0,001 0,001
0,001 -
- 3
- -
0,001 0,001
0,001 0,001
- -
Rerata -
- 0,001
0,001 0,001
0,001 -
-
Lampiran 2 Hasil test multivariat kualitas air Manova
Effect Value
F Hypothesis
df Error
df Sig.
Intercept Pillais Trace
1,000 337997,028a
15,000 2,000
,000 Wilks Lambda
,000 337997,028a
15,000 2,000
,000 Roys Largest Root
2534977,709 337997,028a
15,000 2,000
,000 Stasiun
Pillais Trace 4,965
1,301 105,000
56,000 ,140
Wilks Lambda ,000
6,307 105,000
22,109 ,000
Roys Largest Root 1684,986
898,659b 15,000
8,000 ,000
a Exact statistic b The statistic is an upper bound on F that yields a lower bound on the significance level.
c Design: Intercept+Stasiun
Lampiran 3 Test pengaruh antar variabel kualitas air Manova
Source Dependent
Variable Type III
Sum of Squares
df Mean
Square F
Sig.
Corrected Suhu
2,183a 7
,312 2,317
,078 Model
Kekeruhan 169,958b
7 24,280
19,424 ,000
TSS 299,615c
7 42,802
2,545 ,058
Salinitas 35,813d
7 5,116
17,795 ,000
pH 1,393e
7 ,199
50,048 ,000
DO 3,086f
7 ,441
1,606 ,204
Saturasi O2 654,000g
7 93,429
2,324 ,077
BOD5 ,310h
7 ,044
2,468 ,064
TOM 35,576i
7 5,082
,150 ,992
NH3-N ,105j
7 ,015
22,360 ,000
NO2-N ,019k
7 ,003
217,552 ,000
NO3-N ,695l
7 ,099
3,695 ,014
H
2
PO
4 -
,087m 7
,012 39,395
,000 Pb
,037n 7
,005 ,918
,518 Cd
,000o 7
3,905E-05 1,037
,444 Intercept
Suhu 21834,634
1 21834,634
162238,765 ,000
Kekeruhan 2795,042
1 2795,042
2236,033 ,000
TSS 18238,107
1 18238,107
1084,520 ,000
Salinitas 25689,127
1 25689,127
89353,484 ,000
pH 1509,555
1 1509,555
379762,218 ,000
DO 997,170
1 997,170
3631,577 ,000
Saturasi O2 172720,667
1 172720,667
4295,644 ,000
BOD5 56,734
1 56,734
3166,535 ,000
TOM 45600,371
1 45600,371
1346,487 ,000
Lampiran 3 Lanjutan
Source Dependent
Variable Type III
Sum of Squares
df Mean
Square F
Sig.
NH3-N ,282
1 ,282
419,876 ,000
NO2-N ,010
1 ,010
843,034 ,000
NO3-N 6,923
1 6,923
257,640 ,000
H
2
PO
4 -
,261 1
,261 828,600
,000 Pb
5,871 1
5,871 1026,945
,000 Cd
,055 1
,055 1468,035
,000 Stasiun
Suhu 2,183
7 ,312
2,317 ,078
Kekeruhan 169,958
7 24,280
19,424 ,000
TSS 299,615
7 42,802
2,545 ,058
Salinitas 35,813
7 5,116
17,795 ,000
pH 1,393
7 ,199
50,048 ,000
DO 3,086
7 ,441
1,606 ,204
Saturasi O2 654,000
7 93,429
2,324 ,077
BOD5 ,310
7 ,044
2,468 ,064
TOM 35,576
7 5,082
,150 ,992
NH3-N ,105
7 ,015
22,360 ,000
NO2-N ,019
7 ,003
217,552 ,000
NO3-N ,695
7 ,099
3,695 ,014
H
2
PO
4 -
,087 7
,012 39,395
,000
Pb ,037
7 ,005
,918 ,518
Cd ,000
7 3,905E-05
1,037 ,444
Error Suhu
2,153 16
,135 Kekeruhan
20,000 16
1,250 TSS
269,068 16
16,817 Salinitas
4,600 16
,287 pH
,064 16
,004 DO
4,393 16
,275 Saturasi O2
643,333 16
40,208 BOD5
,287 16
,018 TOM
541,859 16
33,866 NH3-N
,011 16
,001 NO2-N
,000 16
1,221E-05 NO3-N
,430 16
,027 H
2
PO
4 -
,005 16
,000 Pb
,091 16
,006 Cd
,001 16
3,767E-05
Lampiran 3 Lanjutan
Source Dependent
Variable Type III
Sum of Squares
df Mean
Square F
Sig.
Total Suhu
21838,970 24
Kekeruhan 2985,000
24 TSS
18806,790 24
Salinitas 25729,540
24 pH
1511,011 24
DO 1004,650
24 Saturasi O2
174018,000 24
BOD5 57,330
24 TOM
46177,805 24
NH3-N ,397
24 NO2-N
,029 24
NO3-N 8,048
24 H2PO4
-
,353 24
Pb 5,999
24 Cd
,056 24
Corrected Suhu
4,336 23
Total Kekeruhan
189,958 23
TSS 568,683
23 Salinitas
40,413 23
pH 1,456
23 DO
7,480 23
Saturasi O2 1297,333
23 BOD5
,596 23
TOM 577,434
23 NH3-N
,116 23
NO2-N ,019
23 NO3-N
1,125 23
H2PO4
-
,092 23
Pb ,128
23 Cd
,001 23
a R Squared = ,503 Adjusted R Squared = ,286 b R Squared = ,895 Adjusted R Squared = ,849
c R Squared = ,527 Adjusted R Squared = ,320 d R Squared = ,886 Adjusted R Squared = ,836
e R Squared = ,956 Adjusted R Squared = ,937 f R Squared = ,413 Adjusted R Squared = ,156
g R Squared = ,504 Adjusted R Squared = ,287 h R Squared = ,519 Adjusted R Squared = ,309
i R Squared = ,062 Adjusted R Squared = -,349 j R Squared = ,907 Adjusted R Squared = ,867
k R Squared = ,990 Adjusted R Squared = ,985 l R Squared = ,618 Adjusted R Squared = ,451
m R Squared = ,945 Adjusted R Squared = ,921 n R Squared = ,287 Adjusted R Squared = -,026
o R Squared = ,312 Adjusted R Squared = ,011
Lampiran 4 Perbandingan variabel kualitas air antar stasiun pengamatan Manova
Dependent Variable
STASIUN I
STASIUN J
Mean Difference
I-J Std.
Error Sig.
95 Confidence Interval
Lower Bound
Upper Bound
Suhu St.1
St.2 ,5333
,29954 ,094
-,1017 1,1683
St.3 ,6667
,29954 ,041
,0317 1,3017
St.4 ,9667
,29954 ,005
,3317 1,6017
St.5 ,9333
,29954 ,007
,2983 1,5683
St.6 ,7333
,29954 ,026
,0983 1,3683
St.7 ,8667
,29954 ,011
,2317 1,5017
St.8 ,9333
,29954 ,007
,2983 1,5683
St.2 St.1
-,5333 ,29954
,094 -1,1683
,1017 St.3
,1333 ,29954
,662 -,5017
,7683 St.4
,4333 ,29954
,167 -,2017
1,0683 St.5
,4000 ,29954
,200 -,2350
1,0350 St.6
,2000 ,29954
,514 -,4350
,8350 St.7
,3333 ,29954
,282 -,3017
,9683 St.8
,4000 ,29954
,200 -,2350
1,0350 St.3
St.1 -,6667
,29954 ,041
-1,3017 -,0317
St.2 -,1333
,29954 ,662
-,7683 ,5017
St.4 ,3000
,29954 ,331
-,3350 ,9350
St.5 ,2667
,29954 ,387
-,3683 ,9017
St.6 ,0667
,29954 ,827
-,5683 ,7017
St.7 ,2000
,29954 ,514
-,4350 ,8350
St.8 ,2667
,29954 ,387
-,3683 ,9017
St.4 St.1
-,9667 ,29954
,005 -1,6017
-,3317 St.2
-,4333 ,29954
,167 -1,0683
,2017 St.3
-,3000 ,29954
,331 -,9350
,3350 St.5
-,0333 ,29954
,913 -,6683
,6017 St.6
-,2333 ,29954
,447 -,8683
,4017 St.7
-,1000 ,29954
,743 -,7350
,5350 St.8
-,0333 ,29954
,913 -,6683
,6017 St.5
St.1 -,9333
,29954 ,007
-1,5683 -,2983
St.2 -,4000
,29954 ,200
-1,0350 ,2350
St.3 -,2667
,29954 ,387
-,9017 ,3683
St.4 ,0333
,29954 ,913
-,6017 ,6683
St.6 -,2000
,29954 ,514
-,8350 ,4350
St.7 -,0667
,29954 ,827
-,7017 ,5683
St.8 ,0000
,29954 1,000
-,6350 ,6350
St.6 St.1
-,7333 ,29954
,026 -1,3683
-,0983 St.2
-,2000 ,29954
,514 -,8350
,4350 St.3
-,0667 ,29954
,827 -,7017
,5683 St.4
,2333 ,29954
,447 -,4017
,8683 St.5
,2000 ,29954
,514 -,4350
,8350 St.7
,1333 ,29954
,662 -,5017
,7683 St.8
,2000 ,29954
,514 -,4350
,8350
Lampiran 4 Lanjutan
Dependent Variable
STASIUN I
STASIUN J
Mean Difference
I-J Std.
Error Sig.
95 Confidence Interval
Lower Bound
Upper Bound
Suhu St.7
St.1 -,8667
,29954 ,011
-1,5017 -,2317
St.2 -,3333
,29954 ,282
-,9683 ,3017
St.3 -,2000
,29954 ,514
-,8350 ,4350
St.4 ,1000
,29954 ,743
-,5350 ,7350
St.5 ,0667
,29954 ,827
-,5683 ,7017
St.6 -,1333
,29954 ,662
-,7683 ,5017
St.8 ,0667
,29954 ,827
-,5683 ,7017
St.8 St.1
-,9333 ,29954
,007 -1,5683
-,2983 St.2
-,4000 ,29954
,200 -1,0350
,2350 St.3
-,2667 ,29954
,387 -,9017
,3683 St.4
,0333 ,29954
,913 -,6017
,6683 St.5
,0000 ,29954
1,000 -,6350
,6350 St.6
-,2000 ,29954
,514 -,8350
,4350 St.7
-,0667 ,29954
,827 -,7017
,5683 Kekeruhan
St.1 St.2
3,0000 ,91287
,005 1,0648
4,9352 St.3
3,3333 ,91287
,002 1,3981
5,2685 St.4
4,6667 ,91287
,000 2,7315
6,6019 St.5
5,0000 ,91287
,000 3,0648
6,9352 St.6
6,3333 ,91287
,000 4,3981
8,2685 St.7
7,6667 ,91287
,000 5,7315
9,6019 St.8
9,0000 ,91287
,000 7,0648
10,9352 St.2
St.1 -3,0000
,91287 ,005
-4,9352 -1,0648
St.3 ,3333
,91287 ,720
-1,6019 2,2685
St.4 1,6667
,91287 ,087
-,2685 3,6019
St.5 2,0000
,91287 ,044
,0648 3,9352
St.6 3,3333
,91287 ,002
1,3981 5,2685
St.7 4,6667
,91287 ,000
2,7315 6,6019
St.8 6,0000
,91287 ,000
4,0648 7,9352
St.3 St.1
-3,3333 ,91287
,002 -5,2685
-1,3981 St.2
-,3333 ,91287
,720 -2,2685
1,6019 St.4
1,3333 ,91287
,163 -,6019
3,2685 St.5
1,6667 ,91287
,087 -,2685
3,6019 St.6
3,0000 ,91287
,005 1,0648
4,9352 St.7
4,3333 ,91287
,000 2,3981
6,2685 St.8
5,6667 ,91287
,000 3,7315
7,6019 St.4
St.1 -4,6667
,91287 ,000
-6,6019 -2,7315
St.2 -1,6667
,91287 ,087
-3,6019 ,2685
St.3 -1,3333
,91287 ,163
-3,2685 ,6019
St.5 ,3333
,91287 ,720
-1,6019 2,2685
St.6 1,6667
,91287 ,087
-,2685 3,6019
St.7 3,0000
,91287 ,005
1,0648 4,9352
St.8 4,3333
,91287 ,000
2,3981 6,2685
Lampiran 4 Lanjutan
Dependent Variable
STASIUN I
STASIUN J
Mean Difference
I-J Std.
Error Sig.
95 Confidence Interval
Lower Bound
Upper Bound
Kekeruhan St.5
St.1 -5,0000
,91287 ,000
-6,9352 -3,0648
St.2 -2,0000
,91287 ,044
-3,9352 -,0648
St.3 -1,6667
,91287 ,087
-3,6019 ,2685
St.4 -,3333
,91287 ,720
-2,2685 1,6019
St.6 1,3333
,91287 ,163
-,6019 3,2685
St.7 2,6667
,91287 ,010
,7315 4,6019
St.8 4,0000
,91287 ,000
2,0648 5,9352
St.6 St.1
-6,3333 ,91287
,000 -8,2685
-4,3981 St.2
-3,3333 ,91287
,002 -5,2685
-1,3981 St.3
-3,0000 ,91287
,005 -4,9352
-1,0648 St.4
-1,6667 ,91287
,087 -3,6019
,2685 St.5
-1,3333 ,91287
,163 -3,2685
,6019 St.7
1,3333 ,91287
,163 -,6019
3,2685 St.8
2,6667 ,91287
,010 ,7315
4,6019 St.7
St.1 -7,6667
,91287 ,000
-9,6019 -5,7315
St.2 -4,6667
,91287 ,000
-6,6019 -2,7315
St.3 -4,3333
,91287 ,000
-6,2685 -2,3981
St.4 -3,0000
,91287 ,005
-4,9352 -1,0648
St.5 -2,6667
,91287 ,010
-4,6019 -,7315
St.6 -1,3333
,91287 ,163
-3,2685 ,6019
St.8 1,3333
,91287 ,163
-,6019 3,2685
St.8 St.1
-9,0000 ,91287
,000 -10,9352
-7,0648 St.2
-6,0000 ,91287
,000 -7,9352
-4,0648 St.3
-5,6667 ,91287
,000 -7,6019
-3,7315 St.4
-4,3333 ,91287
,000 -6,2685
-2,3981 St.5
-4,0000 ,91287
,000 -5,9352
-2,0648 St.6
-2,6667 ,91287
,010 -4,6019
-,7315 St.7
-1,3333 ,91287
,163 -3,2685
,6019 TSS
St.1 St.2
2,7467 3,34831
,424 -4,3514
9,8448 St.3
5,5767 3,34831
,115 -1,5214
12,6748 St.4
6,0300 3,34831
,091 -1,0681
13,1281 St.5
6,9000 3,34831
,056 -,1981
13,9981 St.6
7,9933 3,34831
,030 ,8952
15,0914 St.7
9,6633 3,34831
,011 2,5652
16,7614 St.8
11,9967 3,34831
,002 4,8986
19,0948 St.2
St.1 -2,7467
3,34831 ,424
-9,8448 4,3514
St.3 2,8300
3,34831 ,410
-4,2681 9,9281
St.4 3,2833
3,34831 ,341
-3,8148 10,3814
St.5 4,1533
3,34831 ,233
-2,9448 11,2514
St.6 5,2467
3,34831 ,137
-1,8514 12,3448
St.7 6,9167
3,34831 ,055
-,1814 14,0148
St.8 9,2500
3,34831 ,014
2,1519 16,3481
Lampiran 4 Lanjutan
Dependent Variable
STASIUN I
STASIUN J
Mean Difference
I-J Std.
