Gambaran Pegawai KPP Pratama Medan Petisah Hambatan-Hambatan dalam Pelaksanaan Penghapusan Piutang Pajak

STRUKTUR ORGANISASI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN PETISAH

E. Gambaran Pegawai KPP Pratama Medan Petisah

Telah dijelaskan di atas bahwa wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah adalah Kecamatan Medan Petisah, Kecamatan Medan Sunggal, dan Kecamatan Medan Helvetia. Kantor Pelayanan Pajak Medan Petisah ini dikepalai oleh seorang Kepala Kantor yang membawahi 10 seksi dan 1 kelompok jabatan Fungsional. KEPALA KANTOR KASUBBAG SEKSI PDI SEKSI PELAYANAN SEKSI PEMERIKSAAN SEKSI PENAGIHAN SEKSI PENGAWASAN DAN KONSULTASI SEKSI EKSTENSIFIKASI PERPAJAKAN KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL Universitas Sumatera Utara Dan berdasarkan data hingga Januari 2013, jumlah pegawai KPP Medan Petisah adalah sebanyak 90 orang, dengan perincian sebagai berikut : 1. Berdasarkan Pendidikan  Master S2 8 orang  Sarjana 32 orang  D-IV 5 orang  D-IIISarjana Muda 20 orang  D-I 17 orang  SLTA 8 orang 2. Berdasarkan Pangkat  Golongan IV 1 orang  Golongan III 52 orang  Golongan II 37 orang 3. Berdasarkan Esselon  Eselon III 1 orang  Eselon IV 9 orang  Fungsional 12 orang  Account representative AR 20 orang  Pelaksana 40 orang Universitas Sumatera Utara 29 BAB III GAMBARAN DATA PKLM

A. Ketentuan 1.Sistem Pemungutan Pajak

a. Official Assesment System Sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan aparatur perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Dalam sistem ini, inisiatif serta kegiatan menghitung dan memungut pajak sepenuhnya berada ditangan para aparatur perpajakan. Dengan demikian berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak tergantung pada aparatur perpajakan. b. Self Assessment System Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang Wajib Pajak dalam menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Dalam sistem ini, inisiatif serta kegiatan menghitung dan memungut pajak sepenuhnya berada di tangan Wajib Pajak. Wajib Pajak dianggap mampu menghitung pajak, mampu memahami undang-undang yang sedang berlaku dan mempunyai kejujuran tinggi, serta menyadari akan arti pentingnya membayar pajak. Oleh karena itu, Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk memperhitungkan sendiri pajak yang terutang, membayar Universitas Sumatera Utara sendiri jumlah pajak yang terutang, melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang dan mempertanggungjawabkan pajak yang terutang. Dengan demikian, berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak terutang pada Wajib Pajaknya sendiri. c. With Holding System Sistem pemungutan pajak memberi wewenang kepada pihak ketiga yang ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Penunjukan pihak ketiga ini dilakukan sesuai peraturan perundan g-undangan perpajakan, keputusan presiden dan peraturan lainnya untuk memotong dan memungut pajak, menyetor dan mempertanggungjawabkan melalui sarana perpajakan yang tersedia. Berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak tergantung pada pihak ketiga yang ditunjuk.

