PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V B SDN 06 METRO BARAT

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBEREDHEADS

TOGETHER (NHT) PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V B SDN 06 METRO BARAT

Oleh

MARDIANA WIDIYANTI

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V B SDN 06 Metro Barat pada mata pelajaran IPA. Rendahnya aktivitas siswa dapat dilihat dari kurangnya pastisipasi aktif siswa dalam mengikuti pembelajaran dan jarang bertanya mengenai materi yang diberikan. Sedangkan rendahnya hasil belajar siswa dilihat dari adanya siswa yang belum mencapai KKM dengan ketuntasan hasil belajar klasikal sebesar 41,93%. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA dengan menggunakan model cooperative learning tipe Numbered Heads Together (NHT).

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (classroom action research) dengan model siklus. Setiap silusnya terdapat empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, obsevasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan tes hasil belajar. Data yang diperoleh lalu dianalisis dengan menggunakan teknik analisis kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan model cooperative learning tipe NHT dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan aktivitas siswa dari siklus I ke siklus II yaitu dari kategori ”cukup aktif” menjadi ”aktif”. Sedangkan peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II dari kategori ”sedang” menjadi ”tinggi” atau meningkat dari 51,61% pada siklus I menjadi 77,42% pada siklus II.

Kata kunci: aktivitas belajar, hasil belajar, dan model cooperative learning, Numbered Heads Together (NHT).


(2)

Judul Skripsi : PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE

NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V B SDN 06 METRO BARAT

Nama : Mardiana Widiyanti

Nomor Pokok Mahasiswa : 0813053042

Jurusan : Ilmu Pendidikan

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Drs. Supriyadi, M. Pd.

NIP 19591012 198503 1 002 Drs. Suyanto, M. Pd. NIP 19520604 197803 1 006

2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

Drs. Baharudin Risyak, M. Pd. NIP 19510507 198103 1 002


(3)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Supriyadi, M. Pd. ...

Sekertaris : Drs. Suyanto, M. Pd. ...

Penguji Utama : Dr. Sowiyah, M. Pd. ...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003


(4)

HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama Mahasiswa : Mardiana Widiyanti

NPM : 0813053042

Program Studi : S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Jurusan : Ilmu Pendidikan

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

Lokasi Penelitian : SDN 06 Metro Barat

Dengan ini menyatakan dengan sesunggunya bahwa skripsi yang berjudul:

’’Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together (NHT) pada Mata Pelajaran IPA Kelas V B SDN 06 Metro Barat Tahun Pelajaran 2011/2012” tersebut adalah asli hasil penelitian saya kecuali bagian-bagian tertentu yang dirujuk dari sumbernya dan disebutkan dalam Daftar Pustaka.

Apabila di kemudian hari ternyata pernyataan ini tidak benar, maka saya sanggup dituntut berdasarkan Undang-undang dan Peraturan yang berlaku. Demikian per-nyataan ini saya buat untuk dapat digunakan seperlunya

Bandar lampung, 24 Januari 2013 Yang membuat pernyataan,


(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 23 Februari 1990 di Kota Metro, sebagai anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Sumaryana, S. Pd., dan Ibu Dra. Endang Suryanti.

Penulis menempuh Pendidikan Taman Kanak-Kanak Aisyah Bustanul Atfhal yang diselesaikan pada tahun 1997, Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Negeri 03 Rama Oetama, Seputih Raman pada tahun 2002, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 1 Seputih Raman pada tahun 2005, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 1 Kotagajah, Lampung Tengah yang diselesaikan pada tahun 2008.

Pada tahun 2008 penulis mengikuti Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Universitas Lampung dan terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.


(6)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS

TOGETHER (NHT) PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V B SDN 06 METRO BARAT

(Skripsi)

Oleh

MARDIANA WIDIYANTI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2013


(7)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS

TOGETHER (NHT) PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V B SDN 06 METRO BARAT

Oleh

MARDIANA WIDIYANTI Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2013


(8)

i

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap Bismillahirohmannirohim kupersembah-kan karya sederhana ini untuk:

1. Ibunda dan ayahanda tercinta, ibu Dra. Endang Suryanti dan ayah Sumaryana, S. Pd. yang selalu memberi dukungan, baik moril maupun mteriil demi kelancaran penyelesaian skripsi ini dan memotivasi serta senantiasa mendoakan keberhasilan saya,

2. Adik, Paman, Bibi, Kakek, Nenek, serta Keponakanku yang selalu menjadi penyemangat dan selalu mendambakan keberhasilanku,

3. Bapak dan Ibu dosen beserta staf, yang telah membekaliku dengan Ilmu agama maupun ilmu Pengetahuan.

4. Sahabat seperjuangan dan teman-teman di program Studi S1 PGSD angkatan 2008 Universitas Lampung,

5. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung sebagai Almamaterku


(9)

ii SANWACANA

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia rahmad, hidayah, dan inayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together (NHT) pada Mata Pelajaran IPA Kelas V B SDN 06 Metro Barat Tahun Pelajaran 2011/2012 “.

Dalam selesainya skripsi ini tak lupa peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Hariyanto, M.S selaku Rektor Universitas Lampung yang telah memberikan kemudahan kepada peneliti dalam mengikuti pendidikan hingga terselesaikannya skripsi ini.

2. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si, selaku Dekan FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan kemudahan kepada peneliti dalam mengikuti pedidikan hingga terselesainya skripsi ini.

3. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan kepada peneliti dalam mengikuti pendidikan hingga terselesainya skripsi ini.

4. Bapak Dr. Hi. Darsono, M.Pd., selaku ketua Program Studi PGSD sekaligus Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan


(10)

iii kesempatan dan kemudahan kepada peneliti dalam mengikuti pendidikan hingga terselesaikannya skripsi ini.

5. Ibu Dra. Asmaul Khair, M. Pd., selaku Ketua PGSD UPP yang telah memberikan kemudahan dan arahan kepada peneliti hingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Drs. Supriyadi, M. Pd., selaku Dosen dan Pembimbing I yang dengan sabar dan senantiasa meluangkan waktu untuk memeberikan arahan, masukan dan motivasi sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak Drs. Suyanto, M.Pd., selaku Dosen dan Pembimbing II yang dengan sabar dan senantiasa meluangkan waktu untuk memberikan arahan, masukan dan motivasi sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. 8. Ibu Dr. Sowiyah, M.Pd., selaku Dosen dan Pembahas yang telah

memberikan masukan dan saran-saran yang bermanfaat.

9. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf PGSD UPP Metro yang telah banyak membantu dala kelancaran penyusunan skripsi ini.

10. Bapak Jamalludin, S. Pd. I, selaku Kepala Sekolah SDN 06 Metro Barat yang telah memberikan izin dan kemudahan untuk mendapatkan data penunjang penelitian skripsi ini.

11. Ibu Ripyati, S. Pd., selaku teman sejawat serta para guru SDN 06 Metro Barat atas bimbingan dan kerjasamanya sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.

12. Seluruh guru, staf, dan siswa siswi SDN 06 Metro Barat yang telah berpartisipasi aktif sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.


(11)

iv 13. Bapak Sumaryana, S. Pd. dan Ibu Dra. Endang Suryanti, selaku orang tua

peneliti yang tak pernah lelah memberikan dorongan moral dan material dalam menyelesaikan skripsi ini.

14. Adik, Paman, Bibi, Kemenakan, Kakek, Nenek, serta saudara-saudara peneliti atas semangat dan motivasinya demi penyelesaian skripsi ini. 15. Rekan-rekan senasib dan seperjuangan, mahasiswa Program S-1 PGSD

angkatan 2008, yang telah memberikan bantuan dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu. 16. Sahabatku Vinda Muryaningrum, terima kasih atas doa dan dukungannya

selama ini.

17. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan namanya satu per satu yang telah banyak membantu peneliti, memberikan dorongan dan informasi serta pendapat yang sangat bermanfaat bagi peneliti.

Semoga amal baik Bapak, Ibu dan Saudara-saudara mendapat balasan dari Allah SWT. Tegur, kritik, dan saran yang membangun demi peningkatan kualitas skripsi ini di masa mendatang sangat peneliti harapkan.

