PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STRUCTURED NUMBERED HEADS TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VIII SMP GAJAH MADA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014
ABSTRAK
PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STRUCTURED NUMBERED HEADS TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA
PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VIII SMP GAJAH MADA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Oleh
AYENDRA WAHYUNI
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi masyarakat saat ini, sehingga sekolah dituntut mampu untuk meningkatkan mutu pembelajaran yang dapat mengurangi rendahnya angka ketuntasan belajar. Salah satu alternatif agar siswa dapat terlibat dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran IPS dan
kemampuan kognitif siswa dapat meningkat, guru perlu menerapkan suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa secara optimal. Salah satu model tersebut
adalah cooperative learning tipe stuctured numbered heads.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah ada pengaruh dari model cooperative learning tipe stuctured numbered heads terhadap peningkatan kemampuan kognitif siswa pada mata pelajaran IPS kelas VIII semester ganjil di SMP Gajah Mada B.Lampung?. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh model cooperative learning tipe stuctured numbered heads terhadap
kemampuan kognitif siswa pada mata pelajaran IPS kelas VIII semester ganjil di SMP Gajah Mada B.Lampung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode diskriptif. Populasi penelitian berjumlah 200 siswa dengan sampel
yang menggunakan teknik random sampling berjumlah 40 siswa. Data diperoleh
melalui tes, observasi, dokumentasi dan kepustakaan, dengan teknik analisis data statistik diskriptif dengan munggunakan rumus persentase.
Berdasarkan analisis data yang diperoleh dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh model kooperatif tipe SNH terhadap kemampuan kognitif siswa pada mata pelajaran IPS kelas VIII di SMP Gajah Mada B.Lampung, maka
dapat diketahui bahwa model Cooperative Learning tipe Stuctured Numbered
Heads memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan kemampuan kognitif siswa pada mata pelajaran IPS kelas VIII SMP Gajah Mada Bandar Lampung.
(2)
1
PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STRUCTURED NUMBERED HEADS TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA
PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VIII SMP GAJAH MADA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014
OLEH
AYENDRA WAHYUNI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG
(3)
PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STRUCTURED NUMBERED HEADS TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA
PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VIII SMP GAJAH MADA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014
(Skripsi)
Oleh
Ayendra Wahyuni 1013033027
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG
(4)
(5)
(6)
(7)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tanjung Enim, pada tanggal 07 September 1992, anak kedua dari empat bersaudara, dari pasangan Bapak
Sai’in, S.T., dengan Ibu Yuswartini.
Penulis menyelesaikan Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 3 Perumnas Way Halim Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2004. Tahun 2007, penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 23 Bandar Lampung dan menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 12 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2010. Tahun 2010, penulis tercatat sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur (SNMPTN).
Penulis aktif dalam kegiatan Forum Komunikas Mahasiswa dan Alumni (fokma) Pendidikan Sejarah dan menjadi Bara Muda Himapis periode 2010-2011. Penulis pernah menjadi Staff di Fokma Sejarah tahun 2012/2013. Di BEM FKIP pernah menjadi staff dalam bidan SENBUDOR periode 2011/2012. Penulis pernah melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) dengan tujuan Jogjakarta – Jakarta pada bulan Januari 20011 serta melaksanakan Program KKN Terintegrasi dan Program Pengalaman Lapangan (PPL) Di SMP Negeri 02Way Tenong kabupaten Lampung Barat dan kegiatan positif lainnya.
(8)
MOTO
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada
kemudahan. Maka apabila kamu telah
selesai dari suatu urusan, kerjakanlah
dengan sungguh-sungguh urusan yang lain
dan hanya kepada Tuhanlah hendaknya
kamu berharap “
(9)
PERSEMBAHAN
Berlandaskan hanturan syukur kepada Allah Swt, dengan keikhlasan hati dan mengharap ridho-Nya ku persembahkan karya sederhana ini sebagai tanda bakti cinta dan kasihku kepada:
1. Almamaterku tercinta Universitas Lampung.
2. Kedua orang tuaku tercinta yang selalu memberikan doa dalam setiap sujudmu dan harapan disetiap tetes keringatmu demi tercapainya cita, citra dan cintaku , 3. Guru-guruku tercinta yang pernah mengajariku semenjak SD hingga masuk
Perguruan Tinggi (UNILA) yang senantiasa sabar & selalu memberikan ilmu kepadaku.
(10)
SANWACANA
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah- Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe Structured Numbered Heads Terhadap Kemampuan Kognitif Siswa Pada Mata Pelajaran IPS SMP Gajah Mada Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013/2014” penulis selesaikan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
Dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, motivasi, bimbingan, dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada:
1. Bapak Dr.H. Bujang Rahman, M.Si., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;
2. Bapak Dr. M. Thoha B.S. jaya, M. S., Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;
3. Bapak Drs. Arwin Achmad, M.Si., Pembantu Dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;
4. Bapak Drs. Iskandar Syah, M.H., Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;
5. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;
6. Bapak Drs. H. Maskun, M.H., Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;
(11)
7. Bapak Drs. Syaiful M, M.Si., pembimbing I yang dengan ikhlas dan
senantiasa sabar membimbing, mengarahkan, dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik;
8. Ibu Yustina Sri Ekwandari, S.Pd. M.Hum., pembimbing II yang dengan ikhlas dan sabar memberikan arahan, masukan, motivasi dan bimbingannya kepada penulis dengan baik dalam menyelesaikan skripsi ini;
9. Bapak Drs. Ali Imron, M.Hum., Bapak Drs. Wakidi, M.Hum., Ibu Dr. R.M. Sinaga, M.Hum., Bapak Drs. Tontowi, M.Si., Bapak M. Basri S.Pd, M.Pd., Bapak Suparman Arif, S.Pd, M.Pd., Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;
10.Bapak dan Ibu staff tata usaha dan karyawan Universitas Lampung;
11.Bapak Drs. Ibu Munzhir, S.Pd., kepala sekolah yang telah memberikan izin penulis untuk melakukan penelitan;
12. Ibu Purnamawati, S.Pd., guru bidang studi IPS SMP Gajah Mada Bandar Lampung yang memberi bantuan dan saran dalam melaksanakan penelitian; 13.Kedua orang tuaku, Bapak Sai’in, S.T., dan Ibuku tercinta Ibu Yuswartini
yang senantiasa menuntun, menyayangi dan selalu mendoakan
keberhasilanku terima kasih atas ketulusan, kesabaran dan pengorbanannya untukku ;
14.Ketiga saudari/a ku Eka Dwi Capitasari, S.E., Kiki Carolice dan Andrian yang selalu menyayangi, mendoakan dan menjadi penyemangat dalam hidupku;
(12)
15.Teman- teman seperjuanganku Lensy, Melisa, Lina, Hakim, Selly, Dani, Eddy, lilis yang banyak membantu ku, angkatan 2010 Genap dan Ganjil terima kasih untuk kekeluargaan dan kebersamaan selama ini;
16.Kakak tingkat FKIP Sejarah angkatan 2008, 2009, dan adek tingkat 2010, 2011, 2012, 2013;
17.Semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan skripsi.
