Otoritas Manajemen Negara pengenalan. Sertifikat hanya diberikan ketika kondisi berikut telah dipenuhi:
- Otoritas Ilmiah Negara pengenalan menyarankan bahwa pengenalan tidak akan merugikan kelangsungan hidup spesies yang terlibat, dan
- Otoritas Manajemen Negara pengenalan puas bahwa setiap spesimen hidup akan jadi ditangani untuk meminimalkan risiko cedera, kerusakan
kesehatan atau perlakuan kejam. 7. Sertifikat sebagaimana dimaksud pada ayat 6 Pasal ini dapat diberikan atas
saran dari Otoritas Ilmiah, dalam konsultasi dengan otoritas ilmiah nasional lain atau, bila, otoritas ilmiah internasional yang sesuai,
sehubungan dengan masa tidak lebih dari satu tahun untuk jumlah total spesimen untuk diperkenalkan pada periode tersebut.
2. Perlindungan Hukum terhadap Spesies Langka Flora dan Fauna Liar dalam Ranah Hukum Nasional
a. Instrumen-instrumen hukum yang relevan:
1 UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya.
Pengertian konservasi sumber daya alam hayati menurut pasal 1 ayat 2 UU No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber
Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dirumuskan bahwa” pengelolalaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatanya
dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas
keanekaragaman dan nilainya”. Dengan demikian konservasi dalam undang-undang ini mencakup pengelolaan sumber alam
hayati, yang termasuk didalamnya hutan
7
. Sasaran konservasi yang ingin dicapai menurut UU No. 5 Tahun 1990, yaitu
8
: a. Menjamin terpeliharanya proses ekologis yang menunjang
sistem penyangga kehidupan bagi kelangsungan pembangunan dan kesejahteraan manusia perlindungan sistem penyangga
kehidupan; b. Menjamin terpeliharanya keanekaragaman sumber genetik dan
tipe-tipe ekosistemnya
sehingga mampu
menunjang pembangunan, ilmu pengetahuan, dan teknologi yang
memungkinkan pemenuhan
kebutuhan manusia
yang menggunakan sumber daya alam hayati bagi kesejahteraan
pengawetan sumber plasma nutfah; c. Mengendalikan cara-cara pemanfaatan sumber daya alam
hayati sehingga terjamin kelestariannya. Akibat sampingan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kurang bijaksana, belum
harmonisnya penggunaan dan peruntukan tanah serta belum berhasilnya sasaran konservasi secara optimal, baik di darat
maupun di perairan dapat mengakibatkan timbulnya gejala erosi genetik, polusi, dan penurunan potensi sumber daya alam
hayati pemanfaatan secara lestari.
2 PP No. 68 Tahun 1998 terkait pengelolaan Kawasan Suaka
Alam KSA dan Kawasan Pelestarian Alam KPA. Peraturan Pemerintah RI No 68 tahun 1998
sebelumnya telah mendefinisikan:
7
Santosa, Andri. 2011. Status Kehutanan Masyarakat di Indonesia. Pdf
8
Departemen Kehutanan, 1992, Informasi Undang-Undang, http:dephut.go.id
, diakses 05 Oktober 2013
1. Kawasan Suaka Alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di daratan
maupun di perairan, yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan
keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya, yang juga berfungsi sebagai
wilayah sistem penyangga kehidupan. 2. Kawasan Pelestarian Alam adalah kawasan
dengan ciri khas tertentu, baik di daratan maupun di perairan, yang mempunyai
fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman
jenis tumbuhan
dan satwa,
serta pemanfaatan secara lestari sumber daya
alam hayati dan ekosistemnya. PP No 68 Tahun 1998, sebagaimana juga UU No 5
Tahun 1990, tidak membatasi lingkupnya hanya pada hutan atau kawasan hutan
negara. Selanjutnya PP tersebut merinci, yang termasuk ke dalam Kawasan Suaka
Alam KSA adalah cagar alam
dan suaka
margasatwa . Sedangkan yang tergolong
Kawasan Pelestarian Alam KPA adalah taman nasional
, taman hutan raya
tahura, serta
taman wisata alam .
