AFILIASI POLITIK KYAI (Studi Keterlibatan Kyai dalam Partai Politik Pada Pemilu Legislatif 2009 di Kabupaten Probolinggo)

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak reformasi bergulir, sepak terjang kyai di dunia politik meningkat. Politik seolah menjadi keharusan yang tidak bisa dipisahkan. Kenyataan tesebut menggambarkan bahwa popularitas dunia politik yang dahulu dianggap tabu, sekarang mampu menggoda siapa pun untuk terjun dan terlibat di dalamnya. Tidak terkecuali para ulama dan kyai. Politik kyai berangkat dari dunia sosial dan kultur yang berbeda. Dalam sejarah perpolitikan nasional, politik kyai memiliki karakter yang berbeda-beda. Seperti Dikatakan Agus Hilman, setiap manuver politik para kyai selalu mengandung dua unsur sekaligus, sakral dan profane antara kejujuran, ketulusan dan kekuasaan.1

Posisi seorang kyai dalam sebuah masyarakat juga tidak bisa dilepaskan dari pribadinya sebagai manusia biasa. Sikap wara’ dan zuhud senantiasa menghiasi pribadinya. Sehingga nampak dalam kehidupan sehari-harinya sebagai pribadi yang taat beragama. Namun, Tak dapat disangkal kadang kyai bertindak yang tidak sepenuhnya sesuai dengan aturan agama. Namun kita juga harus menyadari bahwa kyai juga manusia, tak bisa terlepas dari lupa, salah dan dosa. Seperti Hadist dari Imam Bukhori Muslim, yang artinya:Manusia tidak lepas dari lupa dan dosa(Hadist Riwayat, Imam Bukhori Muslim).

1

(Agus Hilma, 2008. “analis pada Centre for Social Analysis and Transformation (CSAT) di Jakarta”.Jawa Pos Online.April 25)


(2)

Perilaku politik merupakan salah unsur atau aspek perilaku secara umum, disamping perilaku politik, masih terdapat perilaku-perilaku lain seperti perilaku organisasi, perilaku budaya, perilaku konsumen/ekonomi, perilaku keagamaan dan lain sebagainya.2

Perilaku politik meliputi tanggapan internal seperti persepsi, sikap, orientasi dan keyakinan serta tindakan-tindakan nyata seperti pemberian suara, protes, lobi dan sebagainya. Persepsi politik berkaitan dengan gambaran suatu obyek tertentu, baik mengenai keterangan, informasi dari sesuatu hal, maupun gambaran tentang obyek atau situasi politik dengan cara tertentu.3 Sedangkan sikap politik adalah merupakan hubungan atau pertalian diantara keyakinan yang telah melekat dan mendorong seseorang untuk menanggapi suatu obyek atau situasi politik dengan cara tertentu. Sikap dan perilaku masyarakat dipengaruhi oleh proses dan peristiwa historis masa lalu dan merupakan kesinambungan yang dinamis. Peristiwa atau kejadian politik secara umum maupun yang menimpa pada individu atau kelompok masyarakat, baik yang menyangkut sistem politik atau ketidak stabilan politik, janji politik dari calon pemimpin atau calon wakil rakyat yang tidak pernah ditepati dapat mempengaruhi perilaku politik masyarakat.4

Partisipasi politik memang sangat perlu dilaksanakan dilingkungan masyarakat, hal ini karena mempunyai hubungan yang sangat erat dengan 2

http://edikusmayadi.blogspot.com/2011/04/perilaku-politikpemilih.html 3

Fadillah Putra,Partai Politik dan Kebijakan Publik: Edisi Revisi: Jakarta, Pustaka Pelajar: 2004, hal 200

4


(3)

pandangan politik itu sendiri. Sejak awal hingga perkembangan terakhir ini (diera informasi) sekurang-kurangnya terdapat lima pandangan mengenai politik, yaitu;

Pertama, politik ialah usaha yang ditempuh warga negara untuk membiakkan dan mewujudkan kebaikan bersama, Kedua, politik ialah segala hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan negara dan pemerintah, Ketiga, politik sebagai segala kegiatan yang diarahkan untuk mencari dan mempertahankan kekuasaan dalam masyarakat, Keempat, politik sebagai kegiatan yang berkaitan dengan perumusan dan pelaksanaan kebijakan umum, Kelima, politik sebagai konflik dalam rangka mencari dan atau mempertahankan sumber-sumber yang dianggap penting.5

Dalam kehidupan suatu negara, yang selalu melakukan politik adalah kegiatan yang dilakukan pemerintah (lembaga dan peranannya) dan partai politik karena fungsi meraka dalam politik. Oleh karena itu, perilaku politik dapat dibedakan menjadi dua, yakni perilaku politik lembaga-lembaga dan para pejabat pemerintah, serta perilaku politik warga negara biasa baik sebagai individu maupun sebagai kelompok. Pihak pertama (pemerintah) bertanggungjawab untuk membuat, melaksanakan dan menegakkan keputusan politik. Sedangkan pihak kedua (warga negara) tidak mempunyai wewenang seperti pihak pertama, tetapi berhak untuk mempengaruhi pihak pertama dalam melaksanakan fungsinya. Hal ini dikarenakan apa yang dilakukan oleh pihak pertama pasti akan mencakup

5


(4)

pihak kedua. Oleh karena itu kegiatan politik yang dilakukan oleh pihak kedua biasa disebut sebagai partisipasi politik.

Keterlibatan kiai dan santri dalam arena politik di Kabupaten Probolinggo sebenarnya bukan fenomena baru, namun perkembangan moment politik menuntut peranan politik kiai dan santri berubah, khususnya menjelang pemilu 2009 nanti. Namun perkembangan politik yang berubah-ubah tersebut tidak lantas merubah sepenuhnya anggapan masyarakat Probolinggo atas kiai dan santri. kharisma dan wibawa kiai masih tidak tergoyahkan. Hal tersebut dikarenakan corak keberagamaan masyarakat Probolinggo masih kental dengan pola tradisionalis yang menganggap kiai dan santri mampu memimpin masyarakat dalam setiap urusan, baik urusan duniawi seperti urusan sosial, politik dan pemerintahan atapun urusan ukhrowi seperti keberagamaan. Kondisi tersebut menjadikan posisi kiai dan santri memainkan peranan ganda dalam masyarakat. Oleh sebab itu, rumusan masalah ini difokuskan pada peranan kiai dan santri dalam politik praktis menjelang pemilu 2009 dan istrumen yang digunakan menjelang pemilu 2009.