Akhir kata, peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan yang selalu menghadapi tantangan seiring dengan tuntutan zaman, khususnya para guru sebagai acuan dalam pengembangan pembelajaran di kelas dalam usaha meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

Bandar lampung, 24 Januari 2013 Peneliti,


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Apalagi pendidikan bagi bangsa yang sedang membangun seperti bangsa Indonesia saat ini merupakan kebutuhan wajib yang harus dikembangkan sejalan dengan tuntutan pembangunan. Hal ini tak lepas dari kerjasama antar lapisan masyarakat, baik pendidik, orang tua siswa, maupun masyarakat yang berada di lingkungan sekitar lembaga kependidikan.

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS)menyebutkan bahwa pembelajaran adalah interaksi siswa dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Jadi, pembelajaran adalah proses yang disengaja yang menyebabkan siswa belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegitan pada situasi tertentu.

Hal tersebut sejalan dengan tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran IPA yaitu agar siswa memiliki kemampuan untuk mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat. Selain itu mata pelajaran IPA bertujuan untuk mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan (Permendiknas No. 22 Tahun 2006).


(13)

Ilmu pengetahuan Alam (IPA) hakikatnya merupakan usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat (correct) pada sasaran, serta menggunakan prosedur yang benar (true), dan dijelaskan dengan penalaran yang sahih (valid) sehingga dihasilkan kesimpulan yang betul (truth) (Sutrisno, dkk., 2007: 1-19).

Berdasarkan apa yang telah diuraikan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA mengandung tiga hal yang saling berkaitan satu sama lain. Ketiga hal tersebut yaitu proses (usaha manusia memahami alam semesta), prosedur (pengamatan yang tepat dan prosedurnya benar), dan produk (kesimpulannya betul).

Berlandaskan pada hal tersebut pembelajaran IPA di Sekolah Dasar (SD) hendaknya dapat dilaksanakan dalam suasana ilmiah sehingga dapat mendorong siswa untuk lebih berpikir kritis dan ilmiah, sehingga diharapkan diakhir pembelajaran IPA, siswa dapat menerapkan pengetahuan yang didapatnya dalam kehidupan sehari-hari, sebagaimana yang dilakukan oleh para ahli IPA.

Harapan tersebut terkadang tidak sesuai dengan kenyataan yang ditemukan di lapangan.Masih ada beberapa sekolah yang belum membelajarkan IPA sebagaimana yang diharapkan.Terutama pada sekolah-sekolah yang masih menerapkan model konvensional pada setiap pembelajaran IPA di sekolahnya.

Berdasarkan observasi awal pada kelas V B SDN 06 Metro Barat diketahui bahwa dalam proses pembelajaran IPA guru lebih sering menggunakan model pembelajaran yang bersifat konvensional, dan belum menggunakan model cooperative learningterutama tipe Numbered Heads Together (NHT) secara optimal, masih sebatas diskusi kelompok saja. Selain itu pada saat proses pembelajaran siswa terlihat kurang berpartisipasi aktif dan jarang bertanya mengenai materi yang sedang diajarkan. Dari hasil belajar terlihat masih terdapat


(14)

siswa yang belum mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang telah ditetapkan sekolah sebesar 65, dan hanya 13 (41,93%) orang siswa dari 31 orang siswa yang mencapai nilai KKM.

Salah satu upaya perbaikan pembelajaran yang ditawarkan untuk meningkatkan mutu pembelajaran IPA sekolah dasar adalah model pembelajaran yang didasarkan pada pandangan konstruktivis karena dianggap paling sesuai dengan karakteristik pembelajaran IPA (Sutarno, 2008: 8.18).

Model pembelajaran konstruktivis yang dapat diterapkan untuk memperbaiki aktivitas dan hasil belajar serta kinerja guru, salah satunya adalah model cooperative learning. Menurut Slavin (2009: 4) cooperative learning merujuk pada berbagai macam metode pembelajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pembelajaran.

Model cooperative learning memiliki beragam tipe dan jenis, salah satunya yang dapat diterapkan untuk memeperbaiki kinerja guru dalam membelajarkan IPA yaitu model cooperative learning tipe NHT. Model cooperative learning tipe NHT pertama kali dikembangkan oleh Kagan pada tahun 1992 (Muchith, 2010: 107).

Slavin (2009: 256) memaparkan bahwa NHT pada dasarnya adalah sebuah varian dari group discussion, pembelokannya yaitu hanya pada satu siswa yang mewakili kelompoknya tetapi sebelumnya tidak diberi tahu siapa yang akan menjadi wakil kelompok tersebut. Pembelokan tersebut memastikan keterlibatan total dari semua siswa.

Hal tersebut didukung oleh keberhasilan dari penggunaan model cooperativelearning tipe NHT yang telah diterapkan oleh Wahyuni (2010), seorang mahasiswi dari PGSD Bumi


(15)

Siliwangi yang telah berhasil meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA Kelas V SD Barulaksana Kecamatan Lembang.

Mempertimbangkan keberhasilan tersebut maka peneliti berkolaborasi dengan seorang guru kelas akan mengadakan PTK dengan judul: ”Peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa melalui model cooperative learning tipe Numbered Heads Together (NHT) pada mata pelajaran IPA Kelas V B SDN 06 Metro Barat Tahun Pelajaran 2011/2012”. B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas perlu diidentifikasi permasalahan yang ada, yaitu sebagai berikut:

1. Model pembelajaran yang diterapkan masih bersifat konvensional. 2. Kurangnya partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran.

3. Siswa kurang aktif bertanya pada saat pembelajaran.

4. Ketuntasan hasil belajar siswaKelas V B SDN 06 Metro Barat pada mata pelajaran IPA rendah, hanya 41,93% atau 13orang dari 31 orang siswa yang mencapai KKM yang telah ditetapakan yaitu 65.

5. Belum adanya variasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

6. Belum optimalnya penggunaan model cooperative learning terutama tipe NHT dalam proses pembelajaran IPA.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:


(16)

1. Bagaimanakah aktivitas belajar siswa Kelas V B SDN 06 Metro Barat pada mata pelajaran IPA dapat ditingkatkan melalui model cooperative learning tipe NHT?

2. Bagaimanakah aktivitas belajar siswa Kelas V B SDN 06 Metro Barat pada mata pelajaran IPA dapat ditingkatkan melalui model cooperative learning tipe NHT?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Peningkatan aktivitas belajar siswaKelas V B SDN 06 Metro Barat pada pembelajaran IPA melalui model cooperative learning tipe NHT.

2. Peningkatan hasil belajar siswa Kelas V B SDN 06 Metro Barat pada pembelajaran IPA melalui model cooperative learning tipe NHT.

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan, memberikan informasi serta bahan penerapan ilmu metode sebagai bahan perbaikan pembelajaran, khususnya mengenai peningkatan hasil aktivitas dan hasil belajar IPA melalui model cooperativelearning tipe NHT Kelas V B SDN 06 Metro Barat Tahun Pelajaran 2011/2012.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

Dapat melatih siswa berpikir kritis, dan mendorong keaktifan belajar siswa serta meningkatkan kemampuan dan keterampilan berdiskusi kelompok pada mata pelajaran IPA di kelas V B SDN 06 Metro Barat.


(17)

b. Bagi Guru

Sebagai bahan pertimbangan, menambah wawasan, dan masukan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran IPA di kelasnya, khususnya dalam mengem-bangkan kemampuan guru dalam menerapkan model cooperativelearning khususnya tipe NHT.

c. Bagi Sekolah

Sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran IPA melalui penggunaan model cooperativelearning tipe NHT.

d. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan pengalaman tentang Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan dapat meningkatkan pengetahuan dalam pembelajaran khusunya dalam

menerapkan model cooperativelearning tipe NHT guna meningkatkan mutu


(18)

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Belajar

1. Aktivitas Belajar

Pada suatu proses pembelajaran tidak terlepas dari adanya aktivitas yang dilakukan oleh seluruh anggota kelas, baik itu guru maupun siswa. Sriyono(Yasa, 2011)mengungkapkan bahwa aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar.Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar.

