PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE ROTATING TRIO EXCHANGE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VA SD NEGERI 1 PALAPA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(1)

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE ROTATING TRIO EXCHANGE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL

BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VA SD NEGERI 1 PALAPA BANDAR LAMPUNG

TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Oleh

MEIRISTY TIA NAGA

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa dengan rata-rata nilai mid semester sebesar 60 pada mata pelajaran IPS tahun pelajaran 2012/2013. Hal tersebut diketahui dari hasil observasi dan wawancara dengan guru kelas VA SD Negeri 1 Palapa Bandar Lampung. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS dengan menerapkan model cooperative learning tipe rotating trio exchange.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam tiga siklus, setiap siklusnya terdiri dari empat langkah yaitu (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan (acting), (3) observasi (observing), (4) refleksi (reflecting). Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui observasi dan tes, menggunakan lembar panduan observasi aktivitas siswa dan kinerja guru yang dianalisis menggunakan teknik analisis kualitatif serta soal-soal tes untuk mengukur hasil belajar siswa yang dianalisis menggunakan teknik analisis kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model cooperative learning tipe rotating trio exchange dalam pembelajaran dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata aktivitas pada siklus I (52,08), pada siklus II (66,65) peningkatan dari siklus I dan siklus II sebesar 14,57, sedangkan nilai rata-rata aktivitas siswa pada siklus III sebesar (84,67) peningkatan dari siklus II dan siklus III sebesar 18,02. Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I (60,95), pada siklus II (70,23) peningkatan rata-rata hasil belajar siswa dari siklus I dan II sebesar 9,28, sedangkan nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus III sebesar (80,71) dan peningkatan dari siklus II dan III sebesar 10,48. Persentase ketuntasan hasil belajar siswa siklus I (33,33%), pada siklus II (61,90%), dan pada siklus III sebesar (90,47%)

Kata Kunci: aktivitas, hasil belajar siswa, cooperative learning, rotating trio exchange, IPS.


(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kualitas kehidupan suatu bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS Pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Berdasarkan undang-undang di atas, diharapkan pendidikan dapat mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki oleh siswa agar mereka tidak hanya pintar dalam teori, namun diharapkan mereka juga dapat menjadi manusia cerdas yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, dan berakhlak mulia sehingga kecerdasan yang mereka miliki akan serasi dan seimbang.

Secara mikro, pendidikan nasional bertujuan membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, beretika, memiliki nalar, berkemampuan berkomunikasi sosial, dan berbadan sehat sehingga menjadi manusia yang mandiri (Zarkasi, 2009: 10).


(3)

Pendidikan bersifat dinamis dan tidak bersifat statis. Oleh karena itu, pembaharuan dalam pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan pendidikan nasional, salah satunya pendidikan IPS di sekolah, khususnya sekolah dasar yang lebih diarahkan kepada wahana pendidikan untuk mengembangkan semua potensi yang dimiliki siswa dalam bentuk pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan dasar IPS.

IPS tidak kalah pentingnya bila dibandingkan dengan pelajaran lainnya, karena IPS memberikan sumbangan yang cukup besar dalam pembentukan manusia unggul, dimana salah satu kriteria unggul adalah manusia yang dapat menggunakan nalar untuk kemajuan umatnya.

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, mata pelajaran IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan erat dengan isu global. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara indonesia yang demokratis, bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.

Beranjak dari fakta dan harapan dalam pembelajaran IPS di SD dapat diindikasikan bahwa tidak semua siswa menyukai mata pelajaran IPS dan dapat mengembangkan berbagai kemampuannya karena guru yang mengembangkan pembelajaran masih banyak yang bersifat konvensional, guru masih banyak mengunakan metode ceramah yang menyebabkan lebih berperan aktifnya guru dibandingkan dengan siswa, sehingga terjadi kurangnya interaksi antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini hendaknya dikembangkan dengan pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Oleh sebab itu, peranan guru dalam meyakinkan siswa


(4)

bahwa mata pelajaran IPS tidaklah membosankan sangatlah penting, karena ketidaksenangan siswa akan mata pelajaran IPS dapat mempengaruhi siswa dalam belajar.

Berdasarkan observasi, dan wawancara yang dilakukan peneliti pada tanggal 30 Oktober dan 3 November 2012 dengan guru dan siswa kelas VA SD Negeri 1 Palapa Bandar Lampung pada semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013, pada proses pembelajaran IPS peranan guru masih sangat kurang optimal karena dalam proses pembelajaran masih bersifat teacher centred, sehingga siswa kurang berminat dalam mengikuti proses pembelajaran. Guru juga belum pernah menerapkan model cooperative learning tipe rotating trio exchange di kelas, sehingga dengan kondisi tersebut menjadikan penguasaan siswa terhadap materi IPS kurang optimal. Pembelajaran IPS yang kurang menekankan pada aktivitas belajar dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Siswa yang mulai merasa bosan dengan pembelajaran IPS ketika sedang berlangsung lebih memilih untuk mengobrol dengan siswa lainnya, dan tidak jarang pula terdapat siswa yang terlihat mengantuk sehingga menyebabkan pembelajaran tidak efektif.

Peneliti melakukan observasi studi dokumentasi terhadap nilai mid semester, khusunya pada mata pelajaran IPS diperoleh keterangan bahwa hasil mid semester siswa masih banyak yang mendapat nilai di bawah KKM yang telah ditetapkan oleh sekolah yaitu ≥68. Hal ini terlihat dari nilai mid semester yang rata-ratanya sebesar 60. Dari 21 siswa hanya 5 orang siswa yang mendapat nilai ≥68 atau 24% dan sebanyak 16 orang


(5)

siswa atau 76% belum mencapai KKM. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas VA SD Negeri 1 Palapa Bandar Lampung masih terbilang rendah karena 76% siswa masih mendapat nilai di bawah KKM.

Banyak model pembelajaran yang sangat berpengaruh besar terhadap hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran. Oleh sebab itu, sebaiknya guru mengubah cara mengajarnya menggunakan berbagai model pembelajaran yang bervariasi. Salah satu model pembelajaran yang dapat membantu guru untuk mengajar lebih baik adalah dengan menggunakan model cooperative learning.

Cooperative learning merupakan salah satu model pembelajaran yang penerapannya dilakukan dengan cara bekerja sama dan berkelompok, dimana setiap kelompok terdiri dari beberapa siswa. Setiap siswa harus bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran terutama dalam mata pelajaran IPS, sehingga pada akhirnya, siswa dapat memahami dan mampu memecahkan berbagai permasalahan sosial dalam kehidupan sehari- hari.

Lie (2011: 18) menyebut cooperative learning dengan istilah pembelajaran gotong royong, yakni sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan siswa lainnya dalam tugas- tugas terstruktur. Cooperative learning saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa, terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru untuk


(6)

menjadikan siswa aktif dalam belajar. Model cooperative learning banyak memiliki variasi salah satunya adalah tipe rotating trio exchange.

Model cooperative learning tipe rotating trio exchange merupakan salah satu model pembelajaran yang efektif bagi siswa untuk berdiskusi tentang berbagai masalah pembelajaran dengan beberapa teman sekelasnya. Dengan adanya pertukaran tiga anak yang dirotasikan, akan berjalan dengan mudah jika dilengkapi dengan materi pelajaran yang mendukung (Silberman, 2009: 85). Dengan rotating trio exchange, diharapkan siswa dapat belajar bekerja sama untuk menyelesaikan berbagai persoalan terutama dalam pembelajaran IPS.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merasa perlu melakukan perbaikan kualitas pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Rotating Trio Exchange untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Kelas VA SD Negeri 1 Palapa Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, identifikasi permasalahan yang ada yakni sebagai berikut:

1. Rendahnya aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas VA SD Negeri 1 Palapa Bandar Lampung.

2. Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas VA SD Negeri 1 Palapa Bandar Lampung.


(7)

3. Pembelajaran yang diterapkan guru masih bersifat konvensional. 4. Peranan guru masih belum optimal karena dalam proses pembelajaran

guru terlalu banyak menggunakan metode ceramah, sehingga menyebabkan proses pembelajaran bersifat teacher centred .

