Respon Pertumbuhan Tiga Varietas Cabai Rawit (Capsicum frutescens L. ) Pada Beberapa Tingkat Salinitas

(1)

RESPON PERTUMBUHAN TIGA VARIETAS CABAI RAWIT

(

Capsicum frutescens

L.) PADA BEBERAPA TINGKAT

SALINITAS

SKRIPSI

RINI SUSANTI

080805063

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(2)

RESPON PERTUMBUHAN TIGA VARIETASCABAI RAWIT

(

Capsicum frutescens

L.) PADA BEBERAPA TINGKAT

SALINITAS

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

RINI SUSANTI

080805063

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(3)

PERSETUJUAN

Judul : RESPON PERTUMBUHAN TIGA VARIETAS

CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L. )

PADA BEBERAPA TINGKAT SALINITAS

Kategori : SKRIPSI

Nama : RINI SUSANTI

Nomor Induk Mahasiswa : 080805063

Program Studi : SARJANA (S1) BIOLOGI

Departemen : BIOLOGI

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di Medan,

Komisi Pembimbing:

Pembimbing 2, Pembimbing 1,

Dr. Suci Rahayu M.Si Riyanto Sinaga, S.Si, M.Si

NIP 19650629 199203 2 002 NIP 19710831 199702 1 002

Disetujui oleh

Departemen Biologi FMIPA USU Ketua,

Dr. Nursahara Pasaribu, M.Sc NIP 19630123 199003 2 001


(4)

PERNYATAAN

RESPON PERTUMBUHAN TIGA VARIETAS CABAI RAWIT (Capsicum

frutescens L. ) PADA BEBERAPA TINGKAT SALINITAS

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri. Kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, 2013

RINI SUSANTI 080805063


(5)

PENGHARGAAN

Puji dan Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang atas rahmat dan ridha-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul “Respon Pertumbuhan Tiga Varietas Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) Pada Beberapa Tingkat Salinitas” sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sains pada Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Riyanto Sinaga, S.Si, M.Si selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Dr. Suci Rahayu, M.Si selaku Dosen Pembimbing II, Bapak Drs. M. Zaidun Sofyan, M.Si selaku Dosen Penguji I dan Ibu Masitta Tanjung, S.Si, M.Si selaku Dosen Penguji II atas segala masukan, motivasi dan arahan yang telah diberikan sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Nursahara Pasaribu, M.Sc selaku Ketua Departemen Biologi FMIPA USU, Bapak Drs. Kiki Nurtjahja, M.Sc selaku Sekretaris Departemen Biologi FMIPA USU serta Dosen Penasehat Akademik yang telah banyak memberikan arahan dan motivasi mulai awal perkuliahan hingga penulisan skripsi ini, Ibu Nurhasni Muluk selaku laboran Departemen Biologi, Ibu Roslina Ginting dan Bang Erwin selaku staff pegawai di Departemen Biologi, dan kepada seluruh dosen di Departemen Biologi atas segala ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat sebagai bekal hidup di masa depan.

Terima kasih penulis sampaikan yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda H. Nasril dan Ibunda Zayarnis, abang penulis Muhammad Ichsan Aditya Zaron, SE., adik penulis Adinda Novriyanti, kakak ipar penulis Tuti Handayani, SS. serta seluruh sekeluarga yang memberi dukungan serta mengajarkan sifat rendah hati, ikhlas dan sabar dalam menjalani hidup, yang meluangkan waktu, pikiran, tenaga dan materi dalam penyempurnaan skripsi ini. Terima kasih penulis sampaikan kepada sahabat-sahabat penulis khusunya Dina Fadhilah, Lidia Sari Ulfa, Fatrya Nurul Husna, Mayang Syahfitri, Hazroel Yafis, Mirnawati, Rahmat Fahlevy dan Mirna Sari atas dukungan dan semangat yang diberikan pada penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua sahabat di Biologi USU Stambuk 2008 khususnya Dwi Intan Hardila, Eka Prasetiawan, Novia Wulandari Tarigan, Pinta Omas Pasaribu, dan Mai Sarah. Terima kasih kepada kakak-abang stambuk 2005, 2006 dan 2007 atas segala bantuan dan motivasinya. Terima kasih kepada adik stambuk 2009 dan 2010 khususnya asisten Laboratorium Biologi Dasar, Fisiologi Tumbuhan dan Anatomi Morfologi Tumbuhan, Imam, Boby, Sofhiya, Nuri, Novi, Willy, Sepwin, Icip, Putri dan Zulfan. Terima kasih kepada adik stambuk 2010 khususnya Nurhayati dan Nurul Fadhillah, serta seluruh adik-adik praktikan stambuk 2011 dan 2012.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, penulis pada khususnya dan para pembaca serta bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Amin Ya Rabbal ‘alamin.


(6)

RESPON PERTUMBUHAN TIGA VARIETAS CABAI RAWIT (Capsicum

frutescens L.) PADA BEBERAPA TINGKAT SALINITAS

ABSTRAK

Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan tiga varietas cabai rawit (Capsicum frutescens L.) pada beberapa tingkat salinitas dilakukan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan enam tingkat salinitas (0, 2000, 4000, 6000, 8000 dan 10000 ppm NaCl) dan tiga varietas cabai rawit (Lokal, Genie dan Bhaskara). Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi salinitas dan varietas cabai rawit berpengaruh nyata terhadap diameter batang, diameter akar, kerapatan stomata adaksial dan abaksial, tebal daun dan jumlah klorofil a, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, berat kering tajuk, berat kering akar, rasio tajuk akar, jumlah klorofil b dan jumlah total klorofil. Seluruh varietas cabai rawit menunjukkan respon penurunan tinggi tanaman, diameter batang, diameter akar, berat kering tajuk, berat kering akar, rasio tajuk akar, kerapatan stomata adaksial dan abaksial namun tebal daun cenderung meningkat seiring dengan peningkatan NaCl hingga 10000 ppm. Varietas Genie adalah varietas yang paling rendah penurunan tinggi tanaman, diameter batang, berat kering tajuk, berat kering akar, dan kerapatan stomata adaksialnya dibanding dengan varietas Lokal dan Bhaskara untuk setiap peningkatan salinitas.


(7)

GROWTH RESPONSES OF THREE VARIETIES OF CHILI PEPPERS

(Capsicum frutescens L.) TO SALINITY TREAMENT

ABSTRACT

The research to observe growth responses of three varieties of chili peppers (Capsicum frutescens L.) to salinity treatment was conducted at The Plant Physiology Laboratory of Faculty Mathematics and Science, University of Sumatera Utara, Medan. Experiment was arranged in a Complete Randomized Factorial Design of six treatments of salinity (0, 2000, 4000, 6000, 8000, and 10000 ppm of NaCl) and three variety of chili peppers (Local, Genie and Bhaskara). The result showed that interaction between salinity and varieties of chili peppers affect diameter of stem, diameter of root, leaf thickness, density of adaxial and abaxial stomata, and content of chlorophyl a significantly, but does not affect plant height, shoot dry weight, root dry weight, root-shoot ratio, content of chlorophyl b, and content of total chlorophyl significantly. All of variety show responses to decrease plant height, diameter of stem, diameter of root, shoot dry weight, root dry weight, root-shoot ratio, density of adaxial and abaxial stomata but leaf thickness increase as well as increasing of NaCl until 10000 ppm. Genie is the variety with the lowest decrease plant height, diameter of stem, shoot dry weight, root dry weight, and density of adaxial stomata compared with Local and Bhaskara for every increase of salinity.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan i

Pernyataan ii

Kata Pengantar iii

Abstrak iv

Abstract v

Daftar Isi vi

Daftar Tabel viii

Daftar Gambar ix

Daftar Lampiran x

Bab 1 Pendahuluan 1.1Latar Belakang 1

1.2Permasalahan 3

1.3Hipotesis 4

1.4Tujuan Penelitian 4

1.5Manfaat Penelitian 4

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Karakteristik Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) 5

2.2 Pengaruh Salinitas Terhadap Pertumbuhan Tanaman 6

Bab 3 Bahan dan Metoda 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 8

3.2 Alat dan Bahan Penelitian 8

3.3 Metodologi Penelitian 8

3.4 Prosedur Penelitian 3.4.1 Analisis Fisik dan Kimia Tanah 9

3.4.2 Persiapan Media Tanaman 10

3.4.3 Persiapan Bahan Tanaman 10

3.4.4 Penyemaian Benih 11

3.4.5 Penanaman 12

3.4.6 Pemeliharaan 12

3.4.7 Perlakuan 12

3.4.8 Pengamatan/ Variabel yang Diamati 12

3.4.9 Analisis Data 14

Bab 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Tinggi Tanaman 15

4.2 Diameter Batang 17

4.3 Diameter Akar 19

4.4 Berat Kering Tajuk 21


(9)

4.6 Rasio Tajuk Akar 25 4.7 Kandungan Klorofil 28

4.8 Tebal Daun 33

4.9 Kerapatan Stomata 35

Bab 5 Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan 39

5.2 Saran 39


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman (cm) tiga varietas cabai rawit pada 15 berbagai tingkat salinitas Tabel 2. Rata-rata diameter batang (cm) tiga varietas cabai rawit pada 17 berbagai tingkat salinitas

Tabel 3. Rata-rata diameter akar (cm) tiga varietas cabai rawit pada 19 berbagai tingkat salinitas

Tabel 4. Rata-rata berat kering tajuk (g) tiga varietas cabai rawit pada 21 berbagai tingkat salinitas

Tabel 5. Rata-rata berat kering akar (g) tiga varietas cabai rawit pada 23 berbagai tingkat salinitas

Tabel 6. Rata-rata rasio tajuk akar tiga varietas cabai rawit pada 25 berbagai tingkat salinitas

Tabel 7. Rata-rata kandungan klorofil (mg/l) tiga varietas cabai rawit

pada berbagai tingkat salinitas 28 Tabel 8. Rata-rata tebal daun (mm) tiga varietas cabai rawit pada 33 berbagai tingkat salinitas

Tabel 9. Rata-rata kerapatan stomata adaksial dan abaksial (n/mm) tiga

varietas cabai rawit pada berbagai tingkat salinitas 35


(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Pengaruh salinitas terhadap tinggi tanaman

tiga varietas cabai rawit 16 Gambar 2. Pengaruh salinitas terhadap diameter batang

tiga varietas cabai rawit 18 Gambar 3. Pengaruh salinitas terhadap diameter akar

tiga varietas cabai rawit 20 Gambar 4. Pengaruh salinitas terhadap berat kering tajuk tiga varietas cabai rawit 22 Gambar 5. Pengaruh salinitas terhadap berat kering akar tiga varietas cabai rawit 24 Gambar 6. Pengaruh salinitas terhadap rasio tajuk akar

tiga varietas cabai rawit 26 Gambar 7. Pengaruh salinitas terhadap jumlah klorofil a

tiga varietas cabai rawit 30 Gambar 8. Pengaruh salinitas terhadap jumlah klorofil b

tiga varietas cabai rawit 30 Gambar 9. Pengaruh salinitas terhadap jumlah klorofil total

tiga varietas cabai rawit 31 Gambar 10. Pengaruh salinitas terhadap tebal daun

tiga varietas cabai rawit 34 Gambar 11. Pengaruh salinitas terhadap kerapatan stomata adaksial

tiga varietas cabai rawit 36 Gambar 12. Pengaruh salinitas terhadap kerapatan stomata abaksial


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Foto tanaman cabai rawit umur satu bulan, foto pengukuran tinggi tanaman, diameter batang

dan diameter akar 43 Lampiran 2. Foto tiga varietas cabai rawit 44 Lampiran 3. Foto perbandingan tinggi tanaman tiga varietas 45

cabai rawit

Lampiran 4. Foto tebal daun, kerapatan stomata adaksial dan

abaksial tiga varietas cabai rawit tiga varietas cabai rawit 46 Lampiran 5. Daftar sidik ragam respon tinggi tanaman,

diameter batang dan diameter akar tiga varietas

cabai rawit terhadap peningkatan salinitas 47 Lampiran 6. Daftar sidik ragam respon berat kering tajuk,

Berat kering akar dan rasio tajuk akar tiga varietas

cabai rawit terhadap peningkatan salinitas 48 Lampiran 7. Daftar sidik ragam respon jumlah klorofil a,

jumlah klorofil b dan jumlah klorofil total tiga varietas

cabai rawit terhadap peningkatan salinitas 49 Lampiran 8. Daftar sidik ragam respon kerapatan stomata adaksial,

Kerapatan stomata abaksial dan tebal daun tiga varietas

cabai rawit terhadap peningkatan salinitas 50


(13)

RESPON PERTUMBUHAN TIGA VARIETAS CABAI RAWIT (Capsicum

frutescens L.) PADA BEBERAPA TINGKAT SALINITAS

ABSTRAK

Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan tiga varietas cabai rawit (Capsicum frutescens L.) pada beberapa tingkat salinitas dilakukan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan enam tingkat salinitas (0, 2000, 4000, 6000, 8000 dan 10000 ppm NaCl) dan tiga varietas cabai rawit (Lokal, Genie dan Bhaskara). Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi salinitas dan varietas cabai rawit berpengaruh nyata terhadap diameter batang, diameter akar, kerapatan stomata adaksial dan abaksial, tebal daun dan jumlah klorofil a, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, berat kering tajuk, berat kering akar, rasio tajuk akar, jumlah klorofil b dan jumlah total klorofil. Seluruh varietas cabai rawit menunjukkan respon penurunan tinggi tanaman, diameter batang, diameter akar, berat kering tajuk, berat kering akar, rasio tajuk akar, kerapatan stomata adaksial dan abaksial namun tebal daun cenderung meningkat seiring dengan peningkatan NaCl hingga 10000 ppm. Varietas Genie adalah varietas yang paling rendah penurunan tinggi tanaman, diameter batang, berat kering tajuk, berat kering akar, dan kerapatan stomata adaksialnya dibanding dengan varietas Lokal dan Bhaskara untuk setiap peningkatan salinitas.


