Pendekatan Pemberdayaan Prinsip Pemberdayaan

pemberdayaan kelompok dan bagaimana peningkatan kekuatan kelompok dapat meningkatkan fungsi anggota individu”.

2. Pendekatan Pemberdayaan

Pelaksanaan proses dan pencapaian tujuan pemberdayaan di atas dicapai melalui penerapan pendekatan pemberdayaan yang dapat disingkat menjadi 5P, yaitu: Pemungkinan, Penguatan, Perlindungan, Penyokongan dan Pemeliharaan Suharto, 1997: 218-219: 1. Pemungkinan: menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang secara optimal. Pemberdayaan harus mampu membebaskan masyarakat dari sekat-sekat kultural dan struktural yang menghambat. 2. Penguatan: memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki masyarakat dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan- kebutuhannya. Pemberdayaan harus mampu menumbuh-kembangkan segenap kemampuan dan kepercayaan diri masyarakat yang menunjang kemandirian mereka. 3. Perlindungan: melindungi masyarakat terutama kelompok-kelompoklemah agar tidak tertindas oleh kelompok kuat, menghindari terjadinya persaingan yang tidak seimbang apalagi tidak sehat antara yang kuat dan lemah, dan mencegah terjadinya eksploitasi kelompok kuat terhadap kelompok lemah. Pemberdayaan harus diarahkan pada penghapusan segala jenis diskriminasi dan dominasi yang tidak menguntungkan rakyat kecil. 4. Penyokongan memberikan bimbingan dan dukungan agar masyarakat mampu menjalankan peranan dan tugas-tugas kehidupannya. Pemberdayan harus mampu menyokong masyarakat agar tidak terjatuh ke dalam keadaan dan posisi yang semakin lemah dan terpinggirkan. 5. Pemeliharaan: memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok dalam masyarakat. Pemberdayaan harus mampu menjamin keselarasan dan keseimbangan yang memungkinkan setiap orang memperoleh kesempatan berusaha.

1. Prinsip Pemberdayaan

Pelaksanaan pendekatan di atas berpijak pada pedoman dan prinsip pekerjaan sosial. Menurut beberapa penulis, seperti Solomon 1976, Rappaport 1981, 1984, Pinderhughes 1983, Swift 1984, Swift dan Levin 1987, Weick, Rapp, Sulivan dan Kisthardt 1989, terdapat beberapa prinsip pemberdayaan menurut perspektif pekerjaan sosial Suharto, 1997: 216-217. 1. Pemberdayaan adalah proses kolaboratif. Karenanya pekerja sosial dan masyarakat harus bekerjasama sebagai partner. 2. Proses pemberdayaan menempatkan masyarakat sebagai aktor atau subjek yang kompeten dan mampu menjangkau sumber-sumber dan kesempatan-kesempatan. 3. Masyarakat harus melihat diri mereka sendiri sebagai agen penting yang dapat mempengaruhi perubahan. 4. Kompetensi diperoleh atau dipertajam melalui pengalaman hidup, khususnya pengalaman yang memberikan perasaan mampu pada masyarakat. 5. Solusi-solusi, yang berasal dari situasi khusus, harus beragam dan mengahrgai keberagaman yang berasal dari faktor-faktor yang berada pada situasi masalah tersebut. 6. Jaringan-jaringan sosial informal merupakan sumber dukungan yang penting bagi penurunan ketegangan dan meningkatkan kompetensi serta kemampuan mengendalikan seseorang. 7. Masyarakat harus berpartisipasi dalam pemberdayaan mereka sendiri: tujuan, cara dan hasil harus dirumuskan oleh mereka sendiri. 8. Tingkat kesadaran merupakan kunci pemberdayaan, karena pengetahuan dapat memobilisasi tindakan bagi perubahan. 9. Pemberdayaan melibatkan akses terhadap sumber-sumber dan kemampuan untuk menggunakan sumber-sumber tersebut secara efektif. 10. Proses pemberdayaan bersifat dinamis, sinergis, berubah terus, evolutif; permasalahan selalu memiliki beragam solusi. 11. Pemberdayaan dicapai melalui struktur-struktur personal dan pembangunan ekonomi secara paralel.