Sehingga dinamika kehidupan masyarakat Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam tidak bisa dilepaskan dari adanya peranan Kyai. Kyai merupakan pemimpin masyarakat yang mempunyai status sosial yang sangat dihormati dan dihargai oleh masyarakat, Ismail menyatakan bahwa :

Para kyai dan ulama adalah pemimpin non formal yang sekaligus berperan sebagai sosok pemimpin spiritual dan posisi mereka sangat dekat dengan kelompok-kelompok masyarakat lapisan bawah terutama di daerah pedesaan. Sebagai pemimpin masyarakat para kyai dan ulama mempunyai jumlah, komunitas


(5)

dan massa yang diikat sebagai hubungan keguyuban yang erat dan ikatan budaya paternalistik. Petuah-petuah mereka akan selalu didengar, diikuti dan dilaksanakan oleh para pengikutnya, komunitas dan massa yang dipimpinnya.

Bagi masyarakat Islam di pedesaan, seorang kyai merupakan pihak yang senantiasa “membentengi” umat dan cita-cita Islam dari pengaruh-pengaruh kekuasaan sekuler.6 Kyai merupakan seorang ahli dalam komunitas muslim yang mempunyai kedudukan dan mempunyai pusat perhatian dalam struktur masyarakat sebagai pemimpin yang mempunyai integritas tinggi, wibawa dan kharisma.

Kyai diartikan sebagai figur pemimpin pondok pesantren, sebagai pemimpin biasanya mutlak mengendalikan segala program yang dicanangkan dan menentukan gerak langkah yang hendak dijalankan. Kyai juga menciptakan dan mendukung setiap apa saja yang dikemukakannya, disamping juga selalu mengusahakan penyesuaian kehidupan pesantren dengan tuntutan dan perkembangan masyarakat. Demikian kuat kekuasaan itu sehingga seolah-olah kiprah Kyai ikut memberikan corak dalam kehidupan pesantren dan masyarakat sekitarnya.

Keberadaan kyai merupakan suatu unsur elemen yang paling esensial dari suatu kehidupan masyarakat. Menurut asal mulanya perkataan kyai dalam bahasa Jawa dipakai tiga jenis gelar yang saling berbeda. Pertama, sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang dianggap keramat, misalnya “Kyai garuda kencana” dipakai untuk sebutan kereta emas yang berada dikeraton Yogyakarta. 6


(6)

Kedua, sebagai gelar kehormatan untuk orang-orang tua pada umumnya. Dan

Ketiga, sebagai gelar kehormatan yang diberikan oleh masyarakat kepada orang ahli agama Islam yang memiliki atau menjadi pemimpin pondok pesantren dan mengajar kitab-kitab klasik kepada santrinya. Selain gelar kyai, juga sering disebut sebagai orang alim.7

Kyai dan tokoh pesantren sering kali menjadi lahan sasaran para politisi dalam membangun basis dukungan politik. Pada setiap Pemilihan Umum (Pemilu) maka suara kyai dan santri selalu diperebutkan bukan saja oleh partai-partai politik berbasis Islam saja melainkan juga partai-partai politik berbasis nasionalis. Dalam upaya meraup simpati dari kalangan Islam yang menjadi pengikut setia kyai, banyak partai politik yang menempatkan kyai dan tokoh pesatren pada jajaran pengurus partai dengan harapan dapat menjadivote getterdalam pemilu.

Kecenderungan ini di satu sisi memperluas akses politik kalangan Islam. Sedikit banyak hal ini tentu juga memberikan perluasan pengaruh Islam pada berbagai kelompok politik, sebagaimana ditandai dengan munculnya sayap Islam dalam PDIP. Di sisi lain, situasi ini juga melahirkan fragmentasi politik yang unik di kalangan umat Islam sendiri, berupa terulangnya oportunisme politik di kalangan tokoh-tokoh politik Islam sebagaimana pengalaman era 1950-an. Pergulatan politik antar tokoh Islam sendiri memperlihatkan kuatnya oportunisme

7

Dofhier, Zanakhyani. 2000.Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup Kyia, Jakarta. LP3ES, hal 55


(7)

di kalangan politisi muslim. Perbedaan afiliasi politik menjadikan mereka nyaris tidak pernah satu suara dalam menyikapi berbagai persoalan politik.8

Di wilayah Probolinggo sosok sang Kyai sangatlah sakral dan sangat diagungkan oleh masyarakat. Ini dapat diketahui dengan melihat begitu fanatiknya masyarakat terhadap Kyai. Masyarakat menganggap bahwa Kyai itu adalah pemimpin, baik sosial maupun keagamaan (pemimpin nonformal). Masyarakat begitu mempercayai atau sangat patuh terhadap apa yang diucapkan oleh Kyai.

Didaerah tapal kuda (Pasuruan, Probolinggo, Situbondo, Bondowoso, Banyuwangi, Jember, dll) khususnya diwilayah kabupaten Probolinggo ini masyarakat disana memiliki kepercayaan dan kepatuhan (patron) yang tinggi kepada Kyai besar atau yang memiliki pondok pesantren yang besar. Kyai merupakan elemen yang paling esensial dari suatu pesantren. Keberadaan seorang Kyai dalam lingkungan sebuah pesantren, adalah laksana jantung dalam kehidupan manusia. Begitu urgen dan esensialnya seorang Kyai, karena dialah pengelola, pengasuh, pemimpin dan terkadang juga pemilik tunggal sebuah pesantren.