(14)

GROWTH RESPONSES OF THREE VARIETIES OF CHILI PEPPERS

(Capsicum frutescens L.) TO SALINITY TREAMENT

ABSTRACT

The research to observe growth responses of three varieties of chili peppers (Capsicum frutescens L.) to salinity treatment was conducted at The Plant Physiology Laboratory of Faculty Mathematics and Science, University of Sumatera Utara, Medan. Experiment was arranged in a Complete Randomized Factorial Design of six treatments of salinity (0, 2000, 4000, 6000, 8000, and 10000 ppm of NaCl) and three variety of chili peppers (Local, Genie and Bhaskara). The result showed that interaction between salinity and varieties of chili peppers affect diameter of stem, diameter of root, leaf thickness, density of adaxial and abaxial stomata, and content of chlorophyl a significantly, but does not affect plant height, shoot dry weight, root dry weight, root-shoot ratio, content of chlorophyl b, and content of total chlorophyl significantly. All of variety show responses to decrease plant height, diameter of stem, diameter of root, shoot dry weight, root dry weight, root-shoot ratio, density of adaxial and abaxial stomata but leaf thickness increase as well as increasing of NaCl until 10000 ppm. Genie is the variety with the lowest decrease plant height, diameter of stem, shoot dry weight, root dry weight, and density of adaxial stomata compared with Local and Bhaskara for every increase of salinity.


(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Cabai (Capsicum sp.) merupakan tanaman sayuran buah semusim yang diperlukan oleh seluruh lapisan masyarakat sebagai penyedap masakan sehingga cabai lebih dikenal sebagai sayuran rempah atau bumbu dapur. Kebutuhan cabai semakin meningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan konsumen. Tanaman cabai bila dibandingkan dengan tanaman lain jumlahnya paling kecil, tetapi karena begitu besar diperlukannya sehari-hari sebagai bumbu dapur, maka pengaruhnya terhadap stabilitas harga-harga di pasar sangat dirasakan terutama ketika menjelang hari besar (hari raya). Harga cabai bisa naik sampai beberapa kali lipat dari harga biasa pada hari-hari besar, sedangkan pada hari-hari panen harganya merosot jauh dibawah harga rata-rata pasar (Heni, 2003).

Konsumsi cabai rawit di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun, sedangkan produksinya cenderung berfluktuatif. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Holtikultura (2012), rata-rata konsumsi cabai rawit di Indonesia dari tahun 2009 sampai 2011 berturut-turut adalah 1,288 kg/kapita/tahun; 1,298 kg/kapita/tahun dan 1,307 kg/kapita/tahun, sedangkan produksi cabai rawit di Indonesia dari tahun 2009 sampai 2011 berturut-turut adalah 591.294 kg/ ha, 521.704 kg/ha dan 594.227 kg/ha.

Tanaman cabai mempunyai daya adaptasi yang cukup baik dan umumnya dapat dibudidayakan hampir di seluruh wilayah Indonesia baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi sampai ketinggian 1400 mdpl. Suhu yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 25o-27o C. Pembungaan tanaman cabai tidak banyak dipengaruhi oleh panjang hari. Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan cabai adalah sekitar 600-1200 mm per tahun. Tanaman cabai dapat tumbuh pada


(16)

berbagai jenis tanah dengan drainase dan aerasi tanah cukup baik dan air tersedia selama pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Tingkat keasaman (pH) tanah yang sesuai adalah enam sampai tujuh (Direktorat Budidaya Tanaman Sayuran dan Biofarmaka, 2007).

Menurut Sari et al. (2006), Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai daerah pantai sangat luas dan belum dimanfaatkan secara optimal. Daerah pantai mengandung senyawa garam yang berasal dari air laut dengan cara merembes ke daratan, baik lewat saluran bawah tanah maupun permukaan tanah. Senyawa garam yang dominan pada tanah salin di daerah pantai adalah natrium klorida (NaCl). Kandungan NaCl yang tinggi di daerah pantai menyebabkan tanah menjadi salin sehingga hanya tanaman tertentu yang dapat tumbuh normal. Kandungan garam di dalam tanah akan mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Menurut Sutedjo dan Kartasapoetra (1988), salinitas menyebabkan larutan tanah hipertonik terhadap cairan sel, yang selanjutnya akan terjadi pengaliran cairan sel ke tanah di sekitar akar, yang akibatnya akar tidak dapat menghisap larutan yang mengandung hara dan sel-sel tanaman pada akhirnya akan mati disebabkan kekurangan air. Secara tidak langsung, kandungan garam tinggi dalam tanah dapat menyebabkan berkurangnya air tanah yang mampu diserap oleh tanaman dan kejadian ini akan mengakibatkan tanaman layu secara fisiologis.

Tanaman budidaya sebagian besar rentan pada kondisi salinitas tinggi namun ada yang dapat bertahan tetapi dengan hasil panen yang berkurang. Beberapa tanaman mengembangkan mekanisme untuk mengatasi cekaman salinitas tersebut namun sebagian ada yang menjadi teradaptasi terhadap kondisi salin (Yuniati, 2004). Hal ini sesuai dengan pendapat Rosmarkam dan Yuwono (2001) dalam Sari et al. (2006) yang menyatakan bahwa pada salinitas 1-3% hasil produksi menurun untuk tanaman yang sensitif, hasil produksi kebanyakan tanaman menurun pada salinitas 3-5%, dan hanya tanaman tertentu yang tumbuh normal pada salinitas 5-10%, serta hampir semua tanaman tidak dapat berproduksi pada salinitas lebih dari 10%.


(17)

Ditinjau dari segi luasan lahan, daerah pasang surut memiliki potensi yang cukup baik untuk dikembangkan sebagai lahan pertanian walaupun mempunyai beberapa kendala, salah satunya adalah tanah yang bersifat salin. Menurut Donahue et al. (1977) dalam Harahap (1995), keadaan salinitas ini dapat diatasi dengan cara pengaturan irigasi terhadap lahan, drainase dan penambahan zat-zat kimia tertentu pada air irigasi, namun teknik-teknik tersebut memerlukan biaya yang sangat besar. Salah satu cara yang paling mudah dan efektif untuk mengatasi masalah salinitas adalah dengan menanam varietas atau jenis yang toleran terhadap salinitas, oleh karena itu perlu diteliti jenis-jenis tanaman yang toleran terhadap kondisi salin.

1.2 Permasalahan

Lahan yang baik untuk sektor pertanian pada saat ini semakin berkurang. Menurut Harahap (1995), ekstensifikasi pertanian mengarah pada penggunaan lahan bermasalah, antara lain lahan yang mempunyai salinitas tinggi yang banyak terdapat di Indonesia berupa daerah pantai, muara sungai dan lahan yang mendapat pengaruh pasang surut air laut.

Salah satu alternatif untuk mengatasi lahan dengan salinitas tinggi adalah mencari jenis tanaman yang toleran terhadap salinitas tinggi. Hingga saat ini belum ada informasi yang tersedia tentang toleransi jenis tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.) yang ditanam dalam kondisi salin dan apakah tiap varietas cabai rawit memiliki respon yang berbeda-beda. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui respon tiga varietas cabai rawit (Capsicum frutescens L.) terhadap salinitas.


(18)

1.3 Hipotesis

Pertumbuhan cabai rawit (Capsicum frutescens L.) dipengaruhi oleh tingkatan salinitas dan respon pertumbuhan antara tiga varietas cabai rawit tersebut berbeda. Interaksi antara tingkatan salinitas dan varietas mempengaruhi pertumbuhan cabai rawit.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Mengetahui pengaruh tingkat salinitas terhadap pertumbuhan tiga varietas tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.).

b. Mengetahui interaksi antara tiga varietas cabai rawit (Capsicum frutescens L.) dan tingkat salinitas yang memberikan pertumbuhan optimum.

c. Membandingkan respon tiga varietas tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.) terhadap tingkat salinitas.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi bagi semua pihak yang membutuhkan tentang pengembangan tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.) toleran terhadap salinitas.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pengembangan usaha tani cabai rawit (Capsicum frutescens L.) yang toleran salinitas.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karakteristik Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.)

Menurut Steenis et al. (2005), tanaman cabai rawit diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Sub-divisio : Angiospermae Class : Dicotyledonae Famili : Solanaceae Genus : Capsicum

Spesies : Capsicum frutescens L.

Tanaman cabai rawit merupakan tanaman herba yang hidup lama, tegak, bercabang lebar, tinggi 0,5-1,5 meter. Daun tersebar, sering juga 2-3 bersama-sama dan selanjutnya tidak bersama-sama besarnya, tangkai 0,5-3,5 cm; helaian daun bulat telur memanjang atau bulat telur bentuk lanset, dengan pangkal runcing dan ujung yang menyempit, 1,5-10 kali 0,5-5,5 cm. Bunga diujung atau di ketiak; tangkai tegak dengan ujung yang mengangguk 1,5-2,5 cm. Kelopak bentuk lonceng, dengan 5 gigi kecil, di bawah buah membesar. Mahkota bentuk roda, berbagi 5 dalam, taju runcing. Kepala sari ungu. Bakal buah beruang 2 (jarang 3). Buah buni bulat telur memanjang, merah rasanya sangat pedas (Steenis et al. 2005).

Cabai ditanami di areal paling luas diantara sayuran yang dibudidayakan di Indonesia. Terdapat lima spesies cabai yang didomestikasi, yaitu C.annuum,

C.frutescens, C.chinense, C.bacctum, dan C.pubescens. Di antara kelima spesies tersebut yang memiliki potensi ekonomis ialah Capsicum annuum dan Capsicum frutescens. Kedua spesies ini dibudidayakan secara luas diseluruh dunia (Permadi dan Kusandari, 1999 dalam Siregar, 2005).


(20)

Buah cabai rawit mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap yakni kalori, protein, lemak, karbohidrat, mineral (kalsium, fosfor, besi), vitamin, dan zat-zat lain yang berkhasiat obat, misalnya oleoresin, capsaicin, bioflavonoid,

minyak atsiri, karotenoid (kapsantin, kapsorubin, karoten, dan lutein). Cabai rawit juga mengandung flavonoid, anti oksidan, abu dan serat kasar. Pada umumnya cabai mengandung 0,1-1 % rasa pedas, yang disebabkan oleh kandungan zat

capsaicin dan hidrocapsaicin. Dibandingkan dengan jenis cabai besar (termasuk paprika), kandungan capsaicin dan hidrocapsaicin pada cabai rawit cukup tinggi sehingga cabai rawit memiliki rasa lebih pedas daripada jenis cabai lainnya (Cahyono, 2003).