Error Sig.
95 Confidence Interval
Lower Bound
Upper Bound
TSS St.3
St.1 -5,5767
3,34831 ,115
-12,6748 1,5214
St.2 -2,8300
3,34831 ,410
-9,9281 4,2681
St.4 ,4533
3,34831 ,894
-6,6448 7,5514
St.5 1,3233
3,34831 ,698
-5,7748 8,4214
St.6 2,4167
3,34831 ,481
-4,6814 9,5148
St.7 4,0867
3,34831 ,240
-3,0114 11,1848
St.8 6,4200
3,34831 ,073
-,6781 13,5181
St.4 St.1
-6,0300 3,34831
,091 -13,1281
1,0681 St.2
-3,2833 3,34831
,341 -10,3814
3,8148 St.3
-,4533 3,34831
,894 -7,5514
6,6448 St.5
,8700 3,34831
,798 -6,2281
7,9681 St.6
1,9633 3,34831
,566 -5,1348
9,0614 St.7
3,6333 3,34831
,294 -3,4648
10,7314 St.8
5,9667 3,34831
,094 -1,1314
13,0648 St.5
St.1 -6,9000
3,34831 ,056
-13,9981 ,1981
St.2 -4,1533
3,34831 ,233
-11,2514 2,9448
St.3 -1,3233
3,34831 ,698
-8,4214 5,7748
St.4 -,8700
3,34831 ,798
-7,9681 6,2281
St.6 1,0933
3,34831 ,748
-6,0048 8,1914
St.7 2,7633
3,34831 ,421
-4,3348 9,8614
St.8 5,0967
3,34831 ,147
-2,0014 12,1948
St.6 St.1
-7,9933 3,34831
,030 -15,0914
-,8952 St.2
-5,2467 3,34831
,137 -12,3448
1,8514 St.3
-2,4167 3,34831
,481 -9,5148
4,6814 St.4
-1,9633 3,34831
,566 -9,0614
5,1348 St.5
-1,0933 3,34831
,748 -8,1914
6,0048 St.7
1,6700 3,34831
,625 -5,4281
8,7681 St.8
4,0033 3,34831
,249 -3,0948
11,1014 St.7
St.1 -9,6633
3,34831 ,011
-16,7614 -2,5652
St.2 -6,9167
3,34831 ,055
-14,0148 ,1814
St.3 -4,0867
3,34831 ,240
-11,1848 3,0114
St.4 -3,6333
3,34831 ,294
-10,7314 3,4648
St.5 -2,7633
3,34831 ,421
-9,8614 4,3348
St.6 -1,6700
3,34831 ,625
-8,7681 5,4281
St.8 2,3333
3,34831 ,496
-4,7648 9,4314
St.8 St.1
-11,996 3,34831
,002 -19,0948
-4,8986 St.2
-9,2500 3,34831
,014 -16,3481
-2,1519 St.3
-6,4200 3,34831
,073 -13,5181
,6781 St.4
-5,9667 3,34831
,094 -13,0648
1,1314 St.5
-5,0967 3,34831
,147 -12,1948
2,0014 St.6
-4,0033 3,34831
,249 -11,1014
3,0948 St.7
-2,3333 3,34831
,496 -9,4314
4,7648
Lampiran 4 Lanjutan
Dependent Variable
STASIUN I
STASIUN J
Mean Difference
I-J Std.
Error Sig.
95 Confidence Interval
Lower Bound
Upper Bound
Salinitas St.1
St.2 -2,3667
,43780 ,000
-3,2948 -1,4386
St.3 -3,3667
,43780 ,000
-4,2948 -2,4386
St.4 -3,4333
,43780 ,000
-4,3614 -2,5052
St.5 -3,7667
,43780 ,000
-4,6948 -2,8386
St.6 -3,6333
,43780 ,000
-4,5614 -2,7052
St.7 -3,8000
,43780 ,000
-4,7281 -2,8719
St.8 -3,7667
,43780 ,000
-4,6948 -2,8386
St.2 St.1
2,3667 ,43780
,000 1,4386
3,2948 St.3
-1,0000 ,43780
,036 -1,9281
-,0719 St.4
-1,0667 ,43780
,027 -1,9948
-,1386 St.5
-1,4000 ,43780
,006 -2,3281
-,4719 St.6
-1,2667 ,43780
,011 -2,1948
-,3386 St.7
-1,4333 ,43780
,005 -2,3614
-,5052 St.8
-1,4000 ,43780
,006 -2,3281
-,4719 St.3
St.1 3,3667
,43780 ,000
2,4386 4,2948
St.2 1,0000
,43780 ,036
,0719 1,9281
St.4 -,0667
,43780 ,881
-,9948 ,8614
St.5 -,4000
,43780 ,374
-1,3281 ,5281
St.6 -,2667
,43780 ,551
-1,1948 ,6614
St.7 -,4333
,43780 ,337
-1,3614 ,4948
St.8 -,4000
,43780 ,374
-1,3281 ,5281
St.4 St.1
3,4333 ,43780
,000 2,5052
4,3614 St.2
1,0667 ,43780
,027 ,1386
1,9948 St.3
,0667 ,43780
,881 -,8614
,9948 St.5
-,3333 ,43780
,458 -1,2614
,5948 St.6
-,2000 ,43780
,654 -1,1281
,7281 St.7
-,3667 ,43780
,415 -1,2948
,5614 St.8
-,3333 ,43780
,458 -1,2614
,5948 St.5
St.1 3,7667
,43780 ,000
2,8386 4,6948
St.2 1,4000
,43780 ,006
,4719 2,3281
St.3 ,4000
,43780 ,374
-,5281 1,3281
St.4 ,3333
,43780 ,458
-,5948 1,2614
St.6 ,1333
,43780 ,765
-,7948 1,0614
St.7 -,0333
,43780 ,940
-,9614 ,8948
St.8 ,0000
,43780 1,000
-,9281 ,9281
St.6 St.1
3,6333 ,43780
,000 2,7052
4,5614 St.2
1,2667 ,43780
,011 ,3386
2,1948 St.3
,2667 ,43780
,551 -,6614
1,1948 St.4
,2000 ,43780
,654 -,7281
1,1281 St.5
-,1333 ,43780
,765 -1,0614
,7948 St.7
-,1667 ,43780
,708 -1,0948
,7614 St.8
-,1333 ,43780
,765 -1,0614
,7948
Lampiran 4 Lanjutan
Dependent Variable
STASIUN I
STASIUN J
Mean Difference
I-J Std.
Error Sig.
95 Confidence Interval
Lower Bound
Upper Bound
Salinitas St.7
St.1 3,8000
,43780 ,000
2,8719 4,7281
St.2 1,4333
,43780 ,005
,5052 2,3614
St.3 ,4333
,43780 ,337
-,4948 1,3614
St.4 ,3667
,43780 ,415
-,5614 1,2948
St.5 ,0333
,43780 ,940
-,8948 ,9614
St.6 ,1667
,43780 ,708
-,7614 1,0948
St.8 ,0333
,43780 ,940
-,8948 ,9614
St.8 St.1
3,7667 ,43780
,000 2,8386
4,6948 St.2
1,4000 ,43780
,006 ,4719
2,3281 St.3
,4000 ,43780
,374 -,5281
1,3281 St.4
,3333 ,43780
,458 -,5948
1,2614 St.5
,0000 ,43780
1,000 -,9281
,9281 St.6
,1333 ,43780
,765 -,7948
1,0614 St.7
-,0333 ,43780
,940 -,9614
,8948 pH
St.1 St.2
-,5100 ,05148
,000 -,6191
-,4009 St.3
-,6933 ,05148
,000 -,8025
-,5842 St.4
-,7233 ,05148
,000 -,8325
-,6142 St.5
-,7600 ,05148
,000 -,8691
-,6509 St.6
-,7400 ,05148
,000 -,8491
-,6309 St.7
-,7067 ,05148
,000 -,8158
-,5975 St.8
-,7267 ,05148
,000 -,8358
-,6175 St.2
St.1 ,5100
,05148 ,000
,4009 ,6191
St.3 -,1833
,05148 ,003
-,2925 -,0742
St.4 -,2133
,05148 ,001
-,3225 -,1042
St.5 -,2500
,05148 ,000
-,3591 -,1409
St.6 -,2300
,05148 ,000
-,3391 -,1209
St.7 -,1967
,05148 ,002
-,3058 -,0875
St.8 -,2167
,05148 ,001
-,3258 -,1075
St.3 St.1
,6933 ,05148
,000 ,5842
,8025 St.2
,1833 ,05148
,003 ,0742
,2925 St.4
-,0300 ,05148
,568 -,1391
,0791 St.5
-,0667 ,05148
,214 -,1758
,0425 St.6
-,0467 ,05148
,378 -,1558
,0625 St.7
-,0133 ,05148
,799 -,1225
,0958 St.8
-,0333 ,05148
,526 -,1425
,0758 St.4
St.1 ,7233
,05148 ,000
,6142 ,8325
St.2 ,2133
,05148 ,001
,1042 ,3225
St.3 ,0300
,05148 ,568
-,0791 ,1391
St.5 -,0367
,05148 ,487
-,1458 ,0725
St.6 -,0167
,05148 ,750
-,1258 ,0925
St.7 ,0167
,05148 ,750
-,0925 ,1258
St.8 -,0033
,05148 ,949
-,1125 ,1058
Lampiran 4 Lanjutan
Dependent Variable
STASIUN I
STASIUN J
Mean Difference
I-J Std.
Error Sig.
95 Confidence Interval
Lower Bound
Upper Bound
pH St.5
St.1 ,7600
,05148 ,000
,6509 ,8691
St.2 ,2500
,05148 ,000
,1409 ,3591
St.3 ,0667
,05148 ,214
-,0425 ,1758
St.4 ,0367
,05148 ,487
-,0725 ,1458
St.6 ,0200
,05148 ,703
-,0891 ,1291
St.7 ,0533
,05148 ,316
-,0558 ,1625
St.8 ,0333
,05148 ,526
-,0758 ,1425
St.6 St.1
,7400 ,05148
,000 ,6309
,8491 St.2
,2300 ,05148
,000 ,1209
,3391 St.3
,0467 ,05148
,378 -,0625
,1558 St.4
,0167 ,05148
,750 -,0925
,1258 St.5
-,0200 ,05148
,703 -,1291
,0891 St.7
,0333 ,05148
,526 -,0758
,1425 St.8
,0133 ,05148
,799 -,0958
,1225 St.7
St.1 ,7067
,05148 ,000
,5975 ,8158
St.2 ,1967
,05148 ,002
,0875 ,3058
St.3 ,0133
,05148 ,799
-,0958 ,1225
St.4 -,0167
,05148 ,750
-,1258 ,0925
St.5 -,0533
,05148 ,316
-,1625 ,0558
St.6 -,0333
,05148 ,526
-,1425 ,0758
St.8 -,0200
,05148 ,703
-,1291 ,0891
St.8 St.1
,7267 ,05148
,000 ,6175
,8358 St.2
,2167 ,05148
,001 ,1075
,3258 St.3
,0333 ,05148
,526 -,0758
,1425 St.4
,0033 ,05148
,949 -,1058
,1125 St.5
-,0333 ,05148
,526 -,1425
,0758 St.6
-,0133 ,05148
,799 -,1225
,0958 St.7
,0200 ,05148
,703 -,0891
,1291 DO
St.1 St.2
-,7000 ,42785
,121 -1,6070
,2070 St.3
-,8667 ,42785
,060 -1,7737
,0403 St.4
-,6667 ,42785
,139 -1,5737
,2403 St.5
-1,2667 ,42785
,009 -2,1737
-,3597 St.6
-,9000 ,42785
,052 -1,8070
,0070 St.7
-1,1000 ,42785
,021 -2,0070
-,1930 St.8
-1,0000 ,42785
,033 -1,9070
-,0930 St.2
St.1 ,7000
,42785 ,121
-,2070 1,6070
St.3 -,1667
,42785 ,702
-1,0737 ,7403
St.4 ,0333
,42785 ,939
-,8737 ,9403
St.5 -,5667
,42785 ,204
-1,4737 ,3403
St.6 -,2000
,42785 ,646
-1,1070 ,7070
St.7 -,4000
,42785 ,364
-1,3070 ,5070
St.8 -,3000
,42785 ,493
-1,2070 ,6070
Lampiran 4 Lanjutan
Dependent Variable
STASIUN I
STASIUN J
Mean Difference
I-J Std.
Error Sig.
95 Confidence Interval
Lower Bound
Upper Bound
DO St.3
St.1 ,8667
,42785 ,060
-,0403 1,7737
St.2 ,1667
,42785 ,702
-,7403 1,0737
St.4 ,2000
,42785 ,646
-,7070 1,1070
St.5 -,4000
,42785 ,364
-1,3070 ,5070
St.6 -,0333
,42785 ,939
-,9403 ,8737
St.7 -,2333
,42785 ,593
-1,1403 ,6737
St.8 -,1333
,42785 ,759
-1,0403 ,7737
St.4 St.1
,6667 ,42785
,139 -,2403
1,5737 St.2
-,0333 ,42785
,939 -,9403
,8737 St.3
-,2000 ,42785
,646 -1,1070
,7070 St.5
-,6000 ,42785
,180 -1,5070
,3070 St.6
-,2333 ,42785
,593 -1,1403
,6737 St.7
-,4333 ,42785
,326 -1,3403
,4737 St.8
-,3333 ,42785
,447 -1,2403
,5737 St.5
St.1 1,2667
,42785 ,009
,3597 2,1737
St.2 ,5667
,42785 ,204
-,3403 1,4737
St.3 ,4000
,42785 ,364
-,5070 1,3070
St.4 ,6000
,42785 ,180
-,3070 1,5070
St.6 ,3667
,42785 ,404
-,5403 1,2737
St.7 ,1667
,42785 ,702
-,7403 1,0737
St.8 ,2667
,42785 ,542
-,6403 1,1737
St.6 St.1
,9000 ,42785
,052 -,0070
1,8070 St.2
,2000 ,42785
,646 -,7070
1,1070 St.3
,0333 ,42785
,939 -,8737
,9403 St.4
,2333 ,42785
,593 -,6737
1,1403 St.5
-,3667 ,42785
,404 -1,2737
,5403 St.7
-,2000 ,42785
,646 -1,1070
,7070 St.8
-,1000 ,42785
,818 -1,0070
,8070 St.7
St.1 1,1000
,42785 ,021
,1930 2,0070
St.2 ,4000
,42785 ,364
-,5070 1,3070
St.3 ,2333
,42785 ,593
-,6737 1,1403
St.4 ,4333
,42785 ,326
-,4737 1,3403
St.5 -,1667
,42785 ,702
-1,0737 ,7403
St.6 ,2000
,42785 ,646
-,7070 1,1070
St.8 ,1000
,42785 ,818
-,8070 1,0070
St.8 St.1
1,0000 ,42785
,033 ,0930
1,9070 St.2
,3000 ,42785
,493 -,6070
1,2070 St.3
,1333 ,42785
,759 -,7737
1,0403 St.4
,3333 ,42785
,447 -,5737
1,2403 St.5
-,2667 ,42785
,542 -1,1737
,6403 St.6
,1000 ,42785
,818 -,8070
1,0070 St.7
-,1000 ,42785
,818 -1,0070
,8070
Lampiran 4 Lanjutan
Dependent Variable
STASIUN I
STASIUN J
Mean Difference
I-J Std.