Secara ideal, seorang Kyai diharapkan berperan sebagai figur moral dan pemimpin sosial, serta tokoh sentral dalam masyarakatnya, sebab pada merekalah terletak cita-cita dan eksistensi umat. Oleh karena itu ukuran seorang Kyai tidak dapat hanya dilihat dari segi apa yang dilakukannya dan dari karakteristik pribadinya saja, tetapi yang penting sejauh mana masyarakat memberikan pengakuan kepadanya.

8

Prof. Dr. H. Nur Syam, MSi. KYAI, SANTRI DAN POLITIK: Posisi Kyai dan Santri di Era Transisi. hal 1.


(8)

Namun kebanyakan Kyai di Probolinggo banyak yang terjun dalam dunia Politik, baik Kyai kecil (pemilik pondok pesantren kecil) sampai kepada Kyai besar yang (pemiliki pondok pesantren besar) ikut terlibat dalam dunia politik. Dengan banyaknya masa yang dimiliki ini dimanfaatkan oleh kebanyakan Kyai ataupun partai politik untuk ikut ambil bagian dalam dunia politik, dan berharap dengan banyaknya massa yang dimilikinya bisa menjadikan dirinya menjadi kepala daerah maupun sebagai anggota legislatif.

Disisi lain, terdapat Kyai yang meskipun tergolong sebagai Kyai besar, Dia tidak mau terjerembab dalam dunia perpolitikan ditingkat lokal, meskipun itu dalam bentuk dukungan kepada partai politik, maupun penggalangan massa. Dengan semakin sedikitnya Kyai yang benar-benar konsen terhadap ummat tidak menutup kemungkinan perbedaan afiliasi politik kyai, juga bukan mustahil menimbulkan respon beragam dari komunitas masyarakat yang sebelumnya menempatkan kyai sebagai opinion leader ataupun referensi utama pengambilan keputusan yang harus ditaati.

Hal inilah yang melatar belakangi saya untuk melakukan penelitian, dengan memetakan kyai yang mengikuti politik praktis dan mereka yang benar-benar tidak mau ikut dalam dunia perpolitikan praktis, disini saya akan mengambil judul yaitu“AFILIASI POLITIK KYAI” (Studi Keterlibatan Kyai dalam Partai Politik Pada Pemilu Legislatif Tahun 2009 di Kabupaten Probolinggo).


(9)

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan adalah:

1. Bagaimanakah struktur kekuasaan karismatik kyai di Kabupaten Probolinggo?

2. Bagaimanakah pola afiliasi politik kyai pada pemilu pasca reformasi di Kabupaten Probolinggo?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka secara umum dapat diketahui penelitian ini mempunyai tujuan, adalah untuk mengetahui bagaimana perilaku politik afiliasi Politik Kyai pada pemilu legislatif 2009 di Kabupaten Probolinggo.

D. Manfaat Penelitian a. Manfaat Akademis

Secara akademis diharapakn penelitian ini dapat berguna bagi perkembangan ilmu pemerintahan khususnya dibidang perilaku politik. b. Manfaat Praktis

Secara praktis diharapkan dapat menjadi masukan bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti lebih lanjut tentang Afiliasi Politik Kyai yang ada didaerah.

E. Definisi Konseptual

Guna menghindari kesalahpahaman dan ketidakjelasan arti yang ada pada judul penelitian ini, maka peneliti memberikan definisi terhadap variable-variable yang digunakan di dalam penelitian ini. Adapun definisi konsep di dalam penelitian ini diantaranya adalah:


(10)

Konsep budaya politik digunakan untuk mengetahui sejauh mana budaya memainkan peranannya dalam membentuk perilaku kolektif sebuah komunitas politik. Sidney Verba (dalam Deden Faturohman) mendefinisikan budaya politik sebagai “suatu sistem kepercayaan empirik, simbol-simbol ekspresif dan nilai-nilai yang menegaskan suatu situasi dimana tindakan politik dilakukan”. Alan R. Ball juga memberikan pengertian tentang budaya politik sebagai suatu susunan yang terdiri dari sikap, kepercayaan, emosi dan nilai-nilai masyarakat yang berhubungan dengan sistem politik dan isu-isu politik.

Jika dilihat berdasarkan orientasi politik yang dicirikan dalam orientasi waga negara terhadap sistem politik, maka setiap sistem politik akan memiliki budaya politik yang berbeda, yaitu:

a. Budaya politik parokial yaitu budaya politik yang tingkat partisipasi politiknya dalam proses input-output sangat rendah atau mendekati nol. b.Budaya politik subjek, yaitu budaya politik masyarakat yang tingkat

partisipasi masyarakat dalam proses output sudah relatif maju tetapi dalam proses input masih bersifat pasif.

c. Budaya politik partisipan, yaitu budaya politik yang ditandai dengan kesadaran politik yang sangat tinggi. Masyarakat mampu memberikan opininya dan aktif dalam kegiatan politik.9

2. Kyai

9

Faturohman, Deden. danSobari, Wawan. 2001.Pengantar Ilmu Politik. Malang. UMM Press, hal 229


(11)

Istilah kyai pada umumnya dipakai oleh masyrakat jawa untuk menyebut orang lain (bentuk jamak alim dalam Bahasa Arab adalah ulama) dalam tradisi masyarakat muslim. Dhofier menuliskan dalam bukunya kyai biasanya memiliki kharisma dan pada umumnya memimpin sebuah pesantren , mengajarkan kitab-kitab klasik (kitab kuning) dan atau memiliki keterikatan dengan kelompok Islam tradisioanl.10 Dalam bukunya, Teba mengatakan, pemakaian istilah kyai sendiri di Indonesia hanya khas berlaku dalam kultur masyarakat jawa. Sementara didaerah lain, mempunyai istilah yang berbeda-beda, misalnya ajengan untuk masyarakat Sunda. Bendere

untuk masyarakat Madura, buya untuk masyarakat Sumatera Barat,

topanritauntuk masyarakat Sulawesi Selatan dan lain sebagainya.11

Dengan demikian istilah kyai secarra etnografis merupakan istilah lokal, yaitu untuk masyarakat jawa, tetapi secara terminologis dan kultural sama dengan istilah ajengan, buya dan sebagainya. Itu semua merupakan panggilan lokal untuk ulama.