2.2 Pengaruh Salinitas Terhadap Tanaman

Salinitas merupakan tekanan lingkungan utama yang merugikan karena mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan metabolisme. Garam menghambat pertumbuhan tanaman karena dapat mengganggu tekanan osmotik, toksisitas ion spesifik dan menyebabkan ketidakseimbangan ion (Houimli et al. 2008). Sipayung (2003) menyatakan bahwa salinitas menekan proses pertumbuhan tanaman dengan efek yang menghambat pembesaran dan pembelahan sel serta menghambat produksi protein. Tanaman yang mengalami stress garam umumnya tidak menunjukkan respon dalam bentuk kerusakan langsung tetapi pertumbuhan yang terhambat.

Menurut Fitter dan Hay (1981), ion-ion yang umumnya dapat mencapai konsentrasi larutan yang cukup untuk menimbulkan masalah osmotik pada tanaman tanpa terlebih dahulu mempunyai toksisitas spesifik yang menimbulkan kematian adalah klorida dan sulfat. Kedua ion ini secara khusus berikatan dengan natrium sebagai kation. Natrium akan mempengaruhi sifat-sifat tanah jika terdapat dalam keadaan yang berlebihan dalam tanah. Peningkatan konsentrasi garam terlarut di dalam tanah akan meningkatkan tekanan osmotik sehingga menghambat penyerapan air dan unsur-unsur hara yang berlangsung melalui


(21)

proses osmosis. Jumlah air yang masuk ke dalam akar akan berkurang sehingga mengakibatkan menipisnya jumlah persediaan air dalam tanaman. Sipayung (2003) menyatakan bahwa penyerapan natrium oleh partikel-partikel tanah akan mengakibatkan pembengkakan dan penutupan pori-pori tanah yang memperburuk pertukaran gas. Dalam proses fisiologi tanaman, natrium dan klorida diduga mempengaruhi pengikatan air oleh tanaman sehingga menyebabkan tanaman tahan terhadap kekeringan.

Banyak tanaman yang tidak dapat bertahan dalam kondisi salinitas yang tinggi atau dapat bertahan hidup tetapi dengan penurunan hasil panen. Telah banyak dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh salinitas terhadap pertumbuhan tanaman. Tanaman paprika (Capsicum annuum) mampu bertahan hidup pada kondisi salin namun mengalami penurunan hasil panen (Houimli et al.

2008), demikian juga pada tanaman jawan (Echinochola cruss-galii) yang pertumbuhannya terhambat seiring dengan meningkatnya salinitas (Darmanti, 1996). Hasil penelitian Yuniati (2004) menyatakan bahwa peningkatan kadar NaCl pada media tanam menghambat pertumbuhan kacang kedelai (Glycine max) meliputi penurunan tinggi tanaman dan berat kering akar. Menurut Sari et al.

(2006), perlakuan salinitas konsentrasi 3000 ppm dapat mempertahankan pertumbuhan tanaman jahe emprit (Zingiber officinale var Rubrum) yang ditunjukkan oleh berat basah, berat kering dan jumlah tunas tanaman. Semakin tinggi tingkat salinitas menyebabkan pertumbuhan tanaman jahe emprit terhambat. Shannon (1999) dalam Syakir et al. (2008) menyatakan bahwa salinitas dengan taraf sedang pada saat perkembangan buah dapat merubah bagian dari fotosintesis dan meningkatkan total padatan terlarut pada buah melon dan tomat. Salinitas menyebabkan bawang merah dapat berbunga lebih awal, sedangkan salinitas menunda waktu berbunga pada tanaman tomat. Menurut Sipayung (2003), tingkat stres yang dialami tanaman akibat salinitas berbeda-beda pada berbagai spesies dengan toleransi yang tidak sama terhadap konsentrasi garam yang berbeda.


(22)

BAB 3

BAHAN DAN METODA

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2012 sampai Januari 2013 di Rumah Kaca Fakultas Pertanian USU Medan, Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Departemen Biologi FMIPA USU Medan, dan Laboratorium Biologi Dasar LIDA USU Medan.

3.2 Alat dan Bahan Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah oven, polibag ukuran 30x25 cm, bak plastik, sendok semen, ayakan tanah, sprayer, timbangan digital, spektrofotometer, mikroskop, meteran, silet, objek glass, cover glass, alu, mortar, corong, propipet, pipet serologi, gelas ukur, beaker glass, erlenmeyer, labu takar, tisu, sterofoam, alumunium foil, refraktometer dan kamera digital. Bahan penelitian yang digunakan adalah benih cabai varietas Lokal, Genie dan Bhaskara, air, NaCl, tanah humus, fungisida, insektisida, Borer, pemutih Bayclin, pupuk kompos, dan aseton 80%, alkohol 70% dan aquadest.

3.3 Metodologi Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial yang terdiri dari tiga varietas cabai rawit (Capsicum frutescens


(23)

Varietas cabai rawit:

V1 = varietas Lokal

V2 = varietas Genie

V3 = varietas Bhaskara

Tingkatan salinitas (ppm):

S0 = 0 ppm pemberian NaCl (kontrol)

S1 = 2000 ppm pemberian NaCl

S2 = 4000 ppm pemberian NaCl

S3 = 6000 ppm pemberian NaCl

S4 = 8000 ppm pemberian NaCl

S5 = 10000 ppm pemberian NaCl

Jumlah seluruh perlakuan adalah 6 x 3 = 18 dengan 3 kali ulangan. Jumlah seluruh plot penelitian adalah 6 x 3 x 3 = 54 plot penelitian.

3.4 Prosedur Penelitian

3.4.1 Analisis Fisik dan Kimia Tanah

Analisis fisik tanah dilakukan dengan menentukan kapasitas lapang medium tanah. Menurut Sinaga (2007), penentuan kapasitas lapang dilakukan dengan metode gravimetri yaitu dengan cara memberikan air berlebihan pada tanah, hal ini ditandai dengan terjadinya penetesan air keluar dari polibag yang diberi lubang pada dasarnya. Setelah 24 jam pemberian air berlebihan tersebut atau disaat air di polibag sudah tidak menetes lagi, polibag yang berisi medium tanah tersebut ditimbang. Berat saat itu dianggap sebagai berat media dalam keadaan kapasitas lapang (BK), kemudian medium tanah tersebut dikeringkan dalam oven pada suhu 70o C selama 48 jam dan ditimbang beratnya (BO). Volume air yang disiram sama dengan air yang hilang. Jika BO merupakan berat media tanah kering tanpa air, maka volume air yang disiramkan sebesar BK–BO. Untuk mengetahui kapasitas lapang medium digunakan rumus:


(24)

Analisis kimia tanah dilakukan dengan mengukur parameter-parameter yang dinyatakan dalam bentuk daya hantar listrik (DHL), persentase Na-tukar dan Kapasitas Tukar Kation (KTK). Juga dilakukan pengukuran C-organik, N-total, P-tersedia (Hasibuan, 2008).

3.4.2 Persiapan Media Tanam

Media tanam berupa tanah humus yang telah dikering anginkan dan diayak terlebih dahulu untuk memperoleh tekstur tanah yang baik, kemudian tanah dimasukkan ke dalam polibag sebanyak 5 kg. Tanah humus yang digunakan sebelumnya telah diketahui nilai kapasitas lapangnya dengan menggunakan metode gravimetri.

3.4.3 Persiapan Bahan Tanaman

Bahan tanam yang digunakan berupa benih tiga varietas cabai rawit, yaitu varietas Lokal yang diperoleh dari Naga Timbul Dusun I Tanjung Morawa, varietas Genie dan varietas Bhaskara diperoleh dari Balai Benih Jalan Bintang No. 38C/46B. Benih cabai rawit diseleksi yaitu berwarna kuning, bentuknya tidak keriput dan tenggelam ketika direndam dalam air.

a. Cabai Rawit Varietas Lokal

Tumbuh di semak-semak. Tanaman herba, tegak, bercabang. Tinggi tanaman 1-1,6 meter. Daun tersebar, sama besar atau tidak sama besar. Tangkai 3-6 cm, helaian daun berbentuk lanset dengan pangkal meruncing dan ujung menyempit. Lebar daun 4-7 cm. Bunga di ujung atau diketiak, tangkai bunga tegak dengan ujung yang mengangguk. Bunga bentuk lonceng berwarna putuh kehijauan. Kelopak 5 helai, mahkota 5 helai. Buah buni, bulat telur memanjang. Buah muda berwarna hijau, buah tua berwarna merah cerah. Panjang buah 2-3 cm, diameter 1,2 cm. Jumlah biji 20-25 per buah.


(25)

b. Cabai Rawit Varietas Genie

Tanaman herba, tegak, bercabang. Tinggi tanaman 0,8-1 meter. Daun tersebar, sama besar atau tidak sama besar. Tangkai 1,5-4 cm, helaian daun berbentuk lanset dengan pangkal meruncing dan ujung menyempit. Lebar daun 2,5-4,5 cm. Bunga di ujung atau diketiak, tangkai bunga tegak dengan ujung yang mengangguk. Bunga bentuk lonceng berwarna putuh keruh. Kelopak 5 helai, mahkota 5 helai. Buah buni, bulat telur memanjang. Buah muda berwarna hijau, buah tua berwarna merah cerah. Permukaan buah mengkilap. Panjang buah sekitar 3-4 cm dan diameter buah sekitar 0,6 cm. Buah lebat dan rasa sangat pedas. Umur panen 50-55 hari setelah tanam. Tumbuh di dataran rendah dan tinggi. Produksi per pohon mencapai 1 kg dan perkecambahan 85%.

c. Cabai Rawit Varietas Bhaskara

Tanaman herba, tegak, bercabang. Tinggi tanaman 0,9-1,1 meter. Daun tersebar, sama besar atau tidak sama besar. Tangkai 1-5 cm, helaian daun berbentuk lanset dengan pangkal meruncing dan ujung menyempit. Lebar daun 3-6,5 cm. Bunga di ujung atau diketiak, tangkai bunga tegak dengan ujung yang mengangguk. Bunga bentuk lonceng berwarna putuh keruh. Kelopak 5 helai, mahkota 5 helai. Buah buni, Buah muda berwarna putih kekuningan, buah tua berwarna oranye kemerahan atau merah cerah. Panjang buah 3-6 cm, diameter 0,7 cm. rasa yang sangat pedas. Umur panen 64 hari setelah pindah tanam,potensi hasil sekitar 0.8 kg/ tanaman.

3.4.4 Penyemaian Benih

Media persemaian terdiri dari campuran tanah humus dan kompos (1:1). Sebelum disemai, bibit direndam dalam air hangat selama 1-2 jam untuk mempercepat perkecambahan. Benih disebar merata pada wadah berisi media tanah kemudian ditutupi tipis tanah, kemudian diletakkan di tempat yang dinaungi hingga berumur 7-8 hari (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2008). Setelah bibit berkecambah membentuk 4 helaian daun, bibit dipindahkan ke polibag besar.


(26)

3.4.5 Penanaman

Tanaman cabai yang telah berumur satu bulan dan memiliki ukuran yang seragam (meliputi tinggi tanaman dan diameter batang) untuk tiap perlakuan dipindahkan dan di tanam ke dalam polibag yang telah berisi tanah yang telah dipersiapkan sebelumnya.

3.4.6 Pemeliharaan

Tanaman disiram dengan air tanpa perlakuan selama satu minggu pertama pertumbuhan di polibag agar tanaman beradaptasi dengan lingkungan di polibag dan pertumbuhannya seragam. Penyemprotan pestisida, fungisida, dan insektisida dilakukan jika terjadi serangan penyakit dan dilakukan penyiangan jika terdapat gulma.

3.4.7 Perlakuan

Tanaman yang telah berumur empat minggu setelah tanam diberi perlakuan dengan penyiraman NaCl sesuai dengan tingkatan konsentrasi yang sudah ditentukan yakni 0 ppm sebagai kontrol, 2000 ppm, 4000 ppm, 6000 ppm, 8000 ppm, dan 10000 ppm. Penyiraman dilakukan sesuai dengan kapasitas lapang yang telah ditentukan Pengukuran besar konsentrasi NaCl dilakukan dengan menggunakan alat refraktometer. Penyiraman dengan NaCl dilakukan sekali diawal. Perlakuan pada masing-masing varietas dihentikan sampai akhir fase vegetatif tanaman yang ditandai dengan munculnya bunga.

3.4.8 Pengamatan/ Variabel yang Diamati

a. Tinggi tanaman (cm), diukur dari leher akar sampai daun terakhir yang telah membuka sempurna setiap minggu. Tinggi tanaman yang dianalisa adalah tinggi tanaman pada minggu terakhir fase pertumbuhan vegetatif.