Semoga amal ibadah dan ketulusan hati kalian semua mendapat imbalan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Bandar Lampung, Mei 2014 Penulis,
Ayendra Wahyuni NPM 1013033027
(13)
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ABSTRAK
HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN RIWAYAT HIDUP
PERSEMBAHAN MOTTO
SANWACANA DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
I. PENDAHULUAN ... 1
I.1 Latar Belakang ... 1
I.2 Rumusan Masalah ... 4
I.3 Tujuan, Kegunaan. Dan Ruang Lingkup Penelitian ... 4
I.3.1 Tujuan Penelitian ... 4
I.3.2 Kegunaan Penelitian ... 4
I.3.3 Ruang Lingkup Penelitian ... 5
Referensi ... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7
II.1 Tinjauan Pustaka ... 7
II.1.1 Konsep Pengaruh ... 7
II.1.2 Konsep Kemampuan Kognitif ... 8
II.1.4 Konsep Model Pembelajaran ... 12
II.1.4 Konsep Cooperative Learning ... 13
II.1.5 Konsep Tipe Structured Numbered Heads ... 15
II.1.6 Konsep Pembelajaran IPS ... 18
II.1.7 Penelitian Relevan ... 20
II.2 Kerangka Pikir ... 22
II.3 Paradigma ... 23
(14)
III. METODELOGI PENELITIAN ... 25
III.1 Metode Penelitian ... 25
IIII.2 Populasi dan Sampel ... 25
III.2.1 Populasi ... 26
III.2.2 Sampel ... 27
III.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 28
III.3.1 Variabel Penelitian ... 28
III.3.2 Definisi Operasional ... 29
III.4 Instrumen Penelitian ... 30
III.5 Teknik Pengumpulan Data ... 30
III.6 Validatas dan Reabilitas Alat Ukur ... 32
III.6.1Validitas ... 32
III.6.2 Reliabilitas ... 33
III.7 Tingkat Kesukaran ... 34
III.8 Daya Pembeda ... 35
III.9 Teknik Analisis Data ... 36
Referensi ... 37
IV. HASIL PENELITIANDAN PEMBAHASAN ... 38
IV.1 Hasil Penelitian ... 38
IV.1.1 Sejarah Berdirinya Sekolah ... 38
IV.1.2 Keadaan Sekolah ... 38
IV.1.3 Data Tenaga Pendidik dan Kependidikan ... 39
IV.1.4 Keadaan Siswa ... 41
IV.1.5 Rombongan Belajar ... 42
IV.1.6 Penelitian ... 42
1) Tes Pertama ... 44
2) Tes Kedua ... 46
3) Tes Ketiga ... 48
IV.2 Pembahasan ... 51
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 56
V.1 Kesimpulan ... 56
V.2 Saran ... 57 Lampiran
(15)
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Tabel 1. Anggota Populasi Kelas VIII SMP Gajah Mada
Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013/2014 ... 26
2. Tabel 2. Anggota Sampel Penelitian Kelas VIII C ... 26
3. Tabel 3. Interprestasi Reliabilitas Instrumen ... 31
4. Tabel 4. Indeks Kesukaran ... 32
5. Tabel 5. Daya Pembeda ... 33
6. Tabel 6. Jumlah Ruangan Sekolah ... 37
7. Tabel 7. Nama Tenaga Pendidik/Guru ... 38
8. Tabel 8. Nama Staf Sekolah ... 39
9. Tabel 9. Jumlah Siswa ... 39
10. Tabel 10. Jumlah Rombongan Belajar ... 40
11. Tabel 11. Skor Kognitif Pertama ... 41
12. Tabel 12. Persentase Jumlah Siswa ... 43
13. Tabel 13. Skor Kognitif Kedua ... 44
14. Tabel 14. Persentase Jumlah Siswa ... 46
15. Tabel 15. Skor Kognitif Ketiga ... 47
16. Tabel 16. Persentase Jumlah Siswa ... 49
17. Tabel 17. Analisis Rekapitulasi Rata-rata Skor Hasil Belajar Kognitif Siswa ... 50
(16)
1
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi masyarakat saat ini, sehingga sekolah dituntut mampu untuk meningkatkan mutu pembelajaran yang dapat mengurangi rendahnya angka ketuntasan belajar. Proses pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah yang sering diterapkan guru membuat siswa menjadi bosan, jenuh bahkan siswa menjadi pasif (Slameto, 2010:65). Dalam penyampaian materi dengan menggunakan metode ceramah, siswa hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan apa yang disampaikan guru.
Keberhasilan dalam proses belajar mengajar dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam menggunakan strategi, metode dan teknik belajar serta kurang variatifnya guru dalam menggunakan metode-metode pembelajaran tersebut yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan oleh guru ketika proses belajar mengajar berlangsung (Zainal Aqib, 2013:66).
Proses pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah merupakan metode yang paling banyak dipergunakan guru dalam kegiatan pembelajaran walaupun metode ceramah memiliki banyak kelemahan (Oemar Hamalik, 1992: 36).
(17)
2
Melihat cara siswa belajar tersebut ada sebuah pepatah dari china, dalam http://kalimatcerdas.blogspot.com/2010/01/pepatah-china.html (02 April 2013) menyebutkan bahwa:
”Saya mendengar dan saya lupa, saya melihat dan saya ingat, saya berbuat dan saya mengerti”.
Pepatah tersebut dapat diartikan jika saya belajar dengan cara mendengarkan, maka saya akan cepat lupa, jika saya belajar dengan cara banyak melihat, maka saya akan lama ingat, jika saya belajar dengan cara berbuat, maka saya akan menjadi mengerti.
Salah satu alternatif agar siswa dapat terlibat dalam pembelajaran pada mata pelajaran IPS, guru perlu menerapkan suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa secara optimal. Salah satu model tersebut adalah cooperative learning.
Artz dan Newman (1990)menyatakan bahwa :
“Model Cooperatif Learning lebih menitikberatkan pada proses kelompok kecil pembelajaran/siswa yang bekerja sama dalam satu tim untuk mengatasi suatu masalah, menyelesaikan sebuah tugas, atau mencapai /satu tujuan bersama kelompok. Proses belajar dalam kelompok akan membantu siswa menemukan dan membangun secara langsung pemahaman mereka tentang materi pelajaran yang tidak dapat ditemui pada metode konvensional” (Miftahul Huda, 2013: 32).
Hal ini sesuai dengan pendapat Roger, dkk. (1992) yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok pembelajar yang di dalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota lainnya (Miftahul Huda, 2013: 29).
(18)
3
Ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dari penggunaan model Cooperatif Learning ini, yaitu siswa diberi kebebasan untuk terlibat secara aktif dalam kelompok, memberikan hasil belajar yang lebih baik serta dapat mengembangkan kemampuan siswa. Salah satu tipe cooperative learning yang dapat diterapkan pada mata pelajaran IPS yaitu cooperative Learning tipe structured numbered heads (Miftahul Huda, 2013:139).
SNH adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam pembagian tugas kelompok (Zainal Aqib, 2013:20). Dalam proses pembelajaran model SNH, pemecahan masalah dilakukan melalui diskusi dan siswa diberikan tanggung jawabnya masing-masing dalam pemecahan masalah (Miftahul Huda, 2013: 139). Model SNH merupakan pembelajaran yang melibatkan peran siswa secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe SNH diduga dapat meningkatkan pemahaman siswa pada materi IPS, walaupun setiap siswa memiliki tugasnya masing-masing. Hal ini berarti siswa akan mendapatkan informasi dan pengetahuan yang baik, sehingga kemampuan kognitif yang dicapai siswa dapat meningkat saat pembelajaran karena kegiatan belajar mengajar dikelas sangat berpengaruh pada kemampuan berpikir yang dicapai siswa. Akan tetapi model Cooperative Learning tipe Structured Numbered Heads ini masih tergolong baru karena masih banyak sekolah yang belum mengetahui model ini dikarenakan ketidaktahuan pihak sekolah tentang model Cooperative Learning tipe Structured Numbered Heads salah satunya yaitu SMP Gajah Mada B.Lampung. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe SNH dapat menjadi solusi dalam pembelajaran yang dapat berpengaruh pada kemampuan kognitif siswa di kelas.
(19)
4
Berdasarkan latar belakang tersebut dilakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe Structured Numbered Heads (SNH) Terhadap Kemampuan Kognitif Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Kelas VIII SMP Gajah Mada Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah :
Apakah ada pengaruh dari model cooperative learning tipe stuctured numbered heads terhadap peningkatan kemampuan kognitif siswa pada mata pelajaran IPS kelas VIII semester ganjil SMP Gajah Mada Bandar Lampung?
Tujuan, Kegunaan, dan Ruang Lingkup
I.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
Pengaruh model cooperative learning tipe stuctured numbered heads terhadap Kemampuan kognitif siswa pada mata pelajaran IPS kelas VIII semester ganjil SMP Gajah Mada Bandar Lampung.
I.3.2 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat kepada peneliti maupun pada pihak-pihak yang membutuhkan. Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah yakni:
(20)
5
Kegunaan Praktis.
1. Bagi Guru : Memberikan masukan atau informasi tentang model dan metode mengajar yang dapat diterapkan di dalam kelas..
2. Bagi Siswa : Dapat meningkatkan penguasaan materi, peran dan tanggung jawab siswa dalam proses belajar di kelas pada mata pelajaran IPS.
Kegunaan Teoritis
Bagi penulis : Dapat memberikan pengetahuan kepada penulis tentang pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe structured numbered heads pada mata pelajaran IPS.
I.3.3 Ruang Lingkup Penelitian
Objek Penelitian : Kelas VIII SMP Gajah Mada Bandar Lampung
Subjek Penelitian : Siswa Kelas VIII C SMP Gajah Mada Bandar Lampung Tempat Penelitian : SMP Gajah Mada Bandar Lampung
Waktu Penelitian : Mei 2013 sampai penelitian selesai. Temporal : Tahun Pelajaran 2013/2014
(21)
6
REFERENSI
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: PT Bineka Cipta, hal.65
Aqib, Zainal.2013. Model-Model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif). Bandung: Yrama Widya, hal.66
Hamalik, Oemar.1992. Studi Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: Mundur Maju, hal.36
http://kalimatcerdas.blogspot.com/2010/01/pepatah-china.html, 20 Januari 2010 diakses 02 April 2013
Huda, Miftahul. 2013. Cooperatif Learning:Metode, Teknik, Struktur, dan Model Penerapan /PPL.Yogyakarta:Pustaka pelajar, hal.32
Ibid., hal.29
Zainal, Op.Cit, hal.20 Miftahul, Op.Cit, hal.139
(22)
7
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA FIKIR DAN HIPOTESIS
II.1 Tinjauan Pustaka
II.1.1 Konsep Pengaruh Pembelajaran
Pengaruh merupakan kekuatan yang muncul dari suatu benda atau orang dan juga gejala dalam yang dapat memberikan perubahan terhadap apa-apa yang ada disekelilingnya (Winaro Surakhmad, 1982:7). Pengertian pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (seseorang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005:849).