Error Sig.
95 Confidence Interval
Lower Bound
Upper Bound
Saturasi O2 St.1
St.2 -8,0000
5,17741 ,142
-18,9756 2,9756
St.3 -11,666
5,17741 ,039
-22,6423 -,6911
St.4 -11,000
5,17741 ,050
-21,9756 -,0244
St.5 -18,333
5,17741 ,003
-29,3089 -7,3577
St.6 -13,333
5,17741 ,020
-24,3089 -2,3577
St.7 -16,333
5,17741 ,006
-27,3089 -5,3577
St.8 -10,6667
5,17741 ,056
-21,6423 ,3089
St.2 St.1
8,0000 5,17741
,142 -2,9756
18,9756 St.3
-3,6667 5,17741
,489 -14,6423
7,3089 St.4
-3,0000 5,17741
,570 -13,9756
7,9756 St.5
-10,3333 5,17741
,063 -21,3089
,6423 St.6
-5,3333 5,17741
,318 -16,3089
5,6423 St.7
-8,3333 5,17741
,127 -19,3089
2,6423 St.8
-2,6667 5,17741
,614 -13,6423
8,3089 St.3
St.1 11,6667
5,17741 ,039
,6911 22,6423
St.2 3,6667
5,17741 ,489
-7,3089 14,6423
St.4 ,6667
5,17741 ,899
-10,3089 11,6423
St.5 -6,6667
5,17741 ,216
-17,6423 4,3089
St.6 -1,6667
5,17741 ,752
-12,6423 9,3089
St.7 -4,6667
5,17741 ,381
-15,6423 6,3089
St.8 1,0000
5,17741 ,849
-9,9756 11,9756
St.4 St.1
11,0000 5,17741
,050 ,0244
21,9756 St.2
3,0000 5,17741
,570 -7,9756
13,9756 St.3
-,6667 5,17741
,899 -11,6423
10,3089 St.5
-7,3333 5,17741
,176 -18,3089
3,6423 St.6
-2,3333 5,17741
,658 -13,3089
8,6423 St.7
-5,3333 5,17741
,318 -16,3089
5,6423 St.8
,3333 5,17741
,949 -10,6423
11,3089 St.5
St.1 18,3333
5,17741 ,003
7,3577 29,3089
St.2 10,3333
5,17741 ,063
-,6423 21,3089
St.3 6,6667
5,17741 ,216
-4,3089 17,6423
St.4 7,3333
5,17741 ,176
-3,6423 18,3089
St.6 5,0000
5,17741 ,349
-5,9756 15,9756
St.7 2,0000
5,17741 ,704
-8,9756 12,9756
St.8 7,6667
5,17741 ,158
-3,3089 18,6423
St.6 St.1
13,3333 5,17741
,020 2,3577
24,3089 St.2
5,3333 5,17741
,318 -5,6423
16,3089 St.3
1,6667 5,17741
,752 -9,3089
12,6423 St.4
2,3333 5,17741
,658 -8,6423
13,3089 St.5
-5,0000 5,17741
,349 -15,9756
5,9756 St.7
-3,0000 5,17741
,570 -13,9756
7,9756 St.8
2,6667 5,17741
,614 -8,3089
13,6423
Lampiran 4 Lanjutan
Dependent Variable
STASIUN I
STASIUN J
Mean Difference
I-J Std.
Error Sig.
95 Confidence Interval
Lower Bound
Upper Bound
Saturasi O2 St.7
St.1 16,3333
5,17741 ,006
5,3577 27,3089
St.2 8,3333
5,17741 ,127
-2,6423 19,3089
St.3 4,6667
5,17741 ,381
-6,3089 15,6423
St.4 5,3333
5,17741 ,318
-5,6423 16,3089
St.5 -2,0000
5,17741 ,704
-12,9756 8,9756
St.6 3,0000
5,17741 ,570
-7,9756 13,9756
St.8 5,6667
5,17741 ,290
-5,3089 16,6423
St.8 St.1
10,6667 5,17741
,056 -,3089
21,6423 St.2
2,6667 5,17741
,614 -8,3089
13,6423 St.3
-1,0000 5,17741
,849 -11,9756
9,9756 St.4
-,3333 5,17741
,949 -11,3089
10,6423 St.5
-7,6667 5,17741
,158 -18,6423
3,3089 St.6
-2,6667 5,17741
,614 -13,6423
8,3089 St.7
-5,6667 5,17741
,290 -16,6423
5,3089 BOD5
St.1 St.2
,1667 ,10929
,147 -,0650
,3984 St.3
-,0333 ,10929
,764 -,2650
,1984 St.4
-,0667 ,10929
,550 -,2984
,1650 St.5
,0333 ,10929
,764 -,1984
,2650 St.6
-,0333 ,10929
,764 -,2650
,1984 St.7
,1667 ,10929
,147 -,0650
,3984 St.8
,2667 ,10929
,027 ,0350
,4984 St.2
St.1 -,1667
,10929 ,147
-,3984 ,0650
St.3 -,2000
,10929 ,086
-,4317 ,0317
St.4 -,2333
,10929 ,049
-,4650 -,0016
St.5 -,1333
,10929 ,240
-,3650 ,0984
St.6 -,2000
,10929 ,086
-,4317 ,0317
St.7 ,0000
,10929 1,000
-,2317 ,2317
St.8 ,1000
,10929 ,374
-,1317 ,3317
St.3 St.1
,0333 ,10929
,764 -,1984
,2650 St.2
,2000 ,10929
,086 -,0317
,4317 St.4
-,0333 ,10929
,764 -,2650
,1984 St.5
,0667 ,10929
,550 -,1650
,2984 St.6
,0000 ,10929
1,000 -,2317
,2317 St.7
,2000 ,10929
,086 -,0317
,4317 St.8
,3000 ,10929
,014 ,0683
,5317 St.4
St.1 ,0667
,10929 ,550
-,1650 ,2984
St.2 ,2333
,10929 ,049
,0016 ,4650
St.3 ,0333
,10929 ,764
-,1984 ,2650
St.5 ,1000
,10929 ,374
-,1317 ,3317
St.6 ,0333
,10929 ,764
-,1984 ,2650
St.7 ,2333
,10929 ,049
,0016 ,4650
St.8 ,3333
,10929 ,008
,1016 ,5650
Lampiran 4 Lanjutan
Dependent Variable
STASIUN I
STASIUN J
Mean Difference
I-J Std.
Error Sig.
95 Confidence Interval
Lower Bound
Upper Bound
BOD5 St.5
St.1 -,0333
,10929 ,764
-,2650 ,1984
St.2 ,1333
,10929 ,240
-,0984 ,3650
St.3 -,0667
,10929 ,550
-,2984 ,1650
St.4 -,1000
,10929 ,374
-,3317 ,1317
St.6 -,0667
,10929 ,550
-,2984 ,1650
St.7 ,1333
,10929 ,240
-,0984 ,3650
St.8 ,2333
,10929 ,049
,0016 ,4650
St.6 St.1
,0333 ,10929
,764 -,1984
,2650 St.2
,2000 ,10929
,086 -,0317
,4317 St.3
,0000 ,10929
1,000 -,2317
,2317 St.4
-,0333 ,10929
,764 -,2650
,1984 St.5
,0667 ,10929
,550 -,1650
,2984 St.7
,2000 ,10929
,086 -,0317
,4317 St.8
,3000 ,10929
,014 ,0683
,5317 St.7
St.1 -,1667
,10929 ,147
-,3984 ,0650
St.2 ,0000
,10929 1,000
-,2317 ,2317
St.3 -,2000
,10929 ,086
-,4317 ,0317
St.4 -,2333
,10929 ,049
-,4650 -,0016
St.5 -,1333
,10929 ,240
-,3650 ,0984
St.6 -,2000
,10929 ,086
-,4317 ,0317
St.8 ,1000
,10929 ,374
-,1317 ,3317
St.8 St.1
-,2667 ,10929
,027 -,4984
-,0350 St.2
-,1000 ,10929
,374 -,3317
,1317 St.3
-,3000 ,10929
,014 -,5317
-,0683 St.4
-,3333 ,10929
,008 -,5650
-,1016 St.5
-,2333 ,10929
,049 -,4650
-,0016 St.6
-,3000 ,10929
,014 -,5317
-,0683 St.7
-,1000 ,10929
,374 -,3317
,1317 TOM
St.1 St.2
,2000 4,75157
,967 -9,8729
10,2729 St.3
-2,3633 4,75157
,626 -12,4362
7,7096 St.4
-,6167 4,75157
,898 -10,6896
9,4562 St.5
-3,0300 4,75157
,533 -13,1029
7,0429 St.6
-2,1767 4,75157
,653 -12,2496
7,8962 St.7
-2,8967 4,75157
,551 -12,9696
7,1762 St.8
-2,2833 4,75157
,637 -12,3562
7,7896 St.2
St.1 -,2000
4,75157 ,967
-10,2729 9,8729
St.3 -2,5633
4,75157 ,597
-12,6362 7,5096
St.4 -,8167
4,75157 ,866
-10,8896 9,2562
St.5 -3,2300
4,75157 ,506
-13,3029 6,8429
St.6 -2,3767
4,75157 ,624
-12,4496 7,6962
St.7 -3,0967
4,75157 ,524
-13,1696 6,9762
St.8 -2,4833
4,75157 ,608
-12,5562 7,5896
Lampiran 4 Lanjutan
Dependent Variable
STASIUN I
STASIUN J
Mean Difference
I-J Std.
Error Sig.
95 Confidence Interval
Lower Bound
Upper Bound
TOM St.3
St.1 2,3633
4,75157 ,626
-7,7096 12,4362
St.2 2,5633
4,75157 ,597
-7,5096 12,6362
St.4 1,7467
4,75157 ,718
-8,3262 11,8196
St.5 -,6667
4,75157 ,890
-10,7396 9,4062
St.6 ,1867
4,75157 ,969
-9,8862 10,2596
St.7 -,5333
4,75157 ,912
-10,6062 9,5396
St.8 ,0800
4,75157 ,987
-9,9929 10,1529
St.4 St.1
,6167 4,75157
,898 -9,4562
10,6896 St.2
,8167 4,75157
,866 -9,2562
10,8896 St.3
-1,7467 4,75157
,718 -11,8196
8,3262 St.5
-2,4133 4,75157
,618 -12,4862
7,6596 St.6
-1,5600 4,75157
,747 -11,6329
8,5129 St.7
-2,2800 4,75157
,638 -12,3529
7,7929 St.8
-1,6667 4,75157
,730 -11,7396
8,4062 St.5
St.1 3,0300
4,75157 ,533
-7,0429 13,1029
St.2 3,2300
4,75157 ,506
-6,8429 13,3029
St.3 ,6667
4,75157 ,890
-9,4062 10,7396
St.4 2,4133
4,75157 ,618
-7,6596 12,4862
St.6 ,8533
4,75157 ,860
-9,2196 10,9262
St.7 ,1333
4,75157 ,978
-9,9396 10,2062
St.8 ,7467
4,75157 ,877
-9,3262 10,8196
St.6 St.1
2,1767 4,75157
,653 -7,8962
12,2496 St.2
2,3767 4,75157
,624 -7,6962
12,4496 St.3
-,1867 4,75157
,969 -10,2596
9,8862 St.4
1,5600 4,75157
,747 -8,5129
11,6329 St.5
-,8533 4,75157
,860 -10,9262
9,2196 St.7
-,7200 4,75157
,881 -10,7929
9,3529 St.8
-,1067 4,75157
,982 -10,1796
9,9662 St.7
St.1 2,8967
4,75157 ,551
-7,1762 12,9696
St.2 3,0967
4,75157 ,524
-6,9762 13,1696
St.3 ,5333
4,75157 ,912
-9,5396 10,6062
St.4 2,2800
4,75157 ,638
-7,7929 12,3529
St.5 -,1333
4,75157 ,978
-10,2062 9,9396
St.6 ,7200
4,75157 ,881
-9,3529 10,7929
St.8 ,6133
4,75157 ,899
-9,4596 10,6862
St.8 St.1
2,2833 4,75157
,637 -7,7896
12,3562 St.2
2,4833 4,75157
,608 -7,5896
12,5562 St.3
-,0800 4,75157
,987 -10,1529
9,9929 St.4
1,6667 4,75157
,730 -8,4062
11,7396 St.5
-,7467 4,75157
,877 -10,8196
9,3262 St.6
,1067 4,75157
,982 -9,9662
10,1796 St.7
-,6133 4,75157
,899 -10,6862
9,4596
Lampiran 4 Lanjutan
Dependent Variable
STASIUN I
STASIUN J
Mean Difference
I-J Std.
Error Sig.
95 Confidence Interval
Lower Bound
Upper Bound
NH3-N St.1
St.2 ,0133
,02115 ,537
-,0315 ,0582
St.3 ,0533
,02115 ,023
,0085 ,0982
St.4 ,0633
,02115 ,009
,0185 ,1082
St.5 ,1367
,02115 ,000
,0918 ,1815
St.6 ,1500
,02115 ,000
,1052 ,1948
St.7 ,1667
,02115 ,000
,1218 ,2115
St.8 ,1767
,02115 ,000
,1318 ,2215
St.2 St.1
-,0133 ,02115
,537 -,0582
,0315 St.3
,0400 ,02115
,077 -,0048
,0848 St.4
,0500 ,02115
,031 ,0052
,0948 St.5
,1233 ,02115
,000 ,0785
,1682 St.6
,1367 ,02115
,000 ,0918
,1815 St.7
,1533 ,02115
,000 ,1085
,1982 St.8
,1633 ,02115
,000 ,1185
,2082 St.3
St.1 -,0533
,02115 ,023
-,0982 -,0085
St.2 -,0400
,02115 ,077
-,0848 ,0048
St.4 ,0100
,02115 ,643
-,0348 ,0548
St.5 ,0833
,02115 ,001
,0385 ,1282
St.6 ,0967
,02115 ,000
,0518 ,1415
St.7 ,1133
,02115 ,000
,0685 ,1582
St.8 ,1233
,02115 ,000
,0785 ,1682
St.4 St.1
-,0633 ,02115
,009 -,1082
-,0185 St.2
-,0500 ,02115
,031 -,0948
-,0052 St.3
-,0100 ,02115
,643 -,0548
,0348 St.5
,0733 ,02115
,003 ,0285
,1182 St.6
,0867 ,02115
,001 ,0418
,1315 St.7
,1033 ,02115
,000 ,0585
,1482 St.8
,1133 ,02115
,000 ,0685
,1582 St.5
St.1 -,1367
,02115 ,000
-,1815 -,0918
St.2 -,1233
,02115 ,000
-,1682 -,0785
St.3 -,0833
,02115 ,001
-,1282 -,0385
St.4 -,0733
,02115 ,003
-,1182 -,0285
St.6 ,0133
,02115 ,537
-,0315 ,0582
St.7 ,0300
,02115 ,175
-,0148 ,0748
St.8 ,0400
,02115 ,077
-,0048 ,0848
St.6 St.1
-,1500 ,02115
,000 -,1948
-,1052 St.2
-,1367 ,02115
,000 -,1815
-,0918 St.3
-,0967 ,02115
,000 -,1415
-,0518 St.4
-,0867 ,02115
,001 -,1315
-,0418 St.5
-,0133 ,02115
,537 -,0582
,0315 St.7
,0167 ,02115
,442 -,0282
,0615 St.8
,0267 ,02115
,225 -,0182
,0715
Lampiran 4 Lanjutan
Dependent Variable
STASIUN I
STASIUN J
Mean Difference
I-J Std.