1.2 Hak dan Kewajiban Wajib Pajak

a. Kewajiban Sebagai Wajib Pajak tentunya memiliki kewajiban yang harus mereka penuhi sebagai wujud kepatuhan berdasarkan undang-undang dan pera serta dalam pembangunan, kewajiban Wajib Pajak menurut undang-undang No. 16 Tahun 2009 adalah sebagai berikut : 1. Mendaftarkan diri pada Kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan Universitas Sumatera Utara kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak, apabila telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif. 2. Melaporkan usahanya pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Pengusaha dan tempat kegiatan dilakukan untuk dikukuhkan menjadi Pengusha Kena Pajak. 3. Mengisi Surat Pemberitahuan dengan benar, lengkap dan jelas dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf latin,angka arab, satuan mata uang Rupiah, serta menandatangani dan menyampaikan kekantor Direktorat Jenderal Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak. 4. Menyampaikan Surat Pemberitahuan dalam Bahasa Indonesia dengan menggunakan satuan mata uang selain Rupiah yang diizinkan, yang pelaksanaanya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. 5. Membayar atau menyetor pajak yang terutang dengan menggunakan surat setoran pajak ke Kas Negara melalui tempat pembayaran yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. 6. Membayar pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan dengan menggunakan Surat Ketetapan Pajak. 7. Menyelenggarakan Pembukuan bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan Wajib Pajak Badan yang Universitas Sumatera Utara melakukan pencatatan bagi wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas. 8. Memperlihatkan danatau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak atau Objek yang terutang pajak, memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang yang dipandang perlu dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan danatau memberikan keterangan lain yang perlu diperiksa apabila diperiksa. b. Hak-Hak Wajib Pajak Hak-hak Pajak menurut Undang-undang No. 16 Tahun 2009 adalah sebagai berikut: 1. Melaporkan beberapa Masa Pajak dalam 1 Surat Pemberitahuan Masa. 2. Mengajukan surat keberatan dan banding bagi wajib pajak dengan kriteria tertentu. 3. Memperpanjang waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan untuk paling lama 2 bulan dengan cara menyampaikan pemberitahuan secara tertulis atau dengan cara lain kepada Direktorat Jenderal Pajak. 4. Menyampaikan pernyataan tertulis, dengan syarat Direktorat Jenderal Pajak belum melakukan tindakan pemeriksaan. 5. Mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak. Universitas Sumatera Utara 6. Mengajukan Keberatan kepada Direktorat Jenderal Pajak. 7. Mengajukan permohonan banding kepada badan peradilan pajak atau Surat Keputusan Keberatan. 8. Menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa khusus untuk menjalankan hak dan memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Memperoleh pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi berupa bunga atas keterlambatan pelunasan kekurangan pembayaran pajak dalam hal Wajib Pajak menyampaikan pembetulan Surat Pemberitauan Tahunan Pajak Penghasilan Tahunan Pajak Penghasilan sebelum Tahun 2007, yang mengakibatkan pajak yang masih harus dibayar menjadi lebih besar dan dilakukan paling lama dalam jangka waktu 1 satu tahun setelah berlakunya UU No.28 Tahun 2007.

1.3. Subjek Dan Objek Pajak

1. Subjek Pajak Yang dimaksud dengan subjek pajak adalah orang pribadi atau badan dan bentuk usaha tetap, warisan tidakbelum dibagi yang bertempat tinggal di Indonesia yang memungkinkan dapat menerima atau memperoleh penghasilan di Indonesia. 2. Objek Pajak Secara teoritis yang dimaksud dengan Objek Pajak adalah keadaan-keadaaan, peristiwa-peristiwa, atau perbuatan yang melibatkan objek berupa penghasilan yang selayaknya dikenakan pajak. Universitas Sumatera Utara B. Pengertian Dan Dasar Hukum Mekanisme Penghapusan Piutang Pajak 1. Pengertian Penghapusan Piutang Pajak Piutang Pajak adalah piutang yang timbul atas pendapatan pajak sebagaimana diatur dalam undang-undang perpajakan yang belum dilunasi sampai dengan akhir periode laporan keuangan. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 539KMK.032002 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menter Keuangan No. 68PMK.032012 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Pajak dan Penetapan Besarnya Piutang Pajak mengatur tentang Piutang Pajak yang dapat dihapuskan. Dirjen Pajak memberikan kebijaksanaan dan kepastian hukum bagi Wajib Pajak yang masih memiliki kewajiban pajak yang masih terhutang namun dapat dihapuskan sebagaimana dalam ketentuan tersebut. 1. Piutang pajak yang dapat dihapuskan adalah piutang pajak yang tercantum dalam: a. Surat Tagihan Pajak STP; b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar SKPKB; c. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan SKPKBT; d. Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang SPPT; e. Surat Ketetapan Pajak SKP; f. Surat Ketetapan Pajak Tambahan SKPT; Universitas Sumatera Utara g. Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar bertambah. 2. Piutang pajak yang dapat dihapuskan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 untuk Wajib Pajak orang pribadi adalah piutang pajak yang tidak dapat atau tidak mungkin ditagih lagi, disebabkan karena: a. Wajib Pajak danatau Penanggung Pajak meninggal dunia dan tidak mempunyai harta warisan atau kekayaan; b. Wajib Pajak danatau Penanggung Pajak tidak dapat ditemukan; c. Hak untuk melakukan penagihan pajak sudah daluwarsa; d. Dokumen sebagai dasar penagihan pajak tidak ditemukan dan telah dilakukan penelusuran secara optimal sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di bidang perpajakan; atau e. Hak negara untuk melakukan penagihan pajak tidak dapat dilaksanakan karena kondisi tertentu sehubungan dengan adanya perubahan kebijakan danatau berdasarkan pertimbangan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan. 3. Piutang pajak yang dapat dihapuskan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 untuk Wajib Pajak badan adalah piutang pajak yang tidak dapat atau tidak mungkin ditagih lagi, disebabkan karena: Universitas Sumatera Utara a. Wajib Pajak bubar, likuidasi, atau pailit dan Penanggung Pajak tidak dapat ditemukan; b. Hak untuk melakukan penagihan pajak sudah daluwarsa; c. Dokumen sebagai dasar penagihan pajak tidak ditemukan dan telah dilakukan penelusuran secara optimal sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di bidang perpajakan; atau d. Hak negara untuk melakukan penagihan pajak tidak dapat dilaksanakan karena kondisi tertentu sehubungan dengan adanya perubahan kebijakan danatau berdasarkan pertimbangan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