Trianto (2010:17) menyatakan bahwa:
“Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan”. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Pembelajaran dalam makna kompleks adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarhkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangkan mencapai tujuan yang diharapkan.”
Hal ini sesuai dengan pendapat Warsita (2008:85) yang menyatakan bahwa pembelajaran adalah suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik.
(23)
8
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengaruh pembelajaran adalah suatu daya yang timbul dari peserta didik karena adanya suatu perubahan yang membuat peserta didik belajar. Pada penelitian ini, peneliti membatasi pada daya yang timbul dari adanya model cooperative learning tipe structured numbered head pada mata pelajaran IPS.
II.1.2 Kemampuan Kognitif
Kemampuan kognitif merupakan kemampuan yang berkaitan dengan penguasaan ilmu pengetahuan (Daryanto, 1999:11). Kemampuan kognitif siswa terbagi menjadi enam aspek yang sesuai dengan Taksonomi Bloom (1956) yaitu:
1. Pengetahuan
Adalah aspek yang paling dasar dalam Taksonomi Bloom, yang sering disebut sebagai aspek ingatan. Dalam jenjang kemampuan ini, seseorang dituntut untuk mengenali atau mengetahui adanya konsep-konsep, fakta, atau istilah-istilah lainnya. Kata operasional yang digunakan sebagai berikut: menyebutkan, menunjuk, menjelaskan, mengidentifikasi, menyatakan.
2. Pemahaman
Kemampuan ini umumnya mendapat penekanan dalam proses belajar mengajar. Siswa dituntut memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa harus menghubungkannya dengan hal-hal lainnya.
3. Penerapan
Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, dsb di dalam kondisi kerja.Pemakaian hal-hal
(24)
9
abstrak dalam situasi konkret tertentu. Hal-hal abstrak tersebut dapat berupa ide umum, aturan atas prosedur, atau metode umum dan juga dapat dalam bentuk prinsip, ide dan teori secara teknis yang harus diingat dan diterapkan dalam situasi baru dan konkret.
Penerapan terhadap fenomena yang dibicarakan dalam satu makalah mengenai istilah atau konsep ilmiah yang digunakan pada makalah lain.
Kemampuan memprediksi efek yang mungkin timbul akibat perubahan pada suatu faktor terhadap suatu situasi biologis yang telah ada dalam equilibrium.
4. Analisis
Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisis informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya, dan mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yang rumit.
1) Analisis tentang unsur
Pengidentifikasian unsur-unsur yang ada dalam suatu komunikasi. Kemampuan untuk mengetahui asumsi yang tidak terungkapkan. Keterampilan dalam membedakan fakta dari hipotesis.
2) Analisis tentang hubungan
Hubungan dan interaksi antara unsur-unsur dan bagian-bagian suatu komunikasi.
(25)
10
Kemampuan untuk memeriksa konsistensi atau ketetapan hipotesa dengan informasi dan asumsi yang ada.
Keterampilan dalam memahami hubungan antara ide-ide dalam sebuah bacaan.
3) Analisis tentang prinsip-prinsip pengaturan
Pengorganisasian, pengaturan sistematis, dan struktur yang menyatukan komunikasi.
5. Sintesis
Penyatuan unsur-unsur dan bagian-bagian menjadi satu kesatuan yang berhubungan dengan proses bekerja dengan potongan-potongan, bagian-bagian, unsur-unsur, dana sebagainya, dan mengatur serta menggabungkannya dengan sedemikian rupa guna membentuk suatu pola atau struktur yang sebelumnya tidak jelas.
1) Penghasilan (production) suatu komunikasi yang unik
Pengembangan dari suatu komunikasi dimana penulis atau pembicara berupaya untuk menyampaikan ide, perasaan, dan/atau pengalaman pada orang lain.
Keterampilan dalam menulis, dengan menggunakan suatu pengaturan ide dan pernyataan yang sangat baik.
Kemampuan untuk mengungkapkan pengalaman pribadi dengan efektif.
2) Penghasilan (production) sebuah rencana atau serangkaian operasi yang diajukan
(26)
11
Pengembangan dari suatu rencana kerja atau proposal atas sebuah rencana operasi, yang harus memenuhi persyaratan tugas yang mungkin diberikan pada siswa atau mungkin pula dikembangkannya sendiri.
Kemampuan mengajukan cara-cara untuk menguji hipotesis.
Kemampuan merencanakan sebuah unit instruksi untuk situasi mengajar tertentu.
3) Penemuan serangkaian hubungan yang abstrak
Pengembangan dari seperangkat hubungan yang abstrak baik untuk mengklasifikasi maupun untuk menjelaskan data atau fenomena tertentu, atau deduksi dari pernyataan dan hubungan dari seperangkat pernyataan dasar atau representasi secara simbolis.
Kemampuan merumuskan hipotesis yang tepat dengan berdasarkan pada suatu analisis dari faktor-faktor yang terlibat, dan untuk memodifikasi hipotesis tersebut sesuai dengan faktor dan pertimbangan baru.
Kemampuan membuat penemuan dan generalisasi secara matematis 6. Evaluasi
Penilaian (judgments) kuantitatif dan kualitatif mengenai nilai dari suatu materi dan metode untuk tujuan tertentu dengan menggunakan standar penilaian yang kriterianya dapat ditentukan oleh siswa sendiri atau ditentukan sebelumnya dan kemudian diberikan pada siswa tersebut.
1) Penilaian (judgments) atas bukti internal
Evaluasi atas akurasi dari suatu komunikasi yang dibuktikan melalui akurasi yang logis, konsistensi dan kriteria internal lainnya.
(27)
12
Menilai (judging) melalui standar internal, kemampuan untuk menilai probabilitas umum dari akurasi dalam melaporkan fakta dari kecermatan atas ketepatan pernyataan, dokumentasi, bukti dan sebagainya.
Kemampuan menunjukkan kekeliruan (fallacies) secara logis dalam argumen.
2) Penilaian (judgments) atas kriteria eksternal
Evaluasi atas materi dengan mengacu pada kriteria yang telah dipilih atau diingat.
Perbandingan dari teori besar, generalisasi, dan fakta mengenai budaya tertentu.
Menilai (judging) melalui standar eksternal, kemampuan untuk membandingkan sebuah karya dengan standar tertinggi dalam bidangnya, terutama dengan karya-karya lain yang diakui kehebatannya.
Pada penelitian ini ranah kognitif hasil belajar siswa terdiri dari kemampuan kognitif pengetahuan, pemahaman, penerapan, dan analisis, sintesis dan evaluasi.
II.1.3 Konsep Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelompok maupun tutorial (Agus Suprijono, 2011: 46). Fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi perancang pengajar dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran (Trianto, 2010: 51). Hal ini
(28)
13
sesuai dengan pendapat Toeti Soekamto dan Winata putra (1995: 78) yang mengatakan bahwa:
“Model pembelajaran adalah sebagai kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar bagi para siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar”.
Dari pengertian di atas dapat dinyatakan bahwa model pembelajaran adalah rancangan dalam proses belajar mengajar yang akan membawa peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan berguna sebagai acuan dalam melaksanakan pembelajaran.
II.1.4 Konsep Cooperative Learning (Pembelajaran Kooperatif)
Cooperative Learning yaitu satu model pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan kumpulan-kumpulan kecil pelajar dengan memberi peluang untuk berinteraksi sesama mereka di dalam proses pembelajaran (Kadir, 2002:54).
Davidson (1995) dalam Miftahul Huda menyatakan bahwa:
Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang dapat meningkatkan kinerja kelompok, organisasi, dan perkumpulan siswa yang bekerja sama dan berusaha menghasilkan suatu pengaruh tertentu.
Model Cooperative Learning menciptakan sebuah revolusi pembelajaran di kelas. Tidak ada kelas yang sunyi selama proses pembelajaran, karena pembelajaran dapat dicapai di tengah-tengah percakapan antara siswa. Guru dapat menciptakan suatu lingkungan kelas yang baru tempat siswa secara rutin dapat saling membantu satu sama lain, guna menuntaskan bahan ajar pada akademiknya.