Error Sig.
95 Confidence Interval
Lower Bound
Upper Bound
NH3-N St.7
St.1 -,1667
,02115 ,000
-,2115 -,1218
St.2 -,1533
,02115 ,000
-,1982 -,1085
St.3 -,1133
,02115 ,000
-,1582 -,0685
St.4 -,1033
,02115 ,000
-,1482 -,0585
St.5 -,0300
,02115 ,175
-,0748 ,0148
St.6 -,0167
,02115 ,442
-,0615 ,0282
St.8 ,0100
,02115 ,643
-,0348 ,0548
St.8 St.1
-,1767 ,02115
,000 -,2215
-,1318 St.2
-,1633 ,02115
,000 -,2082
-,1185 St.3
-,1233 ,02115
,000 -,1682
-,0785 St.4
-,1133 ,02115
,000 -,1582
-,0685 St.5
-,0400 ,02115
,077 -,0848
,0048 St.6
-,0267 ,02115
,225 -,0715
,0182 St.7
-,0100 ,02115
,643 -,0548
,0348 NO2-N
St.1 St.2
-,01000 ,002853
,003 -,01605
-,00395 St.3
,05733 ,002853
,000 ,05129
,06338 St.4
,05733 ,002853
,000 ,05129
,06338 St.5
,05767 ,002853
,000 ,05162
,06371 St.6
,06067 ,002853
,000 ,05462
,06671 St.7
,06067 ,002853
,000 ,05462
,06671 St.8
,06000 ,002853
,000 ,05395
,06605 St.2
St.1 ,01000
,002853 ,003
,00395 ,01605
St.3 ,06733
,002853 ,000
,06129 ,07338
St.4 ,06733
,002853 ,000
,06129 ,07338
St.5 ,06767
,002853 ,000
,06162 ,07371
St.6 ,07067
,002853 ,000
,06462 ,07671
St.7 ,07067
,002853 ,000
,06462 ,07671
St.8 ,07000
,002853 ,000
,06395 ,07605
St.3 St.1
-,05733 ,002853
,000 -,06338
-,05129 St.2
-,06733 ,002853
,000 -,07338
-,06129 St.4
,00000 ,002853
1,000 -,00605
,00605 St.5
,00033 ,002853
,908 -,00571
,00638 St.6
,00333 ,002853
,260 -,00271
,00938 St.7
,00333 ,002853
,260 -,00271
,00938 St.8
,00267 ,002853
,364 -,00338
,00871 St.4
St.1 -,05733
,002853 ,000
-,06338 -,05129
St.2 -,06733
,002853 ,000
-,07338 -,06129
St.3 ,00000
,002853 1,000
-,00605 ,00605
St.5 ,00033
,002853 ,908
-,00571 ,00638
St.6 ,00333
,002853 ,260
-,00271 ,00938
St.7 ,00333
,002853 ,260
-,00271 ,00938
St.8 ,00267
,002853 ,364
-,00338 ,00871
Lampiran 4 Lanjutan
Dependent Variable
STASIUN I
STASIUN J
Mean Difference
I-J Std.
Error Sig.
95 Confidence Interval
Lower Bound
Upper Bound
NO2-N St.5
St.1 -,05767
,002853 ,000
-,06371 -,05162
St.2 -,06767
,002853 ,000
-,07371 -,06162
St.3 -,00033
,002853 ,908
-,00638 ,00571
St.4 -,00033
,002853 ,908
-,00638 ,00571
St.6 ,00300
,002853 ,309
-,00305 ,00905
St.7 ,00300
,002853 ,309
-,00305 ,00905
St.8 ,00233
,002853 ,425
-,00371 ,00838
St.6 St.1
-,06067 ,002853
,000 -,06671
-,05462 St.2
-,07067 ,002853
,000 -,07671
-,06462 St.3
-,00333 ,002853
,260 -,00938
,00271 St.4
-,00333 ,002853
,260 -,00938
,00271 St.5
-,00300 ,002853
,309 -,00905
,00305 St.7
,00000 ,002853
1,000 -,00605
,00605 St.8
-,00067 ,002853
,818 -,00671
,00538 St.7
St.1 -,06067
,002853 ,000
-,06671 -,05462
St.2 -,07067
,002853 ,000
-,07671 -,06462
St.3 -,00333
,002853 ,260
-,00938 ,00271
St.4 -,00333
,002853 ,260
-,00938 ,00271
St.5 -,00300
,002853 ,309
-,00905 ,00305
St.6 ,00000
,002853 1,000
-,00605 ,00605
St.8 -,00067
,002853 ,818
-,00671 ,00538
St.8 St.1
-,06000 ,002853
,000 -,06605
-,05395 St.2
-,07000 ,002853
,000 -,07605
-,06395 St.3
-,00267 ,002853
,364 -,00871
,00338 St.4
-,00267 ,002853
,364 -,00871
,00338 St.5
-,00233 ,002853
,425 -,00838
,00371 St.6
,00067 ,002853
,818 -,00538
,00671 St.7
,00067 ,002853
,818 -,00538
,00671 NO3-N
St.1 St.2
,2400 ,13384
,092 -,0437
,5237 St.3
,3833 ,13384
,011 ,0996
,6671 St.4
,2767 ,13384
,055 -,0071
,5604 St.5
,1733 ,13384
,214 -,1104
,4571 St.6
,2567 ,13384
,073 -,0271
,5404 St.7
,4900 ,13384
,002 ,2063
,7737 St.8
,5767 ,13384
,001 ,2929
,8604 St.2
St.1 -,2400
,13384 ,092
-,5237 ,0437
St.3 ,1433
,13384 ,300
-,1404 ,4271
St.4 ,0367
,13384 ,788
-,2471 ,3204
St.5 -,0667
,13384 ,625
-,3504 ,2171
St.6 ,0167
,13384 ,902
-,2671 ,3004
St.7 ,2500
,13384 ,080
-,0337 ,5337
St.8 ,3367
,13384 ,023
,0529 ,6204
Lampiran 4 Lanjutan
Dependent Variable
STASIUN I
STASIUN J
Mean Difference
I-J Std.
Error Sig.
95 Confidence Interval
Lower Bound
Upper Bound
NO3-N St.3
St.1 -,3833
,13384 ,011
-,6671 -,0996
St.2 -,1433
,13384 ,300
-,4271 ,1404
St.4 -,1067
,13384 ,437
-,3904 ,1771
St.5 -,2100
,13384 ,136
-,4937 ,0737
St.6 -,1267
,13384 ,358
-,4104 ,1571
St.7 ,1067
,13384 ,437
-,1771 ,3904
St.8 ,1933
,13384 ,168
-,0904 ,4771
St.4 St.1
-,2767 ,13384
,055 -,5604
,0071 St.2
-,0367 ,13384
,788 -,3204
,2471 St.3
,1067 ,13384
,437 -,1771
,3904 St.5
-,1033 ,13384
,451 -,3871
,1804 St.6
-,0200 ,13384
,883 -,3037
,2637 St.7
,2133 ,13384
,131 -,0704
,4971 St.8
,3000 ,13384
,040 ,0163
,5837 St.5
St.1 -,1733
,13384 ,214
-,4571 ,1104
St.2 ,0667
,13384 ,625
-,2171 ,3504
St.3 ,2100
,13384 ,136
-,0737 ,4937
St.4 ,1033
,13384 ,451
-,1804 ,3871
St.6 ,0833
,13384 ,542
-,2004 ,3671
St.7 ,3167
,13384 ,031
,0329 ,6004
St.8 ,4033
,13384 ,008
,1196 ,6871
St.6 St.1
-,2567 ,13384
,073 -,5404
,0271 St.2
-,0167 ,13384
,902 -,3004
,2671 St.3
,1267 ,13384
,358 -,1571
,4104 St.4
,0200 ,13384
,883 -,2637
,3037 St.5
-,0833 ,13384
,542 -,3671
,2004 St.7
,2333 ,13384
,100 -,0504
,5171 St.8
,3200 ,13384
,029 ,0363
,6037 St.7
St.1 -,4900
,13384 ,002
-,7737 -,2063
St.2 -,2500
,13384 ,080
-,5337 ,0337
St.3 -,1067
,13384 ,437
-,3904 ,1771
St.4 -,2133
,13384 ,131
-,4971 ,0704
St.5 -,3167
,13384 ,031
-,6004 -,0329
St.6 -,2333
,13384 ,100
-,5171 ,0504
St.8 ,0867
,13384 ,526
-,1971 ,3704
St.8 St.1
-,5767 ,13384
,001 -,8604
-,2929 St.2
-,3367 ,13384
,023 -,6204
-,0529 St.3
-,1933 ,13384
,168 -,4771
,0904 St.4
-,3000 ,13384
,040 -,5837
-,0163 St.5
-,4033 ,13384
,008 -,6871
-,1196 St.6
-,3200 ,13384
,029 -,6037
-,0363 St.7
-,0867 ,13384
,526 -,3704
,1971
Lampiran 4 Lanjutan
Dependent Variable
STASIUN I
STASIUN J
Mean Difference
I-J Std.
Error Sig.
95 Confidence Interval
Lower Bound
Upper Bound
H2PO4
-
St.1 St.2
,01000 ,014498
,500 -,02073
,04073 St.3
,01867 ,014498
,216 -,01207
,04940 St.4
,01500 ,014498
,316 -,01573
,04573 St.5
,09967 ,014498
,000 ,06893
,13040 St.6
,11333 ,014498
,000 ,08260
,14407 St.7
,14567 ,014498
,000 ,11493
,17640 St.8
,14967 ,014498
,000 ,11893
,18040 St.2
St.1 -,01000
,014498 ,500
-,04073 ,02073
St.3 ,00867
,014498 ,558
-,02207 ,03940
St.4 ,00500
,014498 ,735
-,02573 ,03573
St.5 ,08967
,014498 ,000
,05893 ,12040
St.6 ,10333
,014498 ,000
,07260 ,13407
St.7 ,13567
,014498 ,000
,10493 ,16640
St.8 ,13967
,014498 ,000
,10893 ,17040
St.3 St.1
-,01867 ,014498
,216 -,04940
,01207 St.2
-,00867 ,014498
,558 -,03940
,02207 St.4
-,00367 ,014498
,804 -,03440
,02707 St.5
,08100 ,014498
,000 ,05027
,11173 St.6
,09467 ,014498
,000 ,06393
,12540 St.7
,12700 ,014498
,000 ,09627
,15773 St.8
,13100 ,014498
,000 ,10027
,16173 St.4
St.1 -,01500
,014498 ,316
-,04573 ,01573
St.2 -,00500
,014498 ,735
-,03573 ,02573
St.3 ,00367
,014498 ,804
-,02707 ,03440
St.5 ,08467
,014498 ,000
,05393 ,11540
St.6 ,09833
,014498 ,000
,06760 ,12907
St.7 ,13067
,014498 ,000
,09993 ,16140
St.8 ,13467
,014498 ,000
,10393 ,16540
St.5 St.1
-,09967 ,014498
,000 -,13040
-,06893 St.2
-,08967 ,014498
,000 -,12040
-,05893 St.3
-,08100 ,014498
,000 -,11173
-,05027 St.4
-,08467 ,014498
,000 -,11540
-,05393 St.6
,01367 ,014498
,360 -,01707
,04440 St.7
,04600 ,014498
,006 ,01527
,07673 St.8
,05000 ,014498
,003 ,01927
,08073 St.6
St.1 -,11333
,014498 ,000
-,14407 -,08260
St.2 -,10333
,014498 ,000
-,13407 -,07260
St.3 -,09467
,014498 ,000
-,12540 -,06393
St.4 -,09833
,014498 ,000
-,12907 -,06760
St.5 -,01367
,014498 ,360
-,04440 ,01707
St.7 ,03233
,014498 ,040
,00160 ,06307
St.8 ,03633
,014498 ,023
,00560 ,06707
Lampiran 4 Lanjutan
Dependent Variable
STASIUN I
STASIUN J
Mean Difference
I-J Std.
Error Sig.
95 Confidence Interval
Lower Bound
Upper Bound
H2PO4
-
St.7 St.1
-,14567 ,014498
,000 -,17640
-,11493 St.2
-,13567 ,014498
,000 -,16640
-,10493 St.3
-,12700 ,014498
,000 -,15773
-,09627 St.4
-,13067 ,014498
,000 -,16140
-,09993 St.5
-,04600 ,014498
,006 -,07673
-,01527 St.6
-,03233 ,014498
,040 -,06307
-,00160 St.8
,00400 ,014498
,786 -,02673
,03473 St.8
St.1 -,14967
,014498 ,000
-,18040 -,11893
St.2 -,13967
,014498 ,000
-,17040 -,10893
St.3 -,13100
,014498 ,000
-,16173 -,10027
St.4 -,13467
,014498 ,000
-,16540 -,10393
St.5 -,05000
,014498 ,003
-,08073 -,01927
St.6 -,03633
,014498 ,023
-,06707 -,00560
St.7 -,00400
,014498 ,786
-,03473 ,02673
Pb St.1
St.2 ,00333
,061734 ,958
-,12754 ,13420
St.3 -,01333
,061734 ,832
-,14420 ,11754
St.4 -,10333
,061734 ,114
-,23420 ,02754
St.5 -,07333
,061734 ,252
-,20420 ,05754
St.6 -,08333
,061734 ,196
-,21420 ,04754
St.7 -,01667
,061734 ,791
-,14754 ,11420
St.8 -,01667
,061734 ,791
-,14754 ,11420
St.2 St.1
-,00333 ,061734
,958 -,13420
,12754 St.3
-,01667 ,061734
,791 -,14754
,11420 St.4
-,10667 ,061734
,103 -,23754
,02420 St.5
-,07667 ,061734
,232 -,20754
,05420 St.6
-,08667 ,061734
,179 -,21754
,04420 St.7
-,02000 ,061734
,750 -,15087
,11087 St.8
-,02000 ,061734
,750 -,15087
,11087 St.3
St.1 ,01333
,061734 ,832
-,11754 ,14420
St.2 ,01667
,061734 ,791
-,11420 ,14754
St.4 -,09000
,061734 ,164
-,22087 ,04087
St.5 -,06000
,061734 ,346
-,19087 ,07087
St.6 -,07000
,061734 ,274
-,20087 ,06087
St.7 -,00333
,061734 ,958
-,13420 ,12754
St.8 -,00333
,061734 ,958
-,13420 ,12754
St.4 St.1
,10333 ,061734
,114 -,02754
,23420 St.2
,10667 ,061734
,103 -,02420
,23754 St.3
,09000 ,061734
,164 -,04087
,22087 St.5
,03000 ,061734
,634 -,10087
,16087 St.6
,02000 ,061734
,750 -,11087
,15087 St.7
,08667 ,061734
,179 -,04420
,21754 St.8
,08667 ,061734
,179 -,04420
,21754
Lampiran 4 Lanjutan
Dependent Variable
STASIUN I
STASIUN J
Mean Difference
I-J Std.
