B. RUMUSAN MASALAH
Berangkat dari apa yang telah dipaparkan dalam latar belakang masalah, maka masalah yang menarik untuk dirumuskan adalah: Mengapa 11 orang Caleg
Perempuan di kelurahan Tewah pada Pemilu Legislatif Tahun 2009 di kabupaten Gunung Mas Tidak ada yang lolos?
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yang hendak di capai adalah:
Memaparkan secara mendalam realitas yang menyebabkan tidak lolosnya 11 orang calon legislatif perempuan di Tewah, pada Pemilu Legislatif tahun 2009 di
Kabupaten Gunung Mas.
D. KAJIAN PUTAKA
Dari karya-karya yang penulis temukan, Penulis melihat bahwa topik Perempuan dan Politik bukanlah karya yang baru. Pembahasan tentang Perempuan
dan Politik sudah pernah ditulis. Seperti dalam junal yang ditulis oleh Melani Budianta dengan judul:
Indonesian womens responses to violence: towards an alternatif concepts of human security.
Dalam karyanya dipaparkan. Perempuan Aceh menunjukan komitmen perdamaian yang bukan hanya pada budaya nilai, tetapi
digaris bawahi pentingnya menghormati orang lain untuk sebuah perdamaian. Mereka berkeyakinan bahwa partisipasi perempuan dalam demokrasi adalah penting, untuk
perdamaian dan keamanan. Termotivasi oleh urgensi untuk mencapai Negara
berdasarkan perdamaian dan keadilan, maka yang dilakukan perempuan di Aceh adalah memberi kontribusi bagi perempuan dalam memperjuangkan perdamaian dan
keamanan di negeri ini, dan juga memperjuangkan 30 partisipasi dalam semua proses pengambilan keputusan politik.
10
MarIyah, Chusnul, dalam jurnalnya yang berjudul
: Indonesian political transition,
democracy and women’s movements
: experience and reflections.
Dipaparkan dalam karya ini Gerakan perempuan beralih kepada kepentingan spesialis
Gender praktis dan isu-isu yang harus diperhatikan adalah keadilan Gender, kesetaraan Gender, dan kehadiran politik di Indonesia.Perempuan harus mengambil
inisiatif untuk membangun perdamaian, membangun budaya politik demokratis yang melibatkan perempuan mengambil keputusan.Hak Asasi Manusia adalah kerangka
kerja utama demokrasi.
11
Jurnal selanjutnya ditulis oleh Theo-Ben Guribab and Pia Cayetano yang berjudul:
WOMEN IN POLITICS, The
Fight to End Violence Against Women
. Dalam jurnal ini dipaparkan,
Kehadiran perempuan dalam berpolitik diharapkan membawa pandangan yang berbeda, bakat dan perspektif untuk politik dan membantu dalam
agenda politik. Dengan adanya perempuan di parlemen akan ikut mencerminkan dampak positif. Dengan representasi perempuan dalam politik, akan menghilangkan
10
Opcit, jurnal Melani Budianta
11
MarIyah, Chusnul. Indonesian political transition, democracy and womens movements: experience and reflections. Inter-Asia Cultural Studies 1, no. 2 August 2000: Academic Source Complete,
EBSCOhostaccessed April 2, 2011.
segala bentuk kekerasan terhadap perempuan, seperti di Rwanda, Pakistan, dan Swedia.
12
Joni Lovenduski 2005, dalam buku “
Feminizing Politics
” mencoba mencari jawaban atas pertanyaan: apakah feminisasi politik bisa sungguh-sungguh terjadi?
Apakah benar kaum perempuan bisa membuat perbedaan dalam kehidupan politik, jika seperti itu yang terjadi, maka berada dalam kondisi seperti apa?. Pertanyaan
seperti inlah yang dicoba dicari jawabannya oleh Joni Lovenduski, dengan menggali berbagai perubahan yang terjadi dalam perwakilan politis di inggris sejak tahun 1960.