(29)
14
Belajar kelompok dalam pembelajaran kooperatif berbeda dengan belajar kelompok biasa. Menurut Miftahul Huda (2013: 46) model pembelajaran kooperatif mempunyai unsur-unsur dasar yang membuat pembelajaran kooperatif lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran individual, yaitu :
a. Interdepensi positif (ketergantungan positif)
Dalam pembelajran kooperatif siswa harus bertanggung jawab pada dua hal: 1) mempelajari materi yang ditugaskan, 2) memastikan bahwa semua anggota kelompoknya juga mempelajari materi tersebut
b. Interaksi promotif
Interaksi dalam kelompok dimana setiap anggota saling mendorong dan membantu anggota lain dalam usaha mereka untuk mencapai, menyelesaikan, dan menghasilkan sesuatu untuk tujuan bersama.
c. Akuntabilitas Individu (tanggung jawab individu)
Dalam kelompok kooperatif, tanggung jawab akan muncul ketika aktivitas setiap anggota dinilai dan hasilnya diberikan kembali kepada kelompoknya.
d. Pemrosesan kelompok
Kerja kelompok yang efektif biasanya dipengaruhi oleh sejauh mana kelompok tersebut merefleksikan proses kerja sama kelompok.
Arrends (1997: 111) menyatakan bahwa :
Tujuan yang ketiga dari pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan siswa kemampuan bekerjasama dan berkolaborasi. Keadaan seperti ini bertujuan untuk memperkecil ketidaksepahaman antara individu yang dapat memicu tindak kekerasan dan seringnya timbul ketidakpuasan ketika mereka dituntut untuk berkerjasama.
Damon dalam Miftahul Huda (2013: 42) mengatakan bahwa diskusi kelompok yang menjadi ciri penting pembelajaran kooperatif memiliki manfaat-manfaat praktis. Diantaranya adalah sebagai berikut:
a) Diskusi kelompok menampilkan perdebatan pemikiran di antara siswa. Perdebatan ini dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.
b) Diskusi kelompok memotivasi siswa untuk mencari konsep-konsep yang lebih sistematis.
c) Diskusi kelompok menjadi sejenis forum yang dapat mendorong pemikiran kritis diantara siswa.
d) Diskusi kelompok melahirkan pemikiran siswa yang focus pada permasalahan dan proses berpikir yang lebih tertata.
(30)
15
e) Diskusi kelompok memotivasi siswa untuk mengutamakan pendapat-pendapat mereka. Hal ini tentu saja akan turut meningkatkan kemampuan siswa di dalam kelas.
Menurut Miftahul Huda (2013: 118) bentuk-bentuk/ tipe pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
“ 1) Jigsaw
2) Think-Pair-Share 3) Number Heads Together 4) Structured Numbered Heads 5) Group Investigation
6) Two Stay Two Stray 7) Make a Match 8) Inside-Outside Circle 9) Bamboo Dancing 10) Keliling Kelompok 11) Kancing Gemerincing 12) Keliling Kelas
Berdasarkan konsepsi di atas, maka pengertian cooperative Learning adalah belajar bersama dalam kelompok kecil yang dapat menumbuhkan rasa tanggungjawab dan pemahaman secara baik dalam suatu materi pelajaran.
II.1.5 Konsep Tipe Structured Numbered Heads (SNH)
Model Cooperative Learning tipe Structured Numbered Heads adalah suatu pembelajaran yang membagi siswa dalam beberapa kelompok untuk menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan/tugas yang diberikan guru kepada siswa. Model kooperatif tipe SNH ini merupakan turunan atau bentuk penyempurnaan dari model kooperatif tipe NHT yang dipopulerkan oleh Spencer Kagen (1993).
Menurut Zainal Aqib (2013 :20) Sintak atau langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur yaitu :
1) Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor urut
2) Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomor urut terhadap tugas yang berangkai.
(31)
16
Misalnya, siswa nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya.
3) Langkah berikutnya adalah tugas kelompok, guru memberikan tugas kelompok kepada siswa. Pertanyaan atau tugas yang diberikan dapat diambil dari materi pelajaran tertentu yang sedang di pelajari, dalam membuat pertanyaan usahakan dapat bervariasi dari yang spesifik hingga bersifat umum dan dengan tingkat kesulitan yang bervariasi pula.
4) Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain 5) Kesimpulan
Model pembelajaran SNH merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dengan membagi peran siswa dalam kelompok menjadi tiga peran, yaitu pencatat, pemecah masalah, dan penyampai hasil diskusi. Tugas pencatat adalah mencatat semua tugas yang berkaitan dalam hal diskusi, seperti mencatat soal, menulis hasil diskusi dan lain-lain. Tugas pemecah masalah yaitu mencari solusi atau jawaban dari pertanyaan/tugas yang diberikan guru saat akan melakukan diskusi. Sedangkan tugas penyampai hasil diskusi yaitu melaporkan hasil diskusi di depan kelas saat diskusi telah selesai.Tipe ini menuntut siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam penguasaan materi, walaupun setiap siswa memiliki tugasnya masing-masing.
Langkah-langkah pembelajaran model kooperatif tipe SNH sebagai berikut: 1. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3
sampai 5 orang siswa dengan karakteristik yang heterogen. Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan tempat duduk, dll.
2. Masing-masing siswa dalam kelompok diberi nomor urut.
3. Penugasan diberikan kepada siswa berdasarkan nomor urutnya. Misalnya siswa nomor 1 bertugas membaca soal dengan benar dan mengumpulkan data yang berhubungan dengan penyelesaian soal, siswa nomor 2 bertugas mencari penyelesaian soal, siswa nomor 3 mencatat dan melaporkan hasil kerja kelompok.
4. Guru membagikan tugas kelompok kepada siswa
5. Penyampaian hasil diskusi dan tanggapan kelompok lain
6. Pada pertemuan selanjutnya dalam menggunakan kooperatif tipe SNH, kelompok diskusi tetap pada kelompok yang telah dibentuk
(32)
17
pada pertemuan sebelumnya. Guru dapat memutar nomor urut siswa agar siswa tidak jenuh dengan tugas yang siswa dapatkan (Miftahul huda, 2013: 139).
Dalam kutipan http://www.ras-eko.com/2011/05/model-pembelajaran-kepala-bernomor.html (12 April 2013), model kooperatif tipe SNH memeliki kelebihan dan kelemahan yaitu:
Kepala bernomor struktur memiliki kelebihan-kelebihan: 1. Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh. 2. Dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
3. Mampu memperdalam pamahaman siswa. 4. Melatih tanggung jawab siswa.
5. Mengembangkan rasa saling memiliki dan kerjasama. 6. Setiap siswa termotivasi untuk menguasai materi.
7. Menghilangkan kesenjangan antara yang pintar dengan tidak pintar. 8. Tercipta suasana gembira dalam belajar. Dengan demikian meskipun
saat pelajaran menempati jam terakhir pun,siswa tetap antusias belajar. Kepala bernomor struktur juga memiliki kelemahan-kelemahan, yaitu: 1. Guru tidak megetahui kemampuan masing-masing siswa.
2. Membutuhkan waktu yang banyak.
3. Ada siswa yang takut diintimidasi bila Memberi nilai jelek kepada anggotanya (bila kenyataannya siswa lain kurang mampu menguasai materi)
4. Apabila pada satu nomor kurang maximal mengerjakan tugasnya, tentu saja mempengaruhi pekerjaan pemilik tugas lain pada nomor selanjutnya.
Berdasarkan konsepsi di atas, maka pengertian Structured Numbereds Heads adalah tipe pembelajaran yang membagi peran siswa dalam kelompok belajar dengan memberikan penegasan tugas pada setiap nomor yang didapatkan siswa, dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:
1. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3 sampai 5 orang siswa dengan karakteristik yang heterogen. Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan tempat duduk, dll.
(33)
18
2. Masing-masing siswa dalam kelompok diberi nomor urut.
3. Penugasan diberikan kepada siswa berdasarkan nomor urutnya. Misalnya siswa nomor 1 bertugas membaca soal dengan benar dan mengumpulkan data yang berhubungan dengan penyelesaian soal, siswa nomor 2 bertugas mencari penyelesaian soal, siswa nomor 3 mencatat dan melaporkan hasil kerja kelompok.
4. Langkah berikutnya adalah tugas kelompok, guru memberikan tugas kelompok kepada siswa. Pertanyaan atau tugas yang diberikan dapat diambil dari materi pelajaran tertentu yang sedang di pelajari, dalam membuat pertanyaan usahakan dapat bervariasi dari yang spesifik hingga bersifat umum dan dengan tingkat kesulitan yang bervariasi pula.