Error Sig.
95 Confidence Interval
Lower Bound
Upper Bound
Pb St.5
St.1 ,07333
,061734 ,252
-,05754 ,20420
St.2 ,07667
,061734 ,232
-,05420 ,20754
St.3 ,06000
,061734 ,346
-,07087 ,19087
St.4 -,03000
,061734 ,634
-,16087 ,10087
St.6 -,01000
,061734 ,873
-,14087 ,12087
St.7 ,05667
,061734 ,372
-,07420 ,18754
St.8 ,05667
,061734 ,372
-,07420 ,18754
St.6 St.1
,08333 ,061734
,196 -,04754
,21420 St.2
,08667 ,061734
,179 -,04420
,21754 St.3
,07000 ,061734
,274 -,06087
,20087 St.4
-,02000 ,061734
,750 -,15087
,11087 St.5
,01000 ,061734
,873 -,12087
,14087 St.7
,06667 ,061734
,296 -,06420
,19754 St.8
,06667 ,061734
,296 -,06420
,19754 St.7
St.1 ,01667
,061734 ,791
-,11420 ,14754
St.2 ,02000
,061734 ,750
-,11087 ,15087
St.3 ,00333
,061734 ,958
-,12754 ,13420
St.4 -,08667
,061734 ,179
-,21754 ,04420
St.5 -,05667
,061734 ,372
-,18754 ,07420
St.6 -,06667
,061734 ,296
-,19754 ,06420
St.8 ,00000
,061734 1,000
-,13087 ,13087
St.8 St.1
,01667 ,061734
,791 -,11420
,14754 St.2
,02000 ,061734
,750 -,11087
,15087 St.3
,00333 ,061734
,958 -,12754
,13420 St.4
-,08667 ,061734
,179 -,21754
,04420 St.5
-,05667 ,061734
,372 -,18754
,07420 St.6
-,06667 ,061734
,296 -,19754
,06420 St.7
,00000 ,061734
1,000 -,13087
,13087 Cd
St.1 St.2
-,00467 ,005011
,366 -,01529
,00596 St.3
,00033 ,005011
,948 -,01029
,01096 St.4
-,00933 ,005011
,081 -,01996
,00129 St.5
-,00367 ,005011
,475 -,01429
,00696 St.6
-,00467 ,005011
,366 -,01529
,00596 St.7
,00167 ,005011
,744 -,00896
,01229 St.8
-,00100 ,005011
,844 -,01162
,00962 St.2
St.1 ,00467
,005011 ,366
-,00596 ,01529
St.3 ,00500
,005011 ,333
-,00562 ,01562
St.4 -,00467
,005011 ,366
-,01529 ,00596
St.5 ,00100
,005011 ,844
-,00962 ,01162
St.6 ,00000
,005011 1,000
-,01062 ,01062
St.7 ,00633
,005011 ,224
-,00429 ,01696
St.8 ,00367
,005011 ,475
-,00696 ,01429
Lampiran 4 Lanjutan
Dependent Variable
STASIUN I
STASIUN J
Mean Difference
I-J Std.
Error Sig.
95 Confidence Interval
Lower Bound
Upper Bound
Cd St.3
St.1 -,00033
,005011 ,948
-,01096 ,01029
St.2 -,00500
,005011 ,333
-,01562 ,00562
St.4 -,00967
,005011 ,072
-,02029 ,00096
St.5 -,00400
,005011 ,436
-,01462 ,00662
St.6 -,00500
,005011 ,333
-,01562 ,00562
St.7 ,00133
,005011 ,794
-,00929 ,01196
St.8 -,00133
,005011 ,794
-,01196 ,00929
St.4 St.1
,00933 ,005011
,081 -,00129
,01996 St.2
,00467 ,005011
,366 -,00596
,01529 St.3
,00967 ,005011
,072 -,00096
,02029 St.5
,00567 ,005011
,275 -,00496
,01629 St.6
,00467 ,005011
,366 -,00596
,01529 St.7
,01100 ,005011
,043 ,00038
,02162 St.8
,00833 ,005011
,116 -,00229
,01896 St.5
St.1 ,00367
,005011 ,475
-,00696 ,01429
St.2 -,00100
,005011 ,844
-,01162 ,00962
St.3 ,00400
,005011 ,436
-,00662 ,01462
St.4 -,00567
,005011 ,275
-,01629 ,00496
St.6 -,00100
,005011 ,844
-,01162 ,00962
St.7 ,00533
,005011 ,303
-,00529 ,01596
St.8 ,00267
,005011 ,602
-,00796 ,01329
St.6 St.1
,00467 ,005011
,366 -,00596
,01529 St.2
,00000 ,005011
1,000 -,01062
,01062 St.3
,00500 ,005011
,333 -,00562
,01562 St.4
-,00467 ,005011
,366 -,01529
,00596 St.5
,00100 ,005011
,844 -,00962
,01162 St.7
,00633 ,005011
,224 -,00429
,01696 St.8
,00367 ,005011
,475 -,00696
,01429 St.7
St.1 -,00167
,005011 ,744
-,01229 ,00896
St.2 -,00633
,005011 ,224
-,01696 ,00429
St.3 -,00133
,005011 ,794
-,01196 ,00929
St.4 -,01100
,005011 ,043
-,02162 -,00038
St.5 -,00533
,005011 ,303
-,01596 ,00529
St.6 -,00633
,005011 ,224
-,01696 ,00429
St.8 -,00267
,005011 ,602
-,01329 ,00796
St.8 St.1
,00100 ,005011
,844 -,00962
,01162 St.2
-,00367 ,005011
,475 -,01429
,00696 St.3
,00133 ,005011
,794 -,00929
,01196 St.4
-,00833 ,005011
,116 -,01896
,00229 St.5
-,00267 ,005011
,602 -,01329
,00796 St.6
-,00367 ,005011
,475 -,01429
,00696 St.7
,00267 ,005011
,602 -,00796
,01329 Based on observed means.
The mean difference is significant at the ,05 level.
Lampiran 5 Hasil test multivariat logam berat pada hewan karang Manova
Effect Value
F Hypothesis
df Error
df Sig.
Intercept Pillais Trace 1,000
17934,620a 2,000
7,000 ,000
Wilks Lambda ,000
17934,620a 2,000
7,000 ,000
Roys Largest Root 5124,177
17934,620a 2,000
7,000 ,000
Stasiun Pillais Trace
1,445 6,941
6,000 16,000
,001 Wilks Lambda
,002 56,117
a 6,000
14,000 ,000
Roys Largest Root 345,547
921,457b 3,000
8,000 ,000
a Exact statistic b The statistic is an upper bound on F that yields a lower bound on the significance level.
c Design: Intercept+Stasiun
Lampiran 6 Test pengaruh antar variabel logam berat pada hewan karang Manova
Source Dependent
Variable Type III
Sum of Squares
df Mean
Square F
Sig.
Corrected Model Pb
2,038a 3
,679 911,445
,000 Cd
,005b 3
,002 9,125
,006 Intercept
Pb 30,004
1 30,004
40260,609 ,000
Cd ,107
1 ,107
555,674 ,000
Stasiun Pb
2,038 3
,679 911,445
,000
Cd ,005
3 ,002
9,125 ,006
Error Pb
,006 8
,001 Cd
,002 8
,000 Total
Pb 32,048
12 Cd
,113 12
Corrected Total Pb
2,044 11
Cd ,007
11 a R Squared = ,997 Adjusted R Squared = ,996
b R Squared = ,774 Adjusted R Squared = ,689
Lampiran 7 Perbandingan variabel logam berat pada hewan karang antar stasiun pengamatan Manova
Dependent Variable
STASIUN I
STASIUN J
Mean Difference
I-J Std.
Error Sig.
95 Confidence Interval
Lower Bound
Upper Bound
Pb St.3
St.4 ,71600 ,022290
,000 ,66460
,76740 St.5
1,14333 ,022290 ,000
1,09193 1,19473
St.6 ,74500 ,022290
,000 ,69360
,79640 St.4
St.3 -,71600 ,022290
,000 -,76740
-,66460 St.5
,42733 ,022290 ,000
,37593 ,47873
St.6 ,02900 ,022290
,229 -,02240
,08040 St.5
St.3 -1,14333 ,022290
,000 -1,19473
-1,09193 St.4
-,42733 ,022290 ,000
-,47873 -,37593
St.6 -,39833 ,022290
,000 -,44973
-,34693 St.6
St.3 -,74500 ,022290
,000 -,79640
-,69360 St.4
-,02900 ,022290 ,229
-,08040 ,02240
St.5 ,39833 ,022290
,000 ,34693
,44973 Cd
St.3 St.4
,03233 ,011309 ,021
,00626 ,05841
St.5 ,04633 ,011309
,003 ,02026
,07241 St.6
,05500 ,011309 ,001
,02892 ,08108
St.4 St.3
-,03233 ,011309 ,021
-,05841 -,00626
St.5 ,01400 ,011309
,251 -,01208
,04008 St.6
,02267 ,011309 ,080
-,00341 ,04874
St.5 St.3
-,04633 ,011309 ,003
-,07241 -,02026
St.4 -,01400 ,011309
,251 -,04008
,01208 St.6
,00867 ,011309 ,465
-,01741 ,03474
St.6 St.3
-,05500 ,011309 ,001
-,08108 -,02892
St.4 -,02267 ,011309
,080 -,04874
,00341 St.5
-,00867 ,011309 ,465
-,03474 ,01741
Based on observed means. The mean difference is significant at the ,05 level.
Lampiran 8 Akar ciri dan persentase total ragam Analisis Komponen Utama
Value Number
Eigenvalue Total
variance Cumulative
Eigenvalue Cumulative
1 9,92
58,34 9,92
58,34 2
4,13 24,3
14,05 82,64
3 1,36
7,97 15,40
90,61 4
0,84 4,96
16,25 95,57
5 0,59
3,47 16,84
99,04 6
0,10 0,59
16,94 99,63
7 0,06
0,37 17,00
100,00
Lampiran 9 Faktor koordinat dan kontribusi variabel kualitas air Analisis Komponen Utama
Variabel Koordinat
Kontribusi Faktor 1
Faktor 2 Faktor 1
Faktor 2
Suhu 0,9214
-0,1686 0,0856
0,0069 Kekeruhan
0,9111 0,3152
0,0837 0,0240
TSS 0,9394
0,2498 0,0890
0,0151 Salinitas
-0,9620 0,1524
0,0933 0,0056
pH -0,9274
0,2423 0,0867
0,0142 DO
-0,9222 -0,0106
0,0857 0,0000
Saturasi O2 -0,8955
0,1751 0,0809
0,0074 BOD5
0,2548 0,8985
0,0065 0,1955
TOM -0,8497
-0,0419 0,0728
0,0004 NH3-N
0,9042 0,2597
0,0824 0,0163
NO2-N 0,8831
-0,2600 0,0786
0,0164 NO3-N
0,7481 0,3960
0,0564 0,0380
H2PO4
-
0,8079 0,4606
0,0658 0,0514
Pd air -0,4298
0,7302 0,0186
0,1291 Cd air
-0,0135 0,6421
0,0000 0,0998
Pb karang -0,2560
0,8759 0,0066
0,1857 Cd karang
-0,2675 0,8955
0,0072 0,1941
Lampiran 10 Faktor koordinat dan kontribusi stasiun pengamatan Analisis Komponen Utama
Stasiun Koordinat
Kontribusi Faktor 1
Faktor 2 Faktor 1
Faktor 2
St.1 6,3409
-0,8504 57,915
2,5011 St.2
2,8784 -1,0632
11,934 3,9092
St.3 -0,1297
1,6170 0,0242
9,043 St.4
-0,1275 2,8824
0,0234 28,734
St.5 -2,0563
1,1723 6,0908
4,7529 St.6
-1,5881 1,3229
3,6329 6,0522
St.7 -2,5907
-2,3110 9,6674
18,471 St.8
-2,7271 -2,7700
10,712 26,537
Lampiran 11 Korelasi antar variabel kualitas air Analisis Komponen Utama
Variabel Suhu
Kekeru han
TSS
Salinitas
pH DO
Sat. O2 BOD5
TOM NH3-N
NO2-N NO3-N PO4-P
Pb air Cd air
Pb karang
Cd karang
Suhu 1,000
0,814 0,826
-0,957 -0,953
-0,864 -0,855
0,183 -0,633
0,724 0,792
0,673 0,590
-0,561 -0,319
-0,299 -0,344
Kekeruhan 0,814
1,000 0,984
-0,830 -0,774
-0,770 -0,684
0,527 -0,681
0,930 0,727
0,840 0,898
-0,252 0,048
0,081 0,096
TSS 0,826
0,984 1,000
-0,850 -0,794
-0,787 -0,703
0,455 -0,763
0,937 0,814
0,856 0,885
-0,263 0,105
-0,031 -0,021
Salinitas -0,957
-0,830 -0,850
1,000 0,993
0,925 0,906
-0,169 0,741
-0,765 -0,822
-0,720 -0,641 0,476
0,176 0,382
0,394 pH
-0,953 -0,774
-0,794 0,993
1,000 0,903
0,890 -0,101
0,684 -0,698
-0,793 -0,669 -0,559
0,521 0,266
0,450 0,463
DO -0,864
-0,770 -0,787
0,925 0,903
1,000 0,956
-0,305 0,827
-0,782 -0,702
-0,622 -0,711 0,308
-0,013 0,217
0,256 Saturasi O2
-0,855 -0,684
-0,703 0,906
0,890 0,956
1,000 -0,076
0,825 -0,743
-0,756 -0,482 -0,642
0,480 0,077
0,338 0,382
BOD5 0,183
0,527 0,455
-0,169 -0,101
-0,305 -0,076
1,000 -0,130
0,386 -0,113
0,593 0,535
0,562 0,395
0,763 0,755
TOM -0,633
-0,681 -0,763
0,741 0,684
0,827 0,825
-0,130 1,000
-0,836 -0,836
-0,545 -0,777 0,227
-0,376 0,285
0,301 NH3-N
0,724 0,930
0,937 -0,765
-0,698 -0,782
-0,743 0,386
-0,836 1,000
0,788 0,658
0,973 -0,321
0,163 0,031
0,037 NO2-N
0,792 0,727
0,814 -0,822
-0,793 -0,702
-0,756 -0,113
-0,836 0,788
1,000 0,591
0,639 -0,573
-0,008 -0,513
-0,517 NO3-N
0,673 0,840
0,856 -0,720
-0,669 -0,622
-0,482 0,593
-0,545 0,658
0,591 1,000
0,639 0,115
0,266 0,043
0,073 H2PO4
-
0,590 0,898
0,885 -0,641
-0,559 -0,711
-0,642 0,535
-0,777 0,973
0,639 0,639
1,000 -0,133
0,302 0,234
0,246 Pb air
-0,561 -0,252
-0,263 0,476
0,521 0,308
0,480 0,562
0,227 -0,321
-0,573 0,115 -0,133
1,000 0,741
0,571 0,600
Cd air -0,319
0,048 0,105
0,176 0,266
-0,013 0,077
0,395 -0,376
0,163 -0,008
0,266 0,302
0,741 1,000
0,329 0,359
Pb karang -0,299
0,081 -0,031
0,382 0,450
0,217 0,338
0,763 0,285
0,031 -0,513
0,043 0,234
0,571 0,329
1,000 0,986
Cd karang -0,344
0,096 -0,021
0,394 0,463
0,256 0,382
0,755 0,301
0,037 -0,517
0,073 0,246
0,600 0,359
0,986 1,000
Lampiran 12 Mean dan standar deviasi Analisis Kelompok
Stasiun Mean
Std.Dev.