3. PP No. 8 Tahun 1999 terkait pemanfaatan tumbuhan
dan satwa
liarTSL Pengambilanpenangkapan Tumbuhan dan
Satwa Liar TSL baik komersial maupun
non komersial dari habitat alam hanya dapat dilakukan di luar kawasan pelestarian
alam Taman Nasional, Taman Wisata Alam, Taman Hutan Raya, kawasan suaka
alam Cagar Alam, Suaka Marga Satwa atau taman buru. Pasal 5 ayat 1
Kepmenhut No. 447Kpts-II2003 dan wajib diliput dengan izin Pasal 26 ayat 1
Kepmenhut No. 447Kpts-II2003. 4. Izin
PengambilanPenangkapan Non
Komersial Jenis TSL dari Habitat Alam Izin pengambilan atau penangkapan non
komersial TSL dapat diberikan kepada: perorangan, Lembaga Konservasi, lembaga
peneliti, perguruan tinggi, LSM. Izin pengambilan
atau penangkapan
non komersial TSL dari habitat alam untuk
jenis yang tidak dilindungi dan jenis yang dilindungi yang ditetapkan sebagai satwa
buru yang termasuk dalam Apendiks II, III, dan Non-apendiks CITES diberikan oleh
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam sedangkan jenis yang dilindungi
lainnya dan atau jenis yang termasuk dalam Apendiks I CITES diberikan oleh Menteri
Kehutanan setelah mendapat rekomendasi dari otoritas keilmuan bahwa pengambilan
atau penangkapan tidak akan merusak
populasi di habitat alam. Pasal 29 ayat 2 Kepmenhut No. 447Kpts-II2003.
9
3 PP No. 36 Tahun 2010 terkait pengusahaan pariwisata alam di
suaka margasatwa SM, taman nasional TN, taman hutan raya Tahura dan taman wisata alam TWA.
Taman nasional mempunyai
ekosistem asli yang
dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi.
Taman hutan raya untuk tujuan koleksi tumbuhan dan satwa yang
dimanfaatkan bagi
kepentingan penelitian,
ilmu pengetahuan,
pendidikan, menunjang
budidaya, budaya,
pariwisata dan rekreasi. Taman wisata alam dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam.
4 UU No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan
Aspek lingkungan hidup ini penting didasarkan pada upaya pelestarian dan perlindungan terhadap kekayaan alam
sebagai hak bersama untuk dinikmati dan wajib dijaga agar dapat terus memberi faedah dalam kesehariannya. Tidak terlepas dari
itu, bidang kehutanan sebagai salah satu bagian dari Lingkungan Hidup media spesies flora, merupakan karunia Tuhan Yang Maha
Esa dan salah satu kekayaan alam yang sangat penting bagi manusia. Hal ini diakibatkan banyaknya manfaat yang sdapat
diambil dari hutan dalam mengamankan flora maupun fauna. dengan itu ada kewajiban menjaga keselarasan, keseimbangan
serta keharmonisan jagad raya serta dengan memperhatikan kehidupan keberlanjutan dimasa yang akan datang.
9
http:blogmhariyanto.blogspot.com201001izin-pengambilanpenangkapan tumbuhan.htmlsthash.LjPrDoMx.dpuf
, Download 15 Desember 2013, Pukul 06.00 WIB.
Dengan banyak manfaat tersebut, hutan pun menjadi sangat idola bagi pemanfaatan sumber daya kekayaan alam. Faktor ini
pun menjadi alasan utama eksploitasi hutan. Padahal jika dicerna keberadaan hutan tidak hanya dapat dilihat dari sisi ekonomis saja
tetapi juga dari social budaya, dimana hutan sebagai tempat tinggal berbagai macam mahluk hidup manusia,binatang, dan
tumbuhan serta dari sisi kesehatan sebagai paru-paru dunia, senjata ampuh bagi “Global Warming” serta banyak manfaat
lain.. Dalam peraturan kehutanan ini diatur aspek Pidana didalam yang dapar membatasi dan mengatur penerapan penjatuhan sanksi
bagi siapa saja yang melakukan pengerusakan dan pencemaran hutan. Dengan adanya aspek hukum pidana dalam bidang
kehutanan ini setidaknya dapat meminimalisir adanya kerugian tersebut.
b. Institusi Pendukung