5. Penyampaian hasil diskusi dan tanggapan kelompok lain
6. Pada pertemuan selanjutnya dalam menggunakan kooperatif tipe SNH, kelompok diskusi tetap pada kelompok yang telah dibentuk pada pertemuan sebelumnya. Guru dapat memutar nomor urut siswa agar siswa tidak jenuh dengan tugas yang siswa dapatkan
II.1.6 Konsep Pembelajaran IPS
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu- ilmu sosial seperti: Sosiologi, Sejarah, Geografi, Ekonomi, Politik, Hukum, dan Budaya. IPS dirumuskan atas dasar realita dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang- cabang ilmu-ilmu sosial (Agus Suyatna, 2008: 64).
(34)
19
Menurut Ahmadi dan Amri (2011: 10) IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di SD, SMP yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, anak diarahkan untuk dapat menjadi warga Negara Indonesia yang demokratis, bertanggungjawab, serta warga dunia yang cinta aman.
Suatu program IPS yang layak, bertujuan memberikan keterampilan dan mengembangkan berbagai sikap yang diperlakukan agar sikap yang diperlukan agar siswa menjadi warga masyarakat yang berguna. Perincian dari jenis-jenis pengertian (kognitif) yang perlu diterima siswa dari pembelajaraan IPS diantaranya adalah aspek-aspek utama lingkungan social, aspek utama drai lingkungan alam, berbagai cara manusia bekerjasama dengan lingkungan, fungsi control oleh kelompok social dan bagaimana manusia memenuhi kebutuhan dasarnya. Sikap (afektif) yang harus dikembangkan dalam pembelajaran IPS diantaranya adalah menghargai hakikat individu, menjunjung tinggi hukum dan yakin bahwa masalah dapat diselesaikan dengan akal. Karakteristik mata pelajaran IPS SMP/ MTS antara lain sebagai berikut.
1. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum, dan politik, kewarganegaraan, sosiologi bahkan bidang, humaniora, pendidikan dan agama.
2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan ilmu sosial yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (Puskur, 2006:6).
Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah social yang dirumuskan dengan pendekatan interdisimpliner dan multidisipliner.
1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner.
2. Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan adaptasi, dan pengelolaan lingkungan.
(35)
20
3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS menggunakan tiga dimensi dalam mengkaji dan memahami fenomena sosial serta kehidupan manusia secara keseluruhan.
Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut. 1. Manusia, Tempat, dan Lingkungan
2. Waktu, Keberlanjutan, dan perubahan 3. Sistem Sosial dan Budaya
4. Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraaan
Menurut N. Dalddjoeni (1985:23) tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran IPS adalah membina anak didik menjadi warga Negara yang baik. Menurut Fajar (2009: 114) fungsi mata pelajaran IPS di SMP atau MTS adalah untuk mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan sosial dan kewarganegaraan peserta didik agar dapat direfleksikan dalam kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia.
Pembelajaran IPS di SMP Gajah Mada Bandar Lampung, menggunakan kurikulum KTSP yang berarti pembagian materi dalam pembelajaran IPS terdiri dari materi pelajaran Geografi, Ekonomi, dan Sejarah.
II.1.7 Penelitian Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini, antara lain:
1. Judul skripsi “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kepala
Bernomor Struktur dalam Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial pada Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan”. Peneliti adalah Rahma sofia dari Program Studi Sosiologi Antropologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Tahun Penelitian adalah 2011.
(36)
21
Permasalahan yang diambil adalah pembelajaran dengan menggunakan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Struktur dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa. Hasil penelitian adalah hasil belajar siswa pada materi permintaan dan penawaran dapat meningkat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur.
2. Judul skripsi adalah “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kepala Bernomor Struktur Untuk Mencapai Ketuntasan Belajar”. ”. Peneliti adalah Joni Susilowibowo dan Lika Yuliati Fakultas Ekonomi, Unesa, Kampus Ketintang Surabaya. Tahun penelitian adalah 2009. Permasalahan yang diambil adalah masih kurangnya ketuntasan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika. Hasil penelitian adalah Hasil dari penelitian ini adalah bahwa kompetensi guru dalam mengelola kelas meningkat pada setiap siklus. Kegiatan siswa dianggap cukup baik. Selain itu, prestasi meningkat juga. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif adalah menyenangkan bagi siswa.
Dari kedua penelitian di atas dapat dilihat bahwa penelitian yang saya lakukan berbeda dengan penelitian tersebut. Jika pada penelitian pertama penelitian membahas tentang hasil belajar siswa pada materi permintaan dan penawaran dapat meningkat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe SNH dan penelitian kedua membahas tentang ketuntasan belajar siswa, penelitian yang saya lakukan membahas tentang pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe SNH terhadap kemampuan kognitif pada mata pelajaran IPS.
(37)
22
II.2 Kerangka Pikir
Salah satu upaya meningkatkan kemampuan kognitif siswa pada pelajaran IPS di sekolah adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa bekerja dalam suatu tim untuk menyelesaikan masalah, menyelesaikan tugas atau mengerjakan sesuatu secara bersama-sama. Proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe SNH diduga dapat meningkatkan peran serta siswa, sebab dalam pelaksanaannya setiap siswa dilibatkan secara langsung dalam pembagian tugas kelompok. Tipe pembelajaran ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam penguasaan materi, walaupun setiap siswa memiliki tugasnya masing-masing. Pada pelaksanaannya guru berperan sebagai fasilitator dan motivator dalam pembelajaran. Dengan demikian siswa akan aktif dan lebih bertanggung jawab dalam proses pembelajaran sehingga tercipta belajar bermakna dan siswa termotivasi untuk belajar, yang kemudian akan dapat meningkatkan kompetensi dan kemampuan berpikir siswa.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Stuctured Numbered Heads (SNH), sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan kognitif siswa pada materi pelajaran IPS yang telah ditentukan. Model pembelajaran ini akan diujicobakan kepada siswa kelas VIII SMP Gajah Mada Bandar Lampung. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari satu kelas, yaitu kelas penelitian. Pada kelas penelitian akan diberikan perlakuan dengan diajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Structured Numbereds Heads.
(38)
23
II.3 Paradigma
Kemampuan Kognitif:
1. Pengetahuan
Model Cooperative Learnig 2. Pemahaman
Tipe Structured Numbered Heads 3. Penerapan
4. Analisis
5. Sintesis
6. Evaluasi
Keterangan:
(39)
24
REFERENSI
Winarno Surakhmad.1982. Pengantar Interaksi Mengajar Belajar Dasar dan Teknik Metodologi Pengajaran. Bandung: Penerbit Tarsito, hal.7 Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2005. Jakarta: Balai Bahasa, hal.849
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta : PT. Kencana Prenada Media Group, hal.17
Daryanto. 1999. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineta Cipta, hal. 11 Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.
Yogyakarta: Pustaka Belajar, hal.46 Trianto, OP.Cit., hal.51
Toeti Soekamto dan Winata putra (1995:78) (http://berita-liputan- enam.blogspot.com/2012/07/perubahan-model-pembelajaran-matematika.html) (diakses tanggal 12 Mei 2014)
Kadir.2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta, hal.54
Huda, Miftahul. 2013. Cooperatif Learning:Metode, Teknik, Struktur, dan Model Penerapan /PPL.Yogyakarta:Pustaka pelajar, hal.30
Ibid., hal.46
Arends, Richard. 1997. Learning To Teach, Model Pembelajaran Inovatif yang Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, hal.111 Miftahul, Op.Cit., hal.42
Zainal, Op.Cit., hal.20 Miftahul, Op.Cit., hal.139
http://www.ras-eko.com/2011/05/model-pembelajaran-kepala-bernomor.html, dikutip tanggal 12 April 2013
Suyatna, Agus. 2008. Modul 30 modul pembelajaran PAIKEM. Bandar Lampung: Unila
Daldjoeni, N. 1985. Dasar-Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: Alumni, hal.23
(40)
25
Fajar, Arnie. 2009. Portofolio dalam Pelajaran IPS, Bandung: Rosda, hal.114 Zainal, Loc.Cit., hal.66
Sukardi, H.M.2010. Evaluasi Pendidikan (Definisi dan Operasionalnya). Jakarta: Bumi Aksara, hal.4
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/chemined/article/download/1602/1828, dikutip tanggal 22 Mei 2013
http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal_pe/article/view/5205, dikutip tanggal 22 Mei 2013
Arikunto, Op.Cit., hal.62 Ibid., hal 62
(41)
26
III.METODELOGI PENELITIAN
III.1 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode diskriptif. Sugiyono (2003:11), menyatakan bahwa di dalam Penelitian diskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain. Menurut Suranto (2009:22) penelitian diskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan suatu realita sosial tertentu atau dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan-keadaan nyata yang berlangsung sekarang.