St.1 14,242
21,004 St.2
14,517 22,381
St.3 14,905
23,109 St.4
14,604 22,952
St.5 15,128
24,461 St.6
14,643 23,402
St.7 14,573
24,093 St.8
13,965 22,92
Lampiran 13 Jarak Euclidean Analisis Kelompok
Stasiun Jarak Euclidean
St.1 St.2
St.3 St.4
St.5 St.6
St.7 St.8
St.1 0,00
9,30 14,20
14,00 20,90
17,40 21,10
19,00
St.2 9,30
0,00 5,90
5,20 11,90
8,80 12,30
11,70
St.3
14,20 5,90
0,00 2,50
7,20 4,30
7,90 8,90
St.4 14,00
5,20 2,50
0,00 7,80
3,80 7,70
7,70
St.5
20,90 11,90
7,20 7,80
0,00 5,40
4,50 10,10
St.6 17,40
8,80 4,30
3,80 5,40
0,00 4,10
5,70
St.7 21,10
12,30 7,90
7,70 4,50
4,10 0,00
6,30
St.8 19,00
11,70 8,90
7,70 10,10
5,70 6,30
0,00
Lampiran 14 Pengelompokan stasiun berdasarkan hubungan jarak Analisis Kelompok
Hubungan Jarak
Pengelompokan Obj. No. Obj. No. Obj. No. Obj. No. Obj. No. Obj. No. Obj. No. Obj. No.
1 2
3 4
5 6
7 8
2,479 St.3
St.4 -
- -
- -
- 3,831
St.3 St.4
St.6 -
- -
- -
4,061 St.3
St.4 St.6
St.7 -
- -
- 4,485
St.3 St.4
St.6 St.7
St.5 -
- -
5,194 St.2
St.3 St.4
St.6 St.7
St.5 -
- 5,722
St.2 St.3
St.4 St.6
St.7 St.5
St.8 -
9,344 St.1
St.2 St.3
St.4 St.6
St.7 St.5
St.8
Lampiran 15 Akar ciri dan persentase total ragam Analisis Komponen Utama
Value Number
Eigenvalue Total
variance Cumulative
Eigenvalue Cumulative
1 18,81
45,89 18,81
45,89 2
12,6 30,74
31,42 76,63
3 9,58
23,37 41,00
100,00
Lampiran 16 Faktor koordinat dan kontribusi variabel kualitas air, genera karang
keras dan IMK Analisis Komponen Utama
Variabel Koordinat
Kontribusi Faktor 1
Faktor 2 Faktor 1
Faktor 2
Suhu 0,4115
0,7632 0,0090
0,0462 Kekeruhan
0,9244 -0,0230
0,0454 0,0000
TSS 0,8937
-0,3069 0,0424
0,0075 Salinitas
-0,8799 0,2719
0,0411 0,0059
pH -0,9355
-0,0206 0,0465
0,0000 DO
-0,4494 0,5569
0,0107 0,0246
Saturasi O2 -0,6095
0,3642 0,0197
0,0105 BOD5
0,4092 -0,5294
0,0089 0,0222
TOM -0,2019
0,8660 0,0022
0,0595 NH3-N
0,9174 -0,3980
0,0447 0,0126
NO2-N 0,6257
-0,3886 0,0208
0,0120 NO3-N
-0,8872 -0,1329
0,0418 0,0014
PO4-P 0,8678
-0,4969 0,0400
0,0196 Pb Air
-0,7162 -0,6844
0,0372 0,0273
Cd Air -0,4323
-0,8843 0,0099
0,0620 Pb Karang
0,8921 0,2504
0,0423 0,0050
Cd Karang 0,9925
0,0826 0,0524
0,0005 IMK
0,4714 0,8781
0,0118 0,0612
Acropora -0,0759
-0,9971 0,0003
0,0789 Favia
0,8796 -0,4623
0,0411 0,0170
Fungia 0,9803
0,1918 0,0511
0,0029 Heliofungi
0,8924 0,4511
0,0423 0,0161
Pocillopora 0,8924
0,4511 0,0423
0,0161 Echinopora
0,8924 0,4511
0,0423 0,0161
Platygyra 0,8924
0,4511 0,0423
0,0161 Porites
-0,9469 0,1534
0,0477 0,0019
Seriatopora -0,1899
0,5840 0,0019
0,0271 Montipora
-0,6294 -0,6722
0,0211 0,0358
Sandalolita 0,1232
-0,9849 0,0008
0,0770 Phachyseris
0,1232 -0,9849
0,0008 0,0770
Pectinia -0,4478
-0,0592 0,0107
0,0003 Millepora
-0,2002 -0,8427
0,0021 0,0563
Heliopora -0,4351
-0,6470 0,0101
0,0332 Pavona
0,1232 -0,9849
0,0008 0,0770
Oxypora -0,4533
0,1737 0,0109
0,0024 Styllopora
-0,4533 0,1737
0,0109 0,0024
Lampiran 16 Lanjutan
Variabel Koordinat
Kontribusi Faktor 1
Faktor 2 Faktor 1
Faktor 2
Leptoseris -0,8241
0,4668 0,0361
0,0173 Euphyllia
-0,5624 0,3601
0,0168 0,0103
Goniastrea -0,5624
0,3601 0,0168
0,0103 Goniophora
-0,5624 0,3601
0,0168 0,0103
Lobophylla -0,5624
0,3601 0,0168
0,0103
Lampiran 17 Faktor koordinat dan kontribusi stasiun pengama tan karang
Analisis Komponen Utama
Stasiun Koordinat
Kontribusi Faktor 1
Faktor 2 Faktor 1
Faktor 2
St.3 5,8065
2,4022 59,7329
15,262 St.4
0,8016 -5,2448
1,1384 72,7499
St.5 -2,9491
0,9249 15,4082
2,2622 St.6
-3,6591 1,9177
23,7204 9,7259
Lampiran 18 Korelasi Antar Variabel kualitas air, genera karang keras dan IMK Analisis Komponen Utama
Variabel Suhu
Kekeruhan TSS
Salinitas pH
DO Saturasi
O2 BOD5
Suhu 1,000
0,173 -0,030
-0,349 -0,577
-0,108 -0,324
0,135 Kekeruhan
0,173 1,000
0,958 -0,671
-0,730 -0,162
-0,304 0,108
TSS -0,030
0,958 1,000
-0,742 -0,714
-0,344 -0,426
0,285 Salinitas
-0,349 -0,671
-0,742 1,000
0,955 0,819
0,910 -0,794
pH -0,577
-0,730 -0,714
0,955 1,000
0,655 0,811
-0,634 DO
-0,108 -0,162
-0,344 0,819
0,655 1,000
0,969 -0,998
Saturasi O2 -0,324
-0,304 -0,426
0,910 0,811
0,969 1,000
-0,966 BOD5
0,135 0,108
0,285 -0,794
-0,634 -0,998
-0,966 1,000
TOM 0,350
-0,032 -0,297
0,591 0,332
0,893 0,761
-0,881 NH3-N
0,072 0,858
0,943 -0,914
-0,849 -0,632
-0,702 0,584
NO2-N -0,376
0,845 0,900
-0,393 -0,339
-0,025 -0,047
-0,041 NO3-N
-0,687 -0,649
-0,607 0,917
0,989 0,633
0,804 -0,621
PO4-P -0,018
0,811 0,926
-0,902 -0,804
-0,672 -0,715
0,624 Pb Air
-0,749 -0,698
-0,475 0,391
0,636 -0,155
0,091 0,171
Cd Air -0,765
-0,446 -0,173
0,071 0,360
-0,422 -0,183
0,422 Pb Karang
0,746 0,676
0,597 -0,863
-0,972 -0,524
-0,717 0,512
Cd Karang 0,426
0,950 0,891
-0,816 -0,898
-0,337 -0,511
0,295 IMK
0,905 0,385
0,125 -0,208
-0,488 0,220
-0,025 -0,211
Acropora -0,789
-0,050 0,236
-0,207 0,089
-0,526 -0,322
0,502 Favia
0,065 0,781
0,891 -0,944
-0,853 -0,731
-0,784 0,688
Fungia 0,526
0,920 0,833
-0,792 -0,904
-0,301 -0,494
0,264 Heliofungi
0,716 0,812
0,656 -0,666
-0,847 -0,156
-0,385 0,133
Pocillopora 0,716
0,812 0,656
-0,666 -0,847
-0,156 -0,385
0,133 Echinopora
0,716 0,812
0,656 -0,666
-0,847 -0,156
-0,385 0,133
Platygyra 0,716
0,812 0,656
-0,666 -0,847
-0,156 -0,385
0,133 Porites
-0,132 -0,986
-0,986 0,765
0,783 0,314
0,434 -0,259
Seriatopora 0,761
-0,489 -0,607
0,018 -0,113
-0,141 -0,227
0,200 Montipora
-0,578 -0,715
-0,484 0,219
0,465 -0,364
-0,136 0,388
Sandalolita -0,640
0,090 0,373
-0,424 -0,138
-0,689 -0,520
0,662 Phachyseris
-0,640 0,090
0,373 -0,424
-0,138 -0,689
-0,520 0,662
Pectinia -0,674
-0,073 -0,090
0,726 0,735
0,791 0,880
-0,815 Millepora
-0,975 0,025
0,243 0,142
0,381 -0,030
0,167 -0,007
Heliopora -0,361
-0,626 -0,395
-0,037 0,200
-0,602 -0,411
0,630 Pavona
-0,640 0,090
0,373 -0,424
-0,138 -0,689
-0,520 0,662
Oxypora -0,490
-0,090 -0,172
0,787 0,729
0,911 0,955
-0,927 Styllopora
-0,490 -0,090
-0,172 0,787
0,729 0,911
0,955 -0,927
Leptoseris 0,177
-0,895 -0,985
0,727 0,648
0,406 0,446
-0,346 Euphyllia
0,414 -0,812
-0,857 0,303
0,256 -0,067
-0,050 0,133
Goniastrea 0,414
-0,812 -0,857
0,303 0,256
-0,067 -0,050
0,133 Goniophora
0,414 -0,812
-0,857 0,303
0,256 -0,067
-0,050 0,133
Lobophylla 0,414
-0,812 -0,857
0,303 0,256
-0,067 -0,050
0,133
Lampiran 18 Lanjutan
Variabel TOM
NH3-N NO2-N
NO3-N PO4-P
Pb Air Cd Air
Pb Karang Suhu
0,350 0,072
-0,376 -0,687
-0,018 -0,749
-0,765 0,746
Kekeruhan -0,032
0,858 0,845
-0,649 0,811
-0,698 -0,446
0,676 TSS
-0,297 0,943
0,900 -0,607
0,926 -0,475
-0,173 0,597
Salinitas 0,591
-0,914 -0,393
0,917 -0,902
0,391 0,071
-0,863 pH
0,332 -0,849
-0,339 0,989
-0,804 0,636
0,360 -0,972
DO 0,893
-0,632 -0,025
0,633 -0,672
-0,155 -0,422
-0,524 Saturasi O2
0,761 -0,702
-0,047 0,804
-0,715 0,091
-0,183 -0,717
BOD5 -0,881
0,584 -0,041
-0,621 0,624
0,171 0,422
0,512 TOM
1,000 -0,528
-0,154 0,266
-0,609 -0,511
-0,759 -0,135
NH3-N -0,528
1,000 0,731
-0,760 0,994
-0,385 -0,045
0,718 NO2-N
-0,154 0,731
1,000 -0,205
0,731 -0,275
-0,046 0,207
NO3-N 0,266
-0,760 -0,205
1,000 -0,707
0,666 0,423
-0,991 PO4-P
-0,609 0,994
0,731 -0,707
1,000 -0,280
0,066 0,653
Pb Air -0,511
-0,385 -0,275
0,666 -0,280
1,000 0,939
-0,759 Cd Air
-0,759 -0,045
-0,046 0,423
0,066 0,939
1,000 -0,541
Pb Karang -0,135
0,718 0,207
-0,991 0,653
-0,759 -0,541
1,000 Cd Karang
-0,088 0,878
0,650 -0,852
0,820 -0,780
-0,518 0,872
IMK 0,628
0,083 -0,102
-0,571 -0,027
-0,927 -0,966
0,671 Acropora
-0,851 0,327
0,335 0,197
0,430 0,738
0,916 -0,315
Favia -0,629
0,991 0,654
-0,769 0,994
-0,298 0,049
0,711 Fungia
-0,010 0,823
0,571 -0,874
0,755 -0,840
-0,602 0,905
Heliofungi 0,207
0,639 0,378
-0,855 0,550
-0,947 -0,783
0,912 Pocillopora
0,207 0,639
0,378 -0,855
0,550 -0,947
-0,783 0,912
Echinopora 0,207
0,639 0,378
-0,855 0,550
-0,947 -0,783
0,912 Platygyra
0,207 0,639
0,378 -0,855
0,550 -0,947
-0,783 0,912
Porites 0,195
-0,931 -0,843
0,695 -0,896
0,612 0,324
-0,700 Seriatopora
0,183 -0,409
-0,880 -0,258
-0,449 -0,156
-0,295 0,274
Montipora -0,633
-0,311 -0,396
0,476 -0,209
0,964 0,935
-0,583 Sandalolita
-0,934 0,505
0,378 -0,032
0,597 0,603
0,839 -0,091
Phachyseris -0,934
0,505 0,378
-0,032 0,597
0,603 0,839
-0,091 Pectinia
0,447 -0,384
0,346 0,799
-0,366 0,239
0,089 -0,750
Millepora -0,461
0,153 0,540
0,510 0,241
0,652 0,744
-0,578 Heliopora
-0,759 -0,144
-0,444 0,195
-0,051 0,840
0,871 -0,315
Pavona -0,934
0,505 0,378
-0,032 0,597
0,603 0,839
-0,091 Oxypora
0,642 -0,482
0,240 0,765
-0,486 0,086
-0,112 -0,690
Styllopora 0,642
-0,482 0,240
0,765 -0,486
0,086 -0,112
-0,690 Leptoseris
0,424 -0,943
-0,914 0,527
-0,945 0,315
0,000 -0,498
Euphyllia 0,085
-0,662 -0,995
0,122 -0,661
0,258 0,056
-0,132 Goniastrea
0,085 -0,662
-0,995 0,122
-0,661 0,258
0,056 -0,132
Goniophora 0,085
-0,662 -0,995
0,122 -0,661
0,258 0,056
-0,132 Lobophylla
0,085 -0,662
-0,995 0,122
-0,661 0,258
0,056 -0,132
Lampiran 18 Lanjutan
Variabel Cd
Karang IMK
Acropora Favia
Fungia Heliofu
ngia Pocillo
pora Echino
pora Suhu
0,426 0,905
-0,789 0,065
0,526 0,716
0,716 0,716
Kekeruhan 0,950
0,385 -0,050
0,781 0,920
0,812 0,812
0,812 TSS
0,891 0,125
0,236 0,891
0,833 0,656
0,656 0,656
Salinitas -0,816
-0,208 -0,207
-0,944 -0,792
-0,666 -0,666
-0,666 pH
-0,898 -0,488
0,089 -0,853
-0,904 -0,847
-0,847 -0,847
DO -0,337
0,220 -0,526
-0,731 -0,301
-0,156 -0,156
-0,156 Saturasi O2
-0,511 -0,025
-0,322 -0,784
-0,494 -0,385
-0,385 -0,385
BOD5 0,295
-0,211 0,502
0,688 0,264
0,133 0,133
0,133 TOM
-0,088 0,628
-0,851 -0,629
-0,010 0,207
0,207 0,207
NH3-N 0,878
0,083 0,327
0,991 0,823
0,639 0,639
0,639 NO2-N
0,650 -0,102
0,335 0,654
0,571 0,378
0,378 0,378
NO3-N -0,852
-0,571 0,197
-0,769 -0,874
-0,855 -0,855
-0,855 PO4-P
0,820 -0,027
0,430 0,994
0,755 0,550
0,550 0,550
Pb Air -0,780
-0,927 0,738
-0,298 -0,840
-0,947 -0,947
-0,947 Cd Air
-0,518 -0,966
0,916 0,049
-0,602 -0,783
-0,783 -0,783
Pb Karang 0,872
0,671 -0,315
0,711 0,905
0,912 0,912
0,912 Cd Karang
1,000 0,533
-0,158 0,825
0,993 0,922
0,922 0,922