Aktivitas banyak macamnya, maka para ahli mengadakan klasifikasi atas macam-macam aktivitas tersebut. Salah satunya adalah Dierich(Hamalik, 2008: 172) membagi kegiatan belajar dalam 8 kelompok, ialah:

a. Kegiatan-kegiatan visual

Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.

b. Kegiatan-kegiatan lisan (oral)

Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemuka-kan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi.

c. Kegiatan-kegiatan mendengarkan

Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio.

d. Kegiatan-kegiatan menulis

Menulis cerita, menulis laporan,memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket.

e. Kegiatan-kegiatan menggambar

Menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta, dan pola. f. Kegiatan-kegiatan metrik


(20)

Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari dan berkebun.

g. Kegiatan-kegiatan mental

Merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, factor-faktor, melihat, hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.

h. Kegiatan-kegiatan emosional

Minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan dalam kelompok ini terdapat dalam semua jenis kegiatan dan overlap satu sama lain. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan atau dilaksanakan baik secara jasmani maupun secara rohani. Aktivitas belajar merupakan indikator adanya keinginan siswa untuk belajar.

2. Hasil Belajar

Setiap sebuah proses selesai dilakukan hal terakhir yang diperoleh adalah sebuah hasil dari proses tersebut, tak terkecuali belajar. Setelah proses pembelajaran berlangsung hal terakhir untuk mengetahui apakan proses tersebut berjalan dengan baik adalah mengetahui hasil dari proses pembelajaran tersebut.

Gagne dan Briggs(Sumarno, 2011)menyatakan bahwa hasil bela-jar merupakan kemampuan internal (capability) yang meliputi pengeta-huan, keterampilan dan sikap yang telah menjadi milik pribadi seseorang dan memungkinkan orang itu melakukan sesuatu.

Pendapat yang lain diungkapkan oleh Suprijono (2011: 7)hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya hasil pembelajaran tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif.


(21)

Bloom, dkk. (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 26-30)mengkategorikan jenis perilaku dan kemampu- an internal akibat belajar ke dalam tiga ranah, diantaranya:

a. Ranah kognitif, terdiri dari enam perilaku, diantaranya: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.

b. Ranah afektif, terdiri dari lima perilaku, diantaranya: penerimaan, partisIPAsi, penilaian dan penentuan sikap, organisasi, serta pembentukan pola hidup. c. Ranah psikomotor, terdiri dari tujuh perilaku, diantaranya: persepsi, kesiapan,

gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa (berketerampilan), gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan, dan kreativitas.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau dihasilkan oleh siswa yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap yang nampak pada perubahan tinngkah laku secara kuantitatif.

B. Model CooperativeLearning Tipe Numbered Heads Together (NHT) 1. Pengertian Model Pembelajaran

Pada suatu proses pembelajaran di kelas seorang guru tentu tidak hanya menggunakan metode pembelajaran sebagai caranya mengajar, melainkan juga menggunakan suatu model pembelajaran. Komalasari (2010: 57) mengungkapkan bahwa model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.

Secara kaffahpengertian model yang diungkapkan oleh Mayer (Trianto, 2010: 21) dimaknakan sebagai suatu objek atau konsep yang digunakan untuk mempresentasikan suatu hal, dan sesuatu yang nyata dan dikonversikan untuk sebuah bentuk yang lebih komprehensif.


(22)

Pendapat yang sedikit berbeda diungkapkan oleh Arends. Arends(Suwarjo, 2008: 97) menjelaskan bahwa model pembelajaran merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menjelaskan suatu pendekatan atau rencana pengajaran yang mengacu pada pendekatan secara menyeluruh yang memuat tujuan, tahapan-tahapan kegiatan, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.

Berdasarkan pendapat para ahli yang telah dijabarkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan suatu kerangka konseptual yang menggambarkan bentuk pembelajaran dari awal hingga akhir. Dengan kata lain model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu konsep yang digunakan unutk mempresentasikan suatu hal.

2. Pengertian Model CooperativeLearning

Model pembelajaran memiliki beragam jenis, salah satunya adalah model

cooperative learning. Cooperative learning (pembelajaran kooperatif) menurut

Depdiknas (Komalasari, 2010: 62) merupakan strategi pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Sedangkan menurut Slavin (2009: 4)cooperative learning merujuk pada berbagai macam metode pembelajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pembelajaran.

Hal senada juga diungkapkan oleh Stahl(Solihatin dan Raharjo, 2007: 5), yang mengungkapkan bahwa model pembelajaran cooperative learning menempatkan siswa sebagai bagian dari suatu sistem kerjasama dalam mencapai suatu hasil yang optimal dalam belajar.


(23)

Cooperative learning adalah pembelajaran yang berbasis sosial. Hal ini ditegaskan oleh Lie(Suprijono, 2011: 56) yang mengungkapkan bahwa model pembelajaran ini didasarkan pada falsafat homo homini socius.

Menilik pengertian model cooperative learning dari beberapa pendapat para ahli di atas maka dapat penulis simpulkan bahwa model pembelajaran cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang berdasarkan pada pendekatan konstruktivistik, model pembelajaran ini menempatkan siswa sebagai bagian dari suatu sistem kerjasama dalam mencapai hasil belajar yang optimal.

3. Ciri-ciri CooperativeLearning

Suatu model pembelajaran pasti memiliki karakteristik atau ciri-ciri yang berbeda dengan model pembelajaran yang satu dengan yang lainnya. Muslimin, dkk.(Widyantini, 2008: 4)yang mengungkapkan bahwa ciri-ciri cooperative learning adalah sebagai berikut; kerja kelompok, pembentukan kelompok secara heterogen, dan penghargaan kelompok.

Hal senada juga diungkapkan oleh Arends(Faisal, 2009) ciri-ciri cooperative

learning adalah, (a) siswa bekerja dalam kelompok kooperatif untuk menguasai materi

akademis, (b) anggota-anggota dalam kelompok diatur terdiri dari siswa yang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi, (c) jika memungkinkan, masing-masing anggota kelompok kooperatif berbeda suku, budaya, dan jenis kelamin, dan (d) sistem penghargaan yang berorientasi kepada kelompok daripada individu.

Berdasarkan pada pendapat para ahli di atas dapat penulis simpulkan bahwa ciri-ciri utama dari cooperative learning adalah siswa yang belajar bersama dalam sebuah kelompok heterogen, dalam hal ini berarti setiap anggota kelompoknya mempunyai


(24)

kemampuan yang berbeda-beda serta setiap individu dalam kelompok harus bertanggung jawab atas dirinya sendiri serta dengan rekan sesama kelompoknya.

4. Tujuan CooperativeLearning

Suatu model pembelajaran diterapkan dalam suatu kelas tentu mempunyai tujuan tersendiri. Slavin (Fahmi, 2011)mengungkapkan bahwa tujuan cooperative learning berbeda dengan kelompok tradisional yang menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari

cooperative learning adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan individu

ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya.

Tujuan cooperative learning yang lain datang dari Martati(2010: 15) yang mengungkapkan bahwa model cooperative learning(pembelajaran kooperatif) dikembangkan paling sedikit tiga tujuan penting, yaitu tujuan pertama,

cooperative learning dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam

tugas-tugas akademis yang penting. Tujuan kedua adalah toleransi dan penerimaan yang lebih luas terhadap orang-orang yang berbeda ras, budaya, kelas sosial, atau kemampuannya.Tujuan ketiga adalah kooperatif mengajarkan keterampilan kerjasama dan berkolaborasi kepada siswa.

Sedangkan Ibrahim (Muchith, 2010: 90) merangkum tujuan model cooperative

learning menjadi tiga tujuan penting, yaitu:

a. Hasil belajar akademik

Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. b. Penerimaan terhadap perbedaan individu

Cooperative learning member peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang

dan kondisi untuk bekerjasama dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.

c. Pengembangan keterampilan sosial

Cooperative learning mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerjasama

dan kolaborasi.Hal ini penting untuk dimiliki siswa sebab saat ini banyak anak muda yang masih kurang dalam keterampilan sosial.