Masalah politik di inggris memang menjadi perhatian utama, tetapi dalam hal ini pun ia memberi deskripsi tentang sistem politik di luar inggris. Lovenduski kemudian
mempertimbangkan bahwa keberadaan lembaga, proses, dan prosedur menjadi faktor yang mempengaruhi perubahan jumlah perempuan dalam politik. Tulisan ini memuat
perdebatan mengenai peranan perempuan dalam politik dewasa ini, secara cerdas. Pembagian kerja dan sosialisasi gender di dalam keluarga mempengaruhi
persepsi masyarakat tentang hal yang pantas atau tidak dikerjakan oleh perempuan dan laki-laki di ranah publik. Peran gender jelas merupakan konstruksi sosial
sekaligus konstruksi politik. Kumpulan artikel Prisma dalam buku yang berjudul Perempuan dalam Wacana Politik Orde Baru, Liza Hadiz sebagai editor yang
diterbitkan oleh: Pustaka LP3ES Indonesia, anggota Ikapi, memaparkan partisipasi kaum perempuan dalam pengambilan keputusan yang mensyaratkan restrukturisasi di
setiap institusi. Buku ini memuat Represi politik selama tiga puluh tahun lebih yang
12
Gurirab, Theo-Ben, and Pia Cayetano.WOMEN IN POLITICS.UN Chronicle 47, no. 1 March 2010: 33-36. Academic Source Complete, EBSCOhost accessed March 25, 2011.
dialami oleh bangsa Indonesia, menghasilkan dampak yang sangat besar terhadap keterampiulan berpolitik dan berorganisasi masyarakat sipil. Memasuki era reformasi,
kaum perempuan masih dihambat oleh niai-nilai budaya dan struktur politik yang tidak mendukung penuh keterlibatan perempuan dalam urusan politik.
Digambarkan dalam jargon politik, bahwa dunia politik adalah dunia milik laki-laki yang cara pandangnya selalu maskuln. Rosida Tiurma Manurung dalam
buku Gender and Politics yang diedit oleh Siti Hariti Sastriyani yang diterbitkan atas kerjasama Pusat Studi Wanita UGM dengan Sekolah PascaSarjana UGM dan
Penerbit Tiara Wacana, menulis ketidakberpihakan jargon politik terhadap perempuan di Indonesia. Perempuan tidak perlu terjun ke kancah politik, karena
politik itu kotor. Perempuan yang digambarkan sebagai sosok yang halus dan lembut tidak cocok berada di zona politik yang penuh intrik dan dipenuhi oleh aroma
“kecurangan”, konspirasi, persekongkolan, dan hal-hal yang kejam. Hal-hal inilah yang mengakibatkan perempuan diwanti-wanti supaya jangan berani memasuki
wilayah politik. Konstruksi yang demikian mengakibatkan kaum perempuan yang terjun ke dunia politik masih sedikit. Akibat dari jargon politik di atas, kaum laki-laki
menjadi pihak yang diuntungkan, karena mereka mendominasi wilayah politik di Indonesia. Padahal, kesempatan perempuan berpolitik dan duduk menjadi anggota
legislative semakin terbuka ketika dikeluarkannya Undang-Undang Pemilu yang pada pasal 65 ayat 1 mencantumkan bahwa keterwakilan perempuan di legislatif sebanyak
30. Kehidupan politik selalu mengalami dinamika, berjalan terus menerus
mengikuti arus zaman. Astrid Anugrah menulis pula tentang kiprah perempuan dalam
politik, dalam bukunya yang berjudul: Keterwakilan Perempuan dalam berpolitik diterbitkan oleh Pancuran Alam. Dalam karya ini dipaparkan bahwa UU No 2 Tahun
2008 yang diundangkan pada 4 Januari 2008, melalui Lembaran Negara No 2 Tahun 2008 tentang partai politik, menggantikan UU No 312 Tahun 2002 sebagai hasil
respons dinamika politik atas masalah kehidupan kepartaian poplitik di Negara ini. Hal penting yang diatur oleh UU no 2 Tahun 2008, adalah tentang masalah isu
gender.UU No 2 tahun 2008, dapat dikatakan sebagai lebih
revolusioner
di bidang kesetaraan gender. Karena menurut UU Parpol baru ini, secara tegas diatur bahwa
pendirian dan pembentukan partai politik, harus menyertakan menimal 30 keterwakilan perempuan. Selanjutnya, dengan kehadiran UU No 10 tahun 2008
memperkenalkan sisitem affirmatif action, tersedia peluang bagi kaum perempuan di Indonesia masuk dalam kepengurusan partai dan anggota parlemen.