2. Dasar Hukum Penghapusan Piutang Pajak

Adapun yang menjadi dasar hokum mekanisme penghapusan piutang pajak ini adalah sebagai berikut : 1. Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2009 Tentang KetentuanUmum Dan Tata Cara Perpajakan UU KUP. 2. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 68PMK. 032012 Tentang :Tata Cara Penghapusan Piutang Pajak Dan Penetapan Besarnya Penghapusan. 3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 85PMK.032010 tanggal 13 April 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 24PMK.032008 Universitas Sumatera Utara Tentang cara Pelaksanaan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa dan Pelaksanaan Penagihan Seketika Sekaligus.2010. 4. Surat Edaran Direktorat Jenderal PajakNomor SE-13PJ2013 Tentang Tata Cara Pengusulan Dan Tindak Lanjut Penghapusan Piutang Pajak. 5. Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER – 02PJ2012 Tentang Penggolongan Kualitas Piutang Pajak Dan Cara Penyisihan Piutang Pajak. 6. Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 5 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-undang Nomor Undang-Undang - 16 Tahun 2009, Tanggal 25 Mar 2009. 7. Perubahan Atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 565kmk.042000 Tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Pajak Dan Penetapan Keputusan Menteri Keuangan - 539KMK.032002, Tanggal 31 Des 2002. 8. Tata Cara Penghapusan Piutang Pajak Dan Penetapan Besarnya Penghapusan Keputusan Menteri Keuangan - 565KMK.042000, Tanggal 26 Des 2000. 9. Perubahan Atas Undang-undang Nomor 19 Tahun 1997 Tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa Undang-Undang - 19 TAHUN 2000, Tanggal 2 Agust 2000. 10. Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa Undang-Undang - 19 TAHUN 1997, Tanggal 23 Mei 1997. 11. Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan Undang-Undang - 6 TAHUN 1983, Tanggal 31 Des 1983. Universitas Sumatera Utara

C. Syarat-Syarat Dan Prosedur Pelaksanaan Penghapusan Piutang Pajak

1. Syarat-Syarat Mekanisme Penghapusan Piutang Pajak

1.1 Syarat-syarat Penghapusan Piutang Pajak Penghapusan piutang pajak dapat dilakukan dalam hal hak menagih Direktorat Jenderal Pajak telah melampaui jangka waktu dalam jangka waktu 5 lima tahun terhitung sejak penerbitan Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, serta Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali. Untuk memastikan keadaan Wajib Pajak atau piutang pajak yang tidak dapat atau tidak mungkin ditagih lagi, Direktorat Jenderal Pajak wajib dilakukan penelitian setempat atau penelitian administrasi dan hasilnya dilaporkan dalam Laporan Hasil Penelitian. Laporan Hasil Penelitian tersebut harus menggambarkan keadaan Wajib Pajak atau Piutang Pajak yang bersangkutan sebagai dasar untuk menentukan besarnya Piutang Pajak yang tidak dapat ditagih lagi sehingga diusulkan untuk dihapus. Piutang Pajak hanya dapat diusulkan untuk dihapuskan setelah adanya Laporan Hasil Penelitian dan Kepala Kantor Pelayanan Pajak setiap akhir tahun takwim menyusun Daftar Usulan Penghapusan Piutang Pajak berdasarkan Laporan Hasil Penelitian. Usulan Penghapusan Piutang Pajak setiap awal tahun berikutnya disampaikan kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak atasannya. Selanjutnya, Kepala Kantor Wilayah Universitas Sumatera Utara Direktorat Jenderal Pajak menyampaikan Daftar Usulan Penghapusan Piutang Pajak yang telah diteliti kepada Direktur Jenderal Pajak. 1.2Penelitian Setempat dan Penelitian Administrasi Dalam Pasal 2 Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor 625PJ.2001 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Pajak dan Penetapan Besarnya Penghapusan Piutang Pajak dijelaskan yang dimaksud dengan penelitian setempat dan penelitian administrasi. Penelitian setempat dilakukan oleh Juru Sita Pajak Negara terhadap piutang pajak yang tidak dapat atau tidak mungkin ditagih lagi karena: o Wajib Pajak yang meninggal dunia dengan tidak meninggalkan harta warisan dan tidak mempunyai ahli waris, atau ahli waris tidak dapat ditemukan, yang dibuktikan dengan Surat Keterangan kematian dan surat keterangan yang menyatakan bahwa Wajib Pajak yang meninggal dunia tersebut tidak meninggalkan harta warisan dan tidak mempunyai ahli waris dari pejabat yang berwenang; o Wajib Pajak yang tidak mempunyai harta kekayaan lagi, dibuktikan dengan surat keterangan dari pejabat yang berwenang yang menyatakan bahwa Wajib Pajak memang benar-benar sudah tidak mempunyai harta kekayaan lagi; o Berdasarkan surat perintah penelitian setempat yang diterbitkan oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak. Universitas Sumatera Utara Selanjutnya, penelitian administrasi adalah penelitian terhadap piutang pajak yang tidak dapat ditagih lagi karena Wajib Pajak yang hak penagihannya telah daluwarsa berdasarkan Pasal 22 UU KUP dan hasilnya dituangkan dalam Laporan Hasil Penelitian Administrasi.