(27)

b. Diameter batang (cm), diukur setiap minggunya dengan menggunakan jangka sorong. Diameter batang yang dianalisa adalah diameter batang pada minggu terakhir fase pertumbuhan vegetatif.

c. Bobot kering tajuk (g), setelah dilakukan pemanenan, tanaman dikeringkan di dalam oven dengan suhu 70o C selama 48 jam atau sampai didapatkan bobot yang konstan.

d. Bobot kering akar (g), akar dikeringkan di dalam oven dengan suhu 70oC selama 48 jam atau sampai didapatkan bobot yang konstan. Dilakukan setelah pemanenan.

e. Rasio tajuk dan akar, dihitung pada akhir penelitian dengan cara membandingkan berat kering tajuk dengan berat kering akar.

f. Jumlah Klorofil (mg/l), dihitung pada akhir percobaan dengan menggunakan alat spektrofotometer. Menurut Yoshida et al (1971), penghitungan jumlah klorofil dapat dilakukan sebagai berikut yaitu daun cabai rawit segar sebanyak 0,5 gram disayat dan diletakkan ke dalam mortar, lalu kemudian digerus, dan ditambahkan aseton 80% sebanyak 20 ml dan digerus kembali hingga klorofil meluruh pada aseton. Hasil gerusan disaring ke dalam labu takar, ditambahkan aseton 80% kembali hingga garis batas pada labu takar yang menunjukkan 50 ml, kemudian dihomogenkan dengan cara diaduk. Pengenceran dilakukan dengan cara mengambil 2,5 ml larutan ke dalam 25 ml aseton 80% dan dihomogenkan kembali. Kemudian dimasukkan ke dalam kuvet spektrofotometer dan dihitung jumlah klorofilnya. Rumus menghitung jumlah klorofil adalah sebagai berikut:

Menghitung jumlah klorofil a = 0,0127 x A663-0,00269 x A645 (mg/l) Menghitung jumlah klorofil b = 0,0229 x A645-0,00468 x A663 (mg/l)

(Yoshida et al. 1971) Dimana, A645 = nilai absorbansi pada panjang gelombang 645 nm

A663 = nilai absorbansi pada panjang gelombang 663 nm A652 = nilai absorbansi pada panjang gelombang 652 nm


(28)

34,5 = koefisien absorbsi spesifik untuk pigmen klorofil a dan b pada panjang gelombang 652

g. Diameter akar (cm), diukur setelah pemanenan dengan menggunakan jangka sorong.

h. Kerapatan stomata (n/mm) bagian atas daun (adaksial) dan bawah daun (abaksial), dihitung setelah pemanenan dengan menggunakan mikroskop. Sayatan daun adaksial dan abaksial dibuat membujur, diusahakan setipis mungkin, lalu diletakkan di atas object glass, kemudian tetesi dengan sedikit air dan ditutup dengan cover glass. Sayatan tersebut diamati di bawah mikroskop dan dihitung kerapatan stomatanya dengan membandingkan jumlah stomata dengan satuan luas pandang. Mikroskop yang digunakan adalah mikroskop biokamera merk Axio Carl Zeiss dan luas pandang diukur dengan mikrometer yang telah tersedia pada mikroskop sebesar 0,056 mm.

i. Tebal daun (mm), diukur setelah pemanenan dengan menggunakan mikrometer dan mikroskop. Dibuat sayatan melintang daun, diusahakan setipis mungkin, dijernihkan dengan pemutih selama 10 menit, dibilas dengan aquadest, lalu diletakkan di atas object glass, kemudian tetesi dengan sedikit air dan ditutup dengan cover glass. Amati dibawah mikroskop dengan perbesaran 10 x 10.

3.4.8 Analisis data

Data diolah menggunakan analisis sidik ragam (ANOVA), bila terdapat perbedaan yang nyata antar perlakuan dilakukan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf uji 5%.


(29)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tinggi Tanaman (cm)

Analisis sidik ragam rata-rata tinggi tanaman tiga varietas cabai rawit pada beberapa tingkat salinitas (Lampiran 5.a) menunjukkan bahwa salinitas dan varietas berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, namun interaksi antara keduanya tidak berpengaruh nyata. Pengaruh tingkat salinitas terhadap tinggi tanaman dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rata- rata tinggi tanaman (cm) tiga varietas cabai rawit pada berbagai tingkat salinitas

Varietas Konsentrasi NaCl (ppm) Rata-

rata

0 2000 4000 6000 8000 10000

(V1) Lokal 94,13 (±10,56) 84,13 (±13,55) 81,37 (±9,45) 76,73 (±4,96) 70,27 (±10,15) 68,67 (±11,47) 79,22a (V2) Genie 75,4 (±12,57) 65,2 (±10,45) 64,73 (±9,9) 64,57 (±6,0) 52,63 (±1,80) 48,63 (±7,0) 61,86b (V3) Bhaskara 63,03 (±3,43) 53,43 (±4,24) 48,33 (±7,99) 44,43 (±8,56) 32,4 (±2,72) 30,17 (±1,51) 45,3c

Rata- rata 77,52a 67,59a 64,81a 61,90a 51,77b 49,15b

Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata setelah uji Duncan pada taraf 5%

Dari Tabel 1 dapat dilihat pengaruh salinitas terhadap rata-rata tinggi tanaman ketiga varietas cabai rawit tidak berbeda nyata pada tingkat pemberian NaCl 0-6000 ppm namun berbeda nyata dengan rata-rata tinggi tanaman cabai rawit pada tingkat pemberian NaCl 8000-10000 ppm. Pada ketiga varietas cabai rawit, terdapat perbedaan nyata rata-rata tinggi tanaman antara ketiga varietas cabai rawit tersebut, dimana rata-rata tinggi tanaman tertinggi adalah varietas Lokal (V1) yaitu 79,22 cm, varietas Genie (V2) yaitu 61,86 cm dan varietas Bhaskara (V3) yaitu 45,3 cm. Pengaruh salinitas terhadap tinggi tanaman tiga varietas cabai rawit dapat dilihat pada Gambar 1.


(30)

Gambar 1. Pengaruh salinitas terhadap tinggi tanaman (V1 = -4.95x + 91.61 dan R2 = 0.95; V2 = -4.90x + 74.12 dan R2 = 0.89; V3 = -6.60x + 61.82 dan R2 = 0.97)

Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa rata-rata tinggi tanaman ketiga varietas cabai rawit menurun seiring dengan meningkatnya pemberian NaCl hingga 10000 ppm. Laju penurunan tinggi tanaman varietas Bhaskara (V3) adalah 6,6 cm, varietas Lokal (V1) adalah 4,95 cm dan varietas Genie (V2) adalah 4,9 cm setiap ppm peningkatan salinitas. Hal ini disebabkan karena kadar garam yang tinggi di tanah dapat menghambat penyerapan air oleh tumbuhan sehingga akan mengganggu pembelahan sel tumbuhan. Hal ini sesuai dengan pendapat Neto et al. (2004) bahwa salinitas menyebabkan perubahan pada parameter morfologi seperti tinggi tanaman. Hal ini didukung oleh Chartzoulakis dan Klapaki (2000) yang menyatakan bahwa pemberian NaCl diatas 1500 ppm dapat menghambat pertumbuhan tinggi tanaman cabai merah. Sedangkan hasil penelitian Yuniati (2004) menunjukkan bahwa pemberian konsentrasi NaCl diatas 4000 ppm mampu mengurangi tinggi pada tanaman jagung.

Sipayung (2003) menyatakan bahwa salinitas menekan proses pertumbuhan tanaman dengan efek yang menghambat pembesaran dan pembelahan sel serta menghambat produksi protein. Tanaman yang mengalami stress garam umumnya tidak menunjukkan respon dalam bentuk kerusakan langsung tetapi pertumbuhan yang terhambat, antara lain menghambat


(31)

pertumbuhan tinggi tanaman. Menurut Follet et al. (1981), peningkatan konsentrasi garam terlarut di dalam tanah akan meningkatkan tekanan osmotik sehingga menghambat penyerapan air dan unsur-unsur hara yang berlangsung melalui proses osmosis. Jumlah air yang masuk ke dalam akar akan berkurang sehingga mengakibatkan menipisnya jumlah persediaan air dalam tanaman. Semakin tinggi kadar garam yang diberikan, maka pertumbuhan dan pembesaran sel akan terhambat. Akibatnya pertumbuhan tanaman menjadi terganggu dan tertekan serta menjadi lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman pada kondisi normal

4.2 Diameter Batang (cm)

Analisis sidik ragam rata-rata diameter batang tiga varietas cabai rawit pada beberapa tingkat salinitas (Lampiran 5.b) menunjukkan bahwa salinitas dan varietas berpengaruh nyata terhadap diameter batang dan interaksi keduanya juga berpengaruh nyata. Pengaruh tingkat salinitas terhadap diameter batang dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rata- rata diameter batang (cm) tiga varietas cabai rawit pada berbagai tingkat salinitas

Varietas Konsentrasi NaCl (ppm) Rata-

rata 0 2000 4000 6000 8000 10000

(V1) Lokal 0,63a (±0,005) 0,56b (±0,03) 0,49c (±0,03) 0,48c (±0,02) 0,43d (±0,03) 0,40d (±0,04) 0,49a (V2) Genie 0,55b (±0,02) 0,50c (±0,02) 0,45c (±0.03) 0,42d (0) 0,36e (±0,01) 0,33e (±0.01) 0,43b (V3) Bhaskara 0,54b (±0,01) 0,45c (±0,02) 0,37e (±0.005) 0,35e (±0,03) 0,25f (±0,02) 0,22f (±0,02) 0,36b

Rata- rata 0,57a 0,50b 0,44c 0,42c 0,35d 0,32d

Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata setelah uji Duncan pada taraf 5%

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa rata-rata diameter batang paling besar pada kombinasi perlakuan antara varietas Lokal (V1) dan tingkat pemberian NaCl 0 ppm yaitu 0,63 cm, diameter batang tersebut berbeda nyata dengan


(32)

seluruh diameter batang kombinasi perlakuan lainnya. Rata-rata diameter batang paling kecil yaitu pada kombinasi perlakuan varietas Bhaskara (V3) dan tingkat pemberian NaCl 8000 dan 10000 ppm, diameter batang tersebut berbeda nyata dengan diameter batang seluruh kombinasi perlakuan lainnya. Pengaruh salinitas terhadap diameter batang tiga varietas cabai rawit dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Pengaruh salinitas terhadap diameter batang (V1 = -0,044x + 0,61 dan R2 = 0.95; V2 = -0,043x + 0,54 dan R2 = 0.99; V3 = -0,063x + 0,52 dan R2 = 0.97)

Dari Gambar 2 dapat dilihat bahwa diameter batang ketiga varietas cabai rawit menurun seiring dengan meningkatnya pemberian NaCl hingga 10000 ppm. Laju penurunan diameter batang varietas Bhaskara (V3) adalah 0,063 cm, varietas Lokal (V1) adalah 0,044 cm dan varietas Genie (V2) adalah 0,043 cm setiap ppm peningkatan salinitas. Menurunnya diameter batang disebabkan karena pada kondisi cekaman garam (NaCl), sel-sel tanaman akan sulit untuk menyerap air dan unsur hara esensial dari tanah, sehingga pembelahan dan pembesaran sel akan terganggu yang menyebabkan terhambatnya pembesaran batang. Sipayung (2003) menyatakan bahwa salinitas menekan proses pertumbuhan tanaman dengan efek yang menghambat pembesaran dan pembelahan sel serta menghambat produksi protein. Tanaman yang mengalami stress garam umumnya tidak menunjukkan respon dalam bentuk kerusakan langsung tetapi pertumbuhan yang terhambat.


(33)

4.3 Diameter Akar (cm)

Analisis sidik ragam rata-rata diameter akar tiga varietas cabai rawit pada beberapa tingkat salinitas (Lampiran 5.c) menunjukkan bahwa salinitas dan varietas berpengaruh nyata terhadap diameter akar dan interaksi keduanya juga berpengaruh nyata. Pengaruh tingkat salinitas terhadap diameter akar dapat dilihat pada Tabel 3.