3. Budaya Patronase

Menurut Peter Burke budaya patronase adalah sistem politik yang berlandaskan hubungan pribadi antara pihak-pihak yang tidak setara antara pemimpin (patron) dan pengikut (klien). Masing mewakili kepentingan sektoralnya sendiri. Klien menawarkan dukungan politik serta loyalitas tanpa batas kepada sang patron (pemimpin kekuasaan). Sang patron lalu

10

Suprayogo, Imam. Prof. DR. 2009.Kyai dan Politik. Malang. UIN-Malang Press, hal 55 11


(12)

membalas dukungan politik dengan menawarkan jabatan, pekerjaan dan status sosial kepada klien12.

James C. Scott, Peter Burke dan Sydel F.Silverman dijadikan pegangan untuk menganalisis gejala patronase yang terjadi di wilayah studi ini. Scott (1972) mengatakan bahwa hubungan patronase mengandung dua unsur utama yaitu pertama adalah bahwa apa yang diberikan oleh satu pihak adalah sesuatu yang berharga di mata pihak lain, entah pemberian itu berupa barang ataupun jasa , dan bisa berbagai ragam bentuknya. Dengan pemberian itu pihak penerima merasa berkewajiban untuk membalasnya. sehingga terjadi hubungan timbal balik. Kedua adanya unsur timbal balik yang membedakan dengan hubungan yang bersifat pemaksaan atau hubungan karena adanya wewenang formal.

4. Pemilu Legislatif

Bahwa untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagai penyalur aspirasi politik rakyat serta anggota Dewan Perwakilan Daerah sebagai penyalur aspirasi keanekaragaman daerah sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 22E ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, diselenggarakan pemilihan umum (pemilu); bahwa pemilihan umum secara langsung oleh rakyat merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat guna

12


(13)

menghasilkan pemerintahan Negara yang demokratis berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara republik Indonesia Tahun 1945.13

Pemilihan umum adalah merupakan suatu cara atau sarana untuk menentukan orang-orang yang akan mewakili rakyat dalam menjalankan pemerintahan.14 Dalam abad modern ini, pemilihan umum masih dianggap sebagai cara yang paling demokratis untuk menentukan wakil-wakil rakyat yang akan duduk di lembaga perwakilan rakyat baik Pemilu dilaksanakan dengan sistim distrik maupun proposional.

Pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945.15 Pemilu dilaksanakan setiap 5 (lima) tahun sekali.16 Pemilu tahun 2009 untuk memilih anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota dilaksankan dengan sistem proposional terbuka.17 Oleh karena itu, Pemilu Legislatif, yaitu Pemilu untuk memilih wakil rakyat yang duduk di DPR, DPRD Propinsi, DPRD Kabupaten/Kota dan Dewan Perwakilan Daerah. Pada penelitian ini akan difokuskan pada pemilihan DPRD Kabupaten Probolinggo, khususnya yang berlatar belakang sebagai pemuka agama islam (kyai).

F. Definisi Operasional

13

UU No. 10 Tahun 2008 tentang Pemilu 14

http://suarapartai.com/2010/06/arti-pemilu/ diakses 29 Oktober 2011. 15

UU No. 10 Tahun 2008 Pasal 1 ayat 1 16

Ibid. Pasal 4 ayat 1 17


(14)

Definisi oprasional adalah suatu proses dimana seorang peneliti mengidentifikasi observasi empiris yang dipandang perlu, dan dapat menjadi sebuah indikator-indikator terhadap sebuah konsep.18

Sedangkan definisi opersional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu Variabel (Sofyan Efendi dkk, 1989: 46). Dari definisi tersebut, definisi operasional dapat dirumuskan secara sederhana dapat dipahami sebagai tahapan untuk melakukan penetapan dari gejala indikator yang akan dipelajari, sehingga pada akhirnya nantinya dapat diperoleh sebuah kerangka yang jelas mengenai variabel-variabel penelitian yang sesuai dengan judul penelitian diatas, yaitu Afiliasi politik dan kyai.

1. Struktur Kekuasaan Kyai

Menurut Theodorson, struktur kekuasaan adalah totalitas jaringan hubungan kekuasaan dalam suatu komunitas, baik yang formal maupun yang informal, yang menentukan keputusan-keputusan utama dan tindakan-tindakan utama.

Jadi struktur kekuasaan kyai merupakan suatu bentuk pengaruh dari seorang kyai yang memiliki kapabilitas, kapasitas untuk mempengaruhi, meyakinkan, mengendalikan, baik itu santrinya maupun masyarakat itu sendiri.

Kiai dengan kharisma yang dimilikinya tidak hanya dikategorikan

sebagai elit agama, tetapi juga elit pesantren dan tokoh masyarakat yang

18


(15)

memiliki otoritas tinggi dalam menyimpan dan menyebarkan pengetahuan

keagamaan Islam serta berkompeten dalam mewarnai corak dan bentuk

kepemimpinan terutama dalam pesantren. Tipe kharismatik yang melekat pada

dirinya menjadi tolok ukur kewibawaan pesantren. Dilihat dari segi kehidupan

santri, kharisma kiai merupakan karunia yang diperoleh dari kekuatan dan

anugerah Tuhan.19

Struktur kekuasaan kyai bisa dilihat dari indikator berikut:

a. Besarnya pengaruh kyai

b. Banyaknya santri yang dimiliki

c. Besarnya/banyaknya kekayaan yang dimiliki, baik itu luas pesantren

maupun lahan yang dimilikinya.

2. Afiliasi Politik Kyai

Afiliasi politik kyai merupakan keterlibatan seorang kyai atau lebih dalam dunia politik. Keterlibatan itu baik secara langsung maupun tidak langsung. Keterlibatan secara langsung itu bisa dalam bentuk mencalonkan diri langsung menjadi pejabat politik publik maupun sebagai aktivis politik. Sedangkan keterlibatan secara tidak langsung bisa dalam bentuk dukungan politik dalam hal penggalangan massa maupun dalam bentuk yang lain terkait dengan aktivitas politik yang lain.