5. Belum pernah menggunakan model cooperative learning tipe rotating trio exchange dalam pembelajaran di kelas.

C. Rumusan Masalah

1. Apakah pembelajaran IPS dengan menerapkan model cooperative learning tipe rotating trio exchange dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VA SD Negeri 1 Palapa Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013?

2. Apakah pembelajaran IPS dengan menerapkan model cooperative learning tipe rotating trio exchange dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VA SD Negeri 1 Palapa Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VA SD Negeri 1 Palapa Bandar Lampung pada mata pelajaran IPS melalui penerapan model cooperative learning tipe rotating trio exchange tahun pelajaran 2012/2013.


(8)

2. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas VA SD Negeri 1 Palapa Bandar Lampung pada mata pelajaran IPS melalui penerapan model cooperative learning tipe rotating trio exchange tahun pelajaran 2012/2013.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi:

1. Siswa

Dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS melalui model cooperative learning tipe rotating trio exchange.

2. Guru

Sebagai bahan pertimbangan, menambah wawasan, meningkatkan kemampuan penguasaan penerapan pembelajaran IPS dengan model cooperative learning tipe rotating trio exchange, sehingga dapat menciptakan guru yang profesional yang dapat memberikan manfaat bagi siswa.

3. Sekolah

Merupakan bahan masukan bagi sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran IPS melalui model cooperative learning tipe rotating trio exchange.


(9)

4. Peneliti

Menambah pengetahuan tentang Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dan dapat meningkatkan pengetahuan dan penguasaan menggunakan model cooperative learning tipe rotating trio exchange pada pembelajaran IPS, guna meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.


(10)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 1. Pengertian IPS

Secara umum pengertian IPS merujuk pada kajian yang memusatkan perhatiannya pada aktivitas kehidupan manusia. Berbagai dimensi manusia dalam kehidupan sosial merupakan fokus kajian dari IPS. Aktivitas manusia dari dimensi waktu yang meliputi masa lalu, sekarang, dan masa yang akan datang. Aktivitas manusia yang berkaitan dalam hubungan dan interaksinya dengan aspek keruangan atau geografis.

Sapriya (2006: 3) mengungkapkan bahwa fokus kajian IPS adalah berbagai aktivitas manusia dalam berbagai dimensi kehidupan sosial sesuai dengan karakteristik manusia sebagai makhluk sosial. Sedang kan menurut Winataputra (2008: 1.45) mengungkapkan bahwa IPS adalah penyederhanaan atau disiplin ilmu-ilmu sosial humaniora serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis atau psikologis untuk tujuan pendidikan.

Secara khusus pengertian IPS lebih diperkecil bidang kajiannya namun tetap mengkaji kehidupan masyarakat yang merupakan sumber serta objek kajian pada materi IPS. Massofa, 2011(http://www.wordpre


(11)

ss.com) mengatakan bahwa IPS SD merupakan bidang pengetahuan yang digali dari kehidupan praktis sehari-hari di masyarakat. Masyarakat merupakan sumber serta objek kajian materi pendidikan IPS, yaitu berpijak pada kenyataan hidup yang nyata.

IPS SD adalah ilmu yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang sekolah dasar, mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, siswa diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. (Rizki,2011 http://www.krizi.wordpress.c om).

Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa IPS secara umum dan khusus, yaitu IPS SD memiliki suatu pengertian yang sama, yaitu merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang aktivitas manusia dalam berbagai dimensi kehidupan sosial yang disederhanakan atau disajikan secara ilmiah untuk mencapai tujuan pendidikan.

2. Karakteristik IPS

IPS memiliki beberapa karakteristik Djahiri (dalam Sapriya, 2006: 8) mengemukakan ciri utama pembelajaran IPS adalah sebagai berikut:

a. IPS berusaha menautkan teori ilmu dengan fakta atau sebaliknya.

b. Penelaahan pembahasan IPS tidak hanya dari satu bidang ilmu saja, melainkan bersifat komprehensif.

c. Mengutamakan peran aktif siswa melalui proses belajar inquiri agar siswa mampu berpikir kritis, rasional, dan analitis.

d. IPS menghayati hal-hal, arti, dan penghayatan hubungan antarmanusia yang bersifat manusiawi.

e. Pembelajaran tidak hanya mengutamakan pengetahuan semata, tetapi juga nilai dan keterampilannya.


(12)

f. Berusaha untuk memuaskan siswa yang berbeda melalui program maupun pembelajarannya dalam arti memperhatikan minat siswa dan masalah kemasyarakatan yang dekat dengan kehidupannya.

Berdasarkan berbagai macam karakteristik di atas, dapat disimpulkan bahwa IPS terdiri dari gabungan beberapa ilmu seperti ekonomi, geografi, sejarah dan memiliki karakteristik yang erat hubungannya dengan kegiatan manusia dan kemasyarakatan.

3. Ruang lingkup IPS

Semua mata pelajaran memiliki ruang lingkupnya masing-masing di semua jenjang pendidikan. Tidak berbeda halnya dengan mata pelajaran IPS yang ada di sekolah dasar Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 tahun 2006, menyatakan bahwa ruang lingkup mata pelajaran IPS sekolah dasar meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

1. Manusia, tempat, dan lingkungan. 2. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan. 3. System sosial dan budaya.

4. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.

Berdasarkan ruang lingkup IPS SD di atas, dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup IPS terdiri dari 4 aspek yang memiliki keterkaitan atau keterhubungan antara satu aspek dengan aspek lainnya.


(13)

4. Tujuan Pembelajaran IPS

Tujuan IPS secara umum menurut Somantri (dalam Sapriya, 2006: 11) mengungkapkan pada dasarnya terdapat empat tujuan pembelajaran IPS pada jenjang persekolahan, yaitu:

1) IPS di persekolahan adalah untuk mendidik siswa menjadi ahli ekonomi, politik, hukum, sosiologi dan pengetahuan lainnya. 2) Pembelajaran IPS untuk menumbuhkan warga negara yang

baik.

3) Tujuan pembelajaran IPS di sekolah merupakan sebagian dari hasil penelitian dalam ilmu-ilmu sosial

4) Pembelajaran IPS dimaksudkan untuk mempelajari bahan pelajaran yang sifatnya tertutup. Maksudnya para siswa akan memperoleh kesempatan untuk memecahkan konflik interpersonal maupun personal.

Terkait dalam pembelajaran IPS SD dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 tahun 2006, IPS SD memiliki tujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial kemanusiaan.

d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, maupun global.

Menurut pendapat ahli di atas, mengenai tujuan pembelajaran IPS dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran IPS bagi siswa adalah agar memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, memiliki kemapuan akademik serta memiliki komitmen, dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial kemanusiaan, serta dapat memecahkan suatu


(14)

permasalahan, baik berupa masalah interpersonal maupun masalah personal.

B. Belajar

1. Pengertian Belajar

Menurut Aisyah, dkk., (2007: 9-18) belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukan dalam bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, keterampilan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek yang ada pada diri individu yang sedang belajar. Hal ini sejalan dengan teori konstruktivisme yaitu belajar yang lebih menekankan pada proses dan hasil. Belajar merupakan proses membangun atau membentuk makna, pengetahuan, konsep dan gagasan melalui pengalaman. Selanjutnya, Bruner (dalam Trianto, 2010: 15) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses aktif dimana siswa membangun (mengkonstruk) pengetahuan baru berdasarkan pada pengalaman atau pengetahuan yang sudah dimiliki. Teori konstruktivisme memiliki satu prinsip yang paling penting yaitu guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa, melainkan siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya.

Pengertian belajar yang cukup komprehensif juga diberikan Hamalik (2008: 27) belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman menurut pengertian ini belajar


(15)

merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan.

Berdasarkan pengertian belajar menurut pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan yang merupakan perubahan pada tingkah laku, kepribadian, dan sikap yang akan membentuk keterampilan, pengalaman, dan pengetahuan yang dapat membangun (mengkonstruk) pengetahuan baru berdasarkan pada pengalaman atau pengetahuan yang sudah dimiliki.

2. Aktivitas Belajar

Aktivitas adalah proses yang berarti cara-cara atau langkah-langkah khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hasil-hasil tertentu (Reber dalam Syah, 2003: 109). Aktivitas siswa dalam pembelajaran mempunyai peranan penting. Hal ini sesuai dengan pendapat Sardiman (dalam Junaidi, 2010 http://www. Carameningkatkanaktivitasbelajarsiswa.html) bahwa pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku menjadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas.