.Tabel 3. Rata-rata diameter akar (cm) tiga varietas cabai rawit pada berbagai tingkat salinitas

Varietas Konsentrasi NaCl (ppm) Rata-

rata

0 2000 4000 6000 8000 10000

(V1) Lokal 0,35a (±0,02) 0,31a (±0,01) 0,28b (±0,01) 0,26b (±0,02) 0,23b (±0,006) 0,19c (±0,006) 0,27a (V2) Genie 0,35a (±0,07) 0,28b (±0,03) 0,23b (±0,06) 0,208c (±0,03) 0,205c (±0,01) 0,20c (±0,02) 0,24a (V3) Bhaskara 0,27b (±0,03) 0,21c (±0,02) 0,18c (±0,02) 0,17c (±0,01) 0,14d (±0,007) 0,12d (±0,02) 0,18b

Rata- rata 0,32a 0,27a 0,23b 0,21b 0,19b 0,17c

Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata setelah uji Duncan pada taraf 5%

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa rata-rata diameter akar paling besar pada kombinasi perlakuan antara varietas Lokal (V1) dan tingkat pemberian NaCl 0 ppm serta varietas Genie (V2) dan tingkat pemberian NaCl 0 ppm yaitu 0,35 cm namun diameter akar tersebut tidak berbeda nyata dengan diameter akar pada kombinasi perlakuan antara varietas Lokal dan tingkat pemberian NaCl 2000 ppm. Rata-rata diameter akar pada kombinasi perlakuan antara varietas Bhaskara dan tingkat pemberian NaCl 0 ppm tidak berbeda nyata dengan rata-rata diameter batang pada kombinasi perlakuan antara varietas Genie dan tingkat pemberian NaCl 2000 dan 4000 ppm, varietas Lokal dan tingkat salinitas 4000, 6000, 8000 ppm. Rata-rata diameter akar terkecil pada kombinasi perlakuan varietas Bhaskara (V3) dan tingkat pemberian NaCl 10000 ppm yaitu 0,12 cm namun tidak berbeda nyata dengan diameter akar pada kombinasi perlakuan antara


(34)

varietas Bhaskara pada tingkat pemberian NaCl 8000 ppm. Pengaruh salinitas terhadap diameter akar tiga varietas cabai rawit dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Pengaruh salinitas terhadap diameter akar (V1 = -0,030x + 0,34 dan R2 = 0.99; V2 = -0,028x + 0,32 dan R2 = 0.81; V3 = -0,027x + 0,25 dan R2 = 0.94)

Dari Gambar 3 dapat dilihat bahwa diameter akar ketiga varietas cabai rawit menurun seiring dengan meningkatnya pemberian NaCl hingga 10000 ppm. Laju penurunan diameter akar varietas Lokal (V1) adalah 0,03 cm, varietas Genie (V2) adalah 0,028 cm dan varietas Bhaskara (V3) adalah 0,027 cm setiap ppm peningkatan salinitas. Penurunan ukuran diameter akar ini berhubungan dengan kondisi salinitas yang diperlakukan pada tanaman dapat mengganggu pertumbuhan dan pembesaran sel.

Menurut Follet et al. (1981), peningkatan konsentrasi garam terlarut di dalam tanah akan meningkatkan tekanan osmotik sehingga menghambat penyerapan air dan unsur-unsur hara yang berlangsung melalui proses osmosis. Jumlah air yang masuk ke dalam akar akan berkurang sehingga mengakibatkan menipisnya jumlah persediaan air dalam tanaman. Semakin tinggi kadar garam yang diberikan, maka pertumbuhan dan pembesaran sel akan terhambat, antara lain akibatnya menghambat pembesaran diameter akar. Hal didukung oleh hasil penelitian Ping-An et al. (2003) yang melaporkan bahwa salinitas mampu menghambat pemanjangan dan perkembangan sel akar. Harahap (1995) menambahkan bahwa salinitas menyebabkan akar tanaman lebih kecil dan sedikit percabangan, lebar korteks dan diameter stele mengecil. Hal ini akan


(35)

mempengaruhi pembesaran akar sehingga diameter akar mengecil. Menurut Sari

et al. (2006), perlakuan larutan NaCl menurunkan penyerapan fosfor yang berperan penting dalam perkembangan akar. Defisiensi fosfor menyebabkan perkembangan akar tanaman terhambat.

4.4 Berat Kering Tajuk (g)

Analisis sidik ragam rata-rata berat kering tajuk tiga varietas cabai rawit pada beberapa tingkat salinitas (Lampiran 6.a) menunjukkan bahwa salinitas dan varietas berpengaruh nyata terhadap berat kering tajuk namun interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata. Pengaruh tingkat salinitas terhadap berat kering tajuk dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rata-rata berat kering tajuk (g) tiga varietas cabai rawit pada berbagai tingkat salinitas

Varietas Konsentrasi NaCl (ppm) Rata-

rata

0 2000 4000 6000 8000 10000

(V1) Lokal 8,8 (±1,41) 8,6 (±0,85) 7 (±0,90) 5,1 (±0,73) 4,5 (±1,93) 3,7 (±1,20) 6,28a (V2) Genie 4,5 (±2,74) 4 (±2,2) 3,5 (±0,36) 3,2 (±0,55) 2,5 (±0,65) 2,2 (±0,40) 3,32b (V3) Bhaskara 4,8 (±1,29) 3,5 (±1,55) 2,6 (±1,65) 2,4 (±1,31) 0,86 (±0,28) 0,76 (±0,38) 2,49b

Rata- rata 6,03a 5,37a 4,37a 3,57b 2,62b 2,2b

Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata setelah uji Duncan pada taraf 5%

Dari Tabel 4 dapat dilihat pengaruh salinitas terhadap rata-rata berat kering tajuk ketiga varietas cabai rawit tidak berbeda nyata pada tingkat pemberian NaCl 0-4000 ppm namun berbeda nyata dengan rata-rata berat kering tajuk pada tingkat pemberian NaCl 6000-1000 ppm. Pada ketiga varietas cabai rawit, rata-rata berat kering tajuk varietas Lokal (V1) adalah yang terbesar yaitu 6,28 g dan berbeda nyata dengan rata-rata berat kering tajuk varietas lainnya namun rata-rata berat kering tajuk antara varietas Genie (V2) dan varietas Bhaskara (V3) tidak berbeda nyata.


(36)

Pengaruh salinitas terhadap berat kering tajuk tiga varietas cabai rawit dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Pengaruh salinitas terhadap berat kering tajuk (V1 = -1,13x + 9,11 dan R2 = 0,95; V2 = -0,46x + 4,48 dan R2 = 0,99; V3 = -0,80x + 4,51 dan R2 = 0,95)

Dari Gambar 4 dapat dilihat bahwa berat kering tajuk ketiga varietas cabai rawit menurun seiring dengan meningkatnya pemberian NaCl hingga 10000 ppm. Laju penurunan berat kering tajuk varietas Lokal (V1) adalah 1,13 g, varietas Bhaskara (V3) adalah 0,80 g dan varietas Genie (V2) adalah 0,46 g setiap setiap ppm peningkatan salinitas. Semakin tinggi Konsentrasi NaCl yang diberikan maka berat kering tajuk tiga varietas cabai rawit akan semakin berkurang. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Neto et al. (2004), pada tanaman jagung yang diberi perlakuan cekaman salin, terjadi penurunan berat kering tajuk. Menurut Kurniasari et al. (2010), pemberian NaCl mulai dari 2000 ppm pada media tanam dapat menurunkan bobot kering tanaman nilam.

Tanaman yang ditanam pada tanah bergaram NaCl akan mengalami penghambatan pembentukan cabang, yaitu cabang produktif tidak mampu memproduksi anakan baru (Irwan, 2000). Pembentukkan cabang sekunder terhambat karena meningkatnya konsentrasi Na dan Cl di dalam sitoplasma sehingga dapat mengganggu aktivitas enzim, karena NaCl dapat menyebabkan denaturasi enzim (Salisbury dan Ross, 1995). Pembentukan cabang yang terhambat secara langsung akan mempengaruhi berat tanaman bagian atas (tajuk).


(37)

Menurut Sipayung (2003), mekanisme morfologi tanaman terhadap cekaman salinitas antara lain yaitu mengecilkan ukuran daun. Ukuran daun yang lebih kecil sangat penting untuk mempertahankan turgor. Ukuran daun yang lebih kecil secara langsung akan mempengaruhi berat kering tanaman bagian atas (tajuk).

4.5 Berat Kering Akar (g)

Analisis sidik ragam rata-rata berat kering akar tiga varietas cabai rawit pada beberapa tingkat salinitas (Lampiran 6.b) menunjukkan bahwa salinitas berpengaruh nyata terhadap berat kering akar sedangkan varietas dan interaksinya tidak berpengaruh nyata. Pengaruh salinitas terhadap berat kering akar dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rata-rata berat kering akar (g) tiga varietas cabai rawit pada berbagai tingkat salinitas

Varietas Konsentrasi NaCl (ppm) Rata-

rata

0 2000 4000 6000 8000 10000

(V1) Lokal 2,36 (±0,45) 2,06 (±0,83) 1,86 (±0,32) 1,43 (±0,61) 1,27 (±0,40) 0,97 (±0,96) 1,65 (V2) Genie 2,53 (±0,75) 2 (±0,7) 1,93 (±0,25) 1,83 (±0,21) 1,83 (±1,83) 1,27 (±0,21) 1,89 (V3) Bhaskara 3,36 (±1,10) 2,67 (±0,80) 1,80 (±0,26) 1,57 (±0,11) 1,17 (±0,38) 1,03 (±0,25) 1,98

Rata- rata 2,84a 2,24a 1,86a 1,61b 1,42b 1,09b

Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata setelah uji Duncan pada taraf 5%

Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat pengaruh salinitas terhadap rata-rata berat kering akar ketiga varietas cabai rawit tidak berbeda nyata pada tingkat pemberian NaCl 0-4000 ppm namun berbeda nyata dengan rata-rata berat kering akar pada tingkat pemberian NaCl 6000-10000 ppm. Rata-rata berat kering akar terbesar pada tingkat salinitas 0 ppm yaitu 2,84 g tidak berbeda nyata dengan rata-rata berat kering akar pada tingkat salinitas 2000 ppm dan 4000 ppm yaitu berturut- turut 2,24 g dan 1,86 g. Rata-rata berat kering akar terkecil pada tingkat pemberian NaCl 10000 ppm yaitu 1,09 g tidak berbeda nyata dengan rata-rata


(38)

berat kering akar pada tingkat pemberian NaCl 6000 ppm dan 8000 ppm yaitu berturut- turut 1,61 g dan 1,42 g.

Pengaruh salinitas terhadap berat kering akar tiga varietas cabai rawit dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Pengaruh salinitas terhadap berat kering akar (V1 = -0,27x + 2,35 dan R2 = 0,99; V2 = -0,19x + 2,39 dan R2 = 0.84; V3 = -0,51x + 3,24 dan R2 = 0.91)

Dari Gambar 5 dapat dilihat bahwa berat kering akar ketiga varietas cabai rawit menurun seiring dengan meningkatnya pemberian NaCl hingga 10000 ppm. Laju penurunan berat kering akar varietas Bhaskara (V3) adalah 0,51 g, varietas Lokal (V1) adalah 0,27 g cm dan varietas Genie (V2) adalah 0,19 g setiap ppm peningkatan salinitas. Penurunan berat kering akar ini di sebabkan karena penurunan tekanan turgor yang terjadi akibat adanya garam NaCl yang menyebabkan tingginya tekanan osmotik larutan tanah sehingga akar tanaman sulit menyerap air, sehingga berat kering akar semakin menurun seiring dengan meningkatnya konsentrasi NaCl.

Ping-An et al. (2003) melaporkan bahwa salinitas mampu menghambat pemanjangan dan perkembangan sel akar. Pemberian NaCl sebanyak 2500 ppm pada tanaman kedelai menyebabkan penurunan pertumbuhan akar sebanyak 24 % dan 54% sehingga secara langsung mengurangi berat kering akar. Hal ini juga didukung oleh Yuniati (2004) yang menyatakan bahwa pemberian NaCl 4000


(39)

ppm menyebabkan pertumbuhan tanaman mulai terhambat dan kecenderungan penurunan berat kering akar .