IMK 0,533
1,000 -0,911
0,018 0,627
0,818 0,818
0,818 Acropora
-0,158 -0,911
1,000 0,395
-0,266 -0,518
-0,518 -0,518
Favia 0,825
0,018 0,395
1,000 0,768
0,577 0,577
0,577 Fungia
0,993 0,627
-0,266 0,768
1,000 0,961
0,961 0,961
Heliofungi 0,922
0,818 -0,518
0,577 0,961
1,000 1,000
1,000 Pocillopora
0,922 0,818
-0,518 0,577
0,961 1,000
1,000 1,000
Echinopora 0,922
0,818 -0,518
0,577 0,961
1,000 1,000
1,000 Platygyra
0,922 0,818
-0,518 0,577
0,961 1,000
1,000 1,000
Porites -0,953
-0,289 -0,079
-0,872 -0,912
-0,774 -0,774
-0,774 Seriatopora
-0,212 0,488
-0,563 -0,348
-0,111 0,101
0,101 0,101
Montipora -0,716
-0,855 0,721
-0,199 -0,764
-0,862 -0,862
-0,862 Sandalolita
0,030 -0,797
0,974 0,577
-0,074 -0,333
-0,333 -0,333
Phachyseris 0,030
-0,797 0,974
0,577 -0,074
-0,333 -0,333
-0,333 Pectinia
-0,369 -0,336
0,087 -0,467
-0,408 -0,434
-0,434 -0,434
Millepora -0,223
-0,875 0,852
0,157 -0,334
-0,563 -0,563
-0,563 Heliopora
-0,542 -0,722
0,682 -0,013
-0,580 -0,675
-0,675 -0,675
Pavona 0,030
-0,797 0,974
0,577 -0,074
-0,333 -0,333
-0,333 Oxypora
-0,357 -0,133
-0,145 -0,577
-0,370 -0,333
-0,333 -0,333
Styllopora -0,357
-0,133 -0,145
-0,577 -0,370
-0,333 -0,333
-0,333 Leptoseris
-0,808 0,048
-0,401 -0,905
-0,734 -0,522
-0,522 -0,522
Euphyllia -0,596
0,112 -0,311
-0,577 -0,518
-0,333 -0,333
-0,333 Goniastrea
-0,596 0,112
-0,311 -0,577
-0,518 -0,333
-0,333 -0,333
Goniophora -0,596
0,112 -0,311
-0,577 -0,518
-0,333 -0,333
-0,333 Lobophylla
-0,596 0,112
-0,311 -0,577
-0,518 -0,333
-0,333 -0,333
Lampiran 18 Lanjutan
Variabel Platy
gyra Porites
Seriato pora
Montip ora
Sanda lolita
Phachy seris
Pectini a
Mille pora
Suhu 0,716
-0,132 0,761
-0,578 -0,640
-0,640 -0,674
-0,975 Kekeruhan
0,812 -0,986
-0,489 -0,715
0,090 0,090
-0,073 0,025
TSS 0,656
-0,986 -0,607
-0,484 0,373
0,373 -0,090
0,243 Salinitas
-0,666 0,765
0,018 0,219
-0,424 -0,424
0,726 0,142
pH -0,847
0,783 -0,113
0,465 -0,138
-0,138 0,735
0,381 DO
-0,156 0,314
-0,141 -0,364
-0,689 -0,689
0,791 -0,030
Saturasi O2 -0,385
0,434 -0,227
-0,136 -0,520
-0,520 0,880
0,167 BOD5
0,133 -0,259
0,200 0,388
0,662 0,662
-0,815 -0,007
TOM 0,207
0,195 0,183
-0,633 -0,934
-0,934 0,447
-0,461 NH3-N
0,639 -0,931
-0,409 -0,311
0,505 0,505
-0,384 0,153
NO2-N 0,378
-0,843 -0,880
-0,396 0,378
0,378 0,346
0,540 NO3-N
-0,855 0,695
-0,258 0,476
-0,032 -0,032
0,799 0,510
PO4-P 0,550
-0,896 -0,449
-0,209 0,597
0,597 -0,366
0,241 Pb Air
-0,947 0,612
-0,156 0,964
0,603 0,603
0,239 0,652
Cd Air -0,783
0,324 -0,295
0,935 0,839
0,839 0,089
0,744 Pb Karang
0,912 -0,700
0,274 -0,583
-0,091 -0,091
-0,750 -0,578
Cd Karang 0,922
-0,953 -0,212
-0,716 0,030
0,030 -0,369
-0,223 IMK
0,818 -0,289
0,488 -0,855
-0,797 -0,797
-0,336 -0,875
Acropora -0,518
-0,079 -0,563
0,721 0,974
0,974 0,087
0,852 Favia
0,577 -0,872
-0,348 -0,199
0,577 0,577
-0,467 0,157
Fungia 0,961
-0,912 -0,111
-0,764 -0,074
-0,074 -0,408
-0,334 Heliofungi
1,000 -0,774
0,101 -0,862
-0,333 -0,333
-0,434 -0,563
Pocillopora 1,000
-0,774 0,101
-0,862 -0,333
-0,333 -0,434
-0,563 Echinopora
1,000 -0,774
0,101 -0,862
-0,333 -0,333
-0,434 -0,563
Platygyra 1,000
-0,774 0,101
-0,862 -0,333
-0,333 -0,434
-0,563 Porites
-0,774 1,000
0,492 0,603
-0,233 -0,233
0,163 -0,081
Seriatopora 0,101
0,492 1,000
0,035 -0,503
-0,503 -0,654
-0,849 Montipora
-0,862 0,603
0,035 1,000
0,632 0,632
-0,026 0,498
Sandalolita -0,333
-0,233 -0,503
0,632 1,000
1,000 -0,106
0,745 Phachyseris
-0,333 -0,233
-0,503 0,632
1,000 1,000
-0,106 0,745
Pectinia -0,434
0,163 -0,654
-0,026 -0,106
-0,106 1,000
0,585 Millepora
-0,563 -0,081
-0,849 0,498
0,745 0,745
0,585 1,000
Heliopora -0,675
0,490 0,199
0,953 0,660
0,660 -0,326
0,319 Pavona
-0,333 -0,233
-0,503 0,632
1,000 1,000
-0,106 0,745
Oxypora -0,333
0,209 -0,503
-0,172 -0,333
-0,333 0,973
0,381 Styllopora
-0,333 0,209
-0,503 -0,172
-0,333 -0,333
0,973 0,381
Leptoseris -0,522
0,943 0,682
0,330 -0,522
-0,522 0,055
-0,389 Euphyllia
-0,333 0,798
0,905 0,402
-0,333 -0,333
-0,434 -0,563
Goniastrea -0,333
0,798 0,905
0,402 -0,333
-0,333 -0,434
-0,563 Goniophora
-0,333 0,798
0,905 0,402
-0,333 -0,333
-0,434 -0,563
Lobophylla -0,333
0,798 0,905
0,402 -0,333
-0,333 -0,434
-0,563
Lampiran 18 Lanjutan
Variabel Helio
pora Pavona
Oxypora Styllo
pora Lepto
seris Euphy
llia Gonias
trea Gonio
phora Suhu
-0,361 -0,640
-0,490 -0,490
0,177 0,414
0,414 0,414
Kekeruhan -0,626
0,090 -0,090
-0,090 -0,895
-0,812 -0,812
-0,812 TSS
-0,395 0,373
-0,172 -0,172
-0,985 -0,857
-0,857 -0,857
Salinitas -0,037
-0,424 0,787
0,787 0,727
0,303 0,303
0,303 pH
0,200 -0,138
0,729 0,729
0,648 0,256
0,256 0,256
DO -0,602
-0,689 0,911
0,911 0,406
-0,067 -0,067
-0,067 Saturasi O2
-0,411 -0,520
0,955 0,955
0,446 -0,050
-0,050 -0,050
BOD5 0,630
0,662 -0,927
-0,927 -0,346
0,133 0,133
0,133 TOM
-0,759 -0,934
0,642 0,642
0,424 0,085
0,085 0,085
NH3-N -0,144
0,505 -0,482
-0,482 -0,943
-0,662 -0,662
-0,662 NO2-N
-0,444 0,378
0,240 0,240
-0,914 -0,995
-0,995 -0,995
NO3-N 0,195
-0,032 0,765
0,765 0,527
0,122 0,122
0,122 PO4-P
-0,051 0,597
-0,486 -0,486
-0,945 -0,661
-0,661 -0,661
Pb Air 0,840
0,603 0,086
0,086 0,315
0,258 0,258
0,258 Cd Air
0,871 0,839
-0,112 -0,112
0,000 0,056
0,056 0,056
Pb Karang -0,315
-0,091 -0,690
-0,690 -0,498
-0,132 -0,132
-0,132 Cd Karang
-0,542 0,030
-0,357 -0,357
-0,808 -0,596
-0,596 -0,596
IMK -0,722
-0,797 -0,133
-0,133 0,048
0,112 0,112
0,112 Acropora
0,682 0,974
-0,145 -0,145
-0,401 -0,311
-0,311 -0,311
Favia -0,013
0,577 -0,577
-0,577 -0,905
-0,577 -0,577
-0,577 Fungia
-0,580 -0,074
-0,370 -0,370
-0,734 -0,518
-0,518 -0,518
Heliofungi -0,675
-0,333 -0,333
-0,333 -0,522
-0,333 -0,333
-0,333 Pocillopora
-0,675 -0,333
-0,333 -0,333
-0,522 -0,333
-0,333 -0,333
Echinopora -0,675
-0,333 -0,333
-0,333 -0,522
-0,333 -0,333
-0,333 Platygyra
-0,675 -0,333
-0,333 -0,333
-0,522 -0,333
-0,333 -0,333
Porites 0,490
-0,233 0,209
0,209 0,943
0,798 0,798
0,798 Seriatopora
0,199 -0,503
-0,503 -0,503
0,682 0,905
0,905 0,905
Montipora 0,953
0,632 -0,172
-0,172 0,330
0,402 0,402
0,402 Sandalolita
0,660 1,000
-0,333 -0,333
-0,522 -0,333
-0,333 -0,333
Phachyseris 0,660
1,000 -0,333
-0,333 -0,522
-0,333 -0,333
-0,333 Pectinia
-0,326 -0,106
0,973 0,973
0,055 -0,434
-0,434 -0,434
Millepora 0,319
0,745 0,381
0,381 -0,389
-0,563 -0,563
-0,563 Heliopora
1,000 0,660
-0,463 -0,463
0,257 0,478
0,478 0,478
Pavona 0,660
1,000 -0,333
-0,333 -0,522
-0,333 -0,333
-0,333 Oxypora
-0,463 -0,333
1,000 1,000
0,174 -0,333
-0,333 -0,333
Styllopora -0,463
-0,333 1,000
1,000 0,174
-0,333 -0,333
-0,333 Leptoseris
0,257 -0,522
0,174 0,174
1,000 0,870
0,870 0,870
Euphyllia 0,478
-0,333 -0,333
-0,333 0,870
1,000 1,000
1,000 Goniastrea
0,478 -0,333
-0,333 -0,333
0,870 1,000
1,000 1,000
Goniophora 0,478
-0,333 -0,333
-0,333 0,870
1,000 1,000
1,000 Lobophylla
0,478 -0,333
-0,333 -0,333
0,870 1,000
1,000 1,000
Lampiran 18 Lanjutan
Variabel Helio
pora Pavona
Oxypora Styllo
pora Lepto
seris Euphy
llia Gonias
trea Gonio
phora Lobo
phylla Suhu
-0,361 -0,640
-0,490 -0,490
0,177 0,414
0,414 0,414
0,414 Kekeruhan
-0,626 0,090
-0,090 -0,090
-0,895 -0,812
-0,812 -0,812
-0,812 TSS
-0,395 0,373
-0,172 -0,172
-0,985 -0,857
-0,857 -0,857
-0,857 Salinitas
-0,037 -0,424
0,787 0,787
0,727 0,303
0,303 0,303
0,303 pH
0,200 -0,138
0,729 0,729
0,648 0,256
0,256 0,256
0,256 DO
-0,602 -0,689
0,911 0,911
0,406 -0,067
-0,067 -0,067
-0,067 Saturasi O2
-0,411 -0,520
0,955 0,955
0,446 -0,050
-0,050 -0,050
-0,050 BOD5
0,630 0,662
-0,927 -0,927
-0,346 0,133
0,133 0,133
0,133 TOM
-0,759 -0,934
0,642 0,642
0,424 0,085
0,085 0,085
0,085 NH3-N
-0,144 0,505
-0,482 -0,482
-0,943 -0,662
-0,662 -0,662
-0,662 NO2-N
-0,444 0,378
0,240 0,240
-0,914 -0,995
-0,995 -0,995
-0,995 NO3-N
0,195 -0,032
0,765 0,765
0,527 0,122
0,122 0,122
0,122 PO4-P
-0,051 0,597
-0,486 -0,486
-0,945 -0,661
-0,661 -0,661
-0,661 Pb Air
0,840 0,603
0,086 0,086
0,315 0,258
0,258 0,258
0,258 Cd Air
0,871 0,839
-0,112 -0,112
0,000 0,056
0,056 0,056
0,056 Pb Karang
-0,315 -0,091
-0,690 -0,690
-0,498 -0,132
-0,132 -0,132
-0,132 Cd Karang
-0,542 0,030
-0,357 -0,357
-0,808 -0,596
-0,596 -0,596
-0,596 IMK
-0,722 -0,797
-0,133 -0,133
0,048 0,112
0,112 0,112
0,112 Acropora
0,682 0,974
-0,145 -0,145
-0,401 -0,311
-0,311 -0,311
-0,311 Favia
-0,013 0,577
-0,577 -0,577
-0,905 -0,577
-0,577 -0,577
-0,577 Fungia
-0,580 -0,074
-0,370 -0,370
-0,734 -0,518
-0,518 -0,518
-0,518 Heliofungi
-0,675 -0,333
-0,333 -0,333
-0,522 -0,333
-0,333 -0,333
-0,333 Pocillopora
-0,675 -0,333
-0,333 -0,333
-0,522 -0,333
-0,333 -0,333
-0,333 Echinopora
-0,675 -0,333
-0,333 -0,333
-0,522 -0,333
-0,333 -0,333
-0,333 Platygyra
-0,675 -0,333
-0,333 -0,333
-0,522 -0,333
-0,333 -0,333
-0,333 Porites
0,490 -0,233
0,209 0,209
0,943 0,798
0,798 0,798
0,798 Seriatopora
0,199 -0,503
-0,503 -0,503
0,682 0,905
0,905 0,905
0,905 Montipora
0,953 0,632
-0,172 -0,172
0,330 0,402
0,402 0,402
0,402 Sandalolita
0,660 1,000
-0,333 -0,333
-0,522 -0,333
-0,333 -0,333
-0,333 Phachyseris
0,660 1,000
-0,333 -0,333
-0,522 -0,333
-0,333 -0,333
-0,333 Pectinia
-0,326 -0,106
0,973 0,973
0,055 -0,434
-0,434 -0,434
-0,434 Millepora
0,319 0,745
0,381 0,381
-0,389 -0,563
-0,563 -0,563
-0,563 Heliopora
1,000 0,660
-0,463 -0,463
0,257 0,478
0,478 0,478
0,478 Pavona
0,660 1,000
-0,333 -0,333
-0,522 -0,333
-0,333 -0,333
-0,333 Oxypora
-0,463 -0,333
1,000 1,000
0,174 -0,333
-0,333 -0,333
-0,333 Styllopora
-0,463 -0,333
1,000 1,000
0,174 -0,333
-0,333 -0,333
-0,333 Leptoseris
0,257 -0,522
0,174 0,174
1,000 0,870
0,870 0,870
0,870 Euphyllia
0,478 -0,333
-0,333 -0,333
0,870 1,000
1,000 1,000
1,000 Goniastrea
0,478 -0,333
-0,333 -0,333
0,870 1,000
1,000 1,000
1,000 Goniophora
0,478 -0,333
-0,333 -0,333
0,870 1,000
1,000 1,000
1,000 Lobophylla
0,478 -0,333
-0,333 -0,333
0,870 1,000
1,000 1,000
1,000
Lampiran 19 Mean dan standar deviasi stasiun pengamatan karang Analisis Kelompok
Stasiun Mean
Std.Dev.