Aktivitas yang paling mendasar yang dituntut dalam proses pembelajaran adalah keaktifan siswa. Aktivitas belajar adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Indikator aktivitas siswa dapat dilihat dari mayoritas siswa


(16)

beraktivitas, aktivitas pembelajaran didominasi oleh kegiatan siswa, mayoritas siswa mampu mengerjakan tugas yang diberikan guru dalam LKS, (Kunandar, 2010: 277). Penilaian aktivitas dalam penelitian ini, menggunakan analisis rata-rata dan tabel observasi aktivitas siswa. Dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 1. Observasi Aktivitas Siswa

(Sumber Kunandar, 2010: 234) Keterangan:

N : Nama siswa JS : Jumlah skor SM : Skor maksimal NA : Nilai aktivitas R : Rata-rata

Aspek aktivitas siswa yang diamati dalam pembelajaran 1. Partisipasi

a) Mengajukan pertanyaan

b) Merespon aktif pertanyaan dari guru c) Mengemukakan pendapat

d) Mengikuti semua tahapan pembelajaran dengan baik 2. Minat

a) Antusias/ semangat dalam mengikuti pelajaran b) Tertib terhadap instruksi yang diberikan

c) Menampakkan keceriaan dan kegembiraan dalam belajar d) Tanggap terhadap instruksi yang diberikan

No. N

Aspek yang diamati JS SM NA

Partisipasi Minat Perhatian Presentasi 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2

3 4

JS


(17)

3. Perhatian

a) Tidak mengganggu teman b) Tidak membuat kegaduhan

c) Mendengarkan penjelasan guru dengan seksama d) Melaksanakan perintah guru

4. Presentasi

a) Mengikuti pelajaran dari awal sampai akhir b) Mengerjakan tugas yang diberikan

c) Mengumpulkan semua tugas yang diberikan guru

d) Menggunakan prosedur dan strategi pemecahan masalah dalam mengerjakan tugas yang diberikan

Rubrik penilaian tiap aspek yang diamati

Skor Keterangan

4 Jika keempat poin dalam setiap aspek yang diamati muncul selama pengamatan berlangsung.

3 Jika hanya tiga poin pada aspek yang diamati muncul. 2 Jika hanya dua poin pada aspek yang diamati munncul. 1 Jika hanya satu poin pada aspek yang diamati muncul.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, mengenai pengertian aktivitas belajar dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan rangkaian kegiatan siswa dalam proses pembelajaran guna mencapai aktivitas belajar dalam bentuk sikap, pikiran, dan perhatian, yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran yang meliputi aspek psikofisis siswa, baik jasmani maupun rohani, serta berkaitan dengan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

3. Pengertian Hasil Belajar

Proses belajar memiliki suatu tujuan, tujuan dalam belajar merupakan hasil belajar yang akan dicapai oleh siswa. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak


(18)

mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Sedangkan dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Hasil belajar merupakan suatu pencapaian tujuan pengajaran berkat tindakan guru.

Sardjito (dalam Nashar, 2004: 79) menyatakan bahwa hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program belajar dan mengajar sesuai yang ditetapkan. Sedangkan Kunandar (2010: 276) berpendapat bahwa hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti pembelajaran tertentu dalam suatu materi tertentu yang berupa data kuantitatif maupun kualitatif. Hasil belajar dapat dilihat dari hasil nilai ulangan harian, ulangan tengah semester, dan ulangan semester.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti kegiatan belajar berupa pengetahuan, keterampilan, dan nilai yang dapat dilihat dari nilai ulangan harian, ulangan tengah semester, dan ulangan semester. Pada penelitian tindakan kelas ini, yang dimaksud dengan hasil belajar adalah hasil tes akhir (post-test) pada mata pelajaran IPS yang dilaksanakan pada akhir pertemuan setiap siklus.


(19)

C. Model Pembelajaran

1. Pengertian Model Pembelajaran

Ketika guru melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas, pada dasarnya guru tersebut sedang mempraktekkan model pembelajaran. Model pembelajaran ini menggambarkan keseluruhan urutan atau langkah-langkah yang pada umumnya diikuti oleh serangkaian kegiatan pembelajaran.

Arends (dalam Suwarjo, 2008: 97) menjelaskan bahwa model pembelajaran merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menjelaskan suatu pendekatan atau rencana pengajaran yang mengacu pada pendekatan secara menyeluruh yang memuat tujuan, tahapan-tahapan kegiatan, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Sedangkan Surya (dalam Isjoni, 2007: 49) mengungkapkan bahwa model belajar merupakan suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dan pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran (Komalasari, 2010: 57).

Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu rancangan pembelajaran yang mengacu pada pendekatan secara menyeluruh yang memuat tujuan,


(20)

tahapan-tahapan kegiatan, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.

2. Jenis-jenis Model Pembelajaran IPS SD

Model pembelajaran IPS menekankan pada suatu proses dimana realitas dinegosiasikan secara sosial dan menekankan pada hubungan antara individu dengan masyarakat.

Macam- macam model pembelajaran IPS di SD diidentifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu model belajar kerjasama, investigasi kelompok, role playing (Weil, 2011 http://www.blogspot.tp .ac.id/cooperative). Sedangkan menurut Shantika, 2011 (http://www.St udentmagz.com) model pembelajaran IPS di SD harus sesuai dengan karakteristik anak, model tersebut diantaranya adalah cooperative learning, role playing, membaca buku dan membaca surat kabar.

Berdasarkan jenis-jenis model pembelajaran IPS SD di atas, peneliti menyimpulkan bahwa semua model pembelajaran sangat baik untuk diterapkan di dalam kelas, namun peneliti lebih memilih model cooperative learning karena model pembelajaran ini dirasa dapat membuat siswa menjadi aktif dalam mengikuti pembelajaran.

3. Pengertian Cooperative Learning

Cooperative learning adalah model pembelajaran yang digunakan untuk proses belajar dimana siswa akan lebih mudah menemukan secara komprehensif konsep-konsep yang sulit jika mereka mendiskusikan dengan siswa lainnya tentang problem yang


(21)

dihadapi (Baharuddin & Nur, 2008: 128). Sedangkan menurut Davidson dan Kroll (dalam Asma, 2006: 11) mendefinisikan belajar cooperative adalah kegiatan yang berlangsung di lingkungan belajar siswa dalam kelompok kecil yang saling berbagi ide-ide dan bekerja secara kolaboratif untuk memecahkan masalah-masalah yang ada dalam tugas mereka.

Lie (2011: 18) menyebut cooperative learning dengan istilah pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur. Sedangkan Djahiri (dalam Isjoni, 20011: 19) menyebutkan cooperative learning sebagai pembelajaran kelompok kooperatif yang menuntut diterapkannya pendekatan belajar siswa sentries, humanistic, dan demokratis yang disesuaikan dengan kemampuan siswa dan lingkungan belajarnya.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa model cooperative learning merupakan model pembelajaran berdasarkan kelompok kecil yang penerapannya dilaksanakan dengan saling bekerjasama antara satu siswa dengan siswa lainnya yang ada di dalam kelompok tersebut, serta memudahkan mereka dalam memecahkan persoalan atau tugas yang mereka kerjakan. Ide penting dalam pembelajaran cooperative adalah mengajarkan siswa akan keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini sangat penting bagi siswa, karena pada dunia kerja sebagian besar dilakukan secara berkelompok.


(22)

4. Prinsip Dasar Cooperative Learning

Ada lima unsur dasar dalam pembelajaran cooperative, yaitu prinsip ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, interaksi tatap muka, partisipasi dan komunikasi, dan evaluasi proses kelompok (Roger dan Johnson dalam Rusman, 2010: 212).