Menurut Fitter dan Hay (1981), peningkatan konsentrasi garam terlarut di dalam tanah akan meningkatkan tekanan osmotik sehingga menghambat penyerapan air sehingga jumlah air yang masuk ke dalam akar akan berkurang yang mengakibatkan menipisnya jumlah persediaan air dalam tanaman. Menurut Sari et al. (2006), perlakuan larutan NaCl menurunkan penyerapan fosfor yang berperan penting dalam perkembangan akar. Defisiensi fosfor menyebabkan perkembangan akar tanaman terhambat sehingga akar yang terbentuk jumlahnya sedikit.

4.6 Rasio Tajuk Akar

Analisis sidik ragam rata-rata rasio tajuk akar tiga varietas cabai rawit pada beberapa tingkat salinitas (Lampiran 6.c) menunjukkan bahwa salinitas tidak berpengaruh nyata terhadap rata-rata berat kering akar ketiga varietas cabai rawit namun varietas berpengaruh nyata terhadap rata-rata berat kering akar ketiga varietas cabai rawit, sedangkan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata. Pengaruh salinitas terhadap rasio tajuk akar dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rata-rata rasio tajuk akar tiga varietas cabai rawit pada berbagai tingkat salinitas

Varietas Konsentrasi NaCl (ppm) Rata-

rata

0 2000 4000 6000 8000 10000

(V1) Lokal 3,78 (±0,47) 4,47 (±1,22) 3,79 (±0,26) 3,57 (±1,14) 3,5 (±0,72) 3,8 (±1,29) 3,81a (V2) Genie 1,49 (±0,72) 2,35 (±2,12) 1,65 (±0,24) 1,76 (±0,51) 1,43 (±0,55) 1,75 (±1,80) 1,74b (V3) Bhaskara 1,52 (±0,89) 1,52 (±1,10) 1,55 (±1,10) 1,57 (±0,91) 0,81 (±0,38) 0,82 (±0,59) 1,29b

Rata- rata 2,26 2,78 2,33 2,30 1,91 2,12

Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata setelah uji Duncan pada taraf 5%


(40)

Dari Tabel 6 dapat dilihat rata-rata rasio tajuk akar paling besar pada varietas Lokal (V1) yaitu 3,81 berbeda nyata dengan rata-rata rasio tajuk akar varietas lainnya namun rata-rata rasio tajuk akar antara Varietas Genie (V2) dan varietas Bhaskara (V3) tidak berbeda nyata. Rata- rata rasio tajuk akar paling kecil pada V3 yaitu 1,29. Rasio tajuk akar merupakan perbandingan antara berat kering tajuk dan berat kering akar dan menurunnya rasio tajuk akar untuk setiap tanaman akan berbeda- beda disebabkan oleh tanggap masing-masing tanaman. Penurunan rasio tajuk akar pada tanaman menunjukkan bahwa tanaman yang terkena stress garam cenderung mengalokasikan hasil fotosintatnya pada bagian tajuk sehingga biomassa tanaman lebih besar pada bagian tajuk dibanding akar, namun varietas Bhaskara (V3) pada tingkat pemberian NaCl 8000 ppm dan 10000 ppm menunjukkan rasio tajuk akar yang amat kecil yaitu 0,81 dan 0,82 yang artinya bahwa pada tingkat salinitas tersebut, berat kering akar varietas Bhaskara jauh lebih besar daripada berat kering tajuknya. Hal ini terjadi karena tanggap setiap tanaman terhadap suatu cekaman seperti salinitas akan berbeda-beda. Menurut Sipayung (2003), tingkat stres yang dialami tanaman akibat salinitas berbeda-beda pada berbagai spesies dengan toleransi yang tidak sama terhadap konsentrasi garam yang berbeda.

Pengaruh salinitas terhadap rasio tajuk akar tiga varietas cabai rawit dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Pengaruh salinitas terhadap rasio tajuk akar (V1 = -0,086x + 4,03 dan R2 = 0,22; V2 = -0,038x + 1,83 dan R2 = 0,048; V3 = -0,16x + 1,69 dan R2 = 0,64)

V2 V1


(41)

Walaupun pengujian secara statistik menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata, dari Gambar 6 dapat diketahui laju penurunan rasio tajuk akar yang berbeda-beda pada masing- masing varietas seiring dengan meningkatnya pemberian NaCl hingga 10000 ppm. Varietas Bhaskara (V3) memiliki laju penurunan rasio tajuk akar terbesar yaitu 0,16,varietas Lokal (V1) sebesar 0,086 dan varietas Genie (V2) sebesar 0,038 setiap ppm peningkatan salinitas.

Neto et al. (2004) menyatakan bahwa salinitas menyebabkan perubahan pada parameter morfologi seperti tinggi tanaman, dan juga rasio tajuk akar. Pada tanaman jagung yang diberi perlakuan cekaman salin, terjadi penurunan dalam analisis pertumbuhan seperti berat kering tajuk, berat kering akar, laju asimilasi bersih dan laju pertumbuhan nisbi. Hal ini didukung oleh Yuniati (2004) yang menyatakan bahwa pemberian NaCl pada media tumbuh menyebabkan penurunan berat kering akar hingga 31%, sebab tanaman yang terkena stress garam cenderung mengalokasikan hasil fotosintatnya pada bagian tajuk yang secara langsung berakibat pada menurunnya rasio tajuk akar. Syakir et al. (2008) menambahkan pengaruh osmotik dari salinitas menyebabkan penurunan laju pertumbuhan tanaman dan perkembangan karakteristik seperti rasio tajuk akar. Penurunan berat kering tajuk dan berat kering akar akibat perlakuan NaCl, secara langsung akan mempengaruhi rasio tajuk akar sehingga rasio tajuk akar mengalami penurunan seiring dengan peningkatan konsentrasi NaCl.

Menurut Fitter dan Hay (1981), ion-ion yang umumnya dapat mencapai konsentrasi larutan yang cukup untuk menimbulkan masalah osmotik pada tanaman tanpa terlebih dahulu mempunyai toksisitas spesifik yang menimbulkan kematian adalah klorida dan sulfat. Kedua ion ini secara khusus berikatan dengan natrium sebagai kation. Natrium akan mempengaruhi sifat-sifat tanah jika terdapat dalam keadaan yang berlebihan dalam tanah. Peningkatan konsentrasi garam terlarut di dalam tanah akan meningkatkan tekanan osmotik sehingga menghambat penyerapan air dan unsur-unsur hara yang berlangsung melalui proses osmosis. Jumlah air yang masuk ke dalam akar akan berkurang sehingga mengakibatkan menipisnya jumlah persediaan air dalam tanaman.


(42)

4.7 Kandungan Klorofil

Analisis sidik ragam rata-rata kandungan klorofil tiga varietas cabai rawit (Lampiran 7.a, 7.b, 7.c) menunjukkan bahwa interaksi antara salinitas dan tiga varietas cabai rawit berpengaruh nyata terhadap jumlah klorofil a namun tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah klorofil b dan jumlah klorofil total. Jumlah klorofil total berbeda nyata hanya antar varietas saja. Pengaruh tingkat salinitas terhadap kandungan klorofil tiga varietas cabai rawit meliputi rata- rata jumlah klorofil a, jumlah klorofil b dan jumlah klorofil total dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Rata-rata jumlah klorofil a, klorofil b dan klorofil total (mg/l) tiga varietas cabai rawit pada berbagai tingkat salinitas

Varietas Konsentrasi NaCl (ppm) Rata-rata

klorofil a

0 2000 4000 6000 8000 10000

(V1) Lokal 0,48a (±0,07) 0,47a (±0,03) 0,37b (±0,09) 0,37b (±0,03) 0,30b (±0,09) 0,20c (±0,03) 0,36b (V2) Genie 0,54a (±0,04) 0,55a (±0,05) 0,38b (±0,06) 0,56a (±0,03) 0,41b (±0,06) 0,59a (±0,06) 0,50a (V3) Bhaskara 0,50a (±0,03) 0,38b (±0,05) 0,37b (±0,02) 0,28b (±0,007) 0,20c (±0,03) 0,20c (±0,05) 0,32b

Rata-rata 0,51a 0,47a 0,37a 0,40a 0,30b 0,33b

Rata-rata klorofil b (V1) Lokal 0,7 (±0,25) 0,5 (±0,03) 0,4 (±0,09) 0,3 (±0,06) 0,3 (±0,03) 0,2 (±0,05) 0,4 (V2) Genie 0,6 (±0,29) 0,4 (±0,03) 0,5 (±0,21) 0,5 (±0,02) 0,4 (±0,04) 0,6 (±0,09) 0,5 (V3) Bhaskara 0,3 (±0,13) 0,6 (±0,25) 0,5 (±0,22) 0,3 (±0,09) 0,2 (±0,17) 0,2 (±0,08) 0,35

Rata-rata 0,53 0,50 0,47 0,37 0,30 0,33

Rata-rata klorofil total (V1) Lokal 1,03 (±0,23) 1,02 (±0,02) 0,76 (±0,02) 0,75 (±0,08) 0,75 (±0,08) 0,43 (±0,04) 0,79b (V2) Genie 1,29 (±0,31) 1,1 (±0,21) 1,1 (±0,32) 1,27 (±0,12) 1,34 (±0,34) 1,24 (±0,03) 1,22a (V3) Bhaskara 1,02 (±0,02) 1,14 (±0,18) 0,92 (±0,16) 0,75 (±0,08) 0,56 (±0,18) 0,45 (±0,18) 0,81b

Rata-rata 1,11 1,09 0,93 0,92 0,88 0,71


(43)

Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa rata-rata jumlah klorofil a paling tinggi pada kombinasi perlakuan antara varietas Genie (V2) pada tingkat pemberian NaCl 10000 ppm yaitu 0,59 mg/l, jumlah klorofil a tersebut tidak berbeda nyata dengan jumlah klorofil a pada kombinasi perlakuan antara V1, V2, V3 dan tingkat pemberian NaCl 0 ppm, jumlah klorofil a pada kombinasi perlakuan V1 dan V2 pada tingkat pemberian NaCl 2000 ppm serta jumlah klorofil a pada kombinasi perlakuan V2 dan tingkat pemberian NaCl 6000 ppm. Rata-rata jumlah klorofil a paling rendah pada kombinasi perlakuan antara varietas Lokal (V1) dan tingkat pemberian NaCl 10000 ppm serta kombinasi perlakuan varietas Bhaskara (V3) pada tingkat pemberian NaCl 8000 ppm dan 10000 ppm yaitu 0,20 mg/l, jumlah klorofil a tersebut berbeda nyata dengan seluruh kombinasi perlakuan lainnya. Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa salinitas, varietas maupun interaksi antar keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap rata- rata jumlah klorofil b ketiga varietas cabai rawit.

Pada Tabel 7 dapat dilihat pula bahwa rata-rata jumlah klorofil total varietas Genie (V2) adalah yang paling besar (1,22 mg/l) dan berbeda nyata dengan rata-rata jumlah klorofil total dua varietas lainnya namun rata-rata jumlah klorofil total antara varietas Lokal (V1) dan varietas Bhaskara (V3) tidak berbeda nyata. Rata-rata jumlah klorofil total paling rendah terdapat pada V1 yaitu 0,79 mg/l. Salinitas tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah klorofil total ketiga varietas tanaman cabai rawit. Hal ini disebabkan perlakuan NaCl yang diberikan memiliki konsentrasi yang kurang tinggi untuk menyebabkan perbedaan nyata jumlah klorofil total antara perlakuan. Menurut Haryadi dan Yahya (1988)

dalam Kusmiyati et al. (2009), natrium dan klorida tidak akan menghentikan sintesis klorofil secara langsung tetapi dapat mempengaruhi aktivitas enzim dan struktur fungsi kloroplas, mitokondria dan membran sel, sehingga kandungan klorofil mungkin tidak akan dipengaruhi secara nyata oleh garam NaCl pada konsentrasi tertentu, namun semakin tinggi pemaparan NaCl pada tanaman akan menurunkan pertumbuhan tanaman.


(44)

Pengaruh salinitas terhadap jumlah klorofil a tiga varietas cabai rawit dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Pengaruh salinitas terhadap jumlah klorofil a (V1 = -0,055x + 0,501 dan R2 = 0,93 ; V2 = 0,0003x + 0,504; V3 = -0,061x + 0,47 dan R2 = 0.94)

Berdasarkan Gambar 7 dapat dilihat bahwa jumlah klorofil a varietas Lokal (V1) dan Bhaskara (V3) menurun seiring dengan meningkatnya pemberian NaCl hingga 10000 ppm namun pada varietas Genie (V2) jumlah klorofil a meningkat seiring dengan meningkatnya pemberian NaCl hingga 10000 ppm. Laju penurunan jumlah klorofil a pada varietas Lokal adalah 0,055 mg/l dan varietas Bhaskara adalah 0,061 mg/l sedangkan laju peningkatan jumlah klorofil a pada varietas Genie adalah 0,0003 mg/l setiap ppm peningkatan salinitas.