Afiliasi politik kyai tersebut bisa dilihat dari beberapa indikator sebagai berikut yaitu:

1. Dilihat dari ideologi politik kyai 19

http://google.comResume Tesis Dinamika Kepemimpinan Kiai Dalam Mengembangkan Lembaga Pendidikan (Studi Kasus Pesantren Tebuireng. Diakses 31 Januari 2012


(16)

2. Kedekatan pribadinya dengan elit-elit politik

3. Dilihat dari banyaknya masyarakat yang memilih partai tersebut.

G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian merupakan kegiatan guna mendapatkan sesuatu yang dilakukan secara sistematis, terencana dan mengikuti konsep ilmiah yang ada. Penelitian pada dasarnya mempunyai tujuan-tujuan dengan cara-cara tertentu untuk memahami suatu obyek (fenomena) yang ada. Uraian yang jelas dan sistematis atas data yang dikumpulkan diharapkan memberi hasil yang maksimal sehingga dapat dikategorikan sebagai tulisan yang mempunyai nilai ilmiah.

Dalam penelitian skripsi ini penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian deskriptif (deskriptive research), yang biasa disebut juga penelitian taksonomik (taxonomic research), dimaksudkan untuk mengeksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti20.

Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk mencapai suatu penelitian yang digunakan sebagai alat guna mencari kebenaran yang rasional, maka diperlukan adanya cara atau prosedur tertentu agar bisa

20


(17)

tercapai tujuan penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, di mana peneliti melakukan pencarian data kepada narasumber, sehingga akhirnya peneliti dapat menggambarkan keadaan dengan jelas.

2. Subyek Penelitian

Subyek penelitian merupakan hal yang sangat penting di dalam penelitian deskriptif. Subyek penelitian ini adalah pihak-pihak yang dianggap dapat memberikan informasi dalam penulisan skripsi ini. Yaitu wawancara dan (interview) secara langsung. Subyek penelitian disini adalah orang-orang yang dipandang memiliki kapabilitas dan mengerti tentang latar belakang dari maksud penelitian ini. Pihak-pihak tersebut adalah:

a. Tokoh Kyai : 4 orang

b. Partai Politik : 3 Partai Politik c. Tokoh Politik : 2 orang

d. KPUD kabupaten Probolinggo

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana penelitian dilakukan untuk mendapatkan informasi serta data-data yang diperlukan oleh peneliti untuk menunjang penelitian. Lokasi penelitian ini dilaksanakan secara sengaja di Kabupaten Probolinggo sejak tahun 2009 dikarenakan lokasi penelitian merupakan daerah tempat peneliti bertempat tinggal,


(18)

sehingga akan lebih mudah bagi peneliti mendapatkan data baik dari tokoh masyarakat (para kyai) maupun dari instansi atau organisasi politik yang terkait dengan penelitian nantinya. Selain itu akan lebih mempermudah peneliti untuk berinteraksi dengan masyarakat sehingga mempermudah peneliti untuk mendapatkan data dari para responden. 4. Sumber Data

a. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini adalah data yang langsung diperoleh di lapangan, baik yang diamati oleh penyusun maupun dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh penulis kepada narasumber. Dalam hal ini data yang diperoleh dari hasil wawancara berdasarkan panduan melalui daftar pertanyaan yang dilakukan penyusun terhadap narasumber dalam hal ini adalah beberapa hal yang disebut diatas pada Kabupaten Probolinggo.

b. Data Sekunder

Dalam penelitian sering kali disebut bahwa sumber data diluar kata-kata dan tindakan adalah sumber data sekunder, walaupun begitu sumber data ini pun mempunyai peranan yang sangat penting didalam suatu penelitian. Sumber data sekunder atau tambahan ini terdiri dari sumber tertulis, foto dan surat kabar dan lain sebagainya.

5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penellitian ini, penulis menggunakan tiga teknik pengumpulan data yaitu:


(19)

a. Teknik Interview

Interview yang sering disebut juga wawancara atau quesioner lisan, adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh Pewancara (Interview) untuk memperoleh informasi dari terwawancara (Interviewner). Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data yang riil yang ada di lapangan.

b. Observasi

Sering kali orang mengartikan observasi adalah sebagai satu proses wawasan yang sempit, yaitu memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata. Didalam pengertian psikologis, observasi atau yang disebut pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera. Jadi mengobsevasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap. Dengan kata lain, apa yang dikatakan ini sebenarnya adalah sebuah pengamatan secara langsung.

c. Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan tehnik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada subyek penelitian.Dokumen yang diteliti dapat berupa berbagai macam, tidak hanya dokumentasi resmi. Dari data yang diperoleh dapat dipelajari sehingga dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan penelitian


(20)

Analisa data merupakan bagian yang sangat penting pada suatu penelitian, sebab pada analisa akan mengungkapkan hasil dari penelitian itu sendiri. Analisa data itu sendiri adalah proses penyerdahanaan data kedalam bentuk yang muda dipahami dan diinterprestasikan. Menurut Patton dalam Lexy J. Moleong analisis data merupakan proses mengatur urutan data, mengkordinasikannya kedalam suatu pola kategori dan satuan uraian dasar21.

Analisa data yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah kualitatif. Dari penelitian ini maka data akan dianalisis dengan penggambaran keadaan obyek berdasarkan data yang obyektif, sehingga data-data yang ada dapat disimpulkan setelah dianalisa terlebih dahulu. Adapun tahapan-tahapan dalam menganalisa data adalah sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Merupakan bentuk analisis yang mempertegas, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu-perlu dan mengatur data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat ditarik dan diverifikasikan.

2. Penyajian Data

Sekumpulan informasi yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan, penyajian data biasanya berupa kata-kata, tabel dan lain sebagainya.