2. Pelaksanaan Penghapusan Piutang Pajak

1. Wajib PajakPenanggung Pajak badan tidak mempunyai harta kekayaan lagi dimaksudakan bahwa aktiva Wajib PajakPenanggung Pajak sudah habis terjual tetapi masih mempunyai hutang termasuk hutang pajak. Dalam hal demikian maka Wajib PajakPenanggung Pajak badan tersebut dapat dikatakan tidak mempunyai harta kekayaan lagi. Untuk mendukung keadaan Wajib Pajak badan tersebut diperlukan dokumen berupa: - Akta Pembubaran - Neraca Likuidasi - Pernyataan Kepailitan Piutang pajak yang masih tersisa harus diupayakan tindakan penagihannya kepada wakilnya atau Penanggung Pajaknya. Sebagaimana diketahui bahwa Negara mempunyai hak mendahulu untuk tagihan pajak begitu pula atas barang-barang milik wakilnya, serta orang atau badan yang menurut undang-undang perpajakan pasal 32 ayat 2 KUP dan ketentuan Undang-Undang lainnnya, bertanggung jawab secara pribadi danatau secara renteng. Universitas Sumatera Utara Pengecualian dari tanggung jawab tentang renteng pada wakil tersebut yaitu dalam hal mereka dapat membuktikan dan meyakinkan Direktorat Jenderal Pajak bahwa mereka dalam kedudukan benar-benar tidak mungkin untuk dibebani tanggung jawab atas yang terhutang tersebut. Dalam hal Pratik akan dijumpai kasus-kasus dimana Wajib Pajak badan masih ada, belum dinyatakan benar atau likuidasi tetapi selalu non aktif. Apabila Wajib PajakPenanggung Pajak badan tersebut mempunyai aktiva dapat disita dan dilelang untuk membayar pajak, akan tetapi banyak Wajib Pajak badan yang diminta untuk menunjukkan neraca saja, kadang-kadang tidak memenuhi. Dalam golongan ini biasanya Wajib Pajak yang muncul sebagai rekanan- rekanan pemerintah. Dalam hal aktiva badan tidak ada lagi, maka piutang pajak ditagih lagi kepada wakilnya. Jika penagihan sampai tingkat ini piutang pajak tetap tidak mungkin ditagih karena: - Wakilnya secara nyata juga sudah jatuh miskin dan dikuatkan dengan surat keterangan dari pejabat daerah setempat Lurah atau, - Wakilnya dapat membuktikan dan meyakinkan Jenderal Pajak bahwa mereka benar-benar tidak mungkin dibebani tanggung jawab atas pajak terhutang. - Maka piutang pajak tersebut dapat dihapuskan dengan syarat wajib pajak badan yang bersangkutan harus membubarkan diri atau dalam hal Wajib Universitas Sumatera Utara Pajak tidak bersedia membubarkan diri maka penghapusan dilakukan sesudah hak untuk menagih daluwarsa. 2. Bagi Wajib PajakPenanggung Pajak Perseorangan maka untuk penghapusan pajaknya diperlukan: - Surat keterangan dari pejabat daerah setempat minimal Lurah yang menyatakan hal itu. - Surat keterangan dari pemberi kerja apabila Wajib PajakPenanggung Pajak menjadi Karyawan, tentang besarnya penghasilan yang diterima. Keterangan tersebut akan menjadi bahan pertimbangan fiskus untuk meneliti apakah Wajib PajakPenanggung Pajak masih mungkin menyisihkan penghasilannya untuk tujuan mengangsur hutang pajaknya. Wajib Pajak yang hak penagihannya telah daluwarsa berdasarkan pasal 22 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang- Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan bahwa: Hak untuk melakukan penagihan pajak, termasuk bunga, denda, kenaikan, dan biaya penagihan pajak, daluwarsa setelah melampaui waktu 5 lima tahun terhitung sejak penerbitan Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, serta Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan Surat Keputusan Universitas Sumatera Utara Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali, sebagaimana dijelaskan dalam memori penjelasan Pasal 22 ayat 1 Undang-Undang tersebut. Daluwarsa penagihan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tertangguh apabila: a. diterbitkan Surat Paksa; b. ada pengakuan utang pajak dari Wajib Pajak baik langsung maupun tidak langsung; c. diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat 5, atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat 4; atau d. dilakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan. Wajib Pajak yang tidak dapat ditagih lagi karena sebab lain, seperti Wajib Pajak yang tidak dapat ditemukan lagi, atau dokumen-dokumen sebagai dasar penagihan pajak tidak lengkap atau tidak dapat ditelusuri lagi disebabkan keadaan yang tidak dapat dihindarkan seperti bencana alam, kebakaran, dan sebagainya. 