Pengaruh salinitas terhadap jumlah klorofil b tiga varietas cabai rawit dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Pengaruh salinitas terhadap jumlah klorofil b (V1 = -0,091x + 0,63 dan R2 = 0,91; V2 = 0,0001x+ 0,5; R2 = 0; V3 = -0,054x + 0,48 dan R2 = 0.38)


(45)

Berdasarkan Gambar 8 dapat dilihat bahwa jumlah klorofil b varietas Lokal (V1) dan Bhaskara (V3) menurun seiring dengan meningkatnya pemberian NaCl hingga 10000 ppm namun pada varietas Genie (V2) jumlah klorofil b meningkat seiring dengan meningkatnya pemberian NaCl hingga 10000 ppm. Laju penurunan jumlah klorofil b pada varietas Lokal adalah 0,091 mg/l dan varietas Bhaskara adalah 0,054 mg/l sedangkan laju peningkatan jumlah klorofil b pada varietas Genie adalah 0,0001 mg/l setiap ppm peningkatan salinitas. Penurunan dan peningkatan jumlah klorofil a dan b yang terjadi akibat pengaruh konsentrasi NaCl yang diberikan pada tanaman bergantung pada jenis tanaman dan kondisi lingkungan.

Pengaruh salinitas terhadap jumlah klorofil total tiga varietas cabai rawit dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Pengaruh salinitas terhadap jumlah klorofil total (V1 = -0,11x + 1,06 dan R2 =0,85; V2 = 0,018x + 1,17 dan R2 = 0,11; V3 = -0,14x + 1,14 dan R2 = 0,89)

Walaupun pengujian secara statistik menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata, dari Gambar 9 dapat dilihat bahwa jumlah klorofil total varietas Lokal (V1) dan Bhaskara (V3) menurun seiring dengan meningkatnya pemberian NaCl hingga 10000 ppm namun pada varietas Genie (V2) jumlah klorofil total meningkat seiring dengan meningkatnya pemberian NaCl hingga 10000 ppm. Laju penurunan jumlah klorofil total pada varietas Lokal adalah 0,11 mg/l dan


(46)

varietas Bhaskara adalah 0,14 mg/l sedangkan laju peningkatan jumlah klorofil total pada varietas Genie adalah 0,018 mg/l setiap ppm peningkatan salinitas.

Rata-rata jumlah kandungan klorofil tiga varietas cabai rawit yang meliputi rata-rata jumlah klorofil a, klorofil b dan klorofil total menunjukkan bahwa varietas Genie memberikan respon dengan meningkatkan jumlah klorofil a, b dan klorofil total yang berbeda dengan respon varietas Lokal dan Bhaskara yang justru menurunkan jumlah klorofil a, b dan jumlah klorofil totalnya. Penurunan dan peningkatan total klorofil yang terjadi akibat pengaruh konsentrasi NaCl yang diberikan pada tanaman bergantung pada jenis tanaman dan kondisi lingkungan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sipayung (2003), tingkat stres yang dialami tanaman akibat salinitas berbeda-beda pada berbagai spesies dengan toleransi yang tidak sama terhadap konsentrasi garam yang berbeda. Menurut Yuniati (2004), respon pertumbuhan terhadap salinitas seringkali dianggap sebagai dasar evaluasi untuk toleransi. Individu yang berbeda akan memberikan respon yang berbeda terhadap cekaman salinitas yang diberikan.

Dapat dilihat bahwa varietas cabai rawit lebih banyak menunjukkan penurunan jumlah kandungan klorofil yaitu pada varietas Lokal (V1) dan varietas Bhaskara(V3). Penurunan jumlah kandungan klorofil ini disebabkan karena salinitas menyebabkan terhambatrnya penyerapan air dan unsur- unsur hara penting bagi tanaman karena akumulasi NaCl yang berlebihan pada tanah. Menurut Bintoro (1989) dalam Harahap (1995), proses sintesa klorofil pada tanaman memerlukan sejumlah enzim, fosfat, dan magnesium. Akumulasi ion-ion yang berlebihan dalam tanah akibat kondisi salin akan menghambat penyerapan fosfat dan magnesium yang mampu menghambat pembentukan asam amino yang berperan dalam pembentukan klorofil oleh tanaman. Pessarakli (1993) dalam Sari

et al, (2006) menyatakan, akumulasi ion klorida pada akar mengakibatkan berkurangnya penyerapan nitrogen yang berperan penting sebagai penyusun klorofil daun. Menurut Sipayung (2003), penyerapan ion natrium oleh partikel-partikel tanah akan mengakibatkan pembengkakan dan penutupan pori-pori tanah yang memperburuk pertukaran gas.


(47)

Salinitas menyebabkan air yang dapat diserap oleh tanaman akan lebih sedikit dengan semakin tingginya konsentrasi garam NaCl tanah sehingga menurunkan kandungan air pada jaringan tanaman. Air merupakan faktor lingkungan yang sangat penting dalam pembentukan klorofil pada daun, kandungan air yang sedikit pada jaringan tanaman mengakibatkan menurunnya pembentukan klorofil (Kurniasari et al. 2010). Turan et al. (2009) menyatakan bahwa perlakuan peningkatan konsentrasi NaCl pada media tanam mampu menurunkan jumlah total klorofil pada tanaman jagung. Hal ini sesuai dengan pernyataan Poljakoff (1975) yang menyatakan bahwa organel yang paling dipengaruhi oleh salinitas adalah kloroplas. Laju fotosintesis akan menurun dengan rusaknya kloroplas yang berakibat buruk terhadap klorofil. Laju fotosintesis yang menurun tersebut disebabkan pula oleh tertutupnya stomata akibat penurunan tekanan turgor. Penurunan tekanan turgor terjadi karena adanya garam NaCl yang menyebabkan tingginya tekanan osmotik larutan tanah sehingga akar tanaman sulit menyerap air.

4.8 Tebal Daun (mm)

Analisis sidik ragam rata-rata tebal daun tiga varietas cabai rawit pada beberapa tingkat salinitas (Lampiran 8.a) menunjukkan bahawa salinitas dan varietas berpengaruh nyata terhadap tebal daun dan interaksi keduanya juga berpengaruh nyata. Pengaruh tingkat salinitas terhadap tebal daun dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Rata-rata tebal daun (mm) tiga varietas cabai rawit pada berbagai tingkat salinitas

Varietas Konsentrasi NaCl (ppm) Rata-

rata

0 2000 4000 6000 8000 10000

(V1) Lokal 0,14c (±0,006) 0,15c (±0,005) 0,16b (±0,008) 0,17b (±0,005) 0,19a (±0,004) 0,19a (±0,005) 0,166a (V2) Genie 0,14c (±0,002) 0,15c (±0,007) 0,15c (±0,001) 0,15c (±0,005) 0,17b (±0,004) 0,17b (±0,003) 0,155b (V3) Bhaskara 0,15c (±0,006) 0,16b (±0,007) 0,17b (±0,006) 0,17b (±0,004) 0,19a (±0,005) 0,20a (±0,001) 0,173a

Rata- rata 0,143a 0,153a 0,16a 0,163b 0,183b 0,187b

Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata setelah uji Duncan pada taraf 5%


(48)

Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa rata-rata tebal daun paling besar pada kombinasi perlakuan varietas Lokal (V1) dan tingkat pemberian NaCl 8000-1000 ppm serta kombinasi perlakuan varietas Bhaskara (V3) dan tingkat pemberian NaCl 8000-10000 ppm, rata-rata tebal daun tersebut berbeda nyata dengan seluruh kombinasi perlakuan lainnya. Rata-rata tebal daun paling kecil pada kombinasi perlakuan varietas Lokal (V1) dan varietas Genie (V2) pada tingkat pemberian NaCl 0 ppm namun tebal daun tersebut tidak berbeda nyata dengan tebal daun kombinasi perlakuan antara varietas Bhaskara dan tingkat pemberian NaCl 0 ppm, tebal daun varietas Lokal dan varietas Bhaskara pada tingkat pemberian NaCl 2000 ppm serta tebal daun varietas Genie pada tingkat pemberian NaCl 4000 ppm dan 6000 ppm.

Pengaruh salinitas terhadap tebal daun tiga varietas cabai rawit dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Pengaruh salinitas terhadap tebal daun (mm) (V1 = 0,11x + 0,13 dan R2 = 0,96 ; V2 = 0,006x + 0,14 dan R2 = 0,84; V3 = 0,0097x +0,15 dan R2 = 0.95)

Berdasarkan Gambar 10 dapat dilihat bahwa ketebalan daun ketiga varietas cabai rawit meningkat seiring dengan meningkatnya pemberian NaCl hingga 10000 ppm. Laju peningkatan tebal daun varietas Lokal (V1) adalah 0,11 mm, varietas Bhaskara (V3) sebesar 0,0097 mm dan varietas Genie (V2) sebesar 0,006 mm setiap ppm peningkatan salinitas. Penebalan daun terjadi karena cekaman garam


(49)

yang diberikan pada tanaman menyebabkan tanaman menjadi sukulen sebagai adaptasi terhadap cekaman garam. Longstreth dan Nobel (1979) menyatakan pemamparan tanaman dalam kondisi salin dapat memicu perubahan pada ketebalan daun. Daun menjadi lebih sukulen sebagai adapatasi terhadap cekaman NaCl. Hal ini dilakukan untuk menurunkan resistensi terhadap penyerapan CO2

serta meningkatkan laju fotosintesis dengan cara meningkatkan permukaan internal daun. Menurut Sipayung (2003), salinitas klorida umumnya menambah sukulensi pada banyak spesies tanaman. Dengan adaptasi struktural ini konduksi air akan berkurang dan mungkin akan menurunkan kehilangan air pada transpirasi.

4.9 Kerapatan Stomata (n/mm)

Analisis sidik ragam rata-rata kerapatan stomata tiga varietas cabai rawit pada beberapa tingkat salinitas (Lampiran 8.b, 8.c) menunjukkan bahwa salinitas dan varietas berpengaruh nyata terhadap kerapatan stomata adaksial dan abaksial, interaksi keduanya juga berpengaruh nyata. Pengaruh tingkat salinitas terhadap tebal daun dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Rata-rata kerapatan stomata adaksial dan abaksial (n/mm) tiga varietas cabai rawit pada berbagai tingkat salinitas

Varietas Konsentrasi NaCl (ppm) Rata-rata kerapatan

stomata adaksial

0 2000 4000 6000 8000 10000

(V1) Lokal 81,07b (±10,03) 69,49b (0) 63,7b (±10,03) 157,91c (±10,03) 46,33c (±10,03) 34,75d (±0,006) 58,87a (V2) Genie 57,91c (±10,03) 34,75c (±10,03) 34,75d (±17,37) 34,75d (0) 23,16d (±10,03) 17,37d (0) 33,78b (V3) Bhaskara 110,0a (±20,06) 81,08b (±10,03) 69,49b (0) 46,33c (±10,03) 34,75d (±17,37) 17,37d (0) 59,84a

Rata-rata 83,0a 61,77a 55,98b 46,33b 34,75c 23,16c

Rata-rata kerapatan stomata abaksial (V1) Lokal 237,44b (±10,03) 277,97a (0) 266,39b (±10,03) 196,9c (±10,03) 191,11c (±10,03) 173,73d (±0,006) 223,92a (V2) Genie 167,94d (±10,03) 138,99e (±10,03) 133,19e (±17,37) 110,03f (0) 81,08g (±10,03) 57,91h (0) 114,86b (V3) Bhaskara 167,94d (±20,06) 156,36d (±10,03) 138,99e (0) 121,61e (±10,03) 104,24f (±17,37) 86,97g (0) 129,33b

Rata-rata 191,11a 191,11a 179,52a 142,85b 125,48b 106,17c


(50)

Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa rata-rata kerapatan stomata adaksial paling besar pada kombinasi perlakuan varietas Bhaskara (V3) dan tingkat pemberian NaCl 0 ppm yaitu 110/mm, kerapatan stomata adaksial tersebut berbeda nyata dengan seluruh kombinasi perlakuan lainnya. Rata-rata kerapatan stomata adaksial paling kecil pada kombinasi perlakuan Varietas Genie (V2) dan varietas Bhaskara (V3) pada tingkat pemberian NaCl 10000 ppm yaitu 17,37/mm, rata-rata kerapatan stomata adaksial tersebut tidak berbeda nyata dengan kerapatan stomata adaksial pada kombinasi perlakuan V1 dan tingkat pemberian NaCl 10000 ppm, kerapatan stomata adaksial V2 dan V3 pada tingkat pemberian NaCl 8000 ppm, dan kerapatan stomata adaksial V2 pada tingkat pemberian NaCl 4000 ppm dan 6000 ppm. Rata- rata kerapatan stomata abaksial paling tinggi pada kombinasi perlakuan varietas Lokal (V1) dan tingkat pemberian NaCl 2000 ppm yaitu 277,97/mm, kerapatan stomata abaksial tersebut berbeda nyata dengan seluruh kombinasi perlakuan lainnya. Rata-rata kerapatan stomata abaksial paling kecil pada kombinasi perlakuan varietas Genie (V2) dan tingkat pemberian NaCl 10000 ppm yaitu 57,91/mm, kerapatan stomata abaksial tersebut berbeda nyata dengan seluruh kombinasi perlakuan lainnya.