Isjoni (2007: 13) mengungkapkan bahwa dalam cooperative learning terdapat beberapa prinsip pelaksanaanya yaitu :

a. Para siswa harus memiliki anggapan bahwa mereka telah tenggelam bersama.

b. Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.

c. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama.

d. Para siswa memberi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara para anggota kelompok.

e. Para siswa diberikan lembar evaluasi atau penghargaan yang ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.

f. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerjasama selama belajar

g. Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual terhadap materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Berdasarkan prinsip model pembelajaran cooperative learning menurut pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa walaupun bekerja secara kelompok dengan penilaian secara kelompok, namun penilaian individu juga tetap dilaksanakan, dimana pembelajaran dilakukan secara bertatap muka yang masing-masing anggota kelompok memiliki tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.


(23)

5. Tujuan Cooperative Learning

Huda (2012: 78) mengatakan tujuan dari cooperative learning adalah menempatkan semua siswa dalam kelompok kecil dan diminta untuk (a) mempelajari materi tertentu, (b) saling memastikan semua anggota kelompok juga mempelajari materi tersebut. Sedangkan Isjoni (2007: 21) mengatakan beberapa tujuan dalam cooperative learning yaitu:

a. Penghargaan kelompok

Cooperative learning menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok berdasarkan penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antarpersonal yang saling mendukung dan saling membantu.

b. Pertanggungjawaban individu

Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari semua anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitikberatkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar.

c. Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan

Cooperative learning menggunakan metode skoring yang mencakup nilai perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari yang terdahulu. Dengan menggunakan metode skoring ini, setiap siswa baik yang berprestasi rendah, sedang dan tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik untuk kelompoknya.

Berdasarkan beberapa tujuan cooperative learning menurut pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan cooperative learning adalah melaksanakan pembelajaran secara berkelompok, dimana setiap anggota kelompok harus mempelajari materi yang diberikan, kemudian dari pembelajaran ini akan diberikan penghargaan kelompok kepada kelompok-kelompok yang bertanggungjawab ketika


(24)

mereka saling membantu sama lain, serta dari masing-masing anggota kelompok memiliki kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan.

6. Langkah- Langkah dalam Cooperative Learning

Model cooperative learning merupakan model pembelajaran secara berkelompok yang memiliki langkah-langkah dalam pelaksanaanya. Arends (dalam Suwarjo, 2008: 106) langkah-langkah pembelajaran kooperatif dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel. 2 Langkah-langkah dalam Cooperative Learning

No Langkah-langkah Aktivitas Guru 1. Menyampaikan

tujuan dan

memotivasi siswa

Menyampaikan tujuan pelajaran yang akan dicapai dan memotivasi siswa untuk belajar.

2. Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi dengan berbagai bentuk aktivitas pembelajaran. 3. Mengorganisasikan

siswa dalam kelompok belajar

Guru menyampaikan informasi tentang bagaimana membentuk kelompok belajar dan membantu siswa agar melakukan transisi dalam kelompok belajar secara efisien.

4. Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru mengadakan bimbingan belajar pada saat kelompok melakukan tugas bersama

5. Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar kelompok melalui representasi siswa dalam kelompok.

6. Memberi penghargaan

Guru memberikan penghargaan kepada kelompok belajar secara individu ataupun kelompok.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa model cooperative learning cukup mudah dan efektif diterapkan dalam pembelajaran di kelas karena langkah- langkahnya mudah diikuti guru dan siswa dalam proses pembelajaran.


(25)

7. Peranan Guru dalam Cooperative Learning

Dalam pembelajaran, guru berperan sebagai fasilitator, mediator, motivator, dan organisator, begitu juga peran guru dalam pembelajaran yang menggunakan model cooperative learning tampak terlihat jelas.

Menurut Jasmine (2007: 144) mengatakan bahwa peran guru dalam pembelajaran kooperatif hanyalah sebagai fasilitator selain sebagai pelatih. Ketika semuanya berjalan lancar, guru hendaknya berkeliling dan mengamati bagaimana tim bekerja. Guru dapat perlu campur tangan dalam situasi-situasi berikut:

a. Membawa kelompok kembali kepada target jika mereka kelihatan bergeser, kabur dan sangsi dengan apa yang dilakukan.

b.Memberikan umpan balik segera kepada kelompok tentang seberapa jauh mereka memperoleh kemajuan dalam tugas atau aktivitas yang dilakukan.

c. Menjelaskan sesuatu yang (kurang atau belum jelas) atau memberikan suatu informasi lanjut pada keseluruhan kelas setelah mengamati adanya kesulitan umum dalam penguasaan materi.

d.Membantu pengembangan keterampilan sosial melalui penghargaan, pujian, dan refleksi kelompok (berkaca diri). e. Mendorong dan memotivasi kelompok tentang bagaimana

mereka memperoleh kemajuan dalam tugasnya atau memberi selamat kepada mereka jika mereka mengalami kemajuan yang baik dalam tugasnya.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa peran guru dalam pembelajaran khususnya cooperative adalah sebagai mediator, fasilitator, dan organisator yang terus membimbing peserta didik agar dapat mencapai kemajuan yang baik dalam pembelajaran.

8. Jenis- Jenis Cooperative Learning

Isjoni (2007: 51) mengatakan, di dalam cooperative learning terdapat beberapa variasi model yang dapat diterapkan dalam pembelajaran IPS diantaranya (1) Student Team Achievment Division (STAD), (2) Jigsaw, (3) Group Investigation (GI), (4) Rotating Trio


(26)

Exchange, (5) Group resume. Sedangkan menurut Slavin (2010: 11) mengatakan bahwa model cooperative learning yang banyak digunakan dalam pembelajaran IPS adalah STAD (Student Team Achievement Division), TGT (Turnamen Game Tim), Jigsaw II.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa model cooperative learning memiliki banyak variasi model yang dapat di terapkan dalam pembelajaran IPS. Dari sekian banyak variasi cooperative learning, peneliti lebih memilih variasi rotating trio exchange karena variasi ini dirasa dapat menggerakkan siswa untuk belajar aktif dan dapat meningkatkan aktivitas siswa yang semula rendah menjadi meningkat

D. Model Cooperative Learning Tipe Rotating Trio Exchange. 1. Pengertian Rotating Trio Exchange.

Isjoni (2007: 59) mengungkapkan bahwa model cooperative learning tipe rotating trio exchange adalah model pembelajaran dimana dalam satu kelompok terdiri dari 3 orang siswa, yang diberi nomor 0, 1, dan 2. nomor 1 berpindah searah jarum jam dan nomor 2 sebaliknya berlawanan arah jarum jam sedangkan nomor 0 tetap di tempat. Setiap kelompok diberikan pertanyaan untuk didiskusikan. Setelah itu, kelompok dirotasikan kembali dan terjadi trio yang baru. Dan setiap trio baru tersebut diberikan pertanyaan baru untuk didiskusikan, dengan cara pertanyaan yang diberikan ditambahkan sedikit tingkat kesulitannya.

Silberman (2009: 85) mengungkapkan bahwa model cooperative learning tipe rotating trio exchange merupakan salah satu model pembelajaran yang efektif bagi siswa untuk berdiskusi tentang berbagai masalah pembelajaran dengan beberapa teman sekelasnya. Dengan adanya pertukaran tiga anak yang dirotasikan, akan berjalan dengan mudah jika dilengkapi dengan materi pelajaran yang mendukung.


(27)

Berdasarkan pengertian model cooperative learning tipe rotating trio exchange di atas, dapat disimpulkan bahwa rotating trio exchange merupakan salah satu model pembelajaran cooperative learning yang menerapkan pembelajaran secara berkelompok dimana setiap kelompok terdiri atas tiga orang siswa yang akan di putar searah dan berlawanan dengan jarum jam sehingga akan membentuk kelompok dan anggota kelompok yang baru.

2. Kelebihan dan Kekurangan Model Cooperative learning Tipe Rotating Trio Exchange.

Model pembelajaran cooperative learning tipe rotating trio exchange meiliki berberapa kelebihan dan kekurangan diantaranya:

a. Kelebihan model pembelajaran cooperative learning tipe rotating trio exchange adalah:

1) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pandangan dan pengalaman yang diperoleh siswa secara bekerja sama.

2) Melatih siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan mengemukakan pendapat.

3) Memiliki motivasi tinggi karena mendapat dorongan teman sekelompok.

4) Dengan adanya pembaharuan anggota dalam setiap kelompok setelah diskusi selesai, siswa dapat mengembangkan keterampilan berpikir lebih baik.