(25)

Berdasarkan pendapat ahli di atas maka dapat penulis simpulkan bahwa tujuan

cooperativelearning selain untuk meningkatkan prestasi akademis siswa,

cooperativelearning juga dapat menumbuhkan sikap toleransi dan penerimaan terhadap

kekurangan orang lain, serta dapat mengembangkan keterampilan sosial. 5. Model CooperativeLearningTipe Numbered Heads Together (NHT)

Model cooperative learning memiliki beragam tipe dan jenis hal ini diungkapkan oleh Muchith(2010: 107) yang salah satunya yaitu tipe Numbered Heads Together (NHT). Model cooperative learningtipe NHT dikembangkan oleh Kagan pada tahun 1992 dengan melibatkan para siswa dalam me-review bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran mengecek atau memeriksa pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut.

Sejalan dengan itu Herdian (2009)mengungkapkan bahwa cooperative learning NHT merupakan salah satu tipe cooperative learning yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik.

Numbered Heads Together (NHT) adalah suatu model pembelajaran yang lebih

mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas.

Slavin (2009: 256)memaparkan bahwa NHT pada dasarnya adalah sebuah varian dari group discussion, pembelokannya yaitu hanya pada satu siswa yang mewakili kelompoknya tetapi sebelumnya tidak diberi tahu siapa yang akan menjadi wakil kelompok tersebut. Pembelokan tersebut memastikan keterlibatan total dari semua siswa.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas maka dapat penulis simpulkan bahwa model cooperative learning tipe NHT adalah suatu model pembelajaran di mana


(26)

para siswa berkumpul dalam satu kelompok kecil untuk berdiskusi memecahakan masalah dan setiap anggotanya memiliki nomor yang berbeda.

6. Langkah-langkah Model CooperativeLearningTipe Numbered Heads Together (NHT)

Ada beberapa langkah yang harus diperhatikan oleh seorang guru dalam menerapakan model cooperative learning tipe NHT di dalam kelasnya. Salah satunya diungkapkan oleh Huda(2011: 138), langkah-langkah yang harus ditempuh dalam penerapan model ini yaitu:

a. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok. Masing-masing siswa dalam kelompok diberi nomor.

b. Guru memberikan tugas/pertanyaan dan masing-masing kelompok mengerjakannya.

c. Kelompok berdiskusi untuk menemukan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan semua anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut. d. Guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang dipanggil

mempresentasikan jawaban hasil diskusi kelompok mereka.

Hal senada juga diungkapkan oleh Muchith (2010: 107) yang mengungkapkan langkah-langkah dalam pembelajaran dengan menggunakan model NHT menjadi empat langkah penting yaitu:

a. Langkah 1: Penomoran (Numbering), yaitu guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan tiga hingga lima orang dan memberi mereka nomor sehingga tiap siswa dalam kelompok tersebut memiliki nomor yang berbeda.

b. Langkah 2: Pengajuan pertanyaan (Questioning), yaitu guru mengajukan suatu pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi dari yang bersifat spesifik hingga yang bersifat umum.

c. Langkah 3: Berpikir bersama (Heads Together), yaitu siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban tersebut.

d. Langkah 4: Pemberian jawaban (Answering), yaitu guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas.


(27)

Penjabaran yang sedikit berbeda mengenai langkah-langkah dalam pembelajaran dengan model NHT diungkapkan oleh Komalasari (2010: 62-63) di mana langkah-langkah tersebut yaitu:

1) Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor,

2) Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya, 3) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota

kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya.

4) Guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.

5) Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain. 6) Kesimpulan.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut maka dapat penulis simpulkan bahwa langkah-langkah yang harus ditempuh dalam pembelajaran dengan menggunakan model

cooperativelearning tipe NHT yaitu diawali dengan pembentukan kelompok, di mana

setiap anggota kelompok diberi nomor, selanjutnya pemberian masalah atau pertanyaan yang harus dipecahkan oleh seluruh anggota kelompok, setelah itu siswa bekerja sama dengan anggota kelompoknya utntuk memecahkan masalah yang telah diberikan dan diakhiri dengan guru menyebutkan salah satu nomor dari setiap kelompok untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru dan siswa yang nomornya telah dipanggil harus menjawab pertanyaan yang telah diajukan.

7. Kelebihan dan Kekurangan CooperativeLearningTipe Numbered Heads Together (NHT)

Suatu hal pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu juga dengan model

cooperative learning tipe NHT. Kelebihan dari model cooperativelearning tipe NHT

salah satunya diungkapkan oleh Huda (2011: 138), yaitu 1) memberikan kesempatan pada siswa untuk saling sharing ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling


(28)

tepat, 2) meningkatkan semangat kerjasama, dan 3) dapat digunakan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas.

Isjoni (Anonim, 2010) mengungkapkan bahwa kelebihan model

cooperativelearning tipe NHT ada empat yaitu (1) setiap siswa menjadi siap

semua, (2) dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh, (3) siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai, dan (4) tidak ada siswa yang mendominasi dalam kelompok. Sedangkan kelemahannya adalah kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru dan tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.

Kesimpulan yang dapat penulis ambil dari beberapa pendapat para ahli di atas adalah model cooperative learning tipe NHT memiliki kelebihan diantaranya yaitu dapat meningkatkan kinerja anggota kelompok, menimbulkan rasa toleransi antar anggota, serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Sedangkan kekurangannya yaitu adanya kemungkinan nomor yang sama akan dipanggil kembali dan tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.

C. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 1. Pengertian IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau science secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam, ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. Kata “IPA” menurut Iskandar (1997: 2) merupakan singkatan dari “Ilmu Pengetahuan Alam” yang merupakan terjemahan dari kata-kata bahasa Inggris “Natural Science” atau yang sering disebut dengan “Science”. Sejalan dengan itu Carin (Kholil, 2009) mendefinisikan IPA sebagai suatu kegiatan berupa pertanyaan dan penyelidikan alam semesta serta penemuan dan pengungkapan serangkaian rahasia alam.

Sejalan dengan hal tersebut, Powler (Wikipedia, 2009) menye-butkan bahwa IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala-gejala alam dan kebendaan yang


(29)

sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil obervasi dan eksperimen.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat penulis simpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari alam dan segala keteraturannya.

2. Tujuan Ilmu Pengetahuan Alam

Tujuan IPA tertuang dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi adalah agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:

a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdsarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterpkan dalam kehidupan sehari-hari.

c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan penddidikan ke SMP/MTs.

Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran IPA adalah untuk mendorong siswa agar lebih meningkatkan kesadarannya dalam memelihara apa yang tersedia di alam sebagai wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

3. Pembelajaran IPA di SD

IPA untuk Sekolah Dasar (SD) harus dimodifikasi agar anak-anak dapat mempelajarinya. Ide-ide dan konsep-konsep harus disederhanakan agar sesuai dengan


(30)

kemampuan anak untuk memahaminya. Peserta didik SD yang secara umum berusia 6-12 tahun, secara perkembangan kognitif termasuk dalam tahapan perkembangan operasional konkret.

Tahapan ini ditandai dengan cara berpikir yang cenderung konkret/nyata. Oleh karena itu dalam pembelajaran IPA di SD yang perlu diajarkan adalah produk dan proses IPA, karena keduanya tidak dapat dipisahkan (Anonim, 2009).

Iskandar (1997: 2) menyebutkan IPA sebagai disiplin ilmu disebut juga sebagai produk IPA. Bentuk IPA sebagai produk adalah fakta-fakta, prinsip-prinsip dan teori-teori IPA. Iskandar juga menegaskan bahwa selain materi IPA harus dimodifikasi, keterampilan-keterampilan proses IPA yang akan dilatihkan juga harus sesuai dengan perkembangan anak-anak.

