Latar Belakang dan Masalah

Berdasarkan kerangka di atas, permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : 1. Berapakah dosis bahan organik terbaik untuk pertumbuhan dan produksi tanaman sorgum ? 2. Adakah perbedaan pertumbuhan dan hasil ketiga varietas sorgum yang ditanam ? 3. Adakah pengaruh interaksi antara dosis pemberian bahan oganik dan jenis varietas yang ditanam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sorgum ?

1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan masalah yang telah dikemukakan maka tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. Mengetahui dosis pemberian bahan organik terbaik untuk pertumbuhan dan hasil tanaman sorgum. 2. Mengetahui pebedaan pertumbuhan dan hasil ketiga varietas sorgum yang ditanam. 3. Mengetahui pengaruh interaksi antara dosis bahan organik dan jenis varietas yang ditanam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sorgum.

1.3 Kerangka Pemikiran

Rata-rata produktivitas sorgum tertinggi dicapai di Amerika Serikat, yaitu 3,60 tha, bahkan secara individu dapat mencapai 7 tha Sumarno dan Karsono 1996. Produktivitas yang tinggi ini dapat dicapai dengan menerapkan teknologi budidaya secara optimal, antara lain penggunaan varietas hibrida, pemupukan secara optimal, dan pengairan Sirappa, 2003. Pemupukan merupakan hal yang sangat penting dalam menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pemupukan bertujuan untuk menambah unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Pupuk kimia biasanya menjadi pilihan petani untuk mendapatkan hasil produksi yang maksimal, tanpa memperhatikan dampak kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh penggunaan pupuk kimia dalam jumlah besar bagi tanaman. Penggunaan pupuk kimia yang berlebihan dapat berdampak negatif pada tanah dan lingkungan. Dampak negatif tersebut sudah sepantasnya dihentikan atau setidaknya dikurangi. Salah satu cara untuk mengurangi pemakaian pupuk kimia adalah pemakaian kompos atau pupuk organik lainnya. Di dalam tanah pupuk organik dirombak mikroba menjadi humus atau bahan organik tanah yang berguna sebagai pengikat butiran-butiran primer tanah menjadi butiran sekunder Setyorini, 2005. Penggunaan pupuk kandang menjadi alternatif yang bisa digunakan, karena selain mampu menyediakan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman juga mampu memperbaiki struktur tanah sehingga sejalan dengan konsep pertanian berkelanjutan. Pemberian bahan organik juga harus memperhatikan dosis, sehingga bisa menekan biaya produksi seminimal mungkin dan mendapatkan produktivitas yang maksimal. Faktor lingkungan seperti cahaya, air dan unsur hara sangat memepengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman sorgum. Walaupun daya adaptasi sorgum luas dan mampu tumbuh pada lahan marjinal, ketersediaan unsur hara sangat dibutuhkan untuk produksi sorgum yang maksimal. Pupuk organik seperti kotoran sapi mengandung komposisi unsur hara yang lengkap sehingga bisa diberikan untuk menunjang pertumbuhan sorgum. Selain faktor lingkungan, faktor genetik tanaman juga harus diperhatikan. Sorgum sendiri mempunyai beberapa varietas yang beredar di pasaran. Setiap varietas ini mempunyai kemampuan genetik yang berbeda-beda, untuk mendukung program ketahanan pangan maka perlu diadakan penelitian mengenai varietas sorgum yang memiliki hasil tertinggi.

1.4 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : 1. Terdapat dosis bahan organik terbaik untuk pertumbuhan dan hasil tanaman sorgum. 2. Terdapat perbedaan pertumbuhan dan hasil ketiga varietas sorgum yang ditanam. 3. Terdapat pengaruh interaksi antara dosis bahan organik dan varietas yang ditanam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sorgum.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diversifikasi Pangan

Ketahanan pangan merupakan salah satu faktor penentu dalam stabilitas nasional suatu negara, baik di bidang ekonomi, keamanan, politik dan sosial. Oleh sebab itu, ketahanan pangan merupakan program utama dalam pembangunan pertanian saat ini dan masa mendatang Anonim, 2012. Pada tahun 2011, APBN untuk Kementerian Pertanian ditetapkan sebanyak Rp17,6 triliun naik cukup signifikan dibanding pada tahun 2009 sebesar Rp8,2 triliun. Jumlah itu, menurut Menteri Pertanian Suswono, belum berdampak pada peningkatan produktivitas. Hal tersebut dikarenakan periode 2010-2014 ini sektor pertanian bergerak stagnan. Pertumbuhan produksi pangan pokok masyarakat Indonesia ini tak lebih dari 3. Produksi tanaman pangan padi lebih rendah dari target yang ditetapkan yakni hanya mencapai 65,39 juta ton GKG di banding yang ditargetkan yakni sebanyak 70,06 juta ton GKG Anonim, 2012. Rendahnya produktivitas lahan padi sawah tersebut disebabkan rendahnya kualitas lahan. Di sisi lain alih fungsi lahan sawah menjadi bukan sawah. Periode 1983 -1993 luas lahan pertanian mengalami penurunan dari 16,7 juta hektar menjadi 15,6 juta hektar atau sekitar 110.000 hektar per tahun Nurmalina, 2007.