5) Siswa tidak merasa bosan karena dalam setiap diskusi mereka selalu dirotasikan sehingga menemukan teman diskusi yang selalu baru. (Riad, 2012 http://www. Axpresiriau.Kekurangan dan kelebihancooperativelearni ng tipe RTE.blog.com.).


(28)

b. Kelemahan model pembelajaran cooperative learning tipe rotating trio exchange adalah:

1. Dalam setiap pembelajaran yang menggunakan model cooperative learning tipe rotating trio exchange, guru harus mempersiapkan pembelajaran dengan sungguh-sungguh.

2. Saat diskusi berlangsung, terkadang didominasi oleh seseorang dalam setiap kelompok.

3. Memerlukan waktu yang banyak dalam pelaksanaannya, karena setiap kelompok harus dirotasikan sehingga selalu membentuk kelompok baru. (Riad, 2012 http://www. Axpresiriau.Kekurangan dan kelebihan cooperative learning tipe RTE.blog.com.).

Berdasarkan kelebihan dan kekurangan model cooperative learning tipe rotating trio exchange di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam setiap model pembelajaran memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing dalam setiap pelaksanaannya, sehingga guru harus bisa meminimalisir kekurangan tersebut agar pelaksanaaan pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning tipe rotating trio exchange tidak terhambat.

3. Langkah–langkah Model Cooperative Learning Tipe Rotating Trio Exchange.

Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning tipe rotating trio exchange menurut Isjoni (2007: 59) adalah sebagai berikut:

a. Penjelasan materi pembelajaran yang akan disampaikan oleh guru dan materi yang akan didiskusikan.

b. Pembentukan kelompok oleh guru yang terdiri dari 3 orang siswa masing-masing diberi simbol 0, 1, dan 2.

c. Penyampaian prosedur yang akan dilakukan yaitu rotating trio exchange dengan cara :


(29)

1) Setelah terbentuknya kelompok, guru memberikan bahan diskusi untuk dipecahkan trio tersebut.

2) Setelah selesai mengerjakan permasalahan yang didiskusikan, kelompok menyajikan hasil diskusi di depan kelas.

3) Selanjutnya berdasarkan waktu, siswa yang mempunyai simbol 1 berpindah searah jarum jam dan simbol nomor 2 berlawanan jarum jam, sedangkan nomor 0 tetap di tempat.

4) Guru memberikan pertanyaan baru atau bahan diskusi baru untuk didiskusikan oleh trio baru tersebut.

5) Penyajian hasil diskusi oleh kelompok.

6) setelah peputaran kelompok kembali terjadi yakni siswa dengan simbol 1, dan 2 kembali bertukar tempat.

7) Setelah itu bahan diskusi berupa LKS kembali dibagikan, untuk dikerjakan oleh kelompok siswa. 8) Penyajian hasil diskusi kelompok oleh siswa.

E. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka di atas, dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas yaitu, ”Apabila dalam pembelajaran IPS menerapkan model cooperative learning tipe rotating trio exchange dengan melaksanakan langkah-langkah yang tepat, maka akan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas VA SD Negeri 1 Palapa Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013”.


(30)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK), dalam bahasa Inggris penelitian tindakan kelas sering disebut dengan classroom action research, yaitu satu action research yang dilakukan di kelas. Wardhani, dkk., (2008: 1.4) mengatakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.

Prosedur penelitian yang digunakan berbentuk siklus, dimana siklus ini tidak hanya berlangsung satu kali, tetapi beberapa kali hingga tercapai tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran IPS di kelas. Tahapan siklus dalam penelitian tindakan kelas diawali dengan perencanaan tindakan (planning), penerapan tindakan (action), mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan (observer and evaluation), serta melakukan refleksi (reflecting), dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai.

Siklus tindakan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:


(31)

Gambar 1. Tahap-tahap dalam PTK (Wardhani, 2008: 2.4).

B. Setting Penelitian 1. Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan secara kolaborasi partisipan antara peneliti dengan guru kelas VA SD Negeri 1 Palapa Bandar Lampung. Subjek penelitian adalah siswa dan guru kelas VA SD Negeri 1 Palapa Bandar Lampung dengan jumlah siswa 21 orang terdiri dari 12 orang siswa laki-laki dan 9 orang siswa perempuan.

Perencanaan I

SIKLUS I Pengamatan I Perencanaan II

SIKLUS II Pelaksanaan II Refleksi II

Refleksi Pelaksanaan

Perencanaan III

Siklus III Pengamatan III

Pengamatan II


(32)

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Palapa Bandar Lampung. yang beralamat di jalan A. Yani No.3 Palapa Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung.

3. Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013 selama tiga bulan (Januari 2013 – Maret 2013).

C. Teknik Pengumpul Data

Untuk mendapatkan data yang lengkap dan akurat dalam penelitian ini digunakan teknik non tes dan tes

1. Teknik non tes : berupa observasi dilakukan untuk mengumpulkan data aktivitas belajar siswa dan kinerja guru dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan model cooperative learning tipe rotating trio exchange.

2. Teknik tes: merupakan prosedur atau cara pengumpulan data hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS dengan menggunakan model cooperative learning tipe rotating trio exchange.

D. Alat Pengumpul Data

a. Lembar panduan observasi: instrumen ini dirancang peneliti berkolaborasi dengan guru kelas. Lembar observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data aktivitas belajar siswa dan kinerja guru


(33)

selama penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran IPS dengan model cooperative learning tipe rotating trio exchange.

b. Soal-soal tes: merupakan alat yang digunakan untuk mengukur ketercapaian hasil belajar siswa terhadap pembelajaran IPS dengan menerapkan model cooperative learning tipe rotating trio exchange dalam bentuk tes akhir (post test).

E. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif akan digunakan untuk menganalisis aktivitas belajar siswa, dan kinerja guru. Sedangkan analisis kuantitatif akan digunakan untuk menghitung hasil belajar siswa dalam hubungannya dengan penguasaan materi yang diajarkan guru yaitu dengan menerapkan model cooperative learning tipe rotating trio exchange. Akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Data Kualitatif

Analisis kualitatif akan digunakan untuk menganalisis data aktivitas siswa dan kinerja guru selama pembelajaran berlangsung. Data diperoleh dengan mengadakan pengamatan secara langsung terhadap aktivitas siswa dan kinerja guru dengan menggunakan lembar observasi. Data aktivitas siswa diperoleh dari perilaku yang relevan dengan tujuan pembelajaran.


(34)

a) Kinerja Guru

Aspek-aspek yang diamati pada kinerja guru dalam proses pembelajaran yaitu meliputi, 1) prapembelajaran, 2) membuka pembelajaran, 3) kegiatan inti pembelajaran, dan 4) penutup. Untuk mengetahui seberapa baik kinerja guru dalam pembelajaran maka peneliti menggunakan Instrumen Penilaian Kinerja Guru (IPKG) dengan rumus penilaian kinerja guru adalah sebagai berikut:

JS

NA = X 100 SM

Keterangan:

NA = Nilai yang diharapkan JS = Jumlah Skor yang diperoleh SM = Skor maksimum

100 = Bilangan tetap

(Sumber: Adaptasi Aqib, 2010: 41)

Tabel 4. Kualifikasi Persentase Penilaian Kinerja Guru

Sumber: Adaptasi Prayitno, dkk. (dalam http://ptk di SD.com:2009)

Rentang Nilai Kualifikasi 86 – 100

76 - 85 61 - 75

≤ 60

Sangat baik Baik Cukup baik Kurang baik


(35)

b) Aktivitas Siswa

Kriteria aktivitas siswa yang diamati dalam hal ini adalah sebagai berikut:

1) Partisipasi

a) Mengajukan pertanyaan

b) Merespon aktif pertanyaan lisan dari guru c) Mengemukakan pendapat

d) Mengikuti semua tahapan pembelajaran dengan baik 2) Minat

a) Antusias/semangat dalam mengikuti pembelajaran b) Tertib dalam instruksi yang diberikan

c) Menampakkan keceriaan dan kegembiraan dalam belajar d) Tanggapan terhadap instruksi yang diberikan