Permendiknas No. 22 Tahun 2006 menyebutkan bahwa IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Oleh karena itu, pembelajaran IPA di Sekolah Dasar (SD) menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas maka penulis menyimpulan bahwa pendidikan IPA untuk Sekolah Dasar dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mengajarkan kepada siswa tentang bagaimana ahli IPA bekerja.

D. Kinerja Guru

Salah satu hal yang tidak boleh terlepas dari proses pembelajaran adalah peran guru yang sangat penting di dalamnya. Kinerja guru yang baik dalam sebuah proses pembelajaran akan berpengaruh pada aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sowiyah (2010: 157) yang mengungkapkan bahwa kegiatan pembelajaran dan hasil belajar


(31)

siswa tidak saja ditentukan oleh manajemen sekolah, kurikulum, sarana, dan prasarana pembelajaran, tetapi sebagian besar ditentukan oleh guru.

Selain itu Prastya Irawan, dkk. (Suprijono, 2010: 162) yang mengutip hasil penelitian Fyan dan Maehr mengungkapkan bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu latar belakang keluarga, kondisi atau konteks sekolah dan motivasi, di dalamnya termasuk peran guru dalam pembelajaran.

Berdasarkan pendapat ahli di atas maka dapat penulis simpulkan bahwa kinerja guru berperan penting dalam sebuah proses pembelajaran. Aktivitas dan hasil belajar siswa dipengaruhi oleh baik atau buruknya kinerja guru dalam pembelajaran, selain dari faktor intern dan ekstern siswa itu sendiri.

E. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas yaitu “Apabila dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) menggunakan model cooperativelearning tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan langkah-langkah yang tepat maka dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa Kelas V B SDN 06 Metro Barat.”


(32)

(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau yang lazim dikenal dengan Classroom Action Research. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat (Wardhani, dkk., 2007: 1.3). Setiap siklus terdiri dari empat kegiatan pokok yang dirang-kai menjadi satu kesatuan yaitu perencanaan (plan), pelaksanaan (act),

pengamatan (observe), dan refleksi (reflect).

Penelitian ini dilakukan secara berkolaborasi dengan guru Kelas V B SDN 06 Metro Barat. Temuan penting yang diharapkan dalam penelitian ini

adalah penggunaan model cooperativelearning tipe Numbered Heads

Together (NHT) mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam


(34)

2

B. Setting Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SDN 06 Metro Barat Kota Metro yang bertempat di Jln. Jendral Sudirman, Kelurahan Ganjar Agung 14/II, Kecamatan Metro Barat, Kota Metro.

2. Subyek Penelitian

Penelitian tindakan kelas inidilaksanakan secara kolaborasi partisipan antara peneliti dengan guru Kelas V B SDN 06 Metro Barat. Adapun subjek penelitian adalah seorang guru dan siswa Kelas V B SDN 06 Metro Barat dengan jumlah siswa 31 orang siswa.

3. Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian inidilaksanakan pada semester genap Tahun Pelajaran 2011/2012 pada bulan Februari-April terhitung dari mulai dilaksanakannya observasi awal.

4. Sumber Data

Sumber data penelitian ini berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari hasil observasi, sedangkan data kuantitatif diperoleh dari hasil tes yang diberikan pada setiap siklus dan berbentuk skor (angka).

C. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data ini dilaksanakan selama pelaksanaan tindakan. 1. Teknik nontes

Teknik nontes merupakan prosedur atau cara pengumpulan data aktivitas siswa dan kinerja guru yang dilaksanakan pada proses pembelajaran.


(35)

3 2. Teknik tes

Teknik tes merupakan prosedur atau cara pengumpulan data hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa didapatkan dari hasil tes tertulis yang telah dikerjakan oleh siswa.

D. Alat Pengumpulan Data

1. Lembar observasi, yaitu instrumen untuk mengadakan pengamatan

terhadap aktivitas siswa dan guru yang dilakukan oleh pengamat

(observer) pada proses pembelajaran yang sedang berlangsung

2. Tes, yaitu instrumen untuk mengumpulkan data hasil belajar siswa melalui tes tertulis yang dilaksanakan pada proses pembelajaran setiap siklus.

E. Teknik Analisis Data

Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif. Berikut dijelaskan penerapan kedua teknik tersebut.

1. Kualitatif

Data kualitatif ini, diperoleh dari data nontes yaitu observasi. Data observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa serta kinerja guru selama proses pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe NHT.

Analisis dilakukan dengan cara memadukan data secara keselu-ruhan. Analisis dan pendeskripsian data nontes ini bertujuan untuk mengungkapkan semua perilaku siswa dan perubahannya selama proses pembelajaran dari siklus I dan siklus II.


(36)

4 a) Aktivitas Siswa

Kriteria aktivitas siswa yang diamati dalam hal ini adalah sebagai berikut:

1) Mengajukan pertanyan.

2) Merespon aktif pertanyaan lisan dari guru dan teman. 3) Melaksanakan instruksi/perintah.

4) Berpartisipasi aktif dalam kelompok untuk memecahkan

masalah pembelajaran.

5) Antusias/semangat dalam mengikuti keiatan pembelajaran.

6) Berpartisipasi aktif dalam mengontruksikan bahan praktikum berdasarkan fasailitas yang disediakan guru.

7) Memberikan pendapat saat diskusi.

(Kunandar, 2010: 296)

Rumus penilaian dengan persen dari kinerja siswa adalah sebagai berikut:

Keterangan:

NP = Nilai persen yang dicari atau diharapkan R = Skor mentah yang diperoleh siswa

SM = Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan 100= Bilangan tetap

(Sumber: Purwanto, 2008: 102)

Tabel 2. Keberhasilan Aktivitas Belajar Siswa

Rentang Nilai (%) Kualifikasi

80 - 100 89 - 70 69 - 50 49 - 30 > 30

Sangat Aktif Aktif

Cukup Aktif Kurang Aktif

Sangat Kurang Aktif Sumber: Prayitno, dkk. (Anonim, 2009)


(37)

b) Kinerja Guru Aspek

pembelajaran yaitu meliputi, 1) prapembelajaran, 2) membuka pembe lajaran, 3) kegiatan inti pembelajaran, dan 4) penutup. Untuk mengetahui seberapa baik kinerja guru dalam pembelajaran maka peneliti m

dengan rumus penilaian kinerja

Kriteria penilaian kinerja guru yaitu sebagai berikut: a) baik sekali (A) = 91

rang Baik (D) =

2. Kuantitatif

Data kuantitatif merupakan data dari hasil

cooperativelearning

diperoleh dari hasil tes

Data kuantitatif penelitian ini didapatkan dengan menghitung nilai rata-rata kelas dari hasil tes yang diberikan kepada siswa dengan rumus: a) Nilai

rata-Keterangan: X = Rata

N = Banyaknya siswa X1 = Nilai siswa

N = Jumlah Skor Penilaian : 80 X 100 Kinerja Guru

Aspek-aspek yang diamati pada kinerja guru dalam proses pembelajaran yaitu meliputi, 1) prapembelajaran, 2) membuka pembe lajaran, 3) kegiatan inti pembelajaran, dan 4) penutup. Untuk mengetahui seberapa baik kinerja guru dalam pembelajaran maka peneliti menggunakan Instrumen Penilaian Kinerja Guru (IPKG)

rumus penilaian kinerja guru adalah sebagai berikut:

Kriteria penilaian kinerja guru yaitu sebagai berikut: a) baik sekali (A) = 91-100, b) baik (B) = 76-90, c) cukup (C) = 61

rang Baik (D) = ≤ 60

Data kuantitatif merupakan data dari hasil belajar

learning tipe NHT pada siklus I dan siklus II.

diperoleh dari hasil tes yang dikerjakan siswa pada siklus I dan

Data kuantitatif penelitian ini didapatkan dengan menghitung nilai rata kelas dari hasil tes yang diberikan kepada siswa dengan rumus:

-rata seluruh siswa didapat dengan menggunakan rumus:

Keterangan:

= Rata-rata hitung nilai = Banyaknya siswa = Nilai siswa

N = Jumlah Skor Penilaian : 80 X 100

5

aspek yang diamati pada kinerja guru dalam proses pembelajaran yaitu meliputi, 1) prapembelajaran, 2) membuka pembe-lajaran, 3) kegiatan inti pembepembe-lajaran, dan 4) penutup. Untuk mengetahui seberapa baik kinerja guru dalam pembelajaran maka enggunakan Instrumen Penilaian Kinerja Guru (IPKG)

adalah sebagai berikut:

Kriteria penilaian kinerja guru yaitu sebagai berikut: a) baik 0, c) cukup (C) = 61-75, d)

Ku-belajar melalui model . Data kuantitatif siklus I dan siklus II. Data kuantitatif penelitian ini didapatkan dengan menghitung nilai rata kelas dari hasil tes yang diberikan kepada siswa dengan rumus:


(38)

(Sumber: Herhyanto, dkk. 2009: 4.9)

b) Sedangkan untuk menghitung persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal, digunakan rumus:

(Sumber: Purwanto, 2008: 102) Tabel 3. Kriteria Tingkat K

Tingkat Keberhasilan (%) >80% 60-79% 40-59% 20-39% <20%

(Sumber: Aqib, dkk., 2009: 41)

F. Prosedur Penelitian

Prosedur yang digunakan berbentuk siklus terdiri dari empat kegiatan pokok yaitu perencanaan ( (act), pengamatan (

2.4). Penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran IPA melalui model

cooperative learning

dan siklus II, yang dalam tiap siklusnya terdiri dari empat langkah yaitu:

1. Perencanaan (

akan dilakukan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA.

2. Tindakan (

upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA.

(Sumber: Herhyanto, dkk. 2009: 4.9)

Sedangkan untuk menghitung persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal, digunakan rumus:

Purwanto, 2008: 102)

. Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa

Tingkat

Keberhasilan (%) Kriteria

>80% 79% 59% 39% <20% Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah

(Sumber: Aqib, dkk., 2009: 41)

Prosedur Penelitian

Prosedur yang digunakan berbentuk siklus (cycle).

terdiri dari empat kegiatan pokok yaitu perencanaan (plan

), pengamatan (observe), dan refleksi (reflect) (Wardhani,

2.4). Penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran IPA melalui model

learning tipe NHT ini terdiri atas dua siklus, yaitu: siklus I

dan siklus II, yang dalam tiap siklusnya terdiri dari empat langkah yaitu: Perencanaan (planning) adalah merencanakan program tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA.

Tindakan (acting) adalah pembelajaran yang dilakukan peneliti sebagai upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA.

6

Sedangkan untuk menghitung persentase ketuntasan belajar siswa

(cycle). Setiap siklus

plan), pelaksanaan ) (Wardhani,dkk., 2007: 2.4). Penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran IPA melalui model NHT ini terdiri atas dua siklus, yaitu: siklus I dan siklus II, yang dalam tiap siklusnya terdiri dari empat langkah yaitu:

) adalah merencanakan program tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa

) adalah pembelajaran yang dilakukan peneliti sebagai upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam


(39)

7 3. Pengamatan (observing) adalah pengamatan terhadap siswa selama

pembelajaran berlangsung.

4. Refleksi (reflection) adalah kegiatan mengkaji dan mempertimbangkan hasil yang diperoleh dari pengamatan sehingga dapat dilakukan revisi terhadap proses belajar selanjutnya.

Siklus tindakan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Bagan Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Sumber: Modifikasi dari Wardhani (2007: 2.4)

Penelitian ini terdiri dari dua siklus dengan masing-masing siklus dua kali pertemuan. Peneliti dan guru kolaborasi memutuskan untuk mengakhiri penelitian ini pada siklus kedua karena pada akhir siklus kedua telah dicapai hasil yang sesuai dengan indikator keberhasilan tindakan, sehingga diputuskan bahwa penelitian tindakan kelas ini menggunakan dua siklus saja.

Perencanaan I

Pelaksanaan II

Refleksi I Pelaksanaan I

Pengamatan

SIKLUS II

Pengamatan I

SIKLUS I

Perencanaan II Refleksi II


(40)

8

Urutan Penelitian Tindakan Kelas

1. Siklus I

a. Perencanaan (planning)

Pada tahap ini, peneliti membuat rencana pembelajaran yang matang untuk mencapai pembelajaran yang diinginkan. Dalam siklus pertama, peneliti mempersiapkan proses pembelajaran IPA dengan model cooperative learning

tipe NHT dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui SK dan KD yang akan diajarkan.

2) Menyusun pemetaan SK dan KD.

3) Merumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai

dengan menggunakan model cooperative learning tipe NHT.

4) Menyiapkan materi pembelajaran.

5) Menyusun silabus.

6) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) secara

kolaboratif antara peneliti dan guru dengan SK memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan

penggunaan sumber daya alam, dengan KD

mendeskripsikan proses daur air dan kegiatan manusia yang dapat mempengaruhinya.

7) Menyiapkan sarana dan prasarana pendukung yang


(41)

9

8) Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS).

9) Menyiapkan instrument penilaian.

10)Menyiapkan lembar panduan observasi untuk mengamati aktivitas siswa dan kinerja guru selama pembelajaran berlangsung.

11)Menyiapkan kamera untuk dokumentasi.

b. Pelaksanaan Tindakan (acting)

Langkah tindakan ini merupakan pelaksanaan dari rencana pembelajaran yang telah dipersiapkan oleh peneliti. Tindakan yang dilakukan dalam pembelajaran IPA melalui model cooperative learning tipe NHT pada siklus I sesuai dengan perencanaan yang telah disusun sebagai berikut:

Kegiatan Awal

a. Guru mengkondisikan siswa sebelum memulai

pembelajaran agar pembelajaran yang akan dilaksanakan dapat berjalan dengan kondusif.

b. Guru menyampaikan apersepsi dan tujuan pembelajaran

yang ingin dicapai.

Kegiatan Inti Eksplorasi

a. Guru memberikan sejumlah menggali pengetahuan awal

siswa mengenai materi yang akan disampaikan melalui Tanya jawab. “Bagaimanakah ciri-ciri penguapan? Pada suhu berapakah air mulai menguap? Untuk lebih


(42)

10

mengetahui hal tersebut, kita akan melakukan serangkaian percobaan.”

b. Guru menyampaikan sekilas materi tentang “Daur Air dan

Peristiwa Alam” dengan menggunakan media pembelajaran yang telah disediakan sebelumnya.

c. Guru membagi kelas menjadi 4 kelompok, dengan jumlah

anggota 4-5 orang.

d. Guru membagikan LKS untuk dipecahkan bersama

kelompok.

e. Guru memfasilitassi siswa dalam melakukan percobaan

yang telah dibagikan.

Elaborasi

a. Guru membagikan nomor kepada setiap anggota kelompok

(misalnya, nomor 1, 2, 3, dan 4). Jika kelompok terdiri dari 5 anggota, dua anggota di antaranya mendapatkan satu nomor yang sama dan keduanya harus bekerjasama satu sama lain.

b. Guru memfasilitasi siswa dalam berkompetensi secara sehat dalam pembelajaran kooperatif.

c. Guru memberikan waktu 5-10 menit pada masing-masing kelompok untuk mendiskusikan jawabannya.

d. Guru memanggil satu nomor secara acak (misalnya, nomor

3) untuk memberikan jawabannya. Anggota kelompok yang lain yang memiliki nomor 3 dan paling cepat


(43)

11 mengangkat tangannya, maka dialah yang berhak ditunjuk untuk memberikan jawabannya.

e. Setelah itu guru memanggil nomor yang lain (misalnya, nomor 4) untuk memberikan jawaban, namun dengan cara yang berbeda. Misalnya, siswa bernomor 4 diminta untuk menuliskan jawabannya di papan tulis.

f. Setelah seluruh nomor pada setiap kelompok mendapat giliran untuk menjawab, guru lalu memberikan sejumlah soal untuk diselesaikan secara individu. Hal ini bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang sudah dipelajari bersama.

Konfirmasi

a. Guru mengulas secara global jawaban dari soal yang telah

dikerjakan siswa.

b. Guru memeriksa catatan siswa dan memberikan waktu

kepada siswa untuk bertanya.

c. Guru memfasilitasi siswa melakukan refleksi untuk

memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan.