21

Lexy, J. Moleong, 2003. “Metode Penelitian Kualitatif”. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya, hal 103


(21)

3. Menarik Kesimpulan

Menganalisis dan menguji kebenaran validitas data yang ada. Hasil analisis data dapat diartikan sebagai proses pemeriksaan terhadap alur analisis data untuk mengetahui proses munculnya kesimpulan penelitian.


(22)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Jurusan Ilmu Pemerintahan

   

   

Disusun Oleh:

BAGUS PAMUJI RAHARDJO NIM: 08230067

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(23)

(24)

ii

Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Malang Pada

Hari : Jum’at

Tanggal : 4 Maret 2012

Jam : 10.00

Tempat : Jurusan Ilmu Pemerintahan

Dewan Penguji

1. Drs. Krisno Hadi, MA : 2. Drs. Jainuri, M.Si : 3. Dr. Asep Nurjaman, M.Si : 4. Drs. Achmadur Rifa’I, M.Si :

Mengesahkan Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang


(25)

Tempat, Tanggal Lahir : Probolinggo, 04 November 1989

NIM : 08230067

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan : Ilmu Pemerintahan

Menyatakan bahwa Karya Ilmiah/ Skripsi saya yang berjudul:

Afiliasi Politik Kyai (Studi Keterlibatan Kyai Dalam Partai Politik Pada Pemilu Legislatif Tahun 2009 di Kabupaten Probolinggo)

Adalah bukan karya tulis orang lain, baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk ktipan yang telah saya sebutkan sumbernya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi akademik sebagaimana berlaku.

Malang, 28 April 2012


(26)

(27)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan semua rahmat dan hidayahNya. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada Rosulullah Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatNya yang telah berjuan demi tegaknya agama Islam. Dengan ini penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “Afiliasi Politik Kyai (Studi Keterlibatan Kyai dalam Partai Politik Pada Pemilu Legislatif 2009 di Kabupaten Probolinggo)”.

Skripsi ini tersusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Sarjana (S1) di Universitas Muhammadiyah Malang. Melalui kata pengantar ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Muhammadiyah Malang, Bapak DR. Muhadjir Effendy, M. AP beserta jajarannya;

2. Segenap pimpinan FISIP: Dekan FISIP, DR. Wahyudi, M.Si, Pembantu Dekan I DR Asep Nurjaman, M.Si, Pembantu Dekan II Drs. Sulismadi, M.Si, dan Pembantu Dekan III Abdullah M.Si;

3. Segenap Pimpinan Jurusan Ilmu Pemerintahan: Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan DR Tri Sulistyaningsih, M.Si dan Sekretaris Jurusan Drs. Jainuri, M.Si, serta Kepala Laboratorium Ilmu Pemerintahan Drs. Krisno Hadi, MA;

4. Dosen Pembimbing: DR. Asep Nurjaman, M.Si sebagai dosen Pembimbing I dan Drs. Achmadur Rifa’i sebagai dosen Pembimbing II, terima kasih atas dukungan dan arahan keduanya sehingga penulis mampu menyelesakan penulisan skripsi dengan baik.

5. Bapak dan ibu dosen pengajar dilingkungan FISIP UMM, khususnya Dosen Jurusan Ilmu Pemerintahan, terima kasih untuk ilmu yang telah diberikan;

6. Seluruh staff pegawai administrasi Universitas Muhammadiyah Malang.

7. Seluruh narasumber, Gus Dudung selaku pengasuh Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong, Anggota DPRD Kabupaten sekaligus Pengasuh Pondok Pesantren Mambaul Ulum Paiton Bapak KH. Didi Irawadi. Dan KH. Ahsin Ahsanakumullah, Kepala dan seluruh Staff KPUD Kabupaten Probolinggo yang banyak membantu penulis memberikan informasi yang akurat.


(28)

2. Kakak-kakakku tercinta yang juga selalu memberi dukungan dan do’anya kepada Adik terakhirnya ini. Maz Hendro, dan Mba’ Retno (Cepet Nikah yaaaa). Dan juga kepada Ponakan-ponakanku TARUNA dan NANTA jangan nakal,bandel, dan Mokong-mokong yah..

3. Special Edition to MY BE LOVED, chayankq Tersayang FIRDAUSIA

ZETIRA JAYA. Moga-moga cepet lulus juga yah dan semakin dewasa yah chayank dan makasih semua dukungan dan do’anya.

4. Para my Best friendku, si Kacong Ary Indra Djatmika Alias Kembarannya pak S.... M... hehehe, Rizal Zamroni, Ade, Ayu Twin yang gupuhan, dan temenku di Ilmu Pemerintahan kartika, Capunk, Kacong2 dari ARUDAM, Lukman, coco alias peyek, Bahrun, jupy, Hardi si Alay, dll gak bisa nyebutin semua, pokoknya seluruh keluarga besar Ilmu Pemerintahan angkatan 2008. Terima Kasih atas dukungan dan do’anya semoga kalian Sukses selalu.

5. Para penghuni kost L-7 yang koplak-koplak, coco, samy, sulis, yuko, torik, sobirin, ableh. Ndang lulus Reeeek..Maz Nanda ojok maen poker tok maz..hehehehe

Semoga Allah SWT membalas dan segala kebaikan dan amal ibadah mereka dan dijadikan orang yang berguna bagi bangsa dan negara...amieeennn. Dan juga semoga skripsi ini bermanfaat meskipun itu hanya sebagian kecil.

WassalammualaikumWr. Wb.