3) Perhatian

a) Tidak mengganggu teman b) Tidak membuat kegaduhan

c) Mendengarkan penjelasan guru dengan seksama d) Melaksanakan perintah guru

4) Presentasi

a) Mengikuti pelajaran dari awal sampai akhir

b) Mengerjakan tugas yang diberikan (LKS, latihan, dll) c) Mengumpulkan tugas yang diberikan oleh guru

d) Menggunakan prosedur dan strategi pemecahan masalah dalam mengerjakan tugas yang diberikan

(Adaptasi Kunandar, 2010: 234)

Rumus penilaian dari aktivitas siswa adalah sebagai berikut:

JS

NA= X 100 SM

Keterangan :

NA = Nilai aktivitas


(36)

SM = Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan

100 = Bilangan tetap

(Sumber: Adaptasi dari Aqib, 2010: 41) Tabel 3. Kualifikasi Skor Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa

Sumber: Adaptasi Prayitno., dkk., (dalam http://ptk di SD.com: 2009)

2. Data Kuantitatif

Analisis kuantitatif akan digunakan untuk mendeskripsikan berbagai dinamika kemajuan kualitas belajar siswa dalam hubungannya dengan penguasaan materi yang diajarkan guru.

a. Untuk menghitung nilai hasil belajar siswa secara individual digunakan rumus:

R

S = X 100 N

Rentang Nilai Kualifikasi 81 – 100

61 - 80 41 - 60 21 - 40 < 20

Sangat Aktif Aktif Cukup Aktif Kurang Aktif Sangat Kurang Aktif


(37)

Keterangan:

S = Nilai yang diharapkan

R = Jumlah skor/ item yang dijawab benar N = Skor maksimum dari tes

100 = Bilangan tetap

(Sumber: Adaptasi Purwanto, 2008: 112)

b. Nilai rata- rata seluruh siswa menggunakan rumus: ∑ Xi

X = —— N Keterangan:

X = Rata-rata hitung nilai N = Banyaknya siswa Xi = Nilai siswa

(Herrhyanto, dkk., 2009: 4.2)

c. Untuk menghitung ketuntasan belajar siswa klasikal digunakan rumus:

Jumlah siswa yang tuntas belajar

Ketuntasan Klasikal = x 100% Jumlah seluruh siswa

Keterangan:

Ketuntasan individual : jika siswa mencapai ketuntasan ≥ 75%


(38)

Ketuntasan Klasikal : Jika ≥ 60% dari seluruh siswa mencapai ketuntasan ≥ 75% Diadopsi dari Purwanto (2008: 102)

Analisis ini dilakukan pada saat tahapan refleksi. Hasil analisis ini digunakan untuk melakukan perencanaan lanjut dalam siklus selanjutnya, sebagai bahan refleksi dalam memperbaiki rancangan pembelajaran (Aqib,dkk., 2009: 41).

Tabel 5. Kriteria Tingkat Ketuntasan Belajar Siswa dalam Persen

Tingkat Keberhasilan (%) Arti >80%

60-79% 40-59% 20-39% <20%

Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah (sumber: Aqib, dkk., 2009: 41)

F. Indikator Keberhasilan

Penelitian ini dapat dikatakan berhasil apabila adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS pada setiap siklusnya. (Depdiknas, 2008: 5).

G. Urutan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) 1.Siklus I

a. Perencanaan

Sebelum melaksanakan proses pembelajaran dengan menerapkan model cooperative learning tipe rotating trio exchange


(39)

pada mata pelajaran IPS di kelas VA SD Negeri 1 Palapa Bandar Lampung, maka peneliti melakukan persiapan sebagai berikut: 1) Menetapkan materi pelajaran sesuai dengan kurikulum yang

berlaku dengan materi “Kedatangan dan penindasan bangsa

Belanda di Indonesia serta perlawanan menentang penjajahan Belanda ”.

2) Mempersiapkan perencanaan pembelajaran yang sesuai dengan materi, peneliti membuat pemetaan SK-KD, menyusun silabus, merancang rencana pelaksanaan pembelajaran.

3) Menyiapkan instrumen non tes berupa lembar observasi aktivitas siswa dan kinerja guru.

4) Menyiapkan instrumen tes berupa tes akhir (post-test) beserta kunci jawabannya untuk mengetahui data hasil belajar siswa. 5) Menyiapkan media pembelajaran.

6) Menyiapkan kamera untuk dokumentasi.

b. Pelaksanaan

Langkah tindakan ini merupakan pelaksanaan dari rencana pembelajaran yang telah dipersiapkan oleh peneliti. Berikut merupakan pelaksanaan tindakan dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan model cooperative learning tipe rotating trio exchange:

1. Kegiatan Awal

Kegiatan awal yang dilakukan guru adalah: a) Mengucap salam.


(40)

b) Mengondisikan kelas, berdoa sebelum pembelajaran dimulai, dan dilanjutkan dengan mengabsensi siswa.

c) Memberikan apersepsi berupa pertanyaan ”pada tanggal 17

Agustus bangsa Indonesia memperingati hari?...” dan memberikan motivasi kepada siswa dengan menjelaskan proses bangsa Indonesia meraih kemerdekaan.

d) Menyampaikan tujuan pembelajaran. 2. Kegiatan Inti

a) Guru menjelaskan materi mengenai “kedatangan dan

penindasan bangsa Belanda di Indonesia”

b) Pembentukan kelompok oleh guru yang terdiri dari 3 orang siswa masing-masing diberi simbol 0, 1, dan 2

1) Guru membagi siswa menjadi 7 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 3 orang siswa.

2) Guru membagikan simbol 0,1, dan 2 kepada setiap anggota kelompok.

3) Simbol 0 berada ditengah tempat duduk, sedangkan simbol 1 dan 2 berada di kanan dan kiri.

c) Penyampaian prosedur yang akan dilakukan yaitu rotating trio exchange dengan cara :

1) Setelah terbentuknya kelompok, guru memberikan bahan diskusi berupa LKS untuk dipecahkan atau dikerjakan oleh masing-masing kelompok tersebut.


(41)

2) Setelah selesai mengerjakan permasalahan yang didiskusikan, kelompok menyajikan hasil diskusi di depan kelas.

3) Selanjutnya berdasarkan arah perputaran waktu, siswa yang mempunyai simbol 1 berpindah searah jarum jam dan simbol nomor 2 berlawanan jarum jam, sedangkan nomor 0 tetap di tempat.

4) Guru memberikan pertanyaan baru berupa LKS untuk didiskusikan oleh trio baru tersebut.

5) Penyajian hasil diskusi oleh kelompok di depan kelas. 6) Setelah penyajian hasil diskusi kelompok selesai, rotasi

kembali dilakukan dan guru kembali membagikan LKS untuk diselesaikan oleh kelompok.

7) Setelah selesai berdiskusi kelompok kembali membacakan hasil diskusi didepan kelas, hal ini dilakukan sebanyak tiga kali perputaran atau rotasi yang dilakukan oleh siswa sehingga siswa akan mengerjakan LKS sebanyak tiga kali dengan kelompok yang berbeda-beda.

3. Kegiatan Akhir

Dalam kegiatan akhir guru:

a) Menyimpulkan pembelajaran mengenai materi yang telah disampaikan bersama siswa.


(42)

b) Memberikan post tes berupa soal esay kepada siswa untuk melihat tingkat penguasaan materi pada pelajaran IPS. c) Memberikan tindak lanjut terhadap proses dan hasil

pembelajaran.

c. Observasi

Peneliti melakukan kegiatan observasi yakni mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung yaitu observasi tentang keaktifan dan keantusiasan siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung. Selama proses pembelajaran, aktivitas siswa dan kinerja guru diamati dengan menggunakan lembar observasi, yaitu dengan memberikan tanda ceklis (√).

d. Refleksi

Hasil yang dicapai dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis. Refleksi dilakukan dengan melihat kelebihan dan kelemahan pada proses pembelajaran setelah diterapkannya model cooperative learning tipe rotating trio exchange. Apabila belum mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan, maka akan dilanjutkan pada siklus berikutnya dengan memperhatikan langkah-langkah pada model cooperative learning tipe rotating trio exchange secara tepat.