St.3 6,56
16,3 St.4
7,95 17,07
St.5 7,32
17,1 St.6
7,05 16,33
Lampiran 20 Jarak Euclidean untuk stasiun pengamatan karang Analisis Kelompok
Stasiun Jarak Euclidean
St.3 St.4
St.5 St.6
St.3
0,00 40,50
16,50 13,20
St.4 40,50
0,00 31,00
35,00
St.5 16,50
31,00 0,00
14,80
St.6
13,20 35,00
14,80 0,00
Lampiran 21 Pengelompokan stasiun pengamatan karang berdasarkan hubungan jarak Analisis Kelompok
Hubungan Jarak
Pengelompokan Obj. No. Obj. No. Obj. No. Obj. No.
1 2
3 4
13,20212 St.3
St.6 14,75229
St.3 St.6
St.5 31,01293
St.3 St.6
St.5 St.4
Lampiran 22 Akar ciri dan persentase faktor inertia Analisis Faktorial
Koresponden
Jumlah Faktor
Akar Ciri Inertia
Kumulatif Chi Squares
1 0,35
65,02 65,02
138,33 2
0,16 30,89
95,91 65,72
3 0,02
4,09 100,00
8,70
Lampiran 23 Faktor koordinat dan kontribusi lifeform Analisis Faktorial Koresponden
Lifeform Koordinat
Kontribusi Faktor 1
Faktor 2 Faktor 1
Faktor 2
DC -0,6090
-0,9615 0,2862
0,7135 SC
-0,6218 -0,9853
0,2837 0,7124
OT 0,0853
-0,3074 0,0530
0,6877 AB
0,7374 -0,5118
0,4883 0,2353
DCA 0,3208
0,4042 0,3049
0,4842 HC
-0,4052 0,3061
0,6260 0,3573
R 0,2397
-0,1328 0,6132
0,1883 AA
1,3552 0,0097
0,9920 0,0001
Lampiran 24 Faktor koordinat dan kontribusi stasiun pengamatan Analisis Faktorial Koresponden
Stasiun Koordinat
Kontribusi Faktor 1
Faktor 2 Faktor 1
Faktor 2
St.3 0,9898
-0,0069 0,9963
0,0000 St.4
-0,4138 0,6068
0,3141 0,6754
St.5 -0,4702
-0,5334 0,4258
0,5479 St.6
-0,1058 -0,0665
0,1407 0,0556
Lampiran 25 Nilai Biokonsentrasi faktr BCF pada jaringan lunak karang keras Genus Porites
Biokonsentrasi Faktor
Periode Stasiun Pengamatan Karang
St.3 St.4
St.5 St.6
Pb 1 25 -02-07
4,826 2,142
1,582 2,264
2 15 -04-07 4,947
3,235 2,671
3,125 3 17-07-07
4,496 3,020
2,170 3,057
Rerata 4,750
2,708 2,055
2,754 Cd
1 25 -02-07 2,565
1,254 1,089
1,054 2 15 -04-07
3,452 2,289
18,91 1,750
3 17-07-07 2,553
1,958 2,133
1,630
Rerata 2,837
1,744 1,660
1,453
Lampiran 26 Langkah pembuatan preparat histologis
Pengambilan sampel karang Fiksasi Formalin 10 air laut
Fiksasi Bouin Dekalsifikasi
Pengawetan dalam Etanol 70 Dehidrasi
PenjernihanClearing Infiltrasi parafin
Penanaman Jaringanembedding Pemotongansectioning
Peletakan potongan diatas gelas objek Pengeringan
Deparafinisasi Rehidrasi
Pewarnaan Dehidrasi
Penutupanmounting
Lampiran 27 Prosedur pewarnaan jaringan Kiernan 1990 Deparafinisasi 1-2 menit : Xylol III Hylol II Xylol I
Rehidrasi 1-2 menit : Alk Abs III Alk Abs II Alk Abs I Alk 95 Alk 90 Alk 80 Alk 70
Hematoksilin – Eosin HE
Pewarnaan ini sering dilakukan umum, bertujuan untuk menggambarkan struktur dan komponen jaringan namun tidak dapat memberikan keterangan
mengenai sifat kimia jaringan yang sedang diamati. Prosedur pewarnaan HE adalah sebagai berikut :
1. Sediaan di deparafinisasi dan rehidrasi 2. Untuk mewarnai inti, sediaan di masukkan kedalam larutan hematoksilin
selama ± 15 menit. 3. Bila terlalu biru maka dilakukan pemucatan hematoksilin dengan asam
alkohol 1 HCl dalam alkohol 70 kemudian dibilas dengan air. Untuk melihat perbedaan warna dilakukan dengan kontrol mikroskop.
4. Dicuci dengan air mengalir selama 30 menit sampai 1 jam. 5. Pembilasan dengan aquades selama 5 menit.
6. Untuk mewarnai sitoplasma, sediaan di masukkan dalam eosin selama 3 – 5 menit.
7. Pembilasan dengan aquades selama 5 – 10 menit. 8. Dehidrasi dengan alkohol bertingkat cek mikroskop.
9. Penjernihan clearing dengan silol dan tutup mounting dengan gelas penutup.
Lampiran 27 Lanjutan
Masson Trichrome Modifikasi Goldner
Metode pewarnaan khusus salah satunya dapat dilakukan dengan pewarnaan Masson Trichrome. Menggunakan bahan-bahan yang bersifat
heteropolyacid, yaitu Phosphomolibdic acid PMA dan Phosphotungstik acid PTA. PTA mengikat protein dan asam, asam amino tetapi bukan untuk
mengikat karbohidrat. Sementara itu kolagen dapat berikatan dengan banyak PMA. Pewarnaan Masson Trichrome dilakukan untuk melihat jaringan ikat.
Prosedur pewarrnaan MT adalah sebagai berikut : 1. Sediaan di deparafinisasi dan rehidrasi.
2. Rendam dalam larutan mordant selama 30–40 menit, bilas dengan aquades. 3. Rendam dalam larutan Carrazi’s hematoxylin selama 40 menit, bilas dengan
air destilasi. 4. Selanjutnya masukkan sediaan ke larutan orange G 0,75 selama 1-2 menit.
5. Tanpa dibilas air destilasi masukkan sediaan ke dalam larutan acetic acid 1 sebanyak dua kali sambil diguncang-guncang.
6. Kemudian masukkan kedalam larutan ponceau xylidine fuchsin selama 15 menit, masukkan sediaan dalam larutan acetic acid 1 sebanyak dua kali.
7. Rendam sediaan dalam larutan phosphotungstik acid 2,5 selama 10 menit, selanjutnya pindahkan dalam larutan acetic acid 1 sebanyak dua kali.
8. Berikutnya rendam kembali sediaan dalam larutan aniline blue selama 15 menit, pindahkan ke larutan acetic acid 1 sebanyak dua kali.
9. Selanjutnya rendam dalam alkohol 95 selama tiga menit, setelah itu di dehidrasi dan terakhir sediaan di tutup dengan cover gelas mounting.
10. Jika pewarnaan dilakukan dengan benar maka hasilnya seperti berikut : Nukleus berwarna coklat tetapi kadang-kadang biru
Muscle, sitoplasma berwarna merah Benang-benang fibrin dan kalsium berwarna ungu
Hyalin berwarna biru muda Kolagen, mukus jaringan ikat berwarna biru kehijauan.
Lampiran 27 Lanjutan
Hematoksilin Logam
Metode pewarnaan ini termasuk dalam metode pewarnaan khusus bertujuan untuk melihat kandungan logam dalam jaringan. Warna yang lebih
kompleks dan lebih gelap dalam jaringan setelah dicelupkan menggambarkan banyaknya logam yang terakumulasi. Agar sensitifitasnya tinggi larutan
Hematoksilin harus dibuat baru fresh untuk setiap pemakaian. Prosedur Pewarnaan Hematoksilin Logam adalah sebagai berikut :
1. Sediaan di deparafinisasi dan rehidrasi. 2. Tetesi dengan larutan Hematoksilin, uji selama 2 jam.
3. Tanpa dibilas aquades. 4. Dehidrasi dengan Alk 90, dua kali dengan Alk Abs selama beberapa detik.
5. Mounting dengan cover glass.
Alcian Blue AB pH 2,5
Metode pewarnaan khusus AB bertujuan untuk melihat kandungan karbohidrat dalam sel mukus.
Prosedur pewarnaannya adalah sebagai berikut : 1. Deparafinisasi dan rehidrasi
2. Cuci dengan air mengalir dan aquades masing-masing selama 5 menit. 3. Penurunan pH dengan 3 asam asetat 5 menit.
4. Tetesi dengan Alcian Blue pH 2,5 kurang dari 30 menit. 5. Cuci dengan 3 asam asetat sebanyak tiga kali masing-masing selama 5
menit. 6. Bilas dengan aquades sebanyak tiga kali masing-masing selama lima menit.
7. Counterstain misal : Nuclear Fast Red cek dengan mikroskop. 8. Cuci dengan akuades.
9. Dehidrasi, clearing dan mounting.
Lampiran 28 Alur destruksi basah pada jaringan karang
contoh uji
75 gr contoh uji + akuades sd 100 ml
dipanaskan + HNO
3
5-10 ml dipanaskan
sampai volume akhir 10 ml didinginkan
+ 5 ml HNO
3
+ HCLO
4
tetes demi tetes dipanaskan
sampai muncul asap putih filtrat bening
pemanasan diteruskan sampai 30 menit
belum terdekomposisi seluruhnya
terdekomposisi seluruhnya
ulangi tahap awal masukkan ke dalam labu
ukuran 100 ml terdekomposisi
seluruhnya disaring
siap diukur dengan AAS blanko 100 ml
akuades
Lampiran 29 Persen penutupan substrat dasar
No Keterangan
Lokasi Pengamatan Stasiun 3
Stasiun 4 m
m Hard coral
1. DC
2. DCA
4,7 9,4
4,1 8,2
3. Acropora
3,8 7,6
22,6 45,2
4. Favia
0,5 1
0,5 1
5. Fungia
1,2 2,4
0,5 1
6. Heliofungia
0,2 0,4
7. Pocillopora
0,5 1
8. Echinopora
0,4 0,8
9. Platygyra
0,1 0,2
10. Porites 0,4
0,8 1,5
3 11. Seriatopora
0,3 0,6
12. Montipora 1,3
2,6 13. Sandalolita
0,4 0,8
14. Pachyseris 0,9
1,8 15. Pectinia
0,7 1,4
16. Millepora 5,4
10,8 17. Heliopora
4,4 8,8
18. Pavona 0,5
1
Other Fauna
19. SC 20. SP
21. ZO 22. OT
0,2 0,4
2 4
23. AA 18,9
37,8 0,7
1,4 24. CA
25. HA 1,3
2,6 26. MA
4,1 8,2
Abiotik
27. S 2,6
5,2 28. R
10,8 21,6
4,5 9
29. SI 30. WA
31. RCK 32. DDD
50 100
50 100
Lampiran 29 Lanjutan
No Keterangan
Lokasi Pengamatan Stasiun 5
Stasiun 6 m
m Hard coral
1. DC
6,3 12,6
2,8 5,6
2. DCA
4,4 8,8
3. Acropora