1. Penyusunan Daftar Piutang Pajak yang diperkirakan tidak dapat atau tidak mungkin ditagih lagi. Universitas Sumatera Utara a. Sumber penyusunan daftar ini adalah tindakan STPSKPSKPT yang belum lunas. b. Dari tindakan STPSKPSKPT yang belum lunas tersebut dapat diketahui tindakan-tindakan penagihan yang telah dilakukan dicatat dalam tindakan STPSKPSKPT yang bersangkutan. c. Apabila tindakan penagihan telah mencapai tingkat paksa ataupun bahkan sita maka keterangan lebih lanjut dapat dibaca dari laporan pelaksanaan Surat Paksa atau Berita Acara Sita. d. Penyusunan daftar tersebut dilakukan antara tanggal 25 sampai akhir bulan setiap bulan. Daftar yang dipergunakan adalah: “daftar piutang pajak yang diperkirakan tidak mungkin ditagih lagi”. e. Kepala Seksi Penagihan bertanggung jawab dalam penyusunan dan menyusun daftar tersebut di atas Kepala Seksi Penerimaan dan Penagihan melakukan penelitian terhadap daftar tersebut selanjutnya ditandatangani dan kemudian diteruskan kepada Kepala KPP. f. Kepala KPP memberikan catatan atas daftar tersebut dan meneruskan kepada Kepala Seksi Penagihan. 2. Penelitian Setempat Universitas Sumatera Utara a. Untuk memastikan keadaan Wajib Pajak yang tercantum dalam daftar Wajib Pajak yang harus dilakukan penelitian setempat, maka harus dilakukan penelitian setempat terhadap Wajib Pajak yang bersangkutan. b. Penelitian dilakukan oleh Jurusita Kepala KPP dapat menunjuk jurusita yang dibebani tugas penelitian setempat tersebut dengan mengeluarkan Surat Perintah Penelitian. c. Laporan hasil penelitian setempat harus menggambarkan keadaan Wajib Pajak yang bersangkutan sebagai dasar untuk menentukan piutang pajak yang tidak dapat ditagih lagi. Laporan hasil penelitian setempat ini merupakan salah satu syarat untuk dapat menghapusan piutang pajak.Oleh karena itu selain menggambarkan keadaan Wajib Pajak harus diperkuat dengan dokumen-dokumen Surat Keterangan dari pihak ketiga.Setelah laporan hasil penelitian setempat ditandatangani oleh kepala KPP: - Asli laporan disampaikan kepada Kasi Penerimaan dan Peanagihan untuk ditatausahakan. - Tembusan ke-1 untuk Seksi Tata Usaha Perpajakn ke berkas induk Wajib Pajak. - Tembusan ke-2 sebagai arsip penelitianjurusita. 3. Penelitian Administrasi Tentang Kadaluwarsa Universitas Sumatera Utara a. Sebagaimana halnya dengan laporan hasil penelitian setempat, maka laporan hasil penelitian administrasi tentang kadaluwarsa hak untuk menagih piutang pajak ini juga merupakan syarat untuk dapat menghapuskan piutang pajak. b. Penelitian administrasi ini dilakukan sejalan dengan pasal 22 KUP dan dilaksanakan oleh Petugas Pembuat Daftar Usulan Penghapusan Piutang Pajak. c. Setelah laporan ditandatangani oleh Kepala KPP maka: - Asli laporan disampaikan kepada Kasie Penagihan untuk ditatausahakan. - Tembusan tersebut menggambarkan secara jelas mengenai alasan kadaluwarsa tersebut. 4. Pembukuan laporan Hasil Penelitian Setempat a. Subseksi Tata Usaha Piutang Pajak menyelenggarakan Buku Register Usulan Penghapusan Piutang Pajak. b. Buku Register Usulan Penghapusan Piutang Pajak dilakukan setiap bulan dengan maksud agar pekerjaan dapat dilakukan secara teliti, berkesinambungan pada akhir bulan. Setiap bulan Kepala KPP mengirimkan Buku Register Usulan Penghapusan Piutang Pajak itu ke Kantor Wilayah atasannya untuk apabila perlu dilakukan penelitian ulang sekiranya data yang diterima tersebut meragukan. Hasil penelitian oleh Kanwil tersebut diberitahukan kepada Kepala KPP yang bersangkutan untuk dapat melakukan Universitas Sumatera Utara penyesuaian sehingga Buku Register tersebut akan memuat daftar piutang yang betul-betul tidak dapattidak mungkin ditagih lagi. Salinan SK Menteri Keuangan RI serta Daftar Usulan Penghapusan Piutang Pajak yang berlogo diterima di KPP dan juga dicatat dalam Buku Agenda Surat Masuk, nomor dan tanggal SK tersebut dicatat pula pada Buku Register Usulan Penghapusan Piutang Pajak.