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan metode diskriptif adalah metode penelitian ilmiah yang digunakan untuk mengetahui niai dari satu variabel tanpa menghubungkan variabel yang lain.
III.2 Populasi dan Sampel
III.2.1 Populasi
Pengertian populasi menurut Anwar Sanusi (2012:87) menyatakan bahwa populasi merupakan seluruh kumpulan elemen yang menunjukan ciri-ciri tertentu yang dapat digunakan untuk membuat kesimpulan. Populasi menurut Sugiyono (2012:117) adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek atau subjek yang
(42)
27
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya diartikan sebagai orang saja, tetapi bisa juga objek dan benda-benda alam yang lain. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di SMP Gajah Mada Bandar Lampung pada tahun ajaran 2013/2014.
Tabel 1. Anggota Populasi Kelas VIII SMP Gajah Mada Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013/2014
No. Kelas Jumlah Siswa Jumlah
Laki-laki Perempuan
1. VIII A 16 20 36
2. VIII B 17 23 40
3. VIII C 22 18 40
4. VIII D 22 21 43
5. VIII E 24 17 41
Jumlah 101 99 200
Sumber : Tata Usaha SMP Gajah Mada Bandar Lampung Tahun 2013/2014 Dari tabel di atas, diketahui yang menjadi populasi adalah siswa kelas VIII SMP Gajah Mada Bandar Lampung tahun ajaran 2013/2014 yang terdistribusi dalam 5 kelas (VIII A-VIII E) dengan jumlah siswa sebanyak 200 orang siswa. Populasi dalam penelitian ini yang terdiri dari 101 orang siswa laki-laki dan 99 orang siswa perempuan.
III.2.2 Sampel
Menurut Lind Dauglas, A (2009:7) sampel adalah bagian dari suatu populasi. Sugiyono (2012:118) menyatakan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Menurut Suranto (2009:15) sampel adalah sebagian kecil objek yang diteliti. Karena populasi dalam penelitian ini
(43)
28
masih sangat luas, dan peneliti memiliki keterbatasan waktu, tenaga, maupun biaya, maka peneliti menggunakan sampel dalam penelitian ini yang diambil dari populasi. Berdasarkan populasi yang ada maka sampel penelitian ini adalah menggunakan teknik random sampling yaitu seluruh populasi kelas VIII dipilih secara acak dan akan dijadikan sebagai sampel. Dengan menggunakan teknik tersebut, Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VIII C sebagai kelas penelitian. Teknik yang digunakan untuk menentukan sampel bila objek yang akan diteliti atau sumber data yang sangat luas, sedangkan cara penarikan sampel ini menggunakan cara perundingan dan yang diambil sebagai sampel adalah seluruh siswa di dalam satu kelas sebagai kelas penelitian dari satu kelas yang ada.
Tabel 2. Anggota Sampel Penelitian Kelas VIII C
No. Kelas Jumlah Siswa Jumlah
Laki-laki Perempuan
1. VIII C 22 18 40
Jumlah 22 18 40
Sumber : SMP Gajah Mada Bandar lampung Tahun 2013/2014
Dari tabel di atas, sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas VIII C yang mendapat perlakuan dengan diajarkan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Struktur.
III.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
III.3.1 Variabel Penelitian
Pengertian variabel menurut Anwar Sanusi (2012:50) adalah suatu fenomena yang diabstraksikan menjadi konsep atau konstruk yang jika diberi nilai. Hatch dan
(44)
29
Farhady (1981) dalam Sugiyono menyatakan bahwa variabel merupakan atribut seseorang, atau objek, yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu objek dengan objek lain. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat, sebagai berikut :
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model kooperatif tipe Stuctured Numbered heads (SNH). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan kognitif siswa pada materi pelajaran IPS yang telah ditentukan. Model pembelajaran ini akan diujicobakan kepada siswa kelas VIII SMP Gajah Mada Bandar Lampung. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari satu kelas, yaitu kelas VIII C. Pada kelas VIII C akan diberikan perlakuan dengan diajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Structured Numbered Heads.
III.3.2 Definisi Operasional
Definisi operasional variabel adalah suatu cara untuk menggambarkan dan mendiskripsikan variabel sedemikian rupa sehingga variabel tersebut bersifat spesifik dan terukur. Tujuannya agar peneliti dapat mencapai suatu alat ukur yang yang sesuai dengan hakikat variabel yang sudah di definisikan konsepnya, maka peneliti harus memasukkan proses atau operasionalnya alat ukur yang akan digunakan untuk kuantifikasi gejala atau variabel yang ditelitinya. Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Model Cooperatif tipe Structured Numbered Heads adalah suatu pembelajaran yang membagi siswa dalam beberapa kelompok untuk menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan/tugas yang diberikan guru kepada siswa. Model kooperatif tipe SNH
(45)
30
ini membagi peran siswa dalam kelompok menjadi tiga peran, yaitu pencatat, pemecah masalah, dan penyampai hasil diskusi. Tugas pencatat adalah mencatat semua tugas yang berkaitan dalam hal diskusi, seperti mencatat soal, menulis hasil diskusi dan lain-lain. Tugas pemecah masalah yaitu mencari solusi atau jawaban dari pertanyaan/tugas yang diberikan guru saat akan melakukan diskusi. Sedangkan tugas penyampai hasil diskusi yaitu melaporkan hasil diskusi di depan kelas saat diskusi telah selesai. Kemampuan Kognitif adalah Kemampuan berpikir yang diperoleh siswa setelah menerima sesuatu pengetahuan yang diwujudkan dalam nilai setelah mengikuti tes yang diselengarakan.
III.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2012:148)”. Instrumen penelitian yang digunakan dalam peneletian ini adalah instrumen untuk mengukur hasil belajar siswa yaitu tes hasil belajar (tes objektif tipe pilihan ganda), sesuai materi yang telah ditentukan yang diberikan kepada siswa di setiap akhir pertemuan pada mata pelajaran IPS Terpadu. Tes Objektif tipe pilihan ganda dipilih, karena dalam penggunaan tes objektif, jumlah soal yang diajukan jauh lebih banyak daripada tes essai (Arikunto 2008:164).
III.5 Teknik Pengumpulan Data
(46)
31
a. Kuis atau Tes
Kuis atau tes adalah suatu proses untuk menentukan kemampuan kognitif siswa melalui kegiatan penilaian (pengukuran hasil belajar siswa). Kuis dilaksanakan setiap akhir pertemuan. Dan tujuan utama diadakan kuis ini untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai setelah menigukti proses pembelajran IPS. Kuis diberikan kepada siswa berupa soal-soal yang terkait dengan materi yang dipelajari.
b. Observasi
Suranto (2009:14) mengemukakan bahwa observasi merupakan teknik pengmbilan data dengan terjun secara lansung ke lapangan dengan mengambil data secara langsung. Untuk mendapatkan data yang relevan dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan teknik observasi langsung. Teknik observasi langsung adalah sebuah teknik penelitian yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung dengan mencatat secara sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti pada objek penelitian. Observasi yang dilakukan yaitu pengamatan kegiatan pembelajaran pada kelas yang menjadi kelas penelitian di SMP Gajah Mada Bandar Lampung.
c. Dokumentasi
Suranto (2009:14) Dokumentasi adalah suatu teknik pengambilan data dari data masa lalu yang ada di perusahaan atau lembaga. Dokumentasi dilakukan dengan cara pengambilan data yang sudah ada, seperti: data siswa kelas VIII SMP Gajah Mada Bandar Lampung, gambaran umum SMP Gajah Mada Bandar Lampung.
(47)
32
d. Studi Pustaka
Suranto (2009:15) studi pustaka adalah teknik pengambilan data dengan cara membaca referensi atau literature sesuai dengan permasalahan yang diangkat. Studi pustaka yang digunakan untuk mendapatkan data-data yang berhubungan dengan penulisan dalam penelitian ini, seperti : teori yang mendukung, konsep-konsep dalam penelitian, serta data-data yang diambil dari berbagai referensi.
III.6 Validitas dan Reabilitas Alat Ukur
III.6.1Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat valid dari suatu instrumen. Suatu instrumen valid mempunyai validitas yang tinggi. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang di inginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat . Ciri suatu tes yang baik adalah apabila tes itu mampu untuk mengukur apa yang akan di ukur atau istilahnya valid, yang diukur dalam tiap item/butir soal. Penelitian ini digunakan, disusun dan disesuaikan dengan materi dan tujuan pembelajaran” (Suharsimi Arikunto 2008:144) .
r(xy) =
Keterangan :
r(xy)∶ Koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y
x : Skor
y : Jumlah skor x2 : Kuadrat dari Skor
(48)
33
∑xy: Jumlah perkalian x dan y n : Jumlah sample
(Product Moment yang dikemukakan oleh Pearson).