Kegiatan Akhir

a. Guru bersama-sama siswa mengulas kembali materi yang telah dipelajari bersama.

b. Guru memberikan penguatan kepada siwa terkait dengan materi pembelajaran.


(44)

12

c. Guru memberikan tugas rumah kepada siswa dan

memberikan sedikit gambaran tentang materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya.

d. Guru menertibkan siswa.

c. Observasi (observing)

Peneliti mengamati aktivitassiswa selama pembelajaran berlangsung yaitu observasi tentang keaktifan dan keantusiasan siswa serta kinerja guru selama proses pembelajaran. Selama proses pembelajaran, aktivitas siswa dan kinerja guru diamati

dengan cara membubuhkan tanda ceklist pada lembar

observasi.

d. Refleksi (reflection)

Peneliti menganalisis hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa, kinerja guru dan hasil belajar siswa. Analisis aktivitassiswauntuk mengetahui sejauh mana siswa antusias terhadap kegiatan pembelajaran IPA dengan menggunakan model cooperative learning tipe NHT. Hasil tersebut akan digunakan sebagai acuan perbaikan kinerja guru dan digunakan sebagai acuan untuk menentukan langkah-langkah lebih lanjut dalam rangka mencapai tujuan PTK. Hasil analisis digunakan sebagai bahan perencanaan pada siklus kedua.


(45)

13

2. Siklus II

a. Perencaanaan (planning)

Pada siklus II ini perencanaan kegiatan dibuat secara kolabratif antara peneliti dan guru berdasarkan hasil refleksi pada siklus sebelumnya, yang membedakan adalah indikator pencapaian kompetensi, sedangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar tetap.

b. Pelaksanaan Tindakan (acting)

Langkah tindakan ini merupakan pelaksanaan dari rencana perbaikan pembelajaran yang telah disusun secara kolaboratif bersama guru mata pelajaran yang mengacu pada hasil refleksi pada siklus sebelumnya.

c. Observasi (observation)

Peneliti mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung yaitu observasi tentang keaktifan dan keantusiasan siswadan kinerja guru selama proses pembelajaran. Selama proses pembelajaran, aktivitas siswa dan kinerja guru diamati

dengan cara membubuhkan tanda ceklist pada lembar

observasi. Data yang diperoleh selanjutnya diolah, digeneralisasikan agar diperoleh kesimpulan yang akurat dari semua kekurangan dan kelebihan dari setiap siklus yang telah dilaksanakan, sehingga dapat direfleksikan pada siklus berikutnya.


(46)

14

d. Refleksi (reflection)

Peneliti menganalisis hasil pengamatan terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa. Analisis aktivitassiswauntuk mengetahui sejauh mana siswa antusias terhadap kegiatan

pembelajaran IPA dengan menggunakan model cooperative

learning tipe NHT. Hasil analisis disajikan dalam bentuk

persentase dari siklus I dan siklus II. Analisis data ini dilakukan untuk menentukan kesimpulan atau pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning tipe NHT dalam meningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa.

G. Indikator Keberhasilan Tindakan

Pembelajaran IPA dengan menggunakan model cooperative learning tipe NHT dikatakan berhasil jika:

a. Persentase siswa aktif meningkat setiap siklusnya.

b. Adanya peningkatan rata-rata nilai siswa setiap siklusnya.

c. Ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal meningkat pada setiap siklusnya dan mencapai ≥ 70% atau masuk dalam kategori tinggi dengan KKM 65.


(47)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe NHT.

http://matematika-ipa.com/model-pembelajaran-cooeratif-learning-tipe-nht/. Diakses pada tanggal 12 Januari 2012 @ 06.00 WIB.

______. 2009. Pembelajaran IPA Sekolah Dasar (SD). http://latipduniailmiah.

blogspot.com/2009/03/pembelajaran-ipa-sekolah-dasar-sd.html. Di-akses pada tanggal 12 Januari 2012 @ 06.15 WIB.

______. 2009. Penelitian Tindakan Kelas di SD. http://ptkmatematika.org/2009

/05/29/11/11/15.45. Diakses pada tanggal 12 Januari 2012 @ 09.00 WIB.

Aqib, Zainal, dkk.. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, dan

TK. Yrama Widya. Bandung.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Citra. Jakarta.

Fahmi, Syaiful. 2011. Cooperative Learning.

http://pmat.uad.ac.id/cooperative-learning.html. Diakses pada tanggal 28 Desember 2011 @ 05.45 WIB.

Faisal, Dianastuti Ria. 2009. Karakteristik dan Prinsip Cooperative Learning.

http://riadf.wordpress.com/2009/08/14/karakteristik-dan-prinsip-cooperative-learning/. Diakses pada tanggal 28 Desember 2011 @ 06.15 WIB.

Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Herdian. 2009. Model Pembelajaran NHT (Numbered Heads Together).

http://herdy07.wordpress.com/2009/04/22/model-pembelajaran-nht-numbered-head-together/. Diakses pada 13 Januari 2012 @ 13.00 WIB.


(48)

78 Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model

Penerapan. Pustaka Belajar. Yogyakarta.

Iskandar, M. Srini. 1997. Pendidikan Ilmu Pengetaahuan Alam. Depdikbud Dirjen Dikti. Jakarta.

Kholil, Anwar. 2009. Hakikat Pembelajaran IPA. http//anwarkholil.blogspot.com /2009/01/hakikat-pembelajaran-ipa.html. Diakses pada tanggal 12 Januari 2012 @ 06.30 WIB.

Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi.

Refika Aditama. Bandung.

Martati, Badruli. 2010. Metodologi Pembelajaran Pendidikan Kewaarganegaraan Strategi Penanaman Nilai. Grasindo. Bandung.

Muchith, Saekan, dkk.. 2010. Cooperative Learning. RaSail. Semarang.

Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.

Remaja Rosdakarya. Bandung.

Slavin, Robert, E. 2005. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik.

Terjemahan oleh Lita. 2009. Nusa Media. Bandung.

Solihatin, Etin dan Raharjo. 2007. Cooperative Learning Analisis Model

Pembelajaran IPS. Bumi Aksara. Jakarta.

Sowiyah. 2010, Pengembangan Kompetensi Guru SD. Lembaga Penelitian

Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Sumarno, Alim. 2011. Pengertian Hasil Belajar. http//musyawarahipa.wordpress. com/2011/11/12/pengertian-hasil-belajar/. Diakses pada tanggal 28 Desember 2011 @ 05.48 WIB.

Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.

Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Suwarjo. 2008. Pembelajaran Kooperatif dalam Apresiasi Prosa Fiksi Kajian

Konsep: Teori dan Strategi Pengembangannya. Surya Pena Gemilang. Malang.


(49)

79

Syarifudin, Tatang dan Nur’aini. 2006. Landasan Pendidikan. Upi Press.

Bandung.

Tim Penyusun. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 22 mengenai Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Depdiknas. Jakarta.

___________. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 41 mengenai Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Depdiknas. Jakarta.

__________. 2011. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung.

Bandar Lampung.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, Konsep,

Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kencana Prenada Media Group. Surabaya.

Wahyuni, Nindiah Sri. 2010. Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa

Melalui Model Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together (NHT) pada Mata Pelajaran IPA kelas V SD Barulaksana Kecamatan Lembang. Skripsi. http//repository.upi.edu. Diakses pada tanggal 28 Desember 2011 @ 06.30 WIB.

Wardhani, IGAK, dkk.. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka.

Jakarta.

Widyantini. 2008. Penerapan Pendekatan Kooperatif STAD dalam Pembelajaran Matematika SMP. Dirjen Dikti Depdiknas. Yogyakarta.