D. Mekanisme Pengusulan Dan Tindak Lanjut Keputusan Penghapusan Piutang Pajak

1. Tata Cara Pengusulan Penghapusan Piutang Pajak

Berdasarkan Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak Nomor SE-13PJ2013 Tentang Tata Cara Pengusulan dan Tindak Lanjut Penghapusan Piutang Pajak Bahwa: 1. Usulan penghapusan piutang pajak dilakukan dengan prinsip kehati-hatian. 2. Untuk mencerminkan prinsip kehati-hatian pada angka 1 diatas, Jurusita Pajak wajib: a. Melakukan pengawasan terhadap piutang pajak yang hak penagihannya akan daluwarsa dan belum dilakukan tindakan penagihan pajak b. Melakukan penelitian atas piutang pajak yang tidak dapat ditagih lagi, baik penelitian administrasi maupun penelitian setempat, sebagaimana dimaksud Universitas Sumatera Utara dalam Pasal 2 ayat 1 Peraturan Menteri Keuangan No 68PMK.032012 tanggal 2 Mei 2012 tentang Tata Cara Pengahapusan Piutang Pajak dan Penetapan Besarnya Penghapusan. 3. Penelitian administrasi adalah penelitian yang dilakukan dalam rangka penghapusan piutang pajak yang tidak dapat ditagih lagi karena hak Negara untuk melakukan penagihan pajak tidak dapat dilakukan karena kondisi tertentu sehubungan dengan adanya perubahan kebijakan danatau berdasarkan pertimbangan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan dimaksud dalam Pasal 1 ayat 2 huruf e serta Pasal 1 ayat 3 huruf d Peraturan Menteri Keuangan Nomor 68PMK.032012 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Pajak dan Penetapan Besarnya Penghapusan, karena: a. Hak untuk melakukan penagihan pajak sudah daluwarsa. b. Dokumen sebagai dasar penagihan pajak tidak ditemukan dan telah dilakukan penelusuran secara optimal sesuai dengan ketentuan Perundang-undangan di bidang perpajakan. 4. Penelitian setempat adalah penelitian yang dilakukan dalam rangka penghapusan piutang pajak yang tidak dapat ditagih lagi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat 2 huruf a dan b serta Pasal 1 ayat 3 huruf a Peraturan Menteri Keuangan Universitas Sumatera Utara Nomor 68PMK.032012 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Pajak dan Penetapan Besarnya Penghapusan, karena: a. Wajib Pajak Orang Pribadi danatau Penanggung Pajak meninggal dunia dan tidak mempunyai harta warisan atau kekayaan. b. Wajib Pajak Orang Pribadi danatau Penanggung Pajak tidak dapat ditemukan. c. Wajib Pajak Badan bubar, likuidasi, atau pailit dan Penanggung Pajak tidak dapat ditemukan. 5. Penelitian yang dilakukan dalam rangka Penghapusan Piutang Pajak yang tidak dapat ditagih lagi karena Hak Negara untuk melakukan penagihan pajak tidak dapat dilaksanakan karena kondisi tertentu sehubungan dengan adanya perubahan kebijakan danatau berdasarkan pertimbangan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat 2 huruf e serta pasal 1 ayat 3 huruf d Peraturan Menteri Keuangan Nomor 68PMK.032012 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Pajak dan Penetapan Besarnya Penghapusan, dapat dilakukan dengan penelitian administrasi maupun penelitian setempat tergantung kondisi dan latar belakang penghapusan piutang pajak tersebut. Universitas Sumatera Utara 6. Pengusulan Penghapusan Piutang Pajak dilakukan secara berjenjang dari Kepala Kantor Pelayanan Pajak KPP kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak dan selanjutnya kepada Direktorat Jenderal Pajak. 7. Usulan Penghapusan Piutang Pajak dari Kepala KPP harus telah diteliti kebenarannya oleh Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak sebelum disampaikan kepada Direktorat Jenderal Pajak. 8. Keseluruhan proses pengusulan Penghapusan Piutang Pajak dan tindak lanjut penerbitan Keputusan Menteri Keuangan KMK tentang Penghapusan Piutang Pajak harus diadministrasikan secara tertib dan cermat untuk tujuan pelaporan keuangan dan evaluasi kinerja penagihan.