(43)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil tindakan dan pembahasan yang telah diuraikan pada Bab IV, maka dapat dirumuskan kesimpulan tentang pembelajaran dengan model cooperative learning tipe rotating trio exchange, pada mata pelajaran IPS kelas VA SD Negeri 1 Palapa Bandar Lampung sebagai berikut:

a. Pembelajaran IPS dengan menerapkan model cooperative learning tipe rotating trio exchange dapat meningkatkan aktivitas belajar. nilai rata-rata aktivitas siswa pada siklus I sebesar 52,08 termasuk dalam kualifikasi keaktifan “cukup aktif”, pada siklus II sebesar 66,65 termasuk dalam kualifikasi keaktifan “aktif”, peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 14,57. Nilai rata-rata aktivitas siswa pada siklus III sebesar 84,67 termasuk dalam kualifikasi keaktifan “sangat aktif”, peningkatan dari siklus II ke siklus III sebesar 18,02.

b. Pembelajaran IPS dengan menerapkan model cooperative learning tipe rotating trio exchange dapat meningkatkan hasil belajar, nilai rata-rata hasil belajar pada siklus I sebesar 60,95, siklus II sebesar 70,23, peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 9,28. Nilai rata-rata hasil


(44)

belajar pada siklus III sebesar 80,71, peningkatan dari siklus II ke siklus III sebesar 10,48. Persentase ketuntasan pada siklus I sebesar 33,33% termasuk dalam kategori “rendah”, siklus II sebesar 61,90% termasuk dalam kategori “tinggi”, dan pada siklus III sebesar 90,47% termasuk dalam kategori “sangat tinggi”.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diuraikan di atas, berikut ini disampaikan saran-saran dalam menerapkan pembelajaran dengan model cooperative learning tipe rotating trio exchange yaitu:

1. Siswa

a. Siswa diharapkan aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga dapat mempermudah memahami materi pembelajaran dan hasil belajar meningkat.

b. Siswa diharapkan dapat menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru baik secara individu maupun kelompok.

2. Guru

a.Guru perlu memperhitungkan waktu yang tersedia agar semua rencana pembelajaran dapat terlaksana secara maksimal.

b.Guru harus memegang prinsip-prinsip pelaksanaan, dan mengoptimalkan sumber belajar yang tersedia (tidak hanya tergantung pada salah satu sumber belajarnya) dalam menggunakan media LKS.


(45)

Penggunaan media LKS dan model cooperative learning tipe rotating trio exchange yang berkualitas, harus didukung dengan kemampuan pelaksanaannya yang tidak dapat sekaligus dikuasai. Oleh karena itu guru harus terus-menerus mencoba dan melaksanakan serta memperbaiki kekurangan-kekurangan penyusunan LKS dan penerapan model pembelajaran yang dipilih.

3. Sekolah

a. Perlu dilakukan pengembangan proses pembelajaran dengan menerapkan model cooperative learning tipe rotating trio exchange dan model pembelajaran lainnya untuk menambah wawasan dan kemampuan guru dalam pembelajaran IPS maupun pembelajaran lainnya.

b. Dapat memfasilitasi sarana pendukung untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran demi meningkatnya mutu pendidikan di sekolah.

4. Peneliti

Penelitian ini mengkaji implementasi perbaikan pembelajaran dengan model cooperative learning tipe rotating trio exchange pada pembelajaran IPS dengan materi yang berbeda pada setiap siklusnya, untuk itu kepada peneliti berikutnya, dapat melaksanakan perbaikan pembelajaran dengan model pembelajaran sejenis pada mata pelajaran lain tentunya dengan materi lainnya yang bervariasi.


(46)

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, Nyimas. 2007. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Dirjen Dikti Depdiknas. Jakarta

Andayani, dkk. 2009. Pemantapan Kemampuan Profesional. Universitas Terbuka. Jakarta.

Aqib, Zainal dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, & TK. Yrama Widya. Bandung.

Asma, Nur. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Dirjen Dikti. Jakarta.

Baharuddin dan Nur, Esa. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Ar-Ruzzmedia. Jakarta.

DEPDIKNAS. 2008. Pendekatan Kontekstual: Contextual Teaching and Learning (ctl). Ditjen Dikdasmen. Jakarta

Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. PT. Bumi Aksara. Jakarta. Hartati, Tatat. 2006. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah.

UPI PRESS. Bandung.

Herrhyanto, Nar, dkk. 2009. Struktur Dasar. Universitas Terbuka. Jakarta.

Huda, Miftahul. 2012. Cooverative Learning Metode, Teknik, Struktur, dan Model Penerapannya. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Isjoni. 2007. Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. ALFABETA. Pekanbaru

..., 2011 Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. ALFABETA. Pekanbaru

Jasmine, Julia. 2007. Panduan Praktis Mengajar Berbasis Multiple Intelligences. Nuansa. Bandung.


(47)

Junaidi, Wawan. 2010. Cara Meningkatkan Aktivitas Belajar siswa. http://wawan-junaidi.blogspot.com/2010/07/aktivitas-belajar-siswa.html. Diakses pada tanggal 7/11/ 2012 08:30 WIB.

Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Refika Aditama. Bandung.

Kunandar.2010.Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Rajagrafindo Persada. Jakarta.

Lie, Anita. 2011. Cooperative Learning, Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang kelas. Grasindo. Jakarta.

Massofa. 2011. Pengertian Dasar IPS. http//:www.massofa.wordpress.com.2011/. pengertian dasar IPS.html. Diakses pada tanggal 3/11/12. 14:52 WIB.

Nashar. 2004. Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal. Delia Press. Jakarta. Prayitno, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas di SD. http://ptk di SD.com.

Diakses 6 Desember 2012. Pukul 14.00 WIB..

Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip- prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Riad. 2012. Kekurangan dan kelebihan cooperative learning tipe rotating trio exchange. http://www.Riad.kekurangan dan kelebihan rotating trio exchangeRTE.blog.com.html./2012/. Diakses pada tanggal 28/11/12.13:45 WIB.

Rizky. 2011 pengertian IPS SD. Diakses pada tanggal 28/10/2012. 15:55 WIB. Rusman. 2010. Seri Manajemen Sekolah Bermutu Model- Model Pembelajaran

Mengembangkan Profesionalisme Guru. Rajawali Press. Bandung. Sapriya, dkk. 2006. Pengembangan Pendidikan IPS di SD. UPI PRESS.

Bandung

Shantika. 2011. Model pembelajaran IPS SD. http://www. Shantika.model pembelajaran IPS.studentmagz.com.html./2011/. Diakses pada tanggal 4/12/12. 20:05 WIB.

Silberman, Melvin. 2009. Active Learning 101 Startegi Pembelajaran.Yappendis. Yogyakarta.

Slavin, R.E. 2010. Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik. Nusa Media. Bandung.


(48)

Sowiyah. 2010, Pengembangan Kompetensi Guru SD. Lembaga Penelitian Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Suwarjo. 2008. Pembelajaran Kooperatif dalam Apresiasi Prosa Fiksi Kajian Konsep: Teori dan Strategi Pengembangannya. Surya Pena Gemilang. Malang.

Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Rajagrafindo Persada. Jakarta.

Tim Penyusun. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. BSNP.

Tim Penyusun. 2009. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Lampung.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana. Jakarta.

UU No. 20. 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Rineka Cipta. Jakarta.

Wardani I.G.A.K, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Pusat Penerbitan Universitas Terbuka . Jakarta.

Weil, Joyce. 2011. Model pembelajaran. http://www.joyce weil.modelPembe lajaran.blog.tp.ac.id./2012/. Diakses pada tanggal 4/12/12. 19:00 WIB Winataputra, Udin. 2008. Materi dan Pembelajaran IPS SD. Universitas Terbuka.

Jakarta.