Pengaruh salinitas terhadap kerapatan stomata adaksial dan abaksial tiga varietas cabai rawit dapat dilihat pada Gambar 11 dan 12.

Gambar 11. Pengaruh salinitas terhadapkerapatan stomata adaksial (n/mm) (V1 = -8,77x + 80,79 dan R2 = 0,98; V2 = -6,78x + 50,74 dan R2 = 0,83; V3 = -17,87x + 104,5 dan R2 = 0.98)


(51)

Gambar 12. Pengaruh salinitas terhadap kerapatan stomata abaksial (n/mm) (V1 = -18,53x + 270,2 dan R2 = 0,65; V2 = -21,34x + 168,2 dan R2 = 0,98; V3 =

-16,54x + 170,7 dan R2 = 0.99)

Berdasarkan Gambar 11 dan 12 dapat dilihat bahwa kerapatan stomata adaksial dan abaksial ketiga varietas tanaman cabai rawit menurun seiring dengan meningkatnya pemberian NaCl hingga 10000 ppm. Laju penurunan kerapatan stomata adaksial terbesar terdapat pada varietas Bhaskara yaitu 17,87/mm, varietas Lokal (V1) adalah 08,77/mm dan varietas Genie (V2) adalah 6,78/mm setiap ppm peningkatan salinitas. Kerapatan stomata abaksial mengalami laju penurunan terbesar pada varietas Genie yaitu adalah 21,34/mm, varietas Lokal adalah 18,53/mm dan varietas Bhaskara adalah 16,54/mm setiap ppm peningkatan salinitas.

Stomata merupakan porus atau lubang pada epidermis yang terdapat pada bagian- bagian tumbuhan, terutama pada bagian daun, permukaan atas (adaksial) maupun permukaan bawah (abaksial), atau hanya terdapat pada bagian adaksial saja (Sutrian, 2004). Penurunan jumlah stomata berhubungan dengan berkurangnya kemampuan akar dalam menyerap air pada kondisi salin akibat tingginya tekanan osmotik larutan tanah (Poljakoff, 1975) yang mengakibatkan kadar air dalam tubuh tumbuhan berkurang sehingga tanaman melakukan adaptasi dengan mengurangi jumlah stomata untuk mencegah penguapan. Neto et al.


(52)

(2004) menyatakan bahwa perlakuan cekaman salin menyebabkan terjadinya penurunan pada luas daun. Penurunan luas daun akibat pemberian NaCl akan menyebabkan berkurangnya jumlah stomata adaksial maupun abaksial. Sipayung (2003) menyatakan bahwa ukuran daun yang lebih kecil sangat penting untuk mempertahankan turgor.


(1)

Lampiran 3. Foto perbandingan tinggi tanaman tiga varietas cabai rawit (a) Lokal (b) Genie (c) Bhaskara

(a)

(b)


(2)

Lampiran 4. Foto tebal daun, kerapatan stomata adaksial dan abaksial tiga varietas cabai rawit

Foto tebal daun tiga varietas cabai rawit (a) Lokal (b) Genie (c) Bhaskara

(a) (b) (c)

Foto Kerapatan Stomata Adaksial (a) Lokal (b) Genie (c)Bhaskara

(a) (b) (c)

Foto Kerapatan Stomata Abaksial (a) Lokal (b) Genie (c)Bhaskara


(3)

Lampiran 5. Daftar Sidik Ragam Respon Tinggi Tanaman, Diameter Batang dan Diameter Akar Tiga Varietas Cabai Rawit Terhadap Peningkatan Salinitas

a. Daftar Sidik Ragam Respon Tinggi Tanaman Tiga Varietas Cabai Rawit Terhadap Peningkatan Salinitas

SK dB JK KT FHitung F tabel

5% 1%

Perlakuan 17 15473,77 910,22 12,88* 1,93 2,54 S(salinitas) 5 4946,73 989,35 13,95* 2,48 3,58 V(varietas) 2 10358,37 5179,19 73,08* 3,26 5,25 Interaksi SxV 10 168,69 16,87 0,23tn 2,10 2,86

Galat 36 2551,61 70,88

Total 53 18025,37

Ket: tanda (*) menyatakan berbeda nyata setelah uji jarak Duncan 5% Tanda (tn) menyatakan berbeda tidak nyata

b. Daftar Sidik Ragam Respon Diameter Batang Tiga Varietas Cabai Rawit Terhadap Peningkatan Salinitas

SK dB JK KT FHitung F tabel

5% 1%

Perlakuan 17 0,595 0,035 51,59* 1,93 2,54

S(salinitas) 5 0,413 0,082 121,68* 2,48 3,58

V(varietas) 2 0,118 0,059 87,17* 3,26 5,25

Interaksi SxV 10 0,063 0,0063 9,38* 2,10 2,86

Galat 36 0,024 0,00068

Total 53 0,619

c. Daftar Sidik Ragam Respon Diameter Akar Tiga Varietas Cabai Rawit Terhadap Peningkatan Salinitas

SK DB JK KT FHitung F tabel

5% 1%

Perlakuan 17 0,222 0,013 12,62* 1,93 2,54

S(salinitas) 5 0,142 0,028 27,57* 2,48 3,58

V(varietas) 2 0,075 0,038 36,6* 3,26 5,25

Interaksi SxV 10 0,042 0,0042 4,09* 2,10 2,86

Galat 36 0,037 0,001


(4)

Lampiran 6. Daftar Sidik Ragam Respon Berat Kering Tajuk Tiga, Berat Kering Akar dan Rasio Tajuk Akar Varietas Cabai Rawit Terhadap Peningkatan Salinitas

a. Daftar Sidik Ragam Respon Berat Kering Tajuk Tiga Varietas Cabai Rawit Terhadap Peningkatan Salinitas

SK DB JK KT FHitung F tabel

5% 1%

Perlakuan 17 264,18 15,54 8,89* 1,93 2,54

S(salinitas) 5 106,24 21,25 12,15* 2,48 3,58

V(varietas) 2 142,22 71,11 40,68* 3,26 5,25

Interaksi SxV 10 15,72 1,57 0,89tn 2,10 2,86

Galat 36 62,94 1,75

Total 53 327,12

b. Daftar Sidik Ragam Respon Berat Kering Akar Tiga Varietas Cabai Rawit Terhadap Peningkatan Salinitas

SK DB JK KT FHitung F tabel

5% 1%

Perlakuan 17 22,53 1,33 4,54* 1,93 2,54

S(salinitas) 5 17,67 3,53 12,1* 2,48 3,58

V(varietas) 2 0,98 0,49 1,68 tn 3,26 5,25

Interaksi SxV 10 3,87 0,39 1,33 tn 2,10 2,86

Galat 36 10,55 0,29

Total 53 33,07

c. Daftar Sidik Ragam Respon Rasio Tajuk Akar Tiga Varietas Cabai Rawit Terhadap Peningkatan Salinitas

SK DB JK KT FHitung F tabel

5% 1%

Perlakuan 17 71,35 4,19 4,79* 1,93 2,54

S(salinitas) 5 3,70 0,74 0,84 tn 2,48 3,58

V(varietas) 2 65,85 32,92 37,6* 3,26 5,25

Interaksi SxV 10 1,79 0,18 0,20 tn 2,10 2,86

Galat 36 31,52 0,87


(5)

Lampiran 7. Daftar Sidik Ragam Respon Jumlah Klorofil a, Jumlah Klorofil b dan Jumlah Klorofil Total Tiga Varietas Cabai Rawit Terhadap Peningkatan Salinitas

a. Daftar Sidik Ragam Respon Jumlah Klorofil a Tiga Varietas Cabai Rawit Terhadap Peningkatan Salinitas

SK DB JK KT FHitung F tabel

5% 1%

Perlakuan 17 0,52 0,031 11,58* 2,26 3,19

S(salinitas) 5 0,18 0,036 13,43* 2,77 4,25

V(varietas) 2 0,21 0,1 39,24* 3,55 6,01

Interaksi SxV 10 0,14 0,013 4,9* 3,41 3,51

Galat 36 0,48 0,0026

Total 53 0,57

b. Daftar Sidik Ragam Respon Jumlah Klorofil b Tiga Varietas Cabai Rawit Terhadap Peningkatan Salinitas

SK DB JK KT FHitung F tabel

5% 1%

Perlakuan 17 0,82 0,048 2,22tn 2,26 3,19

S(salinitas) 5 0,24 0,047 2,17tn 2,77 4,25

V(varietas) 2 0,11 0,054 2,49tn 3,55 6,01

Interaksi SxV 10 0,47 0,047 2,2 tn 3,41 3,51

Galat 36 0,39 0,022

Total 53 1,21

c. Daftar Sidik Ragam Respon Jumlah Klorofil Total Tiga Varietas Cabai Rawit Terhadap Peningkatan Salinitas

SK DB JK KT FHitung F tabel

5% 1%

Perlakuan 17 2,77 0,16 5,09* 2,26 3,19

S(salinitas) 5 0,66 0,13 4,06 tn 2,77 4,25

V(varietas) 2 1,45 0,73 22,68* 3,55 6,01

Interaksi SxV 10 0,66 0,066 2,03 tn 3,41 3,51

Galat 36 0,58 0,032


(6)

Lampiran 8. Daftar Sidik Ragam Respon Kerapatan Stomata Adaksial, Kerapatan Stomata Abaksial dan Tebal Daun Tiga Varietas Cabai Rawit Terhadap

Peningkatan Salinitas

a. Daftar Sidik Ragam Respon Kerapatan Stomata Adaksial Tiga Varietas Cabai Rawit Terhadap Peningkatan Salinitas

SK DB JK KT FHitung F tabel

5% 1%

Perlakuan 17 31441,18 1849,48 17,41* 1,93 2,54 S(salinitas) 5 20440,87 4088,17 38,5* 2,48 3,58 V(varietas) 2 7277,66 3638,83 34,27* 3,26 5,25 Interaksi SxV 10 3722,65 372,26 3,5* 2,10 2,86

Galat 36 3822,55 106,18 Total 53 35263,73

b. Daftar Sidik Ragam Respon Kerapatan Stomata Abaksial Tiga Varietas Cabai Rawit Terhadap Peningkatan Salinitas

SK DB JK KT FHitung F tabel

5% 1%

Perlakuan 17 192867,61 11345,15 112,82* 1,93 2,54 S(salinitas) 5 59455,39 11891,08 118,25* 2,48 3,58 V(varietas) 2 126314,03 63157,01 628,05* 3,26 5,25 Interaksi SxV 10 7098,19 709,82 7,06* 2,10 2,86

Galat 36 3620,25 100,56

Total 53 196487,86

c. Daftar Sidik Ragam Respon Tebal Daun Tiga Varietas Cabai Rawit Terhadap Peningkatan Salinitas

SK DB JK KT FHitung F tabel

5% 1%

Perlakuan 17 0,02 0,0012 13,95* 1,93 2,54

S(salinitas) 5 0,013 0,0026 30,23* 2,48 3,58

V(varietas) 2 0,0032 0,0016 18,6* 3,26 5,25

Interaksi SxV 10 0,0038 0,00038 4,41* 2,10 2,86

Galat 36 0,0031 0,000086