Malang, 26 Mei 2012


(29)

Surat Pernyataan ... iii

Berita Acara Bimbingan skripsi ... iv

Daftar Isi ... v

Kata Pengantar ... vi

Abstract ... vii

Abstraksi ... viii

Halaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Definisi Konseptual ... 9

F. Definisi Operasional ... 13

G. Metode Penelitian ... 15

BAB II KAJIAN TEORI A. Budaya Politik.. ... 22

1. Konsep Budaya Politik...22

2. Pengertian Budaya Politik...23

3. Tipe-Tipe Budaya Politik...27

4. Sosialisasi Politik Sebagai Wacana Pembentukan Budaya Politik...29

B. Kyai.... ... 30

1. Pengertian Kyai ... 30

2.Kepemimpinan Kyai ... 31


(30)

4. Ciri-ciri Budaya Patronase ... 37

D. Pemilu Legislatif ... 38

BAB III. DESKRIPSI WILAYAH A. Kondisi Umum Kabupaten Probolinggo ... 45

1. Gambaran Umum Kondisi Geografis...45

2. Topografi...47

3. Kependudukan...47

4. Agama ... .. ... 49

5. Tingkat Pendidikan ... 50

6. Potensi Kabupaten Probolinggo ... 51

B. Dinamika Sosial Masyarakat Kabupaten Probolinggo ... 53

1. Karakteristik Sosial Masyarakat Kabupaten Probolinggo ... 53

2. Stratifikasi Sosial Masyarakat Probolinggo ... 54

3. Sistem Kekerabatan ... 55

C. Dinamika Politik Dalam Tinjauan Historis Berdirirnya Kabupaten Probolinggo ... ... 56

1. Kehidupan Politik Masyarakat Probolinggo ... 59

BAB IV. PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Struktur Kekuasaan Kharismatik Kyai... 66

1. Besarnya Pengaruh Dari Figur Kyai ... 69

2. Banyaknya Santri yang Dimiliki oleh Kyai (Pondok Pesantren) ... 73

3. Besarnya Kekayaan yang Dimiliki ... 75

B. Afiliasi Politik Kyai... 77

1. Ideologis Politik Dari Kyai ... 79

2.Kedekatan Pribadinya Dengan Elit Politik ... 83


(31)

(32)

31 (CSAT) di Jakarta” (agushilman@yahoo.co.id).Jawa Pos Online.April 25 Asosiasi Ilmu Politik Indonesia. 1991. Profil Budaya Politik Indonesia. PT

Pustaka Utama Grafiti: Jakarta

Dofhier, Zanakhyani. 2000. Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup Kyia, Jakarta. LP3ES

Faisal, Sanapiah. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada

Faturohman, Deden. 2004.Pengantar Ilmu Politik. Malang. UMM Press:

Gaffer, Afan. 2000. Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi. Pustaka Pelajar: Yogyakarta

Hadi Krisno, 2006.Perilaku Partai Politik. UMM Press: Malang. Hadist Riwayat, Imam Bukhori Muslim

Hiroko Horikoshi. 1999.Kyai dan Perubahan Sosial. Jakarta, P3M

Jurdi, Fajlurrahman. 2009. Aib Politik Islam Perselingkuhan Binal Partai-Partai Islam Memenuhi Hasrat Kekuasaan. AntonyLib. Yogyakarta

Kantrapawira, Rusadi, DR. 2004. Sistem Politik Indonesia Suatu Model Pengantar. Sinar Baru Algensindo: Bandung.

Lexy, J. Moleong, 2003. “Metode Penelitian Kualitatif”. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya


(33)

32 Surbakti, Ramlan. 1992.Memahami Ilmu Politik. Jakarta. PT Grasindo

Rauf, Maswadi. 2001. Konsensus dan Klonflik Politik. Direktorat jenderal pendidikan tinngi departemen pendidikan nasional. Jakarta

Sofyan Efendi dkk, 1989.Metodologi Penelitian Survei. Jakarta. LP3ES

Suprayogo, Imam. Prof. DR. 2009.Kyai dan Politik. Malang. UIN-Malang Press UU No. 10 Tahun 2008 tentang Pemilu

Sumber Lain

http://edikusmayadi.blogspot.com/2011/04/perilaku-politikpemilih.htm

http://google.com Resume Tesis Dinamika Kepemimpinan Kiai Dalam Mengembangkan Lembaga Pendidikan (Studi Kasus Pesantren Tebuireng. Diakses 31 Januari 2012

Budaya politik dan patronase/Budaya Politik di Indonesia.html. diakses Tanggal 15 Februari 2012

www.google.co.id. Pabari, Musafir. Patronase Agama Dalam Kehidupan Politik Lokal(Melemahnya Nilai-Nilai Tradisional Agama Masyarakat), Artikel hal 2, diakses tanggal 6 februari 2012 jam 21.07 WIB

www.google.co.id. Subandi Rianto. Studi Patronase pada Sulawesi Selatan. Artikel, diakses tanggal 14 jam 16.30 WIB.


(34)

33 Sumber Lain.

Hasil wawancara dengan Gus Dudung, Pengasuh Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong, Probolinggo tanggal 23 Maret 2012

Hasil wawancara dengan KH. Nadjib Miad pimpinan Pondok Pesantren Lubbul Labbib, Maron Probolinggo, tanggal 22 Maret 2012

Hasil wawancara dengan KH.Mohammad Thoha, kecamatan Banyuanya Probolinggo, tanggal 30 Maret 2012.

Hasil Wawancara dengan anggota DPDR Kabupaten Probolinggo, H. Didik Humaidi, SH. MM tanggal 24 Maret 2012

Hasil Wawancara dengan anggota pengurus DPC Partai Golkar Kabupaten Probolinggo, Tanggal 25 Maret 2012


(1)

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan... i

Lembar Pengesahan ... ii

Surat Pernyataan ... iii

Berita Acara Bimbingan skripsi ... iv

Daftar Isi ... v

Kata Pengantar ... vi

Abstract ... vii

Abstraksi ... viii

Halaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Definisi Konseptual ... 9

F. Definisi Operasional ... 13

G. Metode Penelitian ... 15

BAB II KAJIAN TEORI A. Budaya Politik.. ... 22

1. Konsep Budaya Politik...22

2. Pengertian Budaya Politik...23

3. Tipe-Tipe Budaya Politik...27

4. Sosialisasi Politik Sebagai Wacana Pembentukan Budaya Politik...29

B. Kyai.... ... 30

1. Pengertian Kyai ... 30

2. Kepemimpinan Kyai ... 31


(2)