Zarkasi, firdaus. 2009. Belajar Cepat dengan Diskusi. Penerbit dan Percetakan Offset Indah. Surabaya.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil tindakan dan pembahasan yang telah diuraikan pada Bab IV, maka dapat dirumuskan kesimpulan tentang pembelajaran dengan model cooperative learning tipe rotating trio exchange, pada mata pelajaran IPS kelas VA SD Negeri 1 Palapa Bandar Lampung sebagai berikut:

a. Pembelajaran IPS dengan menerapkan model cooperative learning tipe rotating trio exchange dapat meningkatkan aktivitas belajar. nilai rata-rata aktivitas siswa pada siklus I sebesar 52,08 termasuk dalam kualifikasi keaktifan “cukup aktif”, pada siklus II sebesar 66,65 termasuk dalam kualifikasi keaktifan “aktif”, peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 14,57. Nilai rata-rata aktivitas siswa pada siklus III sebesar 84,67 termasuk dalam kualifikasi keaktifan “sangat aktif”, peningkatan dari siklus II ke siklus III sebesar 18,02.

b. Pembelajaran IPS dengan menerapkan model cooperative learning tipe rotating trio exchange dapat meningkatkan hasil belajar, nilai rata-rata hasil belajar pada siklus I sebesar 60,95, siklus II sebesar 70,23, peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 9,28. Nilai rata-rata hasil


(2)

belajar pada siklus III sebesar 80,71, peningkatan dari siklus II ke siklus III sebesar 10,48. Persentase ketuntasan pada siklus I sebesar 33,33% termasuk dalam kategori “rendah”, siklus II sebesar 61,90% termasuk dalam kategori “tinggi”, dan pada siklus III sebesar 90,47% termasuk dalam kategori “sangat tinggi”.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diuraikan di atas, berikut ini disampaikan saran-saran dalam menerapkan pembelajaran dengan model cooperative learning tipe rotating trio exchange yaitu:

1. Siswa

a. Siswa diharapkan aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga dapat mempermudah memahami materi pembelajaran dan hasil belajar meningkat.

b. Siswa diharapkan dapat menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru baik secara individu maupun kelompok.

2. Guru

a.Guru perlu memperhitungkan waktu yang tersedia agar semua rencana pembelajaran dapat terlaksana secara maksimal.

b.Guru harus memegang prinsip-prinsip pelaksanaan, dan mengoptimalkan sumber belajar yang tersedia (tidak hanya tergantung pada salah satu sumber belajarnya) dalam menggunakan media LKS.


(3)

Penggunaan media LKS dan model cooperative learning tipe rotating trio exchange yang berkualitas, harus didukung dengan kemampuan pelaksanaannya yang tidak dapat sekaligus dikuasai. Oleh karena itu guru harus terus-menerus mencoba dan melaksanakan serta memperbaiki kekurangan-kekurangan penyusunan LKS dan penerapan model pembelajaran yang dipilih.

3. Sekolah

a. Perlu dilakukan pengembangan proses pembelajaran dengan menerapkan model cooperative learning tipe rotating trio exchange dan model pembelajaran lainnya untuk menambah wawasan dan kemampuan guru dalam pembelajaran IPS maupun pembelajaran lainnya.

b. Dapat memfasilitasi sarana pendukung untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran demi meningkatnya mutu pendidikan di sekolah.

4. Peneliti

Penelitian ini mengkaji implementasi perbaikan pembelajaran dengan model cooperative learning tipe rotating trio exchange pada pembelajaran IPS dengan materi yang berbeda pada setiap siklusnya, untuk itu kepada peneliti berikutnya, dapat melaksanakan perbaikan pembelajaran dengan model pembelajaran sejenis pada mata pelajaran lain tentunya dengan materi lainnya yang bervariasi.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, Nyimas. 2007. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Dirjen Dikti Depdiknas. Jakarta

Andayani, dkk. 2009. Pemantapan Kemampuan Profesional. Universitas Terbuka. Jakarta.

Aqib, Zainal dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, & TK. Yrama Widya. Bandung.

Asma, Nur. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Dirjen Dikti. Jakarta.

Baharuddin dan Nur, Esa. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Ar-Ruzzmedia. Jakarta.

DEPDIKNAS. 2008. Pendekatan Kontekstual: Contextual Teaching and Learning (ctl). Ditjen Dikdasmen. Jakarta

Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. PT. Bumi Aksara. Jakarta. Hartati, Tatat. 2006. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah.

UPI PRESS. Bandung.

Herrhyanto, Nar, dkk. 2009. Struktur Dasar. Universitas Terbuka. Jakarta.

Huda, Miftahul. 2012. Cooverative Learning Metode, Teknik, Struktur, dan Model Penerapannya. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Isjoni. 2007. Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. ALFABETA. Pekanbaru

..., 2011 Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. ALFABETA. Pekanbaru

Jasmine, Julia. 2007. Panduan Praktis Mengajar Berbasis Multiple Intelligences. Nuansa. Bandung.


(5)

Junaidi, Wawan. 2010. Cara Meningkatkan Aktivitas Belajar siswa. http://wawan-junaidi.blogspot.com/2010/07/aktivitas-belajar-siswa.html. Diakses pada tanggal 7/11/ 2012 08:30 WIB.

Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Refika Aditama.Bandung.

Kunandar.2010.Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Rajagrafindo Persada. Jakarta.

Lie, Anita. 2011. Cooperative Learning, Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang kelas. Grasindo. Jakarta.

Massofa. 2011. Pengertian Dasar IPS. http//:www.massofa.wordpress.com.2011/. pengertian dasar IPS.html. Diakses pada tanggal 3/11/12. 14:52 WIB.

Nashar. 2004. Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal. Delia Press. Jakarta. Prayitno, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas di SD. http://ptk di SD.com.

Diakses 6 Desember 2012. Pukul 14.00 WIB..

Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip- prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Riad. 2012. Kekurangan dan kelebihan cooperative learning tipe rotating trio exchange. http://www.Riad.kekurangan dan kelebihan rotating trio exchangeRTE.blog.com.html./2012/. Diakses pada tanggal 28/11/12.13:45 WIB.

Rizky. 2011 pengertian IPS SD. Diakses pada tanggal 28/10/2012. 15:55 WIB. Rusman. 2010. Seri Manajemen Sekolah Bermutu Model- Model Pembelajaran

Mengembangkan Profesionalisme Guru. Rajawali Press. Bandung. Sapriya, dkk. 2006. Pengembangan Pendidikan IPS di SD. UPI PRESS.

Bandung

Shantika. 2011. Model pembelajaran IPS SD. http://www. Shantika.model pembelajaran IPS.studentmagz.com.html./2011/. Diakses pada tanggal 4/12/12. 20:05 WIB.

Silberman, Melvin. 2009. Active Learning 101 Startegi Pembelajaran.Yappendis. Yogyakarta.

Slavin, R.E. 2010. Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik. Nusa Media. Bandung.


(6)

Sowiyah. 2010, Pengembangan Kompetensi Guru SD. Lembaga Penelitian Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Suwarjo. 2008. Pembelajaran Kooperatif dalam Apresiasi Prosa Fiksi Kajian Konsep: Teori dan Strategi Pengembangannya. Surya Pena Gemilang. Malang.

Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Rajagrafindo Persada. Jakarta.

Tim Penyusun. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. BSNP.

Tim Penyusun. 2009. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Lampung.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana. Jakarta.

UU No. 20. 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional.Rineka Cipta. Jakarta.

Wardani I.G.A.K, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Pusat Penerbitan Universitas Terbuka . Jakarta.

Weil, Joyce. 2011. Model pembelajaran. http://www.joyce weil.modelPembe lajaran.blog.tp.ac.id./2012/. Diakses pada tanggal 4/12/12. 19:00 WIB Winataputra, Udin. 2008. Materi dan Pembelajaran IPS SD. Universitas Terbuka.

Jakarta.

Zarkasi, firdaus. 2009. Belajar Cepat dengan Diskusi. Penerbit dan Percetakan Offset Indah. Surabaya.


Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS V SD NEGERI 1 SENDANG AGUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 19 50

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN PKn SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 PENENGAHAN BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 11 47

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 TEMPURAN LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 6 146

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS VB SD NEGERI 1 METRO BARAT TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 8 40

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE ROTATING TRIO EXCHANGE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VA SD NEGERI 1 PALAPA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

10 137 48

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS IVA SD NEGERI 1 PANJANG SELATAN BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 2 53

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS IV SD NEGERI 2 SABAH BALAU LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 9 53

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TALKING STICK PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS VA SD NEGERI 7 METRO BARAT TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 6 48

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP RESUME PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VA SDN 2 METRO UTARA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

24 216 38

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE ROTATING TRIO EXCHANGE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS IV SD NEGERI SUKABUMI

1 39 65