Rapor Semester bersifat Pilihan Pembelajaran Modular Fleksibilitas Proses Belajar

USULAN UJIAN KESETARAAN PAKET Berikut ini beberapa usulan dan masukan kami terkait pelaksanaan Ujian Kesetaraan sebagai salah satu segmen masyarakat yang menggunakan layanan pendidikan ini:

a. Paradigma penyetaraan, bukan persamaan

UU Sisdiknas 202003 menggunakan istilah penyetaraan, bukan persamaan. Makna penyetaraan menurut KBBI adalah sejajar atau sepadan. Oleh karena itu, pendidikan nonformal perlu diakui keunikan dan kekhasannya sehingga tidak bisa disamakan dengan pendidikan formal sekolah. Kebijakan yang berkaitan dengan standar isi dan proses Ujian Kesetaraan juga perlu mempertimbangkan hal itu dengan memberikan ruang fleksibilitas yang lebih luas dibandingkan sekolah.

b. Penyederhanaan Syarat Administrasi Ujian

Dalam rangka memperluas akses pendidikan untuk masyarakat, proses pelaksanaan Ujian Kesetaraan perlu disederhanakan persyaratan dengan syarat administratif akta lahirKartu Keluarga dan memiliki NISN yang terdaftar dalam sistem Dapodik. Untuk peserta yang belum memiliki NISN, prosesnya dipermudah. Berkaitan dengan dengan syarat substansi pembelajaran, prosesnya bisa disederhanakan melalui Uji Kompetensi yang diselenggarakan 1 tahun menjelang Ujian Kesetaraan. Uji Kompetensi ini menjadi penyaring kelayakan peserta sekaligus pengganti nilai rapor. Nilai hasil Uji Kompetensi ini bisa diperhitungkan dalam penentuan kelulusan bersama dengan nilai Ujian Kesetaraan.

b. Rapor Semester bersifat Pilihan

Praktek pembuatan rapor semester secara detil seperti sekolah nilai ulangan, nilai tugas, ujian tengah semester, ujian akhir semester sulit dipraktekkan walaupun sudah ada peraturannya sejak 2007. Proses ini perlu disederhanakan sebagai bagian dari penerimaan fleksibilitas pendidikan nonformal informal. Caranya adalah dengan menjadikan rapor semester sebagai pilihan optional bukan kewajiban. Bagi PKBM yang memungkinkan melakukan penilaian rapor pembelajaran lengkap, nilai tersebut akan diperhitungkan sebagai komponen kelulusan. Bagi PKBM siswa yang tidak memungkinkan, penilaian kelulusan diambil dari Uji Kompetensi dan Ujian Kesetaraan.

c. Pembelajaran Modular

Model pembelajaran dalam jalur pendidikan nonformal perlu dibuat dalam bentuk modular per mata pelajaran. Dalam sistem modular, tidak ada paket kenaikan kelas. Siswa bisa belajar dan menyelesaikan modul belajar sesuai kecepatan masing- masing. Dengan sistem modular, jangka waktu antar-ujian menjadi lebih fleksibel, tak perlu dibatasi 3 tahun. Jangka waktu ujian ditentukan berdasarkan penyelesaian modul pembelajaran. Kalau siswa lulus Uji Kompetensi, maka dia berhak mengikuti Ujian Kesetaraan walaupun jangka waktu ijazahnya masih kurang dari 3 tahun.

d. Fleksibilitas Proses Belajar

Dalam pelaksanaan proses belajar, proses kehadiran dan tatap muka tidak perlu menjadi hal yang diwajibkan. Bagi peserta yang hadir mengikuti tutorial tatap muka, akan ada nilai tambahan khusus yang diperhitungkan dalam penentuan kelulusan. Bagi yang tidak mengikuti tutorial tatap muka tidak dipermasalahkan, dengan ketentuan bisa lulus Uji Kompetensi. Fleksibilitas proses belajar ini akan memberikan ruang yang luas untuk inovasi model-model pembelajaran, baik berdasarkan model tertentu, misalnya: project- based learning, belajar daring online learning, metode Montessori, metode Waldorf, inquiry-based learning, serta aneka model pembelajaran yang dijalani keluarga praktisi sekolahrumah dan sekolah-sekolah alternatif lainnya. Tujuan utama dari fleksibilitas dalam proses belajar adalah membuka ruang inovasi. Adapun standar kualitas siswa dapat diukur melalui Uji Kompetensi dan Ujian Kesetaraan di akhir proses belajar.

e. Peningkatan Kualitas Bahan Penilaian Ajar