1. Tindak Lanjut Penghapusan Piutang Pajak

1.a. Dalam rangka menindak lanjuti Keputusan Menteri Keuangan, tentang Penghapusan Piutang Pajak, Kantor Pelayanan Pajak: a. Memperhatikan tata cara tindak lanjut keputusan penghapusan piutang pajak. b. Mengurangkan data piutang pajak paling lambat 1 satu bulan sejak penerimaan salinan Keputusan Menteri Keuangan tentang Penghapusan Piutang Pajak dan Keputusan Direktur Jenderal Pajak tentang Rincian Penghapusan Piutang Pajak. Universitas Sumatera Utara 2.a. Dalam rangka menindaklanjuti Keputusan Menteri Keuangan tentang penghapusan piutang pajak, Kantor Wilayah DJP memperhatikan tata cara tindak lanjut keputusan penghapusan piutang pajak. 3.a. Dalam rangka menindaklanjuti Keputusan Menteri Keuangan tentang penghapusan piutang pajak, Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan memperhatikan tata cara tindak lanjut keputusan penghapusan piutang pajak. Universitas Sumatera Utara 52 BAB IV ANALISA DAN EVALUASI DATA A. Mekanisme Pelaksanaan Penghapusa Piutang Pajak dan Penetapan Besarnya Penghapusan Piutang Pajak Di KPP Pratama Medan Petisah. Bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 24 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Pajak dan Penetapan Besarnya Penghapusan. 1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4999; 2. Surat Edaran Direktur Jendral Pajak Nomor SE-13PJ2013 tentang Tata Cara Pengusulan dan Tindak Lanjut Penghapusan Piutang Pajak; Universitas Sumatera Utara 3. Berita acara Penelitian Usulan Penghapusan Piutang Pajak angka 5 yakni “Telah dilakukan penagihan pajak sekurang-kurangnya sampai dengan pemberitahuan Surat Paksa dalam hal piutang pajak tidak dapat ditagih lagi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat 2 huruf a dan huruf b serta Pasal 1 ayat 3 huruf a Peraturan Menteri Keuangan Nomor 68PMK.032012 tentang Tata Cara Piutang Pajak dan Penetapan Besarnya; 4. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3686 sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 19 Tahun 2000 Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3987; 5. Keputusan Presiden Nomor 56P Tahun 2010; Dalam Pasal 1: 1 Piutang pajak yang dapat dihapuskan adalah piutang pajak yang tercantum dalam: Surat Tagihan Pajak STP; Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar SKPKB; Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan SKPKBT; Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang SPPT; Surat Ketetapan Pajak SKP; Surat Ketetapan Pajak Tambahan SKPT; Universitas Sumatera Utara Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar bertambah. 2 Piutang pajak yang dapat dihapuskan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 untuk Wajib Pajak orang pribadi adalah piutang pajak yang tidak dapat ditagih lagi karena: a. Wajib Pajak danatau Penanggung Pajak meninggal dunia dan tidak mempunyai harta warisan atau kekayaan; b. Wajib Pajakdan atau Penanggung Pajak tidak dapat ditemukan; c. Hak untuk melakukan penagihan pajak sudah daluwarsa; d. Dokumen sebagai dasar penagihan pajak tidak ditemukan dan telah dilakukan penelusuran secara optimal sesuai dengan ketentuan Perundang-Undangan di bidang perpajakan; atau e. Hak Negara untuk melakukan penagihan pajak tidak dapat dilaksanakan karena kondisi tertentu sehubungan dengan adanya perubahan kebijakan danatau berdasarkan pertimbangan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan. 3 Piutang pajak yang dapat dihapuskan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 untuk Wajib Pajak badan adalah piutang pajak yang tidak dapat ditagi lagi karena: a. Wajib Pajak bubar, likuidasi, atau pailit dan Penanggung Pajak tidak dapat ditemukan; b. Hak untuk melakukan pajak sudah daluwarsa; Universitas Sumatera Utara c. Dokumen sebagai dasar penagihan pajak tidak ditemukan dan telah dilakukan penelusuran secara optimal sesuai dengan ketentuan Perundang-Undangan di bidang perpajakan; atau d. Hak Negara untuk melakukan penagihan pajak tidak dapat dilaksanakan karena kondisi tertentu sehubungan dengan adanya perubahan kebijakan danatau berdasarkan pertimbangan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Pada Pasal 2: 1 Untuk memastikan keadaan Wajib Pajak atau piutang pajak yang tidak dapat ditagih lagi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, wajib dilakukan penelitian setempat atau penelitian administrasi oleh Kantor Pelayanan Pajak. 2 Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan oleh Jurusita Pajak dan hasilnya dituangkan dalam laporan hasil penelitian. 3 Laporan hasil penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat 2 harus menguraikan keadaan Wajib Pajak dan piutang pajak yang bersangkutan sebagai dasar untuk menentukan besarnya piutang pajak yang tidak dapat ditagih lagi dan diusulkan untuk dihapuskan. Pada Pasal 3: 1 Berdasarkan laporan hasil penelitian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 2, Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyusun daftar usulan penghapusan piutang pajak. Universitas Sumatera Utara 2 Daftar usulan penghapusan piutang pajak sebagaimana dimaksud pada ayat 1 disampaikan kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak atasannya. 3 Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak menyampaikan daftar usulan penghapusan piutang pajak yang telah dilakukan penelitian kepada Direktur Jenderal Pajak. 4 Direktur Jenderal Pajak mengusulkan penghapusan piutang pajak sebagaimana dimaksud pada ayat 3 kepada Menteri Keuangan. Pada pasal 4: 1 Berdasarkan usulan penghapusan piutang pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat 4, Menteri Keuangan menerbitkan Keputusan Menteri Keuangan mengenai penghapusan piutang pajak. 2 Keputusan Menteri Keuangan mengenai penghapusan piutang pajak untuk menghapuskan piutang pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat 2 huruf a, huruf b, huruf c dan huruf d serta Pasal 1 ayat 3 huruf a, huruf b dan huruf c, dibuat sesuai dengan contoh format sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Pada Pasal 5: Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan mengenai penghapusan piutang pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Direktur Jenderal Pajak melakukan: a. penetapan mengenai rincian atas besarnya penghapusan piutang pajak; dan Universitas Sumatera Utara b. hapus tagih dan hapus buku atas piutang pajak tersebut sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan yang berlaku. Pada Pasal 6: Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan atas penugasan dari Menteri Keuangan melakukan reviu atas usulan penghapusan piutang pajak yang disampaikan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Pada Pasal 7: Ketentuan mengenai tata cara pengusulan dan tindak lanjut penghapusan piutang pajak serta penetapan bentuk lampiran Keputusan Menteri Keuangan mengenai penghapusan piutang pajak, diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal Pajak. Pada Pasal 8: Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku: 1. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 565KMK.042000 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Pajak dan Penetapan Besarnya Penghapusan; dan 2. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 539KMK.032002 tentang Perubahan atas Keputusan Menteri Keuangan 3. Nomor 565KMK.042000 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Pajak dan Penetapan Besarnya Penghapusan, Dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Universitas Sumatera Utara Kemudian Pada Pasal 9: Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Dari penjelasan diatas, penulis dapat menganalisa masalah penghapusan piutang pajak yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah bahwa kurangnya kesadaran masyarakat untuk membayar pajak. Sehingga piutang-piutang pajak yang sudah daluwarsa yang tidak dapat ditagih lagi karena belum dibayar oleh pihak Wajib Pajak maka akan diadakannya penghapusan piutang pajak. Bisa juga penghapusan piutang pajak disebabkan karena Wajib Pajak bangkrut, tidak mampu membayar pajaknya lagi. Berdasarkan tujuan PKLM yang pertama untuk mengetahui Tata Cara Penghapusan Piutang Pajak yaitu: Piutang pajak yang dapat dihapuskan dalam: a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar SKPKB; b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan SKPKBT; c. Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang SPPT; d. Surat Ketetapan Pajak SKP; Universitas Sumatera Utara e. Surat Ketetapan Pajak Tambahan SKPT; f. Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar bertambah;

