jalur pendidikan formal sekolah. Padahal, jalur pendidikan nonformal informal memiliki peluang yang sangat besar untuk berkontribusi dalam hal:
a. Peningkatan Akses Pendidikan
Karena tak semua anak terlayani melalui jalur pendidikan formal sekolah, jalur pendidikan nonformal memiliki kesempatan untuk menjadi sarana
meningkatkan akses pendidikan untuk masyarakat. Untuk itu, proses pendidikan nonformal yang lebih fleksibel perlu mengadaptasi keunikan-keunikan yang ada pada
segmen masyarakat yang dilayaninya.
b. Laboratorium Ruang Inovasi Pendidikan
Laporan World Development Report 2018 yang dikeluarkan World Bank dan dikutip Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan bahwa Indonesia tertinggal 45
tahun dan 75 tahun di bidang sains dibandingkan negara-negara OECD. Untuk memperbaiki kondisi ini, diperlukan aneka inovasi pendidikan yang
bertujuan meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Harapan itu tak hanya ditujukan untuk jalur pendidikan formal. Dengan karakteristik yang lebih fleksibel
dibandingkan pendidikan formal sekolah, pendidikan nonformal memiliki ruang yang sangat luas untuk berkontribusi dengan menjadi laboratorium ruang inovasi
pendidikan. Kuncinya adalah penyediaan lingkungan yang kondusif sehingga membuka
kesempatan bagi masyarakat untuk melakukan inovasi pendidikan kontekstual yang mampu menyelesaikan masalah-masalah riil di lapangan.
Penyediaan lingkungan kondusif itu termasuk mengidentifikasi aturan-aturan restriktif yang menghambat inovasi, fokus pada substansi pendidikan vis-a-vis
administratif, serta memberikan insentif untuk inovasi.
CATATAN TENTANG PRAKTEK DI LAPANGAN
Dengan harapan yang besar agar jalur pendidikan nonformal informal bisa lebih berkontribusi dalam dunia pendidikan Indonesia, ada beberapa catatan yang
kami buat berdasarkan pengamatan di lapangan. Para pelaksana PKBM maupun pejabat dinas pendidikan tentu sangat familiar dengan realita-realita ini.
a. Senjang antara kebijakan dan praktek
Terdapat senjang yang sangat lebar antara kebijakan tertulis dan yang terjadi di lapangan. Kesenjangan ini terjadi karena kebijakan yang tertulis sulit
diimplementasikan di lapangan. Akibatnya, praktik di lapangan seringkali tak selaras dengan yang tertulis dalam kebijakan yang tertulis. Hal ini menimbulkan kebingungan
bagi masyarakat yang menjadi pengguna layanan ini.
b. Syarat Ujian Kesetaraan semakin ketat