Tulisan mengenai kisah nyata perempuan biasa yang terjun di jalur politik formal yang ditulis oleh Nurul Sutarti, dkk. Dalam buku yang berjudul: Menyibak
Tabir Perempuan Berpolitik, yang diterbitkan oeh Yayasan Krida Paramida Surakarta. Dalam buku ini dipaparkan tabir yang selama ini jarang tersingkap tentang
beragam kendala yang sungguh tidak mudah diterobos, ketika seorang perempuan berani tampil ke depan dan terjun di dunia politik praktis, dengan cara mencalonkan
diri sebagai bakal calon legilatif di kabupatenkota masing-masing dan tingkat provinsi Jawa Tengah pada tahun 2004.
Cukup banyak hal fantastis berkaitan dengan keperempuanan Indonesia modern yang ditampilkan dalam berbagai pernyataan, misalnya dalam hal politik.
Buku yang berjudul Perempuan Dan Politik Tubuh Fantastis yang ditulis oleh
Primarianti dkk, yang diedit oleh Arimbi dkk. Menulis tentang zaman modern dengan industrialisasi dan urbanisasi telah membuat tubuh manusia lebih dipahami sebagai
sebuah mesin dengan kekuatan dan kapasitas daya kerja yang terukur dan diatur-atur. Tubuh manusia modern menjadi perlu dimanfaatkan secara industrious berlebihan
dan fantastis demi kepentingan pihak-pihak tertentu. Isi dari buku ini juga menceritakan kiprah penguasa yang tidak hanya berhenti pada aksi melegitimasi
kekuasaan untuk mengontrol kaum perempuan dengan hegemoni tertentu. Penguasa juga merekayasa suatu keyakinan idiologis sebagai alat yang digunakan untuk
mencapai kepentinga n, yaitu agar kaum perempuan menyadari bahwa peran „tubuh
bukan laki- laki” adalah sebagai ibu rumah tangga dan pendamping suami.Bagi
perempuan, ruang lingkup domestik merupakan bagian dari ruang lingkup publik, sehingga status yang dimilikinya juga lebih rendah.
Dewasa ini kampanye untuk menyuarakan kesederajatan perempuan sudah banyak dilakukan, kenyataannya hasilnya belum begitu optimal. Perempuan masih
saja dipandang sebagai
the second person
makhluk kedua, yang perananya terdomestifikasi sedemikian rupa secara turun-temurun. Akibatnya nasib perempuan
tidak pernah mengalami perubahan yang signifikan. Buku yang ditulis oleh Tari Siwi Utami yang diberi judul: Perempuan Politik Di Parlemen, berisi kumpulan pikiran-
pikiran lepas, baik yang penulis tulis sendiri maupun yang merupakan hasil wawancara dengan penulis, untuk merespon berbagai perkembangan politik pada saat
kepemimpinan Presiden K.H. Abdurrahman Wahid. Transisi politik di Indonesia yang bergulir sejak terpilihnya K.H. Abdurrahman Wahid sebagai Presiden
memberikan nuansa baru dalam proses pemberdayaan perempuan.
Tahun 1998 reformasi telah terjadi. Wajah politik berubah luar biasa, sebuah peluang besar melakukan pembenahan. Orde baru telah ditinggalkan, semangat bulat
melakukan koreksi dan perbaikan kualitas demokrasi demi kehidupan rakyat negeri yang lebih baik. Kemunculan para tokoh perempuan dalam politik bahkan sampai
menjelang Pemilu Presiden menjadi fenomenal. Selanjutnya reformasi yang awalnya dianggap sebagai peluang berganti menjadi kekecewaan politik. Demikianlah alur
politik saat ini dan peta gerakan perempuan yang parsial. Jurnal Perempuan edisi 63, Catatan Perjuangan Politik Perempuan, Mariana Amirudidin sebagai Pimpian
Redaksi, menyajikan catatan panjang tentang kiprah perempuan dalam politik, tantangan dan hambatan dan beberapa kesuksesan.
Setelah melakukan Kajian Pustaka, maka studi tentang Perempuan dan Politik di Tewah pada Pemilu Dewan Perwakilan Rakyat 2009 di Kabupaten Gunung Mas
belum dilakukan penelitian. Studi tentang Perempuan dan Politik sangat menarik untuk studi politik dalam konteks dewasa ini, guna dilihat dari perspektif yang luas.
Pergulatan dan perjuangan perempuan di kancah politik sangat perlu untuk dianalisis. Penulisan ini adalah eksplorasi kondisi Perempuan dan Politik di Kelurahan Tewah
pada Pemilu Legislatif Tahun 2009 di Kabupaten Gunung Mas.
E. MANFAAT PENULISAN