B. Hambatan-Hambatan dalam Pelaksanaan Penghapusan Piutang Pajak

Dalam pelaksanaan kegiatan penghapusan piuatang pajak yang dilakukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah belum cukup berhasil, hal ini dikarenakan adanya beberapa hambatan : a.Terbatasnya Kualitas SDM yang tersedia, sehingga perlu ditingkatkan melalui berbagai pembinaan,pelatihan dan sejenisnya. b.Tidak mendukungnya sistem informasi yang memadai,sehingga seluruh proses perekaman,pemutakhiran dan penyusunan laporan perkembangan piutang pajak hingga saat ini masih dilakukan secara manual. c.Keterbatasan fasilitas sarana dan prasarana di tiap-tiap KKP termasuk KPP Medan Petisah. d.Sistem pengamanan dan pengendalian akses ke sistem informasi DJP belum sempurna. e.Hilangnya kohirdokumen lain dari berkas Wajib Pajak. Universitas Sumatera Utara f.Seksi Penagihan tidak menerima tembusan permohonan keberatan atas SKP bersangkutan tidak diketahui. g.Pemutakhiran data piutang pajak atas wajib pajak pindah tidak akurat. h.Perubahan atas isi dokumen penagihan Wajib Pajak tanpa sepengetahuan petugas yang berwenang. i.Piutang pajak yang telah daluwarsa atau tidak dapat ditagih lagi belum dibuatkan usulan penghapusan oleh WP.

C. Upaya Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengatasi Hambatan Penghapusan Piutang Pajak