(1)

12

c. Guru memberikan tugas rumah kepada siswa dan memberikan sedikit gambaran tentang materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya.

d. Guru menertibkan siswa.

c. Observasi (observing)

Peneliti mengamati aktivitassiswa selama pembelajaran berlangsung yaitu observasi tentang keaktifan dan keantusiasan siswa serta kinerja guru selama proses pembelajaran. Selama proses pembelajaran, aktivitas siswa dan kinerja guru diamati dengan cara membubuhkan tanda ceklist pada lembar observasi.

d. Refleksi (reflection)

Peneliti menganalisis hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa, kinerja guru dan hasil belajar siswa. Analisis aktivitassiswauntuk mengetahui sejauh mana siswa antusias terhadap kegiatan pembelajaran IPA dengan menggunakan model cooperative learning tipe NHT. Hasil tersebut akan digunakan sebagai acuan perbaikan kinerja guru dan digunakan sebagai acuan untuk menentukan langkah-langkah lebih lanjut dalam rangka mencapai tujuan PTK. Hasil analisis digunakan sebagai bahan perencanaan pada siklus kedua.


(2)

13

2. Siklus II

a. Perencaanaan (planning)

Pada siklus II ini perencanaan kegiatan dibuat secara kolabratif antara peneliti dan guru berdasarkan hasil refleksi pada siklus sebelumnya, yang membedakan adalah indikator pencapaian kompetensi, sedangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar tetap.

b. Pelaksanaan Tindakan (acting)

Langkah tindakan ini merupakan pelaksanaan dari rencana perbaikan pembelajaran yang telah disusun secara kolaboratif bersama guru mata pelajaran yang mengacu pada hasil refleksi pada siklus sebelumnya.

c. Observasi (observation)

Peneliti mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung yaitu observasi tentang keaktifan dan keantusiasan siswadan kinerja guru selama proses pembelajaran. Selama proses pembelajaran, aktivitas siswa dan kinerja guru diamati dengan cara membubuhkan tanda ceklist pada lembar observasi. Data yang diperoleh selanjutnya diolah, digeneralisasikan agar diperoleh kesimpulan yang akurat dari semua kekurangan dan kelebihan dari setiap siklus yang telah dilaksanakan, sehingga dapat direfleksikan pada siklus berikutnya.


(3)

14

d. Refleksi (reflection)

Peneliti menganalisis hasil pengamatan terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa. Analisis aktivitassiswauntuk mengetahui sejauh mana siswa antusias terhadap kegiatan pembelajaran IPA dengan menggunakan model cooperative learning tipe NHT. Hasil analisis disajikan dalam bentuk persentase dari siklus I dan siklus II. Analisis data ini dilakukan untuk menentukan kesimpulan atau pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning tipe NHT dalam meningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa.

G. Indikator Keberhasilan Tindakan

Pembelajaran IPA dengan menggunakan model cooperative learning tipe NHT dikatakan berhasil jika:

a. Persentase siswa aktif meningkat setiap siklusnya.

b. Adanya peningkatan rata-rata nilai siswa setiap siklusnya.

c. Ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal meningkat pada setiap siklusnya dan mencapai ≥ 70% atau masuk dalam kategori tinggi dengan KKM 65.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe NHT. http://matematika-ipa.com/model-pembelajaran-cooeratif-learning-tipe-nht/. Diakses pada tanggal 12 Januari 2012 @ 06.00 WIB.

______. 2009. Pembelajaran IPA Sekolah Dasar (SD). http://latipduniailmiah. blogspot.com/2009/03/pembelajaran-ipa-sekolah-dasar-sd.html. Di-akses pada tanggal 12 Januari 2012 @ 06.15 WIB.

______. 2009. Penelitian Tindakan Kelas di SD. http://ptkmatematika.org/2009 /05/29/11/11/15.45. Diakses pada tanggal 12 Januari 2012 @ 09.00 WIB.

Aqib, Zainal, dkk.. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, dan TK. Yrama Widya. Bandung.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Citra. Jakarta. Fahmi, Syaiful. 2011. Cooperative Learning.

http://pmat.uad.ac.id/cooperative-learning.html. Diakses pada tanggal 28 Desember 2011 @ 05.45 WIB. Faisal, Dianastuti Ria. 2009. Karakteristik dan Prinsip Cooperative Learning.

http://riadf.wordpress.com/2009/08/14/karakteristik-dan-prinsip-cooperative-learning/. Diakses pada tanggal 28 Desember 2011 @ 06.15 WIB.

Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Herdian. 2009. Model Pembelajaran NHT (Numbered Heads Together). http://herdy07.wordpress.com/2009/04/22/model-pembelajaran-nht-numbered-head-together/. Diakses pada 13 Januari 2012 @ 13.00 WIB.


(5)

78 Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model

Penerapan. Pustaka Belajar. Yogyakarta.

Iskandar, M. Srini. 1997. Pendidikan Ilmu Pengetaahuan Alam. Depdikbud Dirjen Dikti. Jakarta.

Kholil, Anwar. 2009. Hakikat Pembelajaran IPA. http//anwarkholil.blogspot.com /2009/01/hakikat-pembelajaran-ipa.html. Diakses pada tanggal 12 Januari 2012 @ 06.30 WIB.

Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Refika Aditama. Bandung.

Martati, Badruli. 2010. Metodologi Pembelajaran Pendidikan Kewaarganegaraan Strategi Penanaman Nilai. Grasindo. Bandung.

Muchith, Saekan, dkk.. 2010. Cooperative Learning. RaSail. Semarang.

Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Slavin, Robert, E. 2005. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Terjemahan oleh Lita. 2009. Nusa Media. Bandung.

Solihatin, Etin dan Raharjo. 2007. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Bumi Aksara. Jakarta.

Sowiyah. 2010, Pengembangan Kompetensi Guru SD. Lembaga Penelitian Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Sumarno, Alim. 2011. Pengertian Hasil Belajar. http//musyawarahipa.wordpress. com/2011/11/12/pengertian-hasil-belajar/. Diakses pada tanggal 28 Desember 2011 @ 05.48 WIB.

Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Suwarjo. 2008. Pembelajaran Kooperatif dalam Apresiasi Prosa Fiksi Kajian Konsep: Teori dan Strategi Pengembangannya. Surya Pena Gemilang. Malang.


(6)

79

Syarifudin, Tatang dan Nur’aini. 2006. Landasan Pendidikan. Upi Press. Bandung.

Tim Penyusun. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 22 mengenai Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Depdiknas. Jakarta.

___________. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 41 mengenai Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Depdiknas. Jakarta.

__________. 2011. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, Konsep, Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kencana Prenada Media Group. Surabaya.

Wahyuni, Nindiah Sri. 2010. Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together (NHT) pada Mata Pelajaran IPA kelas V SD Barulaksana Kecamatan Lembang. Skripsi. http//repository.upi.edu. Diakses pada tanggal 28 Desember 2011 @ 06.30 WIB.

Wardhani, IGAK, dkk.. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka. Jakarta.

Widyantini. 2008. Penerapan Pendekatan Kooperatif STAD dalam Pembelajaran Matematika SMP. Dirjen Dikti Depdiknas. Yogyakarta.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Model Numbered Head Together (NHT) terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sosiologi Kelas X (Studi Kasus: SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan

0 4 169

Penerapan model cooperative learning teknik numbered heads together untuk meningkatkan hasil belajar akutansi siswa ( penelitian tindakan kelas di MAN 11 jakarta )

0 6 319

Pengaruh Strategi Pembelajaran kooperatif Numbered Head Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Mathaul Huda

0 5 173

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together (NHT) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep fluida dinamis

0 8 192

Efektifitas pembelajaran kooperatif metode numbered heads together (NHT) terhadap hasil belajar pendidikan Agama Islam di SMP Islam al-Fajar Kedaung Pamulang

0 10 20

Pengaruh metode Numbered Head Together (NHT) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di SMP Al-Zahra Indonesia Pamulang

0 4 177

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS V A SDN 5 METRO BARAT TAHUN PELAJARAN 2011/2012

2 14 62

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS IVA SDN 08 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 7 60

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS VC SD NEGERI 06 METRO BARAT

0 6 65

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together terhadap Hasil Belajar Fiqih dalam pokok bahasan Riba, Bank, dan Asuransi. (Kuasi Eksperimen di MA Annida Al Islamy, Jakarata Barat)

0 13 150