C. Budaya Patronase ... 33

1. Kecenderungan Budaya Patronase ... 33

2. Identitas Kelompok Patron Klien ... 35

3. Pengertian Patron-Klien ... 36

4. Ciri-ciri Budaya Patronase ... 37

D. Pemilu Legislatif ... 38

BAB III. DESKRIPSI WILAYAH A. Kondisi Umum Kabupaten Probolinggo ... 45

1. Gambaran Umum Kondisi Geografis...45

2. Topografi...47

3. Kependudukan...47

4. Agama ... .. ... 49

5. Tingkat Pendidikan ... 50

6. Potensi Kabupaten Probolinggo ... 51

B. Dinamika Sosial Masyarakat Kabupaten Probolinggo ... 53

1. Karakteristik Sosial Masyarakat Kabupaten Probolinggo ... 53

2. Stratifikasi Sosial Masyarakat Probolinggo ... 54

3. Sistem Kekerabatan ... 55

C. Dinamika Politik Dalam Tinjauan Historis Berdirirnya Kabupaten Probolinggo ... ... 56

1. Kehidupan Politik Masyarakat Probolinggo ... 59

BAB IV. PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Struktur Kekuasaan Kharismatik Kyai... 66

1. Besarnya Pengaruh Dari Figur Kyai ... 69

2. Banyaknya Santri yang Dimiliki oleh Kyai (Pondok Pesantren) ... 73

3. Besarnya Kekayaan yang Dimiliki ... 75

B. Afiliasi Politik Kyai... 77

1. Ideologis Politik Dari Kyai ... 79

2. Kedekatan Pribadinya Dengan Elit Politik ... 83


(3)

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan ... 95 B. Saran ... 97 DAFTAR PUSTAKA ... 99 LAMPIRAN 


(4)

31

Daftar Pustaka

Agus Hilma,

2008. “Analis Pada Centre for Social Analysis And Transformation

(CSAT) di Jakarta” (agushilman@yahoo.co.id).

Jawa Pos Online.

April 25

Asosiasi Ilmu Politik Indonesia. 1991.

Profil Budaya Politik Indonesia

. PT

Pustaka Utama Grafiti: Jakarta

Dofhier, Zanakhyani. 2000.

Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup

Kyia

, Jakarta. LP3ES

Faisal, Sanapiah.

Format-Format Penelitian Sosial.

Jakarta. PT. Raja Grafindo

Persada

Faturohman, Deden. 2004.

Pengantar Ilmu Politik

. Malang. UMM Press:

Gaffer, Afan. 2000.

Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi.

Pustaka

Pelajar: Yogyakarta

Hadi Krisno, 2006.

Perilaku Partai Politik

. UMM Press: Malang.

Hadist Riwayat, Imam Bukhori Muslim

Hiroko Horikoshi. 1999.

Kyai dan Perubahan Sosial

. Jakarta, P3M

Jurdi, Fajlurrahman. 2009. Aib Politik Islam Perselingkuhan Binal Partai-Partai

Islam Memenuhi Hasrat Kekuasaan. AntonyLib. Yogyakarta

Kantrapawira, Rusadi, DR. 2004.

Sistem Politik Indonesia Suatu Model

Pengantar

. Sinar Baru Algensindo: Bandung.

Lexy, J. Moleong, 2003. “Metode Penelitian Kualitatif”. Bandung. PT. Remaja

Rosdakarya


(5)

32

Mulyono TW.

Tahap-Tahap Penelitian Sosial

. Jogyakarta. UGM

Prof. Dr. H. 2000. Nur Syam, MSi. Kyai, Santri dan Politik: Posisi Kyai dan

Santri di Era Transisi.

Surbakti, Ramlan. 1992.

Memahami Ilmu Politik

. Jakarta. PT Grasindo

Rauf, Maswadi. 2001.

Konsensus dan Klonflik Politik

. Direktorat jenderal

pendidikan tinngi departemen pendidikan nasional. Jakarta

Sofyan Efendi dkk, 1989.

Metodologi Penelitian Survei

. Jakarta. LP3ES

Suprayogo, Imam. Prof. DR. 2009.

Kyai dan Politik

. Malang. UIN-Malang Press

UU No. 10 Tahun 2008 tentang Pemilu

Sumber Lain

http://edikusmayadi.blogspot.com/2011/04/perilaku-politikpemilih.htm

http://google.com

Resume

Tesis

Dinamika

Kepemimpinan

Kiai

Dalam

Mengembangkan Lembaga Pendidikan (Studi Kasus Pesantren Tebuireng

.

Diakses 31 Januari 2012

Budaya politik dan patronase/Budaya Politik di Indonesia.html. diakses Tanggal

15 Februari 2012

www.google.co.id. Pabari, Musafir.

Patronase Agama Dalam Kehidupan Politik

Lokal(Melemahnya Nilai-Nilai Tradisional Agama Masyarakat),

Artikel hal 2,

diakses tanggal 6 februari 2012 jam 21.07 WIB

www.google.co.id. Subandi Rianto.

Studi Patronase pada Sulawesi Selatan

.

Artikel, diakses tanggal 14 jam 16.30 WIB.


(6)

33

http://id.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_umum_di_Indonesia, diakses tanggal 14

Pebruari 2012, Jam 20.33 WIB

http://suarapartai.com/2010/06/arti-pemilu/ diakses 29 Oktober 2011.

Sumber Lain.

Hasil wawancara dengan Gus Dudung, Pengasuh Pondok Pesantren Zainul Hasan

Genggong, Probolinggo tanggal 23 Maret 2012

Hasil wawancara dengan KH. Nadjib Miad pimpinan Pondok Pesantren Lubbul

Labbib, Maron Probolinggo, tanggal 22 Maret 2012

Hasil

wawancara

dengan

KH.Mohammad

Thoha,

kecamatan

Banyuanya

Probolinggo, tanggal 30 Maret 2012.

Hasil Wawancara dengan anggota DPDR Kabupaten Probolinggo, H. Didik

Humaidi, SH. MM tanggal 24 Maret 2012

Hasil Wawancara dengan anggota pengurus DPC Partai Golkar Kabupaten

Probolinggo, Tanggal 25 Maret 2012