Item soal dapat dikatakan valid bila nilai koefisien > 0,2. Sedangkan bila nilai koefisien kurang dari 0,2, maka item soal tersebut tidak valid.
III.6.2 Reliabilitas
Realibilitas menunjukan pada suatu pengertian bahwa instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Reliabilitas adalah ketetapan suatu tes dapat diteskan pada objek yang sama untuk mengetahui ketetapan ini pada dasarnya melihat kesejajaran hasil (Suharsimi Arikunto 2008: 86).
Dalam penelitian ini uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha, yaitu:
r11 =
Keterangan :
r11 = reliabilitas instument n = jumlah varian skor tiap item
= jumlah varian butir = varian total
(Suharsimi Arikunto, 2008: 171)
Tabel 3. Interprestasi Reliabilitas Instrumen
Besarnya Nilai Kriteria
0,0 – 0,199 Sangat Rendah
0,20 – 0,399 Rendah
(49)
34
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,00 Sangat Kuat
Sumber: Suharsimi Arikunto, 2008: 171
Kriteria pengujian apabila r hitung > r tabel dengan taraf signifikansi 0,05 dan dk = n maka alat ukur tersebut reliabel dan sebaliknya jika r hitung< r tabel maka item pertanyaan tersebut reliabel, Instrumen dapat dikatakan reliabel apabila nilai alpha > 0,7. Sedangkan bila nilai alpha kurang dari 0,7, maka instrument tersebut tidak reliabel.
III.7 Tingkat Kesukaran
Arikunto (2008: 210) mengungkapkan untuk menghitung tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan rumus berikut:
P = Keterangan :
P : angka indeks kesukaran item
B : banyaknya siswa yang dapat menjawab dengan betul JS : jumlah siswa yang mengikuti tes hasil belajar.
Untuk menentukan indeks kesukaran digunakan klasifikasi sebagai berikut: Tabel 4. Indeks Kesukaran
- Soal dengan P -1,00 sampai 0,30 adalah soal sukar - Soal dengan P 0,31 sampai 0,70 adalah soal sedang - Soal dengan P 0,71 sampai 1,00 adalah soal mudah Sumber: Suharsimi Arikunto, 2008: 210
III.8 Daya Pembeda
Untuk menghitung daya pembeda, terlebih dahulu diurutkan dari siswa yang memperoleh nilai tertinggi sampai siswa yang memperoleh nilai terendah.
(50)
35
Kemudian diambil 20% siswa yang memperoleh nilai tertinggi (disebut kelompok atas) dan 20% siswa yang memperoleh nilai terendah (disebut kelompok bawah). Suharsimi Arikunto (2008: 213) mengungkapkan menghitung daya pembeda ditentukan dengan rumus:
D = Keterangan:
D : indeks diskriminasi satu butir soal JA : banyaknya peserta kelompok atas
JB : banyaknya peserta kelompok bawah
PA : proporsi kelompok atas yang dapat menjawab dengan betul butir soal
yang diolah
PB : proporsi kelompok bawah yang dapat menjawab dengan betul butir soal
yang diolah
BA : banyaknya kelompok atas yang dapat menjawab dengan betul butir soal
yang diolah
BB : banyaknya kelompok bawah yang dapat menjawab dengan betul butir
soal yang diolah
JA : jumlah kelompok atas JB : jumlah kelompok bawah
Klasifikasi daya pembeda: Tabel 5. Daya Pembeda
0,00 – 0,20 Jelek 0,21 – 0,40 Cukup 0,41 – 0,70 Baik 0,71 – 1,00 Baik Sekali Sumber: Suharsimi Arikunto, 2008: 213
(51)
36
III.9 Teknik Analisis Data
Teknik Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data statistik deskriptif. Menurut Sugiyono (2012: 207) analisis data statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul. Perhitungan dalam statistik deskriptif antara lain adalah penyajian data melalui tabel, grafik, diagram lingkaran, perhitungan modus, median perhitungan persentase (Sugiyono, 2012:208). Rumus persentase sebagai berikut:
P =
Keterangan:
P = angka persentase hasil belajar siswa F = frekuensi siswa pada hasil belajar tertentu N = Jumlah seluruh siswa
(52)
37
REFERENSI
Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Pusat Bahasa Depdiknas, hal.11
Suranto. 2009. Metodelogi Penelitian Dalam Pendidikan Dengan Program SPSS. Semarang: CV. Ghyyas Putra, hal.22
Sanusi, Anwar. 2012. Metodelogi Penelitian Bisnis. Jakarta: Salemba Empat, hal.87
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan.Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:Alfabeta, hal.117
A. Lind, Douglas. 2009. Teknik-teknik Statistika Dalam Bisnis dan Ekonomi Menggunakan Kelompok Data. Jakarta: Sallemba Empat, hal.7 Sugiyono, Op.Cit., hal.118
Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, hal. 144
Arikunto., Op.Cit., hal.86 Arikunto., Op.Cit., hal.93 Arikunto., Op.Cit., hal.210 Arikunto., Op.Cit., hal.213 Sugiyono., Op.Cit., hal.207 Ibid., hal.208
(53)
56
V. KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat diketahui bahwa Pengaruh model Cooperative Learning tipe Stuctured Numbered Heads terhadap kemampuan kognitif siswa pada mata pelajaran IPS kelas VIII SMP Gajah Mada Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014 dengan kesimpulan dari tiap aspek sebagai berikut:
1. Pengaruh model Cooperative Learning tipe Stuctured Numbered Heads terhadap aspek pengetahuan pada mata pelajaran IPS kelas VIII, terjadi peningkatan rata-rata siswa dari pertemuan pertama sampai ketiga sebesar 8 siswa (20%).
2. Pengaruh model Cooperative Learning tipe Stuctured Numbered Heads terhadap aspek pemahaman pada mata pelajaran IPS kelas VIII, terjadi peningkatan rata-rata siswa dari pertemuan pertama sampai ketiga sebesar 7 siswa (17,5%).
3. Pengaruh model Cooperative Learning tipe Stuctured Numbered Heads terhadap aspek penerapan pada mata pelajaran IPS kelas VIII, terjadi peningkatan rata-rata siswa dari pertemuan pertama sampai ketiga sebesar 7 siswa (17,5%).
(54)
57
4. Pengaruh model Cooperative Learning tipe Stuctured Numbered Heads terhadap aspek analisis pada mata pelajaran IPS kelas VIII, terjadi peningkatan rata-rata siswa dari pertemuan pertama sampai ketiga sebesar 6 siswa (15%).
5. Pengaruh model Cooperative Learning tipe Stuctured Numbered Heads terhadap aspek sintesis pada mata pelajaran IPS kelas VIII, terjadi peningkatan rata-rata siswa dari pertemuan pertama sampai ketiga sebesar 5 siswa (12,5%).
6. Pengaruh model Cooperative Learning tipe Stuctured Numbered Heads terhadap aspek evaluasi pada mata pelajaran IPS kelas VIII, terjadi peningkatan rata-rata siswa dari pertemuan pertama sampai ketiga sebesar 4 siswa (8,75%).
Berdasarkan kesimpulan dari enam aspek kognitif di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model Cooperative Learning tipe Stuctured Numbered Heads memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan kemampuan kognitif siswa pada mata pelajaran IPS kelas VIII.
V.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian di kelas VIII SMP Gajah Mada Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014, maka peneliti memberikan saran bagi para pembaca, terutama bagi rekan-rekan guru antara lain :
1. Bagi guru model Cooperative Learning tipe Stuctured Numbered Heads dapat menjadi salah satu alternatif pembelajaran yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS.
(55)
58
2. Bagi pembaca model Cooperative Learning tipe Stuctured Numbered Heads dapat memberikan pengetahuan, sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat mempengaruhi pembelajaran dan hasil belajar siswa.
(56)
DAFTAR PUSTAKA
Abdulhak, Ishak.1986. Strategi Belajar Pendidikan Luar sekolah. Universitas Terbuka
Anas, Sudjono.1995.Pengantar Evaluasi Pendidikan.Yogyakarta
A. Lind, Douglas. 2009. Teknik-teknik Statistika Dalam Bisnis dan Ekonomi Menggunakan Kelompok Data. Jakarta: Sallemba
Aqib, Zainal.2013. Model-Model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif). Bandung: Yrama Widya
Arends, Richard. 1997. Learning To Teach, Model Pembelajaran Inovatif yang Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher
Daldjoeni, N. 1985. Dasar-Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: Alumni Daryanto. 1999. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineta Cipta
Emzir. 2008. Metodologi PenelitianPendidikan, Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo
Fajar, Arnie. 2009. Portofolio dalam Pelajaran IPS, Bandung: Rosda
Hamalik, Oemar.1992. Studi Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: Mundur Maju Hasan, Iqbal. 2004. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: Bumi
Aksara
Huda, Miftahul. 2013. Cooperatif Learning:Metode, Teknik, Struktur, dan Model Penerapan /PPL.Yogyakarta:Pustaka pelajar
Nasution, S.1995. Mengajar Dengan sukses. Jakarta: Bumi Aksara Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi.