2.1.9 Kendala Pemberdayaan

Menurut Fatah 2006: 26 menyebutkan bahwa kendala yang dihadapi untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani adalah: Fatah 2006: 157 menyebutkan adanya kendala dalam produktivitas pertanian yaitu: 1. lemahnya program penyuluhan pertanian sehingga tidak mampu mencapai targetnya para petani miskin, 2 terbatasnya pasar yang kompetitif untuk input produksi seperti benih yang bermutu dan pupuk, 3 terbatasnya pelayanan di sektor dan pedesaan, menyangkut pelayanan keuangan, perbankan, permodalan, dan teknologi pedesaan, 4 lemahnya pasar produk pertanian. Fatah 2006: 261 juga menambahkan bahwa hambatan-hambatan yang dihadapi petani meliputi; pengetahuan, motivasi, sumberdaya, wawasan, dan kekuasaan. Serta petani yang berkompeten merupakan syarat penting bagi keberhasilan pembangunan pertanian dan tujuan penyuluhan adalah meningkatkan kompetensi tersebut. Selanjutnya Fatah 2006: 431 juga berpendapat mengenai kendala pemberdayaan petani dapat mencakup dalam hal; pergeseran tenaga kerja di pedesaan, struktur pemilikan dan pengusahaan lahan dan pengembangan tata guna lahan. Sedangkan diposisi lain, Kotler 1989: 38 berpendapat adanya kendala bagi suatu industri yang dijumpai dalam suatu kegiatan pemasaran dalam hal strategi pemasaran pada masa kekurangan, inflasi, dan resesi disebutkan beberapa industri tertentu dari waktu ke waktu selalu menghadapi permintaan yang berlebih, yaitu tidak mampu memenuhi jumlah seluruh kebutuhan konsumennya sehingga akan melakukan penggabungan dengan pihak lain. Kendala situasi ekonomi kekurangan terjadi bila banyak industri berada dalam posisi kekurangan barang untuk untuk konsumennya pada saat yang bersamaan. Beberapa kendala yang dihadapi dalam pemberdayaan petani di kelompok tani dapat meliputi beberapa bidang, diantaranya bidang permodalan, bidang produksi dan bidang pemasaran. Bidang permodalan dapat meliputi rendahnya sumber daya manusia sebagai pengelola modal. Bidang produksi dapat meliputi: produktivitas lahan yang sempit, iklim tidak mendukung, kurang pengetahuan serta kurangnya motivasi untuk lebih giat lagi, produktivitas hasil yang masih rendah. Terjadinya permintaan lebih dari hasil produksi, masih lemahnya lembaga. Sedangkan di bidang pemasaran masih adanya kebergantungan dengan kelompok lain.

1. Pertanian Tangguh Masukan Lokal

Dokumen yang terkait

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kelompok Usaha Masyarakat Desa Cibeusi (Komasi) Kecamatan Ciater Kabupaten Subang

0 2 1

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM AKSARA KEWIRAUSAHAAN TERNAK KELINCI (Penelitian Deskriptif di Balai Belajar Bersama Hj. Mudrikah Desa Pagersari, Kecamatan Patean, Kabupaten Kendal)

0 15 188

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM PERTANIAN TERPADU (Studi Kasus Kelompok Tani Wijaya Kusuma Desa Kedungsari Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus)

0 11 95

ASPEK KERJA KERAS DAN SOLIDARITAS SOSIAL WANITA TANI (Studi Kasus pada Kelompok Wanita Tani Mekar Sari di Desa Jurang Jero Aspek Kerja Keras Dan Solidaritas Sosial Wanita Tani (Studi Kasus pada Kelompok Wanita Tani Mekar Sari di Desa Jurang Jero K

0 2 16

Pemberdayaan Masyarakat melalui Pengembangan Kelompok Usaha Tani di Desa Ped.

0 1 16

Pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan Kelompok usaha tani di desa Ped Jurnal Udayana Mengabdi.

1 8 16

Tingkat Penerapan dan Pengatahuan Wanita Tani tentang Industri Rempeyek pada Kelompok Wanita Tani Mekar Sari di Desa Bukian, Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar.

0 1 14

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM TERNAK KELINCI DI BALAI BELAJAR BERSAMA Hj. MUDRIKAH, DESA PAGERSARI, KECAMATAN PATEAN, KABUPATEN KENDAL.

0 1 150

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN OLEH BALAI PENYULUHAN PERTANIAN (BPP) MELALUI KELOMPOK WANITA TANI (KWT) “MEKAR ASRI” DI DUSUN MEKAR MUKTI DESA PASIRMUKTI KECAMATAN CINEAM KABUPATEN TASIKMALAYA | yuliana | DINAMIKA 656 2582 1 PB

0 0 7

PERAN KELOMPOK WANITA TANI “SARI MAKMUR” DALAM PEMBERDAYAAN WANITA DI DESA ALASMALANG KECAMATAN KEMRANJEN KABUPATEN BANYUMAS

0 0 16