Jakarta: PT Bineka Cipta
Surdiman.2011. Interaksi Motovasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grahafindo Prasada
Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Pusat Bahasa Depdiknas Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
(57)
Kualitatif, dan R&D. Bandung:Alfabeta
Suranto. 2009. Metodelogi Penelitian Dalam Pendidikan Dengan Program SPSS. Semarang: CV. Ghyyas Putra
Sanusi, Anwar. 2012. Metodelogi Penelitian Bisnis. Jakarta: Salemba Empat Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.
Yogyakarta: Pustaka Belajar,
Sukardi, H.M.2010. Evaluasi Pendidikan (Definisi dan Operasionalnya). Jakarta: Bumi Aksara
Sutrisno Hadi. 1994. Metodologi Research IV. Yogyakarta : Penerbit Andi Offset Suyatna, Agus. 2008. Modul 30 modul pembelajaran PAIKEM. Bandar Lampung:
Unila
Taruh, Enos. 2003. Konsep Diri dan Motivas Bberprestasi dan Kaitannya Dengan Hasil Belajar. Jurnal Penelitian Pendidikan. Gorontalo: IKIP Negeri Gorontalo
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta : PT. Kencana Prenada Media Group
Toeti Soekamto dan Winata putra (1995:78) (http://berita-liputan- enam.blogspot.com/2012/07/perubahan-model-pembelajaran-matematika.html) (diakses tanggal 12 Mei 2014)
Winarno Surakhmad.1982. Pengantar Interaksi Mengajar Belajar Dasar dan Teknik Metodologi Pengajaran. Bandung: Penerbit Tarsito
http://kalimatcerdas.blogspot.com/2010/01/pepatah-china.html, 20 Januari 2010, diakses 02 April 2013
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/chemined/article/download/1602/1828, dikutip tanggal 22 Mei 2013
http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal_pe/article/view/5205, dikutip tanggal 22 Mei 2013
(1)
REFERENSI
Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Pusat Bahasa Depdiknas, hal.11
Suranto. 2009. Metodelogi Penelitian Dalam Pendidikan Dengan Program SPSS. Semarang: CV. Ghyyas Putra, hal.22
Sanusi, Anwar. 2012. Metodelogi Penelitian Bisnis. Jakarta: Salemba Empat, hal.87
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan.Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:Alfabeta, hal.117
A. Lind, Douglas. 2009. Teknik-teknik Statistika Dalam Bisnis dan Ekonomi Menggunakan Kelompok Data. Jakarta: Sallemba Empat, hal.7 Sugiyono, Op.Cit., hal.118
Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, hal. 144
Arikunto., Op.Cit., hal.86 Arikunto., Op.Cit., hal.93 Arikunto., Op.Cit., hal.210 Arikunto., Op.Cit., hal.213 Sugiyono., Op.Cit., hal.207 Ibid., hal.208
(2)
56
V. KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat diketahui bahwa Pengaruh model Cooperative Learning tipe Stuctured Numbered Heads terhadap kemampuan kognitif siswa pada mata pelajaran IPS kelas VIII SMP Gajah Mada Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014 dengan kesimpulan dari tiap aspek sebagai berikut:
1. Pengaruh model Cooperative Learning tipe Stuctured Numbered Heads terhadap aspek pengetahuan pada mata pelajaran IPS kelas VIII, terjadi peningkatan rata-rata siswa dari pertemuan pertama sampai ketiga sebesar 8 siswa (20%).
2. Pengaruh model Cooperative Learning tipe Stuctured Numbered Heads terhadap aspek pemahaman pada mata pelajaran IPS kelas VIII, terjadi peningkatan rata-rata siswa dari pertemuan pertama sampai ketiga sebesar 7 siswa (17,5%).
3. Pengaruh model Cooperative Learning tipe Stuctured Numbered Heads terhadap aspek penerapan pada mata pelajaran IPS kelas VIII, terjadi peningkatan rata-rata siswa dari pertemuan pertama sampai ketiga sebesar 7 siswa (17,5%).
(3)
6 siswa (15%).
5. Pengaruh model Cooperative Learning tipe Stuctured Numbered Heads terhadap aspek sintesis pada mata pelajaran IPS kelas VIII, terjadi peningkatan rata-rata siswa dari pertemuan pertama sampai ketiga sebesar 5 siswa (12,5%).
6. Pengaruh model Cooperative Learning tipe Stuctured Numbered Heads terhadap aspek evaluasi pada mata pelajaran IPS kelas VIII, terjadi peningkatan rata-rata siswa dari pertemuan pertama sampai ketiga sebesar 4 siswa (8,75%).
Berdasarkan kesimpulan dari enam aspek kognitif di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model Cooperative Learning tipe Stuctured Numbered Heads memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan kemampuan kognitif siswa pada mata pelajaran IPS kelas VIII.
V.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian di kelas VIII SMP Gajah Mada Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014, maka peneliti memberikan saran bagi para pembaca, terutama bagi rekan-rekan guru antara lain :
1. Bagi guru model Cooperative Learning tipe Stuctured Numbered Heads dapat menjadi salah satu alternatif pembelajaran yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS.
(4)
58
2. Bagi pembaca model Cooperative Learning tipe Stuctured Numbered Heads dapat memberikan pengetahuan, sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat mempengaruhi pembelajaran dan hasil belajar siswa.
(5)
A. Lind, Douglas. 2009. Teknik-teknik Statistika Dalam Bisnis dan Ekonomi Menggunakan Kelompok Data. Jakarta: Sallemba
Aqib, Zainal.2013. Model-Model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif). Bandung: Yrama Widya
Arends, Richard. 1997. Learning To Teach, Model Pembelajaran Inovatif yang Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher
Daldjoeni, N. 1985. Dasar-Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: Alumni Daryanto. 1999. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineta Cipta
Emzir. 2008. Metodologi PenelitianPendidikan, Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo
Fajar, Arnie. 2009. Portofolio dalam Pelajaran IPS, Bandung: Rosda
Hamalik, Oemar.1992. Studi Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: Mundur Maju Hasan, Iqbal. 2004. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: Bumi
Aksara
Huda, Miftahul. 2013. Cooperatif Learning:Metode, Teknik, Struktur, dan Model Penerapan /PPL.Yogyakarta:Pustaka pelajar
Nasution, S.1995. Mengajar Dengan sukses. Jakarta: Bumi Aksara Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi.
Jakarta: PT Bineka Cipta
Surdiman.2011. Interaksi Motovasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grahafindo Prasada
Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Pusat Bahasa Depdiknas Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
(6)
Kualitatif, dan R&D. Bandung:Alfabeta
Suranto. 2009. Metodelogi Penelitian Dalam Pendidikan Dengan Program SPSS. Semarang: CV. Ghyyas Putra
Sanusi, Anwar. 2012. Metodelogi Penelitian Bisnis. Jakarta: Salemba Empat Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.
Yogyakarta: Pustaka Belajar,
Sukardi, H.M.2010. Evaluasi Pendidikan (Definisi dan Operasionalnya). Jakarta: Bumi Aksara
Sutrisno Hadi. 1994. Metodologi Research IV. Yogyakarta : Penerbit Andi Offset Suyatna, Agus. 2008. Modul 30 modul pembelajaran PAIKEM. Bandar Lampung:
Unila
Taruh, Enos. 2003. Konsep Diri dan Motivas Bberprestasi dan Kaitannya Dengan Hasil Belajar. Jurnal Penelitian Pendidikan. Gorontalo: IKIP Negeri Gorontalo
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta : PT. Kencana Prenada Media Group
Toeti Soekamto dan Winata putra (1995:78) (http://berita-liputan- enam.blogspot.com/2012/07/perubahan-model-pembelajaran-matematika.html) (diakses tanggal 12 Mei 2014)
Winarno Surakhmad.1982. Pengantar Interaksi Mengajar Belajar Dasar dan Teknik Metodologi Pengajaran. Bandung: Penerbit Tarsito
http://kalimatcerdas.blogspot.com/2010/01/pepatah-china.html, 20 Januari 2010, diakses 02 April 2013
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/chemined/article/download/1602/1828, dikutip tanggal 22 Mei 2013
http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal_pe/article/view/5205, dikutip tanggal 22 Mei 2013